Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Pengertian Sabun.................................................................................................4
1.3 Sifat-sifat sabun...................................................................................................7
1.4 Ekstrak.................................................................................................................8
1.5 Pelembut (Emollien)............................................................................................9
1.6 Uji Hedonic.........................................................................................................9
1.7 Formulasi Sabun................................................................................................10
1.8. Sifat Fisis Sabun................................................................................................12
1.9 Biji Bunga Matahari..........................................................................................13
1.10 Sabun Transparan.............................................................................................15
BAB II PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN..........................................21
2.1 Proses Pembuatan..............................................................................................21
2.2 Pembuatan.........................................................................................................23
2.3 Pembuatan ekstrak biji bunga matahari.............................................................24
2.4 Pembuatan sabun padat transparan....................................................................24
2.5 Pengujian mutu sabun padat transparan.............................................................25
2.6 Hasil Pembuatan................................................................................................25

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan.............................19
Tabel 1.2 Standar Mutu Sabun Mandi Padat..................................................................20
Tabel 2.1 Formula Dasar Sabun Transparan...................................................................21
Tabel 2.2 Formulasi pembuatan sabun transparan dengan
penambahan ekstrak biji bunga matahari.......................................................24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 persentase kadar air....................................................................................26


Gambar 2.2 persentase jumlah asam lemak...................................................................27
Gambar 2.3 persentase kadar alkali bebas.....................................................................28
Gambar 2.4 persentase fraksi tak tersabunkan...............................................................29

iii
4

TUGAS UMUM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan kulit harus selalu dijaga agar terhindar dari kelebihan sebum
yang bercampur dengan kotoran lain yang menempel di kulit sehingga diperlukan
suatu sediaan kosmetik yang dapat mengatasi hal tersebut, yaitu sediaan sabun.
Penerimaan konsumen terhadap suatu sabun mandi dipengaruhi oleh penampilan
sabun dan sifat fisis sediaan sendiri sehingga diperlukan sediaan dengan sifat fisis
yang baik. Konsumen akan menerima sabun yang memiliki busa melimpah dan
after feel yang lembab di kulit(Elisabeth, 2010).
Untuk menghasilkan sabun yang baik perlu diperhatikan formula sabun
transparan yang dapat memenuhi sifat fisis tersebut. After feel yang ditimbulkan
oleh sabun tergantung dari penggunaan bahan moisturizer, salah satunya adalah
penggunaan emollient. Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu jenis bahan
emollient yang baik dalam formula sabun yang berfungsi untuk melembutkan
serta menghaluskan kulit. Sedangkan untuk menutupi bau dari fase asam lemak
umumnya digunakan kombinasi Fragrance. Cocoamidopropyl betaine
merupakan surfaktan amfoter dengan daya pembusaan yang baik. Dari segi
pembusaan yang melimpah dapat menjadikan sediaan sabun lebih acceptable bagi
konsumen(Elisabeth, 2010).

1.2 Pengertian Sabun


Sabun didefinisikan sebagai garam dari logam alkali, biasanya Natrium
dan Kalium, dari asam lemak rantai panjang. Ketika asam lemak disaponifikasi
oleh logam Natrium maupun Kalium maka akan berbentuk garam yang disebut
sabun dengan gliserol sebagai produk sampingan (Elisabeth, 2010).
Sabun batangan dikategorikan sebagai transparan apabila memungkinkan
seseorang untuk membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan
ketebalan ¼ inchi. Sabun transparan dibuat dengan menggunakan alkohol dan
5

juga ditambah gliserin (5 – 25 %) serta sirup (10 – 25 %). Sirup gula yang
digunakan merupakan bahan yang bertanggung jawab terhadap warna transparan
yang akan terbentuk(Elisabeth, 2010).
SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat
dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam
lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun yang dibuat dari
NaOH dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap) (Rini, 2012).
Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi,
dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun
digunakan pada suhu dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda (Rini, 2012).
sabun batangan yang ideal harus memiliki kekerasan yang cukup untuk
memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup terhadap
penyerapan air (water reabsorption) ketika tidak sedang digunakan, sementara
pada saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup
untuk mendukung daya bersihnya. Kriteria mutu nilai pH berkisar antara 9-
11(Rini, 2012).
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi.
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali.
Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk samping yaitu gliserol, sedangkan
proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol Proses saponifikasi terjadi pada
suhu 80-100oC. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut(Rini, 2012).
6

Reaksi kimia proses netralisasi asam lemak adalah sebagai berikut.

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa) dimana gugus R


bersifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik karena
bersifat polar. Molekul sabun terdiri dari bagian kepala yang disebut gugus
hidrofilik dan bagian ekor yang disebut gugus hidrofobik(Rini, 2012).
Sabun batangan terbagi menjadi tiga, yaitu cold made, opaque, dan
transparan. Sabun cold made dapat berbusa dengan baik dalam air yang
mengandung garam (air sadah). Sabun opaque adalah sabun mandi biasa yang
berbentuk batang dan penampakannya tidak transparan, sementara sabun
transparan memiliki penampakan yang transparan dan menarik serta mampu
menghasilkan busa yang lembut di kulit. Menurut Cavitch (2001), sabun
transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi.
Sabun transparan mampu meneruskan cahaya yang disebarkan dalam bentuk
pertikel-partikel kecil, sehingga obyek yang berada di balik sabun dapat terlihat
dengan jelas hingga jarak 6 cm(Rini, 2012).
sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak
dengan basa kuat. Sementara itu, sabun yang didalam SNI (1994) disebut sebagai
sabun mandi didefinisikan sebagai sabun natrium yang pada umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan
tubuh dan tidak membahayakan kesehatan(Rini, 2012).
sabun adalah senyawa garam dari asam monokarboksilat rantai panjang
(C12-C18) dengan logam alkali yang umumnya berupa natrium. Fungsi utama
sabun mandi adalah mengangkat kotoran, sel-sel kulit mati, mikroorganisme dan
bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari kulit karena sabun memiliki dua
gugus yang berbeda kepolarannya dalam satu molekulnya, yaitu gugus polar dan
gugus non polar. Gugus non polar adalah gugus yang bersifat hidrofobik yang
mengikat kotoran berupa lemak pada kulit, sedangkan gugus polar adalah gugus
7

yang bersifat hidrofilik sehingga jika dibilas dengan air maka kotoran yang terikat
gugus nonpolar akan terbawa air bilasan(Rini, 2012).
Selain itu, sabun juga diartikan sebagai garam alkali dari asam lemak dan
dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan
untuk membuat sabun adalah Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Hidroksida
(NaOH), dan Amonium Hidroksida (NH4OH) sehingga rumus molekul sabun
selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH4. Sabun kalium
ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi
cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga, sedangkan sabun
natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun
cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Didalam
air, sabun bersifat sedikit basa (Rini, 2012).
Fungsi sabun adalah untuk membersihkan tubuh dari keringat dan debu
yang menempel di kulit. Minyak-minyak alami kulit akan ikut terangkat yang
membuat kulit kita jadi kering dan mudah teriritasi. Para dokter kulit
menyarankan agar kita menggunakan sabun mandi atau cairan pembersih muka
yang mengandung pelembap. Biasanya sabun jenis ini akan mengandung emolien.
Emolien berfungsi untuk menyerap air menjaga kulit kita tetap lembab dan
lembut(Rini, 2012).

1.3 Sifat-sifat sabun


a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OH
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan
non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang
8

bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam
zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air)
dan larut dalam air. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan
juga memisahkan kotoran non polar). Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik
dan juga memisahkan kotoran polar) (Rini, 2012).

1.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari Langsung
(Rini, 2012).
Ekstraksi (penyarian) adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengeluarkan atau menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam
dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai.
Bahan alam dapat berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan biota laut
adalah merupakan sumber bahan baku obat khususnya obat tradisional(Rini,
2012).
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi
zat yang terlarut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan
yang mengandung zat tersebut. Secara umum metode ekstraksi dapat dibedakan
menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, soxlethasi, refluks dan destilasi uap
air(Rini, 2012).
a. Refluks
Cara ini merupakan cara ekstraksi yang berkesinambungan. Bahan yang
akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang
dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanasi sampai mendidih,
cairan penyari akan menguap kemudian terkondensasi oleh pendingin tegak dan
akan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, hingga tersari
dengan sempurna(Rini, 2012).
b. Uraian Cairan Penyari
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena selektif, tidak
beracun, netral, absorpsinya baik, tidak mudah ditumbuhi mikroba, dapat
9

dicampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk
pemekatan lebih sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloida, minyak menguap,
glikosida, kurkumin antarakinin, flavanoid, steroid, damar dan klorofil(Rini,
2012).

1.5 Pelembut (Emollien)


Emolien penting dalam pengelolaan gatal, kondisi kulit kering,
mengurangi gejala simptomatis, dan dapat mengurangi kebutuhan untuk
kortikosteroid topikal(Rini, 2012).
Emollient (pelembut/pelembab) adalah campuran kompleks bahan kimia
yang dirancang khusus untuk membuat lapisan eksternal dari kulit (epidermis)
lebih lembut dan lebih lentur. Mereka meningkatkan hidrasi kulit (water content)
dengan mengurangi penguapan (Rini, 2012).
Istilah emollien biasa digunakan dalam beragam produk, termasuk sabun,
krim, salep dan bahkan produk aerosol semprot. Emollient berfungsi sebagai
oklusif dan membentuk lapisan yang memiliki kemampuan untuk mengganti
lapisan hidrofilik alamiah. Emollien dapat bekerja pada kulit normal maupun kulit
yang mengalami kelainan. Efek emollient adalah melembutkan dan melembabkan,
antimitotik, dan antipruritus(Rini, 2012).

1.6 Uji Hedonic


Uji hedonic merupakan suatu kegiatan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap
suatu produk tertentu. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan
atau ketidaksukaan(Rini, 2012).
Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonic contoh tingkat tersebut adalah
seperti sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, dan
sangat tidak suka. Uji hedonic paling sering digunakan untuk menilai produk
pengembangan secara organoleptik. Jenis panelis yang bisa digunakan untuk
melakukan uji hedonic ini adalah panelis yang agak terlatih dan panelis tidak
terlatih(Rini, 2012).
Penilaian dalam uji hedonic ini bersifat spontan. Ini berarti panelis diminta
10

untuk menilai suatu produk secara langsung saat itu juga pada saat mencoba tanpa
membandingkannya dengan produk sebelum atau sesudahnya (Rini, 2012).

1.7 Formulasi Sabun


a. Lemak dan minyak
Lemak dan minyak merupakan bahan dasar dalam pembuatan sabun,
dimana asam lemak yang bereaksi dengan basa akan menghasilkan gliserin dan
sabun, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Perbedaan mendasar pada lemak
dan minyak adalah pada bentuk fisiknya, lemak berbentuk padatan, sedangkan
minyak berbentuk cairan. Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah
tallow, sedangkan minyak yang digunakan pada pembuatan sabun antara lain
coconut oil, palm kernel oil, dan palm stearin (Elisabeth, 2010).
b. Basa
Peran dari basa adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak
sehingga akan tejadi proses saponifikasi. Dengan adanya reaksi antara fase
minyak dan basa, maka akan terbentuk gliserol dan sabun, yang berupa garam
Natrium dan Kalium (Elisabeth, 2010).
c. Bahan aditif
Bahan aditif atau bahan tambahan berguna untuk meningkatkan minat
konsumen terhadap produk sabun. Berikut merupakan bahan tambahan yang biasa
digunakan dalam formulasi sabun antara lain:
d. Fragrance
Fragrance merupakan bahan aditif yang penting pada produk cleansing
yang dapat mempengaruhi penerimaan konsumen. Penggunaan fragrance pada
umumnya berfungsi untuk menutupi karakteristik bau dari asam lemak atau fase
minyak. Fragrance yang digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan stabilitas
atau perubahan produk akhir. Jumlah fragrance yang digunakan pada sabun
batangan tergantung dari kebutuhan konsumen, biasanya berkisar dari 0,3%
(untuk kulit sensitif) hingga 1,5% (untuk sabun deodoran) (Elisabeth, 2010).
e. Pengawet
Pengawet atau preservatives berfungsi untuk mencegah oksidasi selama
penyimpanan. Oksidasi dapat terjadi karena adanya penggunaan asam lemak tak
11

tersaturasi (seperti oleat, linoleat, linolenat), dan adanya bahan tambahan sepeti
fragrance. Pengawet yang digunakan dapat terdiri dari agen pengkelat logam,
seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid) atau antioksidan seperti BHT
(Butylated Hydroxy Toluene) (Elisabeth, 2010).
f. Kondisioner kulit
Permintaan konsumen terhadap produk tidak hanya sekedar membersihkan
kulit tetapi juga memberikan kesan lembut pada kulit dan dapat melembabkannya.
Oleh karena itu, perlu penambahan suatu bahan yang dapat memberikan
keuntungan tersebut. Gliserin dan asam lemak bebas merupakan bahan tambahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan tambahan lain
yang dapat digunakan antara lain vitamin E, jojoba oil, lanolin, glyceryl stearat,
cetyl ester, beeswax, dan mineral oil (Elisabeth, 2010).
g. Surfaktan sintetik
Penggunaan surfaktan sintetik sering digunakan untuk meningkatkan
penampilan dari sabun batangan, meningkatkan kenyamanan pada kulit, iritasi
rendah, dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembusaan. Jumlah
surfaktan sintetik yang digunakan berkisar pada range level dari 5% (combar
level rendah) hingga 80% (syndet) (Elisabeth, 2010).
surfaktan anionik yang cocok meliputi garam-garam larut dalam air dari
produk reaksi sulfat organik yang memiliki struktur molekul alkil radikal yang
mengandung 8 sampai 22 atom karbon, dan radikal dipilih dari asam sulfonat atau
sulfat radikal ester asam, dan campurannya(Agarkhed, 2012).
Contoh surfaktan anionik yang cocok adalah natrium dan kalium alkohol
sulfat, khususnya yang diperoleh oleh sulphating alkohol lebih tinggi dihasilkan
dengan mereduksi gliserida lemak atau minyak kelapa; natrium dan kalium alkil
benzena sulfonat seperti di mana gugus alkil mengandung 9 sampai 15 atom
karbon; natrium alkil gliseril eter sulfat, khususnya eter-eter alkohol-alkohol
tinggi yang berasal dari lemak dan minyak kelapa; natrium sulfat kelapa asam
lemak minyak monogliserida; natrium dan kalium dari ester asam sulfat dari
produk reaksi satu mol alkohol lemak yang lebih tinggi dan dari 1 sampai 6 mol
etilen(Agarkhed, 2012).
Surfaktan anionik sintetis yang larut dalam air yang lebih disukai adalah
12

logam alkali (seperti natrium dan kalium) dan logam alkali tanah (seperti kalsium
dan magnesium) garam dari alkil benzen sulfonat lebih tinggi dan campuran
dengan sulfonat olefin dan alkil sulfat yang lebih tinggi, dan lemak yang lebih
tinggi sulfat monogliserida asam(Agarkhed, 2012).
surfaktan nonionik yang sesuai dapat secara luas digambarkan sebagai
senyawa yang dihasilkan oleh kondensasi kelompok oksida alkilena, yang
hidrofilik di alam, dengan senyawa hidrofobik organik yang mungkin alifatik atau
alkil aromatik di alam(Agarkhed, 2012).
surfaktan kationik yang cocok yang dapat dimasukkan adalah alkil
kuarterner amonium halida garam misalnya bis (terhidrogenasi lemak) klorida
Dimethylammonium, cetyltrimethyl amonium bromida, klorida benzalkonium dan
dodecylmethylpolyoxyethylene amonium klorida dan amina dan imidazolin garam
untuk misalnya hidroklorida primer, sekunder dan tersier amina dan hidroklorida
imidazolin(Agarkhed, 2012).
surfaktan amfoterik yang cocok adalah turunan dari amina alifatik
sekunder dan tersier yang mengandung gugus alkil dari 8 sampai 18 atom karbon
dan radikal alifatik tersubstitusi oleh gugus air solubilising anionik, misalnya
natrium 3- dodecylamino-propionat, natrium 3-dodecylaminopropane sulfonat dan
natrium N-2-hydroxydodecyl-N- methyltaurate(Agarkhed, 2012).
surfaktan zwitterionic yang cocok adalah turunan dari alifatik kuaterner
amonium, sulphonium dan senyawa fosfonium memiliki radikal alifatik dari 8
sampai 18 atom karbon dan radikal alifatik diganti oleh kelompok larut air-
anionik, misalnya 3- (NN-dimetil-N- hexadecylammonium) propana-1
-sulphonate betaine, 3- (dodecylmethyl sulphonium) propana-1 - betaine sulfonat
dan 3- (cetylmethylphosphonium) etana sulfonat betaine(Agarkhed, 2012).

1.8. Sifat Fisis Sabun


a. Kekerasan
Kekerasan menggambarkan ketahanan sabun terhadap tekanan mekanis.
Pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan hardness tester. Bila sabun
terlalu lunak maka akan sukar untuk ditekan pada saat proses finishing
(Elisabeth, 2010).
13

b. Busa
Busa (foam) adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam
fase kontinyu yang berupa cairan (Schramm, 2005). Karena adanya perbedaan
densitas yang signifikan antara gelembung gas dan medium, maka sistem akan
memisah menjadi dua lapisan dengan cepat dimana gelembung gas akan naik ke
atas. Ketika gelembung gas dimasukkan di bawah permukaan cairan, maka
gelembung itu akan langsung pecah saat cairan mengalir (drainage) (Elisabeth,
2010).
Pada sabun transparan yang dievaluasi adalah jumlah busa, seberapa cepat
membentuk busa, dan kualitas busa. Kualitas, kuantitas, dan kecepatan
pembentukan busa dibuat dalam skala angka. Secara laboratorium, evaluasi busa
dilakukan dengan Ross-Miles foam height tester. Pengukuran tinggi busa
dilakukan dengan membalik-balikkan tabung silinder yang berisi sabun selama
beberapa waktu (Elisabeth, 2010).

1.9 Biji Bunga Matahari


Dalam tradisi masyarakat Indonesia, pemakaian bahan-bahan alam sebagai
obat atau sediaan herbal sudah dikenal secara luas. Salah satunya adalah
pemakaian ekstrak biji dari Bunga matahari (Helianthus annuus) untuk merawat
kesehatan kulit. Bunga matahari (Helianthus annuus) merupakan tumbuhan
semusim dari suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai
tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak(Pramushinta, 2018).
Sunflowers (Helianthus annuus) dibudidayakan untuk benih. Biji memiliki
dua kegunaan utama. Benih yang digunakan sebagai bibit gula tapi jauh lebih
penting untuk pencabutan yang minyak terbentuk dalam biji bunga matahari.
Dalam minyak enous endog- sejumlah asam lemak. Kandungan asam lemak total
diberikan untuk 3 jenis bunga matahari: normal, oleat tinggi dan palmitat yang
tinggi. Isi ini tercantum di bawah ini. asam lemak jenuh atau tidak jenuh diberikan
sebagai persentase dari berat badan relatif terhadap kandungan asam lemak
keseluruhan(Martinez, 2004).
minyak diperoleh dari biji dan diekstraksi minyak bunga matahari
endogen, yang memiliki asam lemak profil tinggi asam oleat dan asam stearat.
14

Dalam lingkup yang luas penemuan biji bunga matahari, tanaman bunga matahari,
makan bunga matahari atau biji hancur diperoleh dari biji dan minyak bunga
matahari diekstrak mengandung atau menghasilkan kandungan asam oleat lebih
dari 40Wo berat badan dan kandungan asam stearat lebih dari 12Wo berat badan
berdasarkan kandungan asam lemak total minyak(Martinez, 2004).
minyak bunga matahari yang memiliki kandungan asam oleat lebih dari
40Wo berat badan dan kandungan asam stearat lebih dari 12Wo berat berdasarkan
total kandungan asam lemak dari minyak dengan mengekstraksi minyak dari
biji(Martinez, 2004).
Metode ini meliputi proses ekstraksi yang tidak melibatkan modifikasi
besar dari minyak bunga matahari. Selain itu, dalam cess pro ekstraksi minyak
dari biji tidak ada bahan kimia yang substansial atau modifikasi fisik maupun
enzimatik mengambil tempat penataan ulang dan tidak ada pengerasan besar
minyak(Martinez, 2004).
produk makanan yang berguna untuk jenis minyak termasuk menyebar,
margarin ini, shortening, saus, es krim, sup, produk roti, produk kembang gula,
dan sejenisnya. Dalam produk makanan ini tingkat minyak bunga matahari adalah
dari 3 sampai 100Wo berat relatif terhadap berat total minyak dalam produk.
Ketika digunakan untuk membentuk spread sesuai dengan penemuan minyak
bunga matahari digunakan sebagai hardstock pada tingkat 5 sampai 20Wo
berat(Martinez, 2004).
Produk kosmetik ini dapat mengandung kadar minyak bunga matahari dari
3 sampai 100Wo berat. Beberapa contoh produk kosmetik ini akan termasuk krim,
lotion, lipstik, sabun bar dan minyak kulit atau rambut(Martinez, 2004).
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili compositae.
Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin. Di
Indonesia, bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada mulanya tanaman
bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya semakin luas.
Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagai
bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak nabati yang
dibutuhkan dalam isdustri minyak (Dewa, 2012).
Minyak biji bunga matahari merupakan salah satu jenis minyak nabati
15

yangpegembangannya masih terbatas di Indonesia. Beberapa industri di Indonesia


masih harus mengimpor minyak biji bunga matahari, tingginya impor minyak biji
bunga matahari di Indonesia disebabkan kurangnya pasokan dari dalam negeri,
kualitas yang belum memadai, dan kontinuitas hasil yang belum dapat diandalkan
(Dewa, 2012).
Komposisi minyak biji bunga matahari berkisar antara 23-45%. Minyak
biji bunga matahari mengandung asam linoleat 44-72% dan asam oleat 11,7%.
Minyak biji bunga matahari digunakan untuk berbagai keperluan seperti minyak
goreng, pembuatan margarine bahan baku kosmetik, dan obat-obatan, selain itu
bungkil atau ampas hasil pemerasan minyak mengandung 13-20% protein, yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Misalnya biji bunga matahari termasuk
golongan minyak rendah kolesterol menyaingi minyak jagung, minyak kacang
tanah dan minyak kadelai, sehingga sangat baik untuk kesehatan (Dewa, 2012).
Minyak dan lemak dapat mengalami penurunan kualitas baik waktu proses
maupun saat penyimpanan. Kerusakan minyak dan lemak yang utama adalah
timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut ketengikan. Hal ini disebabkan oleh
proses hidrolisis dan oksidasi akan terbentuk senyawa-senyawa yang dapat
menurunkan kualitas dari minyak dan lemak. Parameter yang umum dipakai untuk
menentukan kualitas minyak adalah kadar air,kadar asam lemak bebas dan
bilangan peroksida (Dewa, 2012).
Minyak biji bunga matahari dapat mempercepat proses penyembuhan luka
karena mengandung zat aktif antara lain β- sitosterol, flavonoid dan linoleic acid.
minyak biji bunga matahari sebagai pelembab dapat mengurangi penguapan air
dari kulit sehingga menjaga kelembapan kulit. Selain dibuat sebagai sediaan krim
dan gel, biji bunga matahari juga dapat dijadikan sabun untuk dipakai untuk
kesehatan kulit(Pramushinta, 2018).

1.10 Sabun Transparan


Menurut standar nasional indonesia (SNI) tahun 1994, sabun didefinisikan
sebagai senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai pembersih
tubuh, berbentuk padat, berbusa dengan atau penambahan lain serta tidak
menyebabkan iritasi pada kulit .Sabun padat transparan merupakan salah satu
16

inovasi sabun yang menjadikan sabun lebih menarik(Pramushinta, 2018).


Sabun padat transparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi yang dapat
difungsikan sebagai penghantar obat yang baik. Sabun padat transparan yang
dibuat dari ekstrak biji bunga matahari ini diharapkan nantinya dapat digunakan
sebagai sediaan alternatif selain krim atau gel untuk perawatan kulit maupun
penyembuhan kulit yang luka(Pramushinta, 2018).
Transparan sabun bar biasanya mengandung poliol atau alkohol, atau
keduanya. Bahan-bahan ini diyakini terutama bertanggung jawab untuk
transparansi. sabun seperti biasanya mengandung kadar tinggi natrium atau
kalium sabun asam lemak, atau keduanya; biasanya 45% atau lebih. Selanjutnya,
pH larutan berair dari bar tersebut biasanya sekitar 8,5 sampai 9,5(Agarkhed,
2012).
Banyak tersedia secara komersial sabun bar transparan memiliki warna
kuning. Warna ini bisa menjadi properti yang melekat pada asam lemak, atau
mungkin karena reaksi yang terjadi selama pemrosesan. Warna gelap juga
mungkin karena minyak esensial dan parfum, terutama ekstrak dari beberapa
herbal atau rempah-rempah yang umumnya termasuk untuk tunjangan fungsional,
seperti kelembutan. Meskipun pemutihan dapat membantu meringankan warna,
mungkin menghancurkan minyak esensial, parfum dan ekstrak(Agarkhed, 2012).
Transparansi dapat diukur dengan komersial meter lux yang tersedia.
Argometer lux adalah perangkat yang mengukur kecerahan objek. Secara khusus
mengukur intensitas dengan yang kecerahan muncul untuk mata manusia. Hal ini
berbeda dari pengukuran energi cahaya yang sebenarnya dihasilkan oleh atau
dipantulkan dari suatu objek atau sumber cahaya(Agarkhed, 2012).
Kation sabun mungkin logam alkali, logam alkali tanah atau amonium ion,
logam sebaiknya alkali. Lebih disukai, kationadalah dipilih dari natrium atau
kalium. Sabun dapat jenuh atau tak jenuh. sabun jenuh lebih disukai lebih sabun
tak jenuh untuk stabilitas. Asam minyak atau lemak mungkin nabati atau
hewani(Agarkhed, 2012).
Sabun dapat diperoleh dengan saponifikasi minyak, lemak atau asam
lemak. Lemak atau minyak biasanya digunakandi pembuatan sabun dapat dipilih
dari lemak, stearins lemak, kelapa minyak, stearins sawit, kacang kedelai minyak,
17

ikan minyak, kastor minyak, bekatul minyak, bunga matahari minyak, kelapa
minyak, babassu minyak, dan inti sawit minyak. Asam lemak mungkin dari
kelapa, dedak padi, kacang tanah, lemak, sawit, inti sawit, biji kapas atau kacang
kedelai(Agarkhed, 2012).
Sabun asam lemak juga dapat sintetis disiapkan (misalnya dengan oksidasi
minyak bumi atau dengan hidrogenasi karbon monoksida oleh proses Fischer-
Tropsch). asam resin, seperti yang hadir dalam minyak tinggi, juga dapat
digunakan.asam naftenat mungkin juga digunakan(Agarkhed, 2012).
Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan
gliserin untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk
kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit(Irma, 2012).
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun
mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya
berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi
biasa (opaque). Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat
transparansi paling tinggi dan memancarkan cahaya yang menyebar dalam
partikel-partikel kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan terlihat
jelas. Obyek dapat terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Irma,
2012).
Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang
sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu
masih dilakukan dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara
Hongkong, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Malaysia(Irma, 2012).

Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(Irma, 2012).
Sabun mandi merupakan sabun natrium yang umumnya ditambahkan
zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak
membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri atas berbagai bentuk seperti
berbentuk padat (batang), cair, dan gel. Sabun mandi batang terdiri dari cold-
made, opaque, sabun transparan, dan sabun kertas. Sabun mandi cold-made
18

mempunyai kemampuan berbusa dengan baik di dalam air yang mengandung


garam (air sadah). Sabun opaque adalah jenis sabun mandi biasa, berbentuk
batang dan tidak transparan. Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin
mempunyai penampakan yang lebih menarik karena transparansinya (Irma,
2012).
Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hidrogen, dan oksigen yang
disusun dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala yang disebut sebagai
gugus hidrofilik (rantai karboksil) untuk mengikat air. Bagian ekor sebagai
gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon) untuk mengikat kotoran (Irma, 2012).

Reaksi dasar pembuatan sabun adalah sebagai berikut :


O O
|| ||
CH2 O C R CH2 OH Na/K O C
R
O
O
|| ||
CH O C R + 3NaOH CH OH + Na/K O C
R
O
O
|| ||
CH2 O C R CH2 OH Na/K O C R

minyak atau lemak Basa Gliseror Sabun

Kotoran yang menempel pada kulit umumnya berupa lemak. Debu


akan menempel pada kulit karena adanya lemak tersebut. Kotoran tersebut
dapat menghambat fungsi kulit. Air saja tidak dapat membersihkan kotoran
yang menempel pada kulit, diperlukan adanya suatu bahan yang dapat
mengangkat kotoran yang menempel tersebut(Irma, 2012).
Sabun adalah senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
keistimewaan tertentu, yaitu jika senyawa itu larut dalam air, akan bersifat
surfaktan (surface active agent) yaitu menurunkan tegangan yang non-
(larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun memiliki daya
pembersih ketika kita mandi atau mencuci dengan menggunakan sabun ekor
19

non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya
menempel pada air. Hal ini mengakibatkan tegangan permukaan air akan
semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik
kotoran(Irma, 2012).
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang
terbentuk. Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 1.1(Irma, 2012).
Tabel 1.1 Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan
(Irma, 2012).
Asam Lemak Sifat yang ditimbulkan pada sabun

Asam Laurat Mengeraskan, Lembut membersihkan, menghasilkan


busa

Asam Miristat Mengeraskan, lembut membersihkan, menghasilkan


busa
Asam Palmitat Mengeraskan, menstabilkan busa

Asam Stearat Mengeraskan, menstabilkan busa, melembabkan

Asam Oleat Melembabkan

Asam Linoleat Melembabkan

Penggunaan asam lemak dalam pembuatan sabun tidak boleh melebihi


batas. Penggunaan dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan efek negatif
terhadap kulit, yaitu mengeringkan kulit (Paul, 2007). Standar mutu sabun mandi
padat menurut SNI 06 - 3532 1994 dapat dilihat pada tabel 1.2(Irma, 2012).
sabun, yang merupakan garam dari asam lemak, lebih suka sabun bar
transparan juga dapat mencakup beberapa asam lemak bebas. Hal ini lebih
disukai bahwa lemak bebas asam yangkurang dari 4% berat, lebih disukai
kurang dari 2% berat dan paling disukai kurang dari1,5% wt(Agarkhed, 2012).
Beberapa jumlah asam lemak bebas dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas busa. Asam Lemak juga memberikan efek emolien yang cenderung
untuk melembutkan kulit atau meningkatkan karakteristik nuansa-on-kulit dan
mengais kelebihan alkalinitas. Kenaikan jumlah asam lemak bebas dapat
20

menyebabkan kristalisasi. Kristal-kristal berukuran lebih besar mengurangi


jumlah kristal berukuran kecil disukai(Agarkhed, 2012).

Tabel 1.2 Standar Mutu Sabun Mandi Padat


(Irma, 2012).
No. Uraian Standar SNI
1. Kadar air (%) Maks. 15
2. Jumlah asam lemak (%) > 70
3. Alkali bebas
- Dihitung sebagai NaOH (%) Maks. 0,1
21

BAB II
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI BIJI BUNGA
MATAHARI

2.1 Proses Pembuatan


Proses pembuatan sabun transparan telah dikenal sejak lama. Produk
sabun transparan tertua yang cukup terkenal adalah pears transparent soap.
Sabun ini telah dijual di wilayah Inggris sejak tahun 1789 dan telah
memenangkan 25 penghargaan tertinggi dalam pameran yang diadakan pada
tahun 1851 dan 1935(Irma, 2012).
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda.
Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam
alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk larutan jernih, yang
kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada
pemilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang berkualitas baik,
kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna sangat kuning (Irma,
2012).
Tabel 2.1 Formula Dasar Sabun Transparan
(Irma, 2012).
Bahan Komposisi (%b/b)
Asam stearat 34,12
Minyak kelapa 100,6
Natrium hidroksida 20,8
Air 46
Gliserin 23,84
Etanol 70 % 51,2
Gula pasir 56,8
Air 28,4
Propilen glikol 34
Asam sitrat 0,68
Pewangi 3,4
22

Metode pembuatan sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak


dan persiapan air untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase
ini bereaksi dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan
terkontrol. Setelah reaksi selesai, sabun ini kemudian siap untuk diberi warna
dan wewangian. Setelah pewarna dan pewangi, sabun akhir dituangkan ke
dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan mengeras sebelum dikemas
(Irma, 2012). Berikut fungsi dari komposisi tersebut:
a. Asam Stearat (C18H36O2)
Asam stearat dapat berbentuk padatan atau cairan. Asam stearat
berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa. Asam stearat berwarna
putih kekuningan dan memiliki titik cair pada suhu 56 °C (Irma, 2012).
b. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat
korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH
berbentuk butiran padat berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis (Wade
dan Waller, 1994).
Natrium hidroksida sering disebut dengan kaustik soda atau soda api.
NaOH diperoleh melalui proses hidrolisa dari natrium klorida (NaCl). NaOH
dapat berbentuk batang, gumpalan, dan bubuk yang dengan cepat menyerap
kelembaban permukaan kulit (Irma, 2012).
c. Gliserin (C3H8O3)
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis,
serta bersifat humektan. Diperoleh dari hasil sampingan proses pembuatan
sabun atau dari asam lemak tumbuhan dan hewan. Pada pembuatan sabun
transparan, gliserin bersama dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam
pembentukan stuktur transparan (Irma, 2012).
d. Etanol (C2H5OH)
Etanol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH.
Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan
karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Irma, 2012).
e. Asam Sitrat (C6H8O7)
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Asam sitrat berfungsi
23

sebagai agen pengelat (Hambali dkk, 2005). Asam sitrat juga berfungsi sebagai
penurun nilai pH (Irma, 2012).
f. Gula Pasir (C12H22O11)
Gula pasir pada proses pembuatan sabun transparan berfungsi untuk
membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun (Irma, 2012).
g. Propilen Glikol
Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat
meningkatkan kelembaban kulit, contohnya propilen glikol, dapat
melembabkan kulit pada kondisi atmosfir sedang atau pada komdisi
kelembaban tinggi (Irma, 2012).

2.2 Pembuatan
Bahan yang digunakan untuk bahan pembuatan sabun padat transparan
pada penelitian ini yaitu biji bunga matahari,minyak kelapa sawit, NaOH 30%,
etanol 96%, NaCl, asam stearat, gliserin, gula pasir, akuades, coco-DEA, NaCl
dan Jasmine oil sebagai fragrance. Untuk uji sifat kimia sabun transparan
bahan yang digunakan yaitu: H2SO4 20%, parafin, fenoftalein, KOH-etanol
0,1 N, HCl etanol 0,1 N, KOH-etanol 0,5 N dan batu didih.. Alat-alat yang
digunakan adalah beaker glass 1000 ml, thermocouple, waterbath, hot plate,
cetakan silikon, pH indikator, cawan aluminium, timbangan digital, grinder,
oven, desikator, kertas saring, rotary evaporator, erlenmeyer 250 ml, corong
buchner(Pramushinta, 2018).
Perlakuan nya adalah berdasarkan penambahan konsentrasi ekstrak biji
bunga matahari, yaitu formula 1 (tanpa penambahan ekstrak biji bunga
matahari), formula 2 (penambahan ekstrak biji bunga matahari 0,5%), formula
3 (penambahan ekstrak biji bunga matahari 1%) dan formula 4 (penambahan
ekstrak biji bunga matahari 1,5%). Komposisi formula sabun padat transparan
adalah sebagai berikut:
24

Tabel 2.2 Formulasi pembuatan sabun transparan dengan penambahan ekstrak biji
bunga matahari
(Pramushinta, 2018).
penambahan ekstrak biji bunga matahari (b/v)
I II III IV
Bahan (g)
(0%) (0,5%) (1%) (1,5%)
Minyak Kelapa Sawit (g) 50 50 50 50
NaOH 30% (g) 58,8 58,8 58,8 58,8
Etanol 96% (g) 40 40 40 40
Gliserin (g) 35 35 35 35
Gula Pasir (g) 40 40 40 40
Asam Stearat (g) 20 20 20 20
Coco – DEA (gr) 2 2 2 2
Akuades (g) 25 23 21 19
NaCl (g) 0,5 0,5 0,5 0,5
Jasmine Oil (g) 0,3 0,3 0,3 0,3

2.3 Pembuatan ekstrak biji bunga matahari


Pembuatan ekstrak biji bunga matahari dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Beaker glass ditutup dengan rapat
menggunakan plastik wrap dan aluminium foil. Pengadukan dilakukan 1-2 kali
sehari selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan
kertas saring whatman. Penguapan hasil filtrasi dalam rotary evaporator dengan
suhu 50oC selama 2-3 jam dan membiarkan sirkulasi berjalan sehingga hasil
evaporasi tersisa dalam labu pemisah. Pada akhir proses didapatkan ekstrak
murni dengan cairan kental(Pramushinta, 2018).

2.4 Pembuatan sabun padat transparan


Proses pembuatan sabun menggunakan metode hot process. Minyak
kelapa sawit yang telah ditempatkan dalam beaker glass dipanaskan dengan
waterbath. Asam stearat dimasukkan lalu diaduk hingga homogen, kemudian
ditambahkan larutan NaOH 30%. Setelah itu, bahan pendukung seperti etanol
96%, gliserin, sirup gula (gula pasir dan akuades yang dicairkan terlebih
dahulu), coco- DEA, NaCl dan jasmine oil sebagai fragrance. Kemudian
25

seluruh bahan tersebut diaduk hingga tercampur sempurna. Untuk penambahan


ekstrak biji bunga matahari, adonan sabun diturunkan terlebih dahulu suhunya
hingga mencapai suhu 50- 60oC(Pramushinta, 2018).

2.5 Pengujian mutu sabun padat transparan


Prosedur untuk uji sifat kimia terhadap sabun padat transparan
berdasarkan SNI 06-3532-1994, meliputi uji organoleptik, uji pH, uji kadar air,
jumlah asam lemak, kadar alkali bebas dan kadar fraksi tak tersabunkan
(Pramushinta, 2018).

2.6 Hasil Pembuatan


Sabun padat transparan yang dibuat dalam penelitian ini merupakan
sabun yang memiliki tingkat transparansi tinggi. Sabun jenis ini memancarkan
cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil, sehingga obyek yang
berada diluar sabun akan terlihat. Sabun transparan ini juga mempunyai busa
yang lebih halus dibandingkan dengan sabun yang tidak transparan. Uji mutu
sediaan sabun padat dilakukan untuk mengetahui apakah sabun yang dibuat
sesuai dengan SNI 06-3532-1994(Pramushinta, 2018).
Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji organoleptik, uji kadar
air, uji pH dan uji asam lemak bebas. Uji dilakukan selama waktupenyimpanan
dilakukan pada hari ke-1, ke-6 dan ke-12 untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil selama waktu penyimpanan(Pramushinta, 2018).
Pada uji organoleptik, yang diamati meliputi bentuk, warna dan aroma
dari sabun. Hasil pengamatan bentuk sabun pada hari pertama masih agak
lunak karena reaksi saponfikasi belum terjadi secara keseluruhan.
Pada hari ke-6 dan hari ke-12 bentuk sabun sudah padat secara
keseluruhan. Pada pengamatan aroma, semua formula memiliki aroma melati
karena ditambahkan minyak melati sebagai pewangi, karena ekstrak biji bunga
matahari tidak memiliki bau yang khas(Pramushinta, 2018).
Pengujian kadar air pada sabun perlu dilakukan karena kadar air akan
mempengaruhi kualitas sabun. Berdasarkan SNI 06-3532- 1994, kadar air
dalam sediaan sabun maksimal 15%. Hasil persentase kadar air dapat dilihat
26

pada gambar 1. berikut ini:

Gambar 2.1 persentase kadar air


(Pramushinta, 2018).
Menurunnya kadar air yang terkandung dalam sabun transparan yang
dihasilkan bisa disebabkan karena ekstrak biji bunga matahari mengandung
senyawa saponin.
saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan glikon (gula) dan aglikon (non- gula). Gula
bersifat higroskopis, sehingga dapat menyerap uap air. Semakin banyak kadar
ekstrak biji bunga matahari yang ditambahkan ke dalam formula sabun, maka
semakin banyak pula air yang akan diserap oleh gula sehingga kandungan
kadar air berkurang. Secara keseluruhan, kadar air yang terkandung dalam
sabun padat transparan ini telah memenuhi standar mutu sabun padat (SNI)
yaitu tidak lebih dari 15%(Pramushinta, 2018).
Pada umumnya pH sabun padat berkisar antara 9-11 (BSN, 1994). Pada
uji pH yang telah dilakukan, dihasilkan pH sebesar 9 pada formula 1, pH 10
pada formula 2, dan 3. Nilai pH dengan nilai 9-10 tersebut menunjukkan
bahwa sabun yang dihasilkan bersifat basa. Pada formula 4 nilai pH yang
dihasilkan adalah 11.
Hal ini bisa disebabkan karena adanya penambahan jumlah ekstrak biji
27

bunga matahari yang lebih besar pada formula 4, sehingga dapat meningkatkan
derajat keasaman pada sabun transparan yang dihasilkan. Sabun dengan
pH yang terlalu basa dapat meningkatkan daya absorpsi kulit sehingga kulit
menjadi iritasi dan kering. Menurut Nurhadi (2012), ketidakstabilan pH ini
kemungkinan besar dapat disebabkan karena faktor pemanasan, karena
terjadi hidrolisis bahan aktif ester natrium dengan asam lemak sehingga dapat
menyebabkan adanya alkali bebas yang dapat meningkatkan pH sabun
(Pramushinta, 2018).
Asam lemak yang terkandung dalam sabun padat transparan dihasilkan
dari minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
padat transparan pada penelitian ini. Jumlah asam lemak yang terkandung dalam
sabun padat transparan untuk masing- masing perlakuan dapat dilihat pada
gambar 2 berikut ini:

Gambar 2.2 persentase jumlah asam lemak


(Pramushinta, 2018).
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa jumlah asam lemak tertinggi
ada pada formula 4 yaitusebesar (28,5%) dan jumlah terendah pada formula 1
(22,7%). Ekstrak biji bunga matahari yang ditambahkan lebih banyak pada
formula 4 dapat meningkatkan jumlah asam lemak. Hal ini terjadi karena
adanya senyawa organik lemak sterol yang terkandung dalam ekstrak biji
bunga matahari yang tidak dapat terhidrolisis. Jika mengacu pada standar mutu
sabun padat (SNI), maka jumlah asam lemak yang dihasilkan dalam penelitian
28

ini belum memenuhi standar SNI, yaitu minimal 70%(Pramushinta, 2018).


Uji kadar alkali bebas dilakukan untuk mengetahui adanya kelebihan
alkali bebas dan juga melihat apakah sabun padat transparan yang dibuat sesuai
dengan standar mutu SNI yaitu maksimal 0,1%. Adanya alkali bebas pada
keempat formula tersebut karena air yang digunakan untuk melarutkan NaOH
terlalu sedikit, sehingga NaOH yang ditambahkan pada sabun padat transparan
memiliki konsentrasi yang pekat (Pramushinta, 2018).
Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Dari
hasil yang terlihat pada gambar 3, kadar alkali bebas tertinggi adalah formula 4
(0,089%) dan yang terendah terdapat pada sampel formula 1 (0,071%),
sehingga bisa disimpulkan bahwa sabun padat transparan ini memiliki
karakteristik yang telah memenuhi standar SNI.

Gambar 2.3 persentase kadar alkali bebas


(Pramushinta, 2018).
Persentase kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun padat transparan
yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4. Nilai Kadar fraksi tak
tersabunkan paling tinggi terdapat pada formula 3 sebesar 0,987% dan nilai
kadar terendah terdapat pada sampel formula 2 sebesar 0,876%. Kadar fraksi
tak tersabunkan merupakan jumlah komponen yang tidak tersabunkan karena
tidak bereaksi dengan senyawa alkali (natrium), namun dapat larut dalam
minyak pada saat pembuatan sabun (Pramushinta, 2018).
29

Peningkatan penambahan ekstrak biji bunga matahari berpengaruh


terhadap besarnya nilai kadar fraksi yang dihasilkan. Nilai kadar fraksi tak
tersabunkan pada penelitian ini berkisar antara 0,881%–0,926%, sehingga
dapat disimpulkan sudah memenuhi standar SNI yaitu < 2,5%

Gambar 2.4 persentase fraksi tak tersabunkan


(Pramushinta, 2018).

Anda mungkin juga menyukai