F. ASPEK PEMASARAN
1. Permintaan
Permintaan sapi potong dapat diklasifikasikan berdasarkan perutukan permintaan, yakni
permintaan sapi potong untuk konsumsi. Salah satu sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi
pasar daging Bandung saja diperlukan kurang lebih 50 ekor sapi setiap harinya (minimal 1500
ekor/bulan). Angka tersebut belum termasuk para pedagang daging di pasar-pasar lokal kecamatan
yang sebagian besar memotong sendiri tiap tiga sampai empat hari (1-3 ekor/hari), potensi pasar
sangat terbuka lebar untuk memasarkan daging sapi. Berdasarkan pemaparan tersebut sangat jelas
bahwa potensi pasar sapi di wilayah Bandung sangat bagus, hal ini dapat memicu para pedagang
atau bandar sapi menjual ternak sapi potong tanpa terkendali, sehingga memicu pemotongan sapi
betina produktif.
Desa Nagrak merupakan salah satu desa di kecamatan Cangkuang yang mempunyai
potensi wilayah yang menunjang untuk pengembangan agribisnis bidang pertanian dan
peternakan, mengingat luas wilayahnya yang cukup luas dibandingkan dengan desa-desa lainnya
diwilayah Kecamatan Cangkuang.
2. Penawaran
Tidak seperti di Jawa Timur atau Jawa tengah, penawaran sapi potong di daerah Jawa Barat
khususnya Bandung dan sekitarnya masih tergolong rendah. Bahkan sapi-sapi yang ada di
Bandung saat ini sebagian besar didatangkan dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Bukan hanya
Bandung saja, secara umum daerah Jawa Barat belum dapat memenuhi kebutuhan sapi potong
lewat peternakan sapi yang berada di wilayah Jawa Barat. Karena itu peluang usaha ini masih
sangat terbuka lebar. Selain itu untuk jangka panjang, karena Jawa Barat dan DKI Jakarta
merupakan pasar daging sapi terbesar di Indonesia, maka dengan adanya usaha sapi di daerah Jawa
Barat ini dalam taraf tertentu dapat memotong jalur distribusi sapi dari daerah Jateng dan Jatim.
Tentu saja dengan catatan populasi di Jawa Barat relatif banyak dan harga kompetitif dibandingkan
dengan daerah lain.
3. Persaingan dan Peluang Pasar
Masih sedikitnya penawaran sapi potong di daerah Jawa Barat khususnya Bandung dan
sekitarnya serta besarnya permintaan akan sapi potong ini menjadi peluang yang sangat bagus.
Industri pariwisata yang dimasa mendatang akan semakin berkembang, tentu berkolerasi dengan
pertumbuhan restoran/rumah makan yang menyerap daging sapi sebagai salah satu menu
hidanganya. Selain itu, budaya masyarakat pinggiran kota yang saat ini menganggap daging sapi
sebagai makanan mewah perlahan akan berubah juga dan perlahan diprediksi akan mulai
mengkonsumsi daging seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Karena itu, prospek
usaha sapi potong ke depan akan semakin baik. Usaha ini juga sejalan dengan program pemerintah
untuk swasembada daging tahun 2026.
Dengan potensi pasar yang besar tersebut, persaingan menjadi tidak terlalu berarti.
Persaingan juga tidak akan terlalu menjadi masalah karena pada dasarnya anggota Unit
Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Heksa Cipta Mandiri (HCM) yang secara individu cukup lama
menjadi peternak sapi, telah memiliki networking yang cukup baik dengan berbagai pihak yang
sangat potensial untuk menjadi pasar baik pada hari normal maupun saat qurban.
4. Jalur pemasaran
Karena permintaan terhadap sapi potong masih relatif lebih besar daripada penawaran,
maka untuk pemasaran akan lebih menghemat energi bila memanfaatkan jalur pemasaran yang
sudah terbentuk. Artinya adalah bahwa dalam memasarkan sapi potong, ketua Unit Pemberdayaan
Masyarakat Poktan Yayasan nur asmala sambas cukup melakukan penetrasi terhadap jaringan-
jaringan pemasaran sapi yang telah terbentuk sejak lama secara sadar ataupun tidak. Seperti jalur
pemasaran untuk memasok sapi potong ke Rumah Potong Hewan (RPH) dimana permintaanya
adalah harian.
Selain itu, tidak tertutup kemungkinan dibuka jalur pemasaran baru seperti dengan
melakukan usaha penjualan daging di pasar lokal yang sebelumnya tidak ada daging sapi di sana
dan dikelola oleh kelompok. Namun untuk melakukan langkah tersebut perlu banyak aspek yang
diperhatikan.
G. ASPEK PRODUKSI
1. Lokasi Usaha
Usaha Penguatan sapi potong Unit Pemberdayaan Masyarakat Poktan Yayasan nur asmala
sambas ini akan dilaksanakan terkonsentrasi di dusun I Kampung Panyaungan yang mencakup di
wilayah Desa Nagrak Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Lokasi
ini terletak di lahan anggota dengan daya dukung lokasi yang luar biasa berupa akses jalan yang
cukup untuk kendaraan besar sampai kandang, air dari sumur yang mengalir terus-menerus
sepanjang tahun, ketersediaan sarana listrik, tidak terlalu jauh dengan pemukiman warga. Tidak
jauh dari lokasi usaha juga terdapat area persawahan, hutan dan kebun rakyat yang memungkinkan
pemanfaatan limbah-limbah pertanian untuk pakan. Ketersediaan rumput dan tebon (pohon
jagung) juga terjamin oleh adanya lahan-lahan milik anggota seluas kurang lebih 6 Ha yang telah
ditanami rumput dan tebon (pohon jagung) sebagai cadangan pakan di musim kemarau. Diluar
lokasi kelompok yang jaraknya masih dekat dan masih terdapat ratusan hektar lahan pesawahan
yang luas sebagai sumber jerami padi.
2. Strategi dan Sistem Usaha
Poktan Yayasan nur asmala sambas akan menggunakan sistem strategi usaha dengan
dengan Pola Kolaborasi Tradisional dan Teknologi.
Pola ini merupakan pola yang mengacu kepada kebiasaan peternak tradisional yang secara
turun-temurun mereka lakukan di masyarakat dipadukan dengan pembinaan secara teknologi agar
hasil yang dicapai memuaskan, maka dengan menggunakan pola ini akan ada istilah Peternak Inti
dan peternak Plasma sehingga hubungan kedua belah pihak tidak terputus selama peternak
tradisional masuk dalam pola ini.
Mengacu pada cita-cita pemerintah untuk melakukan swasembada daging tahun 2026,
maka usaha yang ideal untuk mencapai tujuan itu adalah pembibitan sapi potong dan
penggemukan sapi potong. Dengan cara Penguatan betina-betina yang bunting serta betina yang
masih produktif. strategi yang dapat dijalankan adalah usaha yaitu Penguatan bibit-bibit ternak
sapi potong untuk dipelihara sebagai usaha pembibitan dan penggemukan karena sistem ini sesuai
dengan kondisi lingkungan dan karakteristik anggota kelompok.
3. Proses Penguatan dan Teknologi Pakan
Spesies sapi potong utama yang ingin dipelihara adalah jenis Limousin dan Simental, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk memelihara jenis Sapi lokal, Peranakan Ongole (PO), sapi
silangan. Pemilihan jenis sapi tersebut terutama karena alasan kemudahan penanganannya.
Adapun teknologi pakan yang akan dipakai adalah teknologi tepat guna ekonomis dengan
memanfaatkan sumberdaya alam sekitar dan suplementasi Probiotik untuk meningkatkan
konsumsi pakan sapi dan meningkatkan daya konversi pakan menjadi daging, serta pemberian
konsentrat.
4. Fasilitasi Produksi dan Peralatan Usaha
Faslitas pemeliharaan sapi potong yang utama adalah Kandang. Rencana usaha tani ternak
sapi potong yang dilaksanakan oleh Unit kami akan dipusatkan pada satu lokasi (kawasan
peternakan), seluas lebih kurang 2 hektar (bila diperlukan dapat dikembangkan menjadi 10 hektar,
walaupun tidak terletak dalam satu hamparan). Adapun fasilitas fisik produksi yang diperlukan
secara umum terdiri dari peralatan teknologi dan pemberian pakan serta peralatan pengolahan
limbah. Untuk peralatan teknologi pakan, unit kami akan mengusahakan fasilitas mesin pengolah
pakan sederhana baik secara swadaya maupun dengan pengajuan ke instansi terkait. Dengan
demikian pakan berkualitas dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan sumber pakan yang
tersedia di daerah sekitar sehingga menghemat biaya pembelian pakan.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pengelola usaha ini adalah masyarakat binaan Poktan Yayasan nur asmala
sambas. Tenaga kerja ini akan ditempatkan pada empat bagian pekerjaan yang diperlukan untuk
membangun usaha yaitu sanitasi kandang dan pemberian pakan, pengumpulan bahan-bahan pakan,
pengolahan pakan (pabrik) dan pengolah limbah (produksi pupuk organik cair dan padat).
6. Proses Produksi
Sebagaimana dikemukan sebelumnya, bahwa usaha ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
pembibitan dan penggemukan, Oleh karena itu, proses produksi/ pemeliharaan pun tidak dapat
disamakan. Secara umum, perbedaanya terletak pada formulasi pakan, ukuran kandang dan
penanganan.
Pemberian bahan penguat/ konsentrat pada sapi betina bibit jauh lebih sedikit dari sapi
penggemukan yang memerlukan banyak konsentrat untuk meningkatkan konversi pakan ke
daging. Ukuran kandang sapi betina bibit idealnya lebih luas sehingga memungkinkan betina bibit
bergerak leluasa dan anak yang lahirpun bisa bermain-main dengan leluasa. Bahkan pada saat
melahirkan, betina bibit ini ditempatkan pada kandang terpisah. Penanganan sapi penggemukan
relatif sederhana dibandingkan sapi pembibitan karena sapi penggemukan ditempatkan dikandang
individu, tidak memerlukan banyak gerak dan diberikan pakan bernutrisi tinggi agar cepat
menghasilkan daging. Sedangkan pemeliharaan kesehatan sapi bibit harus lebih baik untuk
memastikan semua organ tubuhnya sehat sehingga dapat bunting dan melahirkan anak dengan
baik. Pada penanganan sapi pembibitan pun ada proses penanganan kelahiran, menyusui dan
penyapihan.
Adapun tahapan produksi usaha sapi ini secara umum tanpa memperlebar perbedaan antara
sapi pembibitan dan penggemukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan kandang dan kelengkapan produksi
Bentuk kandang disesuaikan dengan bentuk lahan yang tersedia. lahan datar yang tersedia untuk
kandang berbentuk kotak, sehingga bentuk kandangpun cenderung kotak. Di tengah kandang
tersebut dibuat tempat pemberian pakan. Untuk alasan penghematan biaya bahan dan
mempermudah pekerjaan sanitasi kandang,maka terminologi kandang sedikit dimodifikasi.
Kandang adalah kandang individu seluas 1,5 X 2 m yang satu dan lainnnya diberi sekat, sapi
menempati posisi kandang individu dengan cara diikat dengan ikatan khusus di bawah tempat
pakan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat bergerak bebas. Keunggulan lain dari
kandang seperti ini adalah kandang dapat dimodifikasi menjadi kandang koloni dengan
membuat sekat non permanent misalnya untuk keperluan saat ada sapi yang melahirkan dan
masih dalam tahapan pra penyapihan. Peralatan yang perlu disiapkan adalah semua peralatan
yang berperan dalam memperlancar proses pemeliharaan sapi seperti sabit, gerobak dorong,
ember plastik, sekop, cangkul sapu lidi, gayung, selang air dan pisau/mesin pencacah.
2. Persiapan Sapi Bibit
Seperti dikemukakan sebelumnya, tidak ada rencana pasti untuk sumber pembelian bibit dan
bakalan sapi potong. yang terpenting adalah kualitas bagus dan harga kompetitif, sapi-sapi harus
diberikan perlakuan khusus dengan memberi minuman kaya glukosa (molase) pada saat tiba
dan suntikan vitamin B komplek. dengan cara demikian, keseimbangan glukosa darah dapat
dipertahankan sehingga kondisi fisik nya cepat pulih. selain itu juga pada fase awal produksi
sapi diberikan pula suntikan obat parasit darah dan diberi obat cacing untuk memastikan kondisi
sapi-sapi tersebut dalam kondisi prima.
3. Pembiasaan Pakan
Jenis akan yang diberikan ditempat asal sapi dapat berbeda-beda tergantung daerah, pada
umumnya hanya diberi pakan rumput dan jerami saja. oleh karena itu, untuk memberikan pakan
baru yang tidak pernah dikenal oleh sapi sebelumnya, perlu dilakukan pembiasaan terlebih
dahulu. metode yang dipergunakan adalah memaksa sapi untuk memakan pakan yang akan
dibiasakan dengan hanya memberinya pakan yang akan dibiasakan saja tanpa diberikan rumput
segar. dengan demikian saat sapi lapar tidak mempunyai pilihan lagi selain mengkonsumsi
pakan yang ada. beberapa hari kemudian sapi akan terbiasa bahkan bisa makan lebih lahap.
selain itu, rumput segar juga diberikan kembali dalam komposisi tertentu untuk menjaga
keseimbangan nutrisi.
4. Pemeliharaan
Sapi pembibitan dipelihara selama mungkin selama masih bisa produktif mengandung dan
melahirkan anak target anak yang lahir dari tiap induk adalah satu ekor tiap tahun. Teknologi
inseminasi buatan digunakan untuk membuahi betina birahi sehingga tidak perlu memelihara
pejantan. komposisi hijauan pada kelompok sapi pembibitan ini diberikan lebih banyak dari
pada konsentrat yang diberikan sebagai penguat saja minimal satu kali dalam seminggu, sapi-
sapi betian bibit ini dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan bergerak bebas dikawasan sekitar
kandang untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya agar tetap produktif bunting dan
melahirkan pedet.
5. Kesehatan dan Inseminasi
hal yang tidak kalah peting adalah menjaga kesehatan ternak dan memastikan ternak betina bibit
dapat bunting kembali secara periodik. beberapa langkah penjagaan kesehatan ternak dapat
dilakukan oleh kelompok, namun untuk menjaga kasus-kasus yang tidak bisa ditangani
kelompok dan untuk melakukan inseminasi buatan, kami akan mengoptimalkan kerjasama
dengan petugas kesehatan hewan dan petugas inseminasi setempat.
6. Persiapan Pemasaran
keberhasilan pemasaran terletak pada jejaring yang siap menyerap produk yang akan
dipasarkan. Produk yang akan dipasarkan oleh Gabungan Kelompok tani (Gapoktan Saluyu)
pada tahap awal ada dua macam, yaitu sapi pedet dan pupuk kompos. oleh karena itu pada tahap
awal usaha akan dibentuk jejaring sebanyak mungkin dengan berbagai pihak bail lokal maupun
regional, termasuk dengan kelompok-kelompok didaerah lain sehingga pasar sudah siap
menyerap jauh hari sebelum produk siap dilepas. Terkait dengan strategi pemasaran sapi siap
potong yang akan kami lakukan (dibahas di bagian pemasaran), maka sejak jauh hari, kami
harus memiliki jejaring dan hubungan yang baik dengan para pedagang/bandar sapi.
Tabel : Asumsi dan Parameter untuk Analisa Keuangan Penguatan Betina produktif.
Biaya Investasi
Pada usaha Penguatan betina produktif ini sapi induk dimasukkan kedalam biaya investasi
karena ada penyusutan nilai akhir usaha. Selain itu yang dimasukkan kedalam kategori biaya
investasi lainnya adalah alat-alat veteriner.
Biaya Operasional
Besarnya biaya operasional untuk menjalankan usaha Penguatan betina produktif ini adalah
80% digunakan untuk biaya Penguatan ternak betina dan 20 % digunakan untuk biaya
operasional. Lebih rinci RUK terlampir.
Produksi dan Pendapatan
Produk yang dihasilkan dari usaha ini berupa anak sapi dan pupuk kandang serta bibit ternak
yang bunting jika dijual.
Proyeksi Rugi Laba Usaha
Besar laba usaha dalam satu periode (satu tahun) dengan cara mengurangi pendapatan total
dengan total biaya produksi. Resiko usaha diperhitungkan sebesar 5 %.
Total Keuntungan Modal dan Potensi Keuntungan
Modal tersebut menurut analisa usaha yang telah dipaparkan sebelumnya, akan menghasilkan
potensi keuntungan. Keuntungan ini merupakan gabungan potensi keuntungan usaha
pembibitan dan usaha penggemukan.
I. MODAL USAHA
Biaya Investasi
1. Pembuatan kandang 600 M2 x Rp. 500.000 Rp. 300.000.000
2. Peralatan kandang Rp. 50.000.000
Biaya Variabel
1. Sapi bakalan 100 Ekor x Rp. 22.000.000 Rp. 2.200.000.000
2. Hijauan Makanan Ternak (HMT) Rp. 162.000.000
3. Konsentrat Rp. 180.000.000
4. Pakan Tambahan Rp. 262.800.000
5. Obat-obatan dan Vitamin Rp. 7.200.000
Total Biaya Variabel Rp.3.162.000.000
Biaya Tetap
1. Tenaga Kerja 50 orang x 6 bulan x Rp. 600.000 Rp. 180.000.000
2. Penyusutan kandang 10 % x Rp. 300.000.000 Rp. 30.000.000
3. Penyusutan peralatan Rp. 2.500.000
Total Modal Tetap Rp. 212.500.000
II. PENERIMAAN
Penjualan sapi dan kotoran
▪ Penambahan berat badan 1.5 kg x 180 hari = 270 kg/ekor/periode dan berat badan sapi
sekarang untuk setiap ekor adalah 350 kg, untuk berat keseluruhan adalah 100 Ekor x 620
kg = 62.000 kg dengan harga Rp. 80.000/kg. Jadi keuntungan kotor yang didapat adalah:
62.000 kg x Rp. 80.000 = Rp.4.960.000.000.
▪ Penjualan kotoran ternak 350.000 x Rp. 200 = Rp. 70.000.000
TOTAL PENERIMAAN = Rp. 4.960.000.000 + Rp. 70.000.000 = Rp. 5.030.000.000
KEUNTUNGAN = Rp. 5.030.000.000 - Rp. 3.374.500.000 = Rp. 1.655.500.000
B/C Ratio = Rp. 5.030.000.000 : Rp. 3.374.500.000 = 1,49
(artinya dalam satu periode produksi dari setiap modal Rp. 100 yang dikeluarkan akan
diperoleh pendapatan sebanyak Rp. 149).
BEP (Break Even Point)
1. BEP Harga = Total biaya : Berat sapi total
= Rp. 3.374.500.000 : 62.000 kg
= Rp. 54.427 / kg
2. BEP Volume Produksi = Total biaya produksi : Harga jual
= Rp. 3.374.500.000,- : Rp.80.000/kg
= 42.181 kg
Artinya usaha ternak sapi ini akan mencapai titik impas jika 100 ekor sapi mencapai berat badan
42.181 kg atau harga jual Rp. 54.427/kg
L. KESIMPULAN
1. Kegiatan Penggemukan Sapi Potong dan Penguatan sapi betina produktif sangat berdampak
positif serta Peluang pasar untuk sapi potong di wilayah Bandung, masih prospektif baik
untuk daging konsumsi harian masyarakat.
2. Desa Nagrak Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung memiliki daya dukung alam yang
sangat bagus untuk usaha agribisnis sapi potong baik melalui simbiosis mutualisme dengan
pertanian, maupun dengan memanfaatkan bahan-bahan pakan yang ada di alam.
3. Unit Pemberdayaan Masyarakat Poktan Yayasan nur asmala sambas merupakan Lembaga
yang memiliki pengalaman, keuletan dan sifat amanah sehingga dapat menjamin
keberhasilan usaha.