PROPOSAL INVESTASI
INDUSTRI DAGING SAPI
TERINTEGRASI HULU–HILIR
Pakusari – Kabupaten Jember
TENTANG
PERUSAHAAN
Kami merupakan perusahaan rintisan yang bergerak pada industri daging sapi
terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan menerapkan sistem “Supply Chain
Management” berbasis digital sebagai solusi berkelanjutan yang selaras dengan
alam, manusia, dan teknologi.
Visi
Menjadi perusahaan yang menguasai rantai pasok daging sapi dari hulu
hingga hilir.
Misi
1. Menghasilkan daging sapi berkualitas dengan harga kompetitif.
2. Menghasilkan daging sapi yang halal dan sehat untuk masyarakat.
3. Menciptakan bisnis yang berkelanjutan, mendukung perbaikan lingkungan
dan membangun ekonomi masyarakat yang kuat.
HALAMAN 02
RINGKASAN EKSEKUTIF
PT Metode Hayati Indonesia (PT MHI)
berkomitmen menjadi pemimpin
dalam industri daging sapi dengan
penekanan pada penggemukan sapi,
pemotongan hewan, dan pemasaran
produk daging sapi. Strategi
perusahaan mencakup rantai pasok
terintegrasi, kemitraan berkelanjutan,
dan investasi teknologi. Potensi
pertumbuhan diidentifikasi di pasar
lokal dengan menerapkan segmentasi
pasar yang cermat.
Strategi pemasaran dan penjualan mencakup segmentasi pasar yang responsif, promosi
digital, dan pengembangan tim penjualan yang kompeten. Layanan pelanggan dan
monitoring yang efektif menegaskan komitmen PT MHI terhadap kepuasan pelanggan.
Dalam merespon potensi risiko, PT MHI mengusung prinsip-prinsip strategis, seperti studi
pasar mendalam, diversifikasi, pemantauan berkelanjutan, dan komitmen pada
kepatuhan dan keberlanjutan.
LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir, impor daging sapi di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Kendati populasi sapi di Indonesia mengalami pertumbuhan, namun belum
mampu memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri secara optimal. Tantangan
semakin membesar dengan kenyataan bahwa harga daging sapi cenderung meningkat
setiap tahunnya. Di beberapa wilayah, terutama di Kabupaten Jember, daya beli masyarakat
terhadap daging sapi tidak mengalami peningkatan sebanding. Hal ini menciptakan
kesenjangan antara harga daging sapi yang terus melonjak dan daya beli masyarakat yang
relatif rendah. Kabupaten Jember, sebagai salah satu kabupaten dengan populasi sapi yang
besar di Jawa Timur, tidak luput dari dampak tersebut (BPS, 2023).
Peningkatan harga daging sapi di Jember menjadi suatu tantangan bagi konsumen yang
kesulitan mengaksesnya. Akibatnya, sebagian besar pejagal dan pedagang daging di pasar
lokal cenderung menyembelih sapi betina untuk memenuhi kebutuhan pasar. Meskipun
secara hukum, menyembelih sapi betina produktif dilarang, namun kenyataannya semua
pihak nampaknya enggan untuk menegakkan aturan ini. Harga sapi betina yang lebih
rendah menjadi faktor utama di balik praktik ini. Sebagai perbandingan, harga per kilogram
sapi jantan hidup berkisar antara Rp 60.000 hingga 70.000, sedangkan harga per kilogram
sapi betina hidup berkisar antara Rp 50.000 hingga 55.000. Dengan perbedaan harga yang
signifikan ini, menyembelih sapi betina menjadi solusi praktis bagi pejagal dan pedagang
daging sapi agar tetap dapat meraih keuntungan dalam menjalankan usaha pemotongan
daging sapi (Data Primer, 2023).
Fenomena ini, apabila dibiarkan terus menerus, berpotensi menimbulkan dampak buruk
bagi populasi sapi dalam jangka panjang. Adanya kecenderungan menyembelih sapi betina
secara tidak terkontrol dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi sapi nasional. Hal
ini berpotensi memperlebar kesenjangan antara pasokan dan permintaan daging sapi di
tingkat nasional, yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah impor daging sapi.
HALAMAN 04
Jika dicermati, permasalahan ini tidak terlepas dari nilai konversi bobot hidup menjadi
karkas. Meskipun harga sapi jantan saat ini cenderung tinggi, nilai konversi karkas tidak
selalu sebanding. Di Indonesia, nilai karkas sapi tergolong rendah, berkisar antara 45%
hingga 55%, tergantung pada jenis sapi dan perawatan yang diberikan. Berdasarkan data
lapangan, rata-rata nilai konversi karkas berada di angka 51%. Untuk memperoleh daging
tanpa tulang, nilai konversinya adalah 75% dari karkas, sehingga diperoleh nilai konversi
sekitar 38% daging tanpa tulang dari bobot hidup (Data Primer, 2023).
Apabila kita membandingkan nilai konversi bobot hidup sapi menjadi karkas di Amerika
Serikat, nilai konversinya sangat tinggi, yaitu berkisar antara 62% hingga 64%. Dengan nilai
konversi sebesar itu, harga bobot hidup sapi yang tinggi masih dapat diterima karena juga
akan menghasilkan karkas dan daging yang lebih banyak (South Dakota State, 2022).
Pada saat ini, PT MHI memiliki program ambisius untuk meningkatkan nilai konversi bobot
sapi hidup menjadi karkas dengan target 58% hingga 60%, serta menghasilkan daging sapi
yang halal, sehat, dan berkualitas dengan harga yang kompetitif secara berkelanjutan. PT
MHI telah menyiapkan beberapa amunisi bioteknologi mutakhir yang akan dikolaborasikan
dan diintegrasikan melalui kemitraan bersama masyarakat, terutama di Kabupaten Jember.
Tujuan dari keberhasilan industri daging sapi terintegrasi hulu-hilir ini adalah untuk
mengatasi permasalahan harga daging sapi di Kabupaten Jember, memungkinkan ekspansi
penjualan di luar kota, menciptakan keunggulan dalam menghasilkan daging sapi dengan
harga yang lebih terjangkau, mengambil alih dan meningkatkan permintaan pasar daging
sapi melalui penguasaan rantai pasok dari hulu hingga hilir, serta membangun ekonomi
masyarakat Kabupaten Jember yang kuat melalui program pelatihan dan kemitraan.
HALAMAN 05
ANALISIS PASAR
Dalam memahami dinamika industri daging sapi, analisis pasar menjadi landasan utama
dalam rencana kami. Melalui pemahaman mendalam terhadap permintaan, tren, persaingan
pasar, dan harga saat ini, kami bertekad untuk merumuskan strategi yang responsif dan
efektif guna mencapai keunggulan kompetitif dalam industri yang dinamis ini.
PT MHI saat ini memiliki daftar 40 pasar tradisional di seluruh Kabupaten Jember, serta lebih
dari 500 warung dan rumah makan olahan daging sapi, terutama di 3 kecamatan:
Sumbersari, Patrang, dan Kaliwates di Kabupaten Jember. Menurut hasil riset pasar
sebelumnya yang dilakukan oleh PT MHI, warung dan rumah makan memiliki potensi
pembelian daging sapi berkisar antara 0,25 hingga 2 kg per hari, dengan permintaan spesifik
untuk babat, limpa, usus, paru, dan hati sejumlah 0,5 hingga 1 kg per hari. Sementara itu,
permintaan dari pedagang daging di pasar biasanya mencapai 5 hingga 20 kg per hari.
Warung dan rumah makan umumnya menyimpan stok daging dalam freezer, dan sebagian
dari mereka memilih untuk membeli daging dalam keadaan segar setiap harinya. Beberapa
warung dan rumah makan memiliki kebutuhan sekitar 20 hingga 30 kg daging sapi per hari,
sedangkan beberapa pedagang daging sapi di pasar memerlukan 40 hingga 60 kg daging
sapi per hari.
Pada bulan Ramadhan, terjadi kegiatan rutin insidental yang dikenal sebagai arisan daging
sapi. Kegiatan ini melibatkan kelompok masyarakat dalam lingkup rumah tangga.
Permintaan dari setiap kelompok biasanya berkisar antara 200 hingga 500 kg daging sapi,
terkadang disertai dengan permintaan jeroan, tulangan, dan bahan untuk membuat rawon.
Permintaan terhadap daging sapi oleh kelompok masyarakat ini terus meningkat dari tahun
ke tahun, meskipun tidak secara signifikan.
HALAMAN 06
B. TREN PASAR
Sesuai hasil riset pasar PT MHI sebelumnya, secara umum tidak terdapat perubahan tren
pasar yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Pada hari biasa, permintaan
pedagang daging sapi di pasar didominasi oleh warung dan rumah makan. Namun, pada
bulan Ramadhan dan hari-hari besar keagamaan, permintaan dari konsumen rumah tangga
biasanya mengalami peningkatan.
Ada fenomena kecil yang tidak termasuk dalam tren pasar secara makro, yaitu kehadiran
daging sapi beku di masyarakat. Meskipun masyarakat cenderung lebih memilih daging
sapi segar dibandingkan daging beku, berdasarkan riset pasar PT MHI sebelumnya,
terungkap bahwa permintaan terhadap daging sapi beku terus meningkat setiap tahunnya,
meskipun tidak secara signifikan.
Sesuai hasil riset pasar PT MHI, berikut adalah harga pasar saat ini:
Harga sapi di tingkat konsumen rumah tangga adalah Rp 120.000/kg untuk daging super
dan Rp 115.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat warung dan rumah makan adalah Rp 115.000/kg untuk daging super dan Rp
110.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat pedagang sapi di pasar adalah Rp 110.000/kg untuk daging super dan Rp
105.000/kg untuk daging biasa.
HALAMAN 07
D. PESAING
Sesuai hasil riset pasar PT MHI sebelumnya, ekosistem daging sapi di Kabupaten Jember
terbukti sangat kompleks. Di sektor hilir, terdapat banyak pedagang daging sapi di pasar
tradisional dan pedagang daging sapi impor dalam bentuk beku. Meskipun keduanya
memiliki perbedaan, terdapat juga kesamaan dalam model bisnis mereka. Pedagang sapi
tradisional cenderung menunggu pelanggan di stand mereka tanpa melakukan promosi,
sementara pedagang sapi impor menunggu pelanggan di toko mereka dengan melakukan
promosi secara lokal dan melalui media sosial.
Pada tahun pertama operasional, para pedagang daging dapat dianggap sebagai pesaing
bagi perusahaan. Namun, pada tahun kedua dan seterusnya, pedagang daging berpotensi
menjadi mitra bagi perusahaan sebagai saluran pemasaran.
Berdasarkan hasil riset pasar kami berikutnya, PT MHI merupakan pelopor dan inovator
dalam industri daging sapi di wilayah Kabupaten Jember. Kami tidak menemukan pesaing
yang berhasil mencapai tingkat integrasi hulu hilir se-komprehensif seperti yang diterapkan
oleh PT MHI. Secara khusus, tidak ada pihak perseorangan atau perusahaan di wilayah
Kabupaten Jember yang telah mengadopsi teknologi advanced PT MHI, seperti rekayasa
peningkatan ADG (Average Daily Gain), rekayasa peningkatan rendemen karkas, dan
pemanfaatan pakan dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Dengan demikian, PT MHI memiliki peluang unik untuk mendominasi pasar lokal dan
membangun kemitraan yang berkelanjutan dengan pelaku industri di sektor ini.
Sesuai hasil riset pasar PT MHI di atas, untuk dapat menguasai permintaan daging sapi di 3
kecamatan (Sumbersari, Patrang, dan Kaliwates) di Kota Jember, strategi paling efektif
adalah menawarkan produk segar dengan harga lebih terjangkau dibandingkan harga
pasar.
Untuk mencapai harga yang lebih terjangkau dan berkelanjutan, perlu dilakukan rekayasa
teknologi untuk meningkatkan rendemen karkas dan menurunkan biaya produksi, sehingga
produk yang dihasilkan memiliki kualitas lebih baik dan harga jual yang lebih kompetitif.
Agar strategi ini berhasil, langkah pertama adalah memulai produksi dan pemasaran
dengan skala industri, yang dimulai dengan membangun siklus rantai pasok terintegrasi
dari hulu hingga hilir.
HALAMAN 08
MODEL BISNIS
Membangun rantai pasokan industri daging sapi terintegrasi hulu-hilir merupakan
tantangan yang menarik. Salah satu strategi kunci adalah dengan memperkuat kolaborasi
dan integrasi antara sektor peternakan, pemprosesan daging, dan distribusi. Dengan
kolaborasi dan integrasi yang kuat, dapat dipastikan kualitas daging sapi tetap terjaga sejak
hulu (peternakan) hingga hilir (pasar).
Di hulu, fokus pada pemilihan bibit sapi yang berkualitas, formulasi pakan yang tepat, dan
kondisi peternakan yang baik. Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk meningkatkan ADG
(Average Daily Gain) dan rendemen karkas, serta menurunkan biaya produksi.
Penerapan praktik pertanian berkelanjutan untuk bahan baku pakan dan efisiensi energi
juga membantu menurunkan biaya produksi. Dengan memanfaatkan teknologi dan praktik
terbaik, rantai pasokan daging sapi terintegrasi dapat menghasilkan produk yang lebih
berkualitas dengan harga yang lebih kompetitif di pasar.
Pada kesempatan ini, PT MHI mengusulkan untuk membangun rantai pasok hulu–hilir
dimulai dari skala kecil, yaitu dari internal perusahaan sendiri. Penjelasan lebih detail akan
diuraikan sebagai berikut:
HALAMAN 09
Pada tahun pertama, perusahaan mengkondisikan siklus pemrosesan 1–2 ekor sapi per
hari mulai dari hulu hingga hilir. Pada tahap ini, stok sapi siap potong diperoleh dari
kandang perusahaan sendiri dengan jumlah sebanyak 150 ekor yang dirawat selama 120
hari. Sapi dari kandang sendiri menjadi stok tetap perusahaan sebelum perusahaan
melakukan kemitraan dengan masyarakat. Stok dari kandang sendiri juga dijadikan
sebagai strategi untuk membangun brand daging sapi berkualitas tinggi dengan harga
yang lebih terjangkau, yang bersifat berkelanjutan, sekaligus sebagai contoh bagi calon
mitra peternak di tahun kedua operasional.
Untuk strategi pemasaran pada tahap ini, perusahaan akan memulai dengan membidik
segmen warung dan rumah makan kelas UKM (Usaha Kecil Menengah) dan UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah), dengan tujuan untuk mendapatkan harga tertinggi
dengan permintaan harian yang relatif stabil. Tidak menutup kemungkinan, PT MHI juga
akan menjalin kerjasama dengan beberapa pedagang daging di pasar untuk
membangun saluran pemasaran dan meningkatkan citra merek secara positif. Strategi
penjualan pada tahap ini adalah menerapkan harga yang lebih rendah dibandingkan
harga pasar, ditambah dengan layanan gratis ongkos kirim.
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Nama Kegiatan
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8 ke 9 ke 10 ke 11 ke 12
Pembangunan
Infrastruktur
Prototipe Perawatan
Sapi
Produksi pakan
Perawatan Sapi
Kandang Sendiri
RPH / Produksi
Daging dari Kandang
Sendiri
Pemasaran Daging
Sapi
Pada tahun kedua, perusahaan merencanakan transisi dari siklus pemrosesan 1–2 ekor
sapi per hari menjadi 5–10 ekor sapi per hari melalui skema kemitraan bersama
masyarakat.
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Nama Kegiatan
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8 ke 9 ke 10 ke 11 ke 12
Sosialisasi dan
promosi kemitraan
Pendidikan dan
Pelatihan Kemitraan
Kerjasama Kemitraan
Produksi pakan
Perawatan Sapi
Kandang Sendiri
RPH / Produksi
Daging dari Kandang
Sendiri
RPH / Produksi
Daging dari
Kemitraan
Pemasaran Daging
Sapi
Pada tahun ketiga, perusahaan merencanakan dan menjaga siklus pemrosesan 10–15
ekor sapi per hari, mulai dari hulu hingga hilir.
Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Nama Kegiatan
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8 ke 9 ke 10 ke 11 ke 12
Sosialisasi dan
promosi kemitraan
Pendidikan dan
Pelatihan Kemitraan
Kerjasama Kemitraan
Produksi pakan
Perawatan Sapi
Kandang Sendiri
RPH / Produksi
Daging dari Kandang
Sendiri
RPH / Produksi
Daging dari
Kemitraan
Pemasaran Daging
Sapi
B. TEKNOLOGI PERUSAHAAN
Untuk mewujudkan ambisi menguasai rantai pasok hulu–hilir, PT MHI memiliki tiga
bioteknologi utama, yaitu:
Sorgum BMR adalah jenis sorgum manis yang dihasilkan melalui rekayasa mutasi dengan
menggunakan radiasi sinar gamma nuklir. Sorgum ini memiliki kandungan lignin yang
lebih rendah dan kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sorgum
konvensional dan pakan hijauan lainnya. Lignin adalah senyawa yang menyebabkan serat
kasar pada tanaman, sehingga semakin rendah kandungan lignin, tanaman akan lebih
mudah dicerna oleh ternak. Sorgum BMR juga memiliki kandungan protein dan
karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan produksi daging dan susu
pada ternak.
Sorgum BMR yang dimiliki PT MHI merupakan varietas yang diperoleh langsung dari
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan saat ini PT MHI menjadi salah satu
pemegang benih label kuning (F1) di Indonesia.
Sorgum BMR memiliki peran penting dalam pembangunan industri daging sapi karena
dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak yang berkualitas dan ekonomis.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di lahan marjinal, tahan kekeringan, dan
memiliki produktivitas biomassa yang tinggi. Sorgum BMR selanjutnya diolah menjadi
silase, yaitu pakan fermentasi yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan
memiliki kualitas nutrisi yang stabil.
HALAMAN 13
Setelah uji coba di lahan laboratorium PT MHI, produktivitas biomassa Sorgum BMR
mencapai 100 ton/ha/2 bulan. Sebagai perbandingan, penelitian dari Balai Penelitian
Serealia Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan di Indonesia, dan
program Indo-US Biofuels Research Project oleh University of Florida menyebutkan
bahwa potensi biomassa sorgum berada di kisaran 30–40 ton per hektar/ha/4 bulan.
Selain itu, Sorgum BMR juga merupakan bahan baku yang sangat baik untuk
menghasilkan bioetanol, membuka potensi pengembangan industri terintegrasi di masa
depan.
Berikut dokumentasi produktivitas biomassa Sorgum BMR PT MHI dengan hasil 100
ton/ha/2 bulan:
HALAMAN 14
Untuk mencapai produktivitas biomassa tinggi pada sorgum BMR, yang menjadi kriteria
untuk menciptakan biaya pakan berkualitas tinggi, ekonomis, dan berkelanjutan dalam
rantai pasok ini, diperlukan rekayasa bioteknologi untuk mencapai target tersebut.
Salah satu teknologi bioteknologi yang dimiliki oleh PT MHI adalah pupuk hayati khusus
untuk sorgum BMR, yang telah terbukti mendukung produktivitas biomassa sorgum
mencapai 100 ton/ha/2 bulan.
Pupuk hayati ini terdiri dari empat jenis mikroba asli Indonesia, yaitu Azotobacter sp,
Azospirillum sp, Bacillus sp, dan Micrococcus sp dengan kerapatan 10^9 cfu/ml.
Kerapatan ini merupakan yang tertinggi di Indonesia dan melebihi standar SNI sebesar
10^7 cfu/ml.
Budidaya sorgum BMR dengan aplikasi bakteri Azotobacter sp, Azospirillum sp, Bacillus
sp, dan Micrococcus sp pada kerapatan 10^9 cfu/ml memberikan manfaat yang signifikan
dalam meningkatkan produktivitas sorgum BMR. Berikut adalah manfaatnya secara
detail:
1. Azotobacter sp: Bakteri ini mampu melakukan fiksasi nitrogen bebas di udara ke
dalam bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, aplikasi
Azotobacter sp dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen bagi sorgum BMR, dan
berkolaborasi dengan pupuk nitrogen, yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya
produksi.
2. Azospirillum sp: Bakteri ini membantu meningkatkan penyerapan unsur hara,
terutama nitrogen, fosfor, dan zat besi oleh tanaman. Dengan aplikasi Azospirillum sp,
sorgum BMR dapat memanfaatkan unsur hara secara lebih efisien, yang berpotensi
meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
3. Bacillus sp: Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa
antimikroba dan enzim-enzim yang membantu tanaman melawan patogen dan
memecah bahan organik dalam tanah. Aplikasi Bacillus sp dapat meningkatkan
resistensi tanaman terhadap penyakit dan memperbaiki struktur tanah, yang pada
akhirnya mendukung pertumbuhan sorgum BMR.
4. Micrococcus sp: Bakteri ini berperan dalam mendekomposisi bahan organik dan
meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Dengan aplikasi Micrococcus sp,
sorgum BMR dapat memperoleh nutrisi tambahan dari proses dekomposisi bahan
organik, yang mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Dengan kombinasi bakteri-bakteri tersebut pada kerapatan 10^9 cfu/ml, sorgum BMR
dapat mengalami peningkatan ketersediaan nitrogen, penyerapan unsur hara yang lebih
baik, resistensi terhadap penyakit, dan ketersediaan nutrisi tambahan dari dekomposisi
bahan organik. Secara keseluruhan, ini dapat meningkatkan produktivitas sorgum BMR
dan menghasilkan kualitas nutrisi pakan yang lebih baik.
HALAMAN 15
Untuk mencapai produktivitas ADG 1,9 kg dan karkas minimal 58%, sebagai persyaratan
untuk menghasilkan daging sapi berkualitas nutrisi tinggi, ekonomis, dan berkelanjutan
dalam rantai pasok ini, diperlukan rekayasa bioteknologi untuk mencapai target tersebut.
PT MHI memiliki konsentrat rekayasa bioteknologi dari protein nabati yang difermentasi
dengan jamur Fusarium venenatum. Konsentrat PT MHI memiliki kandungan protein
kasar yang sangat tinggi, yaitu sekitar 91,20%, serta kandungan serat, lemak, dan mineral.
Konsentrat PT MHI juga memiliki asam amino esensial yang lengkap dan seimbang, serta
kandungan nukleotida.
Konsentrat PT MHI dapat meningkatkan ADG (average daily gain) atau pertambahan
bobot harian pada bibit sapi potong, karena protein kasar yang tinggi dapat
meningkatkan efisiensi pakan, sintesis protein, dan pengembangan massa otot pada
sapi.
Konsentrat PT MHI dapat meningkatkan rendemen karkas atau persentase bobot
karkas terhadap bobot hidup pada bibit sapi potong, karena protein kasar yang tinggi
selain meningkatkan massa otot juga mengurangi lemak tubuh pada sapi.
Konsentrat PT MHI dapat meningkatkan kualitas nutrisi daging pada bibit sapi
potong, karena protein kasar yang tinggi dapat meningkatkan kandungan protein, air,
dan mineral, serta mengurangi kandungan lemak dan kolesterol pada daging sapi.
Dengan asupan Konsentrat PT MHI, bibit sapi potong dengan bobot minimal 350 kg
dapat mengalami peningkatan Average Daily Gain (ADG) sebesar 1,9 kg. ADG yang tinggi
menunjukkan penggemukan yang cepat dan efisien pada bibit sapi potong, yang pada
akhirnya akan menghasilkan sapi potong yang lebih besar dan lebih berat dalam waktu
yang lebih singkat.
Secara keseluruhan, Konsentrat PT MHI dengan kandungan protein kasar tinggi memiliki
manfaat besar dalam meningkatkan massa otot bibit sapi potong, meningkatkan
rendemen karkas, dan pada akhirnya meningkatkan ADG. Hal ini dapat berkontribusi
pada efisiensi dan produktivitas dalam usaha peternakan sapi potong.
HALAMAN 16
Budidaya sorgum BMR secara umum serupa dengan budidaya jagung. Perlakuan budidaya
melibatkan pemupukan kimia sebanyak 3 kali pada usia 12 HST, 19 HST, dan 28 HST.
Pemupukan hayati dilakukan 2 kali, yaitu sebelum penanaman dan 5–7 hari setelah
penanaman. Irigasi minimal dilakukan sebanyak 4 kali setelah tanam dan setelah
pemupukan. Pengendalian hama dan penyakit dapat menggunakan pestisida nabati,
pestisida hayati, atau pestisida kimia. Hama utama pada sorgum yang perlu diwaspadai
adalah ulat grayak atau Fall Armyworm (Spodoptera frugiperda) pada usia 0 hingga 30 HST.
Jika tidak ada gangguan pada rentang usia tersebut, sorgum akan aman sampai panen, dan
tidak memerlukan aplikasi pestisida. Sorgum BMR dipanen biomassa pada usia 58–60 HST.
Lahan yang direkomendasikan adalah lahan sawah irigasi agar produktivitas biomassa dapat
mencapai 100 ton/ha/2 bulan, sesuai dengan hasil penelitian PT MHI sebelumnya.
Spesifikasi hasil panen sapi siap potong yang dibutuhkan dalam industri ini minimal harus
memiliki ADG 1,9 kg dan rendemen karkas sebesar 58%. Untuk mencapai standar ini,
diperlukan penggunaan pakan standar tinggi sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh PT
MHI sebelumnya.
Bahan ransum pakan yang digunakan melibatkan silase dari sorgum BMR, tepung singkong
grade feed, dan konsentrat PT MHI. Formulasi ransum pakan ini wajib digunakan baik untuk
sapi di kandang sendiri maupun dengan kemitraan.
Pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari, pada pukul 08.00; 11.00; dan 14.00, dengan porsi yang
telah ditentukan. Pembersihan kotoran dilakukan setiap pagi dan sore. Sapi dimandikan
setidaknya sebulan sekali.
Bibit sapi hanya menggunakan jenis limousin dan simental dengan bobot minimal 350 kg,
yang selanjutnya dirawat selama 120 hari.
HALAMAN 18
E. SKEMA KEMITRAAN
Dalam merancang model bisnis yang tangguh, pemahaman mendalam terhadap skema
permintaan menjadi kunci utama dalam strategi kami. Melalui analisis yang cermat
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar, kami bertekad untuk
menciptakan model bisnis yang responsif dan adaptif terhadap kebutuhan konsumen
dalam industri daging sapi.
Peternak mitra yang ingin bergabung harus memiliki kandang dengan kapasitas
minimum 10 ekor dan modal yang mencukupi untuk membeli pakan selama periode
pemeliharaan. Sapi akan dipelihara selama 120 hari dan akan dibeli oleh PT MHI dengan
harga Rp55.000 per kilogram bobot hidup. Bibit sapi potong akan disediakan oleh PT MHI
melalui kerjasama kemitraan dengan masyarakat, dengan spesifikasi bobot 350 kg dan
harga Rp60.000 per kilogram hidup.
Indikator Kelayakan Investasi tanpa mempertimbangkan faktor waktu dan nilai uang
Petani mitra adalah mitra perusahaan yang bertanggung jawab untuk memproduksi
bahan baku berupa biomassa sorgum. Petani mitra diwajibkan memahami dan mampu
menerapkan budidaya sorgum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
telah ditentukan. Hasil panen dari mitra sorgum akan dibeli oleh perusahaan dengan
harga Rp450 per kilogram, atau alternatifnya, dapat dibeli oleh mitra peternak atau mitra
silase sesuai dengan kontrak farming yang telah ditandatangani.
Laba Rp6.000.000
HALAMAN 21
Kemitraan silase adalah mitra perusahaan yang berperan dalam produksi silase untuk
memenuhi kebutuhan pakan mitra peternak, sementara juga menjadi pembeli bahan
baku dari mitra sorgum. Proses produksi akan didukung dengan penyediaan bahan baku
tambahan oleh perusahaan. Masyarakat yang berminat bergabung sebagai mitra silase
harus memastikan bahwa mereka sanggup mengerjakan kapasitas produksi minimal
sebesar 60 ton per bulan dan ketersediaan lahan sawah seluas 1,5 hektar untuk menanam
sorgum.
Biaya produksi dan distribusi untuk jumlah 60 ton per bulan adalah sebesar
Rp63.710.000,00, sementara omset penjualan untuk jumlah yang sama mencapai
Rp76.327.200,00. Dengan demikian, laba perbulan dari kegiatan ini mencapai
Rp12.617.200,00.
HALAMAN 22
Indikator Kelayakan Investasi tanpa mempertimbangkan faktor waktu dan nilai uang
Masyarakat yang mendaftar menjadi supplier bibit sapi wajib memahami spesifikasi bibit
sapi yang dibutuhkan perusahaan dan berkomitmen untuk menyediakan kebutuhan
perusahaan sesuai target di dalam kontrak. Pembelian bibit sapi dilakukan dengan
konsep timbangan hidup dengan harga Rp58.000/kg.
Mitra reseller diharapkan memiliki infrastruktur dan sarana yang memadai untuk
penyimpanan dan distribusi daging sapi dengan kondisi yang sesuai standar keamanan
pangan. Jumlah pesanan minimal untuk mitra reseller adalah 10 kg daging sapi.
HALAMAN 24
Melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan kemitraan untuk masyarakat umum, kami tidak
hanya berupaya membangun citra positif yang kokoh, tetapi juga menegaskan komitmen
PT MHI dalam mendorong pembangunan ekonomi masyarakat utamanya di Kabupaten
Jember. Dengan memberikan dukungan yang berkelanjutan, kami yakin dapat menjadi
pioner yang berdaya bagi pertumbuhan dan kesejahteraan bersama.
HALAMAN 25
STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran kami yang komprehensif mencakup segmentasi pasar yang cermat,
kemitraan strategis, dan promosi digital inovatif. Setiap aspek strategi ini dirancang untuk
meneguhkan posisi produk kami sebagai pilihan utama di pasar. Dengan penekanan pada
pengembangan branding yang kuat, sertifikasi produk yang dapat dipercaya, dan kolaborasi
berkelanjutan, kami yakin bahwa strategi ini akan memberikan nilai tambah yang signifikan
bagi perusahaan dan memenuhi ekspektasi investor.
A. SEGMENTASI PASAR
Dalam usaha untuk memahami dan merespons kebutuhan pasar dengan lebih tepat,
segmentasi pasar menjadi landasan utama dalam strategi pemasaran kami. Dengan
pemahaman mendalam terhadap karakteristik dan preferensi konsumen, kami dapat
merancang penawaran yang lebih relevan dan efektif, serta memastikan bahwa setiap
langkah pemasaran yang diambil memiliki dampak yang maksimal.
I. SEGMEN PASAR
Segmentasi yang akan dilakukan dalam investasi ini adalah warung dan rumah makan
olahan daging sapi skala UKM dan UMKM dengan kategori makanan sebagai berikut:
Pada tahap awal (3–4 tahun pertama), fokus PT MHI adalah melakukan penetrasi pasar
pada 3 kecamatan kota (Sumbersari, Patrang, dan Kaliwates) di Kabupaten Jember
melalui konsep kerjasama business-to-business (B2B). Setelah angka produksi RPH sudah
mencapai lebih dari 5 ekor per hari, dilakukan ekspansi pasar ke wilayah kecamatan
lainnya dan di luar Kabupaten Jember, asalkan tidak terjadi peningkatan permintaan
pada 3 kecamatan awal. Jika terjadi peningkatan pada 3 kecamatan awal, fokus
perusahaan adalah memenuhi kebutuhan pelanggan ini terlebih dahulu.
Berdasarkan riset pasar yang sudah kami lakukan sebelumnya selama tahun 2023, yang
dibutuhkan oleh segmen warung dan rumah makan adalah bahan baku segar dengan
harga yang lebih murah.
Untuk pedagang bakso, terkadang mereka meminta produk yang sudah digiling menjadi
adonan. Permintaan khusus dari pelanggan akan didata dan dikaji sebelum dilakukan
keputusan pengembangan produk.
Berikut adalah pertimbangan pemilihan segmen warung dan rumah makan pada awal
pemasaran perusahaan:
Pasar yang besar
Kebutuhan harian yang relatif stabil sepanjang tahun secara makro
Respon yang cepat terhadap perubahan pasar
Bersifat jangka panjang
HALAMAN 27
Berikut adalah ringkasan jumlah warung dan rumah makan sebagai calon
pelanggan PT MHI:
Dalam menghadapi era digital yang terus berkembang, promosi dan pemasaran digital
menjadi landasan utama dalam strategi pemasaran kami. Melalui pemanfaatan teknologi
dan platform digital, kami bertekad untuk menciptakan keterlibatan yang lebih dalam
dengan konsumen, memperluas jangkauan pasar, dan memperkuat citra merek kami dalam
industri daging sapi.
Pada tahap awal pemasaran digital, PT MHI akan menggunakan media sosial untuk
membangun keterlibatan dan menyampaikan informasi produk. Selain itu, PT MHI akan
mempertimbangkan kampanye iklan online dan pemanfaatan SEO untuk meningkatkan
visibilitas online.
Dalam semangat kolaborasi dan pertumbuhan bersama, kemitraan dan kolaborasi menjadi
landasan utama dalam strategi pemasaran PT MHI. Melalui kemitraan yang strategis dengan
pemangku kepentingan terkait dan kolaborasi yang berkelanjutan, kami bertekad untuk
memperluas jangkauan pasar, meningkatkan nilai tambah produk kami, dan menciptakan
ekosistem yang saling menguntungkan dalam industri daging sapi.
PT MHI akan menjalin kemitraan dengan restoran, koki terkenal, dan pemilik toko daging
untuk meningkatkan visibilitas merek. Selain itu, kami juga akan berkolaborasi dengan
influencer kuliner lokal untuk memperluas jangkauan dan membangun kepercayaan.
Untuk memperluas cakupan, PT MHI juga akan membuka peluang kemitraan dan
memberikan pelatihan kepada masyarakat umum, terutama di perkotaan, yang berminat
menjadi reseller daging sapi.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan kompetitif, branding yang kuat dan positioning
yang tepat sangat penting dalam membedakan produk PT MHI di pasar. Melalui strategi
pemasaran yang terencana dengan cermat, kami bertekad untuk membangun citra merek
yang kuat dan posisi yang unik, sehingga dapat memenangkan hati konsumen dan
mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Dalam investasi ini, PT MHI akan menggunakan merek dagang dengan nama HiBeef. Kami
memposisikan diri sebagai penyedia daging sapi sehat dengan kualitas tinggi, bermutu, dan
harga yang lebih terjangkau.
HALAMAN 29
E. SERTIFIKASI PRODUK
Dalam menjamin kualitas dan keamanan produk PT MHI, sertifikasi produk menjadi pilar
utama dalam strategi pemasaran. Dengan memastikan bahwa produk kami memenuhi
standar tertinggi dan memiliki sertifikasi yang terpercaya, kami dapat memberikan
keyakinan kepada pelanggan akan keunggulan produk kami dalam industri daging sapi.
Di tahap awal, PT MHI akan memproses sertifikasi produk dari lembaga seperti KAN, BPOM,
dan MUI untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan membuka peluang pasar yang
lebih luas. Selanjutnya, perusahaan akan melanjutkan dengan sertifikasi seperti SNI dan ISO
untuk mencapai standar manajemen perusahaan yang lebih tinggi.
Dalam upaya untuk memperluas jangkauan dan memperkuat kehadiran merek PT MHI,
partisipasi dalam pameran dan acara menjadi strategi kunci dalam rencana pemasaran
kami. Melalui keterlibatan aktif dalam berbagai acara industri dan pameran terkait, kami
bertekad untuk memperkenalkan produk kami kepada khalayak yang lebih luas,
membangun hubungan dengan pemangku kepentingan, dan memperkuat citra merek
kami dalam industri daging sapi.
PT MHI akan aktif mengikuti pameran atau acara kuliner untuk memperkenalkan produk
kepada khalayak yang lebih luas. Kami juga akan mempertimbangkan strategi sponsorship
untuk mendukung acara lokal dan meningkatkan kehadiran merek secara lokal.
HALAMAN 30
STRATEGI PENJUALAN
Dalam upaya mencapai keunggulan dalam strategi penjualan, PT MHI telah merumuskan
serangkaian langkah yang komprehensif dan terencana dengan cermat. Mulai dari strategi
harga yang kompetitif hingga penawaran produk yang menarik, serta pengembangan tim
penjualan yang handal, setiap poin strategi ini dirancang untuk memastikan kepuasan
pelanggan dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dengan fokus pada layanan
pelanggan yang unggul dan sistem monitoring serta evaluasi yang efektif, kami yakin
bahwa strategi ini akan membawa hasil yang memuaskan bagi perusahaan dan memenuhi
harapan investor.
A. STRATEGI HARGA
Dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks, strategi harga menjadi poin kunci
dalam rencana strategi penjualan kami. Melalui penetapan harga yang tepat dan kompetitif,
kami bertekad untuk memenangkan kepercayaan konsumen, memaksimalkan nilai produk,
dan mencapai pertumbuhan penjualan yang berkelanjutan dalam industri daging sapi.
Berdasarkan hasil survei harga pada Januari 2024, berikut adalah harga pasar saat ini di 3
kecamatan kota Kabupaten Jember:
Harga daging sapi di tingkat konsumen rumah tangga adalah Rp 120.000/kg untuk
daging super dan Rp 115.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat warung dan rumah makan adalah Rp 115.000/kg untuk daging super dan Rp
110.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat pedagang sapi di pasar adalah Rp 110.000 untuk daging super dan Rp
105.000/kg untuk daging biasa.
Strategi harga PT MHI untuk akuisisi pelanggan dengan cepat adalah memberikan harga
lebih murah sebesar Rp 5.000/kg, yaitu:
Harga daging sapi di tingkat konsumen rumah tangga adalah Rp 115.000/kg untuk
daging super dan Rp 110.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat warung dan rumah makan adalah Rp 110.000/kg untuk daging super dan Rp
105.000/kg untuk daging biasa.
Di tingkat pedagang sapi di pasar adalah Rp 105.000 untuk daging super dan Rp
100.000/kg untuk daging biasa.
HALAMAN 31
B. PENAWARAN PRODUK
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam, penawaran produk
menjadi fokus utama dalam strategi penjualan kami. Melalui diversifikasi produk yang
inovatif dan responsif terhadap tren pasar, kami bertekad untuk memberikan nilai tambah
yang signifikan bagi konsumen dan memperluas pangsa pasar dalam industri daging sapi.
Secara umum, produk yang ditawarkan oleh PT MHI mencakup seluruh bagian dari karkas
sapi, mulai dari kepala hingga ekor.
Pada segmen konsumen rumah tangga, warung, rumah makan, dan pedagang daging,
permintaan mereka mencakup jenis daging super (daging yang telah dibersihkan dari gajih
atau lemak), daging biasa (daging yang masih mengandung gajih atau lemak), rawonan
(seluruh bagian daging yang dipotong dadu), gajih (bagian lemak saja—biasanya untuk
kuah bakso), tulangan, iga, kikil, paru, hati, otak, lidah, babat, dan buntut.
Tidak menutup kemungkinan, PT MHI juga akan menyediakan jenis daging untuk segmen
menengah atas (restoran dan hotel) seperti sirloin, rib eye, tenderloin, dan sejenisnya.
C. TIM PENJUALAN
PT MHI akan membentuk tim penjualan yang terdiri dari tenaga penjual lapangan dan
kantor. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Tenaga penjual lapangan bertanggung jawab untuk menjual produk daging sapi kepada
pelanggan langsung, seperti warung/rumah makan, pasar tradisional/swalayan, dan
konsumen rumah tangga. Tenaga penjual lapangan akan diberikan pelatihan agar
memiliki pengetahuan yang luas tentang produk daging sapi, termasuk kualitas, harga,
dan cara pengolahan. Mereka juga berfungsi untuk merekrut kemitraan dan
mempromosikan produk perusahaan.
Tenaga penjualan di kantor bertanggung jawab untuk mendukung tenaga penjual
lapangan, seperti melakukan riset pasar, mengembangkan strategi pemasaran, dan
mengelola hubungan dengan pelanggan. Kualifikasi untuk tenaga penjualan di kantor
harus mencakup keterampilan komunikasi yang baik dan kemampuan bekerja sama
dengan tim.
Selain itu, tim penjualan ini akan terus dievaluasi dan diberi pelatihan lebih lanjut tentang
daging sapi, keamanan pangan, dan teknik penjualan yang dinamis.
HALAMAN 32
Dalam komitmen kami untuk memberikan pengalaman pelanggan yang tak tertandingi,
layanan pelanggan dan purna jual menjadi fokus utama dalam strategi penjualan kami.
Melalui pelayanan yang responsif dan solutif, kami bertekad untuk memastikan kepuasan
pelanggan, membangun loyalitas, dan menciptakan hubungan jangka panjang yang kuat
dalam industri daging sapi.
Dalam upaya untuk memastikan efektivitas strategi penjualan kami, monitoring dan
evaluasi secara periodik menjadi landasan kunci dalam rencana kami. Melalui pengukuran
kinerja yang teliti dan analisis mendalam terhadap data penjualan, kami bertekad untuk
terus melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai hasil yang optimal dalam
industri daging sapi.
SKEMA KERJASAMA
Skema kerjasama yang kami tawarkan kepada investor adalah sebagai berikut:
Kerjasama mencakup usaha Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan Penggemukan Sapi
150 ekor yang akan dibangun di Kertosari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember.
HALAMAN 34
Kerjasama pada usaha Rumah Pemotongan Hewan (RPH) menerapkan skema sharing
profit 25%:
Sharing profit yang kami tawarkan kepada investor adalah 25% dengan periode
kerjasama 10 tahun sejak ditandatanganinya kontrak kerjasama.
Nilai modal untuk usaha ini adalah sebesar Rp 186.200.000,00
Pada dua tahun pertama, RPH baru bisa melakukan penyembelihan 1 hingga 2 ekor
sapi perhari dengan rata-rata 1 ekor per hari. Hasil keuntungan pada masa awal ini
akan digunakan untuk pembiayaan prototipe, pengembangan usaha rumah
pemotongan hewan dan jaringan rantai pasoknya yang dimulai dari hulu hingga hilir.
Pada tahun ketiga s.d tahun kesepuluh (tahun 2026 s.d 2034) RPH memiliki kapasitas
pemotongan 15 ekor perhari dengan target rata-rata pemotongan adalah 10 ekor sapi
per hari. Estimasi akumulasi bagi hasil yang diberikan mulai tahun ketiga sampai
kerjasama selesai dengan sharing profit 25% adalah Rp 1.408.420.800 (Satu miliar
empat ratus delapan juta empat ratus dua puluh ribu delapan ratus rupiah).
Kerjasama pada usaha penggemukan sapi 150 ekor menerapkan skema franchise, yaitu:
Nilai modal untuk usaha ini adalah sebesar Rp 5.400.000.000,00
Proyeksi akumulasi laba bersih pada usaha penggemukan sapi 150 ekor sebesar
Rp8.906.250.000,00 (Delapan miliar sembilan ratus enam juta dua ratus lima puluh
ribu rupiah)
HALAMAN 35
STUDI KELAYAKAN
Dalam bab ini, kami akan memberikan penjelasan mendalam mengenai proyeksi keuangan
PT Metode Hayati Indonesia (PT MHI). Melalui analisis yang teliti dan perhitungan yang
cermat, kami akan menguraikan proyeksi pendapatan, biaya, serta laba bersih perusahaan
dalam jangka waktu 10 tahun. Informasi ini menjadi panduan bagi investor dan pemangku
kepentingan untuk memahami secara rinci kinerja keuangan yang diantisipasi dari investasi
dalam industri penggemukan sapi dan rumah pemotongan hewan PT MHI.
A. PROYEKSI KEUANGAN
Pada tahun 2024, dijadwalkan proses pembangunan kandang, memungkinkan satu periode
penggemukan sapi. Dari investasi sebesar Rp 6.000.000.000, diharapkan pendapatan
mencapai Rp 4.752.825.000. Selanjutnya, mulai tahun 2025, usaha penggemukan sapi
beroperasi dengan target 3 kali periode produksi setiap tahun. Pada tahun 2027, usaha
rumah pemotongan hewan diharapkan dapat berbagi profit sebesar 25% dari laba bersih,
yakni sekitar Rp176.052.600,00. Selama kerjasama 10 tahun, proyeksi keuntungan total
diperkirakan mencapai Rp 9.067.495.800,00.
HALAMAN 36
RISIKO BISNIS
Dalam menghadapi dinamika industri ini, kami menyadari adanya potensi risiko. Namun, PT
MHI dengan cermat merancang strategi-strategi yang efektif untuk menanggulangi risiko-
risiko tersebut. Melalui pendekatan ini, kami berharap dapat memberikan keyakinan kepada
investor bahwa perusahaan tidak hanya mengidentifikasi risiko-risiko tersebut, tetapi juga
telah menetapkan solusi-solusi yang kuat untuk menghadapinya.
A. RISIKO PASAR
Deskripsi
Risiko pasar melibatkan fluktuasi harga daging sapi yang dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti perubahan kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, dan faktor-faktor
global seperti krisis ekonomi atau pandemi.
Dampak
1. Fluktuasi Harga: Perubahan harga daging sapi dapat mempengaruhi margin
keuntungan perusahaan.
2. Penurunan Permintaan: Perubahan kondisi ekonomi dapat mempengaruhi daya beli
konsumen, menyebabkan penurunan permintaan.
Solusi
1. Diversifikasi Produk: Menawarkan berbagai produk daging sapi untuk mengurangi
dampak fluktuasi harga pada produk tertentu.
2. Kerjasama dengan Masyarakat sebagai Peternak Mitra: Membangun kemitraan
jangka panjang dengan peternak untuk mendapatkan harga yang lebih stabil.
3. Analisis Pasar: Melakukan analisis pasar secara berkala untuk memahami tren dan
antisipasi perubahan.
B. RISIKO KEUANGAN
Deskripsi
Risiko keuangan terkait dengan kondisi keuangan yang tidak stabil, fluktuasi nilai mata
uang, atau kebutuhan modal tambahan yang tak terduga.
Dampak
1. Ketidakstabilan Keuangan: Perubahan kondisi keuangan dapat mempengaruhi
likuiditas perusahaan.
2. Fluktuasi Nilai Mata Uang: Harga bahan baku atau biaya produksi yang terpengaruh
oleh perubahan nilai mata uang.
Solusi
1. Manajemen Keuangan yang Cermat: Memiliki kebijakan keuangan yang cermat dan
pengelolaan kas yang efisien.
2. Hedging Mata Uang: Menggunakan instrumen keuangan untuk melindungi dari
fluktuasi nilai mata uang.
HALAMAN 38
C. RISIKO OPERASIONAL
Deskripsi
Risiko operasional mencakup masalah dalam rantai pasok, kesulitan teknis, atau masalah
produksi.
Dampak
1. Gangguan Produksi: Masalah teknis atau gangguan dalam rantai pasok dapat
mengganggu produksi.
2. Ketidakpastian Pasokan: Kesulitan dalam memperoleh bahan baku dapat
menyebabkan ketidakpastian pasokan.
Solusi
1. Manajemen Rantai Pasok yang Efisien: Membangun hubungan yang kuat dengan
pemasok dan manajemen rantai pasok yang efisien.
2. Teknologi dan Pemeliharaan: Melakukan pemeliharaan rutin dan investasi dalam
teknologi untuk mencegah masalah teknis.
D. RISIKO REGULASI
Deskripsi
Risiko regulasi berkaitan dengan perubahan kebijakan pemerintah, peraturan industri,
dan persyaratan hukum yang dapat mempengaruhi operasional perusahaan.
Dampak
1. Perubahan Kebijakan: Perubahan kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi cara
produksi dan distribusi.
2. Biaya Kepatuhan: Kepatuhan terhadap regulasi baru dapat meningkatkan biaya
operasional.
Solusi
1. Monitoring Perubahan Regulasi: Menerapkan sistem pemantauan untuk mendeteksi
perubahan regulasi dan mengantisipasinya.
2. Konsultasi Hukum: Melibatkan ahli hukum untuk memahami dan mempersiapkan
perubahan regulasi.
HALAMAN 39
E. RISIKO PERSAINGAN
Deskripsi
Risiko persaingan terkait dengan tindakan pesaing, penetrasi pasar baru, atau perubahan
tren konsumen.
Dampak
1. Penurunan Pangsa Pasar: Persaingan dapat mengakibatkan penurunan pangsa
pasar.
2. Tekanan pada Harga: Intensifikasi persaingan dapat menyebabkan penurunan harga.
Solusi
1. Inovasi Produk: Terus mengembangkan produk baru atau meningkatkan produk
yang ada.
2. Strategi Harga yang Fleksibel: Mengadopsi strategi harga yang responsif terhadap
perubahan pasar.
3. Penguatan Merek: Membangun citra merek yang kuat untuk membedakan diri dari
pesaing.
F. RISIKO MANAJEMEN
Deskripsi
Risiko manajemen terkait dengan kegagalan dalam perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian operasional.
Dampak
1. Ketidakefisienan Operasional: Kesalahan dalam manajemen dapat menyebabkan
ketidakefisienan dalam operasional.
2. Ketidakpastian Keputusan: Kegagalan dalam pengambilan keputusan dapat
mengakibatkan kerugian.
Solusi
1. Pelatihan Manajemen: Memberikan pelatihan kepada tim manajemen untuk
meningkatkan keterampilan dan keahlian.
2. Sistem Manajemen yang Efisien: Menerapkan sistem manajemen yang efisien dan
proses pengambilan keputusan yang terorganisir.
HALAMAN 40
G. RISIKO LINGKUNGAN
Deskripsi
Risiko lingkungan melibatkan dampak bisnis terhadap lingkungan, serta risiko terhadap
perubahan iklim atau bencana alam.
Dampak
1. Penolakan Konsumen: Kesadaran lingkungan dapat mempengaruhi preferensi
konsumen.
2. Kerugian Materi dan Finansial: Bencana alam atau perubahan iklim dapat
menyebabkan kerugian materi dan finansial.
Solusi
1. Praktik Berkelanjutan: Menerapkan praktik berkelanjutan untuk meminimalkan
dampak lingkungan.
2. Rencana Mitigasi Bencana: Membangun rencana mitigasi bencana dan keberlanjutan
bisnis.
1. Studi Pasar Lanjutan yang Mendalam: Melakukan penelitian pasar yang mendalam
untuk memahami tren dan mengantisipasi perubahan.
2. Diversifikasi Strategis: Diversifikasi produk, pasar, dan sumber daya untuk mengurangi
risiko ketergantungan pada satu elemen tertentu.
3. Pemantauan Berkelanjutan: Menerapkan sistem pemantauan yang efektif untuk
mendeteksi perubahan pasar secara cepat.
4. Analisis dan Pemantauan Rutin: Melakukan analisis risiko dan pemantauan rutin untuk
mengidentifikasi potensi risiko baru.
5. Komitmen pada Kepatuhan: Memiliki komitmen untuk mematuhi regulasi dan
kebijakan lingkungan.
6. Responsif terhadap Perubahan: Menjadi responsif terhadap perubahan pasar, regulasi,
dan kondisi lingkungan.
HALAMAN 41
TIM KAMI
Rachmad Nafisholeh
Komisaris Utama dan Pendiri Perusahaan
Zaka Bagus
Chief Executive Office dan Pendiri Perusahaan
Anas Bastiyar
Chief Operating Officer dan Pendiri Perusahaan