Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Sel


A. PENGERTIAN SEL
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil penyusun makhluk hidup
dalam tingkatan organisasi kehidupan. Kata Sel berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“Cellula” atau “cella” yang artinya ruang kosong. Tubuh dari organisme terdiri dari
sistem organ, sistem organ disusun oleh organ, organ dibentuk oleh jaringan, dan
jaringan dibentuk dari sel. Intinya setiap makhluk hidup memiliki sel yang menjadi
penyusun dasar tubuh mereka. Sel mengatur dan mengolah semua informasi
sehingga dapat menjalankan fungsi kehidupan pada makhluk hidup.

Dari pengertian sel diatas, maka virus (sering diperbedabatkan termasuk


makhluk hidup atau bukan) tidak termasuk ke dalam makhluk hidup. Mengapa ?
Karena virus bersifat aseluler yang tidak memiliki sel. Berdasarkan jumlah selnya,
makhluk hidup yang disusun oleh banyak sel disebut organisme multiseluler,
sedangkan makhluk hidup yang disusun oleh satu sel disebut organisme uniseluler.
B. FUNGSI SEL
Seperti yang telah kami jelaskan diatas bahwa sel merupakan pengatur dan
pengontrol seluruh aktivitas tubuh makhluk hidup, baik yang disadari maupun tidak
disadari. Fungsi ini dijalankan tidak hanya oleh satu sel, namun sekelompok sel yang
membentuk jaringan, kemudian jaringan dengan tujuan yang sama akan membentuk
organ, lalu beberapa organ membentuk sistem organ, dan sistem organ membentuk
makhluk hidup (organisme). Robert Hooke merupakan ilmuan pertama yang
melakukan pengamatan sel secara tidak sengaja, ia mengamati sel gabus dari
tumbuhan oak di bawah mikroskop dan kemudian menemukan rongga-rongga
kosong seperti sarang lebah, yang kemudian dinamakan sel. Secara umum fungsi sel
yang sekaligus menjadi teori sel adalah sebagai berikut :
 Sel sebagai unit fungsional tubuh (Teori yang dikemukakan oleh Max
schultze)
 Sel sebagai unit struktural tubuh (Teori yang dikemukakan oleh Mathias
Jacob Schleiden dan Theodor Schwaan)
 Sel sebagai unit pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (Rudolf
Virchow)
 Sel sebagai kesatuan hereditas (pewarisan sifat) yang dapat menurunkan
sifatnya kepada keturunannya (Teori ini diperkenalkan oleh Walter Sutton
dan Theodor Boveri)

C. STRUKTUR SEL DAN BAGIAN – BAGIAN SEL


Secara umum sel terdiri atas 3 bagian utama, yaitu Membran sel, sitoplasma,
dan Inti sel. Sel juga memiliki komponen padat di dalam sitoplasma yang disebut
organel sel. Organel – organel sel memiliki fungsi masing-masing. Berikut adalah
penjelasan tentang Bagian-bagian Sel.

1. Membran Sel / Membran plasma


Membran sel adalah selaput tipis yang merupakan bagian terluar dari sel,
membran sel juga sering disebut plasmalema. Membran sel merupakan bagian
yang mengatur hubungan antara komponen dalam sel dengan lingkungan luar sel.
Membran sel terdiri dari lipid (lemak) berupa fosfolipid, protein, dan karbohidrat
dengan komposisi yang berbeda-beda tergantung jenis selnya. Sesuai dengan
namanya, Fosfolipid (senyawa lemak) disusun oleh fosfat yang
bersifat hidrofilik (suka air) dan lipid yang bersifat hidrofobik (takut air).
Membran sel disusun oleh setiap fosfolipid yang berpasangan (lemak)
sehingga disebut juga lipid bilayer. Protein yang dimiliki membran sel
adalah protein ekstrinsi (perifer) dan protein intrinsik (integral). Protein ekstrinsi
(perifer) adalah protein yang menempel pada lapisan luar membran, sedangkan
protein intrinsik (integral) adalah protein yang menembus membran. Ikatan antara
fosfolipid dan protein ekstrinsik akan membentuk membran yang disebut
lipoprotein. Membran sel dapat memiliki sifat semipermiabel yaitu mudah dilewati
oleh berbagai komponen, juga dapat bersifat selektif permiabel yang artinya hanya
dapat dilewati oleh ion-ion tertentu saja.
Beberapa fungsi membran sel antara lain adalah sebagai berikut :
 Melindungi dan membungkus isi sel.
 Memisahkan dan mengontrol hubungan bagian dalam sel dengan linkungan
luar.
 Mengatur pertukaran (transportasi) zat dari dalam keluar sel atau sebaliknya.
 Tempat terjadinya reaksi kimia.
2. Sitoplasma (Cairan Sel)
Sitoplasma atau cairan sel adalah matriks yang terdapat di dalam membran sel
selain inti sel (nukleus). Penyusun utama dari sitoplasma ada air yang berfungsi
sebagai pelarut dan tempat terjadinya reaksi kimia. Matriks sitoplasma merupakan
sitosol(cairan) yang bersifat koloid (bentuk campuran yang terdiri dari 2 zat yang
homogen). Matriks sitoplasma dapat berubah dari fase gel (semipadat) ke fase sol
(cairan). Matriks sitoplasma memiliki sifat iritabilitas (peka terhadap rangsangan) dan
konduktivitas (mampu memindahkan atau meneruskan rangsangan).
Beberapa fungsi sitoplasma sel antara lain adalah sebagai berikut :
 Tempat berlangsungnya reaksi kimia dan metabolisme.
 Sebagai tempat menjaga fungsi kehidupan sel.
 Menjaga keadaan di dalam sel.
 Mengatur transpor zat di dalam sel.
 Pembentukan energi.
 Tempat mengontrol pergerakan sel.
Fungsi tersebut dilakukan oleh organel-organel sel. Seperti yang telah kami
jelaskan sebelumnya bahwa di dalam sitoplasma terdapat komponen-komponen padat
yang disebut organel sel yang memiliki fungsi khusus masing-masing. Fungsi sel
adalah untuk menunjang kehidupan sel tersebut. Beberapa Organel sel antara lain :
 Mitokondria, berfungsi menghasilkan energi.
 Lisosom, berfungsi melakukan pencernaan dalam sel.
 Ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
 Retikulum Endoplasma, berfungsi untuk Transportasi berbagai zat di dalam
sel.
 Badan golgi, berfungsi untuk sintesi protein dan berhubungan dengan kerja
ribosom dan retikulum endoplasma.
 Mikrotubulus, melindungi dan mejaga bentuk sel.
 Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
 Kloroplas, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis pada
tumbuhan.
 Sentrosom (Sentriol), sebagai tempat pembelahan sel.
 dan lain lain.
3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel adalah bagian yang umumnya berbentuk bulat atau lonjong dan sering
terletak di tengah sel atau di tepi sel. Nukleus merupakan bagian terpenting dari
kehidupan sel. Nukleus memiliki fungsi utama sebagai pusat pengendali segala
aktivitas sel. Nukleus sel dilindungi oleh sebuah dinding yang menyerupai membran
sel. Struktur pelindung ini disebut membran inti.

Terdapat beberapa bagian nukleus, yaitu :


a. Nukleolus (Anak Inti)
Nukleolus merupakan struktur berbentuk bulat yang disusun oleh filamen dan
butiran-butiran komponen. Anak inti mengandung RNA, DNA dan bebrapa protein
yang berfungsi dalam perakitan ribosom.
Secara umum fungsi dari Nukleus (Inti Sel) adalah sebagai berikut :
 Sebagai pusat pengatur dan pengendali segala aktivitas sel.
 Tempat penyimpanan informasi genetik organisme tersebut.
 Memulai dan mengakhiri suatu tindakan yang dilakukan oleh sel.
 Tempat terjadinya sebagian proses pembelahan sel.

b. Nukleoplasma (Cairan Inti)


Nukleoplasma merupakan caira kental menyerupai jeli yang mengandung protein,
ion, enzim dan komponen lainnya. Nukleoplasma memiliki struktur dan fungsi yang
kompleks karena banyaknya kandungan komponen yang dimiliki.

c. Kromatin
Kromatin merupakan untaian benang-benang halus yang terdapat di dalam inti sel.
Kromatin mengandung DNA, yaitu substansi yang menyimpan segala informasi
genetik suatu makhluk hidup. Saat terjadinya pembelahan sel, kromatin akan
memendek, menebal, dan melingkar membentuk kromosom.

2.2. Jejas Pada Sel


Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat.
Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis
cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut dapat mengalami
perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein, susunan genetik, dan sifat
transportasinya.
Dengan adanya perbedaan spesifikasi, fungsi dan susunan jaringan / populasi berbagai
sel tubuh, dapat dimengerti adanya perbedaan reaksi terhadap jejas. Dari aspek jejas ada
variabel diantaranya jenis, intensitas, periode.
Semua bentuk dimulai dengan perubahan molekul atau struktur sel. Dalam keadaan
normal,sel berada dalam keadaan homeostasis mantap .sel bereaksi terhadap pengaruh
yang merugikan denga cara : Beradaptasi, mempertahankan jejas tidak menetap,
mengalami jejas menetap dan mati.
Adaptasi sel terjadi bila stress fisiologik berlebihan atau suatu rangsangan yang
patologik menyebabkan terjadinya keadaan baru yang berubah yang mempertahankan
kelangsungan hidup sel.contohnya ialah Hipertropi (pertambahan masa sel) atau atrofi
(penyusutan masa sel),jejas sel yang reversible menyatakan perubahan yang patologik
yang dapat kembali ,bila rangsangannya dihilangkan atau bila penyebab jajes lemah
.jejas yang ireversibel merupakan perubahan patologik yang menetap dan
menyebabkan kematian.
Terdapat dua pola morfolgik kematian sel yaitu nekrosis dan apoptosis .nekrosis
adalah bentuk yang lebih umum setelah rangsang eksogen dan berwujud sebagai
pembengkakan, denaturasi dan koagulasi protein,pecahnya organel sel dan robeknya
sel.aptosis datandai oleh pemadatan kromatin dan pemadatan kromatin dan fragmentasi
terjadi sendiri atau dalam kelompok kecil sel,dan berakibat dihilanhkannya sel yang
tidak dikehendaki selama embryogenesis dan dalam bebagai keadaan fisiologik dan
fatologik.

PENYEBAB JEJAS SEL


1. Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat
a. iskemia (kehilangan pasokan darah)
b. oksigenasi tidak mencukupi (misalnya kegagalan jantung paru)
c. hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah (misalnya
anemia,keracunan,karbon monoksida)
2. Faktor fisika,termasuk trauma,trauma,panas,dingin,radiasi dan renjatan listrik
3. Bahan kimia dan obat – oabatan termasuk
a. Obat terapetik (misalnya,asetaminofen(Tylenol))
b. bahan bukan obat (misalnya timbale alcohol)
4. Bahan penginfeksi termasuk virus,ricketsia,bakteri jamur dan parasit.
5. Reaksi imunologik
6. kekacauan genetic
7. ketidak seimbangan niutrisi
Dari aspek jejas ada variabel diantaranya jenis, intensitas, periode. Jejas endogen dapat
bersifat defek genetik, faktor imun, produksi hormonal tidak adekuat, hasil metabolisme
yang tidak sempurna, proses menjadi tua (aging). Sedangkan jejas oksigen dapat
berbentuk agen kimiawi seperti zat kimiawi, obat-obatan (intoksikasi / hipersensitifitas),
agen fisik misalnya trauma, ionisasi radiasi, listrik, suhu, dan lain-lain. Agen biologik
pada infeksi mikroorganisme, virus, parasit, dan lain-lain.
Jejas seluler paling sering ditemukan dalam dunia kesehatan sehari-hari yang
ditemukan sebagai akibat keadaan hipoksik atau anoksik, yang dapat disebabkan oleh
banyak hal misalnya pada kondisi penderita dengan penyakit traktus respiratorius,
penyakit jantung, anemi, keadaan iskemik karena terjadi penyempitan atau penutupan
pembuluh darah oleh proses arteriosklerosis, trombus, embolus, radang (penyakit
Winiwarter-Buerger), atau adanya penekanan dari luar.
1. Jejas Akibat Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil yang beriyeraksi
dengan protei, lemak dan karbohidrat dan terlibat dalam jejas sel yang disebabkan
oleh bermacam kejadian kimiawi dan biologic. Terjadinya radikal bebas dimulai
dari :
a. Absorpsi energi sinar (cahaya UV, sinar X)
b. Reaksi oksidatif metabolic
c. Konversi enzimatik zat kimia eksogen atau obat (CC14 manjadi CC13)
2. Jejas kimiawi
Zat kimia menyebabkan jejas sel melalui dua mekanisme, yaitu :
a. Secara langsung misalnya Hg dari merkuri klorida trikat pada grup SH protein
membrane sel menyebabkan peningkatan permeabilitas dan inhibisi transport
yang bergantung kepada ATPase.
b. Melalui konversi kemetabolik toksik reaktif .sebaliknya metabolit toksik
menyebabkan jejas sel baik melalui melaui ikatan kovalen langsung kepada
prtein membrane danb lemak atau lebih umum memlalui pembentukan radikal
bebas reaktif seperti yang diuraikan sebelumnya misalnya karbon tetra-klorida,
yang dipakai luas pada industri binatu.

REAKSI SEL TERHADAP JEJAS


Reaksi sel terhadap jejas dapat berakibat berbeda, berdasar perbedaan intensitas dan
periode jejas, dapat disimpulkan dalam skema berikut, tanpa variabel jenis sel /
jaringan.
Adaptasi = penyesuain terhadap lingkungannya
Reversibel = dapat mengalami serangkaian perubahan dua arah
Ireversibel = tidak dapat dikembalikan seprti keadaan semula
Apabila timbul jejas pada masa mudigah, sesuai intensitas dan periode jejas
berlangsung, serta tahapan embriogenesissomatogenesis mudigah, dapat terjadi
kegagalan secara total bila tahap blastemamorula mengalami jejas letal seluler. Bila
jejas subletal-letal terjadi bila pada tahapan somatogenesis-organogenesis bayi lahir
dengan kelainan kongenital yang dapat bersifat tunggal / multipel, unilateral atau
bilateral.
Bentuk kelaianan konginetal dapat agenesis organ atau somatik, karena tidak ada
analge (kancup embriogenesis organ tidak terbentuk), aplasi, bila anlage ada, tetapi
tidak tumbuh (rudimenter) sehingga tidak dapat dikenal pada pencitraan secara
radiologik organ tubuh viseral. Bentuk organ tubuh rudimenter tidak berfungsi, tidak
berguna, hipoplasi, analge ada, tetapi dalam pertumbuhan tidak pernah mencapai
ukuran normal.
Bila kelaianan seperti diuraikan diatas terjadi hanya pada salah satu organ yang
berpasangan organ yang survive akan membesar, dan berusaha mengambil alih fungsi
organ yang menderita kelainan, maka akan timbul kompensasi fungsional. Keadaan ini
disebut sebagai hipertrofi kompensatorik.
Bentuk reaksi sel jaringan organ / sistem tubuh terhadap jejas, bergantung pada banyak
faktor seperti telah disinggung dalam introduksi. Dari aspek perubahan fungsi dan atau
struktur sel, sebagai berikut : retrogresif, bila terjadi proses kemunduran (degenerasi /
kembali ke arah yang kurang kompleks), progresif (berkelanjutan, berjalan terus
menuju keadaan lebih buruk untuk penyakit), adaptasi (penyesuaian) diantaranya atrofi,
hipertrofi, hiperplasi, metaplasi.
1. Mekanisme Umum
Sistem intrasel tertentu terutama rentan terhadap jejas sel : pemeliharaan integritas
membrane sel, respirasi aerobik dan produksi ATP, sintesis enzim dan protein
berstruktur, preservasi integritas aparat genetic.
Sistem-sistem ini terkait erat satu dengan lain sehingga jejas pada saat kulkus
membawa efek sekunder yang luas .konsekuensi jejas sel bergantungan kepada jenis
lama dan kerasnya gen penyabab dan juga kepada jenis,status dan kemampuan
adaptasi sel yang terkena. Perubahan marfologi jejas sel menjadi nyata setlah
berperan system biokimia yang penting terganggu. Empat aspek biokimia yang
penting sebagai perantara jejas dan kematian sel :
a. Radikal bebas berasal dari oksigen yang terbentuk pada banyak keaadan
patologik dan menyebabkan efek yang merusak pada struktur dan fungsi sel.
b. Hilangnya Homeotasis kalsium dan meningkatnya kalsium intra sel. Iskemi dan
toksin tertentu menyebabkan masuknya ion kalium kedalam sel dan lepasnya
ion kalsium dari mitokondria dan reticulum endoplasmic.peningkatan kalsium
sistolik mengaktifkan fosfolifase yang memecah fosfolifid membrane protease
yang menguraikan protein membran dan sitoskeletal, ATPase
yangmempercepat penguraian ATP dan endonukleas yang terkaitdengan
fragmentasi kromatin.
c. Deplesi ATP karena dibutuhkan untuk proses yang penting seperti transportasi
pada membran, sintesis protein dan pertukaran fosfolifid.
d. Defek permeabilitas membrane.membran dapat dirusak langsung oleh toksin
agen fisik dan kimia, komponen komplemen litik dan perforin atau secara tidak
langsung seperti yang diuraikan pada kejadian sebelumnya.

2.3. Macam – macam Jejas


1. Jejas Reversibel
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi oksidatif dan pemberntukan
ATP oleh mitokondria.penurunan ATP (dan peningkatan AMP secara bersamaan)
merangsang fruktokinase danm fosforilasi, menyebabkan glikolisis aerobik. Glikogen
cepat menyusut dan asam laktat dan fosfat anorganik terbentuk, sehingga menurunkan
PH intrasel pada saat ini terjadi pengumpalan kromatin inti. Manifestasi awal dan
umum pada jejas hipoksik non letal ialah pembengkakan sel akut ini disebabkan oleh :
a. Kegagalan transfortasi aktif dalam mrmbran dari pada ion Na, ion K-ATPase
yang sensitive oubain mengakibatkan natrium masuk kedalam sel ,kalium keluar
dari dalam sel dan bertambahnya air secara isokomik.
b. Peningkatan beban osmotik intrasel karena penumpukan fosfat dan laktat
anorganik serata nukleosida purin.
2. Jejas ireversibel
Jejas ireversibel ditandai ole vakuolisasi keras mitondria kerusakan membrane plasma
yang luas ,pembengkakan lisosom oleh bocornya enzim kedalam sitoplasma dan
karena aktivasi pencernaan enzimatik komponen sel dan inti. Ada dua peristiwa yang
penting pada jeja ireversibel :deplesi ATP dan kerusakan mebran sel.
a. Deplesi ATP peristiwa awal pada jejas sel yang berperan pada konsekuensi
hipoksia iskemik yang fungsional dan structural dan juga pada keruksaan
membran walaupun demikian masih menjadi pertanyaan apakah hal ini adalah
sebagai akibat atau ireversibelitas.
b. Kerusakan membran sel fase paling awal jelas ireversibel berhubungan dengan
defek membran sel fungsional dan structural.beberapa mekanisme mungkin
berperan pada kerusakan membranedemekian.
c. Kehilangan fosfolifid yang progresif disebabkan oleh : Aktifitas fosfolifid
membrane oleh peningkatan kalsium sistolik dissul oleh degradasi fosfolifid dan
hilanhnya fosfolifid atau penurunan reasilasi dan sintesis fosfolifid munhkin
berhubungan dengan hilannya ATP.
d. Abnormalitas sitoskeletal .Aktivasi protease intrasel didahului oleh peningkatan
kalsium sistolik dapat menyebabkan pecahnya elemen sitoskeletal intermediate
menyebakan mebran sel rentan terhadap tarikan dan robekan terutama dengan
adanya pembengkakan sel.
e. Spesies oksigen reaktif. Hal ini terjadi pada jejas reperfusi yang terjadi setelah
pemulian aliran darah keorang yang iskemik .spesies oksigen yang toksik
kebanyakan terbentuk dari leukosit polimorfonukleaus yangv berinfiltrasi.
f. Produk pemecahan lipid, asam lemak bebas dan lisfosfolifid dan langsung
bersifat toksik terhadap membrane.
g. Hilangnya asam amino intrasel seperti glisin dan L-alanin yang penyebabnya
belum diketahuai. Hilangnya integritas membrane menyebabkan influx massif
kalsium dari ruang ekstrasel,berakibat disfungsi mitokondria,inhibisi enzim sel
denaturasi protein dan perubahan sitoglogik yang karakteristik bagi
nekrosis koagulatif .
Keadaan iskemik dan hipoksi berkelanjutan, atau menjadi bertambah berat akan
memperburuk reaksi intrasel karena akan disertai proses kerusakan membran sel dan/
atau intisel, sehingga perbaikan situasi tidak akan bermanfaat lagi. Atas kehidupan sel
yang terkena jejas. Jejas reversibel berubah menjadi ireversibel. Kerusakan membran
sel dapat terjadi akibat :
1. Kekurangan/habisnya ATP sel.
2. Fosfolipid membran hilang (sintesis turun, degradasi naik)
3. Terbentuknya partikel lipid (asam lemak bebas, lisofosfolipid)
4. Spesimen oksigen toksik
5. Perubahan sitoskelet
6. Pecahnya lisosom.
Membran sel niormal terdiri atas susunan mosaik lipid protein, senyawa biomolekuler
fosfolipid dan globul-globul protein tertancap dalam dua lapisan lipid. Bila membran
sel masih intakt (utuh, tanpa cacat), merupakan hal yang penting dalam menjaga
permeabilitas dan volume sel normal, regulasi volume, peningkatan permeabilitas atas
molekul-molekul ekstrasel, misalnya inulin. Bila secara ultrastruktur ditemukan defek
membran plasma keadaan ini merukpakan tahap awal jejas sel ireversibel. Hasil akhir
kerusakan membran plasma akan menimbulkan kalsium (Ca++). Influks, dari
ekstraseluler yang berkonsentrasi tinggi (10ˉ³M). Jaringan iskemik masif akan
mengalami reperfusimasif Ca++, dan setelah reoksigenisasi dengan cepat ditarik
kearah mitokondria-menetap-meracuninya, menghambat enzim sel, mengubah bentuk
protein intrasel secara denaturasi, sehingga tidak dapat berfungsi lagi secara
biomolekulr. Kematian sel bersifat khas, disebut nekrosis koagulatif=infrak.

2.4. Adaptasi Sel


Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang
kurang kompleks).
2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit)
3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi
Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
1. Atropi
Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna
dengan ukuran normal.
2. Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh 
3. Hiperplasia
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau
produksi sel terkait
4. Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel
matur jenis lain : Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel
skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
5. Displasia
 Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami
ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg
disebut displasia.

 Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat

6. Degenarasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan
morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
7. Infiltrasi

Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk jika
melampaui batasmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) maka sel akan
pecah. Dan debris el akan ditanggulangi oleh system makrofag.

Pengaruh stimulus yang menyebabkan cedera pada sel :


1) Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme
atau lebih di dalam sel
2) Kelainan fungsi, (misal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya) kelainan
kerusakan biokimia pada sel (Cedera fungsi). Tetapi tidak semua, jika sel banyak
cedera, memiliki cadangan yg cukup sel tidak akan mengalami gangguan fungsi
yg berarti.
3) Perubahan morfologis sel yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi.
Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara
morfologis tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan.
4) Pengurangan massa atau penyusutan Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ
disebut atropi (lebih kecil dari normal).
5) Retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang
kurang kompleks).
6) Progresif, berkelanjutan berjalan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit.
7) Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi

Anda mungkin juga menyukai