(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK
Oleh
Nandia Thara Dhita
Kata Kunci : Sapi PO, Sapi Simpo, Sifat Kualitatif, Sifat Kuantitatif, dan Bobot
Badan
KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KUANTITATIF
SAPI PERANAKAN ONGOL DAN SAPI SIMPO JANTAN
PADA POEL 1 DAN POEL 2 DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat
dan salam selalu dijunjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai pemberi syafaat di hari akhir.
Serta
Almamater hijau
UNILA
RIWAYAT HIDUP
merupakan puteri ketiga dari empat bersaudara buah cinta kasih Bapak Waluyo,
Selatan pada Juli sampai dengan Agustus 2015. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
“Karakteristik Kualitatif Dan Kuantitatif Sapi Peranakan Ongol Dan Sapi Simpo
Lampung Tengah” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
terimakasih kepada :
atas saran, motivasi, arahan, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan
atas bimbingan, saran, nasihat dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan
penyusunan skripsi;
arahan, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.—selaku Dekan Fakultas
gagasan, saran, bimbingan, nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama
penulisan skripsi;
bimbingan, nasihat, motivasi, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;
8. Keluarga besar kelompok tani ternak Karya Tunggal dan Maju Mandiri di
9. Ayah dan ibu tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, pengorbanan, dan
kasih sayang yang tulus ikhlas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilanku,
kakak-kakakku Mbak Weny Eka Rosaline dan Mas Bayu Sandy Buana serta
adik kecilku Naurah Nawal Nihayah tercinta atas nasihat dan dukungannya
Ridho, dan Dewi Novriani—atas dukungan dan seluruh suka duka yang kita
lalui;
12. Keluarga besar “Angkatan 2012” —atas suasana kekeluargaan dan kenangan
indah selama masa studi serta motivasi yang diberikan pada penulis;
13. Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2011) serta adik-adik (Angkatan 2013, 2014
mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................. i
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
E. Hipotesis ......................................................................................... 5
B. Sapi Simental.................................................................................. 7
C. Sapi Simpo...................................................................................... 7
F. Sistem Pemeliharaan....................................................................... 10
H. Kandang.......................................................................................... 13
i
III. METODE PENELITIAN
V. SIMPULAN
A. Simpulan ........................................................................................ 28
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5. Hasil karakteristik kualitatif Sapi PO dan Simpo pada poel 1 dan 2.... 24
10. Hasil uji-t bobot badan Sapi Po dan simpo poel 1 .............................. 46
11. Hasil uji-t lingkar dada Sapi Po dan simpo poel 1 .............................. 46
12. Hasil uji-t panjang badan Sapi Po dan simpo poel 1........................... 47
13. Hasil uji-t tinggi pundak Sapi Po dan simpo poel 1........................... 47
14. Hasil uji-t bobot badan Sapi Po dan simpo poel 2 ............................. 48
15. Hasil uji-t lingkar dada Sapi Po dan simpo poel 2............................. 48
16. Hasil uji-t panjang badan Sapi Po dan simpo poel 2 ......................... 49
17. Hasil uji-t tinggi pundak Sapi Po dan simpo poel 2........................... 49
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan wilayah yang potensial sebagai produsen sapi potong. Hal tersebut
terlihat pada populasi sapi potong yang meningkat setiap tahun. Populasi pada
2015 dan 2016 masing-masing yaitu 653.537 ekor dan 660.745 ekor (Badan Pusat
Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang potensial sebagai produsen sapi
yang landai, sehingga cocok dimanfaatkan untuk usaha perkebunan dan pertanian.
Beberapa macam limbah pertanian antara lain jerami padi, jerami jagung, daun
ubi kayu, pucuk daun tebu, daun dan pelepah sawit, serta bungkil inti sawit
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama sapi potong sehingga
Lampung Tengah yang potensial sebagai produsen sapi potong. Populasi sapi
potong di wilayah tersebut sekitar 12,82% dari populasi sapi potong di Kabupaten
Lampung Tengah yang memiliki luas wilayah 212,33 km2 (Badan Pusat Statistik
Bangsa sapi yang terdapat di wilayah tersebut antara lain Sapi Peranakan Ongole
(PO) dan persilangan antara simental jantan dan PO betina yang dikenal dengan
nama sapi Simpo. Sapi Simpo merupakan hasil persilangan melalui perkawinan
Upaya untuk meningkatkan produktivitas sapi potong dapat dilakukan antara lain
salah satu teknologi reproduksi yang mampu meningkatkan mutu genetik ternak
menghasilkan anak dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan
Sapi Simpo jantan digunakan sebagai sapi pedaging. Karakteristik sapi dapat
diketahui dari sifat kualitatif dan kuantitatif. Sapi-sapi PO dan Simpo memiliki
Sapi-sapi pada umur 2-3 tahun sudah mengalami dewasa kelamin. Seleksi Sapi
PO untuk memilih calon pejantan dilakukan pada umur 2-3 tahun. Seleksi untuk
performa sifat kualitatif dan kuantitatif pada sapi PO dan sapi Simpo jantan pada
B. Tujuan Penelitian
sapi PO dan sapi Simpo jantan yang gigi serinya sudah poel 1 dan poel 2 di
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para peternak sapi PO dan sapi Simpo
D. Kerangka Pemikiran
Sapi PO merupakan hasil grading up antara Sapi Ongol jantan dan sapi lokal
betina yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dan merupakan sapi tipe dwiguna
tubuhnya berwarna putih kelabu dengan bagian kepala, leher, dan lutut berwarna
gelap sampai hitam; ukuran tubuh besar, kepala relatif pendek, profil dahi
sapi impor melalui inseminasi buatan antara lain dengan sapi Simental. Keturunan
persilangan ini disebut sapi Peranakan Simental-PO atau Simpo. Sapi hasil
silangan tersebut menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada sapi lokal,
Menurut Dewi (2005), pertumbuhan sapi Simpo lebih cepat, bobot lahir dan harga
jualnya lebih tinggi daripada sapi PO. Perbedaan karakteristik sapi PO dan sapi
Simpo dapat dilihat dari performa kualitatif dan kuantitatif. Performa kualitatif
terdiri bentuk tanduk, ada atau tidaknya gelambir, warna kulit, dan ada atau
tidaknya punuk. Performa kuantitatif terdiri dari bobot badan, panjang badan,
karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang berbeda karena perbedaan genetik dan
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan performa
kualitatif dan kuantitatif sapi PO dan sapi Simpo jantan yang gigi serinya poel 1
Sapi PO merupakan sapi yang memiliki berbagai keunggulan antara lain daya
adaptasinya terhadap iklim tropis tinggi, tahan terhadap panas, tahan terhadap
gangguan parasit seperti gigitan nyamuk dan caplak, toleran terhadap pakan yang
mengandung serat kasar tinggi (Astuti, 2004). Menurut Sugeng (2003), sapi PO
termasuk dalam kelompok Bos Indicus dan dihasilkan dari persilangan secara
Sapi Ongol berasal dari Madras dan pertama kali dimasukkan ke Pulau Sumba
pada 1906 untuk dikembangbiakan di pulau tersebut. Mulai 1915 sapi tersebut
berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan
berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Sapi PO merupakan hasil persilangan Sapi
PO dan Sapi Madura, cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan
populasi sapi yang tinggi namun ada yang sangat rendah. Beberapa faktor
7
B. Sapi Simental
ototnya bagus, timbunan lemak di bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya
krem agak cokelat atau sedikit merah, wajah dan keempat kaki serta ekor
berwarna putih, bobot badan sapi betina dapat mencapai 800 kg dan sapi jantan
1.150 kg, tanduknya kecil (Sugeng, 2003). Kemampuan menyusui anaknya sangat
baik, pertumbuhannya cepat, badannya panjang dan padat, termasuk sapi berbobot
tubuh yang tinggi baik pada bobot lahir, bobot sapih, maupun bobot dewasa
C. Sapi Simpo
Sapi Simpo merupakan hasil persilangan antara sapi Simental jantan dengan sapi
2009). Warna bulu tubuh turunan sapi simental bervariasi antara coklat dan merah
yang berkaitan erat dengan keragaman pertambahan bobot badan. Sapi Simpo
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada sapi PO (Aziz, 1993). Dewi
mempunyai pertumbuhan yang cepat dan bobot lahir pedet cukup tinggi dan daya
jualnya yang tinggi. Christoffor (2004) melaporkan bahwa berat badan Sapi
Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk menduga bobot badan seekor
sapi dan seringkali dipakai sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit
D. Performa Kualitatif
1. Sapi PO
Menurut Sosroamidjojo (1985), sapi PO adalah hasil ongolisasi sapi Jawa atau
sapi lokal. Sapi tersebut mirip dengan sapi Ongol yang memiliki ciri-ciri punuk
besar, terdapat lipatan-lipatan kulit di bawah leher dan perut, kepala pendek,
mata besar dan tenang. Kulit dari sekitar lubang mata berwarna hitam selebar
sekitar satu cm. Tanduknya pendek dan kadang-kadang hanya berupa bungkul
kecil saja, tanduk betina lebih panjang dari yang jantan. Warna bulu putih atau
2. Sapi Simpo
Menurut Christoffor (2004), sapi Simpo tidak bergumba dan tidak bergelambir,
warna bulunya krem agak kecoklatan atau sedikit merah dan terdapat warna putih
di kepala (dahi), di kaki mulai dari lutut ke bawah, dan di ujung ekor. Sapi Simpo
memiliki satu cirri khas yaitu adanya warna putih pada dahi di antara dua tanduk.
Ukuran tubuh sapi Simpo cukup besar, pertumbuhannya cepat, timbunan lemak
Ciri eksterior Sapi Simpo antara lain warna bulu tubuhnya bervariasi mulai dari
putih sampai coklat kemerahan, kipas ekor, ujung hidung, lingkar mata, dan
tanduk ada yang berwarna hitam dan coklat kemerahan, profil wajah datar,
panjang dan lebar, dahi berwarna putih, tidak memiliki kalasa, terdapat gelambir
kecil, pertulangan besar, postur tubuh panjang dan besar, warna teracak bervariasi
dari hitam sampai coklat kemerahan. Sapi Simpo tidak memiliki punuk sedangkan
sapi PO berpunuk. Sapi Simpo pertumbuhannya cepat dan ukuran tubuh yang
E. Performa Kuantitatif
1. Sapi PO
Menurut Sosroamidjojo (1985), tinggi badan sapi PO jantan sekitar 150 cm dan
betina sekitar 135 cm. Menurut Astuti (2009), rata-rata bobot badan sapi PO yaitu
200--350 kg dan pertambahan bobot badan 0,6-0,8 kg per hari pada manajemen
pemeliharaannya yang baik. Sapi PO merupakan sapi tipe pedaging dan pekerja
Tabel 1.
Umur Kelas
Sifat Kuantitatif Satuan
(bulan) I II III
Tinggi Pundak cm 128 125 122
18-24 Panjang Badan cm 134 127 124
Lingkar Dada cm 152 148 144
Tinggi Pundak cm 133 130 127
>24-36 Panjang Badan cm 139 133 129
Lingkar Dada cm 175 160 149
10
2. Sapi Simpo
Bobot badan Sapi Simpo (±450 kg) lebih tinggi daripada sapi PO (±350 kg).
Bobot badan sapi Simpo yang lebih tinggi daripada sapi PO menyebabkan lebih
tingginya kebutuhan pakan pada sapi Simpo. Pertumbuhan sapi Simpo akan
Simental hasil persilangan pada umur 13-24 bulan 167,68 cm, panjang badan
F. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan ternak sapi dibagi menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif, dan
intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara
terus menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and curry. Sistem ini
ikutan dari beberapa industri lebih intensif dibanding dengan sistem ekstensif.
Umur ternak berkaitan erat dengan bobot badan ternak. Pertumbuhan terjadi pada
setiap mahluk hidup dan dapat pula dimanifestasikan sebagai suatu peningkatan
pada bobot organ ataupun jaringan tubuh yang lain, antara lain tulang, daging,
Ternak yang masih muda membutuhkan pakan lebih sedikit dibandingkan dengan
ternak yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhan bobot badannya.
badan pada hewan yang lebih tua disebabkan oleh penimbunan (deposit) lemak.
menyatakan bahwa pertambahan bobot badan pada ternak yang sudah mencapai
Ternak ruminansia termasuk sapi tidak mempunyai gigi taring, memiliki empat
pasang gigi seri pada rahang bawah, gigi geraham depan dan belakang. Gigi
geraham terdapat pada rahang atas dan bawah. Gigi seri dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu gigi seri susu dan gigi seri permanen. Gigi seri susu sifatnya
hanya sementara karena pada umur tertentu akan tanggal (rontok) dan digantikan
dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri tetap dapat
digunakan untuk menaksir umur ternak. Pendugaan umur ternak pada umur tua
12
dapat dilakukan berdasarkan keausan gigi seri ini. Kecepatan ausnya gigi seri
dipengaruhi oleh kondisi pakan, gigi seri ternak yang dilepas/diangon lebih cepat
tanggal atau aus daripada ternak yang dipelihara di dalam kandang secara terus
menerus (Sugeng, 2003). Pendugaan umur sapi berdasarkan kondisi gigi seri
Kay dan Housseman (1975) menyatakan hormon androgen pada hewan jantan
tubuhnya lebih besar daripada hewan betina. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa
perbedaan tingkat pertumbuhan dan bobot dewasa ternak jantan dan betina
pertumbuhan ruminansia.
13
H. Kandang
2. kandang dibangun di lokasi yang lebih tinggi daripada tanah sekitarnya untuk
6. bahan bangunan kandang terbuat dari kayu, bambu atau bahan lain yang kuat.
14
Jumlah Sampel
Desa (ekor)
PO Simpo
Karang Endah 63 65
Terbanggi Besar 7 9
Yukum Jaya 9 13
Nambah Dadi 21 13
Materi penelitian terdiri dari 50 ekor Sapi PO jantan poel 1, 50 ekor Sapi PO
jantan poel 2, 50 ekor Sapi Simpo jantan poel 1, 50 ekor Sapi Simpo jantan pada
dengan mengambil sample yang dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan
Sampel diambil secara proporsional dari empat desa. Populasi sapi PO dan sapi
Simpo jantan serta jumlah sampel pengamatan terdapat pada Tabel 3. Alat yang
digunakan terdiri dari timbangan Sonic A12E kapasitas 5 ton, pita ukur dengan
merek Rondo dengan ketelitian 0,1 cm, tongkat ukur, alat tulis, dan kamera.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei. Data yang diambil adalah data
primer dan sekunder. Data primer diambil dengan melakukan penimbangan dan
sekunder antara lain jumlah populasi, luas wilayah, dan lain-lain diperoleh dari
Peubah yang diamati terdiri dari performa kualitatif dan performa kuantitatif.
Performa kuantitatif yang diamati terdiri dari panjang badan, tinggi pundak,
lingkar dada, dan bobot tubuh yang pengukurannya dengan cara sesuai
1. panjang badan diukur dengan tongkat ukur yang diletakkan lurus dari
2. tinggi pundak diukur dengan meletakkan tongkat ukur dari titik tertinggi
3. lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur pada bagian dada tepat di
E. Prosedur Penelitian
Sapi Simpo jantan sampel sebanyak 50 ekor Sapi PO jantan poel 1; 50 ekor
Sapi Simpo jantan poel 1; 50 ekor Sapi PO jantan poel 2; dan 50 ekor Sapi
peternak;
F. Analisis Data
A. Simpulan
karakteristik kuantitatif sapi PO dan sapi Simpo jantan poel 1 yaitu rata-rata bobot
badan, lingkar dada, dan tinggi pundak masing-masing sangat berbeda nyata
sedangkan panjang badan sapi PO dan sapi Simpo jantan poel 1 berbeda nyata.
Rata-rata bobot badan, lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak sapi PO dan
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, P.P., Ridwan, M., Handrie, Indriawati, Saputra, F., Supraptono, Erinaldi.
2014. Profil Morfologi dan Pendugaan Jarak Genetik Sapi Simental Hasil
Persilangan. JITV 19(2): 112-122.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Lampung Dalam Angka. Badan
Pusat Statistik. Provinsi Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2015. Terbanggi Besar dalam
Angka 2015. Badan Pusat Statistik. Lampung.
Badan Standardisasi Nasional. 2015. Bibit Sapi Potong Peranakan Ongole SNI
7651.5:2015. Badan Standardisasi Nasional.
Blakely, J dan D.H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Dewi, N.W. 2005. Kinerja Induk Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole
pada Paritas yang Berbeda di Tingkat Peternak. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Djagra, I.B. 2009. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas
Udayana, Denpasar.
Manurung L. 2008. Analisi ekonomi uji ransum berbasis pelepah daun sawit,
lumpur sawit dan jerami padi fermentasi dengan phanerochate
Chysosporium Pada Sapi Peranakan Ongole. Skripsi. Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
31
Riyanto, J. 2009. Usaha penggemukan sistem feedlot sapi Simental berbasis pakan
jerami padi fermentasi (Straw Fermented Block = SFB) dan
suplementasi konsentrat pemacu pertumbuhan (Growth Promoting
Concentrate = GPC) Pola Integrated Sustainabality Farming System
Berwawasan Zero Waste-LEISA (Low External Input Sustainable
Agriculture) untuk meningkatkan kesejahteraan peternak Kelompok
Tani Ternak “Sambi Mulyo” Desa Jagoan, Kecamatan Sambi,
Kabupaten Boyolali. Laporan LPPM. Universitas Negeri Surakarta
(UNS) Penelitian, KNRT, Insentif Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem
Produksi. Surakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Syadili, D., Sumantri, Martojo, dan Anang. 2010. Sifat kualitatif dan kuantitatif
kerbau lokal di Propinsi Banten.
Jurnal ilmu ternak , Desember 2011, vol 11, No. 2., 61-67.
Triyono. 2003. Studi Perbandingan Ciri Eksterior, Ukuran Tubuh dan Status
Fisiologis antara Sapi Peranakan Ongole dengan Sapi Silangan
Simmental Peranakan Ongole di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Skripsi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.