BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Pengertian Sabun.................................................................................................4
1.3 Sifat-sifat sabun...................................................................................................7
1.4 Ekstrak.................................................................................................................8
1.5 Pelembut (Emollien)............................................................................................9
1.6 Uji Hedonic.........................................................................................................9
1.7 Formulasi Sabun................................................................................................10
1.8. Sifat Fisis Sabun................................................................................................12
1.9 Biji Bunga Matahari..........................................................................................13
1.10 Sabun Transparan.............................................................................................15
BAB II PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN..........................................21
2.1 Proses Pembuatan..............................................................................................21
2.2 Pembuatan.........................................................................................................23
2.3 Pembuatan ekstrak biji bunga matahari.............................................................24
2.4 Pembuatan sabun padat transparan....................................................................24
2.5 Pengujian mutu sabun padat transparan.............................................................25
2.6 Hasil Pembuatan................................................................................................25
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan.............................19
Tabel 1.2 Standar Mutu Sabun Mandi Padat..................................................................20
Tabel 2.1 Formula Dasar Sabun Transparan...................................................................21
Tabel 2.2 Formulasi pembuatan sabun transparan dengan
penambahan ekstrak biji bunga matahari.......................................................24
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
4
TUGAS UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
juga ditambah gliserin (5 – 25 %) serta sirup (10 – 25 %). Sirup gula yang
digunakan merupakan bahan yang bertanggung jawab terhadap warna transparan
yang akan terbentuk(Elisabeth, 2010).
SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat
dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam
lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun yang dibuat dari
NaOH dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dari KOH dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap) (Rini, 2012).
Sabun yang berkualitas baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi,
dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun
digunakan pada suhu dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda (Rini, 2012).
sabun batangan yang ideal harus memiliki kekerasan yang cukup untuk
memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup terhadap
penyerapan air (water reabsorption) ketika tidak sedang digunakan, sementara
pada saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup
untuk mendukung daya bersihnya. Kriteria mutu nilai pH berkisar antara 9-
11(Rini, 2012).
Sabun dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi.
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,
sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali.
Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk samping yaitu gliserol, sedangkan
proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol Proses saponifikasi terjadi pada
suhu 80-100oC. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut(Rini, 2012).
6
yang bersifat hidrofilik sehingga jika dibilas dengan air maka kotoran yang terikat
gugus nonpolar akan terbawa air bilasan(Rini, 2012).
Selain itu, sabun juga diartikan sebagai garam alkali dari asam lemak dan
dihasilkan menurut reaksi asam basa biasa. Basa alkali yang umum digunakan
untuk membuat sabun adalah Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Hidroksida
(NaOH), dan Amonium Hidroksida (NH4OH) sehingga rumus molekul sabun
selalu dinyatakan sebagai RCOOK atau RCOONa atau RCOONH4. Sabun kalium
ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi
cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga, sedangkan sabun
natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun
cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Didalam
air, sabun bersifat sedikit basa (Rini, 2012).
Fungsi sabun adalah untuk membersihkan tubuh dari keringat dan debu
yang menempel di kulit. Minyak-minyak alami kulit akan ikut terangkat yang
membuat kulit kita jadi kering dan mudah teriritasi. Para dokter kulit
menyarankan agar kita menggunakan sabun mandi atau cairan pembersih muka
yang mengandung pelembap. Biasanya sabun jenis ini akan mengandung emolien.
Emolien berfungsi untuk menyerap air menjaga kulit kita tetap lembab dan
lembut(Rini, 2012).
bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam
zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air)
dan larut dalam air. Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan
juga memisahkan kotoran non polar). Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik
dan juga memisahkan kotoran polar) (Rini, 2012).
1.4 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari Langsung
(Rini, 2012).
Ekstraksi (penyarian) adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengeluarkan atau menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam
dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai.
Bahan alam dapat berupa tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan biota laut
adalah merupakan sumber bahan baku obat khususnya obat tradisional(Rini,
2012).
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi
zat yang terlarut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan
yang mengandung zat tersebut. Secara umum metode ekstraksi dapat dibedakan
menjadi infudasi, maserasi, perkolasi, soxlethasi, refluks dan destilasi uap
air(Rini, 2012).
a. Refluks
Cara ini merupakan cara ekstraksi yang berkesinambungan. Bahan yang
akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang
dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanasi sampai mendidih,
cairan penyari akan menguap kemudian terkondensasi oleh pendingin tegak dan
akan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, hingga tersari
dengan sempurna(Rini, 2012).
b. Uraian Cairan Penyari
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena selektif, tidak
beracun, netral, absorpsinya baik, tidak mudah ditumbuhi mikroba, dapat
9
dicampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk
pemekatan lebih sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloida, minyak menguap,
glikosida, kurkumin antarakinin, flavanoid, steroid, damar dan klorofil(Rini,
2012).
untuk menilai suatu produk secara langsung saat itu juga pada saat mencoba tanpa
membandingkannya dengan produk sebelum atau sesudahnya (Rini, 2012).
tersaturasi (seperti oleat, linoleat, linolenat), dan adanya bahan tambahan sepeti
fragrance. Pengawet yang digunakan dapat terdiri dari agen pengkelat logam,
seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid) atau antioksidan seperti BHT
(Butylated Hydroxy Toluene) (Elisabeth, 2010).
f. Kondisioner kulit
Permintaan konsumen terhadap produk tidak hanya sekedar membersihkan
kulit tetapi juga memberikan kesan lembut pada kulit dan dapat melembabkannya.
Oleh karena itu, perlu penambahan suatu bahan yang dapat memberikan
keuntungan tersebut. Gliserin dan asam lemak bebas merupakan bahan tambahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan tambahan lain
yang dapat digunakan antara lain vitamin E, jojoba oil, lanolin, glyceryl stearat,
cetyl ester, beeswax, dan mineral oil (Elisabeth, 2010).
g. Surfaktan sintetik
Penggunaan surfaktan sintetik sering digunakan untuk meningkatkan
penampilan dari sabun batangan, meningkatkan kenyamanan pada kulit, iritasi
rendah, dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembusaan. Jumlah
surfaktan sintetik yang digunakan berkisar pada range level dari 5% (combar
level rendah) hingga 80% (syndet) (Elisabeth, 2010).
surfaktan anionik yang cocok meliputi garam-garam larut dalam air dari
produk reaksi sulfat organik yang memiliki struktur molekul alkil radikal yang
mengandung 8 sampai 22 atom karbon, dan radikal dipilih dari asam sulfonat atau
sulfat radikal ester asam, dan campurannya(Agarkhed, 2012).
Contoh surfaktan anionik yang cocok adalah natrium dan kalium alkohol
sulfat, khususnya yang diperoleh oleh sulphating alkohol lebih tinggi dihasilkan
dengan mereduksi gliserida lemak atau minyak kelapa; natrium dan kalium alkil
benzena sulfonat seperti di mana gugus alkil mengandung 9 sampai 15 atom
karbon; natrium alkil gliseril eter sulfat, khususnya eter-eter alkohol-alkohol
tinggi yang berasal dari lemak dan minyak kelapa; natrium sulfat kelapa asam
lemak minyak monogliserida; natrium dan kalium dari ester asam sulfat dari
produk reaksi satu mol alkohol lemak yang lebih tinggi dan dari 1 sampai 6 mol
etilen(Agarkhed, 2012).
Surfaktan anionik sintetis yang larut dalam air yang lebih disukai adalah
12
logam alkali (seperti natrium dan kalium) dan logam alkali tanah (seperti kalsium
dan magnesium) garam dari alkil benzen sulfonat lebih tinggi dan campuran
dengan sulfonat olefin dan alkil sulfat yang lebih tinggi, dan lemak yang lebih
tinggi sulfat monogliserida asam(Agarkhed, 2012).
surfaktan nonionik yang sesuai dapat secara luas digambarkan sebagai
senyawa yang dihasilkan oleh kondensasi kelompok oksida alkilena, yang
hidrofilik di alam, dengan senyawa hidrofobik organik yang mungkin alifatik atau
alkil aromatik di alam(Agarkhed, 2012).
surfaktan kationik yang cocok yang dapat dimasukkan adalah alkil
kuarterner amonium halida garam misalnya bis (terhidrogenasi lemak) klorida
Dimethylammonium, cetyltrimethyl amonium bromida, klorida benzalkonium dan
dodecylmethylpolyoxyethylene amonium klorida dan amina dan imidazolin garam
untuk misalnya hidroklorida primer, sekunder dan tersier amina dan hidroklorida
imidazolin(Agarkhed, 2012).
surfaktan amfoterik yang cocok adalah turunan dari amina alifatik
sekunder dan tersier yang mengandung gugus alkil dari 8 sampai 18 atom karbon
dan radikal alifatik tersubstitusi oleh gugus air solubilising anionik, misalnya
natrium 3- dodecylamino-propionat, natrium 3-dodecylaminopropane sulfonat dan
natrium N-2-hydroxydodecyl-N- methyltaurate(Agarkhed, 2012).
surfaktan zwitterionic yang cocok adalah turunan dari alifatik kuaterner
amonium, sulphonium dan senyawa fosfonium memiliki radikal alifatik dari 8
sampai 18 atom karbon dan radikal alifatik diganti oleh kelompok larut air-
anionik, misalnya 3- (NN-dimetil-N- hexadecylammonium) propana-1
-sulphonate betaine, 3- (dodecylmethyl sulphonium) propana-1 - betaine sulfonat
dan 3- (cetylmethylphosphonium) etana sulfonat betaine(Agarkhed, 2012).
b. Busa
Busa (foam) adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam
fase kontinyu yang berupa cairan (Schramm, 2005). Karena adanya perbedaan
densitas yang signifikan antara gelembung gas dan medium, maka sistem akan
memisah menjadi dua lapisan dengan cepat dimana gelembung gas akan naik ke
atas. Ketika gelembung gas dimasukkan di bawah permukaan cairan, maka
gelembung itu akan langsung pecah saat cairan mengalir (drainage) (Elisabeth,
2010).
Pada sabun transparan yang dievaluasi adalah jumlah busa, seberapa cepat
membentuk busa, dan kualitas busa. Kualitas, kuantitas, dan kecepatan
pembentukan busa dibuat dalam skala angka. Secara laboratorium, evaluasi busa
dilakukan dengan Ross-Miles foam height tester. Pengukuran tinggi busa
dilakukan dengan membalik-balikkan tabung silinder yang berisi sabun selama
beberapa waktu (Elisabeth, 2010).
Dalam lingkup yang luas penemuan biji bunga matahari, tanaman bunga matahari,
makan bunga matahari atau biji hancur diperoleh dari biji dan minyak bunga
matahari diekstrak mengandung atau menghasilkan kandungan asam oleat lebih
dari 40Wo berat badan dan kandungan asam stearat lebih dari 12Wo berat badan
berdasarkan kandungan asam lemak total minyak(Martinez, 2004).
minyak bunga matahari yang memiliki kandungan asam oleat lebih dari
40Wo berat badan dan kandungan asam stearat lebih dari 12Wo berat berdasarkan
total kandungan asam lemak dari minyak dengan mengekstraksi minyak dari
biji(Martinez, 2004).
Metode ini meliputi proses ekstraksi yang tidak melibatkan modifikasi
besar dari minyak bunga matahari. Selain itu, dalam cess pro ekstraksi minyak
dari biji tidak ada bahan kimia yang substansial atau modifikasi fisik maupun
enzimatik mengambil tempat penataan ulang dan tidak ada pengerasan besar
minyak(Martinez, 2004).
produk makanan yang berguna untuk jenis minyak termasuk menyebar,
margarin ini, shortening, saus, es krim, sup, produk roti, produk kembang gula,
dan sejenisnya. Dalam produk makanan ini tingkat minyak bunga matahari adalah
dari 3 sampai 100Wo berat relatif terhadap berat total minyak dalam produk.
Ketika digunakan untuk membentuk spread sesuai dengan penemuan minyak
bunga matahari digunakan sebagai hardstock pada tingkat 5 sampai 20Wo
berat(Martinez, 2004).
Produk kosmetik ini dapat mengandung kadar minyak bunga matahari dari
3 sampai 100Wo berat. Beberapa contoh produk kosmetik ini akan termasuk krim,
lotion, lipstik, sabun bar dan minyak kulit atau rambut(Martinez, 2004).
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili compositae.
Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika Latin. Di
Indonesia, bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada mulanya tanaman
bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya semakin luas.
Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang diolah sebagai
bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak nabati yang
dibutuhkan dalam isdustri minyak (Dewa, 2012).
Minyak biji bunga matahari merupakan salah satu jenis minyak nabati
15
ikan minyak, kastor minyak, bekatul minyak, bunga matahari minyak, kelapa
minyak, babassu minyak, dan inti sawit minyak. Asam lemak mungkin dari
kelapa, dedak padi, kacang tanah, lemak, sawit, inti sawit, biji kapas atau kacang
kedelai(Agarkhed, 2012).
Sabun asam lemak juga dapat sintetis disiapkan (misalnya dengan oksidasi
minyak bumi atau dengan hidrogenasi karbon monoksida oleh proses Fischer-
Tropsch). asam resin, seperti yang hadir dalam minyak tinggi, juga dapat
digunakan.asam naftenat mungkin juga digunakan(Agarkhed, 2012).
Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan
gliserin untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk
kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit(Irma, 2012).
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun
mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya
berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi
biasa (opaque). Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat
transparansi paling tinggi dan memancarkan cahaya yang menyebar dalam
partikel-partikel kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan terlihat
jelas. Obyek dapat terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Irma,
2012).
Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang
sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu
masih dilakukan dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara
Hongkong, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Malaysia(Irma, 2012).
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(Irma, 2012).
Sabun mandi merupakan sabun natrium yang umumnya ditambahkan
zat pewangi dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak
membahayakan kesehatan. Sabun mandi terdiri atas berbagai bentuk seperti
berbentuk padat (batang), cair, dan gel. Sabun mandi batang terdiri dari cold-
made, opaque, sabun transparan, dan sabun kertas. Sabun mandi cold-made
18
non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya
menempel pada air. Hal ini mengakibatkan tegangan permukaan air akan
semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik
kotoran(Irma, 2012).
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang
terbentuk. Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 1.1(Irma, 2012).
Tabel 1.1 Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun yang Dihasilkan
(Irma, 2012).
Asam Lemak Sifat yang ditimbulkan pada sabun
BAB II
PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN DARI BIJI BUNGA
MATAHARI
sebagai agen pengelat (Hambali dkk, 2005). Asam sitrat juga berfungsi sebagai
penurun nilai pH (Irma, 2012).
f. Gula Pasir (C12H22O11)
Gula pasir pada proses pembuatan sabun transparan berfungsi untuk
membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun (Irma, 2012).
g. Propilen Glikol
Humektan (moisturizer) adalah skin conditioning agents yang dapat
meningkatkan kelembaban kulit, contohnya propilen glikol, dapat
melembabkan kulit pada kondisi atmosfir sedang atau pada komdisi
kelembaban tinggi (Irma, 2012).
2.2 Pembuatan
Bahan yang digunakan untuk bahan pembuatan sabun padat transparan
pada penelitian ini yaitu biji bunga matahari,minyak kelapa sawit, NaOH 30%,
etanol 96%, NaCl, asam stearat, gliserin, gula pasir, akuades, coco-DEA, NaCl
dan Jasmine oil sebagai fragrance. Untuk uji sifat kimia sabun transparan
bahan yang digunakan yaitu: H2SO4 20%, parafin, fenoftalein, KOH-etanol
0,1 N, HCl etanol 0,1 N, KOH-etanol 0,5 N dan batu didih.. Alat-alat yang
digunakan adalah beaker glass 1000 ml, thermocouple, waterbath, hot plate,
cetakan silikon, pH indikator, cawan aluminium, timbangan digital, grinder,
oven, desikator, kertas saring, rotary evaporator, erlenmeyer 250 ml, corong
buchner(Pramushinta, 2018).
Perlakuan nya adalah berdasarkan penambahan konsentrasi ekstrak biji
bunga matahari, yaitu formula 1 (tanpa penambahan ekstrak biji bunga
matahari), formula 2 (penambahan ekstrak biji bunga matahari 0,5%), formula
3 (penambahan ekstrak biji bunga matahari 1%) dan formula 4 (penambahan
ekstrak biji bunga matahari 1,5%). Komposisi formula sabun padat transparan
adalah sebagai berikut:
24
Tabel 2.2 Formulasi pembuatan sabun transparan dengan penambahan ekstrak biji
bunga matahari
(Pramushinta, 2018).
penambahan ekstrak biji bunga matahari (b/v)
I II III IV
Bahan (g)
(0%) (0,5%) (1%) (1,5%)
Minyak Kelapa Sawit (g) 50 50 50 50
NaOH 30% (g) 58,8 58,8 58,8 58,8
Etanol 96% (g) 40 40 40 40
Gliserin (g) 35 35 35 35
Gula Pasir (g) 40 40 40 40
Asam Stearat (g) 20 20 20 20
Coco – DEA (gr) 2 2 2 2
Akuades (g) 25 23 21 19
NaCl (g) 0,5 0,5 0,5 0,5
Jasmine Oil (g) 0,3 0,3 0,3 0,3
bunga matahari yang lebih besar pada formula 4, sehingga dapat meningkatkan
derajat keasaman pada sabun transparan yang dihasilkan. Sabun dengan
pH yang terlalu basa dapat meningkatkan daya absorpsi kulit sehingga kulit
menjadi iritasi dan kering. Menurut Nurhadi (2012), ketidakstabilan pH ini
kemungkinan besar dapat disebabkan karena faktor pemanasan, karena
terjadi hidrolisis bahan aktif ester natrium dengan asam lemak sehingga dapat
menyebabkan adanya alkali bebas yang dapat meningkatkan pH sabun
(Pramushinta, 2018).
Asam lemak yang terkandung dalam sabun padat transparan dihasilkan
dari minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
padat transparan pada penelitian ini. Jumlah asam lemak yang terkandung dalam
sabun padat transparan untuk masing- masing perlakuan dapat dilihat pada
gambar 2 berikut ini: