Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan dan Dinamika Produksi Ternak Potong

{ Konsep Dasar }
“Usaha Peternakan Nasional harus dijalankan secara terpadu dalam skala dan prinsip industri agar menghasilkan produk
ternak yang bermutu dan efisien, sehingga memungkinkan tercipta daya saing dan standar mutu yang konsisten sebagai
prasyarat pertumbuhan populasi menuju kemandirian dan swasembada daging nasional.”

{ Fundamental Industri }
Sebagai usaha strategis harus dijalankan dalam skala industri-kontinuitas
Pembibitan penyediaan bibit bermutu dan pertumbuhan populasi berkelanjutan.
Sebagai tulang punggung harus dijalankan dengan skala usaha ekoomis-usaha
Usaha Penggemukan bernilai tambah dengan multiplayer effect pertumbuhan ekonomi pedesaan dan
kemitraan petani dan peternak menengah kecil.
Harus dijalankan dengan payung regulasi dan tata niaga yang jelas, tegas, dan
Usaha Pemotongan/RPH
konsisten-usaha strategis penyediaan pangan asal hewan yang memberi jaminan
mutu dan keamanan pangan serta menciptakan daya saing daging dalam negeri.
Harus semaksimal mungkin bersandar pada bahan baku daging produksi dalam negeri
Usaha Industri Daging Olahan
yang menjamin adanya standar mutu, efisien, serta konsistensi ketersediaan.

{ Gambaran Produksi Sapi Potong }


Angka populasi ternak potong terutama sapi terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Namun angka konsumsi
daging di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan daya beli masyarakat terhadap daging masih kurang. Daging
dianggap sebagai bahan pangan komoditas tinggi sehingga harganya relatif mahal. Perekonomian masyarakat sangat
memengaruhi daya beli masyarakat. Kenaikan harga BBM atau tarif listrik PLN juga dapat memengaruhi.
3 Provinsi dengan kebutuhan daging tertinggi : DKI Jakarta, Jabar, Banten. Yaitu 2500 ekor per hari.
8 Provinsi produsen sapi potong tertinggi : Jatim, Jateng, Lampung, DIY, Bali, NTB, NTT.

{ Fenomena Industri Sapi Potong }


o Peningkatan kebutuhan daging lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan produksi dalam negeri.
o Pola pengembanan peternakan di tingkat petani masih belum berubah (ternak diterjemahkan rojokoyo, tabungan bukan
industri).
o Program yang dikembangkan belum berorientasi jangka panjang dan susteinablelitas serta kurang membumi.
o Komoditas sapi potong belum bisa tergantikan dengan komoditas lain, mempunyai kekhasan tersendiri yang tidak mudah
serta merta digantikan.
o Habit konsumen daing masih memilih daging segar.
o Konsumsi daging Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga.
o Pertumbuhan ekonomi berdampak langsung terhadap peningkatan konsumsi daging perkapita per tahun
o Kenaikan harga daging cukup bombastis sejak tahun 2012 dan belakangan bertahan diharga yang tinggidi setiap bulan
bahkan dapat merubah image bahwa harga daging sapi tinggi hanya pada bulan tertentu (HBKN).
o Penyebaran populasi sapi/ruminansia besar tidak merata dan populasi yang banyak berada di wilayah padat penduduk,
hal ini memicu kompetisi pakan.

{ Peran Peternakan Sapi Potong dalam Pembangunan Ekonomi (IRSA, 2008) }


o Industri daging dan jeroan memiliki keterkaitan dengan 66 industri lainnya
o Industri daging olahan memiliki keterkaitan dengan 54 industri lainnya
Dis-agregasi data lebih lanjut menunjukkan pola keterkaitan:
o Industri daging dan jeroan ke 37 sektor hulu, dan 29 sektor hilir
o Industri daging olahan ke 37 sektor hulu dan 17 sektor lainnya (baik hulu maupun hilir)

Peternakan sapi potong memiliki keterkaitan terhadap 120 industri lainnya.

o Angka pengganda outputya cukup tinggi, yaitu 2,35 (daging dan jeroan) dan 1,89 (produk daging olahan). Artinya,
jika permintaan daging dan produk olahannya naik sebesar 1 rupiah maka output nasional secara total akan meningkat
untuk sektor daging, jeroan dan sejenisnya sebesar 2,35 rupiah, dan untuk produk daging olahan sebesar 1,89 rupiah.
o Selain itu, angka penganda daging dan jeroan (menurut data I/O, 2005) berada pada urutan pertama dari 175
sektor, sedangkan produk daging olahan dan awetan pada ranking 29.

Hal ini merupakan indikator bahwa peternakan sapi potong memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk menciptakan
pengganda output dalam perekonomian nasional..

{ Gambaran Umum Perkembangan Kambing dan Domba }


o Domba dan kambing berkontribusi penting dalam pemenuhan gizi masyarakats
o Merupakan usaha peternakan rakyat yang dilakukan secara kultural
o Populasi tersebar seluruh Indonesia
o Prospek ekonomis di masa mendatang
o Pemenuhan konsumsi dalam neeri dan peluang ekspor

{ Gambaran Umum Perkembangan Kambing dan Domba }


o Pola budidaya masih tradisional
o Minimnya pengetahuan dalam berbudidaya
o Akses pasar yang terbatas
o Rendahnya minat peternak dalam mengembangkan pembibitan
o Akses permodalan dalam meningkatkan skala usaha budidaya dan pembibitan
o Tidak adanya Rumah Potong Hewan untuk kambing domba yang berstandar internasional

{ Gambaran Ekspor Domba Tahun 2018 }


o Perdana dilaunching oleh menteri pertanian Andi Amran Sulaiman pada bulan Juni 2018, dari Jatim sebanyak 3 kali 7.100
ekor.
o PT Inkopmar Cahaya Buana mengekspor domba jenis ekor tipis ke Malaysia. Berdasarkan kerja sama dengan importir
asal Malaysia, Ternakan Kamtan Trading SDN BHD, keduanya sepakat untuk melakukan jual-beli sebanyak 60.000
ekor domba jantan.
o Teknis pengiriman adalah 5000 ekor domba perbulan dengan berat domba sekitar 30kg per ekor.
o Direncanakn tahun depan kontrak ekspor domba akan meningkat menjadi 100.000 ekor per tahun.

Anda mungkin juga menyukai