PENDAHULUAN
penting untuk menjaga tatanan dalam dunia politik dan pemerintah Negara tersebut.
Partai politik menjadi instrumen terpenting agar kepentingan rakyat dengan penguasa
diharapkan dapat menampung aspirasi rakyat, dengan segala harapan, keluh kesah
dan kritikan kepada pemerintah. Partai politik juga tempat salah satu bentuk untuk
penting lainnya dari partai politik yaitu sebagai proses keputusan negara, yang
Dalam sejarahnya, Partai politik tidak bisa dipisahkan dari pemilu (pemilihan
umum), pemilu merupakan ajang bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan
bertarung, kader-kader ini di didik dan diberikan strategi yang mempunyai untuk
menjadi tidak dapat mencapai tujuannya sesuai dengan targetnya, justru sering
1
menimbulkan kekacauan (chaos). Pada masa Reformasi partai politik dimulai masa
Orde Baru dengan melakukan fungsi dari partai menjadi beberapa partai dan
Politik di Aceh menjadikan warna baru dalam pemilu. Hal ini didapatkan dari sejarah
panjang pergolakan pemerintah dengan rakyat Aceh, sehingga pada tahun 2005
dilakukan sebuah kesepakatan damai antara kedua belah pihak, dan kembali
Aceh berharap inspirasi mereka didengarkan dan tersalurkan denga adanya Partai
Aceh (UUPA) Nomor 11 tahun 2006, yang didalam UUPA pasal 75 sampai 95
membahas peraturan serta peranan Partai politik lokal diAceh. Untuk Memperkuat
aturan tersebut muncullah sebuah peraturan pemerintah Nomor 20 tahun 2007 tentang
Partai Politik Lokal di Aceh. Pada pemilu tahun 2019 ada empat Partai lokal Aceh
yang mengikuti pemilu, yaitu Partai Aceh (PA), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai
Nanggroe Aceh (PNA), dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA).2
1
Ahmad Farhan Hamid, Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh
(Jakarta: Penerbit Suara Bebas, 2006), hal 8
2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai Politik Lokal Di
Aceh.
2
Partai politik lokal di Aceh, Partai Aceh adalah salah satu partai politik lokal
terbesar. Partai Aceh menjadi harapan besar masyarakat Aceh pasca konflik
berkepanjangan di Aceh, Partai Aceh diharapkan menjadi arah baru dan harapan baru
meningkat dan pendidikan yang layak, sehingga hampir manyoritas masyarakat Aceh
Namun dalam perjalannya, Partai yang mayoritas dihuni eks GAM ini
mengalami kemerosotan, dimulai dari tahun 2009 mereka mendapatkan 33 kursi dari
total 69 Kursi DPRA, kemudian turun pada pemilu tahun 2014, Partai Aceh
mendapatkan 29 kursi dari 81 kursi DPRA, dan pada pemilu tahun 2019, Partai Yang
Begitu juga dengan perolehan suara Partai Aceh yang mengalami penurunan
dukungan pemilihan DPRA di wilayah Aceh Utara (Dapil V), dimana pada pemilu
tahun 2009 dan tahun 2014 suara Partai Aceh untuk pemilihan DPRA diAceh Utara
berhasil mendapat 7 Kursi DPRA, namun pada pemilu tahun 2019, kursi DPRA
Partai Aceh turun drastis yaitu hanya mendapat 4 kursi saja. Penurunan suara Partai
Aceh sudah banyak di prediksikan oleh para politikus serta pengamat politik. Banyak
faktor-faktor yang terjadi menurunnya suara Partai Aceh pada Pemilu 2019. Pertama,
kekuatan mesin Partai Aceh tidak lagi sekuat seperti pada Pemilu 2014. Kedua, Partai
3
(PNA),Ketiga, masyarakat menilai cara kerja kader PA yang menduduki di parlemen
Sama halnya dengan DPRA, kursi DPRK Partai Aceh di Aceh Utara juga
mengalami penurunan dukungan yang sangat drastis, dari tahun 2009 hingga 2019
kursi DPRK Partai Aceh selalu berkurang setidaknya hingga 5 kursi atau lebih,
bahkan pada pemilu 2019 kursi DPRK berkurang hingga 12 Kursi,seperti yang
Tabel 1.1
PEROLEHAN JUMLAH KURSI PARTAI ACEH UNTUK DPRK
KABUPATEN ACEH UTARA
PADA PEMILU 2009 s/d 2019
NO TAHUN PEROLEHAN
bahwa terjadi penurunan jumlah kursi DPRK untuk Partai Aceh, hal ini yang
kemudian menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat termasuk praktisi,
akademisi maupun pengamat politik. Ini yang menyebabkan turunnya suara Partai
Aceh. Kursi Partai Aceh pada Pemilu 2017 di 12 kabupaten/kota juga mengalami
kekalahan, yang terdiri dari: Banda Aceh, Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh
4
Tengah,bireuen, Pidie, Bener Meriah, Gayo Luwes, Subussalam, Singkil, Aceh
Merosotnya suara Partai Aceh dikarenakan kader yang mereka usung baik
Partai Aceh yang berpengaruh berafiliasi kepada Partai Nasional yang menawarkan
jabatan atau karir politik yang lebih tnggi lagi. Hal ini terlihat dari suara Partai Aceh
terus menerus dikuasai oleh Parnas (Partai Nasional) mesin Partai dimanfaatkan oleh
calon legislatif/kandidat DPR RI Aceh II, semisal, pada pemilu tahun 2019,
Firmandez dan Marzuki Daud yang maju ke Nasional melalui Partai Golkar.
Walaupun pelibatan mereka bukan hanya keputusan resmi dari partai tetapi ada
beberapa petinggi dari Partai Aceh. Beberapa kader handal Partai Aceh masuk ke
Partai Nasional dan fokus disana, dimana basis konstituennya terambil oleh parnas.
Terlihat dari cara politiknya Partai Aceh dengan Partai Gerindra, akibat dari afiliasi
ini kemudian kurangnya dukungan masyarakat Aceh terhadap Partai Aceh itu sendiri.
Hal ini disebabkan masyarakat korban konflik di Aceh masih belum bisa menerima
Analisis masyarakat Aceh terkait turunnya suara Partai Lokal tertua di Aceh
dan pada pemilu tahun 2019 dikarenakan masyarakat memberi peluang untuk Partai
Aceh maju dalam dua kali pemilu 2009 dan 2014. Faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat mendukung Partai Aceh waktu itu, diantaranya adalah karena mayoritas
4
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 01 Maret 2020
5
kader atau hampir keseluruhan kader Partai Aceh adalah Eks Kombatan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM), sehingga banyak masyarakat yang yakin masih ada nilai-nilai
perjuangan yang melekat pada diri kader Partai Aceh, selain itu masyarakat dihantui
ketakutan, jika Partai Aceh (PA) kalah maka Aceh akan bergolak, sehingga
masyarakat Aceh mulai kembali memberikan kesempatan kepada kader Partai Aceh.
Sebagai partai yang lahir dari ruh perjuangan, tentunya keadaan seperti ini
tidak bisa dibiarkan terlalu lama oleh Partai Aceh, sehingga Partai Aceh harus segera
melakukan perubahan baik secara strategi partai maupun strategi elit partai, langkah
yang baru dan modern wajib dilakukan kalau tidak ingin partai akan kolaps pada
pemilu tahun 2024. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melakukan penelitian
peneliti adalah :
6
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya kursi Partai Aceh di
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka fokus kajian penelitian ini adalah:
Aceh Utara.
ini adalah:
kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten Aceh Utara pada pemilu tahun 2019
7
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara lain:
2. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi para peneliti lain
yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai partai politik lokal.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdahulu peneliti lakukan sebagai perbandingan atau sebagai untuk tidak mengulangi
Pertama, skripsi karya Heri Yunita (2018)5, yang berjudul " Penurunan
Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam Pemilihan Umum Legislatif DPRD
Dikota Bekasi Tahun 2014 ", menyimpulkan bahwa Strategi yang digunakan oleh
Partai keadilan sejahtera kurang efektif sehingga belum mampu menaikan suara pada
dua periode pemilu yaitu tahun 2009 dan 2014. Partai Keadilan Sejahtera gagal
Adam Nursal yang menerapkan beberapa metode 9P. Heri Yunita ia menemukan
bahwa strategi yang dilakukan oleh PKS yaitu lebih berhasil digunakan untuk
strategi dirrect selling. Daripada menggunakan strategi media massa. Penulis juga
melihat apa saja faktor yang menyebabkan turunnya suara PKS lebih banyak
5
Heri Yunita (2018), yang berjudul " Penurunan Jumlah Suara Partai Keadilan Sejahtera Dalam
Pemilihan Umum Legislatif DPRD Dikota Bekasi Tahun 2014 "Skripsi, Universitas Uin Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
6
9
Relevansi penelitian Heri Yunita dengan penulis adalah sama-sama mengkaji
terkait dengan penyebab menurunnya suara partai politik dalam pemilu baik secara
strategi partai maupun strategi elit partai, metode penelitian yang digunakan juga
mendalam dengan objek penelitian. letak perbedaannya adalah pada teori yang
digunakan oleh Heri Yunita adalah teori Adam Nursal, sedangkan teori yang penulis
Kedua, jurnal karya Triono (2015),7 yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab
Menurunnya Suara Partai Politik Islam Pada Pemilu 2014", menyimpulkan bahwa
beberapa faktor yang membuat suara parpol berbasis massa Islam terus turun sejak
Pemilu 1999 adalah: Pertama, partai Islam tidak mampu mengoptimalkan nilai di
tengah pasar pemilih, kecenderungan saat ini partai politik berbasis massa Islam
dinilai gagal dalam memfungsikan diri di tengah konstituen. Kedua, partai Islam
tidak berhasil mengelola harapan publik. Ego sektoral yang diperlihatkan partai
politik berbasis massa Islam membuat keengganan untuk saling memulai komunikasi
kekuatan riil. Ketiga, makin kentalnya fenomena "Islam Yes, Partai Islam No" dapat
dikatakan mayoritas Islam di Indonesia tidak ingin jika partai dengan aroma Islam
menjadi mayoritas.
7
Triono (2015), yang berjudul " Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Suara Partai Politik Islam
Pada Pemilu 2014",Jurnal. Universitas Megou Pak Tulang Bawang. Lampung
10
Relevansi penelitian karya Triono dengan penulis adalah sama-sama mengkaji
faktor penyebab turunnya dukungan suara partai politik baik secara strategi partai
politik maupun strategi elit partai. Sedangkan letak perbedaan adalah pada lokasi
yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal DiAceh (Suatu Kajian Terhadap
Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009", menyimpulkan bahwa faktor yang
menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat Aceh terhadap PDA, dalam hal ini
masyarakat dan terobosan baru agar PDA dapat menimbulkan rasa percaya
sebagai Partai Politik lokal adalah membangun komitmen dalam mengawal proses
mengalami banyak kecolongan suara, jika tanpa kecurangan seharusnya PDA banyak
penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang Partai politik lokal di Aceh,
8
Feisal Akbar, Dr. Mujibussalim, SH,.M,Hum (2017), yang berjudul " Eksistensi Partai Politik Lokal
DiAceh (Suatu Kajian Terhadap Partai Daulat Aceh pada Tahun 2009)",Jurnal. Universitas Syiah
Kuala
11
mendongkrak suara partai. Sedangkan letak perbedaannya adalah, pada jurnal Feisal
Akbar dan Dr. Mujibussalim mengkaji eksistensi partai politik lokal yaitu PDA,
penting dalam penelitian karena didalam landasan teori akan dibahas teori-teori yang
membahas permasalahan yang akan diteliti. Maka harus digunakan landasan teori,
secara umum landasan teori memiliki tiga fungsi, yaitu :pertama, menjelaskan
akan terjadi.9 Sementara itu dalam penelitian kualitatif teori berfungsi untuk
temuan.
politik yang menjadi instrument demokrasi, organisasi tersebut adalah Partai politik.
Sistem Partai politik modern telah menetapkan bahwa Partai Politik sebagai pondasi
9
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian kualitatif :Teori dan Aplikasi,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.12.
12
utama untuk penyangga demokrasi. Artinya, dimana ada demokrasi maka Partai
Politik pun maju, sudah selayaknya partai politik diperlukan peraturan perundang-
menjamin Partai Politik yang jujur,bersaing dengan sehat. Dengan adanya konflik
tidak membuat parati politik pecah, tapi membentuk dan mencipkan antar partai
Partai politik sangat berpengaruh dalam suatu Negara demokrasi, begitu juga
dengan demokrasi terhadap Partai Politik. Negara dijalankan sesuai dengan paratran
yang ada, dan untuk mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, syarat utama
memiliki keinginanan, cita-cita dengan tujuan yang sama. Tujuan mereka hanya ingin
10
Maurince Duverger,2004,Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan, Yogyakarta : Bina
Aksara, hal 2
11
Ali Safa’at Muchamad, 2011, Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan praktik Pembubaran
Partai Politik dalam pergulatan Republik. Rajawali pers.Hal 4-5
12
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-dasar ilmu politik halaman 160-161
13
Menurut Ramlan Surbakti, Tiga teori asal usul partai politik, Teori kelembagaan.
Partai politik dibentuk oleh eksekutif dan legislative untuk kebutuhan para anggota
demokrasinya. Lebih lanjut menurut Pamungkas, pertama, Negara akan dikuasai oleh
rezim-rezim dinasti tradisional. Kedua, Negara yang dikuasai oleh rezim militer .
militer yang akan menjadi penguasa karena mereka entitas yang solid dan tertata
dengan baik. Partai politik adalah sekelompok organisasi yang memiliki visi misi
sekelompok organisasi yang dibentuk oleh warga Negara Indonesia yang tinggal di
ketentuan Pasal 1 angka 14 UUPA menunjukkan partai politik lokal ada tata hukum
Indonesia hanya ada di Provinsi Aceh. Sementara di luar provinsi ini tidak ada partai
13
Ramlan Surbakti,2006, Memahami Ilmu Politik,Jakarta: PT Gramedia, hal 36
14
Sigit Pamungkas,2012, Partai Politik,Teori dan Praktek di Indonesia, Yogyakarta: IDW, hal 4
14
politik lokal. Setelah disahkan UUPA banyak daerah di Indonesia berkeinginan untuk
Saat ini hanya Provinsi Aceh sajalah yang baru memiliki partai politik lokal.
walikota.
Pembentukan Partai Politik lokal sendiri diatur dalam Pasal 75 dan Pasal 76
Indonesia yang telah mencukupi umur yaitu 21 tahun dan telah menetap di
3. Partai politik lokal dibentuk dengan akte notaris yang memuat anggaran dasar
15
5. Kepengurusan partai politik lokal wajib mengawasi keterwakilan perempuan
6. Partai politik lokal memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak
mempunyai persamaan.
8. Untuk dapat didaftarkan dan disahkan sebagai badan hukum, partai politik
persen) di kabupaten/kota dan 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
Tujuan Partai Politik lokal dalam Pasal 78 UUPA terdiri atas beberapa
1945.
16
3. Mensejahterakan Masyarakat Aceh
4. Sementara itu tujuan khusus Partai Politik lokal dimaksud dalam Pasal 78
Pemilihan umum adalah proses untuk memilih dan memberi suara untuk
mengisi jabatan siapa yang akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini
oleh rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sebagaimana azaz yang ada didalam
pembukaan UUD 1945. Pemilu adalah lembaga demokrasi yang memilih anggota -
pemerintahan Negara.
16
Ali Moertopo. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.
17
Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan,yaitu :
a) Langsung
b) Umum
Umum, pemilihan umum dilakukan untuk seluruh warga Negara yang telah
c) Bebas
Bebas, warga Negara yang memilih bebas siapa saja yang akan dipilih untuk
membawa aspirasinya.
d) Rahasia
Rahasia, pemilih memberikan hak suaranya tanpa diketahui oleh orang lain,
e) Jujur
Jujur, semua yang berpartisipasi dalam pemilu harus bersikap jujur sesuai
f) Adil
Adil, setiap pemilih memiliki hak dan perlakuan yang sama, tidak
18
Selain azas-azas yang tersebut diatas, pemilu juga memiliki tujuan dan
b. Pemilu untuk tidak mebuat konflik terjadi agar masyarakat adil dalam
kesah masyarakat.
dalam pemilihan.
Fungsi pemilu menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil alat demokrasi yang
digunakan untuk :
dalam konteks politik, marketing sebagai alat atau metode untuk memfasilitasi Partai
17
Prihatmoko,2003,Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema), Semarang, Hal
19
19
pemimpin dan program kerja partai kepada masyarakat atau kontestan. 18 Dalam
1. Produk (product) berarti partai, produk ini berisi dengan konsep identitas
membantu cara berkampanye dalam partai politi Marketing Politik ini sangat penting
memiliki persamaan pada tema pemasaran politik yang hendak dilakukan oleh
kandidat atau tim kampanye dalam arena pemilihan umum. Perbedaan yang kentara
antara kedua teori adalah teori Niffenneger lebih rinci dalam membahas strategi
pemasaran politik yang mencakup produk yaitu kontestan itu sendiri, kampanye,
18
Firmanzah,2007, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Hal 102
20
biaya yang harus dikeluarkan serta lokasi dimana kandidat akan menargetkan suara
pemilih.
kadidatnya masing-masing.
bermasyarakat.19
Hasil dari uraian pada landasan teori, maka pada landasan konseptual yang
peneliti bentuk adalah terkait dengan analisis penyebab menurunnya kursi Partai lokal
di Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada pemilu tahun
19
Sutrisno, Neneng, Y.Y. & Leo, A. (2018). Komparasi Teori Marketing Politik 4p Menurut
Niffenegger dan 3p Menurut Adman Nursal. Dalam jurnal JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Sosial Politik UMA , 6 (2): 106-111
21
marketing dalam konteks politik, marketing dilihat sebagai seperangkat metode yang
dapat memfasilitasi (individu atau partai politik) dalam memasarkan insiatif politik,
gagasan politik, isu politik, ideologi, partai, karakteristik pemimpin dan program
politik agar diterima dan dapat memenangkan pemilu. Landasan konseptual tidak
bertujuan untuk menguji teori sebelumnya, namun lebih kepada kerangka pemikiran
penulis dalam mempermudah dan memberi penegasan terhadap fokus penelitian yang
dilakukan.
GAMBAR 2.1
Pada Pemilu Tahun 2019. pertama di Aceh ini menjadi merosot, menjadi
22
pertanyaan besar apakah ada permasalahan baik
dari segi strategi partai maupun strategi elit partai.
Rumusan Masalah
1.Bagaimana Analisis penyebabkan menurunnya
Harapan kursi Partai Aceh di DPRK Aceh Utara pada
pemilu tahun 2019 ?
1. Marketing politik Partai Aceh pada
2.Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan
pemilu tahun 2019 harus menjadi tolak ukur
menurunnya kursi Partai Aceh di DPRK Kabupaten
dan diperbaiki bahwa menurunnya suara
Aceh Utara pada pemilu tahun 2019?
partai aceh diakibatkan marketing politik
yang kurang berjalan dengan baik. Semoga
dipemilu yang akan datang Partai Aceh bisa
menjadi prioritas kembali.
faktor baru agar suara Partai Aceh pada Teori Partai Politik Lokal
pemilu berikutnya dapat ditingkatkan, agar
Teori Pemilihan Umum
memperoleh kemenangan dan kembali
memperoleh BAB dukungan
III mayoritas Teori Marketing Politik
masyarakat Aceh. METODE PENELITIAN
BAB III
3. 1 Lokasi Penelitian
23
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah kadidat Partai
Aceh dalam pemilu Legislatif tahun 2019 di kabupaten Aceh utara. Kekalahan
kadidat Partai Aceh dalam pemilu Legislatif 2019 di Kabupaten Aceh Utara menarik
untuk dikaji secara mendalam. Hal ini karena calon-calon yang diusung oleh Partai
Aceh memiliki peluang besar untuk menang dalam pemilu Legislatif tersebut.
Dengan demikian penulis ingin mengkaji secara mendalam faktor-faktor apa yang
menyebabkan Partai Aceh kalah dalam pemilu Legislatif Kabupateh Aceh Utara
tahun 2019.
tipe deskriftif analisa dalam menganalisis data karena semua dalam penulisan ini
mengandung fakta dan keterangan yang jelas, tidak bisa diukur dengan angka hanya
peneliti harus memahami fenomena yang terjadi dan fenomena yang sering kita lihat
lain-lain yang dilakukan dengan holistic cara mengdeskripsikan dalam bentuk kata-
kata bahasa yang ilmiah dengan cara menggunakan metode ilmiah. Penulis
menngunakan metode penelitian kualitatif karena objek kajian yang penulis teliti
20
Lexy J. Moleong,2010.metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya.
24
merupakan fenomena sosial dan membutuhkan kajian mendalam dan bersifat
deskriptif.
Menurut Strauss dan Corbin dalam Cresswell,J. penelitian kualitatif ini tidak
dapat diukur dengan alat pengukuran atau dengan secara metematis, tetapi
penelitian yang menghasilkan data deskriftif dengan cara wawancara prilaku dan
Informan adalah orang-orang yang dapat memberi informasi atau data terkait dengan
masalah yang akan dikaji atau diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah pengurus
21
Cresswell, J. 1998,Rescarch Desig:Qualitative& Quantitative Approaches. Thousand Oaks,CA: Sage
Publications.
22
Bogdan, R.& Biklen,S. 1992. Qualitative&Research for Eduucation. Boatom, MA:Allyn and Bacon.
25
3. Anggota DPRK Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara
4. Pengamat Politik
5. Tokoh Masyarakat
1. Data primer yaitu peneliti membuat data yang diperoleh dari hasil lapangan
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, Cet. Ke 8, h.
137.
26
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Wawancara
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan
keterangan - keterangan secara lisan dari informan untuk mendapatkan data yang
wawancara
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data kepustakaan diperoleh
buku, jurnal, makalah, Koran, artikel, dan internet yang ada kaitannya dengan
masalah yang diteliti, juga hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3. Dokumentasi
24
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D, Jakarta: Alfabeta, hal 68.
27
Teknik ini untuk mendapatkan data sekunder sebagai pelengkap data primer
dengan Analisis Penyebab Menurunnya Kursi Partai Lokal di DPRK Aceh Utara
Teknik analisis data yang penulis lakukan terhadap data yang diperoleh yaitu
bersifat deskriptif, yaitu menganalisa data sesuai dengan kandungan isinya yang
berisi informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya. Terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk
dapat memperoleh gambaran atau suatu kesimpulan atas fakta yang diamati, juga
bersifat deduktif yaitu suatu proses pengambilan keputusan berdasarkan teori yang
sebenarnya telah diterima secara umum sebagai dasar kebenaran dan keadilan, yang
membentuk dokumen.
data yang ditemui hasil survey dilapangan. Data yang diperoleh dilapangan
25
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 155 – 156.
28
memerlukan menulis dengan berurutan gunanya untuk merangkum semua
verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada.
dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan
dengan satu data dengan data yang lain. Sehingga peneliti bisa membuat
kesimpulannya
Aktivitas penelitian yang dimulai dari bulan Februari 2020 , jadwal penelitian
Jadwal Penelitian
Table 3.1
1 Pembuatan Proposal
2 Bimbingan Proposal
3 Seminar Proposal
29
4 Perbaiki Hasil Seminar
5 Penelitian Lapangan
6 Bimbingan Skripsi
7 Sidang
9 Distribusi
Keterangan :
Sedang Dilaksanakan
Belum dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, (2005), Metode Penelitian kualitatif
:Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, Burhan, (2008), Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group
Prihatmoko,(2003),Pemilihan Kepala Daerah Langsung ( Filosofi,Sistem,Problema),
Semarang, LP3M Universitas Wahid Hasyim
Maurince Duverger,(2004),Partai Politik dan Kelompok-kelompok Penekan,
Yogyakarta : Bina Aksara
30
Ali Safa’at Muchamad, (2011), Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan
praktik Pembubaran Partai Politik dalam pergulatan Republik. Jakarta.
Rajawali pers.
Miriam Budiardjo, (2008), dasar-dasar ilmu politik.Jakarta. PT.Gramedia Pustaka
Utama
Lexy J. Moleong,(2010).metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja
Rosdakarya.
31
UNDANG – UNDANG
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Partai
Politik Lokal Di Aceh.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 11 Tahun 2006. Tentang. Pemerintahan
Aceh
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2007. Tentang. Partai
Politik Lokal Di Aceh.
INTERNET
https://news.detik.com/berita/d-4551885/perolehan-kursi-turun-caleg-partai-aceh
dinilai-kurang-pengaruh diaksestanggal 22 Januari 2020
https://kumparan.com/acehkini/senjakala-partai-aceh-1r3QAivcmgb diakses tanggal 20
Januari 2020
32