Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Didalam kehidupan Negara demokrasi, kehadiran partai politik sangatlah

penting untuk menjaga tatanan kehidupan politik dan pemerintahan Negara tersebut.

Partai politik menjadi instrumen terpenting agar kepentingan rakyat dengan penguasa

(Pemerintah) dapat tersampaikan dengan baik, kehadiran partai politik juga

diharapkan dapat menampung aspirasi rakyat, dengan segala harapan, keluh kesah

dan kritikan kepada pemerintah. Partai politik juga tempat salah satu bentuk untuk

mengeluarkan inspirasi- inspirasi atau ide-ide, pikiran-pikiran, pandangan, dan

kebebabasan dalam masyarakat demokratis. Peran penting lainnya dari partai politik

adalah sebagai perantara dalam proses keputusan negara, yang menghubungan negara

dengan intansi-instansi kenegaraan.

Dalam sejarahnya, Partai politik tidak bisa dipisahkan dari pemilu (pemilihan

umum), pemilu merupakan ajang bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan

masyarakat sebanyak-banyaknya dengan menempatkan kader terbaik mereka untuk

bertarung, kader-kader ini di didik dan diberikan strategi yang mempunyai untuk

mendapatkan dukungan masyarakat. Melalui hasil pemilu roda pemerintahan

dijalankan untuk mencapai negara sejahtera (welfare state) seperti yang dicita-

citakan. Tetapi banyak kasus terutama di negara berkembang keberadaan Partai

1
2

politik justru telah menimbulkan pemerintahan yang tidak efektif, inefisien, bahkan

tidak jarang menimbulkan kekacauan (chaos). Lain halnya di negara maju (developed

countries) sistem kepartaian di negara ini sudah mapan, terdiri dari dua partai, seperti

USA dan Kanada atau beberapa partai seperti, Italia dan Perancis. Di Indonesia

sistem kepartaian mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada era pasca revolusi

sistem kepartaian mengalami masa boom partai. Tetapi banyaknya partai justru

menjadikan instabilitas di semua sektor. Reformasi partai politik dimulai pada masa

Orde Baru dengan melakukan fungsi dari multi partai menjadi beberapa partai dan

mengurangi kekuatan partai.1

Terkhususnya di Provinsi Aceh, sistem partai politiknya memiliki perbedaan

besar dibandingkan didaerah lainnya di Indonesia. Betapa tidak, kehadiran Partai

politik lokal Aceh menjadikan warna baru dalam pemilu. Hal ini didapatkan dari

sejarah panjang pergolakan antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh, sehingga

pada tahun 2005 dilakukan sebuah kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan

kembali berkomitmen untuk merajut kemerdekaan dengan penuh rasa bangga.

Diantara banyak poin-poin kesepakatan, Nota kesepahaman (MoU Helsinki)

Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam butir

(1). Penyelenggaraan Pemerintah di Aceh di Poin (1.2). Partisipasi Politik,

menjelaskan bahwa “Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak

penandatanganan Nota Kesepahaman ini, Pemerintah Republik Indonesia

1
https://blog.ub.ac.id/adhitiapputra/2011/05/28/hubungan-pemilu-dengan-partai-politik/ diakses
tanggal 01 Maret 2020
3

menyepakati dan akan menfasilitasi pembentukan partai-partai politik yang berbasis

di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk

partai-partai politik lokal, Pemerintah Republik Indonesia, dalam tempo satu tahun,

atau paling lambat 18 bulan sejak penandatanganan Nota kesepahaman ini, akan

menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian Partai politik lokal di Aceh

dengan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pelaksanaan Nota

kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud

tersebut”.2

Setelah MoU Helsinki ini ditetapkan maka dalam penyelenggara Pemerintah

Aceh ditetapkan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) Nomor 11 tahun 2006,

yang didalam UUPA tersebut dalam pasal 75 sampai 95 membahas aturan serta

peranan tentang Partai politik lokal diAceh. Untuk Memperkuat aturan tersebut juga

lahir sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal

di Aceh. Sehingga pada pemilu tahun 2019 ada empat Partai lokal Aceh yang

mengikuti pemilu, yaitu Partai Aceh (PA), Partai Daerah Aceh (PDA), Partai

Nanggroe Aceh (PNA), dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA).3

Diantara partai politik lokal di Aceh, Partai Aceh adalah salah satu partai

politik lokal terbesar. Partai Aceh menjadi harapan besar masyarakat Aceh pasca

konflik berkepanjangan di Aceh, Partai Aceh diharapkan menjadi arah baru dan
2
Ahmad Farhan Hamid, Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh (Jakarta:
Penerbit Suara Bebas, 2006), hal 8
3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai Politik Lokal Di
Aceh.
4

harapan baru bagi masyarakat Aceh untuk memperoleh kesejahteraan, ekonomi yang

yang meningkat dan pendidikan yang layak, sehingga hampir manyoritas masyarakat

Aceh sangat mendukung keberadaan Partai Aceh.

Namun dalam perjalannya, Partai yang mayoritas dihuni eks GAM ini

mengalami kemerosotan, dimulai dari tahun 2009 mereka mendapatkan 33 kursi dari

total 69 Kursi DPRA, kemudian turun pada pemilu tahun 2014, Partai Aceh

mendapatkan 29 kursi dari total 81 kursi DPRA, dan pada pemilu tahun 2019, Partai

Yang dipimpin H.Muzakkir Manaf hanya mendapatkan 18 kursi dari total 81 kursi

DPRA.4

Begitu juga dengan perolehan suara Partai Aceh yang mengalami penurunan

dukungan pemilihan DPRA di wilayah Aceh Utara (Dapil V), dimana pada pemilu

tahun 2009 dan tahun 2014 suara Partai Aceh untuk pemilihan DPRA diAceh Utara

berhasil mendapat 7 Kursi DPRA, namun pada pemilu tahun 2019, kursi DPRA

Partai Aceh turun drastis yaitu hanya mendapat 4 kursi saja. Penurunan suara Partai

Aceh sudah banyak di prediksikan oleh para politikus serta pengamat politik. Banyak

faktor yang melatarbelakangi penurunan suara Partai Aceh pada Pemilu 2019.

Pertama, mesin Partai Aceh tidak lagi sesolid dan setangguh seperti pada Pemilu

2014. Kedua, Partai Aceh telah mengalami perpecahan di internalnya dengan

melahirkan Partai Nasional Aceh (PNA),Ketiga, publik menilai kinerja kader PA yang

duduk di parlemen tidak memberikan dampak signifikan terkait kesejahteraan rakyat.


4
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh-dinilai-kurang-
pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020
5

Sama halnya dengan DPRA, kursi DPRK Partai Aceh di Aceh Utara juga

mengalami penurunan dukungan yang sangat drastis, dari tahun 2009 hingga 2019

kursi DPRK Partai Aceh selalu berkurang setidaknya hingga 5 kursi atau lebih,

bahkan pada pemilu 2019 kursi DPRK berkurang hingga 12 Kursi,seperti yang

terlihat pada tabbel dibawah ini :

Tabel 1.1
PEROLEHAN JUMLAH KURSI PARTAI ACEH UNTUK DPRK
KABUPATEN ACEH UTARA
PADA PEMILU 2009 s/d 2019
NO TAHUN PEROLEHAN

1 Pemilu Tahun 2009 32 Kursi

2 Pemilu Tahun 2014 26 Kursi

3 Pemilu Tahun 2019 14 Kursi


Sumber : KIP Aceh Utara Tahun 2019

Berdasarkan perolehan jumlah kursi DPRK di Aceh Utara dapat disimpulkan

bahwa terjadi penurunan jumlah kursi DPRK untuk Partai Aceh, hal ini yang

kemudian menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat termasuk praktisi,

akademisi maupun pengamat politik di Aceh, hal ini menyebabkan turunnya suara

Partai Aceh. Kursi Partai Aceh pada Pemilu 2017 di 12 kabupaten/kota juga

mengalami kekalahan, yang terdiri dari: Banda Aceh, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh

Tengah,bireuen, Pidie, Bener Meriah, Gayo Luwes, Subulussalam, Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Tamiang, Simeulue, dan Aceh Tenggara.5

5
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 01 Maret 2020
6

Merosotnya suara Partai Aceh dikarenakan kader yang mereka usung baik

ditingkat provinsi maupun daerah sangat tidak berpengaruh,karena banyak kader

Partai Aceh yang berpengaruh berafiliasi kepada Partai Nasional yang menawarkan

jabatan atau karir politik yang lebih tnggi lagi. Hal ini terlihat dari suara Partai Aceh

terus digerus/terambil oleh partai nasional ketika mesin partai dimanfaatkan oleh

caleg/kandidat DPR RI Aceh II, semisal, pada pemilu tahun 2019, Firmandez dan

Marzuki Daud yang maju ke Nasional melalui Partai Golkar. Setiap kampanye yang

dilakukan Partai Aceh selalu melibatkan kedua orang tersebut. Walaupun pelibatan

mereka bukanlah keputusan resmi partai tetapi keputusan segelintir elit/petinggi

Partai Aceh. Beberapa kader handal Partai Aceh masuk ke Partai Nasional dan fokus

disana, dimana basis konstituennya terambil oleh parnas. Terlihat dari afiliasi

politiknya Partai Aceh dengan Partai Gerindra, akibat dari afiliasi ini kemudian

menurunkan dukungan masyarakat Aceh terhadap Partai Aceh itu sendiri. Hal ini

dikarenakan masyarakat korban konflik di Aceh masih belum bisa menerima ikhlas

aktor pelanggaran hak asasi manusia (HAM), yang di dalamnya termasuk Prabowo

Subianto.

Analisis masyarakat Aceh terkait turunnya suara Partai Lokal tertua di Aceh

ini pada pemilu tahun 2019 dikarenakan masyarakat sudah memberi kesempatan

kepada Partai Aceh dalam dua kali pemilu 2009 dan 2014. Faktor-faktor yang

menyebabkan masyarakat mendukung Partai Aceh waktu itu, diantaranya adalah

karena mayoritas kader atau hampir keseluruhan kader Partai Aceh adalah Eks

Kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sehingga banyak masyarakat yang yakin
7

masih ada nilai-nilai perjuangan yang melekat pada diri kader Partai Aceh, selain itu

masyarakat dihantui ketakutan, jika Partai Aceh (PA) tidak menang maka Aceh akan

kembali bergolak, sehingga masyarakat Aceh memberikan kesempatan kepada kader

Partai perjuangan Partai Aceh untuk membangun Aceh dengan visi misi mereka.

Sebagai partai yang lahir dari ruh perjuangan, tentunya keadaan seperti ini

tidak bisa dibiarkan terlalu lama oleh Partai Aceh, sehingga Partai Aceh harus segera

melakukan perubahan baik secara strategi partai maupun strategi elit partai, langkah

yang baru dan modern wajib dilakukan kalau tidak ingin partai akan kolaps pada

pemilu tahun 2024. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melakukan penelitian

tentang analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal di Dewan Perwakilan

Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:


8

1. Bagaimana Analisis penyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK

Aceh Utara pada pemilu tahun 2019 ?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di

DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019?

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka fokus kajian penelitian ini adalah:

1. Penyebabkan menurunnya Kursi Partai pada pemilu tahun 2019 di kabupaten

Aceh Utara.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK

Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus kajian penelitian penulis maka tujuan penulisan penelitian

ini adalah:

1. Untuk menganalisis Apa yang menyebabkan menurunnya Kursi Partai pada

pemilu tahun 2019 di kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang Menyebabkan menurunnya

kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019

1.5 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain:
9

1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu

Politik, terutama pada bidang partai politik lokal.


2. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi para peneliti lain

yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai partai politik lokal.
b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:

1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah dan elit

politik mengenai partai politik lokal.


2. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat

politik, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam menelitian ini

mengenai partai politik lokal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Guna mendukung penelitian yang peneliti lakukan, beberapa hasil penelitian

terdahulu peneliti lakukan sebagai perbandingan atau sebagai untuk tidak mengulangi

penelitian yang sama, beberapa hasil penelitian tersebut di antaranya adalah :


10

Pertama, skripsi karya Heri Yunita (2018)6, yang berjudul " Penurunan

Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD

Dikota Bekasi Tahun 2014 ", menyimpulkan bahwa Strategi politik yang digunakan

oleh Partai keadilan sejahtera kurang efektif sehingga belum mampu menaikan suara

pada dua periode pemilu yaitu tahun 2009 dan 2014. Partai Keadilan Sejahtera gagal

menaikkan jumlah perolehan suara mereka karena menggunakan strategi politik

Adam Nursal yang menerapkan beberapa metode 9P. Heri Yunita menemukan bahwa

strategi yang dilakukan oleh PKS yaitu lebih berhasil menggunakan strategi dirrect

selling. Ketimbang menggunakan strategi media massa. Penulis juga melihat faktor

penyebab turunnya suara PKS lebih disebabkan oleh faktor eksternal dari pada faktor

internal.7

Relevansi penelitian Heri Yunita dengan penulis adalah sama-sama mengkaji

terkait dengan penyebab menurunnya suara partai politik dalam pemilu baik secara

strategi partai maupun strategi elit partai, metode penelitian yang digunakan juga

sama-sama kualitatif dimana hasil penelitian diperoleh dari proses wawancara

mendalam dengan objek penelitian. letak perbedaannya adalah pada teori yang

digunakan oleh Heri Yunita adalah teori Adam Nursal, sedangkan teori yang penulis

gunakan adalah teori Marketing Politic yang dikemukakan oleh Firmanzah.

6
Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam
Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun 2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
7
11

Kedua, jurnal karya Triono (2015),8 yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab

Menurunnya Suara Partai Politik Islam Pada Pemilu 2014", menyimpulkan bahwa

ada beberapa faktor yang menyebabkan perolehan suara parpol berbasis massa Islam

terus turun sejak Pemilu 1999 adalah: Pertama, partai Islam tidak mengoptimalkan

nilai pembeda di tengah pasar pemilih, kecenderungan yang ada saat ini partai politik

berbasis massa Islam dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen.

Kedua, partai Islam gagal mengelola harapan publik. Ego sektoral yang diperlihatkan

partai politik berbasis massa Islam membuat keengganan untuk saling memulai

komunikasi politik diantara parpol Islam. Padahal, komunikasi lintas parpol

diperlukan untuk membangun kekuatan riil. Ketiga, makin kentalnya fenomena

"Islam Yes, Partai Islam No" dapat dikatakan mayoritas Islam di Indonesia tidak

ingin partai dengan aroma Islam menjadi mayoritas.

Relevansi penelitian karya Triono dengan penulis adalah sama-sama mengkaji

faktor penyebab turunnya dukungan suara partai politik baik secara strategi partai

politik maupun strategi elit partai. Sedangkan letak perbedaan adalah pada lokasi

penelitian dan objek penelitian yang berbeda.

Ketiga, jurnal karya Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), 9

yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal DiAceh (Suatu Kajian Terhadap

8
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai Politik Islam
Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang Bawang. Lampung
9
Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal
DiAceh (Suatu Kajian Terhadap Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009)",Jurnal. Universitas Syiah
Kuala
12

Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009", menyimpulkan bahwa faktor yang

menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat Aceh terhadap PDA, dalam hal ini

PDA perlu melakukan branding Partai agar mendapatkan kepercayaan masyarakat

dan terobosan baru agar PDA dapat menimbulkan rasa percaya masyarakat terhadap

Partai tersebut. Adapun strategi PDA terkait eksistensinya sebagai Partai politik lokal

adalah membangun komitmen dalam mengawal proses pemilihan, karena PDA

mendapatkan banyak kecurangan dilapangan, PDA mengalami banyak kecolongan

suara, jika tanpa kecurangan seharusnya PDA banyak memperoleh suara dipemilihan

legislatif. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitin ini adalah kualitatif

dengan pendekatan deskriptif.

Relevansi antara penelitian Feisal Akbar dan Dr. Mujibussalim dengan

penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang partai politik lokal di Aceh,

juga mengkaji bagaimana seharusnya strategi yang dilakukan agar dapat

mendongkrak suara partai. Sedangkan letak perbedaannya adalah, pada jurnal Feisal

Akbar dan Dr. Mujibussalim mengkaji eksistensi partai politik lokal yaitu PDA,

sedangkan penulis mengkaji faktor yang menyebabkan merosotnya suara Partai Aceh

dalam pemilu tahun 2019.

2.2 Landasan Teori

Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, landasan teori merupakan bagian

yang sangat penting dalam suatu penelitian karena didalam landasan teori akan
13

dimuat teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan

diteliti. Maka harus digunakan landasan teori, secara umum landasan teori

mempunyai tiga fungsi, yaitu :pertama, menjelaskan (explanation), kedua,

meramalkan (prediction), ketiga, pengendalian (control) suatu gejala.10 Sementara itu

dalam penelitian kualitatif teori berfungsi untuk memperkuat peneliti sehingga

peneliti mempunyai kemampuan untuk menggali informasi secara lengkap,

mendalam dan mampu mengkontruksikan temuan-temuan.

2.2.1 Pengertian Partai Politik


Sebuah Negara dalam sistem demokrasi, membutuhkan sebuah organisasi

politik yang menjadi instrument demokrasi, organisasi tersebut biasa disebutdengan

partai politik. Sistem politik modern telah menempatkan partai politik sebagai pilar

utama penyangga demokrasi. Artinya, tiada ada demokrasi tanpa partai politik.

Karena begitu pentingnya peran partai politik, maka sudah selayaknya diperlukan

sebuah peraturan perundang-undangan mengenai partai politik. Peraturan perundang-

undangan ini diharapkan mampu menjamin pertumbuhan partai politik yang baik,

sehat, efektif dan fungsional. Dengan kondisi partai politik yang sehat dan fungsional,

maka memungkinkan untuk melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses

pengkaderan, pendididkan politik dan control social yang sehat. Dengan partai politik

pula dan consensus dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang

10
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian kualitatif :Teori dan Aplikasi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.12.
14

tercipta tidak lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang

timbul dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.11
Partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam suatu negara

demokrasi. Negara dijalankan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Organisasi

negara pada hakikatnya dilaksanakan oleh rakyat sendiri atau setidaknya atas

persetujuan rakyat karena kekuasaan tertinggi atau kedaulatan berada di tangan

rakyat. Oleh karena itu, syarat utama pelaksanaan demokrasi adalah adanya lembaga

perwakilan yang dibentuk melalui pemilihan berkala dan menghendaki adanya

kebebasan politik agar pemilihan tersebut benar-benar bermakna.


Partai politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat

sebagai salah satu prasyarat berjalannya demokrasi. Kebebasan berserikat lahir dari

kecenderungan dasar manusia untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi baik

secara formal maupun informal. Kecenderungan demikian itu merupakan suatu

keniscayaan. Kecenderungan bermasyarakat yang pada perinsipnya adalah kehidupan

berorganisasi timbul untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang

sama dari individu-individu serta untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan

persamaan pikiran dan hati nurani.12


Miriam Budiardjo mengatakan bahwa partai politik adalah salah satu

kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi dan cita-cita yang

sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-

11
Maurince Duverger,2004,Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan, Yogjakarta : Bina Aksara,
hal 2
12
Ali Safa’at Muchamad, 2011, Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan praktik Pembubaran
Partai Politik dalam pergulatan Republik. Rajawali pers.Hal 4-5
15

kebijakan mereka.13 Menurut Ramlan Surbakti, Tiga teori asal usul partai politik,

Teori kelembagaan. Parpol dibentuk oleh kalangan eksekutif dan legislatif karena ada

kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontak dengan masyarakat dan

membina dukungan dari masyarakat . Parpol terakhir biasanya dibentuk kelomok

kecil masyarakat karena partai pilitik yang dibentuk pemerintah tidak mampu

menampung dan memperjuangkan kepentingan mereka.14


Sebagaimana dikatakan oleh Almond dalam Pamungkas,15 saat ini sangat

sedikit Negara yang mengabaikan relevansi partai politik dalam kehidupan

demokrasinya. Hal ini karena absennya partai politik dari kancah politik akan

menghadirkan sua kemungkinan. Lebih lanjut menurut Pamungkas, pertama, sebuah

Negara yang akan dikuasai oleh rezim-rezim dinasti tradisional. Kedua, Negara yang

dikuasai oleh rezim militer . militer akan menjadi penguasa karena mereka adalah

entitas modern yang paling solid dan terorganisir dengan sangat baik. Partai politik

adalah alat demokrasi untuk mengantarkan rakyat menyampaikan artikulasi

kepentingannya. Tidak ada demokrasi sejati tanpa partai politik.

2.2.2 Partai Politik Lokal

Partai Politik Lokal pada Pasal 1 angka 14 UUPA memberikan sebagai

organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia yang

berdomisili di Aceh secara suka rela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita

13
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar ilmu politik halaman 160-161
14
Ramlan Surbakti,2006, Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia, hal 36
15
Sigit Pamungkas,2012, Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogjakata: IDW, hal 4
16

untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui

pemilihan anggota DPRA/DPRK, Gubernur/Wakil Gubernur, bupati/wakil bupati,

dan walikota/wakil walikota. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 UUPA

menunjukkan bahwa partai politik lokal dalam tata hukum Indonesia hanya ada di

Provinsi Aceh. Sementara di luar provinsi ini tidak ada

partai politik lokal. Setelah disahkan UUPA banyak daerah di Indonesia berkeinginan

memperoleh hak untuk mendirikan partai politik lokal. Namun hingga saat ini hanya

Provinsi Aceh sajalah yang baru memiliki partai politik lokal. Keberadaan partai lokal

hanya diperuntukan untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota, dan Gubernur Aceh/Wakil Gubernur

Aceh, serta bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil walikota.

2.2.3 Pembentukan Partai Politik Lokal

Pembentukan partai politik lokal sendiri diatur dalam Pasal 75 dan Pasal 76

UUPA. Adapun persyaratan pembentukan partai politik lokal berdasarkan Pasal 75

UUPA adalah sebagai berikut:

1. Penduduk di Aceh dapat membentuk partai politik lokal.

2. Partai politik lokal didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh) orang Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua

puluh satu) tahun dan telah berdomisili tetap di Aceh dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen).


17

3. Partai politik lokal didirikan dengan akte notaris yang memuat anggaran dasar

dan anggaran rumah tangga, serta struktur kepengurusannya.

4. Kepengurusan partai politik lokal berkedudukan di Ibukota Aceh

5. Kepengurusan partai politik lokal wajib memperhatikan keterwakilan

perempuan sekurangkurangnya 30% (tiga puluh persen)

6. Partai politik lokal memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak

mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama,

lambang, dan tanda gambar partai politik atau partai politik lokal lain.

7. Partai politik lokal mempunyai kantor tetap.

8. Untuk dapat didaftarkan dan disahkan sebagai badan hukum, partai politik

lokal harus mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh

persen) di kabupaten/kota dan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

kecamatan pada setiap kabupaten/kota yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal

76 UUPA bahwa partai politik lokal yang telah memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 didaftarkan dan disahkan sebagai

badan hukum oleh kantor wilayah departemen di Aceh yang ruang lingkup

tugasnya di bidang hukum dan hak asasi manusia, melalui pelimpahan

kewenangan dari menteri yang berwenang. Pengesahan partai politik lokal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Negara.


18

Untuk perubahan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, nama, lambang, tanda

gambar, dan kepengurusan partai politik lokal didaftarkan pada kantor wilayah

departemen di Aceh yang ruang lingkup tugasnya di bidang hukum dan hak asasi

manusia

2.2.4 Tujuan Partai Politik Lokal

Tujuan partai politik lokal berdasarkan Pasal 78 UUPA terdiri atas beberapa

tujuan.16 Diantaranya adalah:

1. mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

2. mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

3. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Aceh. Sementara itu

tujuan khusus partai politik lokal sebagaimana dimaksud pada Pasal 78

ayat (2) UUPA adalah: Pertama, meningkatkan partisipasi politik

masyarakat Aceh dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kedua, memperjuangkan citacita partai politik lokal dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai kekhususan dan


16
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/tujuan-partai-politik-lokal-di-aceh/ diakses tanggal 24
Februari 2020
19

keistimewaan Aceh. Tujuan partai politik lokal tersebut berdasarkan Pasal

78 ayat (3) UUPA harus diwujudkan secara konstitusional.

2.3 Teori Pemilihan Umum


Pemilihan umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan

menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan

Negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara

manyoritas terbanyak.
Menurut Ali Moertopo, 17pada hakekatnya, pemilu adalah yang tersedia bagi

rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sebagaimana azaz yang termaktub dalam

pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah lembaga demokrasi

yang memilih anggota - anggota perwakilan rakyat dalam MPR,DPR,DPRD, yang

pada gilirannya bertugas untuk bersama – sama pemerintah, menetapkan politik dan

jalannya pemerintahan Negara.


Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan diantaranya

sebagai berikut :
a) Langsung
Langsung,berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih

secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri

tanpa ada perantara.


b) Umum
Umum, berarti pemilihan umum dilakukan untuk seluruh warga Negara yang

memenuhi persyaratan, tanpa membeda - bedakan agama, suku, ras, jenis

kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan dan status sosial yang lain.


c) Bebas

17
Ali Moertopo. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.
20

Bebas, seluruh warga Negara bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos

untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d) Rahasia
Rahasia, pemilih memberikan hak suaranya tanpa diketahui oleh orang lain

kepada siapapun suaranya diberikan.


e) Jujur
Jujur, semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga

bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


f) Adil
Adil, setiap pemilih memiliki hak dan perlakuan yang sama,serta bebas dari

kecurangan pihak manapun.


Selain azas-azas yang tersebut diatas, pemilu juga memiliki tujuan dan

fungsi. Menurut Prihatmoko 18 pemilu memiliki tiga tujuan,yakni :


a. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan

alternatif kebijakan umum (Public Policy)


b. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada

badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau

partai yang memenangkan kursii sehingga integrasi masyarakat tetap

terjamin.
c. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang

dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut

serta dalam proses politik.


Fungsi pemilu menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil sebagai alat

demokrasi yang digunakan untuk :


a. Mempertahankan dan mengembangkan sendi - sendi demokrasi di

indonesia.
b. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.

18
Prihatmoko,2003,Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema), Semarang, Hal
19
21

c. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya pancasila

dan dipertahankan UUD 1945.

2.4 Teori Marketing Politic


Menurut Firmanzah Marketing Politic merupakan metode dan konsep

marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang

dapat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,

gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program

kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. 19 Dalam proses Political Marketing,

digunakan penerapan 4P, yaitu:


1. Produk (product) berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang

akan disampaikan konstituen.produk ini berisi konsep, identitas ideologi. Baik

dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi dalam pembentukan sebuah

produk politik.
2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk

sebuah partai yang di mix sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Dalam hal ini, pemilihan media perlu dipertimbangkan.


3. Harga (Price), mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra

nasional. Harga ekonomi mencakup semua biaya yang dikeluarkan partai

selama periode kampanye. Harga psikologis mengacu pada harga persepsi

psikologis misalnya, pemilih merasa nyaman, dengan latar belakang etnis,

agama, pendidikan dan lain-lain . Sedangkan harga citra nasional berkaitan

dengan apakah pemilih merasa kandidat tersebut dapat memberikan citra

positif dan dapat menjadi kebanggaan negara.


19
Firmanzah,2007, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hal 102
22

4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah

partai dan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih. Ini

berati sebuah partai harus dapat memetakan struktur serta karakteristik

masyarakat baik itu geografis maupun demografis.


Menggunakan 4P marketing dalam dunia politik, menjadikan marketing politik

tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing politik

menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol ketika menformulasikan produk

politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi politik, strategi

segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke perhitungan

harga sebuah produk politik menggunakan 4P marketing dalam dunia politik,

menjadikan marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih

komprehensif. Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol

ketika menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan

komunikasi politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan

masyarakat sampai ke perhitungan harga sebuah produk politik.


Teori Marketing politik menurut Niffenneger dan Adman Nursal memiliki

persamaan pada tema pemasaran politik yang hendak dilakukan oleh kandidat atau

tim kampanye dalam arena pemilihan umum. Perbedaan yang kentara antara kedua

teori adalah teori Niffenneger lebih rinci dalam membahas strategi pemasaran politik

yang mencakup produk yaitu kontestan itu sendiri, kampanye, biaya yang harus

dikeluarkan serta lokasi dimana kandidat akan menargetkan suara pemilih.


Marketing politik menurut teori Adman Nursal yaitu push marketing, pull

marketing, pass marketing.


23

1. Push marketing Ini merupakan kegiatan menyampaikan produk politik secara

langsung kepada pemilih. Yang dimaksud produk politik yaitu kandidat itu

sendiri. Strategi ini dapat dilakukan melalui kegiatan kampanye berupa

pertemuan akbar, pertemuan keagamaan, bakti sosial.


2. Pull marketing Penyampaian produk politik dengan menggunakan media

massa. Media massa memainkan peran yang sangat penting dalam kegiatan

marketing politik, mengenalkan dan mensosialisasikan kandidat secara lebih

luas. Selain itu, melalui media massa, kandidat dapat menyebarkan visi, misi

dan program mereka kepada calon pemilih. Strategi pull marketing dilakukan

melalui kampanye politik menggunakan media cetak (surat kabar) dan media

elektronik (televisi dan radio).


3. Pass marketing Penyampaian produk politik (calon atau partai) melalui pihak

ketiga yang dinilai mampu mempengaruhi pemilih, diantaranya, tokoh

masyarakat, tokoh pemuda atau tokoh-tokoh lain yang berpengaruh. Pihak-

pihak yang memiliki pengaruh pada masyarakat memiliki nilai strategis bagi

kandidat karena dengan adanya pengaruh, tokoh tersebut dapat

menyampaikan pesan politik kandidat kepada masyarakat atau pemilih.

Strategi pemasaran dilakukan melalui


Sutrisno.20

20
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut
Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111
24

2.5 Landasan Konseptual

Berdasarkan uraian pada landasan teori , maka pada landasan konseptual yang

peneliti bentuk adalah terkait dengan analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal

di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun

2019. Landasan konseptual Marketing Politic merupakan metode dan konsep

marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang

d apat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,

gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program

kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. Dalam kerangka konseptual

Marketing Politic yaitu merupakan suatu cara bagaimana menjual/memasarkan Partai

politik agar diterima dan dapat memenangkan pemilu. Landasan konseptual tidak

bertujuan untuk menguji teori sebelumnya, namun lebih kepada kerangka pemikiran

penulis dalam mempermudah dan memberi penegasan terhadap fokus penelitian yang

dilakukan.
25

Untuk mempermudah pemahaman pada kerangka konseptual, adapun skema

yang dapat dijabarkan adalah sebagai berikut :

GAMBAR 2.1

Analisis Penyebab Menurunnya Kursi


Fenomena
Partai Lokal Di Dewan Perwakilan
Menurunnya dukungan kepada Partai Aceh
Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara disetiap Pemilu membuat kursi dari partai lokal

Pada Pemilu Tahun 2019. pertama di Aceh ini menjadi merosot, menjadi
pertanyaan besar apakah ada permasalahan baik
Harapan dari segi strategi partai maupun strategi elit partai.

1. Marketing politik Partai Aceh pada


pemilu tahun 2019 harus menjadi tolak ukur
dan diperbaiki bahwa menurunnya suara
partai aceh diakibatkan marketing politik
Rumusan Masalah
yang kurang berjalan dengan baik. Semoga
1.Bagaimana Analisis penyebabkan menurunnya
dipemilu yang akan datang Partai Aceh bisa
kursi Partai Aceh di DPRK Aceh Utara pada
menjadi prioritas kembali.
pemilu tahun 2019 ?
22. 2. 2. partai aceh harus segera menemukan 2.Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
faktor baru agar suara Partai Aceh pada menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten
pemilu berikutnya dapat ditingkatkan, agar Aceh Utara pada pemilu tahun 2019?
memperoleh kemenangan dan kembali
memperoleh dukungan mayoritas
masyarakat Aceh.
26

Teori Partai Politik

Teori Partai Politik Lokal

Teori Pemilihan Umum

BAB III Teori Marketing Politik


METODE PENELITIAN
BAB III

3. 1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah kadidat Partai

Aceh dalam pemilu Legislatif tahun 2019 di kabupaten Aceh utara. Kekalahan

kadidat Partai Aceh dalam pemilu Legislatif 2019 di Kabupaten Aceh Utara menarik

untuk dikaji secara mendalam. Hal ini karena calon-calon yang diusung oleh Partai

Aceh memiliki peluang besar untuk menang dalam pemilu Legislatif tersebut.

Dengan demikian penulis ingin mengkaji secara mendalam faktor-faktor apa yang

menyebabkan Partai Aceh kalah dalam pemilu Legislatif Kabupateh Aceh Utara

tahun 2019.

3.2 Pendekatan Penelitian


27

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

dengan tipe deskriftif analisa dalam menganalisis data karena semua bahan, fakta dan

keterangan yang diperolehbtidak dapat diukur secara eksa matematis, tetapi hanya

berwujud keterangan naratif. Menurut Moeloeng21 penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain yang

dilakukan dengan holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. Penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif karena objek

kajian yang penulis teliti merupakan fenomena sosial dan membutuhkan kajian

mendalam dan bersifat deskriptif.

Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell,J. penelitia kualitatif adalah

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara pengukuran.

Penelitian Kualitatif dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan

masyarakata, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi.22

21
Lexy J. Moleong,2010.metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.
22
Cresswell, J. 1998,Rescarch Desig:Qualitative& Quantitative Approaches. Thousand Oaks,CA: Sage
Publications.
28

Bogdan dan Biklen, S. menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa ucapan atau tulisan

dan prilaku orang-orang yang diamati. 23

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian dikenal dengan informan.

Informan adalah orang-orang yang dapat memberi informasi atau data terkait dengan

masalah yang akan dikaji atau diteliti. Dalam penelitian ini yang akan menjadi

informan adalah pengurus dan kader Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara,diantaranya

adalah :

1. Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

2. Ketua Timses Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

3. Anggota DPRK Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

4. Pengamat Politik

5. Tokoh Masyarakat

23
Bogdan, R.& Biklen,S. 1992. Qualitative&Research for Eduucation. Boatom, MA:Allyn and Bacon.
29

3.4 Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan

sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek

penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan

dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah

literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian

yang dilakukan.24

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian mendapatkan data. Tanpa mengetahui

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. Ke 8, h.

137.
30

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data merupakan cara-

cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara
Dalam hal ini peneliti menggunakan Teknik wawancara untuk mendapatkan

keterangan - keterangan secara lisan dari informan untuk memperoleh data yang

tidak tertulis dari pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Wawancara yang

dilakukan secara mendalam dan tidak terstrukstur berdasarkan sampling acak. 25

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

melalui wawancara secara mendalam, karena mengingat penelitian ini merupakan

metode penelitian kualitatif yang membutuhkan wawancara secara mendalam

sehingga memperoleh pemahaman secara komprehensif dan penulis berusaha

mengembangkan topik wawancara sesuai dengan kebutuhan data dari arah

wawancara

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data kepustakaan diperoleh

dari berbagai sumber dan dengan mengumpulkan data dari dokumen-dokumen,

buku, jurnal, makalah, Koran, artikel, dan internet yang ada kaitannya dengan

masalah yang diteliti, juga hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini.

25
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta, hal 68.
31

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder sebagai pelengkap

data primer dengan mengumpulkan data dari dokumentasi-dokumentasi yang

berkaitan dengan Analisis Penyebab Menurunnya Kursi Partai Lokal di DPRK

Aceh Utara Pada Pemilu Tahun 2019.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis lakukan terhadap data yang diperoleh yaitu

bersifat deskriptif, yaitu menganalisa data sesuai dengan kandungan isinya yang

berisi informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk

dapat memperoleh gambaran atau suatu kesimpulan atas fakta yang diamati, juga

bersifat deduktif yaitu suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan teori yang

sebenarnya telah diterima secara umum sebagai dasar kebenaran dan keadilan, yang

diambil suatu kesimpulan terhadap fakta yang diamati.26

1. Pengumpulan adalah usaha yang dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan

data-data yang dianggap relevan dengan judul dalam penelitian ini

membentuk dokumen-dokumen ataupun arsip dan keterangan narasumber.


2. Mereduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari


26
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 155 – 156.
32

catatan-catatan tertulis dilapangan. Data yang diperoleh diperoleh dilapangan

jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan

rinci. Untuk itu perlu di rangkum dan di pilih hal-hal yang pokok dan penting.

Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentan

hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-

waktu diperlukan.
3. Verifikasi data (penafsiran ulang) dan kesimpulan, adalah dilakukan

berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai

dengan hakikat penelitian kualitatif, penerikan kesimpulan ini dilakukan

secara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara, namun seiring

bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data dengan cara

mempelajari kembali data yang telah ada. Kemudian, verifikasi data juga

dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada

keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari

sumber-sumber lain, atau dengan cara membandingkan data yang diperoleh

dari sumber tertentu dengan sumber-sumber lain. Akhirnya peneliti menarik

kesimpulan akhir untuk mengungkapkan temuan-temuan penelitian ini.

3.7 Jadwal Penelitian


33

Aktivitas penelitian yang dimulai dari bulan Februari 2020 , jadwal penelitian

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Jadwal Penelitian
Table 3.1

No Tahapan Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tahun 2020

Feb Mar Apr Mei Juni July

1 Pembuatan Proposal

2 Bimbingan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Perbaiki Hasil Seminar

5 Penelitian Lapangan

6 Bimbingan Skripsi

7 Sidang

8 Perbaiki Hasil Sidang

9 Distribusi

Keterangan :
Sedang Dilaksanakan
Belum dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali Moertopo. (1974). Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.


Ahmad Farhan Hamid, (2006). Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil
Rakyat Aceh Jakarta: Penerbit Suara Bebas.
34

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, (2005), Metode Penelitian kualitatif
:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan, (2008), Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group
Prihatmoko,(2003),Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema),
Semarang, LP3M Universitas Wahid Hasyim
Maurince Duverger,(2004),Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan,
Yogjakarta : Bina Aksara
Ali Safa’at Muchamad, (2011), Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan
praktik Pembubaran Partai Politik dalam pergulatan Republik. Jakarta.
Rajawali pers.
Miriam Budiardjo, (2008), dasar-dasar ilmu politik.Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
Lexy J. Moleong,(2010).metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja
Rosdakarya.

Ramlan Surbakti,(2006), Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia


Sigit Pamungkas,(2012), Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogjakata:
IDW
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta
Lahey, B. B. (2007). Psychology: An introduction (9th ed.). New York: The McGraw-
Hill Companies.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta :PT Grasindo.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
(2009), Cet. Ke 8, h. 137.

SKRIPSI DAN JURNAL


Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan
Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun
2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta.
35

Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai
Politik Islam Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang
Bawang. Lampung
M. Fachri Adnan (2002), yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perolehan Suara Partai Politik PPP Pada Pemilihan
Umum",Jurnal.Universitas Negeri Padang
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p
Menurut Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111

UNDANG – UNDANG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai
Politik Lokal Di Aceh.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 11 Tahun 2006. Tentang. Pemerintahan
Aceh
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai
Politik Lokal Di Aceh.
INTERNET
https://blog.ub.ac.id/adhitiapputra/2011/05/28/hubungan-pemilu-dengan-partaipolitik/
diakses tanggal 01 Maret 2020
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh
dinilai-kurang-pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 20
Januari 2020

https://leuserantara.com/opini-penyebab-kekalahan-pa. diakses tanggal 21 Januari


2020
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/tujuan-partai-politik-lokal-di-aceh/
diakses tanggal 24 Februari 2020
36

Anda mungkin juga menyukai