PENDAHULUAN
penting untuk menjaga tatanan kehidupan politik dan pemerintahan Negara tersebut.
Partai politik menjadi instrumen terpenting agar kepentingan rakyat dengan penguasa
diharapkan dapat menampung aspirasi rakyat, dengan segala harapan, keluh kesah
dan kritikan kepada pemerintah. Partai politik juga tempat salah satu bentuk untuk
kebebabasan dalam masyarakat demokratis. Peran penting lainnya dari partai politik
adalah sebagai perantara dalam proses keputusan negara, yang menghubungan negara
Dalam sejarahnya, Partai politik tidak bisa dipisahkan dari pemilu (pemilihan
umum), pemilu merupakan ajang bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan
bertarung, kader-kader ini di didik dan diberikan strategi yang mempunyai untuk
dijalankan untuk mencapai negara sejahtera (welfare state) seperti yang dicita-
1
2
politik justru telah menimbulkan pemerintahan yang tidak efektif, inefisien, bahkan
tidak jarang menimbulkan kekacauan (chaos). Lain halnya di negara maju (developed
countries) sistem kepartaian di negara ini sudah mapan, terdiri dari dua partai, seperti
USA dan Kanada atau beberapa partai seperti, Italia dan Perancis. Di Indonesia
sistem kepartaian mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada era pasca revolusi
sistem kepartaian mengalami masa boom partai. Tetapi banyaknya partai justru
menjadikan instabilitas di semua sektor. Reformasi partai politik dimulai pada masa
Orde Baru dengan melakukan fungsi dari multi partai menjadi beberapa partai dan
politik lokal Aceh menjadikan warna baru dalam pemilu. Hal ini didapatkan dari
sejarah panjang pergolakan antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh, sehingga
pada tahun 2005 dilakukan sebuah kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan
Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam butir
menjelaskan bahwa “Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak
1
https://blog.ub.ac.id/adhitiapputra/2011/05/28/hubungan-pemilu-dengan-partai-politik/ diakses
tanggal 01 Maret 2020
3
di Aceh yang memenuhi persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk
partai-partai politik lokal, Pemerintah Republik Indonesia, dalam tempo satu tahun,
atau paling lambat 18 bulan sejak penandatanganan Nota kesepahaman ini, akan
menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian Partai politik lokal di Aceh
kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud
tersebut”.2
yang didalam UUPA tersebut dalam pasal 75 sampai 95 membahas aturan serta
peranan tentang Partai politik lokal diAceh. Untuk Memperkuat aturan tersebut juga
lahir sebuah Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal
di Aceh. Sehingga pada pemilu tahun 2019 ada empat Partai lokal Aceh yang
mengikuti pemilu, yaitu Partai Aceh (PA), Partai Daerah Aceh (PDA), Partai
Nanggroe Aceh (PNA), dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA).3
Diantara partai politik lokal di Aceh, Partai Aceh adalah salah satu partai
politik lokal terbesar. Partai Aceh menjadi harapan besar masyarakat Aceh pasca
konflik berkepanjangan di Aceh, Partai Aceh diharapkan menjadi arah baru dan
2
Ahmad Farhan Hamid, Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh (Jakarta:
Penerbit Suara Bebas, 2006), hal 8
3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai Politik Lokal Di
Aceh.
4
harapan baru bagi masyarakat Aceh untuk memperoleh kesejahteraan, ekonomi yang
yang meningkat dan pendidikan yang layak, sehingga hampir manyoritas masyarakat
Namun dalam perjalannya, Partai yang mayoritas dihuni eks GAM ini
mengalami kemerosotan, dimulai dari tahun 2009 mereka mendapatkan 33 kursi dari
total 69 Kursi DPRA, kemudian turun pada pemilu tahun 2014, Partai Aceh
mendapatkan 29 kursi dari total 81 kursi DPRA, dan pada pemilu tahun 2019, Partai
Yang dipimpin H.Muzakkir Manaf hanya mendapatkan 18 kursi dari total 81 kursi
DPRA.4
Begitu juga dengan perolehan suara Partai Aceh yang mengalami penurunan
dukungan pemilihan DPRA di wilayah Aceh Utara (Dapil V), dimana pada pemilu
tahun 2009 dan tahun 2014 suara Partai Aceh untuk pemilihan DPRA diAceh Utara
berhasil mendapat 7 Kursi DPRA, namun pada pemilu tahun 2019, kursi DPRA
Partai Aceh turun drastis yaitu hanya mendapat 4 kursi saja. Penurunan suara Partai
Aceh sudah banyak di prediksikan oleh para politikus serta pengamat politik. Banyak
faktor yang melatarbelakangi penurunan suara Partai Aceh pada Pemilu 2019.
Pertama, mesin Partai Aceh tidak lagi sesolid dan setangguh seperti pada Pemilu
melahirkan Partai Nasional Aceh (PNA),Ketiga, publik menilai kinerja kader PA yang
Sama halnya dengan DPRA, kursi DPRK Partai Aceh di Aceh Utara juga
mengalami penurunan dukungan yang sangat drastis, dari tahun 2009 hingga 2019
kursi DPRK Partai Aceh selalu berkurang setidaknya hingga 5 kursi atau lebih,
bahkan pada pemilu 2019 kursi DPRK berkurang hingga 12 Kursi,seperti yang
Tabel 1.1
PEROLEHAN JUMLAH KURSI PARTAI ACEH UNTUK DPRK
KABUPATEN ACEH UTARA
PADA PEMILU 2009 s/d 2019
NO TAHUN PEROLEHAN
bahwa terjadi penurunan jumlah kursi DPRK untuk Partai Aceh, hal ini yang
kemudian menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat termasuk praktisi,
akademisi maupun pengamat politik di Aceh, hal ini menyebabkan turunnya suara
Partai Aceh. Kursi Partai Aceh pada Pemilu 2017 di 12 kabupaten/kota juga
mengalami kekalahan, yang terdiri dari: Banda Aceh, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh
5
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 01 Maret 2020
6
Merosotnya suara Partai Aceh dikarenakan kader yang mereka usung baik
Partai Aceh yang berpengaruh berafiliasi kepada Partai Nasional yang menawarkan
jabatan atau karir politik yang lebih tnggi lagi. Hal ini terlihat dari suara Partai Aceh
terus digerus/terambil oleh partai nasional ketika mesin partai dimanfaatkan oleh
caleg/kandidat DPR RI Aceh II, semisal, pada pemilu tahun 2019, Firmandez dan
Marzuki Daud yang maju ke Nasional melalui Partai Golkar. Setiap kampanye yang
dilakukan Partai Aceh selalu melibatkan kedua orang tersebut. Walaupun pelibatan
Partai Aceh. Beberapa kader handal Partai Aceh masuk ke Partai Nasional dan fokus
disana, dimana basis konstituennya terambil oleh parnas. Terlihat dari afiliasi
politiknya Partai Aceh dengan Partai Gerindra, akibat dari afiliasi ini kemudian
menurunkan dukungan masyarakat Aceh terhadap Partai Aceh itu sendiri. Hal ini
dikarenakan masyarakat korban konflik di Aceh masih belum bisa menerima ikhlas
aktor pelanggaran hak asasi manusia (HAM), yang di dalamnya termasuk Prabowo
Subianto.
Analisis masyarakat Aceh terkait turunnya suara Partai Lokal tertua di Aceh
ini pada pemilu tahun 2019 dikarenakan masyarakat sudah memberi kesempatan
kepada Partai Aceh dalam dua kali pemilu 2009 dan 2014. Faktor-faktor yang
karena mayoritas kader atau hampir keseluruhan kader Partai Aceh adalah Eks
Kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sehingga banyak masyarakat yang yakin
7
masih ada nilai-nilai perjuangan yang melekat pada diri kader Partai Aceh, selain itu
masyarakat dihantui ketakutan, jika Partai Aceh (PA) tidak menang maka Aceh akan
Partai perjuangan Partai Aceh untuk membangun Aceh dengan visi misi mereka.
Sebagai partai yang lahir dari ruh perjuangan, tentunya keadaan seperti ini
tidak bisa dibiarkan terlalu lama oleh Partai Aceh, sehingga Partai Aceh harus segera
melakukan perubahan baik secara strategi partai maupun strategi elit partai, langkah
yang baru dan modern wajib dilakukan kalau tidak ingin partai akan kolaps pada
pemilu tahun 2024. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melakukan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka fokus kajian penelitian ini adalah:
Aceh Utara.
ini adalah:
kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain:
9
yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai partai politik lokal.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdahulu peneliti lakukan sebagai perbandingan atau sebagai untuk tidak mengulangi
Pertama, skripsi karya Heri Yunita (2018)6, yang berjudul " Penurunan
Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD
Dikota Bekasi Tahun 2014 ", menyimpulkan bahwa Strategi politik yang digunakan
oleh Partai keadilan sejahtera kurang efektif sehingga belum mampu menaikan suara
pada dua periode pemilu yaitu tahun 2009 dan 2014. Partai Keadilan Sejahtera gagal
Adam Nursal yang menerapkan beberapa metode 9P. Heri Yunita menemukan bahwa
strategi yang dilakukan oleh PKS yaitu lebih berhasil menggunakan strategi dirrect
selling. Ketimbang menggunakan strategi media massa. Penulis juga melihat faktor
penyebab turunnya suara PKS lebih disebabkan oleh faktor eksternal dari pada faktor
internal.7
terkait dengan penyebab menurunnya suara partai politik dalam pemilu baik secara
strategi partai maupun strategi elit partai, metode penelitian yang digunakan juga
mendalam dengan objek penelitian. letak perbedaannya adalah pada teori yang
digunakan oleh Heri Yunita adalah teori Adam Nursal, sedangkan teori yang penulis
6
Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam
Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun 2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
7
11
Kedua, jurnal karya Triono (2015),8 yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab
Menurunnya Suara Partai Politik Islam Pada Pemilu 2014", menyimpulkan bahwa
ada beberapa faktor yang menyebabkan perolehan suara parpol berbasis massa Islam
terus turun sejak Pemilu 1999 adalah: Pertama, partai Islam tidak mengoptimalkan
nilai pembeda di tengah pasar pemilih, kecenderungan yang ada saat ini partai politik
berbasis massa Islam dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen.
Kedua, partai Islam gagal mengelola harapan publik. Ego sektoral yang diperlihatkan
partai politik berbasis massa Islam membuat keengganan untuk saling memulai
"Islam Yes, Partai Islam No" dapat dikatakan mayoritas Islam di Indonesia tidak
faktor penyebab turunnya dukungan suara partai politik baik secara strategi partai
politik maupun strategi elit partai. Sedangkan letak perbedaan adalah pada lokasi
yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal DiAceh (Suatu Kajian Terhadap
8
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai Politik Islam
Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang Bawang. Lampung
9
Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal
DiAceh (Suatu Kajian Terhadap Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009)",Jurnal. Universitas Syiah
Kuala
12
Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009", menyimpulkan bahwa faktor yang
menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat Aceh terhadap PDA, dalam hal ini
dan terobosan baru agar PDA dapat menimbulkan rasa percaya masyarakat terhadap
Partai tersebut. Adapun strategi PDA terkait eksistensinya sebagai Partai politik lokal
suara, jika tanpa kecurangan seharusnya PDA banyak memperoleh suara dipemilihan
legislatif. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitin ini adalah kualitatif
penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang partai politik lokal di Aceh,
mendongkrak suara partai. Sedangkan letak perbedaannya adalah, pada jurnal Feisal
Akbar dan Dr. Mujibussalim mengkaji eksistensi partai politik lokal yaitu PDA,
sedangkan penulis mengkaji faktor yang menyebabkan merosotnya suara Partai Aceh
yang sangat penting dalam suatu penelitian karena didalam landasan teori akan
13
diteliti. Maka harus digunakan landasan teori, secara umum landasan teori
partai politik. Sistem politik modern telah menempatkan partai politik sebagai pilar
utama penyangga demokrasi. Artinya, tiada ada demokrasi tanpa partai politik.
Karena begitu pentingnya peran partai politik, maka sudah selayaknya diperlukan
undangan ini diharapkan mampu menjamin pertumbuhan partai politik yang baik,
sehat, efektif dan fungsional. Dengan kondisi partai politik yang sehat dan fungsional,
pengkaderan, pendididkan politik dan control social yang sehat. Dengan partai politik
pula dan consensus dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang
10
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian kualitatif :Teori dan Aplikasi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.12.
14
tercipta tidak lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang
timbul dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.11
Partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam suatu negara
negara pada hakikatnya dilaksanakan oleh rakyat sendiri atau setidaknya atas
rakyat. Oleh karena itu, syarat utama pelaksanaan demokrasi adalah adanya lembaga
sebagai salah satu prasyarat berjalannya demokrasi. Kebebasan berserikat lahir dari
kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi dan cita-cita yang
sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut
11
Maurince Duverger,2004,Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan, Yogjakarta : Bina Aksara,
hal 2
12
Ali Safa’at Muchamad, 2011, Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan praktik Pembubaran
Partai Politik dalam pergulatan Republik. Rajawali pers.Hal 4-5
15
kebijakan mereka.13 Menurut Ramlan Surbakti, Tiga teori asal usul partai politik,
Teori kelembagaan. Parpol dibentuk oleh kalangan eksekutif dan legislatif karena ada
kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontak dengan masyarakat dan
kecil masyarakat karena partai pilitik yang dibentuk pemerintah tidak mampu
demokrasinya. Hal ini karena absennya partai politik dari kancah politik akan
Negara yang akan dikuasai oleh rezim-rezim dinasti tradisional. Kedua, Negara yang
dikuasai oleh rezim militer . militer akan menjadi penguasa karena mereka adalah
entitas modern yang paling solid dan terorganisir dengan sangat baik. Partai politik
organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia yang
berdomisili di Aceh secara suka rela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita
13
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar ilmu politik halaman 160-161
14
Ramlan Surbakti,2006, Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia, hal 36
15
Sigit Pamungkas,2012, Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogjakata: IDW, hal 4
16
menunjukkan bahwa partai politik lokal dalam tata hukum Indonesia hanya ada di
partai politik lokal. Setelah disahkan UUPA banyak daerah di Indonesia berkeinginan
memperoleh hak untuk mendirikan partai politik lokal. Namun hingga saat ini hanya
Provinsi Aceh sajalah yang baru memiliki partai politik lokal. Keberadaan partai lokal
hanya diperuntukan untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dan
Pembentukan partai politik lokal sendiri diatur dalam Pasal 75 dan Pasal 76
puluh) orang Warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua
puluh satu) tahun dan telah berdomisili tetap di Aceh dengan memperhatikan
3. Partai politik lokal didirikan dengan akte notaris yang memuat anggaran dasar
6. Partai politik lokal memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak
lambang, dan tanda gambar partai politik atau partai politik lokal lain.
8. Untuk dapat didaftarkan dan disahkan sebagai badan hukum, partai politik
persen) di kabupaten/kota dan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
badan hukum oleh kantor wilayah departemen di Aceh yang ruang lingkup
Untuk perubahan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, nama, lambang, tanda
gambar, dan kepengurusan partai politik lokal didaftarkan pada kantor wilayah
departemen di Aceh yang ruang lingkup tugasnya di bidang hukum dan hak asasi
manusia
Tujuan partai politik lokal berdasarkan Pasal 78 UUPA terdiri atas beberapa
Tahun 1945.
Indonesia.
manyoritas terbanyak.
Menurut Ali Moertopo, 17pada hakekatnya, pemilu adalah yang tersedia bagi
pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah lembaga demokrasi
pada gilirannya bertugas untuk bersama – sama pemerintah, menetapkan politik dan
sebagai berikut :
a) Langsung
Langsung,berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih
secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri
17
Ali Moertopo. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.
20
Bebas, seluruh warga Negara bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos
untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d) Rahasia
Rahasia, pemilih memberikan hak suaranya tanpa diketahui oleh orang lain
terjamin.
c. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang
indonesia.
b. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.
18
Prihatmoko,2003,Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema), Semarang, Hal
19
21
marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang
dapat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,
gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program
kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. 19 Dalam proses Political Marketing,
produk politik.
2. Promosi (promotion) adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk
4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah
tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing politik
menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol ketika menformulasikan produk
menjadikan marketing politik tidak hanya sebatas masalah iklan, tetapi lebih
komprehensif. Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol
persamaan pada tema pemasaran politik yang hendak dilakukan oleh kandidat atau
tim kampanye dalam arena pemilihan umum. Perbedaan yang kentara antara kedua
teori adalah teori Niffenneger lebih rinci dalam membahas strategi pemasaran politik
yang mencakup produk yaitu kontestan itu sendiri, kampanye, biaya yang harus
langsung kepada pemilih. Yang dimaksud produk politik yaitu kandidat itu
massa. Media massa memainkan peran yang sangat penting dalam kegiatan
luas. Selain itu, melalui media massa, kandidat dapat menyebarkan visi, misi
dan program mereka kepada calon pemilih. Strategi pull marketing dilakukan
melalui kampanye politik menggunakan media cetak (surat kabar) dan media
pihak yang memiliki pengaruh pada masyarakat memiliki nilai strategis bagi
20
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut
Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111
24
Berdasarkan uraian pada landasan teori , maka pada landasan konseptual yang
peneliti bentuk adalah terkait dengan analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal
di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun
marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang
d apat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,
gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program
politik agar diterima dan dapat memenangkan pemilu. Landasan konseptual tidak
bertujuan untuk menguji teori sebelumnya, namun lebih kepada kerangka pemikiran
penulis dalam mempermudah dan memberi penegasan terhadap fokus penelitian yang
dilakukan.
25
GAMBAR 2.1
Pada Pemilu Tahun 2019. pertama di Aceh ini menjadi merosot, menjadi
pertanyaan besar apakah ada permasalahan baik
Harapan dari segi strategi partai maupun strategi elit partai.
3. 1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah kadidat Partai
Aceh dalam pemilu Legislatif tahun 2019 di kabupaten Aceh utara. Kekalahan
kadidat Partai Aceh dalam pemilu Legislatif 2019 di Kabupaten Aceh Utara menarik
untuk dikaji secara mendalam. Hal ini karena calon-calon yang diusung oleh Partai
Aceh memiliki peluang besar untuk menang dalam pemilu Legislatif tersebut.
Dengan demikian penulis ingin mengkaji secara mendalam faktor-faktor apa yang
menyebabkan Partai Aceh kalah dalam pemilu Legislatif Kabupateh Aceh Utara
tahun 2019.
dengan tipe deskriftif analisa dalam menganalisis data karena semua bahan, fakta dan
keterangan yang diperolehbtidak dapat diukur secara eksa matematis, tetapi hanya
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain yang
dilakukan dengan holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
kajian yang penulis teliti merupakan fenomena sosial dan membutuhkan kajian
21
Lexy J. Moleong,2010.metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.
22
Cresswell, J. 1998,Rescarch Desig:Qualitative& Quantitative Approaches. Thousand Oaks,CA: Sage
Publications.
28
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa ucapan atau tulisan
Informan adalah orang-orang yang dapat memberi informasi atau data terkait dengan
masalah yang akan dikaji atau diteliti. Dalam penelitian ini yang akan menjadi
informan adalah pengurus dan kader Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara,diantaranya
adalah :
4. Pengamat Politik
5. Tokoh Masyarakat
23
Bogdan, R.& Biklen,S. 1992. Qualitative&Research for Eduucation. Boatom, MA:Allyn and Bacon.
29
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian
yang dilakukan.24
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian mendapatkan data. Tanpa mengetahui
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. Ke 8, h.
137.
30
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data merupakan cara-
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara
Dalam hal ini peneliti menggunakan Teknik wawancara untuk mendapatkan
keterangan - keterangan secara lisan dari informan untuk memperoleh data yang
tidak tertulis dari pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Wawancara yang
wawancara
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data kepustakaan diperoleh
buku, jurnal, makalah, Koran, artikel, dan internet yang ada kaitannya dengan
masalah yang diteliti, juga hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini.
25
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta, hal 68.
31
3. Dokumentasi
Teknik analisis data yang penulis lakukan terhadap data yang diperoleh yaitu
bersifat deskriptif, yaitu menganalisa data sesuai dengan kandungan isinya yang
berisi informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk
dapat memperoleh gambaran atau suatu kesimpulan atas fakta yang diamati, juga
bersifat deduktif yaitu suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan teori yang
sebenarnya telah diterima secara umum sebagai dasar kebenaran dan keadilan, yang
rinci. Untuk itu perlu di rangkum dan di pilih hal-hal yang pokok dan penting.
Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentan
waktu diperlukan.
3. Verifikasi data (penafsiran ulang) dan kesimpulan, adalah dilakukan
mempelajari kembali data yang telah ada. Kemudian, verifikasi data juga
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada
Aktivitas penelitian yang dimulai dari bulan Februari 2020 , jadwal penelitian
Jadwal Penelitian
Table 3.1
1 Pembuatan Proposal
2 Bimbingan Proposal
3 Seminar Proposal
5 Penelitian Lapangan
6 Bimbingan Skripsi
7 Sidang
9 Distribusi
Keterangan :
Sedang Dilaksanakan
Belum dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, (2005), Metode Penelitian kualitatif
:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan, (2008), Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group
Prihatmoko,(2003),Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema),
Semarang, LP3M Universitas Wahid Hasyim
Maurince Duverger,(2004),Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan,
Yogjakarta : Bina Aksara
Ali Safa’at Muchamad, (2011), Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan
praktik Pembubaran Partai Politik dalam pergulatan Republik. Jakarta.
Rajawali pers.
Miriam Budiardjo, (2008), dasar-dasar ilmu politik.Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
Lexy J. Moleong,(2010).metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai
Politik Islam Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang
Bawang. Lampung
M. Fachri Adnan (2002), yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perolehan Suara Partai Politik PPP Pada Pemilihan
Umum",Jurnal.Universitas Negeri Padang
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p
Menurut Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111
UNDANG – UNDANG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai
Politik Lokal Di Aceh.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 11 Tahun 2006. Tentang. Pemerintahan
Aceh
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai
Politik Lokal Di Aceh.
INTERNET
https://blog.ub.ac.id/adhitiapputra/2011/05/28/hubungan-pemilu-dengan-partaipolitik/
diakses tanggal 01 Maret 2020
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh
dinilai-kurang-pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 20
Januari 2020