Anda di halaman 1dari 10

PERKAWINAN IDEAL MENURUT

KONSEPSI ISLAM

Disusun dan dipresentasikan dalam rangka melaksanakan Tugas Kelompok pada


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tahun Pelajaran 2018 - 2019

O
L
E
H

KELOMPOK V
KELAS XII MIPA 1

Alfriska Hudayana Rambe......(K e t u a)


Annisa Sri Ulina Tarigan.......(Sekretaris)
Atiqah Syafida Siregar............(Anggota)
Syarah Yundari Syahputri.......(Anggota)

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA UTARA
SMA NEGERI 15 MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Perkawinan Ideal Menurut Konsepsi Islam”.
Salawat serta salam marilah kita limpahkan kepada baginda kita yakni Nabi Besar
Muhammad Saw beserta keluarga dan kerabatnya.
Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat membantu dalam proses belajar
mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah serta kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
pembuatan makalah yang akan datang.

Medan, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau
masyarakat yang sempurna. Karakteristik khusus dari Islam bahwa setiap ada perintah
yang harus dikerjakan umatnya pasti telah ditentukan syari’atnya (tata cara dan petunjuk
pelaksanaannya), dan hikmah yang dikandung dari perintah tersebut. Maka tidak ada satu
perintah pun dalam berbagai aspek kehidupan ini, baik yang menyangkut ibadah secara
khusus seperti perintah shalat, puasa, haji, dan lain-lain. Maupun yang terkait dengan
ibadah secara umum seperti perintah mengeluarkan infaq, berbakti pada orang tua, berbuat
baik kepada tetangga dan lain-lain yang tidak memiliki syari’at, dan hikmahnya.
Begitu pula halnya dengan menikah. Ia merupakan perintah Allah SWT untuk seluruh
hamba-Nya tanpa kecuali dan telah menjadi sunnah Rasul-Nya, maka sudah tentu ada
syaria’atnya, dan hikmahnya.
Untuk itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengapa seorang muslim
dan muslimin harus melaksanakan pernikahan di dalam hidupnya.

B. Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian perkawinan/penikahan?
B. Apa tujuan perkawinan dalam islam?
C. Bagaimana tata cara perkawinan dalam islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Pernikaan adalah salah satu ibadah yang paling utama dalam pergaulan masyarakat
agama islam dan masyarakat.  Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan 
untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan keturunan. Pernikahan juga dipandang 
sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah dan memperluas serta memperkuat
tali silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa Indonesia pernikahan berasal 
dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan akhiran “an”.

Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga
berkaitan dengan  pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram
dinikahi.

1.  Pengertian menurut etimologi


Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, pernikahan disebut denganberasal dari kata an-
nikh dan azziwaj yang memiliki arti melalui, menginjak, berjalan di atas,  menaiki, dan
bersenggema atau bersetubuh. Di sisi lain nikah juga berasal dari istilah Adh-dhammu,
yang memiliki arti merangkum, menyatukan dan mengumpulkan serta sikap yang ramah. 
adapun pernikahan yang berasalh dari kata aljam’u yang berarti menghimpun atau
mengumpulkan. Pernikahan dalam istilah ilmu fiqih disebut ( ‫) زواج‬, ( ‫اح‬HH‫ ) نك‬keduanya
berasal dari bahasa arab. Nikah dalam bahasa arab mempunyai dua arti yaitu ( ‫) الوطء والضم‬
baik arti secara hakiki ( ‫ ) الضم‬yakni menindih atau berhimpit serta arti dalam kiasan ( ‫) الوطء‬
yakni perjanjian atau bersetubuh.

2. Pengertian Menurut Istilah


Adapun makna tentang pernikahan secara istilah masing-masing ulama fikih memiliki
pendapatnya sendiri antara lain :
1. Ulama Hanafiyah mengartikan pernikahan sebagai suatu akad yang membuat
pernikahan menjadikan  seorang laki-laki dapat memiliki dan menggunakan perempuan
termasuk seluruh anggota badannya untuk mendapatkan sebuah kepuasan atau
kenikmatan.
2. Ulama Syafi’iyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan
menggunakan lafal ‫ ُح حاكَك ِنن‬, atau ‫ كَ ز كَ وا ُح ج‬, yang memiliki arti pernikahan menyebabkan
pasangan mendapatkan kesenanagn.
3. Ulama Malikiyah menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad atau perjanjian
yang dilakukan untuk mendapatkan kepuasan tanpa adanya harga yang dibayar.
4. Ulama Hanabilah menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan menggunakan
lafal ‫ا ُح ح‬HHHH‫ ا ِن ْن ن كَ ك‬atau ‫ َك ْن ِن و ْن حُ ج‬yang artinya pernikahan membuat laki-laki dan
perempuan dapat memiliki kepuasan satu sama lain.
5. Saleh Al Utsaimin, berpendapat bahwa nikah adalah pertalian hubungan antara laki-
laki dan perempuan dengan maksud agar masing-masing dapat menikmati yang lain dan
untuk membentuk keluaga yang saleh dan membangun masyarakat yang bersih.
6. Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsiyyah, menjelaskan
bahwa  nikah adalah  akad yang berakibat pasangan laki-laki dan wanita menjadi halal
dalam melakukan bersenggema serta adanya hak dan kewajiban diantara keduanya.

B. Tujuan Perkawinan Dalam Islam


1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan
ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat
kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo,
melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan
diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur


Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan
dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan
pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi
dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami


Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari’at
Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at
Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina
rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria
tentang calon pasangan yang ideal :
a. Kafa’ah Menurut Konsep Islam
Menurut Islam, Kafa’ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam
perkawinan, dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua
suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami
inysa Allah akan terwujud. Tetapi kafa’ah menurut Islam hanya diukur dengan
kualitas iman dan taqwa serta ahlaq seseorang, bukan status sosial, keturunan dan
lain-lainnya. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun
non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainkan derajat
taqwanya.
b. Memilih Yang Shalihah
Orang yang mau nikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih
laki-laki yang shalih.Menurut Al-Qur’an wanita yang shalihah ialah :
“Artinya : Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri bila
suami tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)”. (An-Nisaa : 34).
Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah
ialah :
“Ta’at kepada Allah, Ta’at kepada Rasul, Memakai jilbab yang menutup seluruh
auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-
Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, Ta’at kepada
kedua Orang Tua dalam kebaikan, Ta’at kepada suami dan baik kepada tetangganya
dan lain sebagainya”.
Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai
tambahan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih
wanita yang peranak dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat. 

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah


Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat
baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu
lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih
yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih 


Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani
Adam, Allah berfirman :
“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu
rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah ?”. (An-Nahl : 72).
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak,
tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak
yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak akan
diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Kita sebutkan demikian
karena banyak “Lembaga Pendidikan Islam”, tetapi isi dan caranya tidak Islami.
Sehingga banyak kita lihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami,
diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab
mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.
Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga memandang bahwa pembentukan
keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar
yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai
pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

C. Tata Cara Perkawinan Dalam Islam


Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara perkawinan berlandaskan
Al-Qur’an dan Sunnah. Berikut tata cara perkawinan dalam islam:
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang muslim yang akan mengawini seorang muslimah hendaknya ia meminang
terlebih dahulu, karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain, dalam hal ini
Islam melarang seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain
(Muttafaq ‘alaihi). Dalam khitbah disunnahkan melihat wajah yang akan dipinang
(Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093 dan Darimi).

2. Aqad Nikah
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi :
a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
b. Adanya Ijab Qabul.
c. Adanya Mahar.
d. Adanya Wali.
e. Adanya Saksi-saksi.
Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu yang
dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat.

3. Walimah
Walimatul ‘urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin. Sebagai
catatan penting hendaknya yang diundang itu orang-orang shalih, baik kaya maupun
miskin.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Pernikahan atau perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan
wanita dalam suatu rumah tangga berdasarkan tuntunan agama dalam usaha mencar rumah
tangga yang ideal. Rumah tangga yang ideal menurut ajaran Islam adalah rumah tangga
yang diliputi Sakinah (ketentraman jiwa), Mawaddah (rasa cinta) dan Rahmah (kasih
sayang).
Dalam rumah tangga yang Islami, seorang suami dan istri harus saling memahami
kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta
memahami tugas dan fungsinya masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Sehingga upaya untuk mewujudkan perkawinan dan rumah tangga yang
mendapat keridla'an Allah dapat terealisir, akan tetapi mengingat kondisi manusia yang
tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan, sementara ujian dan cobaan selalu
mengiringi kehidupan manusia, maka tidak jarang pasangan yang sedianya hidup tenang,
tentram dan bahagia mendadak dilanda "kemelut" perselisihan dan percekcokan.

B. Saran
1. Dengan adanya perkawinan di harapkan dapat mebentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah wa rahmah, dunia dan akhirat.
2. Perkawinan menjadi wadah bagi pendidikan dan pembentukan manusia baru, yang
kedepannya diharapkan mempunyai kehidupan dan masadepan yang lebih baik.
3. Dengan adanya kepala keluarga yang memimpin bahtera keluarga, kehidupan
diharapkan menjadi lebih bermakna, dan suami-suami dan istri-istri akhir zaman ini
memiliki semangat yang tinggi di jalan Allah.
DAFTAR PUSAKA

http://momoydandelion.blogspot.com

http://dilbk.blogspot.com/2013/02/makalah-agama-konsep-pernikahan-dalam.html

https://koswara.wordpress.com/2007/07/01/konsep-pernikahan-dalam-islam/

https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan

Anda mungkin juga menyukai