Anda di halaman 1dari 13

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian


Jalan A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRACT

Livestock industry in Indonesia is prosperous despite some constraints. The objective of this paper is to
critically review livestock industry development in the country. Assessment was based on Statistical Center
Agency data, research results, and many opinions to describe the present livestock industry. Assessment was
focused on problems identification faced by the livestock industry in connection with domestic and global markets.

Key words: livestock, agribusiness, livestock industry

ABSTRAK

Kondisi peternak di Indonesia saat ini memberikan janji masa depan yang baik sekalipun masih banyak
persoalan yang dihadapi.Tujuan utama kajian ini adalah melakukan review secara kritis terhadap perkembangan
industri peternakan di Indonesia. Kajian berdasarkan data BPS dan review literatur hasil penelitian dan pemikiran
berbagai pihak dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan industri peternakan dan masalah-masalah yang
dihadapi saat ini. Fokus kajian adalah mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh industri permintaan dikaitkan
dengan permintaan dalam pasar domestik dan global.

Kata kunci: peternakan, agribisnis, industri peternakan

PENDAHULUAN Tahun 2001 adalah masa transisi yang


berat bagi kedua belah pihak, baik pada
pemerintah maupun swasta dalam rangka
Dunia peternakan di Indonesia bebe- memasuki pasar bebas. Pemerintah Indonesia
rapa tahun terakhir mendapat banyak penga- masih belum dapat mengeluarkan rambu-
laman baru dalam hubungannya dengan pasar rambu larangan impor yang bersifat non tarif,
dunia yang terbuka. Pada awal tahun 2001, atau setidaknya aturan-aturan tersebut belum
terjadi perselisihan antara pemerintah dengan dimasyarakatkan secara luas. Larangan impor
importir atas larangan impor daging sapi asal tersebut dirasakan datang terlalu mendadak
Irlandia yang sudah berada dalam kapal di ketika barang-barang yang diimpor sudah
Pelabuhan Tanjung Priok. Tidak lama kemu- memasuki pelabuhan, sehingga larangan ini
dian, dilanjutkan dengan perselisihan antara dianggap merugikan para pengusaha. Para
pemerintah dengan para importir paha ayam pengusaha mempunyai kesan bahwa jika pa-
dari Amerika Serikat, perselisihan dengan sar global itu benar-benar terbuka, pemerintah
pengusaha pabrik pakan atas larangan impor lebih banyak menyimpan rasa takut dibanding-
60 ribu ton jagung dari Argentina yang juga kan keberanian untuk menghadapinya.
sudah berada di Tanjung Priok, serta per-
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan
selisihan antara pemerintah daerah dengan
potret dan permasalahan peternakan sebelum
para pengusaha dan pedagang hasil ternak
dan sesudah krisis ekonomi, khususnya kon-
atas penarikan beberapa retribusi. Pada akhir
disi peternakan dua tahun terakhir (2001-2002)
tahun 2001 terjadi perselisihan antara peme-
dan mencoba mengambil kesimpulan dari per-
rintah pusat dengan para pengusaha feedlot
masalahan tersebut serta merumuskan kebija-
berkenaan dengan PPN 10 persen terhadap
kan yang mungkin dapat dilaksanakan di masa
impor 60.000 sapi bakalan yang ditahan bea
datang. Review ini lebih difokuskan pada
cukai di Pelabuhan Tanjung Priok.
usaha pengembangan agribisnis peternakan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

44
domestik, sebelum benar-benar menghadapi yang diperoleh pedagang dari pengadaan sapi
pasar dunia terbuka tersebut. bakalan dalam negeri yang memang sulit
didapatkan.
Peningkatan impor ternak dan hasil
SITUASI PRODUKSI DAN PENGADAAN
ternak tentu akan menguras devisa negara,
HASIL PETERNAKAN
namun keadaan ini terpaksa harus diterima
karena perkembangan populasi ternak do-
mestik yang rendah sehingga kemungkinan
Secara umum permintaan akan pro-
terjadi pengurasan. Apabila diasumsikan
duk peternakan bersifat elastis terhadap pe-
karkas (daging tulang) satu ekor sapi sebesar
ningkatan pendapatan, yang berarti perubahan
145 kg, maka pada periode krisis telah
pendapatan dalam masyarakat akan memba-
dipotong sekitar 2.403.448 ekor ternak per
wa perubahan pada permintaan yang lebih
tahun. Berdasarkan estimasi tersebut, jumlah
besar. Perekonomian nasional yang semakin
sapi yang dipotong sebanyak 20,1 persen dari
membaik membawa dampak terhadap pening-
populasi. Suatu angka yang cukup besar untuk
katan permintaan hasil ternak. Namun, apakah
mendorong pengurasan ternak sapi.
peningkatan permintaan hasil ternak tersebut
akan berkorelasi positif dengan peningkatan Impor daging unggas pasca krisis
produksi ternak, akan banyak ditentukan oleh meningkat sangat tajam sebesar 1208 persen
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam Dihubungkan dengan produksi daging unggas
suatu sistem agribisnis peternakan, subsistem dalam negeri, impor daging unggas sebesar
agroindustri dan pemasaran cenderung ber- 9043,0 ribu ton untuk tahun 1999-2000 hanya
pengaruh nyata dalam memenuhi perkemba- menurunkan produksi dalam negeri sebesar 5
ngan kebutuhan konsumen, sementara sub- persen. Jika angka ini dikaitkan dengan
sistem sarana produksi dan produksi peter- pertumbuhan produksi broiler yang tinggi,
nakan harus mampu meningkatkan efisiensi maka dapat dikatakan bahwa untuk memenuhi
usaha peternakan. Untuk menggambarkan kebutuhan protein hewani, konsumen banyak
perkembangan situasi agribisnis usaha peter- yang memilih daging unggas karena relatif
nakan, pembahasan akan difokuskan pada lebih murah dibanding daging sapi. Pening-
perbandingan antara periode “krisis moneter” katan ekspor daging unggas sebesar 18,4
(1997-1998) dengan periode “pasca krisis persen, menunjukkan bahwa masih ada
moneter” (1999-2002). peluang nilai tambah dari usaha peternakan
unggas. Ekspor daging unggas, walaupun
Kebutuhan konsumsi daging, susu,
impor cukup tinggi, menunjukkan bahwa masih
dan telur secara nasional, dipenuhi melalui
ada peluang nilai tambah produk (kemung-
produksi dalam negeri dan impor. Pemulihan
kinan besar produk olahan).
ekonomi akibat krisis ekonomi baru mulai
terlihat semenjak tahun 2000 di mana konsum- Setelah lewat masa krisis, volume
si hasil ternak meningkat. Seperti diperlihatkan impor daging babi meningkat sebesar 169,6
data dari Buku Statistik Peternakan (2001) persen. Walaupun demikian, bila dihubungkan
untuk konsumsi daging, pada tahun 1996 dengan jumlah fisik daging yang diimpor
konsumsi daging sebesar 1661,2 ribu ton, dengan yang di ekspor, daging yang di ekspor
menurun menjadi 1.242,6 ribu ton pada tahun pada periode yang sama 112 - 249 persen
1998, mengalami kenaikan menjadi 1.517,5 lebih tinggi dibanding impor. Volume ekspor
ribu ton pada tahun 2000. Guna memenuhi daging babi pada periode krisis ekonomi,
konsumsi daging tersebut, volume impor meningkat sangat tajam. Peningkatan produksi
daging antara periode krisis moneter (1997- daging babi dalam negeri hanya sebesar 6,25
1998) dan pasca krisis (1999-2000) ternyata persen. Volume ekspor (daging babi dan babi
meningkat sebesar 90,1 persen. Volume bibit) yang tinggi, menunjukkan bahwa usaha
impor sapi bakalan dan daging sapi meningkat ternak babi prospektif untuk dikembangkan.
sebesar 18,1 dan 16,8 persen. Peningkatan Oleh karena ekspor suatu komoditas terkait
impor sapi bakalan dan daging sapi lebih dengan persyaratan mutu yang telah ditetap-
banyak didorong oleh insentif keuntungan kan, maka usaha ternak babi yang dapat
yang lebih menarik dibandingkan keuntungan berkembang hanyalah pada tipologi usaha

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

45
industri peternakan. Dampak peningkatan sumsi telur dalam negeri tersebut, hampir
ekspor babi kurang nyata terhadap pening- dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.
katan usaha peternakan rakyat. Apabila karkas Impor telur selama tahun 1997-1998 sekitar
satu ekor babi yang dipotong sebesar 75 kg, 121,6 ribu butir/th, meningkat menjadi
maka pada tahun yang sama telah dipotong 34.935,1 ribu butir/th pada tahun 1999-2000.
babi sekitar 1,9 juta ekor (23-24% dari Apabila diasumsikan rata-rata satu kilogram
populasi). Volume pemotongan yang tinggi telur terdiri 16 butir telur, maka volume ekspor
dapat berdampak negatif terhadap perkemba- pada tahun 1997-1998 sebanyak 7.600 kg
ngan populasi ternak. Populasi babi yang pada (0,013% dari produksi telur nasional) dan pada
periode krisis moneter sekitar delapan juta tahun 1999-2000 sebanyak 2.183.443,75 kg
ekor, telah turun menjadi sekitar lima juta ekor. (0,34% dari produksi telur nasional). Produksi
telur yang rendah pada masa krisis moneter
Kebutuhan daging kambing tidak di-
berkaitan dengan harga pakan ternak yang
pengaruhi oleh situasi perekonomian nasional
tinggi. Bahan pakan ayam petelur sebagian
dan internasional. Kebutuhan impor daging
berasal dari impor, sehingga nilai rupiah
kambing sekitar 510 - 540 ton per tahun telah
terhadap dollar yang sangat rendah pada
memberikan kontribusi satu persen terhadap
periode krisis moneter, mengakibatkan banyak
konsumsi daging kambing nasional. Apabila
usaha peternakan ayam petelur yang gulung
satu ekor kambing dewasa menghasilkan
tikar.
karkas sebanyak 14 kg, maka dalam satu
tahun perlu sekitar 3,6 juta ekor atau sekitar 30
persen dari total populasi kambing.
SITUASI KERAGAAN DAN SEBARAN
Pemulihan ekonomi akibat krisis mo- POPULASI TERNAK
neter berdampak positif terhadap peningkatan
kebutuhan susu. Penurunan konsumsi susu
sekitar 20 persen yang terjadi pada tahun Tidak seperti pada usaha ternak sapi
1997-1998, telah meningkat menjadi 1184,75 potong yang dapat beradaptasi pada ling-
ribu ton pada tahun 1999-2000 dan terus kungan yang cukup beragam, usaha ternak
meningkat setelah perekonomian mulai mem- sapi perah memerlukan kondisi lingkungan
baik. Namun demikian peningkatan konsumsi yang lebih terbatas (relatif sejuk pada dataran
susu tersebut sebagian besar dipenuhi dari sedang-tinggi). Selain itu, pola usaha ternak
impor. Peningkatan impor susu sebesar 117,4 sapi perah relatif lebih intensif dibanding usaha
persen, berpengaruh terhadap produksi susu ternak sapi potong. Oleh karena itu penye-
nasional. Proporsi impor susu terhadap baran populasi sapi perah relatif lebih terbatas
konsumsi relatif masih tinggi, yaitu sebesar 66 dibanding dengan sapi potong. Berdasarkan
persen. Dari populasi sapi perah sekitar 350 analisis keterkaitan antara populasi dengan
ribu ekor, apabila diasumsikan populasi sapi kemampuan produksi susu di enam provinsi
betina dewasa sekitar 58 persen atau sekitar yang terpadat populasi sapi perah (Gambar 1),
200.000 ekor, untuk memenuhi produksi susu nampak bahwa produksi susu tertinggi
tersebut, produktivitas sapi relatif masih sangat terdapat di Provinsi Jawa Timur, dan berturut-
rendah. Kenyataan menunjukkan bahwa kon- turut menurun di Provinsi Jawa Barat, Jawa
sumsi susu segar sangat kecil dibanding Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
dengan konsumsi susu bubuk/kaleng. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI), dan
terendah di Provinsi Sumatera Utara. Namun
Diantara kebutuhan protein hewani,
demikian berdasarkan populasi sapi perah,
konsumsi telur relatif paling menyebar di
dari populasi yang tertinggi berturut-turut di
seluruh wilayah. Kebutuhan telur tidak hanya
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
untuk konsumsi segar namun sebagian besar
Barat, Sumatera Utara, DIY, dan terendah di
untuk bahan campuran industri produk pangan
DKI.
olahan. Pada tahun-tahun krisis moneter
produksi telur dalam negeri menurun sekitar Kalau diasumsikan bahwa populasi
sembilan persen dibanding setelah pemulihan sapi betina dewasa sebanyak 55,4 persen
krisis moneter (1999-2000) yakni sekitar (Statistik Peternakan, 2001) dan lama laktasi
636,45 ribu ton/tahun. Untuk memenuhi kon- selama 305 hari, maka produktivitas per ekor

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

46
150000 250000

200000
100000
150000
ekor

ton
100000
50000
50000

0 0
Jatim Jateng Jabar DIY DKI Sumut
Populasi 139075 114834 84788 4069 3857 6420
Prod. Susu 214581 78931 184515 6888 5094 4615

Gambar 1. Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah di Enam Provinsi Terbesar, 2000

potong adalah pola pembibitan/pembesaran


sapi dari yang terbesar adalah di Provinsi
anak. Hanya sebagian kecil peternak yang
Jawa Barat (12,8 kg/ekor/h), DIY (10,01
khusus mengelola usahanya sebagai usaha
kg/ekor/h), Jawa Timur (9,1 kg/ekor/h), DKI
penggemukan. Pada pola usaha pembibitan
(7,8 kg/ekor/h), Sumatera Utara (4,2 kg/
tersebut secara ekonomis kurang mengun-
ekor/h), dan terendah di Jawa tengah (4,1
tungkan. Namun demikian, kenyataan menun-
kg/ekor/h). Dari jumlah total produksi susu
jukkan bahwa pola usaha demikian masih
nasional tahun 2000, ternyata dipasok dari
tetap berkembang. Berdasarkan informasi
enam wilayah sentra produksi sebesar 99,5
bahwa tatalaksana usaha ternak pola pem-
persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa
bibitan akan kurang efisien pada usaha
konsumen susu segar adalah penduduk di
intensif.
daerah perkotaan. Pada tahun yang sama,
menunjukkan bahwa konsumsi susu di Upaya keberlanjutan usaha ternak
Indonesia adalah 0,57 g/kap/h (Statistik sapi potong ternyata dapat dikaitkan dengan
Peternakan, 2001). wilayah persawahan (padi) intensif. Jerami
padi yang cukup berlimpah (yang selama ini
Berdasarkan sebaran data populasi
dibakar) sebenarnya dapat dimanfaatkan
sapi potong di Indonesia tahun 2000 (Statistik
sebagai pakan sapi potong. Bahkan dengan
Peternakan, 2001), nampak bahwa wilayah
introduksi teknologi pengkayaan nutrisi jerami
sentra sapi potong dari yang terbanyak adalah
padi yang ramah lingkungan (melalui teknologi
di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
fermentasi dengan menambahkan mikroba
Sulawesi Telatan, Aceh, Bali. Dihubungkan
pemecah sellulosa atau amoniasi) dapat
dengan kepadatan wilayah maka wilayah dari
meningkatkan nilai gizi pakan. Berdasarkan
yang terpadat adalah di Provinsi Jawa Timur,
estimasi bahwa dari luasan lahan sawah yang
Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, dan
ditanami padi per musim tanam, produksi
Aceh. Suatu fenomena menarik untuk dikaji,
jerami padi (relatif sama dengan produksi padi)
bahwa populasi ternak berhubungan pula
yang dihasilkan dapat mencukupi satu ekor
dengan populasi penduduk. Keadaan ini
sapi selama setahun. Usaha ternak sapi
menunjukkan bahwa skala usaha sapi potong
potong dapat dikaitkan sebagai penghasil
relatif kecil. Populasi sapi potong di lima
pupuk organik (kompos) yang sangat diperlu-
provinsi padat ternak menyumbang 59,4 per-
kan untuk usahatani ramah lingkungan.
sen. Sebagian besar pola usaha ternak sapi

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

47
Konsep Crop Livestock System (CLS) yang Konsentrasi populasi ternak babi di
diimplementasikan oleh Pusat Penelitian Indonesia terutama di wilayah yang mayoritas
Peternakan dan Balai Pengkajian Teknologi penduduknya adalah non muslim. Urutan
Pertanian (BPTP) dapat dikembangkan untuk wilayah dengan populasi babi tertinggi ber-
meningkatkan populasi ternak sapi. turut-turut adalah di Provinsi Bali, Sumatera
Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Irian Jaya
Sebagai penghasil daging, populasi
(Papua), dan Sulawesi Selatan. Populasi babi
kerbau di Indonesia relatif rendah. Populasi
di lima wilayah sentra produksi (3.478.123
kerbau sekitar 21,85 persen dibanding popu-
ekor) berkontribusi sebesar 64,93 persen
lasi sapi potong. Dari lima wilayah sentra
terhadap populasi nasional. Pada umumnya
kerbau, dari yang tertinggi populasinya ber-
bangsa babi yang dipelihara peternak adalah
turut-turut adalah di Provinsi Aceh, Jawa
babi lokal yang bobot badannya relatif kecil
Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan
dengan pola usaha yang bersifat tradisional.
Sumatera Barat. Berdasarkan sebaran popu-
Pada pola yang demikian sebenarnya rawan
lasi kerbau, nampak bahwa populasi kerbau
terhadap serangan penyakit. Seperti diketahui
relatif banyak di wilayah Barat Indonesia.
bahwa beberapa tahun lalu telah terjadi wabah
Hanya di wilayah Sulawesi Selatan populasi
penyakit kolera (hog cholera) yang secara
kerbau relatif cukup banyak. Sifat fisiologik
nyata membunuh babi dalam jumlah yang
kerbau yang relatif sedikit kelenjar keringatnya
sangat besar.
dibanding sapi dan kulitnya relatif tebal, kurang
cocok dikembangkan di daerah panas dan Kebijakan negara Singapura yang me-
lembab. Untuk wilayah yang panas, kerbau larang usaha ternak babi (yang juga masya-
akan sering berkubang. Konsep CLS juga rakatnya sebagai konsumen daging babi),
cocok dikembangkan untuk usaha ternak sebenarnya merupakan peluang untuk
kerbau, karena kemampuan yang lebih baik pengembangan usaha ternak babi. Namun
untuk mencerna serat kasar. Permasalahan demikian karena persyaratan mutu daging
yang sering dihadapi peternak kerbau adalah yang dikehendaki relatif tinggi, hanyalah
panjangnya selang beranak. Keadaan ini industri peternakan yang menggunakan
berhubungan dengan tingginya kejadian berahi bangsa babi impor yang dapat memasok
tenang (silent heat) dan kurangnya keterse- kebutuhan pasar tersebut, misalnya industri
diaan pejantan. Peningkatan produktivitas peternakan di Pulau Bulan dan sekitarnya di
kerbau melalui perbaikan mutu genetik dapat Provinsi Riau Kepulauan. Konsep integrasi
dilaksanakan melalui intensifikasi program usahatani hortikultura (sayuran) dengan usaha
inseminasi buatan (IB). ternak babi di Sumatera Utara merupakan
konsep yang cukup baik untuk pengembangan
Selain sebagai penghasil daging, ter-
usaha.
nyata dari spesies kerbau terdapat bangsa
kerbau penghasil susu (kerbau Murrah). Populasi kambing hampir menyebar di
Potensi kerbau sebagai penghasil susu telah seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan se-
dikembangkan peternak di Sumatera Barat baran padat kambing di lima wilayah terpadat,
dan Sumatera Utara. Susu kerbau olahan di Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah
Sumatera Barat dan Sumatera Utara dikenal terpadat populasi kambing dan berturut-turut
dengan Dadih. Sedang di Sumatera Utara, menurun di Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat,
susu kerbau banyak dikonsumsi oleh pen- Sumatera Utara, dan Lampung. Kontribusi
duduk etnis India. Program persilangan antara populasi di lima wilayah padat kambing
kerbau lumpur (swamp buffalo) dengan kerbau sebesar 65,9 persen dari populasi kambing
Murrah (river buffalo) dapat pula dijadikan nasional. Dari lima wilayah padat kambing
alternatif untuk menjadikan kerbau dwiguna. tersebut sebagian besar populasi kambing
Tingginya populasi kerbau di Sulawesi Selatan terdapat di pulau Jawa. Bangsa kambing yang
banyak berkaitan dengan budaya masyarakat dipelihara peternak adalah kambing Kacang
yang memotong kerbau untuk acara adat. Di dan Peranakan Etawah (PE). Kenyataan
Sulawesi Selatan didapati salah satu galur lapang menunjukkan bahwa pola usaha ternak
kerbau yang harganya sangat tinggi yang adalah pola pembibitan/pembesaran anak dan
dikenal dengan kerbau belang (tedong bonga). dipelihara sebagai usaha sambilan. Karena
sifatnya yang sambilan tersebut, sumbangan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

48
pendapatan usaha ternak relatif masih rendah dari produksi daging. Dari populasi ayam
(10 – 17 persen) terhadap total pendapatan broiler di Indonesia sebesar 530.874.057 ekor,
usahatani. Di salah satu wilayah sentra konsentrasi populasi berturut-turut di Provinsi
produksi kambing PE bibit di Kecamatan Jawa Barat 37 persen, Jawa Timur 16,59 per-
Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa sen, Jawa Tengah 13,5 persen dan Sumatera
Tengah; usaha ternak kambing relatif membe- Utara sebesar 5,1 persen. Usaha ternak ayam
rikan sumbangan pendapatan yang cukup ras pedaging merupakan usaha ternak yang
besar. Hasil pengamatan Subandriyo et al. sangat intensif. Populasi ayam ras pedaging
(1995) menunjukkan bahwa morphologik yang tinggi di Pulau Jawa berhubungan
kambing PE bibit tersebut relatif sama dengan dengan ketersediaan pasar (padat penduduk),
morfologik kambing Etawah (Jamnapari) yang ketersediaan modal, lahan, dan keterampilan.
di impor dari India pada jaman pendudukan Pola kemitraan dengan industri pembibitan
Belanda yakni sekitar tahun 1927–1932 ayam broiler dan perusahaan pakan ternak
(Merkens dan Syarif, 1932 dalam Utojo, 1973). sangat menentukan keberhasilan usaha. Na-
Pola perbaikan mutu genetik dengan sistem mun demikian usaha ternak ayam ras sangat
pembibitan inti bersifat terbuka (open nucleus rentan terhadap gejolak harga bibit dan pakan
breeding scheme) dan cukup rasional untuk ternak. Ketergantungan terhadap faktor ekster-
dikembangkan. nal ini cukup membatasi perkembangan usaha
ternak ayam ras.
Salah satu potensi kambing PE adalah
kemampuannya untuk menghasilkan susu, Berdasarkan pengelompokan populasi
yaitu berkisar antara 0,8 – 1,5 liter/hari dengan dan produksi telur konsumsi di lima provinsi
masa laktasi sekitar lima bulan. Potensi ini terbesar, nampak bahwa populasi ayam
ternyata belum berkembang pada petani petelur dari yang tertinggi adalah di Provinsi
karena faktor ketidakbiasaannya untuk meng- Sumatera Utara, dan berturut-turut menurun di
konsumsi susu kambing. Terdapat kecende- Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
rungan bahwa di kota-kota besar susu Tengah, dan terendah di Provinsi Sulawesi
kambing dibutuhkan untuk kecantikan (mandi Selatan. Namun demikian berdasarkan ke-
susu, sabun susu) dan sebagai obat (ashma mampuan produksi telur, dari yang tertinggi
dan obat batuk). Namun, nilai jual susu berturut-turut adalah di Provinsi Jawa Barat,
kambing relatif masih tinggi, yaitu sekitar Rp. Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah,
10.000 per liter. Upaya pemanfaatan susu dan Sulawesi Selatan. Produksi telur di lima
kambing dapat pula dikaitkan dengan upaya provinsi terbesar tersebut, ternyata menyum-
diversifikasi pangan dan peningkatan gizi bang 77,26 persen dari produksi telur nasional
masyarakat.
Populasi domba sekitar setengah dari
PERMASALAHAN PETERNAKAN
total populasi kambing. Berdasarkan sebaran
padat populasi domba di lima wilayah, Provinsi
Jawa Barat merupakan provinsi terpadat
sebesar 45,7 persen dan berturut-turut menu- Perdagangan Internasional
run di Provinsi Jawa Tengah 26,7 persen, Indonesia yang tercatat sebagai nega-
Jawa Timur sebesar 18,1 persen, Sumatera ra konsumen hasil ternak dunia yang terus
Utara sebesar 2,5 persen dan Aceh sebesar tumbuh menghadapi beberapa permasalahan,
1,6 persen. Dari gambaran tersebut nampak yaitu : impor produk peternakan itu mempe-
bahwa populasi domba terkonsentrasi di Pulau ngaruhi produksi dalam negeri, Indonesia
Jawa. Sama halnya dengan populasi sapi memasukan produk peternakan yang tidak
potong, konsentrasi domba berkorelasi positif halal, isu tarif dan non tarif, dan isu penye-
dengan populasi penduduk. Bangsa domba baran penyakit. Impor produk peternakan yang
yang dipelihara penduduk adalah domba ekor menjadi masalah tahun 2001 adalah impor
tipis dan domba ekor gemuk. paha ayam dari Amerika Serikat, daging sapi
Produksi daging unggas nasional dari Irlandia, Jagung dari Argentina dan impor
tahun 2000 dipasok dari daging ayam broiler kulit dari negara Eropah. Menurut aturan
sebesar 62,9 persen atau sekitar 35,6 persen perdagangan bebas, maka importir dapat
memasukan produk tersebut, namun hal itu

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

49
tidak dapat dilakukan karena penerbitan Surat Masalah Kehalalan
Izin Rekomendasi. Produk peternakan yang
Masalah kehalalan sebagai salah satu
tidak mendapat Surat Rekoemndasi Impor
rekomendasi pembatasan impor merupakan
(SRI) tidak akan boleh masuk ke Indonesia.
senjata yang cukup ampuh bagi pemerintah
SRI tersebut sudah dicabut sehubungan
saat ini untuk melindungi usaha peternakan
dengan UU No. 7 tahun 1994 tentang
dalam negeri. Namun sampai kapankah
perdagangan bebas namun SRI ternyata telah
Indonesia bisa bertahan dengan alasan
digunakan untuk menahan impor paha ayam,
tersebut? Jika status kehalalan sudah jelas,
daging, susu, kulit ternak dan jagung. SRI
dan sudah dijamin oleh negara ekportir,
yang terbit tahun 2001 untuk menghambat
apakah impor ayam dan paha ayam dapat
impor mengandung tiga alasan yakni
dilakukan kembali? Saat ini impor ayam hanya
pertimbangan pencegahan dan menghambat
khusus untuk kebutuhan bahan baku bagi
penyebaran penyakit PMK, aspek kehalalan,
industri pengusaha daging ayam dan tidak
dan menyangkut masalah perlindungan usaha
untuk dipasarkan di pasar tradisional. Hal ini
rakyat.
memang pernah terjadi dengan Australia, dan
Rekomendasi pembatasan impor paha kini Australia telah menjamin kehalalan daging
bawah ayam tentu saja dipertimbangkan dari yang dimasukan ke Indonesia, sehingga tidak
ketidakadilan dalam perdagangan bebas. ada alasan pemerintah untuk menolak impor
Karena daging paha bawah ayam merupakan daging tersebut.
produk buangan di Amreika Serikat, yang tentu
saja harganya sudah diperhitungkan dalam
Masalah Penyakit PMK
produk dada ayam yang dipasarkan di sana,
maka harga paha ayam tersebut sangat Pemerintah pada tahun 2001 melalui
murah. Maka tidak adil jika produk ini masuk Surat Edaran Menteri Pertanian: TN510-2001
ke dalam negeri dan menghancurkan perusa- dengan pertimbangan pengamanan penyeba-
haan peternakan domestik yang menjual ayam ran PMK dalam negeri telah melarang impor
secara utuh. Selain itu, juga diragukan status hewan dan hasil hewan, bahan baku pakan
kehalalan produk paha ayam tersebut. dan peralatan mesin peternakan bekas dari
Sehingga dapat disimpulkan kebijaksanaan negara-negara Uni Eropa dan negara-negara
pembatasan impor paha ayam secara umum Amerika Selatan. Komoditas umum yang
tidak akan memberikan dampak negatif baik terkena peraturan ini adalah ternak dan produk
pada konsumen maupun pada produsen/ dari sapi, babi, ayam, produk susu olahan
peternak. Dampak yang mungkin terjadi ada- dan sebagainya. Larangan impor ini bisa
lah pada perjanjian bilateral antara Indonesia bersifat sementara tergantung pada pengu-
dan Amerika Serikat, misalnya jika Amerika muman badan International Animal Health:
Serikat melakukan pembalasan dengan mem- Code Office International des Epizooties (OIE)
batasi impor tekstil dari Indonesia dan yang menyatakan apakah suatu negara bebas
sebagainya. atau telah dapat menggendalikan PMK.
Secara tidak langsung larangan impor ini
Selain kemungkinan penolakan SRI
memberikan keuntungan bagi peternak dalam
oleh pihak Amerika Serikat maka di dalam
negeri untuk bisa menutupi kebutuhan impor
negeri juga bermasalah karena penerbitan SRI
tersebut. Namun peluang ini telah dimanfaat-
oleh Dirjen Peternakan dianggap oleh para
kan oleh Australia dan New Zealand. Untuk
pengusaha sebagai tindakan yang tidak mem-
kesekian kali, peternak dan pengusaha dalam
punyai dasar hukum. Ini merupakan salah
negeri tidak memanfaatkan momentum pe-
satu kebijakan sebagai akibat dugaan penga-
luang yang tersedia.
ruh buruk terhadap pasar global pada produksi
dalam negeri. Untuk menghindarkan hal ini Dampak negatif dari larangan ini ada-
maka SRI harus mempunyai kekuatan hukum lah penurunan produksi pakan oleh pabrik
dan diakui dalam perdagangan bebas dunia, pakar yang sudah terbiasa mengimpor bahan
sehingga tidak dianggap sebagai keputusan baku dari negara-negara Uni Eropa dan
yang sepihak. Berikut disampaikan pemikiran Amerika Selatan. Kasus yang paling jelas
tetang kehalalan dan penyakit PMK. tahun 2001 adalah larangan masuknya 60.000
ton jagung dari Argentina. Impor ini telah

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

50
berulangkali berlangsung tanpa larangan, oleh persen per tahun (data tahun 2001 dan 2002
karena itu para pengimpor melakukan protes adalah data proyeksi). Penurunan populasi ini
kepada pemerintah. Tetapi pemerintah, seba- lebih merisaukan karena terjadi pada lima
gaimana diumumkan oleh Menteri Pertanian wilayah sentra produksi yakni NTB, NTT, Bali,
Bungaran Saragih, tidak mau mengambil Sulawesi dan Lampung masing-masing 8,3
resiko sekecil apa pun. Pertanyaan yang persen, 4,7 persen, 0,1 persen, 3,4 persen dan
muncul adalah, jika jagung impor tersebut 4,8 persen per tahun. Hadi et al. (2002)
dapat dideteksi bebas PMK, apakah larangan melaporkan keadaan penurunan populasi ter-
impor itu tetap berlaku? Yang pasti bahwa nak pada tahun 2000 yang cukup mempriha-
larangan impor tersebut hanya sebatas men- tinkan tersebut. Penurunan populasi ini akan
cegah penularan penyakit PMK yang untuk terus berlanjut pada tahun 2003.
Indonesia telah dinyatakan bebas PMK. Bagi
Jumlah total sapi potong di kelima
pabrik pakan yang tidak melakukan impor
wilayah ini untuk tahun 2002 diperkirakan
bahan baku dari kedua kelompok negara
sebesar 2,45 juta ekor atau sekitar 20 persen
terlarang tersebut, tentu saja mengambil
dari populasi nasional. Indonesia akan sulit
keuntungan dalam persaingan karena mereka
menggantungkan diri pada ke lima provinsi
dapat mengisi kekosongan produksi pakan
tersebut untuk masa mendatang, sedangkan
pabrik yang terkena larangan.
untuk mengharapkan dari Jawa Timur sebagai
provinsi paling banyak memiliki sapi potong
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak bisa diandalkan karena ternak potong di
wilayah ini lebih banyak digunakan untuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dite-
tujuan usaha tani.
tapkan oleh pemerintah melalui PP 12, tahun
2001. PPN khusus untuk peternakan pernah Pemerintah daerah telah melaksana-
dibebaskan oleh Presiden Abdulrachman kan berbagai program untuk meningkatkan
Wahid, tetapi kemudian diperlakukan kembali. populasi ternak, tetapi program itu masih
Alasan pembebasan itu adalah bahwa PPN itu bersifat tradisonal baik bentuk dan caranya.
bisa berlaku bertingkat. Misalnya jagung dan Usaha-usaha ini sudah dilaksanakan selama
bahan baku lainnya yang sudah kena PPN, 30 tahun dan hasilnya malah populasi
ketika dikonsumsi ternak untuk menjadi daging menurun, produktivitas menurun dan pening-
maka daging tersebut terkena PPN lagi. katan pemotongan sapi betina. Disarankan
Masalah penolakan PPN telah mencuat sejak pada pemerintah untuk merubah strategi
diterbitkan bulan Maret dan terus berlangsung peningkatan populasi, misalnya dengan
hingga saat ini. Kasus terakhir adalah pemba- membangun peternakan skala besar. Melalui
yaran PPN 10 persen terhadap 40 ribu ekor farm tersebut pemerintah kemudian melak-
sapi bakalan yang ditahan oleh bea dan cukai. sanakan IB, sedangkan untuk kegiatan sub-
Para pengusaha enggan membayar pajak sistem usaha ternak-ternak tersebut dapat
tersebut karena pertimbangan membantu disebarkan kepada petani dengan cara tukar
pemerintah dalam menyediakan daging untuk menukar. Sapi-sapi petani yang masuk dalam
masa lebaran dan kedua impor itu dilakukan camp segera ditingkatkan mutunya, terutama
sebelum PPN itu diterbitkan. Tetapi pemerin- produktivitas daging. Namun dari semua
tah akan tetap melaksanakan PPN sebesar 10 penyelesaian di atas, simpul yang penting
persen tersebut karena impor sapi bakalan dalam pengembangan produksi dan populasi
hanya untuk konsumsi orang kaya, sedangkan adalah pengadaan bibit ternak sapi (Soehadji,
di daerah produsen daerah harga daging 50 2000).
persen dari harga daging di Jakarta. Jadi
pengenaan PPN 10 persen tersebut hanya
mempengaruhi masyarakat kelas atas di Pajak dan Retribusi Pemerintah Daerah
Jakarta. (Otonomisasi)
Tahun 2001 adalah tahun kedua pene-
Penurunan Populasi di Wilayah Produksi rapan otonomi daerah pada tingkat provinsi
dan kabupaten. Proses otonomi ini masih
Secara nasional populasi sapi potong
dianggap kacau dan menimbulkan banyak
dari tahun 1994 -2002 menurun sebesar 3,1

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

51
masalah antara lain ada kecenderungan perusahan, retribusi penertiban pengeluaran
pemerintah daerah untuk menjadi raja di ternak ke luar daerah, retribusi pengawasan
daerah sendiri dengan memfokuskan pengum- dan pemgeluaran hasil ternak/unggas ke luar
pulan PAD melalui keringat rakyat. Pengertian daerah, retribusi pencegahan dan pemberan-
otonomi sudah disalahkan baik secara konsep tasan ternak terhadap penyakit ngorok dan
maupun praktek. Salah satu contoh adalah vaksinasi, retribusi penerimaan timbangan
penarikan retribusi yang tidak sah dengan ternak dan retribusi sewa kandang babi.
berbagai dalih.
Atas dasar itu seluruh penarikan
Sebagaimana telah diatur dalam UU retribusi yang tidak termasuk dalam daftar
18/1997 pasal 18 s/d 28 (Tunggal, 1999), tersebut harus dicabut kembali. Berikut adalah
objek retribusi adalah berbagai jenis jasa daftar retribusi yang ditarik oleh pemerintah
tertentu yang disediakan oleh Pemerintah daerah:
Daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh
1. Retribusi ijin penggunaan jalan. Retribusi
pemerintah daerah dapat dipungut retribusi,
ijin penggunaan jalan ini berlaku luas di
namun hanya jenis jasa tertentu yang menurut
berbagai daerah TK II sejak tahun 2000.
pertimbangan sosial ekonomi layak untuk
Retribusi sejenis yang bisa dikenakan
dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu
adalah retribusi pemeliharaan jalan dan
tersebut dikelompokkan dalam tiga golongan
dispendasi atas muatan lebih serta
yaitu jasa umum, jasa usaha dan perizinan
retribusi bongkar muat ternak, retribusi ijin
tertentu. Dari ketiga bentuk ini maka permo-
masuk kota dan retribusi pengeluaran
honan perijinan paling banyak disalahgunakan
ternak keluar daerah.
oleh daerah yang cenderung merugikan para
pengusaha. 2. Retribusi pemeriksaan daging yang ber-
asal dari luar daerah dan dipasarkan
Menurut definisi UU 18 tahun 1997,
dalam daerah dimaksud. Retribusi peme-
yang dimaksud dengan fungsi perijinan untuk
riksaan kesehatan hewan ternak, hasil
mengadakan pembinaan, pengaturan, pengen-
ternak dan hasil ikutannya di luar rumah
dalian dan pengawasan pada dasarnya
potong.
pemberian ijin oleh pemerintah daerah tidak
harus dipungut retribusinya. Tetapi untuk 3. Retribusi kartu ternak .
melaksanakan fungsi tersebut pemerintah
daerah mungkin masih kekurangan biaya yang Dari 68 jenis retribusi yang harus
tidak selalu dapat dicukupi dari sumber- dicabut dari berbagai daerah TK II terdapat
sumber pemerintah daerah, sehingga terdapat setidaknya sebanyak 27 buah menyangkut
perijinan tertentu yang masih dipungut retri- peternakan baik langsung atau tidak langsung.
busi. Retribusi perijinan yang umum adalah ijin Selain retribusi tanpa Perda ada pula
mendirikan bangunan dan ijin peruntukan penarikan retribusi yang bersifat sumbangan
penggunaan tanah. Dalam UU tersebut untuk alasan perawatan jalan, lingkungan dan
dinyatakan bahwa jenis-jenis retribusi yang sebagainya. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
termasuk golongan retribusi jasa umum, jasa daerah dengan menarik 1 rupiah per liter air
usaha dan perijinan tertentu ditetapkan de- susu yang dihasilkan. IMF juga telah
ngan peraturan pemerintah sekalipun menjadi merekomendasikan supaya retribusi tersebut
wewenang pemerintah daerah. dicabut dan dibatalkan. Masalah yang muncul
adalah pemerintah pusat berwenang
Dalam hal berkaitan dengan perma- membatalkan perda tersebut? Mungkin akan
salahan peternakan ini adalah perijinan men- makan waktu panjang untuk mencabut
dirikan bangunan kandang dan perijinan retribusi tersebut. Jika demikian halnya tahun
penggunaan tanah untuk peternakan. Dalam 2000, produksi peternakan akan menghadapi
hal pajak PBB yang mengharuskan peternak ekonomi biaya tinggi dan itu akan mengurangi
membayar pajak bangunan ternak dan pajak orang untuk investasi dalam peternakan,
penggunaan air bawah tanah. Penggunaan air mengurangi keinginan pedagang ternak
untuk memandikan ternak, membersihkan kan- mengangkut ternak dari daerah produsen ke
dang ternak terkena biaya pajak. Pajak lain pusat konsumsi dan sebagainya. Hal ini
adalah pajak potong hewan, pajak pendaftaran memberatkan bagi pengangkutan ternak dari

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

52
daerah produsen ke Jakarta. Misalnya dari giatan-kegiatan yang tidak terkait dengan
NTB ke Jakarta, maka ternak tersebut akan pengembangan peternakan. Dengan tingkat
banyak sekali harus membayar retribusi dari B/C rasio tersebut di atas, maka pengembalian
satu daerah ke daerah yang lain. Seluruh modal perusahaan akan membutuhkan waktu
retribusi ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi. yang lama dan setiap tahun nilai investasi
terus meningkat.
Harga-harga faktor tetap seperti modal
Tinjauan Khusus: Agribisnis Sapi Perah
peternak, modal anggota, modal koperasi dan
Pengalaman 30 tahun telah memper- biaya pengurus seluruhnya mempengaruhi
lihatkan bahwa keberhasilan pola pengem- keuntungan secara positif. Dengan demikian
bangan sapi perah melalui koperasi hanya peningkatan modal dan biaya organisasi akan
berpengaruh pada peningkatan produksi dan memberikan pengaruh nyata terhadap ke-
peningkatan kesempatan kerja dipedesaan naikan keuntungan. Namun demikian, koperasi
(Yusdja dan Rusastra, 2001). Sampai saat ini sebagai sebuah perusahaan yang dimiliki oleh
hampir 90 persen produksi susu segar dalam anggota tidak menggunakan modal dan inves-
negeri dihasilkan oleh koperasi. tasi secara efisien. Koperasi telah membelan-
jakan kekayaan anggota dengan manfaat yang
Koperasi dengan proses pembentukan
sangat rendah. Hal ini terlihat jelas dari uji
“top down” dan intervensi pemerintah yang
skala usaha koperasi sapi perah yang dilaku-
sangat besar dalam mengatur organisasi dan
kan Yusdja dan Sayuti (2002) yang memperli-
bisnisnya, sebenarnya tidak sesuai dengan
hatkan bahwa skala perusahaan koperasi
azas koperasi yang seharusnya berakar dari
berada dalam kondisi decreasing return to
bawah. Pembentukan anggota koperasi
scale yang berarti biaya rata-rata berada
bukanlah atas dasar akumulasi modal anggota
diatas biaya mininum yang cenderung menaik.
tetapi lebih banyak bersifat pemberian kredit
Artinya, ukuran skala usaha koperasi terlalu
ternak sapi dalam rangka kemitraan dengan
besar dibandingkan dengan luas usaha pada
bantuan modal sepenuhnya dari pemerintah.
tingkat biaya minum. Dengan pengertian lain,
Status anggota koperasi hanya berfungsi pada
koperasi berada dalam fase harus menghen-
saat menjual susu segar dan pembayaran
tikan usahanya atau mengurangi produksi dan
iuran wajib serta simpanan pokok. Fungsi lain
melakukan reorganisasi faktor-faktor produksi.
seperti fungsi kontrol dalam rapat pleno dan
Implikasinya adalah bahwa peternak yang
hak-hak lainnya tidak berjalan. Akibatnya
bermitra dengan koperasi akan mendapat
koperasi sebagai lembaga ekonomi menjalan-
kesulitan besar dalam berkembang.
kan manajemen tanpa pengawasan yang ketat
oleh anggota, justru sebaliknya koperasi Dengan tingkat suplai yang sangat
cenderung lebih berkuasa mengatur anggota. rendah tersebut pertumbuhan produksi susu
segar juga relatif rendah yakni 8,4 persen per
Berdasarkan kreteria efisiensi usaha
tahun. Maka dalam tahun 2002, Indonesia
yakni B/C rasio, memperlihatkan bahwa
akan tetap mengalami kekurangan susu segar
koperasi telah menggunakan investasi secara
sebagai bahan baku produk, dan ini berarti
tidak rasional dengan B/C rasio 1,005; bahkan
Indonesia akan terus mengimpor susu. Pro-
dari tahun ke tahun kelayakan penggunaan
duksi susu segar dalam negeri 92 persen
investasi semakin menurun. Koperasi mempu-
dihasilkan oleh peternak rakyat yang berga-
nyai kecenderungan untuk melakukan mis-
bung dalam koperasi sapi perah. Perkemba-
manajemen dan pemborosan. Hal ini juga
ngan tahun 2002 tidak ada perubahan drastis,
telah dilaporkan oleh Yusdja dan Sayuti
tidak ada investasi baru dan tidak ada pe-
(2002).
ngembangan populasi ternak selain pertum-
Kerugian peternak diperkirakan 15 buhan rutin. Pertumbuhan produksi susu segar
persen per tahun dibandingkan jika investasi yang terjadi adalah pertumbuhan rutin karena
itu disimpan dalam bentuk deposito. Koperasi ada peternak memasukkan sapi-sapi replace-
dapat bertahan hidup, karena selalu mendapat ment stock dengan produktivitas tinggi meng-
dana segar dari hasil penjualan susu segar gantikan sapi-sapi tua. Diramalkan tidak ada
peternak anggota pada IPS dan penggunaan lonjakan produksi susu segar dalam dua-tiga
dana segar tersebut untuk membiayai ke- tahun mendatang.

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

53
Tinjauan Khusus Agribisnis Sapi Potong Tinjauan Khusus Agribisnis Ayam Ras
Sekalipun agribisnis sapi potong ba- Industri agribisnis ayam ras adalah
nyak bermasalah yang meliputi pengadaan air, industri peternakan yang termaju dan paling
pakan, skala usaha, dan manajemen peter- lengkap. Namun struktur produksi masih labil
nakan rakyat, namun pada tahun 2000 walaupun terus bergerak menuju struktur skala
Pemerintah menetapkan tahun 2005 akan menengah dan besar. Usaha rakyat terus
dicapai swasembada daging (Sudardjat, terjepit dengan diramalkan akan menghilang
2003). Sekarang Indonesia berada pada tahun terutama untuk ayam ras petelur. Pemerintah
2003, namun belum terlihat bahwa produksi berulangkali menyampaikan bahwa Indonesia
daging asal sapi akan mampu menutupi sudah swasembada daging ayam dan telur,
kebutuhan penduduk. Keadaan populasi masih namun permasalahan peternakan rakyat
sangat rentan terhadap pengurasan ternak masih sangat runyam.
terutama pada wilayah penghasil utama seper-
Tahun 2002 adalah tahun cobaan
ti NTT dan NTB dan impor sapi bakalan terus
besar bagi peternakan ayam broiler karena
bergerak naik. Pada sisi lain industri pengge-
pada tahun itu harga broiler di tingkat peternak
mukan terus meningkat baik di daerah maupun
anjlog 30 persen, sementara harga tahun 2003
di pedesaan. Industri penggemukan dalam
anjlog sampai 500 persen. Akan kiamatkah
bentuk feedlot juga memperlihatkan perkem-
perunggasan kita? Demikian pertanyaan Tim
bangan dalam 3 tahun terakhir. Namun demi-
Trobos (2003). Namun demikian, harga broiler
kian feedlot menggunakan sapi bakalan impor.
di tingkat eceran tidak terusik. Hal ini memper-
Berdasarkan data ABS Australia lihatkan suatu bentuk pasar oligopoli terutama
(Livecorp, 2001), ekspor sapi Australia ke para pedagang besar yang menguasai pema-
Indonesia terbesar dari berbagai negara im- sokan ayam pada kios eceran di Jakarta.
portir seperti Brunei, Mesir, Jepang, Jordania, Disinyalir bahwa pedagang besar adalah yang
Libya, Malaysia, Mexico, dan Philipina. Tahun menguasai RPA skala besar dengan kapasitas
2000 sekitar 35 persen dari total ekspor sapi tampung untuk penyimpanan yang relatif be-
dari Australia adalah untuk Indonesia. Apfindo sar. Dari segi peternakan broiler rakyat, penu-
telah membina hubungan kerjasama dengan runan harga broiler yang dihadapinya tak lain
Live Corporation ini terutama dalam memba- adalah pihak yang dikorbankan. Peningkatan
ngun rumah potong di Bandung dan memberi- produksi broiler yang dilakukan pihak swasta
kan penjelasan kesehatan ternak Australia atau skala besar menguasai pasar lebih kuat.
dalam beberapa seminar. Dengan mengguna-
kan rumus sederhana dengan asumsi semua
tetap, LogY = log A + Blog t, maka diperoleh
2 PENUTUP:
dengan R =0,71 diperoleh proyeksi pertumbu-
SARAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
han r=12,6 persen per tahun. Impor sapi ba-
AGRIBISNIS PETERNAKAN
kalan tahun 2000 adalah 296.723 ekor diper-
kirakan tahun 2001 sebesar 340.443 ekor dan
diproyeksikan untuk tahun 2001 Australia akan
Agribisnis Sapi Potong
ekpor ke Indonesia sebesar 386.030 ekor.
Berdasarkan diskusi di atas dapat Isu penting untuk agribisnis sapi
dikatakan, bahwa Indonesia tidak mungkin potong adalah penurunan populasi yang terus
swasembada daging khususnya sapi pada berlanjut dari tahun ke tahun. Banyak program
tahun 2005 dan juga mungkin diragukan yang telah dilaksanakan tetapi tidak memberi-
swasembada daging tahun 2010 jika swa- kan dampak yang meyakinkan pada penyela-
sembada itu secara keseluruhan mengguna- matan ternak potong khususnya pada wilayah
kan sumberdaya lokal. Masalah utama yang produksi. Pemerintah sebaiknya merubah
harus diselesaikan terutama adalah masalah strategi peningkatan populasi ternak sekalipun
pembibitan, investasi padang penggembalaan dengan teknik yang sama seperti penggunaan
dan pengawetan hijau-hijauan serta perbaikan IB, pemberantasan penyakit kandungan,
usaha peternakan rakyat dan barulah berikut- mencegah pemotongan ternak betina produktif
nya merancang swasembada daging sapi. dan sebagainya. Salah satu saran yang perlu
diperhatikan adalah mengkonsentrasikan prog-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

54
ram itu pada suatu areal tertentu dengan usaha. Khususnya dalam hal ini adalah mana-
pengawasan yang intensif. Pada wilayah ter- jemen atau pengurus koperasi harus menge-
sebut program harus disertai dengan pening- luarkan biaya-biaya tetap dan peubah secara
katan hijauan ternak dan segala sesuatu yang lebih rasional. Dalam hal ini banyak pos-pos
menunjang seperti pengairan, pengolahan pengeluaran yang harus dihentikan seperti
tanah dan sebagainya. Sehingga dua saran biaya-biaya yang tidak ada kaitannya dengan
dapat dicapai sekaligus yakni peningkatan peningkatan produksi air susu dan pendapatan
populasi dan peningkatan produktivitas ternak. serta keuntungan koperasi. Selain itu perlu
dilakukan penghematan pada semua pos.
Agribisnis Sapi Perah Beberapa perusahan koperasi dalam 20
tahun terakhir ini telah berhasil mengumpulkan
Koperasi disarankan melakukan reor-
modal yang relatif besar dalam bentuk tanah,
ganisasi secara keseluruhan, mulai dari sistem
bangunan, kendaraan dan kekayaan dalam
pengangkatan pengurus dan tim pengawas
bentuk mesin-mesin dan peralatan. Dengan
serta karyawan. Restrukturisasi harus diarah-
kekayaannya yang sudah ada tersebut maka
kan pada Undang-Undang Koperasi. Salah
koperasi seharusnya sudah mampu mandiri
satu kegiatan restrukturisasi adalah menetap-
melepaskan diri dari IPS dan membangun
kan kembali tujuan koperasi untuk menyejah-
sendiri sebuah IPS. Apalagi, dengan kemam-
terakan anggota dan bukan sebaliknya. Kon-
puan modal dan kekayaan yang sudah ada,
sekuensi dari ini adalah bahwa koperasi tidak
koperasi tidak akan mendapatkan kesulitan
perlu menjadi suatu lembaga bisnis yang
kredit dengan bank untuk tujuan tersebut.
mencari profit sendirian, tetapi harus bersama-
Perlu juga diperhatikan bahwa nilai tukar
sama dengan para peternak anggota. Ini ber-
rupiah terhadap dollar US yang diramalkan
arti azas mendapatkan keuntungan maksimum
akan membaik pada masa mendatang akan
berlaku untuk semua pemilik usaha termasuk
menyebabkan tingkat daya saing susu segar
koperasi. Koperasi lebih baik mengubah sikap
dalam negeri menurun dan kemungkinan IPS
terhadap anggota. Jika kedua pihak memaksa-
tidak lagi mengambil air susu dalam negeri
kan untuk memaksimumkan keuntungan maka
(Ilham dan Swastika, 2000).
akan terjadi penindasan terhadap yang lemah,
yang dalam hal ini usaha rakyat. Yusdja dan
Sajuti (2002) melaporkan bahwa skala usaha Agribisnis Ayam Ras Broiler
koperasi yang diukur dari besar investasi yang
Permasalahan yang dihadapi ayam
ditanam dan kekayaan aset ternyata tidak
ras khususnya ayam broiler saat ini hanyalah
efisien. Jika demikian peternak mengalami
merupakan suatu fenomena pergeseran struk-
pembinaan oleh koperasi yang sebenarnya
tur usaha ternak dari banyak perusahaan
mempunyai kondisi operasional yang parah.
menjadi beberapa buah perusahaan skala
Koperasi sebaiknya menghentikan pe- besar. Peternakan rakyat pada akhirnya akan
ningkatan investasi dan melakukan restrukturi- tenggelam. Jika pemerintah ingin melestarikan
sasi semua unit usaha dan reorganisasi usaha rakyat maka perlu kebijakan pengem-
sumberdaya manusia yang digunakan. Kope- bangan kemitraan. Peternakan rakyat membu-
rasi harus segera menghentikan pengeluaran tuhkan suatu konsep kemitraan dengan pihak
semua biaya-biaya untuk pos-pos yang tidak inti (perusahaan swasta skala besar) dengan
produktif. Restrukturisasi usaha dapat ber- sistem bagi hasil yang saling menguntungkan.
bentuk menghentikan semua unit usaha yang Kemitraan ini harus berlangsung secara ter-
tidak menguntungkan dan membangun industri buka dan itu memudahkan pengawasan baik
pengolahan dan unit-unit yang terkait dengan oleh pemerintah maupun masyarakat.
peningkatan pelayanan pada peternak. Kope-
rasi disarankan pula melakukan reorganisasi
penggunaan faktor produksi terutama membe- DAFTAR PUSTAKA
nahi kembali sistem pengupahan karyawan,
sistem pendanaan pengurus dan arah peng-
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan
gunaan yang keseluruhannya harus lebih Departemen Pertanian. 2001. Buku Statis-
berorinetasi dan dikaitkan dengan efisiensi tik Peternakan.

PROFIL DAN PERMASALAHAN PETERNAKAN Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Wahyuning K. Sejati

55
Hadi P. U; N. Ilham; A. Tahar; B. Winarso; D. Subandriyo, B.Setiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti,
Vincent; and D. Quirke. 2002. Improving W.K. Sejati, D. Anggraeni, R.S. Sianturi,
Indonesia’s Beef Industry. ACIAR Hastono, O. Butar-butar. 1995. Analisis
Canberra. Australia. Potensi Kambing Peranakan Etawah dan
Sumberdaya di Daerah Sumber Bibit
Ilham, N. dan D.K.S. Swastika. 2000. Analisis Daya Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengem-
Saing Susu Segar Dalam Negeri Pasca bangan Peternakan.
Krisis Ekonomi dan Dampak Kebijakan
Pemerintah Terhadap Usaha Peternakan Sudardjat, S. 2003. Operasionalisasi Program
Sapi Perah di Indonesia. Laporan Hasil Trobosan Menuju Kecukupan Daging Sapi
Peneltian. Tahun 2005. Analisis Kebijakan Pertanian.
Vol. 1. Nomor 1. Maret. p. 12-19. Pusat
Livecorp. 2001. Data of Cattles Exkport. Which Penelitian dan Pengembangan Sosial
Published by ABS Internet. The Internet Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
Web Side is Livecorp, Australia. Pengembangan Pertanian Departemen
Merkens, J. dan A. Syarif. 1932. Bijdrage tot de Pertanian. Bogor.
Kennis van de Geitenfokkerij in Tim Trobos. 2003. Akan Kiamatkah Perunggasan
Nederlandsh Oost Indie (Sumbangan Kita? Majalah Trobos. N0 42 Maret. p13-
Pengetahuan tentang Peternakan Kambing 15. PT Permata Wacana Lestari. Jakarta.
di Indonesia) dalam Utoyo, R.P. (penter-
jemah), 1979. Domba dan kambing. LIPI. Tunggal, H. S. 1999. Pajak Daerah dan Retribusi
Pertanian. Daerah. Harvarindo. Jakarta.
Sajuti. R. 2003. Meningkatkan Peran RPH Yusdja, Y. dan I. W. Rusastra. 2001. Industri
Meningkatkan Pendapatan Peternak dan Agribisnis Sapi Perah Nasional Menantang
Ketahanan Pangan. Laporan Hasil Pene- Masa Depan. Jurnal Forum Agro Ekonomi
litian. Working Paper. Maret 2003. Pusat (FAE). Volume 19, No. 1, Juli. P. 33-42.
Penelitian dan Pengembangan Sosial Pusat Penelitian dan Pengembangan So-
Eonomi Pertanian. Bogor. sial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Soehadji. 2000. Membangun Peternakan Sapi Yusdja, Y. dan Sajuti. 2002. Skala Usaha Koperasi
Lokal. Trobos. Vol IV. Januari 2000. p iv- Susu dan Implikasinya bagi Pengemba-
vii. Jakarta. ngan Usaha Sapi Rakyat. Jurnal Agro
Ekonomi (JAE). Volume 20. Nomor 1. Mei.
p48-63. Pusat Penelitian dan Pengemba-
ngan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 21 No. 1, Juli 2003 : 44 - 56

56

Anda mungkin juga menyukai