PENDAHULUAN
instrumen yang paling penting dalam demokrasi karena partai politik merupakan
Pemilu merupakan salah satu pilar utama dari sebuah proses akumulasi
1
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hlm. 149
1
2
pergantian kekuasaan yang paling aman2. Pemilu akan mengakhiri krisis kabinet,
politik.
Dengan demikian pemilihan umum itu harus terlaksana dari aturan yang
anggota DPR, DPD, Presiden dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota
DPRD, maka dilaksanakan secara umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
dihasilkan oleh pemilu dan dipandang sebagai suatu tahap awal dalam evolusi
elektabilitas.
2
Nur Hidayat Sardini, Restorasi Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia, (Yogyakarta:
fajar media press, 2011) hlm 1
3
Dian Nugraheni, “ Pelaksanaan Pendidikan Politik oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) Kota Tegal” Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, tahun 2017 hlm. 2. Diakses pada tanggal 8 april 2021, pukul 19:00
WIB
3
partai, atau kandidat yang terkait dengan proses pemilu. Dengan begitu
dengan kriteria pilihan, sehingga elektabilitas partai tersebut memiliki daya pilih
tinggi, dan elektabilitas juga dapat dilihat pada perolehan suara pemilu.
Pada Pemilu 1999 sebagai pemilu yang pertama kali diikuti, PDI-P langsung
mendapatkan perolehan suara 33.74% sebagai perolehan suara tertinggi
dalam sejarah partai dan mendapatkan 153 kursi di parlemen. Sedangkan
pada pemilu 2004, suara PDI-P menurun ke peringkat kedua sebesar
18,53% dengan perolehan kursi 109. Namun Pada pemilu legislatif 2014
PDI-P Kembali memperoleh suara di peringkat pertama dengan persentase
18,96% dengan kursi sebanyak 109, dan pada tahun 2019 PDI-P konsisten
bertahan pada posisi pertama dengan suara 19,33% dan jumlah kursi 1285.
Salah satu partai berbasis nasionalis untuk mampu bertahan dan terus
menunjukkan eksistensinya hingga saat ini adalah PDI-P. Partai ini tidak semata-
mata dengan mudah membuat dirinya dikenal oleh masyarakat. Partai yang sudah
lama berkiprah di Indonesia dan memiliki kekuatan besar, juga terkenal dengan
pendukung setia terhadap partai. PDI-P di Provinsi Jambi telah mengikuti pesta
demokrasi sejak pemilu 1999. Dalam sejarahnya, PDI-P pernah menjadi partai
Di Provinsi Jambi PDI-P memiliki basis yang cukup kuat, terbukti dengan
hasil pleno KPU Provinsi Jambi terkait rekapitulasi suara hasil pemilu DPRD
tingkat Provinsi Jambi 2019, dimana PDI-P meraih suara terbanyak dengan
partai besar dengan basis pendukung yang cukup luas diberbagai daerah
khususnya Provinsi Jambi, hal ini tidak mudah, namun dapat dilakukan oleh
Kabupaten Sarolangun, karena pada tahun 2019 perolehan kursi PDI-P menurun
sebanyak 2 kursi dari 6 kursi di tahun 2014, yang berhasil digeserkan oleh partai
penguasa yaitu Golkar dari posisi pertama di tahun 2019 pada pemilu legislatif
6
Jamberita.com, raih 9 kursi, PDI-P pemenang pemilu DPRD Provinsi jambi , berikut
perolehan suara lenkap Parpol, https://jamberita.com/read/2019/05/11/5949620/raih-9-kursi-pdip-
pemenang-pemilu-dprd-provinsi-jambi-berikut-perolehan-suara-lenkap-parpol diakses pada
tanggal 8 april 2021, pukul 21:00 WIB.
7
Radesman Saragih, Raih 8 Kursi DPRD Sarolangun, Golkar Sodok PDIP,
https://www.beritasatu.com/politik/552976/raih-8-kursi-dprd-sarolangun-golkar-sodok-pdip
diakses pada tanggal 8 April 2021, pukul 21:00 WIB.
5
Tabel 1.1
Perolehan Suara Pileg DPRD Kabupaten Sarolangun Tahun 2014 & 2019
Dapil Dapil Dapil Dapil Persentase
PARPOL Sarolangun 1 Sarolangun 2 Sarolangun 3 Sarolangun 4 Perolehan
2014 2019 2014 2019 2014 2019 2014 2019 Suara
3.420 4.938 3.697 5.414 2.400 2.963 2.470 2.232
PKB 104,65%
44,39% 46,44% 23,46% -9,64%
4.258 3.500 5.631 4.423 4.679 4.089 1.564 2.198
Gerindra 31,58%
-17,80% 21,45% -12,61% 40,54%
6.301 9.826 8.857 9.617 5.904 8.858 4.668 8.343
Golkar 193,28%
55,94% 8,58% 50,03% 78,73%
3.327 2.429 6.741 10.246 7.042 3.401 4.506 2.621
PDI-P - 68,52%
-26,99% 52,00% -51,70% -41,83%
2.363 62 4.380 254 3.688 3.835 3.182 37
Nasdem - 286,43%
-97,38% -94,20% 3,99% -98,84%
3.028 4.272 4.956 3.128 3.645 4.406 2.573 4.854
PKS 113,72%
41,08% -36,88% 20,88% 88,64%
4.331 5.031 3.405 3.102 1.881 4.273 3.722 4.718
PPP 161,19%
16,16% -8,90% 127,17% 26,76%
2.407 2.888 1.886 3.131 2.378 911 3.185 2.991
PAN 18,21%
19,98% 66,01% -61,69% -6,09%
2.787 2.324 2.620 22 2.414 10 3.720 503
Hanura - 301,48%
-16,61% -99,16% -99,59% -86,48%
6.174 7.985 4.741 3.742 3.426 6.625 2.183 411
Demokrat 20,46%
29,33% -21,07% 93,37% -81,17%
1.072 41 449 164 1.532 15 19 17
PBB - 269,20%
-96,18% -63,47% -99,02% -10,53%
4.216 5 31 10 946 12 `12 5
PKPI - 340,81%
-99,88% -83,87% -98,73% -58,33%
Sumber: Komisi Pemilihan Umum.
signifikan, dimana partai Hanura, Nasdem, PBB, PKPI, dan PDI-P mengalamin
Tabel 1.2
Daftar Nama-Nama Anggota dan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten
Sarolangun Tahun 2019
Berdasarkan data di atas bisa dilihat tahun 2019 Golkar partai penguasa
PDI-P tidak memiliki seorang figur yang kharismatik berpengaruh untuk dapat
menarik pemilih, serta terkait pasal hukum yang dialami ketua DPRD Kabupaten
Sarolangun pada tahun 2014 Muhammad Syaihu yaitu tersandung kasus pidana,
Kemudian Ketua DPC diganti dengan Ketua PKS pada masa muhammad syaihu
terjerat, dan Ketua DPC PDI-P saat ini memegang dua jabatan mungkin ini salah
satu tidak fokusnya partai terhadap gejolak yang terjadi pada saat ini sehingga
kurang mendapat simpatik dari masyarakat, dan mungkin partai Golkar sebagai
Kabupaten Sarolangun.
gejolak politik yang sedang dialami oleh PDI-P, dan PDI-P sebagai partai
pemenang di 2014 mengalami penurunan suara dari 2014 ke 2019 sebesar 68,52%
8
Agus Sutisnam, Perspektif Marketing Politik: Kegagalan PDIP dan Partai Demokrat
Dalam Mempertahankan Posisi Sebagai Partai Pemenang Pemilu 1999 dan Pemilu 2009, Jurnal
Ilmu Pemerintah. Vol. 2 No. 1, April 2016. diakses pada tanggal 8 april 2021, pukul 22:00 WIB.
8
Adapun penelitian terdahulu dari Abdullah dan Cut Maya Aprita Sari
Partai Aceh Pada Pemilihan Legislatif DPRA 2019), dalam Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah tahun 2020 adapun hasil dari peneltian ini menunjukan
legislatif DPRA tahun 2019 antara lain: terjadi kekosongan figur di Partai Aceh,
Partai Aceh dalam meraih suara, serta money politics yang masif. Berdasarkan
elektabilitas Partai Aceh pada pemilihan legislatif DPRA pada tahun 2024 yaitu
branding partai9.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu dilihat dari tujuan
dalam pemilu legislatif serta mengetahui faktor apa saja penyebab hal tersebut
perbedaan juga dapat dilihat dari segi waktu, tempat dan pelaksanaan penelitian.
9
Abdullah dan Cut Maya Aprita Sari, Menurunnya Elektabilitas Partai Politik Lokal Di
Aceh (Studi Analisis Partai Aceh Pada Pemilihan Legislatif DPRA 2019), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 5, Nomor 1: 1-18 Februari 2020 diaskes pada tanggal 9 April
2021, pukul 22:00
9
kekecewaan dari warga (NU) atas Partai Kebangkitan Bangsa dianggap tidak
fokus lagi pada tujuan awal, serta adanya hegemoni Kyai yang berlaku dan juga
adanya budaya dari masyarakat Jombang dalam menikmati politik uang para
politisi10.
Adapun persamaan kedua penelitian di atas dilihat dari tujuan dimana sama-
legislatif serta mengetahui faktor apa saja penyebab hal tersebut terjadi.
juga dapat dilihat dari segi waktu, tempat dan pelaksanaan penelitian serta pada
Tahun 2019”.
10
Sitaresmi N.R.P Puteri berjudul Penurunan Suara PKB Dalam Pemilu Legislatif 2009
Di Kabupaten Jombang Dan Upaya-Upaya Mengatasinya, Jurnal Politik Muda, Volume. 3 Nomor.
3, Agustus-Desember 2014, 434-445 diakses pada tanggal 9 April 2021, 21:00 WIB.
10
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
11
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 403-404.
12
telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat
disatu pihak dan pemerintah dipihak lain. Seiring berjalannya waktu, partai
ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Fungsi utama dari
politik adalah:
12
Ibid, hlm.397.
13
Labolo Muhadam & Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2015), hlm.15
14
Miriam Budiardjo. Op.cit, hlm. 405.
13
perantara dalam suatu ide-ide, dan kadang juga dikatakan bahwa partai
15
Ibid, hlm. 407.
16
Ibid, hlm. 408.
14
berkembang.
ditingkat bawah dan dapat diatasi oleh kerja sama di antara kader-kader
partai.
bisa diterapkan kepada barang, jasa maupun orang, badan atau partai.
partai tinggi berarti partai tersebut memiliki daya pilih tinggi. Untuk
17
Ibid, hlm. 409.
18
Dr. Thomas Token Pureklolon, Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas
Akademis Politikus Dan Negarawan, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2016) hlm. 20.
15
sehingga layak untuk dipilih tetapi karena tidak diketahui publik, maka rakyat
rakyat. Sementara itu ada kampanye yang berkedok sebagai survei, dengan
partai itu menurun karena partai tidak melakukan kinerja yang baik sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap partai sangat rendah karena partai hanya alat
untuk mencapai kekuasaan dan tidak melakukan fungsi partai yaitu menjadi
Kemudian partai juga menjadi saluran aspirasi dari rakyat untuk disampaikan
memilih.
19
IR. H. Didi Apriadi, M. Ak, Paradoks Politik Hati Nurani Mengupas Popularitas VS
Elektabilitas Pemilu 2014, ( jakarta timur : PT Rayyana Komunikasindo,2014) hlm 94.
16
meyakinkan ini juga harus logis, selain itu partai politik harus menunjukkan
bahwa kapabilitas dimiliki lebih bagus dari lawan politik. Partai politik juga
turunnya partai yaitu figur-figur dari luar yang terlihat lebih populer dan
20
Yunia Wardi, Pengaruh Iklan Dan Personal Branding Terhadap Elektabilitas Calon
Walikota/Calon Wakil Walikota Padang Periode 2014-2019, Jurnal Kajian Manajemen Bisnis,
Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 diakses pada tanggal 9 April 2021. Pukul 21:00
21
Burhanuddin Muhtadi, Politik Uang dan Dinamikan Elektoral di Indonesia: Sebuah
Kajian Awal Interaksi Antara “Party-ID” dan Patron-Klien, Jurnal Peneletian Politik. Vol. 10,
Nomor 1, 7 Februari – 16 Juni 2013, diakses pada tanggal 3 oktober 2021, pukul 21:00 WIB
17
partai politik bersikap pragmatis tetapi sekaligus realistis, jika kadernya sendiri
pemilih. Walaupun begitu dalam politik, tidak cukup hanya populer saja, tetapi
22
Nyarwi Ahmad, Manajemen Komunikasi Politik dan Mareketing Politik: Sejarah,
Perspektif, dan Perkembangan Riset, (Yogyakarta: Pustaka Zaman, 2012) hlm 331
18
Menurut Asep Warlan Yusuf bahwa elektabilitas tinggi tidak akan berarti
apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung lain yaitu dukungan partai, data survei
partai, serta kebijakan partai yang secara hierarki, umumnya harus ditentukan oleh
elektabilitas tinggi tidak akan berarti apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung,
mempengaruhi elektabilitas.
Hasil survei beberapa lembaga dari internal ataupun luar tentunya juga
tidak bisa dipisahkan dari perhatian kalangan masyarakat luas. Survei
merupakan faktor elektabilitas karena hal ini tidak lepas dari salah satu
fungsi lembaga survei politik yang memberikan referensi ke masyarakat
melalui hasil survei mengenai elektabilitas yang maju dalam pemilu.
Selain itu survei atau yang juga bisa disebut dengan jejak pendapat
mempunyai pengaruh besar dalam kampanye politik. Hal ini terutama
untuk melihat favorit-tidaknya seorang calon24.
mengenai elektabilitas kandidat yang maju dalam ajang pemilu. Hal ini
dimungkinkan karena hasil survei dapat diartikan sebagai pembentuk opini publik
23
Tommy Mandala Putra, “ Pengaruh isu Lokal Terhadap Elektabilitas Calon pada
Pemilihan Kepala Desa di Desa Margomulyo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun
2019” Skripsi Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Tahun 2020 hlm.17. Diakses pada Tanggal 10 Oktober 2021
Pukul 16:45 WIB
24
Dista Kurniawan, Pengaruh Hasil Survei Tentang Elektabilitas Capres-Cawapres 2014
Terhadap Prilaku Pemilih di Surabaya, Jurnal Review Politik. Volume 05, Nomor 01, juni 2015,
Diakses Pada Tanggal 10 Oktober 2021, Pukul 19:25 WIB
19
tahun 2019.
Upaya Penyelesaian
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai
sebaran kuesioner terhadap responden mata pilih pada dapil Sarolangun yaitu
tahun 2019.
a. Populasi
Populasi yaitu wilayah generalisasi terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah pada obyek atau subyek dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat dimiliki oleh subyek atau obyek itu sendiri.26
Berdasarkan defenisi di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi
Tabel 1.3
Data DPT Pemilihan Umum Legeslatif di Kabupaten Sarolangun
26
Sugiyono. Op.cit, hlm 80.
22
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
Slovin.28
𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh DPT
e = Terjadinya Kesalahan
penelitian ini 90% dan akan terjadi kesalahan 10% maka besarnya menurut rumus
guna memudahkan penelitian ini, maka untuk menentukan responden yang akan
27
Ibid. hlm. 81.
28
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm 170.
23
dijadikan sampel penelitian adalah 100 orang dari 4 dapil dimana terdapat di
Sampling. Teknik ini biasanya digunakan peneliti mengambil wakil dari tiap
kelompok yang ada dalam populasi dan didesain untuk peneliti menginginkan
sumber data dan sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam.
𝒏𝟏 𝐗 𝒏
rumus yamane : 𝒏 =
𝑵
Tabel 1.4
Perhitungan Sampel Disetiap Kecamatan
Rumus Hasil
Dapil Kecamatan Jumlah Sampel
Perhitungan Perhitungan
34,246
Sarolangun × 100 17,96 = (18) 18
190,664
1 14,537
Bathin VIII × 100 7,62 = (8) 8
190,664
16,236
Pauh × 100 8,51 = (9) 9
190,664
17,475
2 Air Hitam × 100 9,16 = (9) 9
190,664
25,312
Mandiangin × 100 13,27 = (13) 13
190,664
22,016
Pelawan × 100 11,54 = (12) 12
190,664
3 26,858
Singkut × 100 14,08 = (14) 14
190,664
12,334
Limun × 100 6,46 = (6) 6
190,664
Cermin Nan 8,434
4 × 100 4,42 = (4) 4
Gadang 190,664
13,216
Batang Asai × 100 6,93 = (7) 7
190,664
TOTAL 100 100
24
a. Data Primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari sumber objek
b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang telah diolah dari jawaban
angket dari pernyataan. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil
pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk
lain.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai cara.
a. Kuesioner (Angket)
29
Lisa harrison, Metode Penelitian Politik,( Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,2016),
Hlm 46.
25
rata. Kemudian menghitung rata-rata skor dengan jumlah skor ideal atau
skor tertinggi untuk semua butir pernyataan 5 x 100 = 500 dan jumlah skor
30
Sugiyono. Op.cit, hlm 93
26
Responden = 100
sebagai berikut:
Tabel 1.5
Interval Penilaian
NO INTERVAL KATEGORI
Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Tahu /
1 100 – 180
Sangat Tidak suka
2 181 – 260 Tidak Setuju / Tidak Tahu / Tidak suka
b. Studi kepustakaan
data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul.