Anda di halaman 1dari 24

h M ah

lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah


lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK


(STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN PROVINSI (DPP) PARTAI
KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA (PKP INDONESIA)
ACEH)

INSTITUTION OF POLITICAL PARTIES (CASE STUDY OF THE


PROVINCIAL BOARD OF MANAGEMENT (DPP) THE PARTY OF THE
INDONESIAN JUSTICE AND UNITY (PKP INDONESIA) ACEH)

Mardaya, Ubaidullah, M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A

Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK, Pelembagaan partai politik memberi pengaruh besar


terhadap kemenangan suatu partai politik. Ketika pelembagaan suatu
partai kurang baik maka akan memberi pengaruh terhadap perolehan
suaranya. PKPI merupakan partai yang sudah lama berdiri di Indonesia
dan selalu ikut serta dalam pemilu di Indonesia, tetapi perolehan
suaranya selalu mengalami penurunan dari waktu ke waktu baik di pusat
maupun di provinsi khususnya di Provinsi Aceh. Selama pemilu di Aceh
dari pemilu 1999 sampai pemilu 2019 DPP PKPI Aceh tidak pernah
memperoleh kursi di DPRA lebih dari satu kursi. Sedangkan partai ini
sudah lima kali ikut serta dalam pemilu di Aceh. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi pelembagaan partai politik DPP PKPI
Aceh dalam menghadapi pemilu di Aceh dan untuk mengetahui pola
rekrutmen calon anggota DPRA DPP PKPI Aceh sudah menggambarkan
tingkat pelembagaan partai politik yang tinnggi atau rendah. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Teknik
analisis data penelitian pada lapangan, data primer yang langsung
didapatkan dari wawancara di lokasi penelitian atau objek penelitian.
Sedangkan untuk memperoleh data sekunder melalui penafsiran terhadap
buku-buku, jurnal, berita dan bacaan-bacaan yang terkait dengan 1

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

masalah. Hasil penelitian menunjukkan DPP PKPI Aceh dalam


menghadapi pemilu di Aceh adanya keterlambatan lolos menjadi peserta
pemilu 2014 dan 2019, terjadinya kisruh dalam tubuh PKPI, DPP PKPI
Aceh hanya hadir ditengah masyarakat pada saat pemilu, dan DPP PKPI
Aceh merupakan partai kader minim. Pola rekrutmen DPP PKPI Aceh
tidak dijalankan sesuai AD/ART PKPI. DPP PKPI Aceh juga merekrut
orang-orang di luar partaiuntuk di calonkan menjadi anggota DPRA. DPP
PKPI Aceh belum memiliki tingkat pelembagaan partai politik yang tinggi
dikarena adanya kisruh dalam tubuh PKPI yang berkepanjangan dari
2016 sampai sekarang. Kurangnya eksistensi identitas DPP PKPI Aceh
dikalangan masyarakat Banda Aceh, disebabkan DPP PKPI Aceh kurang
melibatkan masyarakat secara umum dalam agendanya yang
diselenggarakan. DPP PKPI Aceh tidak memiliki hubungan dengan aktor
luar dalam pembuatan kebijakan. Hal ini dikarena DPP PKPI Aceh kader
yang duduk di pemerintahan Aceh sangat minim. Dimana DPP PKPI
Aceh sudah mengikuti pemilu liam kali pemilu di Aceh dan sudah
berumur 20 tahun 7 bulan, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap
pengetahuan masyarakat Banda Aceh terhadap identitas partai seperti
logo, toko DPP PKPI Aceh, dan lain-lain. DPP PKPI Aceh juga belum
menggambarkan pola rekrutmen calon anggota DPRA yang tinggi sesuai
dengan pelembagaan partai politik. Disebabkan DPP PKPI Aceh tidak
menjalankan sesuai AD/ART dan merekrut orang-orang diluar partai.

Kata Kunci : DPP PKPI Aceh, pelembagaan partai politik, pola rekrutmen.

ABSTRACT, The political party's institutionalization has a major


influence on the victory of a political party. When the institutionalization of a
party is poor it will influence the acquisition of the vote. PKPI is a long-
established party in Indonesia and always participated in the elections in
Indonesia, but the acquisition of his voice has always decreased from time to time
both in the central and in the province especially in the province of Aceh. During
the election in Aceh from the 1999 election to the election of 2019 DPP PKPI
Aceh never had a seat in DPRA more than one seat. While the party has five
participated in the elections in Aceh. The purpose of this research is to identify
the constitutional of the political party of DPP PKPI Aceh in the face of the 2

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

elections in Aceh and to know the pattern of recruitment candidate DPRA DPP
PKPI Aceh already described the level of constitutional political party Tinnggi or
Low. This research uses qualitative methods with a discrete approach. Technical
analysis of research data on the field, primary data is directly obtained from
interviews at the research site or research object. As for obtaining secondary data
through interpretation of books, journals, news and readings related to the
problem. The results showed DPP PKPI Aceh in the face of elections in Aceh is a
delay to qualify to the election participants 2014 and 2019, the occurrence of
controversies in the body PKPI, DPP PKPI Aceh only present in the midst of
society at the time of elections, and DPP PKPI Aceh is a minimal cadre party. The
recruitment pattern of DPP PKPI Aceh is not executed according to the AD/ART
PKPI. DPP PKPI Aceh also recruited people outside the party to be nominated as
a member of DPRA. DPP PKPI Aceh has not had a high level of constitutional
political parties due to the existence of the company in the body of PKPI prolonged
from 2016 until now. Lack of existence of identity DPP PKPI Aceh among the
people of Banda Aceh, because DPP PKPI Aceh less involve the public in general
in the agenda held. DPP PKPI Aceh has no relationship with outside actors in
policy making. This was because DPP PKPI Aceh cadres who sit in the Aceh
government is very minimal. Where DPP PKPI Aceh has followed the election of
Liam election in Aceh and is 20 years 7 months, but this does not affect the
knowledge of the community of Banda Aceh to party identity such as logos, stores
DPP PKPI Aceh, and others. DPP PKPI Aceh also has not yet described the
recruitment pattern of prospective DPRA members in accordance with the
institutionalization of political parties. Because DPP PKPI Aceh does not run
according to AD/ART and recruit people outside the party.

Keywords: DPP PKPI Aceh, the institutionalization of political parties,


recruitment pattern

PENDAHULUAN
Partai politik menjadi gerbang utama dalam mewujudkan negara
ke arah yang lebih demokratis, karena warga negaranya dapat
berpartisipasi langsung dalam mengelola kehidupan berbangsa dan
3

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

bernegara, serta memperjuangkan kepentingan rakyatnya demi


terciptanya sebuah negara yang sejahtera dengan cara menumbuhkan
orientasi-orientasi politik kepada masyarakat. Hal tersebut merupakan
suatu proses pemahaman dan pembelajaran tentang hak, kewajiban dan
tanggung jawab bagi setiap warga negara khususnya negara Indonesia,
dimana partai politik merupakan suatu organisasi politik yang memiliki
ideologi tertentu dan di bentuk dengan tujuan khusus. Dapat di artikan,
bahwa partai politik merupakan sekumpulan orang di dalam organisasi
politik yang sama dan memiliki asas, tujuan, dan visi-misi yang sama
untuk mencapai kepentingan bersama. Partai politik memiliki peran yang
sangat penting dalam sistem politik Indonesia karena menjadi poros
penting dalam proses demokrasi (Miriam, 2008).
Perubahan sistem politik yang terjadi di Indonesia juga selalu
mengalami perubahan hingga dibutuhkan sistem pelembagaan partai
politik yang baik agar suatu partai politik tetap mampu berkompetisi.
Partai politik harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di masyarakat, agar dapat bertahan dan meraih dukungan ataupun
simpati yang besar dari masyarakat (Romli, 2008).
Pada saat ini partai politik dihadapkan dengan berbagai
permasalahan seperti pelembagaan partai politik yang kurang baik,
karena partai politik tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi di masyarakat misalnya seperti, ambang batas parlemen yang
dibuat oleh KPU, dimana partai harus mampu memperoleh suara
sebanyak 3,50 persen agar dapat memperoleh kursi, tentu hal ini sangat
memberatkan bagi suatu partai yang belum memiliki posisi yang kuat.
Sehingga pelembagaan partai politik sangat menentukan dalam kemajuan
dari partai itu sendiri. Dalam pelembagaan partai politik juga mengatur
tentang bagaimana partai tersebut menjalankan peran dan fungsinya
sekaligus dalam menyesaikan konflik baik eksternal maupun internal.
4

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Sehingga pelembagaan partai politik memiliki peran yang sangat


penting untuk dilakukan, agar partai politik dapat menjalankan peran dan
fungsinya dengan baik sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Dasar (AD) merupakan
peraturan dasar dalam suatu partai politik. Aspek-aspek yang dijelaskan
di dalam Anggaran Dasar (AD) yaitu visi misi, kedaulatan, tujuan dan
fungsi suatu partai politik, tata cara kerjasama partai, kepegurusan, dan
pemberhentian keanggotaan dalam suatu partai politik, serta aturan yang
mengatur tentang pemilu, pilkada dan fraksi, dan lain-lain (Dokumen
AD/ART PKPI, 2018).
Sedangkan Angaran Rumah Tangga partai politik (ART) adalah
peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran dari Anggaran Dasar (AD).
Adapun hal-hal yang termasuk kedalam ART partai yaitu penjabaran dari
lambang-lambang dan atribut yang digunakan dalam partai, ketentuan
tentang struktur organisasi, kewenangan dan pimpinan partai, serta
mengatur tentang pengambilan keputusan, korum, dan mekanisme rapat,
dan lain-lain (Dokumen AD/ART PKPI, 2018).
AD/ART partai politik merupakan suatu pedoman yang dibentuk
dalam partai politik yang bermuatan tujuan, asas, ideologi dan aturan
partai yang secara lengkap dan disebut juga sebagai konstitusi partai.
Adapun pengertian pelembagaan partai politik sendiri ialah suatu cara
atau strategi yang digunakan partai politik untuk menjalankan peran dan
fungsinya yang telah disepakati dan ditetapkan oleh partai politik dalam
AD dan ART partai politik secara suka rela. Pelembagaan partai politik
terbagi kedalan dua bagian yaitu internal dan eksternal. Pelembagaan
partai politik secara internal terbagi kedalam dua bagian yaitu kesisteman
dan identitas nilai, sedangkan secara eksternal ada dua bagian yaitu
otonomi dan pengetahuan atau citra publik (Romli, 2008).
Menurut Vicky Randall dan Lars Svasand (2002), hal ini dikutip
dalam (Ridha, 2016), pelembagaan partai politik adalah suatu proses 5

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

pemantapan partai politik baik secara struktural dalam rangka


mempolakan perilaku maupun secara kultural dalam mempolakan sikap
atau budaya. Proses pelembagaan terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek
internal-eksternal, dan aspek struktural-kultural. Apabila kedua aspek ini
dipersilangkan maka akan menghasilkan sebuah tabel empat sel yaitu;
Pertama, derajat kesisteman (Systemness), sebagai hasil persilangan
aspek internal dengan struktural. Kedua, Derajat Identitas Nilai (Value
Infusion), suatu partai sebagai hasil persilangan aspek internal dengan
kultural. Ketiga, Derajat Otonomi suatu partai dalam pembuatan
keputusan (Value Infusion), sebagai hasil persilangan aspek eksternal
dengan stuktural. Empat, Derajat Pengetahuan atau citra publik
(Reification), sebagai hasil persilangan aspek eksternal dengan kultural
(Ridha, 2016).
Pelembagaan partai politik memberi pengaruh besar terhadap
kemenangan suatu partai politik, karena seluruh aturan dalam partai
diatur dalam pelembagaan itu sendiri. Ketika pelembagaan suatu partai
kurang baik maka akan memberi pengaruh terhadap perolehan suaranya.
Permasalahan tersebut juga di alami oleh PKPI, dimana umurnya
semakin tua tetapi perolehan suaranya semakin menurun, hal ini
disebabkan pelembagaan yang kurang baik. Partai tersebut sudah lama
terbentuk di Indonesia pada tanggal 15 Januari 1999 dan sudah empat kali
ikut dalam pemilu. Partai ini seperti terambang-ambang dan tidak tahu
arah, karena dengan beriringan waktu partai ini terus menggalami
penurunan suara maupun perolehan kursi baik di pusat maupun daerah.
Secara historis, dalam pemilu pertama tahun 1999, PKPI berhasil
memperoleh suara secara nasional sebanyak 1.065.686 (1,01 persen) dan
memperoleh empat kursi di DPR RI, ini merupakan perolehan kursi
terbanyak yang pernah didapatkan oleh PKPI selama ikut pemilu (Teguh,
2019). Pemilu kedua tahun 2004, PKPI berhasil memperoleh suara
1.424.240 (1,26 persen) dan berhasil memperoleh 1 kursi di dapil 16 DPR 6

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

RI (Maulana, 2004). Pada pemilu ketiga tahun 2009, PKPI mengalami


penurunan suara dan tidak memperolehan kursi di DPR RI, dimana PKPI
hanya berhasil memperoleh suara 934.892 (0,90 persen) (Rahadian, 2018).
Pada pemilu keempat tahun 2014, PKPI lebih banyak memperoleh
suara yaitu 1.143.094 (0,91 persen) di bandingkan pemilu 2009, tetapi hal
ini tidak berpengaruh terhadap perolehan kursi di DPR RI, di karenakan
perolehan suara kurang dari 3,50 persen dan hanya berhasil memperoleh
1 kursi di DPR RI (Greatness, 2014). Sedangkan pada pemilu 2019, secara
nasional PKPI merupakan partai yang paling sedikit menggusung kader
DPR RI yaitu 137 orang, laki-laki sebanyak 61 orang dan perempuan
sebanyak 76 orang, sedangkan peserta pemilu 2019 menggusung kader
lebih dari 500 orang (Rizky, 2018). Pada pemilu 2019, PKPI juga mengugat
KPU ke Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) atas ketidak
lolosan PKPI menjadi peserta pemilu 2019 dan akhirnya Bawaslu
mengabulkan permohonan PKPI (Rahadian, 2018). Tidak hanya di tingkat
nasional PKPI mengalami penurunan perolehan suara tetapi di tingkat
provinsi seperti di Aceh juga mengalami hal yang sama.
Pemilu pertama tahun 1999 di Aceh, PKPI sama sekali tidak
mendapatkan kursi di DPRA di sebabkan, jumlah masyarakat yang ikut
dalam pemilu hanya mencapai 30% dikarenakan kondisi Aceh pada saat
itu tidak memungkinkan karena masih dalam keadaan konflik antara
Aceh dengan pusat. Pemilu kedua di Aceh tahun 2004, PKPI berhasil
memperoleh suara sebanyak 42.000 (1,94 persen) dan pemilu kali ini
jumlah pemilih lebih banyak dibandingakan dengan pemilu 1999
sebanyak 2.580.687 orang dan PKPI berhasil memperoleh 1 kursi di DPRA
yang diduduki oleh Firmandez (Nurhasim, 2004).
Perjuangan PKPI juga tidak berhenti untuk bisa memperoleh kursi
di DPRA. Pada pemilu ketiga tahun 2009 di Aceh, PKPI memperoleh
suara sebanyak 41.278 orang (1,92 persen) dan berhasil mendapatkan 1
kursi DPRA yang kembali diduduki oleh Firmandez di dapil 4 (Bireuen, 7

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Mener Meriah & Aceh Tengah), walaupun PKPI berhasil memperoleh 1


kursi di DPRA tetapi menggalami sedikit penurunan suara. Pada tahun
2013, Firmandez menggundurkan diri dari DRPA dan sekaligus pindah
partai ke Partai Golkar untuk mencalonkan diri menjadi calon DPR RI
untuk priode 2014/2019.
Selanjutnya, pada pemilu keempat tahun 2014, PKPI kembali
menjadi peserta pemilu dengan perolehan suara sebanyak 32,979 suara
(1,42 persen) dan berhasil memperoleh 1 kursi di DPRA atas nama Hendri
Yono, dapil 9 (Aceh Barat Daya-Aceh Selatan- Aceh Singgkil- Subussalam
(Sumber KIP Aceh).
Selama pemilu di Aceh PKPI tidak pernah memperoleh kursi di
DPRA lebih dari satu kursi padahal, partai tersebut sudah empat kali ikut
dalam pemilu di Aceh, dimana perolehan suaranya juga terus
menggalami penurunan dari waktu ke waktu. Penyebab turunnya
perolehan suara DPP PKPI Aceh kerena belum sepenuhnya memenuhi
tabel empat sel yang dikemukakan oleh Vicky Randall dan Lars Svasand
(2002) dalam kutipan (Ridha, 2016), pertama minimnya derajat kesisteman
DPP PKPI Aceh, disebabkan PKPI sudah dua kali melakukan pengugatan
ke Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) atas ketidak lolosannya
menjadi peserta pemilu tahun 2014 dan pemilu 2019, sehingga banyak
kader DPP PKPI Aceh yang pindah ke partai lain, karena partai ini
sebelumnya dinyatakan telah gugur. Sedangkan pemilu 2004 dan pemilu
2009 keadaan Aceh masih belum stabil yang disebabkan oleh DOM
(Daerah Operasi Militer) dan tsunami. Sehingga DPP PKPI Aceh kurang
efektif dalam merekrut kader-kadernya (Karim, 2018).
Kedua, kurangnya eksistensi identitas nilai DPP PKPI Aceh di
kalangan masyarakat Aceh seperti logo, tokoh dan lain-lain. Ketiga derajat
otonomi, DPP PKPI Aceh masih belum memiliki power yang kuat dalam
proses pembuatan kebijakan disebabkan minimnya kader-kader DPP
PKPI Aceh yang duduk di pemerintahan Aceh itu sendiri. Keempat 8

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

derajat pengetahuan rakyat, rendahnya pengetahuan masyarakat


terhadap DPP PKPI Aceh dikarenakan tidak adanya figur yang dapat
dijadikan sebagai penarik perhatian masyarakat dan identitas partai
seperti logo belum tertanam kuat didalam benak masyarakat.
Maka dugaan sementara peneliti, hal ini yang membuat DPP PKPI
Aceh selalu menggalami penurunan perolehan suara saat pemilu sehingga
DPP PKPI Aceh tidak pernah memperoleh kursi di DPRA lebih dari dua
kursi. Sedangkan DPP PKPI Aceh sudah ikut pemilu di Aceh empat kali.
Hal ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam
tentang Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan
Provinsi (DPP) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia)
Aceh).
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pelembagaan Partai Politik
Terkait dengan masalah pelembagaan partai politik, Vicky Randall
dan Lars Svasand (2002) mencoba memberikan penjelasan tentang
pelembagaan partai. Pelembagaan partai politik adalah “suatu proses
pemantapan partai politik baik secara struktural dalam rangka
mempolakan perilaku maupun secara kultural dalam mempolakan sikap
atau budaya (the process by wich the party become established in terms of both
integrated patterns on behaviour and of attitude and culture)” (Ridha, 2016).
Proses pelembagaan ini dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek
internal-eksternal, dan aspek struktural-kultural. Apabila kedua aspek ini
dipersilangkan maka akan menghasilkan sebuah tabel empat sel yaitu:
1. Derajat kesisteman (systemnes), sebagai hasil persilangan aspek
internal dengan struktural.
2. Derajat identitas nilai (value infusion), suatu partai sebagai hasil
persilangan aspek internal dengan kultural.

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

3. Derajat otonomi suatu partai dalam pembuatan keputusan


(decisional autonomy), sebagai hasil persilangan aspek eksternal
dengan struktural.
4. Derajat pengetahuan atau citra publik (reification), sebagai hasil
persilangan aspek eksternal dengan kultural (Ridha, 2016).

Pertama, Derajat Kesisteman atau systemness merupakan proses


pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik, termasuk penyelesaian konflik,
dilakukan menurut aturan, persyaratan, prosedur dan mekanisme yang
disepakati dan ditetapkan oleh partai politik dalam AD dan ART partai
politik. AD/ ART partai politik dirumuskan secara komprehensif dan
rinci sehingga mampu berfungsi sebagai kaidah dan prosedur penuntun
perilaku dalam melaksanakan semua fungsi partai politik. Suatu partai
politik dapat dikatakan sudah melembaga dari segi kesisteman bila partai
politik melaksanakan fungsinya menurut AD/ ART yang dirumuskan
secara komprehensif (Ramlan, 2003. Dikutip oleh Dwipayana, 2012.
Dalam kutipan Nasir, 2016).
Kedua, Derajat Identitas Nilai, berkaitan dengan ideologi atau
platfrom partai, berdasarkan basis sosial pendukungnya dan identifikasi
anggota terhadap pola dan arah perjuangan yang diperjuangkan partai
tersebut. Derajat identitas nilai suatu partai berkaitan dengan hubungan
partai dengan kelompok populis (popular group) tertentu, apakah suatu
partai mengandung dimensi sebagai gerakan sosial yang didukung
kelompok populis tertentu, baik berdasarkan kelas maupun komunitas
agama atau entnik tertentu. Selain itu, derajat identitas nilai juga
ditunjukkan oleh pengaruh klientelisme dalam hubungan anggota dan
partai, apakah cenderung bersifat instrumentalis, dimana anggota selalu
mengharapkan imbalan sumber dana yang tangible (nyata) dari partai
ataukah lebih bersifat ideologis, dimana hubungan keduanya
dilatarbelakangi harapan anggota bahwa partai ada kesesuaian antara 10

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

tindakan dan ideologi partai. suatu partai dikatakan telah melembaga dari
segi identitas bila partai tersebut telah memiliki pendukung loyal dari
basis sosial tertentu karena pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan
dan dukungan yang diberikan kepada partai itu karena orientasi
politiknya sesuai ideologi atau platform partai itu (Romli, 2008).
Ketiga, Derajat Otonomi. Derajat otonomi lebih menekankan aspek
relasi antara partai dengan aktor di luar partai, baik sumber otoritas
seperti penguasa maupun pemerintah, atau sumber dana misalnya,
pengusaha, penguasa, negara, atau lembaga luar lainnya serta sumber
dukungan massa seperti organisasi masyarakat. Hal yang terpenting
dalam dimensi ini adalah: Pertama, apakah partai tergantung pada aktor
luar tersebut. Kedua, apakah keputusan partai turut ditentukan oleh aktor
luar. Idealnya, partai politik tersebut melembaga apabila semua
keputusan partai yang dibuat partai terbebas dari intervensi pihak luar
(Wahid, 2017).
Keempat, Derajat reifikasi atau derajat pengetahuan publik tentang
partai politik yang merujuk pada pertanyaan apakah keberadaan partai
politik itu telah tertanam pada imajinasi publik? (Susanto, 2018).
Keberadaan partai politik merupakan aspek yang penting dalam
pendekatan terhadap masyarakat dan apabila pengetahuan publik
terhadap partai politik sudah tercapai maka publik akan menyesuaikan
aspirasi dan harapan maupun sikap dan perilaku mereka dengan
keberadaan partai politik tersebut (Prattama, 2015).
Partai Politik
Partai politik merupakan salah satu acuan yang terdapat di dalam
masyarakat atau negara yang menganut sistem demokrasi. Seiring dengan
berkembangnya sistem demokrasi pada saat ini, partai politik memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam sistem demokrasi karena ikut serta
dalam kegiatan politik. Partai politik merupakan salah satu manifestasi
11

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

dari sebuah adanya kebebasan yang diberikan oleh negara yaitu


kebebasan untuk berserikat dan berkumpul (Wiraraja, 2012).
Menurut Carl J. Friedrich, mengemukakan bahwa: “Partai politik
merupakan sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini,
memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil
serta materiil (A political, party is a group og human beings, stably organized
with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a
government, with the further objectiveof giving to members of the party, through
such control ideal and material benefits and advantages)”. Sementara menurut
Sigmund Neumann, menyebutkan bahwa: “Partai politik adalah
organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan satu golongan atau golongan golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda (A political party is the articulate
organization of society’s active political agents; those who are concerned with the
control of governmental polity power, and who compete for popular support with
other group or groups holding divergent view)’’ (Miriam, 2008).
Fungsi Partai Politik
fungsi partai politik itu dibentuk secara umum, pertama, sebagai
sarana komunikasi politik yaitu untuk memperbincangkan dan
menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Partai politik memainkan peran sebagai penghubung antara yang
memerintah dan yang diperintah. Partai politik merumuskan usulan-
usulan atau mengagregasikan kebijakan yang bertumpu pada aspirasi
dari masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada
pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan (Natalia, 2015).
Kedua partai politik sebagai sarana sosialisasi politik, sosialisasi
politik artikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap 12

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam


masyarakat dimana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara
berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Proses
sosialisasi politik diselenggarakan melalui ceramah-ceramah penerangan,
kursus kader, kursus penataran dan sebagainya (Pasaribu, 2017).
Ketiga rekrutmen politik merupakan seleksi dan pemilihan atau
seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk
melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintah pada khususnya. Dari partai politiklah diharapkan ada proses
kaderisasi pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang
mempunyai kemampuan untuk mejalankan tugasnya dengan baik sesuai
dengan jabatan yang mereka pegang. (Prasetya, 2011).
Keempat sebagai sarana pengatur konflik (conflict management).
Partai politik diharapkan menjadi sarana pengatur konflik yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Dalam suasana demokrasi, persaingan dan
perbedaan pendapat dalam masyarakat selalu ada dan dianggap sebagai
suatu hal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha
untuk mengatasinya. Dalam praktek politik sering dilihat bahwa fungsi-
fungsi yang telah disebutkan tidak dilaksanakan seperti yang
diharapakan (Ramlan, 2000. Dalam kutipan Jondar, 2018).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kantor DPP PKPI Aceh yang
beralamat di jalan Prof Ali Hasyim No.14, Lamteh Ulee Kareng, Banda
Aceh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui wawancara, maka
dalam bab ini penulis akan memberikan jawaban atas pokok
13

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

permasalahan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini terkait


dengan pelembagaan partai politik (studi kasus DPP PKP Indonesia Aceh)
1. Pelembagaan Partai Politik DPP PKPI Aceh Secara Internal Dalam
Menghadapi Pemilu Di Aceh
Menurut konsep pelembagaan yang dikemukakan oleh Vicky
Randall dan Lars Svasand (2002) dalam kutipan (Ridha, 2016), untuk
melihat tingkat pelembagaan partai politik suatu partai, Vicky Randall
dan Lars Svasand (2002) membuat sebuah tabel empat sel yaitu; pertama,
derajat kesisteman merupakan proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai
politik sesuai dengan AD/ART yang telah disepakati bersama. Kedua,
derajat identitas nilai, yang berkaitan dengan identitas partai politik
berdasarkan ideologi atau platform partai. Ketiga, derajat otonomi,
dimensi otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan
berkaitan dengan hubungan partai dengan aktor luar partai. Keempat,
derajat reifikasi menujukkan derajat pengetahuan publik tentang partai
politik.
Jika dihubungkan dengan konsep pelembagaan partai politik
menurut Vicky Randall dan Lars Svasand (2002), yaitu pertama derajat
kesisteman merupakan proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik
sesuai dengan AD/ART yang telah disepakati bersama. Salah satu fungsi
dari partai politik adalah sebagai sarana perekrutmen politik.
Perekrutmen merupakan fungsi yang paling penting di dalam partai
politik yang tujuannya untuk menjaga kelangsungan partai politik. Tidak
ada partai politik yang dapat lepas dari perekrutan itu sendiri. Karena
tanpa adanya perekrutan politik, partai akan hilang dengan sendirinya.
Perekrutmen sangat berkaitan dengan masalah seleksi
kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan terbagi kedalam dua bagian yaitu
kepemimpinan internal maupun kepemimpinan nasional yang
cangkupannya lebih luas. Untuk kepemimpinan internalnya, setiap partai
politik menginginkan kader-kader yang memiliki intelektualitas yang 14

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

tinggi, karena hanya dengan kader demikian partai tersebut dapat


mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan
organisasinya. Dengan mempunyai kader yang baik atau pun punyai
intelektualitas yang tinggi, partai politik tidak akan sulit dalam
menentukan kepemimpinannya sendiri dan mempunyai peluang besar
untuk mengajukan calon untuk ikut dalam kepemimpinan nasional.
Selain itu, partai politik juga bertujuan untuk memperluas ataupun
memperbanyak keanggotaannya, agar di dalam kepengurusan tidak
terjadi perangkapan jabatan maupun kesulitan dalam pencalonan caleg.
Hal ini yang dialami oleh DPP PKPI Aceh, dimana pada pemilu 2014 dan
2019 partai tersebut mengalami kekurangan caleg, dikarenakan
banyaknya kader-kader yang dianggap mempunyai intelektualitas yang
tinggi pindah partai ke partai lain. Hal ini disebabkan karena PKPI
terlambat lolos menjadi peserta pemilu 2014 dan 2019, menyebabkan DPP
PKPI Aceh harus melakukan perekrutan kembali dengan waktu satu
bulan. Sehingga perekrutan yang dilakukan oleh DPP PKPI Aceh kurang
maksimal, karena waktu maksimal dalam perekrutan tersebut seharusnya
dilakukan dalam tiga bulan. Selain itu, DPP PKPI Aceh juga merekrutmen
caleg-caleg dari luar partai DPP PKPI Aceh dan tidak menggunakan
AD/ART sebagai prameter dalam perekrutan yang mereka lakukan.
Sedangkan pada pemilu 2004 dan 2009 keadaan Aceh belum stabil yang
disebabkan oleh DOM (Daerah Operasi Militer) dan tsunami. Selain
keterlambatan lolos, adanya kisruh di dalam PKPI yang berkepanjangan
dari 2016 sampai 2019. Seharusnya suatu partai politik dengan cepat
menyesaikan konflik internalnya, sebabkan akan mempengaruhi
kefokusannya dalam menhadapi pemilu.
Kedua, derajat identitas nilai (value infusion), yang berkaitan
dengan identitas partai politik berdasarkan ideologi atau platform partai,
berkaitan dengan basis sosial pendukungnya, dan kemudian
diidentifikasikan oleh kader terhadap pola dan arah perjuangan yang 15

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

akan diperjuangan oleh partai politik. Ideologi merupakan hal yang


paling mendasar dalam partai politik dan tidak ada partai politik yang
terbentuk secara spontanitas tanpa didasari oleh ideologi.
Setiap partai politik di Indonesia memiliki platfrom yang berbeda-
beda, tetapi tidak jarang suatu partai politik memiliki ideologi yang sama
antara satu partai dengan partai yang lain. Serta tidak ada partai politik
tanpa mempunyai ideologi. Ideologi menjadi roh dalam partai politik
tersebut. Sehingga setiap partai politik ingin identitas partainya dikenal
orang banyak, dikarenakan hal ini akan membawa pengaruh baik
terhadap partainya dan begitu juga sebaiknya. Kurangnya eksistensi
identitas DPP PKPI Aceh dikalangan masyarakat Banda Aceh seperti
bendera PKPI, logo, tokoh DPP PKPI Aceh dan lain-lain. Hal ini
disebabkan, DPP PKPI Aceh kurang melibatkan masyarakat banyak
kedalam acara yang dibuat oleh partai tersebut. Dimana DPP PKPI Aceh
hanya memiliki agenda lima tahunan dan agenda khusus. Adapun agenda
khusus seperti keikutsertaan partai dalam pemilu maupun pilkada,
Kerdan, Musprov dan lain, sedangkan agenda khusus seperti acara
getring, ulang tahun partai, dan acara makan bersama dengan semua
pengurus partai yang tujuannya untuk menjaga kekompakan anggota.
Sehingga di dalam agenda tersebut tidak memilibatkan masyarakat secara
umum dalam menyelenggarakan agenda tersebut.
Ketiga, derajat otonomi (decisional autonomy). Dimensi otonomi
suatu partai politik dalam pembuatan keputusan berkaitan dengan
hubungan partai dengan aktor luar partai baik dengan sumber otoritas
(kekuasaan), maupun dengan sumber dana (pengusaha) ataukah sumber
dukungan yang berasal dari organisasi masyarakat tertentu.
DPP PKPI Aceh tidak memiliki hubungan tertentu dengan aktor di
luar partai dalam pembuatan keputusan, hal ini disebabkan minimnya
kader-kader DPP PKPI Aceh yang duduk di pemerintahan Aceh dan DPP
PKPI Aceh juga masih tergolong partai kecil, walaupun PKPI sudah 16

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

memiliki umur yang cukup tua dan sudah mengikuti lima kali pemilu di
Indonesia.
Keempat, derajat reifikasi (reifivation). Reifikasi menunjukan
derajat pengetahuan publik tentang partai politik. Setiap partai politik
berlomba-lomba memperkenalkan partainya ke publik agar partai dapat
tertanam dalam imajinasi publik yang tujuannya agar mudah
mendapatkan simpati dari masyarakat ketika pemilu maupun pilkada.
Ketika partai politik sudah dikenal oleh masyarakat banyak, maka partai
tersebut tidak kesulitan mendapatkan dukungan dari masyarakatnya
ketika pemilu. Dimana yang menjadi pertanyaannya adalah apakah DPP
PKPI Aceh telah tertanam dalam imajinasi masyarakat Aceh?.
Hal ini yang menjadi kendala bagi DPP PKPI Aceh, dimana
umurnya yang sudah semakin tua dan sudah lima kali ikut serta dalam
pemilu di Aceh, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap pengetahuan
masyarakat Aceh khususnya Banda Aceh terhadap DPP PKPI Aceh.
Dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang sama sekali tidak
mengetahui lambang dari PKPI itu sendiri dan bahkan sebagian
masyarakat belum pernah mendengar nama dari PKPI itu sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat reifikasi DPP PKPI Aceh di
kalangan masyarakat Banda Aceh.
Tabel 4.2.1 beberapa kendala DPP PKPI Aceh dalam menghadapi
pemilu di Aceh.
Kendala DPP PKPI Aceh
Indikator dalam menghadapi
pemilu di Aceh
Keterlambatan lolos PKPI menjadi peserta Banyaknya caleg dari DPP
pemilu 2014 dan 2019 PKPI Aceh yang pindah ke
partai lain.

17

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

DPP PKPI Aceh


kekurangan caleg yang
memiliki potensial yang
tinggi.
DPP PKPI Aceh tidak
memiliki waktu maksimal
dalam merekrut caleg-
caleg yang sudah pindah.

Terjadinya kisruh dalam tubuh PKPI Dalam PKPI terjadi


dualisme kepemimpinan.

DPP PKPI Aceh memiliki


kepengurusan yang kecil
dan terpecah lagi.

DPP PKPI Aceh kurang


fokus dalam kesiapan
pemilu dikarenakan
terjadinya dualisme
kepemimpinan.

DPP PKPI Aceh hanya hadir pada saat DPP PKPI Aceh tidak
pemilu memiliki agenda harian
tetapi hanya agenda
internal dan tahunan.

DPP PKPI Aceh kurang


melibatkan masyarakat
banyak dalam acara yang 18

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

di selenggarakan oleh
partai.

Sumber: Hasil penelitian DPP PKPI Aceh terhadap pemilu di Aceh.

Berdasarkan indikator diatas dan analisis teori, DPP PKPI Aceh


belum memiliki tingkat pelembagaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan,
DPP PKPI Aceh belum mampu mengelola partainya dengan baik dalam
menghadapi pemilu di Aceh. DPP PKPI Aceh juga belum mampu
memberikan pengaruh terhadap pemilu di Aceh. Hal ini dikarenakan DPP
PKPI Aceh masih tergolong partai kecil dimata masyarakat, walaupun
DPP PKPI Aceh sudah lima kali ikut serta dalam pemilu di Aceh dan
sudah memiliki umur 20 tahun 7 bulan.
2. Pola Rekrutmen Anggota DPRA Dewan Pimpinan Provinsi (DPP)
PKPI Aceh
Partai politik merupakan salah satu acuan yang terdapat di dalam
masyarakat atau negara yang menganut sistem demokrasi. Seiring dengan
berkembangnya sistem demokrasi pada saat ini, partai politik memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam sistem demokrasi karena ikut serta
dalam kegiatan politik. Partai politik merupakan salah satu manifestasi
dari sebuah adanya kebebasan yang diberikan oleh negara yaitu
kebebasan untuk berserikat dan berkumpul (Arya Wiraraja M. 2012: 160).
Derajat kesisteman salah satu yang diatur dalam teori pelembagaan
partai politik, dimensi kesisteman adalah proses pelaksanaan fungsi-
fungsi partai politik sesuai dengan AD/ART yang telah disepakati
bersama. Salah satu fungsi partai politik adalah menjadi sarana rekrutmen
politik. Setiap partai politik memiliki beberapa ketentuan dalam merekrut
kader ataupun pengurus dalam partai politik. Syarat-syarat yang
ditentukan telah ditetapkan dalam AD/ART yang telah disepakati
19

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

bersama. Tujuannya, agar dalam merekrut caleg maupun keanggoataan


partai tidak simpang siyur tetapi terarah dan teratur.
Rekrutmen politik sangat menentukan kejayaan suatu partai
politik, karena menjadi penentu terhadap keberlangsungan partai. ketika
rekrutmen dijalankan secara baik maka akan membawa pengaruh baik
terhadap partai itu sendiri. Dikarenakan, ketika suatu partai politik
memiliki kader-kader yang memiliki potensial yang tinggi maka dengan
mudah partainya memperoleh kursi di pemerintah. Tetapi hal ini, tidak
dialami oleh DPP PKPI Aceh, dimana DPP PKPI Aceh kekurangan kader
pada saat pemilu 2014 dan 2019. Disebabkan banyaknya kader dari DPP
PKPI Aceh yang pindah partai ke partai lain dikarenakan PKPI telat lolos
menjadi peserta pemilu. Sehingga DPP PKPI Aceh harus kembali
merekrut kader yang telah pindah ke partai lain, sedangkan waktu
perekrutan hanya tinggal satu bulan lagi. Maksimalnya waktu perekrutan
itu dilakukan tiga bulan sehingga rekrutmen yang dilakukan DPP PKPI
Aceh kurang efektif. Dengan waktu rekrutmen yang singkat sehingga
DPP PKPI Aceh tidak dapat menjalankan sesuai dengan AD/ART PKPI.
Disebabkan waktu yang dimiliki DPP PKPI Aceh tidak maksimal.
Pada saaat rekrutmen yang menjadi prameter DPP PKPI Aceh, figur yang
dimiliki dari seseorang yang akan dicalonkan. Apakah seseorang itu
mempunyai daya jual dan mempunyai pengaruh di masyarakat.
Walaupun figur yang dimiliki seseorang menjadi prameter perekrutan
yang dilakukan DPP PKPI Aceh. Tetapi pihak DPP PKPI Aceh tidak
memiliki patokan dalam melihat figur dari seorang caleg yang akan
dicalonkan. Sehingga ini menjadi bumerang bagi DPP PKPI Aceh,
disebabkan caleg-caleg yang anggap mempunyai figur di masyarakat
ternyata tidak mampu memperoleh dukungan dari masyarakat. Hal ini
menjadi penghambat dalam perolehan suara dan dukungan di
masyarakat. Sehingga DPP PKPI Aceh tidak mampu memperoleh kursi di
DPRA lebih dari satu kursi. Kursi DPRA yang diperoleh oleh DPP PKPI 20

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Aceh selalu dari kader yang sama. Tidak pernah dari caleg baru yang
diusung oleh DPP PKPI Aceh. Hal ini menunjukkan pola perekrutan yang
dilakukan oleh DPP PKPI Aceh belum memiliki tingkat pelembagaan
yang tinggi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
dan dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka pada sub bab
kali ini penulis akan mengambil kesimpulan terkait pada permasalahan
tentang “Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pengursu
Provinsi (DPP) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Aceh,
yaitu sebagai berikut:

1. DPP PKPI Aceh belum memiliki tingkat pelembagaan partai


politik yang tinggi secara internal dalam menghadapi pemilu di
Aceh, disebabkan proses perekrutan DPP PKPI Aceh tidak
sesuai dengan AD/ART PKPI. Selain itu, kurangnya eksistensi
identitas DPP PKPI Aceh dikalangan masyarakat Banda Aceh
seperti bendera PKPI, logo, tokoh DPP PKPI Aceh dan lain-lain.
Kemudian, DPP PKPI Aceh juga tidak memiliki hubungan
tertentu dengan aktor di luar partai dalam proses pembuatan
keputusan dan kebijakan. DPP PKPI Aceh sudah lima kali ikut
serta dalam pemilu di Aceh, tetapi hal ini tidak berpengaruh
terhadap pengetahuan masyarakat Aceh khususnya masyarakat
Banda Aceh terhadap DPP PKPI Aceh. Dikarenakan DPP PKPI
Aceh hanya ada ditengah masyarakat pada saat pemilu.
2. Pola rekrutmen calon anggota DPRA DPP PKPI Aceh, pada
pemilu 2014 dan 2019 DPP PKPI Aceh belum menggambarkan
tingkat pelembagaan partai politik yang tinggi. Hal ini dikarena
DPP PKPI Aceh tidak menggunakan AD/ART PKPI sebagai
prameter dalam perekrutan caleg DPRA. DPP PKPI Aceh tidak 21

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

memiliki tolak ukur dalam menglihat figur yang dicalonkan.


Sehingga hal ini menjadi bumerang bagi DPP PKPI Aceh.
Sehingga calon yang dianggap mempunyai figur di masyarakat
ternyata tidak membawa pengaruh terhadap perolehan
suaranya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas yang telah dipaparkan dari hasil
penelitian yang telah ditemukan dilapangan oleh peneliti, maka terdapat
beberapa kekurangan tentang pelembagaan partai politik (studi kasus
DPP PKPI Aceh). Adapun saran dan harapan sebagai berikut:

1. Diharapkan pada DPP PKPI Aceh dapat meningkatkan


pelembagaan partai politik secara internal dalam menghadapi
pemilu di Aceh dengan baik seperti derajat kesisteman, derajat
identitas, derajat otonomi, dan derajat reifikasi dan melibatkan
masyarakat umum dalam agenda yang diselenggarakan oleh
partai tersebut. Agar identitas dari DPP PKPI Aceh dikenal oleh
masyarakat.
2. Diharapkan para caleg DPP PKPI Aceh bisa menyakinkan
kepada masyarakat Aceh khususnya bahwa DPP PKPI Aceh
juga bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
Afif. (2014, 4 Jumat). Partai Aceh Unggul di Aceh, Gerindra Tertinggi Untuk
DPR RI. Dipetik 2 Senin, 2019, dari
https://www.merdeka.com/politik/partai-aceh-unggul-di-aceh-
gerindra-tertinggi-untuk-dpr-ri.html: https://www.merdeka.com.

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik . Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Dhakidae, D. (2004). Partai-Partai Politik Indonesia. Jakarta: Buku Kompas. 22

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Greatness, S. (2014, 5 Kamis). Inilah Hasil Perolehan Suara Partai Politik


Pemilu 2014. Dipetik 2 Senin, 2019, dari
https://pontianak.tribunnews.com/2014/05/15/inilah-hasil-
perolehan-suara-partai-politik-pemilu-2014:
https://pontianak.tribunnews.com

Jondar, A. (2018). Telah Kritis Fungsi Partai Politik Di Indonesia . Fishum ,


2621-3451.

Karim. (2018, 4 Sabtu). Buka Perekrutan Caleg, PKPI Aceh Targetkan 5 Kursi
DPRA di Pemilu 2019 . Dipetik 6 rabu, 2019, dari
http://acehonline.info/2018/04/buka-perekrutan-caleg-pkpi-aceh-
targetkan-5-kursi-dpra-di-pemilu-2019: http://acehonline.info.
Com

Maulana. (2004, 5 Rabu). Inilah Hasil Pemilu Legislatif 2004. Dipetik 2 Senin,
2019, dari https://news.detik.com/berita/155421/inilah-hasil-
pemilu-legislatif-2004: https://news.detik.com

Nurul. (2004, 8 Jumat). KPU Korankan Anggota DPR Baru. Dipetik 2 Senin,
2019, dari https://news.detik.com/berita/190943/kpu-korankan-
anggota-dpr-baru: https://news.detik.com

Nasir, N. (2016). Electoral Volatility Dalam Perspektif Kelembagaan Partai


Politik Diindonesia: Sebuah Analisis Hubungan Partai Politik
Dengan Konstituen. Politik Profetik , 38-65.

Natalia, A. (2015). Peran Partai Politik Dalam Mensukseskan Pilkada


Serentak Di Indonesia Tahun 2015 . Tapis , 47-68.

Pasaribu, P. (2017). Peran Partai Politik Dalam Melaksanakan Pendidikan


Politik . Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik , 51-59.

Prattama, Y. D. (2015). Pelembagaan Partai Nasional Demokrat : Studi


Kasus Penguatan Elektoral Di Kabupaten Nganjuk. Politik Muda ,
422-433.

23

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 4, Nomor 4, November 2019
Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Prasetya, I. Y. (2011). Pergeseran Peran Ideologi Dalam Partai Politik . Ilmu


Politik Dan Ilmu Pemerintahan , 30-40.

Rahadian, L. (2018, 2 Sabtu). PBB & PKPI, Dua Kali Usung SBY dan Dua
Kali Terganjal Verifikasi. Dipetik 2 Senin, 2019, dari
https://tirto.id/pbb-pkpi-dua-kali-usung-sby-dan-dua-kali-
terganjal-verifikasi-cEWw: https://tirto.id

Ridha, M. (2016). Dilema Pelembagaan Partai Golongan Karya (Golkar) Di


Tingkat Lokal: Fenomena Politik Klan. Jurnal Ilmu Pemerintahan ,
Vol. 2 No. 1.

Riky, F. (2018, 9 Kamis). KPU Tetapkan 7.968 Caleg DPR RI Peserta Pemilu
2019. Dipetik 2 Senin , 2019, dari
https://news.okezone.com/read/2018/09/20/606/1953370/kpu-
tetapkan-7-968-caleg-dpr-ri-peserta-pemilu-2019:
https://news.okezone.com/

Romli, L. (2008). Kerangka Penguatan Partai Politik Di Indonesia. Jakarta:


Kemitraan.

Sitepu. (2012). Studi Ilmu Politik . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Teguh, I. (2019, 4 Sabtu). Pkpi: Keok Di Pemilu, Dilanda Perpecahan, Tapi


Sukses Tembus Istana. Dipetik 2 Senin, 2019, dari
https://tirto.id/pkpi-keok-di-pemilu-dilanda-perpecahan-tapi-
sukses-tembus-istana-dmKy: https://tirto.id

Wahid, M. (2018). Penguatan Pelembagaan Partai Politik Melalui Pilkada


Serentak 2018: Sebagai Upaya Melahirkan Elit Politik Yang Etis .
Jakarta: Koferensi Perkumpulan Dekan Ilmu Sosial Ptn Se-
Indonesia.

Wiraraja, A. (2012). Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus: Proses


Rekrutmen Calon Anggota DPRD Partai Demokrat di Kota
Surabaya Tahun 2009). Politik Muda , 158-165.

24

Pelembagaan Partai Politik (Studi Kasus Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP Indonesia) Aceh) (Mardaya, Ubaidullah,
M.A. Ardiansyah, S.IP., M.A) Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume
4. No. 4 November 2019

Anda mungkin juga menyukai