Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Didalam kehidupan Negara demokrasi, kehadiran partai politik sangatlah

penting untuk menjaga tatanan dalam dunia politik dan pemerintah Negara tersebut.

Partai politik menjadi instrumen terpenting agar kepentingan rakyat dengan penguasa

(Pemerintah) dapat tersampaikan dengan baik, kehadiran partai politik juga

diharapkan dapat menampung aspirasi rakyat, dengan segala harapan, keluh kesah

dan kritikan kepada pemerintah. Partai politik juga tempat salah satu bentuk untuk

mengeluarkan inspirasi- inspirasi atau ide-ide masyarakat dalam demokrasi. Peran

penting lainnya dari partai politik yaitu sebagai proses keputusan negara, yang

bekerjasama negara dengan instansi-instansi kenegaraan.

Dalam sejarahnya, Partai politik tidak bisa dipisahkan dari pemilu (pemilihan

umum), pemilu merupakan ajang bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan

masyarakat sebanyak-banyaknya dengan menempatkan kader terbaik mereka untuk

bertarung, kader-kader ini di didik dan diberikan strategi yang mempunyai untuk

mendapatkan dukungan masyarakat. Melalui pemilu pemerintahan menjalankannya

tugasnya untuk mencapai kesejahtera masyarakatnya, sesuai yang diharapkan

masyarakat. Dengan adanya keberadaan Partai politik membuat pemerintahan

menjadi tidak dapat mencapai tujuannya sesuai dengan targetnya, justru sering

1
menimbulkan kekacauan (chaos). Pada masa Reformasi partai politik dimulai masa

Orde Baru dengan melakukan fungsi dari partai menjadi beberapa partai dan

mengurangi kekuatan partai.

Terkhususnya di Provinsi Aceh, sistem partai politiknya memiliki perbedaan

besar dibandingkan didaerah lainnya di Indonesia. Betapa tidak, munculnya Partai

Politik di Aceh menjadikan warna baru dalam pemilu. Hal ini didapatkan dari sejarah

panjang pergolakan pemerintah dengan rakyat Aceh, sehingga pada tahun 2005

dilakukan sebuah kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan kembali

berkomitmen untuk merajut kemerdekaan dengan penuh rasa bangga. Masyarakat

Aceh berharap inspirasi mereka didengarkan dan tersalurkan denga adanya Partai

Politik lokal di Aceh.1

Dengan adanya MoU Helsinki ditetapkan dalam Undang- undang pemerintah

Aceh (UUPA) Nomor 11 tahun 2006, yang didalam UUPA pasal 75 sampai 95

membahas peraturan serta peranan Partai politik lokal diAceh. Untuk Memperkuat

aturan tersebut muncullah sebuah peraturan pemerintah Nomor 20 tahun 2007 tentang

Partai Politik Lokal di Aceh. Pada pemilu tahun 2019 ada empat Partai lokal Aceh

yang mengikuti pemilu, yaitu Partai Aceh (PA), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai

Nanggroe Aceh (PNA), dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA).2

1
Ahmad Farhan Hamid, Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh
(Jakarta: Penerbit Suara Bebas, 2006), hal 8
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai Politik Lokal Di
Aceh.

2
Partai politik lokal di Aceh, Partai Aceh adalah salah satu partai politik lokal

terbesar. Partai Aceh menjadi harapan besar masyarakat Aceh pasca konflik

berkepanjangan di Aceh, Partai Aceh diharapkan menjadi arah baru dan harapan baru

bagi masyarakat Aceh untuk memperoleh kesejahteraan, ekonomi yang yang

meningkat dan pendidikan yang layak, sehingga hampir manyoritas masyarakat Aceh

sangat mendukung keberadaan Partai Aceh.

Namun dalam perjalannya, Partai yang mayoritas dihuni eks GAM ini

mengalami kemerosotan, dimulai dari tahun 2009 mereka mendapatkan 33 kursi dari

total 69 Kursi DPRA, kemudian turun pada pemilu tahun 2014, Partai Aceh

mendapatkan 29 kursi dari 81 kursi DPRA, dan pada pemilu tahun 2019, Partai Yang

dipimpin H.Muzakkir Manaf hanya mendapatkan 18 kursi dari 81 kursi DPRA.3

Begitu juga dengan perolehan suara Partai Aceh yang mengalami penurunan

dukungan pemilihan DPRA di wilayah Aceh Utara (Dapil V), dimana pada pemilu

tahun 2009 dan tahun 2014 suara Partai Aceh untuk pemilihan DPRA diAceh Utara

berhasil mendapat 7 Kursi DPRA, namun pada pemilu tahun 2019, kursi DPRA

Partai Aceh turun drastis yaitu hanya mendapat 4 kursi saja. Penurunan suara Partai

Aceh sudah banyak di prediksikan oleh para politikus serta pengamat politik. Banyak

faktor-faktor yang terjadi menurunnya suara Partai Aceh pada Pemilu 2019. Pertama,

kekuatan mesin Partai Aceh tidak lagi sekuat seperti pada Pemilu 2014. Kedua, Partai

Aceh mengalami perpecahan internalnya dengan adanya Partai Nasional Aceh


3
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh-dinilai-kurang-
pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020

3
(PNA),Ketiga, masyarakat menilai cara kerja kader PA yang menduduki di parlemen

tidak mampu menambah pembangunan dan tidak membuat kesejahteraan.

Sama halnya dengan DPRA, kursi DPRK Partai Aceh di Aceh Utara juga

mengalami penurunan dukungan yang sangat drastis, dari tahun 2009 hingga 2019

kursi DPRK Partai Aceh selalu berkurang setidaknya hingga 5 kursi atau lebih,

bahkan pada pemilu 2019 kursi DPRK berkurang hingga 12 Kursi,seperti yang

terlihat pada tabbel dibawah ini :

Tabel 1.1
PEROLEHAN JUMLAH KURSI PARTAI ACEH UNTUK DPRK
KABUPATEN ACEH UTARA
PADA PEMILU 2009 s/d 2019
NO TAHUN PEROLEHAN

1 Pemilu Tahun 2009 32 Kursi

2 Pemilu Tahun 2014 26 Kursi

3 Pemilu Tahun 2019 14 Kursi


Sumber : KIP Aceh Utara Tahun 2019

Berdasarkan perolehan jumlah kursi DPRK di Aceh Utara dapat disimpulkan

bahwa terjadi penurunan jumlah kursi DPRK untuk Partai Aceh, hal ini yang

kemudian menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat termasuk praktisi,

akademisi maupun pengamat politik. Ini yang menyebabkan turunnya suara Partai

Aceh. Kursi Partai Aceh pada Pemilu 2017 di 12 kabupaten/kota juga mengalami

kekalahan, yang terdiri dari: Banda Aceh, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh

4
Tengah,bireuen, Pidie, Bener Meriah, Gayo Luwes, Subussalam, Singkil, Aceh

Selatan, Aceh Tamiang , Simeulu, dan Aceh Tenggara.4

Merosotnya suara Partai Aceh dikarenakan kader yang mereka usung baik

ditingkat provinsi maupun daerah sangat tidak berpengaruh,karena banyak kader

Partai Aceh yang berpengaruh berafiliasi kepada Partai Nasional yang menawarkan

jabatan atau karir politik yang lebih tnggi lagi. Hal ini terlihat dari suara Partai Aceh

terus menerus dikuasai oleh Parnas (Partai Nasional) mesin Partai dimanfaatkan oleh

calon legislatif/kandidat DPR RI Aceh II, semisal, pada pemilu tahun 2019,

Firmandez dan Marzuki Daud yang maju ke Nasional melalui Partai Golkar.

Walaupun pelibatan mereka bukan hanya keputusan resmi dari partai tetapi ada

beberapa petinggi dari Partai Aceh. Beberapa kader handal Partai Aceh masuk ke

Partai Nasional dan fokus disana, dimana basis konstituennya terambil oleh parnas.

Terlihat dari cara politiknya Partai Aceh dengan Partai Gerindra, akibat dari afiliasi

ini kemudian kurangnya dukungan masyarakat Aceh terhadap Partai Aceh itu sendiri.

Hal ini disebabkan masyarakat korban konflik di Aceh masih belum bisa menerima

dengan ikhlas atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM),

Analisis masyarakat Aceh terkait turunnya suara Partai Lokal tertua di Aceh

dan pada pemilu tahun 2019 dikarenakan masyarakat memberi peluang untuk Partai

Aceh maju dalam dua kali pemilu 2009 dan 2014. Faktor-faktor yang menyebabkan

masyarakat mendukung Partai Aceh waktu itu, diantaranya adalah karena mayoritas

4
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 01 Maret 2020

5
kader atau hampir keseluruhan kader Partai Aceh adalah Eks Kombatan Gerakan

Aceh Merdeka (GAM), sehingga banyak masyarakat yang yakin masih ada nilai-nilai

perjuangan yang melekat pada diri kader Partai Aceh, selain itu masyarakat dihantui

ketakutan, jika Partai Aceh (PA) kalah maka Aceh akan bergolak, sehingga

masyarakat Aceh mulai kembali memberikan kesempatan kepada kader Partai Aceh.

Sebagai partai yang lahir dari ruh perjuangan, tentunya keadaan seperti ini

tidak bisa dibiarkan terlalu lama oleh Partai Aceh, sehingga Partai Aceh harus segera

melakukan perubahan baik secara strategi partai maupun strategi elit partai, langkah

yang baru dan modern wajib dilakukan kalau tidak ingin partai akan kolaps pada

pemilu tahun 2024. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melakukan penelitian

tentang analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal di Dewan Perwakilan

Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah

peneliti adalah :

1. Bagaimana Analisis penyebab menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK Aceh

Utara pemilu pada tahun 2019 ?

6
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di

DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019?

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka fokus kajian penelitian ini adalah:

1. Penyebab menurunnya Kursi Partai pada pemilu tahun 2019 di Kabupaten

Aceh Utara.

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di

DPRK Kabupaten Aceh Utara pemilu tahun 2019.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus kajian penelitian penulis maka tujuan penulisan penelitian

ini adalah:

1. Untuk menganalisis apa yang menyebabkan menurunnya Kursi Partai pada

pemilu tahun 2019 di Kabupaten Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya

kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019

7
1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain:

1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu

Politik, terutama pada bidang partai politik lokal.

2. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi para peneliti lain

yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai partai politik lokal.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:

1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah dan elit

politik mengenai partai politik lokal.

2. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat

politik, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam menelitian ini

mengenai partai politik lokal.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Guna mendukung penelitian yang peneliti lakukan, beberapa hasil penelitian

terdahulu peneliti lakukan sebagai perbandingan atau sebagai untuk tidak mengulangi

penelitian yang sama, beberapa hasil penelitian tersebut di antaranya adalah :

Pertama, skripsi karya Heri Yunita (2018)5, yang berjudul " Penurunan

Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD

Dikota Bekasi Tahun 2014 ", menyimpulkan bahwa Strategi yang digunakan oleh

Partai keadilan sejahtera kurang efektif sehingga belum mampu menaikan suara pada

dua periode pemilu yaitu tahun 2009 dan 2014. Partai Keadilan Sejahtera gagal

menaikkan jumlah perolehan suara mereka karena menggunakan strategi politik

Adam Nursal yang menerapkan beberapa metode 9P. Heri Yunita ia menemukan

bahwa strategi yang dilakukan oleh PKS yaitu lebih berhasil digunakan untuk

strategi dirrect selling. Daripada menggunakan strategi media massa. Penulis juga

melihat apa saja faktor yang menyebabkan turunnya suara PKS lebih banyak

disebabkan oleh faktor eksternal ketimbang faktor internal.6

5
Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam
Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun 2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
6

9
Relevansi penelitian Heri Yunita dengan penulis adalah sama-sama mengkaji

terkait dengan penyebab menurunnya suara partai politik dalam pemilu baik secara

strategi partai maupun strategi elit partai, metode penelitian yang digunakan juga

sama-sama kualitatif dimana hasil penelitian diperoleh dari proses wawancara

mendalam dengan objek penelitian. letak perbedaannya adalah pada teori yang

digunakan oleh Heri Yunita adalah teori Adam Nursal, sedangkan teori yang penulis

gunakan adalah teori Marketing Politic yang dikemukakan oleh Firmanzah.

Kedua, jurnal karya Triono (2015),7 yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab

Menurunnya Suara Partai Politik Islam Pada Pemilu 2014", menyimpulkan bahwa

beberapa faktor yang membuat suara parpol berbasis massa Islam terus turun sejak

Pemilu 1999 adalah: Pertama, partai Islam tidak mampu mengoptimalkan nilai di

tengah pasar pemilih, kecenderungan saat ini partai politik berbasis massa Islam

dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen. Kedua, partai Islam

tidak berhasil mengelola harapan publik. Ego sektoral yang diperlihatkan partai

politik berbasis massa Islam membuat keengganan untuk saling memulai komunikasi

politik diantara parpol Islam. komunikasi lintas parpol diperlukan membangun

kekuatan riil. Ketiga, makin kentalnya fenomena "Islam Yes, Partai Islam No" dapat

dikatakan mayoritas Islam di Indonesia tidak ingin jika partai dengan aroma Islam

menjadi mayoritas.

7
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai Politik Islam
Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang Bawang. Lampung

10
Relevansi penelitian karya Triono dengan penulis adalah sama-sama mengkaji

faktor penyebab turunnya dukungan suara partai politik baik secara strategi partai

politik maupun strategi elit partai. Sedangkan letak perbedaan adalah pada lokasi

penelitian dan objek penelitian yang berbeda.

Ketiga, jurnal karya Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), 8

yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal DiAceh (Suatu Kajian Terhadap

Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009", menyimpulkan bahwa faktor yang

menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat Aceh terhadap PDA, dalam hal ini

PDA perlu melakukan branding Partai agar mampu membuat kepercayaan

masyarakat dan terobosan baru agar PDA dapat menimbulkan rasa percaya

masyarakat terhadap Partai tersebut. Adapun strategi PDA terkait eksistensinya

sebagai Partai Politik lokal adalah membangun komitmen dalam mengawal proses

pemilihan, karena PDA mendapatkan banyak kecurangan dilapangan, PDA

mengalami banyak kecolongan suara, jika tanpa kecurangan seharusnya PDA banyak

memperoleh suara dipemilihan legislatif. Metode penelitian yang dilakukan pada

penelitin ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Relevansi antara penelitian Feisal Akbar dan Dr. Mujibussalim dengan

penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang Partai politik lokal di Aceh,

juga mengkaji bagaimana seharusnya strategi yang dilakukan agar dapat

8
Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal
DiAceh (Suatu Kajian Terhadap Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009)",Jurnal. Universitas Syiah
Kuala

11
mendongkrak suara partai. Sedangkan letak perbedaannya adalah, pada jurnal Feisal

Akbar dan Dr. Mujibussalim mengkaji eksistensi partai politik lokal yaitu PDA,

sedangkan penulis mengkaji faktor yang menyebabkan menurunnya Kursi Partai

Aceh dalam pemilu tahun 2019.

2.2 Landasan Teori

Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, landasan teori merupakan bagian

penting dalam penelitian karena didalam landasan teori akan dibahas teori-teori yang

membahas permasalahan yang akan diteliti. Maka harus digunakan landasan teori,

secara umum landasan teori memiliki tiga fungsi, yaitu :pertama, menjelaskan

(explanation), kedua, meramalkan (prediction), ketiga, pengendalian (control) yang

akan terjadi.9 Sementara itu dalam penelitian kualitatif teori berfungsi untuk

memperkuat argumen peneliti sehingga peneliti memiliki kemampuan untuk terus

menggali informasi secara benar, mendalam dan mampu mengkontruksikan temuan-

temuan.

2.2.1 Pengertian Partai Politik

Sebuah Negara dalam sistem demokrasi, membutuhkan sebuah organisasi

politik yang menjadi instrument demokrasi, organisasi tersebut adalah Partai politik.

Sistem Partai politik modern telah menetapkan bahwa Partai Politik sebagai pondasi

9
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian kualitatif :Teori dan Aplikasi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.12.

12
utama untuk penyangga demokrasi. Artinya, dimana ada demokrasi maka Partai

Politik pun maju, sudah selayaknya partai politik diperlukan peraturan perundang-

undangan tentang partai politik. Peraturan dalam perundang-undangan ini mampu

menjamin Partai Politik yang jujur,bersaing dengan sehat. Dengan adanya konflik

tidak membuat parati politik pecah, tapi membentuk dan mencipkan antar partai

menjadi partai yang sehat dan jujur.10

Partai politik sangat berpengaruh dalam suatu Negara demokrasi, begitu juga

dengan demokrasi terhadap Partai Politik. Negara dijalankan sesuai dengan paratran

yang ada, dan untuk mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, syarat utama

pelaksanaan demokrasi adalah adanya lembaga perwakilan yang dibentuk melalui

pemilihan berkala dan menghendaki adanya kebebasan politik. Partai Politik

merupakan bentuk mewujudkan kebebasan untuk berjalannya demokrasi. Kebebasan

ini agar masyarakat dapat berinteraksi baik formal maupun nonformal.

Kecenderungan masyarakat yang pada prinsipnya adalah kehidupan berorganisasi

timbul untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang sama dari

individu-individu serta untuk mencapai tujuan .11

Menurut Miriam Budiardjo Partai Politik adalah suatu kelompok yang

memiliki keinginanan, cita-cita dengan tujuan yang sama. Tujuan mereka hanya ingin

mendapatkan kekuasaan dengan cara melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.12

10
Maurince Duverger,2004,Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan, Yogyakarta : Bina
Aksara, hal 2
11
Ali Safa’at Muchamad, 2011, Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan praktik Pembubaran
Partai Politik dalam pergulatan Republik. Rajawali pers.Hal 4-5
12
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar ilmu politik halaman 160-161

13
Menurut Ramlan Surbakti, Tiga teori asal usul partai politik, Teori kelembagaan.

Partai politik dibentuk oleh eksekutif dan legislative untuk kebutuhan para anggota

parlemen untuk mendengarkan keluh kesahnya rakyatnya. Partai politik dibentuk

oleh masyarakat untuk menampung inspirasi-inpirasi mereka,dengan adanya partai

politik mereka bisa menyampaikan hak mereka ke pemerintah pusat.13

Sebagaimana dikatakan oleh Almond dalam Pamungkas,14 saat ini sangat

sedikit Negara yang mengabaikan relevansi partai politik dalam kehidupan

demokrasinya. Lebih lanjut menurut Pamungkas, pertama, Negara akan dikuasai oleh

rezim-rezim dinasti tradisional. Kedua, Negara yang dikuasai oleh rezim militer .

militer yang akan menjadi penguasa karena mereka entitas yang solid dan tertata

dengan baik. Partai politik adalah sekelompok organisasi yang memiliki visi misi

bersama dan untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.2 Partai Politik Lokal

Partai Politik Lokal pada Pasal 1 angka 14 UUPA memberikan sebagai

sekelompok organisasi yang dibentuk oleh warga Negara Indonesia yang tinggal di

Aceh, mereka memiliki harapan yang besar untuk mempertahankan kepentingan

anggota, masyarakat, bangsa dan negara dengan cara pemilihan. Berdasarkan

ketentuan Pasal 1 angka 14 UUPA menunjukkan partai politik lokal ada tata hukum

Indonesia hanya ada di Provinsi Aceh. Sementara di luar provinsi ini tidak ada partai
13
Ramlan Surbakti,2006, Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia, hal 36
14
Sigit Pamungkas,2012, Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogyakarta: IDW, hal 4

14
politik lokal. Setelah disahkan UUPA banyak daerah di Indonesia berkeinginan untuk

membuat partai politik lokal.

Saat ini hanya Provinsi Aceh sajalah yang baru memiliki partai politik lokal.

Keberadaan partai lokal hanya diperuntukan untuk pemilihan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota, dan

Gubernur Aceh/Wakil Gubernur Aceh, serta bupati/wakil bupati, dan walikota/wakil

walikota.

2.2.3 Pembentukan Partai Politik Lokal

Pembentukan Partai Politik lokal sendiri diatur dalam Pasal 75 dan Pasal 76

UUPA. Adapun persyaratandalam membuat partai politik lokal berdasarkan Pasal 75

UUPA adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat di Aceh dapat mampu mendirikan Partai politik lokal.

2. Partai politik lokal didirikan maksimal 50 orang Warga Negara Republik

Indonesia yang telah mencukupi umur yaitu 21 tahun dan telah menetap di

Aceh dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya

30% (tiga puluh persen).

3. Partai politik lokal dibentuk dengan akte notaris yang memuat anggaran dasar

dan anggaran rumah tangga, serta struktur kepengurusannya.

4. Kepengurusan partai politik lokal masyarakat Aceh.

15
5. Kepengurusan partai politik lokal wajib mengawasi keterwakilan perempuan

sekurang kurangnya 30% (tiga puluh persen)

6. Partai politik lokal memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak

mempunyai persamaan.

7. Partai politik lokal mempunyai kantor tetap.

8. Untuk dapat didaftarkan dan disahkan sebagai badan hukum, partai politik

lokal harus mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh

persen) di kabupaten/kota dan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

kecamatan pada setiap kabupaten/kota yang bersangkutan.

2.2.4 Tujuan Partai Politik Lokal

Tujuan Partai Politik lokal dalam Pasal 78 UUPA terdiri atas beberapa

tujuan.15 Diantaranya adalah:

1. Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2. Mewujudkan demokrasi sesuai dengan Pancasila dengan menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.


15
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/tujuan-partai-politik-lokal-di-aceh/ diakses tanggal 24
Februari 2020

16
3. Mensejahterakan Masyarakat Aceh

4. Sementara itu tujuan khusus Partai Politik lokal dimaksud dalam Pasal 78

ayat (2) UUPA adalah: Pertama, meningkatkan partisipasi politik

masyarakat Aceh dalam menyelenggaraan pemerintahan daerah. Kedua,

mempertahankan visi-misi Partai Politik lokal mensejahterakan masyarakat

Aceh, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan kekhususan dan

keistimewaan Aceh. Tujuan partai politik lokal tersebut berdasarkan Pasal

78 ayat (3) UUPA harus diwujudkan secara konstitusional.

2.3 Teori Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah proses untuk memilih dan memberi suara untuk

mengisi jabatan siapa yang akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini

dilakukan untuk mewujudkan Negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya

dipilih berdasarkan suara mayoritas terbanyak dan sesuai keinginan masyarakat.


16
Menurut Ali Moertopo, pada hakekatnya, pemilu adalah yang disediakan

oleh rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sebagaimana azaz yang ada didalam

pembukaan UUD 1945. Pemilu adalah lembaga demokrasi yang memilih anggota -

anggota perwakilan rakyat dalam pemilihan MPR,DPR,DPRD, yang pada gilirannya

bertugas untuk bersama-sama pemerintah, menetapkan politik dan jalannya

pemerintahan Negara.

16
Ali Moertopo. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.

17
Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan,yaitu :

a) Langsung

Langsung, masyarakat berhak memilih langsung dalam pemilihan umum

tanpa ada paksaan dan tidak dapat di wakilkan.

b) Umum

Umum, pemilihan umum dilakukan untuk seluruh warga Negara yang telah

memenuhi persyaratan, tidak ada yang membedakan-bedakan agama, ras,

golongan, pekerjaan, daerah dan status sosial.

c) Bebas

Bebas, warga Negara yang memilih bebas siapa saja yang akan dipilih untuk

membawa aspirasinya.

d) Rahasia

Rahasia, pemilih memberikan hak suaranya tanpa diketahui oleh orang lain,

siapa yang didukung.

e) Jujur

Jujur, semua yang berpartisipasi dalam pemilu harus bersikap jujur sesuai

dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan perundang-undangan.

f) Adil

Adil, setiap pemilih memiliki hak dan perlakuan yang sama, tidak

memalsukan data pemilih.

18
Selain azas-azas yang tersebut diatas, pemilu juga memiliki tujuan dan

fungsi. Menurut Prihatmoko 17 pemilu memiliki tiga tujuan,yakni :

a. Menyeleksi Pemimpin yang pantas untuk duduk di pemerintahan.

b. Pemilu untuk tidak mebuat konflik terjadi agar masyarakat adil dalam

memilih untuk perwakilan rakyatnya untuk dapat menyuarakan keluh

kesah masyarakat.

c. Pemilu sebagai sarana untuk masyarakat memilih dan mendukung

siapa yang berhak di pemerintahan, masyarakat ikut berpasrtisipasi

dalam pemilihan.

Fungsi pemilu menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil alat demokrasi yang

digunakan untuk :

a. Mempertahankan dan mengembangkan demokrasi di indonesia.

b. Menjadikan masyarakat yang adil dan makmur.

c. Menjamin dengan suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya

pancasila dan dipertahankan UUD 1945.

2.4 Teori Marketing Politic

Menurut Firmanzah Marketing Politic adalah metode dan konsep marketing

dalam konteks politik, marketing sebagai alat atau metode untuk memfasilitasi Partai

politik dalam memasarkan iklan politik, isu politik, ideology partai,karakteristik

17
Prihatmoko,2003,Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema), Semarang, Hal
19

19
pemimpin dan program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. 18 Dalam

proses Political Marketing, digunakan penerapan 4P, yaitu:

1. Produk (product) berarti partai, produk ini berisi dengan konsep identitas

ideology, dimasa lalu maupun sekarang yang berkontribusi untuk

membentukan sebuah produk politik yang baik.

2. Promosi (promotion) adalah periklanan, mempromosikan sebuah partai untuk

menarik perhtian masyarakat

3. Harga (Price), membahas tentang ekonomi, psikologis, sampai citra nasional.

Membahas segala bentuk keperluan pada masa kampanye dilaksanakan.

4. Penempatan (place), berkaitan erat dengan cara berdistribusi dengan

masyarakat, penempatan dalam berkomunikasi dengan para pemilih

Menggunakan 4P dalam dunia marketing politik, membuat Partai politik tidak

hanya iklan, tetapi lebih komprehensif. Marketing Politik membantu cara

mempromosikan produk politik, cara mengatur strategi dalam dunia politik,

membantu cara berkampanye dalam partai politi Marketing Politik ini sangat penting

untuk memperkenalkan produk politik.

Teori Marketing politik menurut pendapat Niffenneger dan Adman Nursal

memiliki persamaan pada tema pemasaran politik yang hendak dilakukan oleh

kandidat atau tim kampanye dalam arena pemilihan umum. Perbedaan yang kentara

antara kedua teori adalah teori Niffenneger lebih rinci dalam membahas strategi

pemasaran politik yang mencakup produk yaitu kontestan itu sendiri, kampanye,
18
Firmanzah,2007, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hal 102

20
biaya yang harus dikeluarkan serta lokasi dimana kandidat akan menargetkan suara

pemilih.

Marketing menurut teori Adman Nursal dibagi menjadi 3P,yaitu;

1. Push marketing adalah dilakukan untuk menyampaikan produk politik secara

langsung kepada pemilih. Yang dimaksud dengan produk politik adalah

kandidat itu sendiri, melalui berkampanye secara langsung, bakti sosial.

2. Pull marketing menyampaikan produk politik dengan cara menggunakan

media massa. Media massa sangan diperlukan untuk memainkan dalam

marketing politik, bisa menjangkau lebih luas untuk memperkenalkan

kadidatnya masing-masing.

3. Pass marketing cara penyampaian produk politik melalui orang ketiga,

saling membantu mempromosikan kadidatnta masing-masing. Melalui

pemuda,tokoh masyarakat yang memiliki kekuatan dalam kehidupan

bermasyarakat.19

2.5 Landasan Konseptual

Hasil dari uraian pada landasan teori, maka pada landasan konseptual yang

peneliti bentuk adalah terkait dengan analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal

di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun

2019. Landasan konseptual Marketing Politic merupakan metode dan konsep

19
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut
Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111

21
marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang

dapat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,

gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program

kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. Dalam kerangka konseptual

Marketing Politic yaitu merupakan suatu cara bagaimana menjual/memasarkan Partai

politik agar diterima dan dapat memenangkan pemilu. Landasan konseptual tidak

bertujuan untuk menguji teori sebelumnya, namun lebih kepada kerangka pemikiran

penulis dalam mempermudah dan memberi penegasan terhadap fokus penelitian yang

dilakukan.

Untuk mempermudah pemahaman pada kerangka konseptual, adapun skema

yang dapat dijabarkan adalah sebagai berikut :

GAMBAR 2.1

Analisis Penyebab Menurunnya Kursi


Fenomena
Partai Lokal Di Dewan Perwakilan
Menurunnya dukungan kepada Partai Aceh
Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara disetiap Pemilu membuat kursi dari partai lokal

Pada Pemilu Tahun 2019. pertama di Aceh ini menjadi merosot, menjadi

22
pertanyaan besar apakah ada permasalahan baik
dari segi strategi partai maupun strategi elit partai.

Rumusan Masalah
1.Bagaimana Analisis penyebabkan menurunnya
Harapan kursi Partai Aceh di DPRK Aceh Utara pada
pemilu tahun 2019 ?
1. Marketing politik Partai Aceh pada
2.Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
pemilu tahun 2019 harus menjadi tolak ukur
menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten
dan diperbaiki bahwa menurunnya suara
Aceh Utara pada pemilu tahun 2019?
partai aceh diakibatkan marketing politik
yang kurang berjalan dengan baik. Semoga
dipemilu yang akan datang Partai Aceh bisa
menjadi prioritas kembali.

22. 2. 2. partai aceh harus segera menemukan Teori Partai Politik

faktor baru agar suara Partai Aceh pada Teori Partai Politik Lokal
pemilu berikutnya dapat ditingkatkan, agar
Teori Pemilihan Umum
memperoleh kemenangan dan kembali
memperoleh BAB dukungan
III mayoritas Teori Marketing Politik
masyarakat Aceh. METODE PENELITIAN
BAB III

3. 1 Lokasi Penelitian

23
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah kadidat Partai

Aceh dalam pemilu Legislatif tahun 2019 di kabupaten Aceh utara. Kekalahan

kadidat Partai Aceh dalam pemilu Legislatif 2019 di Kabupaten Aceh Utara menarik

untuk dikaji secara mendalam. Hal ini karena calon-calon yang diusung oleh Partai

Aceh memiliki peluang besar untuk menang dalam pemilu Legislatif tersebut.

Dengan demikian penulis ingin mengkaji secara mendalam faktor-faktor apa yang

menyebabkan Partai Aceh kalah dalam pemilu Legislatif Kabupateh Aceh Utara

tahun 2019.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

tipe deskriftif analisa dalam menganalisis data karena semua dalam penulisan ini

mengandung fakta dan keterangan yang jelas, tidak bisa diukur dengan angka hanya

dapat terwujud keterangan naratif. Menurut Moeloeng20 penelitian kualitatif adalah

peneliti harus memahami fenomena yang terjadi dan fenomena yang sering kita lihat

atau mendengar fenomena-fenome yang terjadi, seperti tingkah laku,persepsi, dan

lain-lain yang dilakukan dengan holistic cara mengdeskripsikan dalam bentuk kata-

kata bahasa yang ilmiah dengan cara menggunakan metode ilmiah. Penulis

menngunakan metode penelitian kualitatif karena objek kajian yang penulis teliti

20
Lexy J. Moleong,2010.metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.

24
merupakan fenomena sosial dan membutuhkan kajian mendalam dan bersifat

deskriptif.

Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell,J. penelitian kualitatif ini tidak

dapat diukur dengan alat pengukuran atau dengan secara metematis, tetapi

menggunakan fenomena- fenomena yang terjadi dalam kehiduan masyarakat itu

sendiri, dalam sejarah, lingkungan.21

Bogdan dan Biklen, S. menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan data deskriftif dengan cara wawancara prilaku dan

orang-orang yang diamati. 22

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian dikenal dengan informan.

Informan adalah orang-orang yang dapat memberi informasi atau data terkait dengan

masalah yang akan dikaji atau diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah pengurus

dan kader Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara,diantaranya adalah :

1. Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

2. Ketua Timses Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

21
Cresswell, J. 1998,Rescarch Desig:Qualitative& Quantitative Approaches. Thousand Oaks,CA: Sage
Publications.
22
Bogdan, R.& Biklen,S. 1992. Qualitative&Research for Eduucation. Boatom, MA:Allyn and Bacon.

25
3. Anggota DPRK Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara

4. Pengamat Politik

5. Tokoh Masyarakat

3.4 Sumber Data

Sumber data adalah data yang dapat memberikan informasi, berdasarkan

sumbernya, sumber data dapat dibagai menjadi dua yaitu:

1. Data primer yaitu peneliti membuat data yang diperoleh dari hasil lapangan

melalui hasil waancara yang sudah di tentukan. Setelah dilalukan wawancara

maka penulis akan menyususn pembasaan secara berurutan.

2. Data sekunder yaitu data-data penunjang dalampenelitian ini,yaitu yang

bersumber dari buku- bukuatau tulisan seperti: website, undang-undang,

jurnal maupun artikel-artikel yang berhubungan dengan penulis23

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperjelas data dan informasi yang

diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data.

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. Ke 8, h.

137.

26
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan

keterangan - keterangan secara lisan dari informan untuk mendapatkan data yang

tidak tertulis dari pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini.. 24

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui

wawancara secara mendalam, karena mengingat penelitian ini merupakan metode

penelitian kualitatif yang membutuhkan wawancara secara mendalam sehingga

memperoleh pemahaman secara komprehensif dan penulis berusaha

mengembangkan topik wawancara sesuai dengan kebutuhan data dari arah

wawancara

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data kepustakaan diperoleh

dari berbagai sumber dan dengan mengumpulkan data dari dokumen-dokumen,

buku, jurnal, makalah, Koran, artikel, dan internet yang ada kaitannya dengan

masalah yang diteliti, juga hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini.

3. Dokumentasi

24
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta, hal 68.

27
Teknik ini untuk mendapatkan data sekunder sebagai pelengkap data primer

dengan mengumpulkan data dari dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan

dengan Analisis Penyebab Menurunnya Kursi Partai Lokal di DPRK Aceh Utara

Pada Pemilu Tahun 2019.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis lakukan terhadap data yang diperoleh yaitu

bersifat deskriptif, yaitu menganalisa data sesuai dengan kandungan isinya yang

berisi informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk

dapat memperoleh gambaran atau suatu kesimpulan atas fakta yang diamati, juga

bersifat deduktif yaitu suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan teori yang

sebenarnya telah diterima secara umum sebagai dasar kebenaran dan keadilan, yang

diambil suatu kesimpulan terhadap fakta yang diamati.25

1. Pengumpulan adalah usaha yang dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan

data-data yang dianggap relevan dengan judul dalam penelitian ini

membentuk dokumen.

2. Mereduksi data, untuk menyederhanakan abstrak, informasi dan transformasi

data yang ditemui hasil survey dilapangan. Data yang diperoleh dilapangan

25
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 155 – 156.

28
memerlukan menulis dengan berurutan gunanya untuk merangkum semua

hasil-hasil yang penting.

3. Verifikasi data (penafsiran ulang) dan kesimpulan, adalah dilakukan

berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai

dengan hakikat penelitian kualitatif, penerikan kesimpulan ini dilakukan

secara bertahap. Pertama, dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan

verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada.

Kemudian, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan

dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan

meminta pertimbangan dari sumber-sumber lain, dan melalukan perbandingan

dengan satu data dengan data yang lain. Sehingga peneliti bisa membuat

kesimpulannya

3.7 Jadwal Penelitian

Aktivitas penelitian yang dimulai dari bulan Februari 2020 , jadwal penelitian

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Jadwal Penelitian
Table 3.1

No Tahapan Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tahun 2020

Feb Mar Apr Mei Juni July

1 Pembuatan Proposal

2 Bimbingan Proposal

3 Seminar Proposal

29
4 Perbaiki Hasil Seminar

5 Penelitian Lapangan

6 Bimbingan Skripsi

7 Sidang

8 Perbaiki Hasil Sidang

9 Distribusi

Keterangan :

Sedang Dilaksanakan

Belum dilaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali Moertopo. (1974). Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.


Ahmad Farhan Hamid, (2006). Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil
Rakyat Aceh Jakarta: Penerbit Suara Bebas.

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, (2005), Metode Penelitian kualitatif
:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan, (2008), Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group
Prihatmoko,(2003),Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema),
Semarang, LP3M Universitas Wahid Hasyim
Maurince Duverger,(2004),Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan,
Yogyakarta : Bina Aksara

30
Ali Safa’at Muchamad, (2011), Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan
praktik Pembubaran Partai Politik dalam pergulatan Republik. Jakarta.
Rajawali pers.
Miriam Budiardjo, (2008), dasar-dasar ilmu politik.Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
Lexy J. Moleong,(2010).metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja
Rosdakarya.

Ramlan Surbakti,(2006), Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia


Sigit Pamungkas,(2012), Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogyakarta:
IDW
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta
Lahey, B. B. (2007). Psychology: An introduction (9th ed.). New York: The
McGraw-Hill Companies.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta :PT Grasindo.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
(2009), Cet. Ke 8, h. 137.

SKRIPSI DAN JURNAL


Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan
Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun
2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai
Politik Islam Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang
Bawang. Lampung
M. Fachri Adnan (2002), yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perolehan Suara Partai Politik PPP Pada Pemilihan
Umum",Jurnal.Universitas Negeri Padang
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p
Menurut Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal
JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111

31
UNDANG – UNDANG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai
Politik Lokal Di Aceh.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 11 Tahun 2006. Tentang. Pemerintahan
Aceh
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai
Politik Lokal Di Aceh.
INTERNET
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh
dinilai-kurang-pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 20
Januari 2020

https://leuserantara.com/opini-penyebab-kekalahan-pa. diakses tanggal 21 Januari


2020
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/tujuan-partai-politik-lokal-di-aceh/
diakses tanggal 24 Februari 2020

32

Anda mungkin juga menyukai