Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zahira Firdausi

NIM : 210501110136
Kelas : Pengantar Ekonomi Mikro (B)
Dosen Pengampu : Nora Ria Retnasih , S.E, M.E

PENAWARAN, PERMINTAAN, DAN KONSUMSI PRODUK


PETERNAKAN DI INDONESIA

Penawaran, Permintaan, dan Konsumsi Produk


Judul Peternakan di Indonesia

Nama Jurnal Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi

Volume & Halaman Vol. 15 No. 1&2 , Halaman 17-33


Tahun 1997
Penulis Tjeppy D. Soedjana
Reviewer Zahira Firdausi
Tanggal 8 Maret 2022

Untuk mengetahui implikasi teori permintaan dan


Tujuan Penelitian penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran terhadap produk peternakan di Indonesia.
Permintaan dan Penawaran terhadap Produk Peternakan
Subjek Penelitian
di Indonesia
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penelitian
lapangan dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan
menghimpun dan mencatat data yang relevan dengan
Metode Penelitian
tema penelitian baik dalam bentuk dokumen, buku-buku
(Studi Pustaka) dan infografis, dan data dari Badan Pusat
Statistik(BPS).
- Teknik pengumpulan data yaitu dengan studi
pustaka, proyeksi permintaan menggunakan
pendekatan ekonometrikan dan pendekatan trend
secara historis.
- Fokus menggunakan teori permintaan dan
penawaran untuk mengetahui faktor apa saja
Langkah Penelitian yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
terhadap minat masyarakat terhadap produk
peternakan.
- Menyusun hasil dari analisis permintaan dan
penawaran terhadap produk perternakan di
Indonesia.
- Mengumpulkan data hasil penelitian.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan perbaikan


kesejahteraan masyarakat Indonesia memberikan dampak
terhadap laju kebutuhan pangan yang cenderung terus
meningkat. Lalu dengan adanya dinamika kebutuhan
pangan, komposisi menu makanan rumah tangga
konsumen berubah dan semakin beragam dan juga secara
bertahap menuju peningkatan kearah konsumsi protein
hewani, seperti produk peternakan, perikanan, dan produk
Pendahuluan
hortikultura. Pada komoditas peternakan seperti daging,
telur, dan susu merupakan komoditas pangan yang
berprotein tinggi dan memiliki harga yang relatif tinggi.
Konsumsi atau perminitaan produk ternak sangat
berkaitan terhadap kemampuan atau daya beli
masyarakat, dan dapat dikatakan bahwa produk
perternakan merupakan produk-produk yang elastis
terhadap pendapatan.

1. Penawaran Produk Peternakan


Penawaran produk peternakan di Indonesia pada tahun
1969 hingga 1994 menunjukkan produk daging adalah
komoditas yang paling banyak diproduksi dibandingkan
Hasil Penelitian dengan telur dan susu. Produk daging dapat berupa dari
ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba,
babi, ayam buras, ayam broiler,ayam petelur, dan spesies
penghasil daging lainnya. Analisis penawaran
menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan trend secara
historis dan pendekatan ekonometrika. Dengan kedua
pendekatan tersebut, proyeksi produksi peternakan pada
Pelita VII menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi
daging pada tahun 1998 sekitar 1,7 juta ton menjadi 2,5
juta ton di tahun 2005 yang berarti memiliki laju
pertumbuhan sebesar 5,37 persen per tahun. Lalu
produksi telur dimana pada tahun 1998 sekitar 0,68 juta
ton menjadi 0,85 juta ton (2005) yang berarti memiliki
laju pertumbuhan sebesar 3,38 persen per tahun.
Sedangkan produksi susu pada tahun 1998 sekitar 0,5 juta
ton menjadi 0,56 juta ton sehingga pada produksi susu
memliki laju pertumbuhan sekitar 2,53 persen per tahun,
dan laju pertumbuhan produksi susu memiliki nilai paling
rendah diantara komoditas lainnya. Lalu berdasarkan
proyeksi produksi daging dari berbagai spesies ternak
pada Pelita VII menunjukkan bahwa daging sapi sebagai
pemasok yang cukup besar dengan laju pertumbuhan
sebesar 10,7 persen per tahun. Selanjutnya produksi
daging ayam yang juga mengalami peningkatan sebesar 8
persen per tahun
2. Permintaan Produk Peternakan
Pada periode 1987-1995 pengeluaran rumah tangga untuk
produk daging, telur dan susu cenderung meningkat,
terutama pada komoditas telur dan susu mengalami
kenaikan rata-rata 2,6 persen per tahun. Analisis Proyeksi
permintaan produk pertanian seperti daging,telur, dan
susu dapat dilakukan jika angka-angka elastisitas
pendapatan masyarakat terhadap permintaan produk telah
dimiliki. Berdasarkan Tabel Proyeksi Permintaan Daging,
Telur, dan Susu di Indonesia dengan keterangan
pertumbuhan rendah (3%) dan Pertumbuhan Tinggi (6%),
asumsi pertumbuhan rendah sebesar 3 persen di pedesaan
tertinggi dari komoditas oleh broiler sebesar 10,74 persen
dan daging buras sebesar 10,17 persen. Sedangkan
wilayah kota tertinggi dari komoditas yaitu susu sebesar
10,38 dan daging buras sebesar 9,12 persen. Perkiraan
peningkatan permintaan juga diiringi dengan oleh
kemampuan penawaran yang terkait pada sistem budi
daya, input, dan persaingan pasar. Analisis permintaan
terhadap telur menunjukkkan bahwa telur bersifat elastis
terhadap perubahan harga, komoditas telur memiliki
hubungan subtitusi dengan daging dan komplementer
dengan susu. Sedangkan daging sapi memiliki sifat elastis
juga terhadap perubahan pendapatan masyarakat,
memiliki hubungan subtitusi dengan ayam ras, dan
memiliki hubungan komplementer terhadap daging babi.
3. Kondisi Konsumsi Produk Peternakan di
Indonesia
Dalam tahun (1982-1992) konsumsi seluruh produk
pertanian mengalami peningkatan laju pertumbuhan
konsumsi produk pertanian mulai dari daging sapi dan
kerbau sebesar (1,31%), daging babi (1,15%), daging
ayam ras (7,65%) , daging ayam kampung(4,16%),
daging lainnya(-1,37%), telur (6,29%), dan susu
(1,38%). Tingkat permintaan produk peternakan
dipengaruhi oleh harga produk yang bersangkutan, harga
barang subtitusi atau komplementer, tingkat pendapatan
dan selera konsumen. Seperti hubungan antara daging
ayam kampung dengan daging sapi mempunyai sifat
subtitusi, dimana jika harga per satuan daging ayam
kampung lebih murah dibandingkan dengan harga per
satuan daging sapi , maka konsumen akan memilih
produk yang lebih murah yaitu daging ayam kampung
tersebut. Di daerah pedesaaan, produk peternakan yang
memiliki konsumsi per kapita paling tinggi yaitu
komoditas telur dan daging ayam buras. Sedangkan di
daerah kota, konsumsi per kapita tertinggi yaitu telur dan
daging ayam ras. Demikian juga diketahui bahwa baik di
daerah kota maupun desa, rumah tangga dengan kelas
pendaapatan yang tinggi akan cenderung mengkonsumsi
produk peternakan yang memiliki harga yang lebih
tinggi.

• Memaparkan hasil penelitian disertai dengan data


yang cukup, grafik perubahan tingkat permintaan
atau penawaran baik produksi dalam negeri
ataupun impor, dan tabel yang menggambarkan
Keunggulan tingkat daya beli konsumen dari tahun ke tahun.
• Menggunakan banyak referensi.
• Menjelaskan dengan rinci presentase perubahan
peningkatan produksi terhadap masing-masing
produk peternakan.
• Permintaan dan penawaran terhadap produk
peternakan bersifat fluaktif dari tahun ke tahun.
Kelemahan
• Solusi yang dipaparkan tidak dapat menyelesaikan
semua permasalahan.
• Menurut saya, disini penulis lebih fokus terhadap
salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran saja yaitu, pendapatan masyarakat
yang berpengaruh terhadap permintaan dan
penawaran terhadap produk peternakan. Padahal
faktor yang mempengaruhi permintaan &
penawaran tidak dilihat dari satu faktor itu saja.
Penawaran produk peternakan seperti daging, telur, dan
susu melalui pendekatan trend secara historis telah
menunjukkan komoditas yang cukup unggul khususnya
daging dan telur, komoditas tersebut juga melakukan
ekspor dan menekan impor, dan Kemampuan produksi
komoditas tersebut ditunjukkan dari segi permintaa yang
ditandai dengan elastisitass pendapatan terhadap daging
baik di wilayah kota maupun pedesaan. Selanjutnya,
permintaan komoditas daging, telur, dan susu pada waktu
lalu permintaan produk tersebut dipengaruhi oleh harga
disamping produk subtitusinya, tetapi dimasa mendatang
permintaan tersebut akan dipengaruhi melalui faktor
harga dan juga kualitas dari produk tersebut. Konsumsi
per kapita secara historis menunjukkan perbaikan dari
Kesimpulan tahun ke tahun bahkan seperti komoditas daging unggas
dan telur mampu melebihi target. Konsumsi per kapita
akan selalu mengalami perbaikan baik dalam tingkat
pendapatan, penyedian produk, akesebilitas untuk dapat
menjangkau produk , dan lain-lain. Perbedaan kondisi
antara masyarakat pedesaan dengan perkotaan yaitu,
masyarakat kota memiliki daya beli yang relatif tinggi
disertai dengan tingkat pendapatan mereka yg juga tinggi,
memiliki akses yang mudah ke pasar, karakteristik
masyarakat yang juga terbuka.Sedangkan masyarakat
pedesaan, terutama di daerah pelosok, akses menjangkau
pasar susah karena sarana prasaran yang kurang
memadai, rendahnya daya beli, dan kesadaran tentang
kesehatan dan pola makan yang baik.

Sumber Jurnal :
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/5264/PENAWARA
N%2c%20PERMINTAAN%20DAN%20KONSUMSI%20PRODUK%20PETER
NAKAN%20DI%20INDONESIA.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai