Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

CASE STUDY 1

Endang Pertiwiwati, Ns, M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 5

Muhammad AfrizalPribadi 1610913210011


Anggelia Nurlikasari 1610913322005
Ariska Wulandari 1610913320006
AyuAprilla Maharani 1610913220003
Bellia Yulise 1610913220006
Muhammad Irwin Nuryadin 1610913310021
Uun Shafa’atun Nikmah 1610913320041
Zaid Rizkyansyah Wiguna 1610913210045

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
2018
BAB I

KASUS
Andri, 20 tahun, mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin,
mengalami kecelakaan lalu lintas 3 hari yang lalu. Akibatnya kecelakaan tersebut
andri andri harus menjalani amputasi pada kirinya. Ibu Andri terus menemaninya
selama berada di Rumah Sakit karena belum percaya dengan kejadian yang
menimpa putranya. Andri adalah seorang mahasiswa yang berprestasi, ia adalah
kapten tim basket di Fakultasnya dan bulan depan Andri dijadwalkan akan
mengikuti kompetisi basket tingkat nasional yang selama ia impikan.
Kondisi Andri saat ini sudah mulai stabil dan ia direncanakan menjalani program
rehabilitasi. Dokter juga merencanakan akan memasang kaki prostetik pada Andri.
Anda adalah seorang perawat yang merawat Andri dan hari ini anda melakukan
tindakan perawatan luka amputasi. Selama tindakan, Andri tidak mau melihat
bagian kakinya yang terluka dan menolak untuk mendiskusikan program
rehabilitasi yang akan ia jalani. Ibu Andri juga mengatakan kepada anda bahwa
putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara.

Diskusikan mengenai :

1. Pengertian konsep diri


2. Komponen konsep diri dan berdasarkan kasus komponen dirimana yang
terganggu pada Andri?
3. Perkembangan konsep diri
4. Faktor yang mempengaruhi konsep diri. Berdasarkan kasus, factor mana
yang menjadikan Andri mengalami perubahan pada konsep dirinya ?
5. Proses keperawatan dan konsep diri yang meliputi :
a. Pengkajian, yaitu :
1) Aspek penting yang dikaji oleh perawat
2) Hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat pada saat
melakukan pengkajian konsep diri klien
3) Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika
melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi keperawatan untuk mengkaitkan konsep diri
d. Implementasi
e. Evaluasi
BAB II

A. Pengertian Konsep Diri


Menurut Potter & Perry dalam bukunya berpendapat konsep diri adalah citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan
persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan
yang mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. (Potter&Perry,2005) Stuart & Sundeen mengatakan konsep diri adalah
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Sedangkan
Keliat, mengungkapkan konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. (Keliat, 2005)

B. Jenis-Jenis Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari 2 jenis yakni konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Konsep diri positif baik jika dimiliki oleh individu karena memiliki
perasaan atau merasa setara dengan orang lainyakin dapat mengatasi segala
macam masalahbisa menerima pujian tanpa rasa malu, bisa menyadari bahwa
setiap orang memiliki perasaan, keinginan, serta perilaku yang tidak semuanya
dapat disetujui oleh anggota masyarakat, bisa memperbaiki dirinya sendiri.
Maksudnya dia mampu untuk mengungkapkan tentang aspek kepribadian yang
tidak disukainya dan akan berusaha untuk dapat mengubahnya. (Stuart et al,
1998).
Sedangkan konsep diri negatif, biasanya sangat rerponsif akan pujian, peka
terhadap kritikan, lebih bersikap hiperkritis, merasa tidak di sukai oleh orang lain,
memiliki sikap pesimis disetiap kompetisi. (Stuart et al, 1998).

C. Komponen Konsep Diri


Komponen konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu (Stuart et al, 1998):
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) merupakan sikap individu terhadap dirinya baik
disadari maupun tidak disadari mencakup persepsi masa lalu atau sekarang
mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan
persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah
laku berdasarkan standar pribadi. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa
anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang
memberikan harapan atau tuntunan tertentu.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.
d. Peran
Peran merupakan serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam
kelompok sosial.
e. Identitas Diri
Identitas diri merupakan kesadaran mengenai diri sendiri yang bisa didapatkan
individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu
dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas berkembang sejak masa kanak-
kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri.
Sedangkan Brian Tracy mengungkapkan konsep diri memiliki tiga bagian atau
komponen  utama yaitu Self-Ideal (Ideal Diri), Self-Image (Citra Diri), dan Self-
Esteem (Jati Diri). ( Brian Tracy, 2005)
a. Self Ideal (Diri Ideal)
Self ideal atau ideal diri terdiri atas harapan, impian, visi dan idaman. Self ideal
ini terbentuk dari kebaikan, nilai dan sifat yang paling dikagumi dari diri
sendiri maupun orang lain yang dihormati.
b. Self Image (Citra Diri)
Dengan self image atau citra diri kita akan membayangkan diri kita sendiri dan
dan menentukan bagaimana kita akan bersikap pada suatu situasi.
c. Self Esteem (Jati Diri)
Jati diri merupakan penilaian bagaimana kita menyukai diri sendiri. Semakin
kita menyukai diri sendiri maka akan kita akan bertindak dalam bidang apapun
yang kita tekuni.
Dalam kasus, komponen konsep diri yang terganggu terhadap pasien Andri
ialah citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas diri. Sedangkan jika dilihat
menurut Brian Tracy komponen yang terganggu ialah Self ideal. Hal ini
dikarenakan kaki kiri Andri yang diamputasi dan Andri telah kehilangan salah
satu anggota tubuhnya sehingga dirinya merasa tidak percaya diri dan putusasa
dengan kondisi dirinya yang sekarang sehingga Andri tidak mau berbicara dengan
orang lain dan menutup dirinya dari lingkungan di sekitarnya.

D. Perkembangan Konsep Diri


Hurlock pada tahun 1968 mengatakan individu belum mampu membedakan
antara diri dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap
yang bisa membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8
bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya
dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin,
kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport
(Sarason, 1972) dengan istilah early self. Kemudian individu mulai punya
kemampuan untuk memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar
merespon orang lain. Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu
dibandingkan konsep diri psikologis. (Spielberger & Sarason, 2005).
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Pada masa dewasa muda perubahan
kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah
periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung jawab,
mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam
masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil. (Spielberger & Sarason,
2005).
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan
penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai
berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan
dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri. (Spielberger &
Sarason, 2005).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Konsep diri atau self concept tidaklah bawaan sejak lahir melainkan hasil
dari proses belajar. Saat manusia mengenal lingkungannya, maka saat itu pula dia
belajar berbagai hal mengenai kehidupan. Berdasarkan pengalaman hidupnya,
seorang individu akan menetapkan konsep dirinya berdasarkan berbagai faktor.
E.B. Hurlock yang merupakan seorang psikolog mengatakan faktor yang
mempengaruhi konsep diri tersebut diantaranya yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh,
pakaian, nama dan julukan, inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi atau cita-cita,
emosi, jenis atau gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, teman dan tokoh
atau orang yang berpengaruh. (Potter&Perry,2005)
Apabila faktor-faktor tersebut cenderung menimbulkan perasaan yang
positif seperti bangga atau senang maka akan muncul konsep diri yang positif.
Pada masa kanak-kanak seorang individu umumnya cenderung menganggap benar
apa saja yang dikatakan oleh orang lain.Apabila seorang anak merasa dia diterima,
dihargai dan dicintai maka anak tersebut akan menerima, menghargai dan juga
mencintai dirinya (berkonsep diri positif). Dan akan sebaliknya, jika orang yang
berpengaruh di sekelilingnya seperti orang tua, guru, orang dewasa, teman dan
lain sebagainya ternyata meremehkan, merendahkan, mempermalukan dan
menolaknya, maka pengalaman tersebut akan disikapi dengan negatif dan akan
memunculkan konsep diri yang negatif. (Keliat, 2005).
Dalam kasus yang terkait, faktor yang mempengaruhinya ialah bentuk
tubuh, cacat tubuh, taraf aspirasi atau cita-cita, emosi, jenis atau gengsi sekolah.
Dalam kasus, pasien mengalami konsep diri negatif karena terlihat dari sikap
pasien yang tertutup dan tidak mau menerima pengobatan rehabilitasi untuk
kebaikannya. Tindakan amputasi pada salah satu bagian tubuh pasien
mengakibatkan keterpurukan pada pasien, pasien Andri tidak dapat mengikuti
perlombaan basket yang dicita-citakan nya sejak lama. (Spielberger & Sarason,
2005)
Data pengkajian Factor yang Masalah
berhubungan
DO: Cedera , program Gangguan citra
Andri harus menjalani amputasi kaki pengobatan tubuh
kirinya akibat kecelakaan

DO : Gangguan RisikoInfeksi
Andri harus menjalani amputasi kaki integritas kulit
kirinya akibat kecelakaan
DS : Isolasi social, Keputusasaan
-Ibu Andri mengatakan bahwa putranya penurunan kondisi
menjadi pemurung dan tidak banyak fisiologis
bicara.
- Andri tidak mau melihat bagian
kakinya yang terluka dan menolak untuk
mendiskusikan program rehabilitasi
yang akan ia jalani

DO : Keengganan Hambatan
Klien sulit beraktivas memulai Mobilitas Fisik
pergerakan
DO : kaki kiri Andri diamputasi akibat Kerusakan
kecelakaan integritas
jaringan

Diagnosa :

1. Gangguan Citra Tubuh ( 00118 )


2. Resiko Infeksi ( 00004 )
3. Keputusasaan ( 00124 )
4. Hambatan Mobilitas Fisik ( 00085 )
5. Kerusakan Integritas Jaringan ( 00044 )

Aspek yang perlu dikaji

1. Aspek yang perlu dikaji dalam kasus tersebut dalam pengkajian data,
pengumpulan data dan analisis data ialah aspek emosional , aspek social,
aspek lingkungan, aspek fisik karena dalam kasus ini Andri membutuhkan
dukungan dari keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya.
2. Hal- hal yang perlu diperhatikan oleh perawat pada saat melakukan
pengkajian konsep diri klien adalah pengkajian yang dilakukan oleh
perawat harus teliti dan jelas dan data pengkajian juga harus akurat dan
nyata untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi.

3. Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika melakukan


pengkajian dan tindakan keperawatan adalah yaitu pada saat tahap
orientasi dimulai pada saat pertama kali perawat menemui perawat dengan
tujuan untuk membangun kepercayaan. Pada tahap kerja perawat
menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan serta
membagun suasana yang mendukung untuk berubah. Sedangkan pada
tahap terminasi perawat melakukan penilaian pencapaian tujuan dan
perpisahan, juga disampaikan sejak awal atau tidak mendadak dengan
begitu perawat dapat membangun hubungan saling percaya dengan klien

Intervensi Keperawatan dan Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Gangguan Citra Tubuh NOC NIC


- Body image ( Citra tubuh ) Body image enhancement
- Self esteem ( Hargadiri ) ( Peningkatan Citra Tubuh )
- Kaji secara verbal
Kriteriahasil dan nonverbal respon
- Body image positif klien terhadap
- Mampu mengidentifikasi tubuhnya
kekuatan personal - Jelaskan tentang
- Mendeskripsikan secara pengobatan,perawata
factual perubahan fungsi n, kemajuan dan
tubuh prognosis penyakit
- Mempertahankan - Dorong klien
interaksi sosial mengungkapkan
perasaannya
-
Resiko Infeksi NOC NIC
- Immune Status Infection Control ( Kontrol
( status kekebalan ) infeksi )
- Infection Control - Cuci tangan setiap
( Kontrol Infeksi ) sebelum dan sesudah
- Risk Control tindakan
( Pengendalian keperawatan
resiko ) - Gunakan baju,
sarung tangan
Kriteria Hasil sebagai alat
- Klien bebas dari pelindung
tanda dan gejala - Monitor tanda dan
infeksi gejala infeksi
- Mendeskripsikan - Monitor kerentanan
proses penularan terhadap infeksi
penyakit, factor yang - Pertahankan Teknik
mempengaruhi asepsis pada pasien
penularan serta yang beresiko
penatalaksanaannya - Ajarkan pasien dan
- Menunjukan keluarga tanda dan
kemampuan untuk gejala infeksi
mencegah timbulnya - Ajarkan cara
infeksi menghindari infeksi
- Menunjukan - Laporkan kecurigaan
perilaku hidup sehat infeksi

Hambatan mobilitas fisik NOC NIC


- Mobility Active Exercise therapy ( Terapi
( mobilitas aktif ) Latihan )
- Self Care - Monitoring vital sign
( Perawatan diri ) sebelum/sesudah
latihan dan lihat
Kinerja Hasil : respon pasien saat
- Klien meningkat latihan
dalam aktifitas fisik - Bantu pasien
- Mengerti tujuan dari menggunakan
peningkatan tongkat saat berjalan
mobilitas dan cegah terhadap
- Memperagakan cidera
penggunaan alat - Kaji kemampuan
- Bantu untuk pasien dalam
mobilisasi mobilisasi
- Damping dan bantu
pasien saat
mobilisasi
- Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Keputusasaan NOC NIC
- Tingkat Depresi Dukungan Emosinal
- Rangkul atau sentuh
Kinerja Hasil : pasien dengan penuh
- Klien diharapkan dukungan,
mampu mengurangi - Bantu pasie
perasaan nmengenali perasaan
keputusasaan seperti adanya
- Klien diharapkan marah, cemas dan
mampu mengurangi sedih
perasaan kesedihan - Rujuk untuk
- Klien mampu konseling susai
mengurangi kebutuhan
perasaan depresi - Berikan dukungan
selama fase
Mengingkari, marah,
tawar menawar,fase
menerima dalam
proses berduka
- - Dorong untuk
bicara atau menangis
sebagai cara
menurunkan respon
emosi
Kerusakan Integritas NOC NIC
Jaringan - Integritas Jaringan : Pencegahan tekanan ulkus
kulit dan mukosa pada perawatan luka
- Penyembuhan Luka : - Jaga kulit agar tetap
primer dan sekunder bersih dan kering
- Monitor kulit adanya
Kriteria Hasil : kemerahan
- Perfusi jaringan - Observasi luka :
normal lokasi, dimensi
- Tidak ada tanda- ,kedalaman luka,
tanda infeksi tanda-tanda infeksi
- Ketebalan dan local, formasi traktus
tekstur jaringan - Lakukan tekhnik
normal perawatan luka
- Menunjukan dengan steril
pemahaman dalam - Berikan posisi yang
proses perbaikan mengurangi tekanan
kulit dan mencegah pada luka
terjadinya cidera
berulang
- Menunjukan
terjadinya proses
penyembuhan luka

D. Evaluasi

Diagnosa Evaluasi
keperawatan
Gangguan Sitorus (2011) Dengan judul gambaran citra tubuh pasien paska
citra tubuh amputasi dipoliklinik bedah orthopedi RSUP H. Adam Malik Medan
dan RSUD DR. Pringadi Medan”. Hasil penelitian di peroleh bahwa
lebih dari setengah responden (53,8%) gambaran citra tubuh pasien
paska amputasi adalah negative hal ini dikarenakan pasien itu
beranggapan bahwa apabila kehilangan salah satu anggota tubuh dia
merasa harga dirinya rendah sehingga emosional dalam dirinya tidak
dapat dikendalikan karena merasa tidak bias mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya sehingga keluarga atau orang terdekat harus
memberikan dukungan emosional kepada klien agar klien dapat
menerima keadaan dirinya saat ini.
Keputusaan Didalam penelitian “ gambaran konsep diri : harga diri pada klien
dengan amputasi di wilayah karisidenan Surakarta” kejadian harga diri
negative lebih banyak dijumpai pada klien yang berusia 15-35 tahun
sehingga kebanyakan klien merasakan keputusaan dalam menerima
kondisinya saat ini sehingga dianjurkan klien untuk selalu berfikir
positif, kreatif dan selalu bersyukur sehingga bias mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan maksimal.
Hambatan Didalam penelitian yang ditulis oleh Dyota Puspasari dan Ilham
mobilitas fisik Nuralfian (2012). Penyandang cacat fisik permanen Karena kecelakaan
dan menyebabkan kehilangan salah satu anggota tubuhnya sehingga
klien sulit untuk beraktivitas namun kita masih dapat memeberikan
solusi kepada klien tersebut agar dapat beraktivitas seperti biasanya
yaitu dengan menggunakan kaki palsu.

Kerusakan Tindakan yang dilakukan untuk klien dengan kerusakanv integritas kulit
integritas kulit yaitu melakukan perawatan luka modern jadi diharapkan perawat dapat
dan risiko melakukan perawatan luka dengan benar sehingga luka bekas amputasi
infeksi tidak menimbulkan infeksi dan integritas kulit dapat segera membaik.
REFERENSI
1. Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 2. Jakarta: EGC
2. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
3. Tracy, Brian. 2005. Change your thingking change your life. Bandung:
Mizan Media Utama.
4. Stuart, Gail Wischart& Sandra J. Sundeen. 1998. Buku Keperawatan
Jiwa(Alih Bahasa) Achir Yani S Hamid. Edisi 3. Jakarta: EGC
5. Spielberger C. & Sarason I. 2005. Stress dan Emotion. Vol 17. New York:
Taylor dan Francis Group.
6. NANDA International Inc. Nursing diagnoses : definitions and
classification 2015-2017. Jakarta : EGC
7. Gloria Bulechek,. Et al. Nursing Outcomes Classification (NOC) and
Nursing Interventions Classification (NIC). 6Th Indonesian Edition.
Singapore : Elsevier.
8. Pambudiarto, Arie Agus. 2012. Gambaran konsep diri: Harga Diri Pada
Klien Dengan Amputasi Di Wilayah Karisidenan Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
9. Puspasari, Dyota. Alfian, Ilham Nur. 2012. Makna hidup penyandang
cacat fisik postnatal karena kecelakaan. Universitas Airlangga Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai