Pertemuan ke-8 ini membahas tentang uji korelasi. Analisis korelasi bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Ada berbagai macam
teknik analisis korelasi yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis
penelitian. Jenis-jenis teknik korelasi statistic tersebut dapat digunakan sesuai dengan jenis
data yang didapatkan dari pengumpulan data.
Nilai koefisien korelasi menunjukkan besarnya kuat atau keeratan hubungan antara X
dengan Y. Besarnya keeratan hubungan ini berkisar antara −1≤r ≥1 . Semakin
mendekati nilai 1 berarti koefisien korelasi antar dua variabel itu makin erat. Nilai positif (+)
atau negatif (-) menunjukkan arah korelasinya. Jika berkorelasi positif maka diartikan
semakin tinggi X akan semakin tinggi pula Y. Jika berkorelasi negatif maka diartikan
semakin tinggi X maka semakin rendah Y. Lebih lanjut tentang korelasi ini akan dijelaskan
dalam hasil analisis nantinya.
A. Contingency Coefficient (disingkat CC atau KK)
Contingency Coefficient digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (korelasi)
dengan jenis data nominal. Sebelum melakukan analisis Contingency Coefficient, terlebih
dahulu dicari nilai chi square. Berikut rumus Contingency Coefficient:
χ2
CC =
√
N + χ2
Langkah pengujian adalah mencari nilai Chi Square seperti pertemuan sebelumnya:
2. Menentukan hipotesis
H0: proporsi depresi antara pasien yang relijiusitas rendah adalah sama dengan relijiusitas
tinggi
Atau tidak ada pengaruh tingkat relijiusitas pada tingkat depresi
H1: proporsi depresi antara pasien yang relijiusitas rendah adalah tidak sama dengan
tingkat relijiusitas tinggi
1
2
Perhitungan:
jumlah baris x jumlah kolom 13 x 10 130
fh ( a ) = = = =¿6,5
n 20 20
jumlah baris x jumlah kolom 13 x 10 130
fh ( b ) = = = =6,5
n 20 20
jumlah baris x jumlah kolom 7 x 10 70
fh ( c )= = = =3 ,5
n 20 20
jumlah baris x jumlah kolom 7 x 10 70
fh ( d )= = = =3,5
n 20 20
2
3
χ 2=0,346+ 0,346+0,643+0,643
χ 2=1,978
Setelah didapatkan nilai Chi Square χ 2=1,978 kemudian dimasukkan dalam rumus:
χ2
CC =
√ N + χ2
1,978
CC =
√ 20+1,978
1,978
CC =
√√
21,978
CC = 0,0899
CC= 0,299
6. Mengambil kesimpulan
χ 2 tabel dicari dengan formula: dk= (b-1)(k-1); α=5%
dk = (2-1)(2-1) = (1)(1)
=1
χ 2tabeldk (1: 0,05)= 3,841
Kriteria pengujian hipotesis/pengambilan kesimpulan:
Jika χ 2hitung> χ 2tabelmaka H0 ditolak
Jika χ 2hitung< χ 2tabelmaka H0 diterima
Hasil χ 2 hitung sebesar 1,978, sedangkan χ 2 tabel 3,841. Maka 1,978 < 3, 841. Artinya χ 2
hitung< χ 2tabel sehingga H0 diterima atau Ha ditolak.
Besar koefisien korelasi CC di atas=0,299 sehingga masuk kategori tingkat hubungan yang
rendah (0,20<0,299<0,39).
B. Korelasi Kendall
3
4
Korelasi Kendall digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dengan jenis data ordinal.
Berikut rumus korelasi Kendall Tau:
τ=
∑ A−∑ B
N (N−1)
2
Dimana:
τ =¿ koefisien korelasi kendall tau (−1<τ <1 ¿
A= jumlah rangking atas
B= jumlah rangking bawah
N= jumlah anggota sampel
Untuk menguji signifikansi korelasi tau diuji dengan nilai z, dengan rumus:
3 T √ n(n−1)
z=
√2(2 n+5)
Langkah pengujian:
1. Entry data hubungan IQ dengan prestasi mahasiswa
No IQ Nilai prestasi
1 135 72
2 134 75
3 133 69
4 132 71
5 128 65
6 127 64
7 126 62
8 125 68
9 124 66
10 123 55
11 122 50
12 121 53
13 120 48
14 115 52
15 110 49
2. Hipotesis
No IQ Nilai prestasi R1 R2 ∑A ∑B
1 135 72 1 2 14 1
2 134 75 2 1 14 0
3 133 69 3 4 12 0
4 132 71 4 3 11 0
5 128 65 5 7 8 2
4
5
6 127 64 6 8 7 2
7 126 62 7 9 6 2
8 125 68 8 5 7 0
9 124 66 9 6 6 0
10 123 55 10 10 5 0
11 122 50 11 13 4 2
12 121 53 12 11 3 0
13 120 48 13 15 2 2
14 115 52 14 12 1 0
15 110 49 15 14 0 0
∑ A =100 ∑ B=11
τ=
∑ A−∑ B
N (N−1)
2
100−11
τ=
15(15−1)
2
89 89
τ= = =0,848
210 105
2
Jadi koefisien korelasi tau sebesar 0,848. Untuk menguji signifikansi korelasi tau diuji
dengan nilai z, dengan rumus:
3 T √ n(n−1)
z=
√2(2 n+5)
3.0,848 √15(15−1)
z=
√2(2.155)
2,544 √ 210
z=
√ 70
2,544.14,49
z=
8,367
36,863
z=
8,367
z=4,406
5. Kriteria pengujian
5
6
6. Kesimpulan
Data latihan:
No Kepatuhan Kesembuhan
(hari)
1 7 6
2 5 5
3 2 9
4 8 3
5 7 2
6 9 1
7 5 7
8 4 8
9 6 4
10 3 10