{ Konsep Dasar }
“Usaha Peternakan Nasional harus dijalankan secara terpadu dalam skala dan prinsip industri agar menghasilkan produk
ternak yang bermutu dan efisien, sehingga memungkinkan tercipta daya saing dan standar mutu yang konsisten sebagai
prasyarat pertumbuhan populasi menuju kemandirian dan swasembada daging nasional.”
{ Fundamental Industri }
Sebagai usaha strategis harus dijalankan dalam skala industri-kontinuitas
Pembibitan penyediaan bibit bermutu dan pertumbuhan populasi berkelanjutan.
Sebagai tulang punggung harus dijalankan dengan skala usaha ekoomis-usaha
Usaha Penggemukan bernilai tambah dengan multiplayer effect pertumbuhan ekonomi pedesaan dan
kemitraan petani dan peternak menengah kecil.
Harus dijalankan dengan payung regulasi dan tata niaga yang jelas, tegas, dan
Usaha Pemotongan/RPH
konsisten-usaha strategis penyediaan pangan asal hewan yang memberi jaminan
mutu dan keamanan pangan serta menciptakan daya saing daging dalam negeri.
Harus semaksimal mungkin bersandar pada bahan baku daging produksi dalam negeri
Usaha Industri Daging Olahan
yang menjamin adanya standar mutu, efisien, serta konsistensi ketersediaan.
o Angka pengganda outputya cukup tinggi, yaitu 2,35 (daging dan jeroan) dan 1,89 (produk daging olahan). Artinya,
jika permintaan daging dan produk olahannya naik sebesar 1 rupiah maka output nasional secara total akan meningkat
untuk sektor daging, jeroan dan sejenisnya sebesar 2,35 rupiah, dan untuk produk daging olahan sebesar 1,89 rupiah.
o Selain itu, angka penganda daging dan jeroan (menurut data I/O, 2005) berada pada urutan pertama dari 175
sektor, sedangkan produk daging olahan dan awetan pada ranking 29.
Hal ini merupakan indikator bahwa peternakan sapi potong memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk menciptakan
pengganda output dalam perekonomian nasional..