Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Alur Pengumpulan Sampel


Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode cross-sectional yang
dilakukan dengan mengambil data rekam medik tahun 2010 – 2019 di RS Royal
Taruma Jakarta. Data rekam medik yang diambil merupakan semua data yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian, termasuk data rekam medik pada pasien
ICU, IGD, dan rawat inap. Total keseluruhan sampel yang didapatkan di RS
Royal Taruma Jakarta sebanyak 103 sampel.

Total sampel rekam medik: 194

Sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi: 91


sampel
 54 tidak memiliki data kadar LDL
 21 tidak memiliki data kateterisasi jantung
 16 merupakan rekam medik lanjutan pasien
(Vol II, dan seterusnya)

Sampel Aktual: 103

Gambar 4.1 Grafik pengambilan data

Total sampel yang didapatkan di RS Royal Taruma Jakarta Barat sebanyak 194
sampel, lalu disingkirkan sebanyak 91 sampel karena tidak memenuhi kriteria
inklusi penelitian. 54 sampel disingkirkan karena pada rekam medik pasien tidak
didapatkan data pemeriksaan laboratorium LDL. 21 sampel disingkirkan karena
pada rekam medik tidak didapatkan data pemeriksaan kateterisasi jantung. 16
sampel disingkirkan karena rekam medik tersebut merupakan lanjutan rekam
medik pasien yang sebelumnya (volume II, dan seterunsya). Sehingga total
sampel akhir yang didapatkan, yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
sebanyak 103 sampel.
4.2 Karakteristik Responden
Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah semua pasien di RS Royal
Taruma yang melakukan pemeriksaan lab untuk mengetahui kadar LDL darah dan
melakukan angiografi koroner untuk mengetahui persentase penyempitan arteri
koroner. Karakteristik responden dapat dilihat pada table 4.1 berikut:
Karakteristik Responden Jumlah (%) Median (min ; max)
n = 103
Jenis Kelamin
Laki-laki 86 (83,50%) -
Perempuan 17 (16,50%) -
Usia (Tahun)
31 – 50 25 (24,3%)
51 – 70 55 (53,4%) 60 (34 ; 92)
71 – 90 22 (21,4%)
>90 1 (0,01%)
Tahun Kateterisasi
2010 1 (1%) -
2011 1 (1%) -
2013 15 (14,6%) -
2014 26 (25,2%) -
2015 14 (13,6%) -
2016 12 (11,7%) -
2017 12 (11,7%) -
2018 17 (16,50%) -
2019 5 (4,9%) -
LDL - 120 (47 ; 217)
Tekanan Darah
<140/90 60 (58,3%) -
≥140/90 43 (41,7%) -
GDS
<200 94 (91,26%) -
≥200 9 (8,74%) -
GDP
<126 87 (84,47%) -
≥126 16 (15,53%) -
Penyempitan (%)
LMCA
0 – 50 96 (93,2%) -
60 4 (3,9%) -
70 2 (1,9%) -
90 1 (1,0%) -
LAD
Proximal
Karakteristik Responden Jumlah (%) Median (min ; max)
n = 103
0 – 70 74 (71,8%) -
80 8 (7,8%) -
90 4 (3,9%) -
99 6 (5,8%) -
100 10 (9,7%) -
Middle
0 – 70 73 (70,9%) -
75 1 (1,0%) -
80 10 (9,7%) -
90 4 (3,9%) -
99 10 (9,7%) -
100 5 (4,9%) -
Apical
0 – 70 95 (92,2%) -
75 1 (1,0%) -
80 2 (1,9%) -
90 2 (1,9%) -
99 1 (1,0%) -
100 2 (1,9%) -
Diagonal-1
Tabel 4.1 Karakteristik Responden

4.3 Hubungan Kadar LDL dengan Derajat Penyempitan Arteri Koroner


Hasil uji statistik dengan uji korelasi Kendall’s Tau yang dicantumkan pada Tabel
4.2, didapatkan Sig. (2-tailed) sebesar 0,673 > 0,05 yang berarti tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara variabel kadar LDL dengan Skor Gensini. Nilai r
hitung (Pearson Correlations) didapatkan 0,029 yang berarti kekuatan hubungan
cukup. Arah korelasi yang didapatkan positif yang berarti searah, yaitu semakin
besar nilai satu variabel maka semakin besar pula nilai variabel lainnya

Skor Gensini
Skor LDL r 0,029
p 0,673
n 103
Tabel 4.2 Uji Kendall’s tau
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden


Menurut penelitian yang dilakukan oleh F Brian Boudi et al (2016) lebih banyak
pria yang terkena penyakit kardiovaskular, sedangkan wanita baru terkena sekitar
10 tahun kemudian setelah terjadinya menopause.3 Penelitian yang dilakukan oleh
Joyce E.P. Vrijenhoek et al (2013) mendapatkan kesimpulan bahwa plak
aterosklerosis yang ruptur lebih banyak terdapat pada pasien laki-laki daripada
pasien perempuan.26 The Global Burden of Disease (2010) melakukan penelitian
tentang tingkat kematian akibat penyakit jantung iskemik dan insidensi infark
miokard di 21 negara di seluruh dunia.27
Hasil penelitian yang dilakukan di RS Royal Taruma Jakarta terhadap 103
rekam medik pasien mendapatkan hasil bahwa mayoritas pasien yang terkena
aterosklerosis adalah laki-laki yaitu sejumlah 86 pasien (83,50%). Walaupun
terdapat perbedaan lokasi dan besar sampel serta waktu penelitian, didapatkan
hasil yang sama dengan kedua penelitian diatas. Penelitian yang dilakukan oleh
Joyce E.P. Vrijenhoek et al (2013) yang memiliki responden sebanyak 1422
pasien yang terdiri dari 969 laki-laki dan 453 perempuan mendapatkan hasil laki-
laki (67%) lebih banyak yang terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan
dengan perempuan (54%).26 Pada penelitian oleh The Global Burden of Disease
(2010) tentang insidensi infark miokard didapatkan hasil tertinggi di Eropa Timur
(410 laki-laki, 199 perempuan) dan Asia Tengah (341 laki-laki, 189 perempuan),
dan insiden terendah di daerah Asia Pasifik dengan penghasilan tinggi (107 laki-
laki, 51 perempuan) dan Asia Timur (133 laki-laki, 79 perempuan). 27 Maka bisa
disimpulkan bahwa menurut penelitian oleh The Global Burden of Disease juga
didapatkan hasil serupa yaitu infark miokard mayoritas di derita oleh laki-laki.
Rendahnya angka kejadian aterosklerosis pada pasien wanita diduga disebabkan
karena faktor usia terkenanya aterosklerosis karena menurut beberapa hasil
penelitian, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh F Brian Boudi didapatkan
adanya faktor hormon yang berperan sehingga pada wanita lebih sering terkena
beberapa tahun setelah terjadi menopause.
Penelitian ini merupakan penelitian non-parametrik dengan distribusi data
tidak normal sehingga peneliti menggunakan nilai median, nilai minimal, dan nilai
maksimal. Nilai median data didapatkan usia 60 tahun dengan nilai minimal 34
tahun dan nilai maksimal 92 tahun. Menurut hasil penelitian dari National Health
and Nutrition Examination Surveys (NHANES) yang dilakukan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa dalam dua dekade terakhir prevalensi infark miokard
meningkat pada wanita usia pertengahan, yaitu usia 35 – 54 tahun, dan menurun
pada pria dengan rentang usia yang sama. 28 Sanjeet Kumar et al (2013) yang
meneliti tentang prevalensi aterosklerosis koroner yang dilakukan di India dengan
jumlah subjek 50 jantung pasien yang dibagi ke dalam beberapa kelompok umur
mendapatkan bahwa mayoritas laki-laki dan perempuan yang menderita
aterosklerosis berada pada rentang usia 51 – 60 tahun.29 Hasil penelitian oleh
Sanjeet Kumar (2013) ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yaitu rentang usia
berada pada dekade ke 5 – 6. Tetapi berdasarkan penelitian oleh Oxford Vascular
Study di Britania Raya, dilaporkan insidensi stroke iskemik pada tahun 2002 –
2005 meningkat dari 35 per 100.000 per tahun pada usia 35 – 44 tahun menjadi
952 pada usia 75 – 84 tahun.30 Pada penelitian oleh Joel Rodriguez-Saldaña et al
(2014) di Kota Meksiko didapatkan median usia 34 tahun dengan rentang usia 20
– 70 tahun.31 Menurut Riset yang dilakukan oleh Kemenkes RI di tahun 2018 di
dapatkan hasil bahwa mayoritas Penyakit Jantung Koroner terdapat pada pasien
berusia 75+.4 Terdapat perbedaan hasil antara ketiga penelitian tersebut dan juga
dengan penelitian ini, perbedaan hasil penelitian diduga disebabkan oleh beberapa
faktor seperti ras dan gaya hidup yang berbeda pada tiap individu yang tidak
diketahui pada ketiga penelitian, terutama pada penelitian ini dan penelitian yang
dilakukan oleh Sanjeer Kumar et al yang merupakan penelitian cross sectional
sehingga peneliti tidak dapat memantau gaya hidup pasien.

5.2 LDL
Ma’rufi R dan Rosita L (2014) meneliti tentang hubungan antara dislipidemia
(LDL) dan kejadian penyakit jantung koroner.32 Wongkar. H.A et al (2014)
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Profil Lipid Darah Low Density
Lipoprotein dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BLU RSUP. Prof. DR.
R.D. Kandou Manado menggunakan metode penelitian case control yang
dilakukan pada 60 responden mendapatkan hasil bahwa responden yang menderita
Penyakit Jantung Koroner mayoritas memiliki profil lipid LDL yang tidak optimal
(p = 0,015).36 Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan metode penelitian
(case control dan cross sectional) dimana pada penelitian sebelumnya metode
yang digunakan adalah case control, sehingga faktor yang diduga berperan
sebagai faktor perancu dapat di deteksi dan di eliminasi, sehingga dapat
memperkecil terjadinya bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, metode yang digunakan
adalah cross sectional di mana tidak bisa diketahui faktor yang diduga sebagai
faktor perancu tidak bisa di ketahui dengan baik (misalnya makanan) sehingga
kemungkinan terjadinya bias dalam penelitian menjadi lebih besar.

5.3 Gensini Score


Menurut Chieh-Shou Su et al (2015) yang melakukan penelitian di China dengan
jumlah responden 566 pasien (408 laki-laki, 158 perempuan) dengan rentang
umur 66,7 ± 11,3 tahun dan kadar HDL yang rendah (menurut dasar teori kadar
HDL yang rendah berhubungan erat dengan kadar LDL yang tinggi) mendapatkan
hasil skor Gensini 18,9 ± 22,5.33 Penelitian Pramon Aditya Sudjana et al (2018) di
Bandung mendapat nilai HDL dengan median 47 mg/dL dan nilai min;max 27 ;
85 md/dL, sedangkan hasil skor Gensini 51 ± 36.34 Sedangkan penelitian ini
mendapat nilai median LDL 120 mg/dL dengan nilai min;max 47 ; 217 mg/dL
dan nilai skor Gensini memiliki median 40 dengan nilai min;max 0 ; 204.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramon Aditya Sudjana et al (2018)
menggunakan metode penelitian yang sama dengan penelitian ini, yaitu metode
cross sectional dengan jumlah subjek sebanyak 80 responden dengan angina
pektoris yang dirujuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS Hasna Medika
Palimanan.34 Walaupun terdapat kesamaan metode penelitian yang digunakan,
terdapat juga perbedaan uji yang dilakukan. Uji yang digunakan dalam penelitian
oleh Pramon Aditya Sudjana et al menggunakan uji regresi linear berganda
terhadap variabel perancu, sedangkan uji yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan uji korelasi Kendall’s tau. Adanya perbedaan subjek, tempat, waktu
penelitian serta perbedaan uji penelitian mungkin merupakan salah satu faktor
penyebab adanya perbedaan median maupun rata-rata skor Gensini yang
didapatkan.

5.4 Hubungan antara LDL dan Aterosklerosis


Beberapa penelitian serupa sudah pernah dilakukan dengan kesimpulan berbeda,
yaitu terdapatnya korelasi dan tidak terdapatnya korelasi antara kadar LDL
dengan persentase (derajat) penyempitan aterosklerosis maupun angka kejadian
penyakit tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia F et al (2015) di
Semarang menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit
jantung koroner pada usia dewasa madya salah satunya adalah dislipidemia. 35
Penelitian yang dilakukan oleh Brian A. Ference (2017) tentang LDL yang
menyebabkan aterosklerosis mendapat kesimpulan bahwa LDL merupakan salah
satu faktor penyebab penyakit aterosklerosis.36 Yuliani Zalukhu (2016) meneliti
tentang hubungan antara small dense Low Density Lipoprotein (sd-LDL) dan
persentase aterosklerosis yang diperiksa secara angiografi pada penyakit jantung
koroner dan didapatkan hasil korelasi yang negatif yaitu dua variabel tersebut
berjalan dengan arah yang berlawanan.37
Hasil penelitian yang dilakukan di RS Royal Taruma Jakarta mendapatkan
hasil tidak adanya korelasi antara kadar LDL dengan derajat penyempitan
aterosklerosis. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dari
penelitian-penelitian di atas yang menunjukkan bahwa kadar LDL merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis. Penelitian yang dilakukan oleh
Ma’rufi R dan Rosita L di Yogyakarta mendapatkan hasil mayoritas pasien yang
menderita Penyakit Jantung Koroner memiliki kadar LDL >130 mg/dL dan
penelitian tersebut mendapat kesimpulan adanya hubungan antara kadar LDL
dengan kejadian penyakit jantung koroner.38 Sedangkan pada penelitian ini
didapatkan mayoritas kadar LDL pasien ≤130 mg/dL yaitu sebesar 59 (57,3%)
responden. Hal ini bisa terjadi diduga karena beberapa hal, salah satu faktornya
adalah responden sudah meminum obat untuk dislipidemia sebelum dilakukan tes
darah sehingga kadar LDL responden menurun. Uji yang digunakan pada kedua
penelitian ini juga berbeda. Penelitian oleh Ma’rufi R dan Rosita L menggunakan
uji chi square di mana data yang digunakan merupakan data kategorik, sedangkan
pada penelitian ini digunakan uji Kendall’s Tau di mana data yang digunakan
merupakan data nominal.
Ada beberapa faktor perancu yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian
ini seperti kadar glukosa darah penderita, tekanan darah, gaya hidup penderita
(merokok atau tidak, jenis makanan dan minuman yang di konsumsi, frekuensi
olahraga, gaya hidup sedentary, dll), dan faktor genetik. Perbedaan jumlah sampel
dan responden juga dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terdapat
perbedaan hasil.
Selain itu, penelitian-penelitian diatas hanya meneliti tentang hubungan
anatara kadar LDL dengan angka kejadian aterosklerosis atau Penyakit Jantung
Koroner, tetapi tidak di spesifikasikan persentase penyempitan dan lokasi tiap
arteri koroner sehingga tidak diketahui apakah kadar LDL, selain menyebabkan
aterosklerosis, juga menyebabkan penyempitan yang lebih berat dan pada lokasi
yang lebih banyak. Di rumah sakit Royal taruma hanya didapatkan 103 sampel,
kurang dari target sampel yaitu 127 sampel,
BAB 6
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
1. Hasil dari penelitian ini adalah tidak didapatkan hubungan antara kadar
LDL dengan derajat stenosis arteri koroner yang dihitung menggunakan
Skor Gensini dan telah diuji serta dibuktikan menggunakan uji korelasi
Pearson (Sig. (2-tailed) 0,673> 0,05 ; Nilai r hitung (Correlation
Coefficient) 0,029; p > 0,05).
2. Kadar LDL pasien di RS Royal Taruma yang di diagnosis menderita
Aterosklerosis memiliki rentang nilai 47 – 217 mg/dL dengan nilai median
120 mg/dL.
3. Dari 194 data yang diambil, 21 rekam medik pasien tidak memiliki data
riwayat kateterisasi jantung, sehingga

6.2 Kelemahan Penelitian


Penelitian ini memiliki banyak kelemahan dikarenakan adanya
keterbatasan pada penulis. Kelemahan tersebut meliputi:
1. Sampel yang digunakan hanya sampel yang berada di RS Royal
Taruma Jakarta sehingga hasil yang didapatkan mungkin berbeda jika
dilaksanakan di tempat/instansi lain.
2. Metode pengumpulan data menggunakan data rekam medik
sehingga ada kemungkinan salah penulisan/pembacaan data.
3. Masih terdapat faktor perancu, seperti diabetes melitus, dan
hipertensi yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian dan tidak
diketahui beberapa faktor perancu lain, seperti apakah pasien merokok
atau tidak.
4. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional sehingga tidak
dapat memantau/mengetahui gaya hidup pasien.
5. Kurangnya data rekam medik yang dibutuhkan.

6.3 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah kadar LDL
berpengaruh terhadap persentase dan lokasi penyempitan arteri koroner
dengan menyingkirkan faktor perancu, seperti hipertensi, merokok, dan
diabetes melitus. Jika ingin melakukan penelitian sejenis, diperlukan
sampel yang lebih banyak dan faktor inklusi serta eksklusi yang lebih
detail untuk memperkecil bias penelitian.

Anda mungkin juga menyukai