Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Partai politik merupakan organisasi politik resmi dibentuk oleh orang-

orang mempunyai kepentingan sama. Dengan begitu partai politik adalah

instrumen yang paling penting dalam demokrasi karena partai politik merupakan

bentuk dari kebebasan masyarakat untuk mendirikan sebuah kelompok demi

kepentingannya, oleh karena itu partai politik sebagai organisasi kelompok

masyarakat harus mampu mendapatkan kekuasaan.

Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan


guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi
tertentu. Cara digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik
demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut
serta dalam pemilu. Secara garis besar ketika melaksanakan fungsi itu,
partai politik dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan,
ketiga kegiatan itu meliputi seleksi calon-calon, kampanye, dan
melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif/eksekutif)1.
Dengan demikian partai politik dalam demokrasi memiliki fungsi yaitu

mempertahankan kekuasaan, mewujudkan program-program dan juga menjadi

wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan

bernegara dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Partai politik dalam

melakukan kegiatan menyeleksi calon-calon dan berkampanye yaitu upaya untuk

mendapatkan elektabilitas dalam mengikuti pemilu.

Pemilu merupakan salah satu pilar utama dari sebuah proses akumulasi

kehendak masyarakat untuk memilih pemimpin. pemilu dilaksanakan karena

1
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hlm. 149

1
2

pergantian kekuasaan yang paling aman2. Pemilu akan mengakhiri krisis kabinet,

mencegah keterlambatan serta kegagalan pemerintah, menciptakan parlemen

representatif, serta mempunyai kekuasaan moral dalam menjaring partai-partai

politik.

Dengan demikian pemilihan umum itu harus terlaksana dari aturan yang

berlaku dilihat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat 1,

menyebutkan bahwa pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih

anggota DPR, DPD, Presiden dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota

DPRD, maka dilaksanakan secara umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam

Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945.

Menurut Prof. Soenario, dengan pemilihan umum rakyat berharap dapat

segera tercipta stabilitas politik untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Parlemen

dihasilkan oleh pemilu dan dipandang sebagai suatu tahap awal dalam evolusi

bangsa ke arah demokrasi yang melambangkan suatu pencapaian penting3.

Dengan begitu pentingnya pemilu khususnya legislatif partai politik harus

memiliki calon yang mempunyai elektabilitas agar dapat memperoleh suara

dipemilu untuk mendapatkan kursi legislatif. Disinilah partai politik

melaksanakan fungsinya yaitu sarana sosialisasi untuk berkampanye memperoleh

elektabilitas.

2
Nur Hidayat Sardini, Restorasi Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia, (Yogyakarta:
fajar media press, 2011) hlm 1
3
Dian Nugraheni, “ Pelaksanaan Pendidikan Politik oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) Kota Tegal” Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, tahun 2017 hlm. 2. Diakses pada tanggal 8 april 2021, pukul 19:00
WIB
3

Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria


pilihan. Elektabilitas bisa diterapkan kepada barang, jasa maupun orang,
badan atau partai. Elektabilitas sering dibicarakan menjelang pemilihan
umum. Elektabilitas partai politik berarti tingkat keterpilihan partai politik
dipublik. Elektabilitas partai tinggi berati partai tersebut memiliki daya pilih
tinggi. Untuk meningkatkan elektabilitas maka objek elektabilitas harus
memenuhi kriteria keterpilihan dan juga populer4.
Elektabilitas dalam pemaknaan politik adalah tingkat keterpilihan suatu

partai, atau kandidat yang terkait dengan proses pemilu. Dengan begitu

pentingnya elektabilitas mempengaruhi tingkat keterpilihan dan disesuaikan

dengan kriteria pilihan, sehingga elektabilitas partai tersebut memiliki daya pilih

tinggi, dan elektabilitas juga dapat dilihat pada perolehan suara pemilu.

Pada Pemilu 1999 sebagai pemilu yang pertama kali diikuti, PDI-P langsung
mendapatkan perolehan suara 33.74% sebagai perolehan suara tertinggi
dalam sejarah partai dan mendapatkan 153 kursi di parlemen. Sedangkan
pada pemilu 2004, suara PDI-P menurun ke peringkat kedua sebesar
18,53% dengan perolehan kursi 109. Namun Pada pemilu legislatif 2014
PDI-P Kembali memperoleh suara di peringkat pertama dengan persentase
18,96% dengan kursi sebanyak 109, dan pada tahun 2019 PDI-P konsisten
bertahan pada posisi pertama dengan suara 19,33% dan jumlah kursi 1285.
Salah satu partai berbasis nasionalis untuk mampu bertahan dan terus

menunjukkan eksistensinya hingga saat ini adalah PDI-P. Partai ini tidak semata-

mata dengan mudah membuat dirinya dikenal oleh masyarakat. Partai yang sudah

lama berkiprah di Indonesia dan memiliki kekuatan besar, juga terkenal dengan

pendukung setia terhadap partai. PDI-P di Provinsi Jambi telah mengikuti pesta

demokrasi sejak pemilu 1999. Dalam sejarahnya, PDI-P pernah menjadi partai

besar di era reformasi.


4
Muh.Yunus, “Pengaruh Elit Politik Terhadap Elitabilitas Calon Anggota Legislatif Partai
Demokrat Dapil 2 Pada Pemilu 2014 di Kota Makassar” Skripsi Progam Studi Ilmu Politik
Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam Indonesia, Makassar, tahun 2015,
hlm.7. Diakses pada tanggal 8 april 2021, Pukul 19:30.
5
https://www.bps.go.id/statictable/2009/03/04/1573/hasil-penghitungan-suara-sah-partai-
politik-peserta-pemilu-legislatif-tahun-1955-2019.html diakses pada tanggal 8 april 2021, pukul
22:30 WIB
4

Di Provinsi Jambi PDI-P memiliki basis yang cukup kuat, terbukti dengan

hasil pleno KPU Provinsi Jambi terkait rekapitulasi suara hasil pemilu DPRD

tingkat Provinsi Jambi 2019, dimana PDI-P meraih suara terbanyak dengan

jumlah 9 kursi di DPRD dengan perolehan 264.034 suara.6

Sebagaimana diketahui PDI-P menunjukan konsisten eksistensinya sebagai

partai besar dengan basis pendukung yang cukup luas diberbagai daerah

khususnya Provinsi Jambi, hal ini tidak mudah, namun dapat dilakukan oleh

PDI-P karena terbukti mendapatkan kursi terbanyak di DPRD Provinsi Jambi.

Namun hal menarik terjadi meskipun menjadi pemenang ditingkat Provinsi


justru PDI-P mengalami hal yang tidak baik di Kabupaten Sarolangun
dengan menurunnya perolehan suara sebanyak dua kursi dari pemilu
sebelumnya. Berdasarkan hasil akhir rekapitulasi perolehan suara Pemilu
2019 dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sarolangun partai
Golkar berhasil menggeserkan posisi PDI-P. Golkar menempati posisi
kedua dibawah PDI-P dalam perolehan kursi DPRD Sarolangun tahun 2014,
berhasil naik ke posisi pertama pada Pemilu 2019. Hal ini menimbulkan
pertanyaan apakah penyebab terjadinya penurunan suara PDI-P. Padahal
Pada Pemilu 2014, kursi terbanyak di DPRD Sarolangun diraih caleg PDI-P
sebanyak 6 kursi lalu turun menjadi 4 kursi.7
Berdasarkan pendapat di atas PDI-P mengalami penurunan elektabilitas di

Kabupaten Sarolangun, karena pada tahun 2019 perolehan kursi PDI-P menurun

sebanyak 2 kursi dari 6 kursi di tahun 2014, yang berhasil digeserkan oleh partai

penguasa yaitu Golkar dari posisi pertama di tahun 2019 pada pemilu legislatif

DPRD Kabupaten Sarolangun.

6
Jamberita.com, raih 9 kursi, PDI-P pemenang pemilu DPRD Provinsi jambi , berikut
perolehan suara lenkap Parpol, https://jamberita.com/read/2019/05/11/5949620/raih-9-kursi-pdip-
pemenang-pemilu-dprd-provinsi-jambi-berikut-perolehan-suara-lenkap-parpol diakses pada
tanggal 8 april 2021, pukul 21:00 WIB.
7
Radesman Saragih, Raih 8 Kursi DPRD Sarolangun, Golkar Sodok PDIP,
https://www.beritasatu.com/politik/552976/raih-8-kursi-dprd-sarolangun-golkar-sodok-pdip
diakses pada tanggal 8 April 2021, pukul 21:00 WIB.
5

Tabel 1.1
Perolehan Suara Pileg DPRD Kabupaten Sarolangun Tahun 2014 & 2019
Dapil Dapil Dapil Dapil Persentase
PARPOL Sarolangun 1 Sarolangun 2 Sarolangun 3 Sarolangun 4 Perolehan
2014 2019 2014 2019 2014 2019 2014 2019 Suara
3.420 4.938 3.697 5.414 2.400 2.963 2.470 2.232
PKB 104,65%
44,39% 46,44% 23,46% -9,64%
4.258 3.500 5.631 4.423 4.679 4.089 1.564 2.198
Gerindra 31,58%
-17,80% 21,45% -12,61% 40,54%
6.301 9.826 8.857 9.617 5.904 8.858 4.668 8.343
Golkar 193,28%
55,94% 8,58% 50,03% 78,73%
3.327 2.429 6.741 10.246 7.042 3.401 4.506 2.621
PDI-P - 68,52%
-26,99% 52,00% -51,70% -41,83%
2.363 62 4.380 254 3.688 3.835 3.182 37
Nasdem - 286,43%
-97,38% -94,20% 3,99% -98,84%
3.028 4.272 4.956 3.128 3.645 4.406 2.573 4.854
PKS 113,72%
41,08% -36,88% 20,88% 88,64%
4.331 5.031 3.405 3.102 1.881 4.273 3.722 4.718
PPP 161,19%
16,16% -8,90% 127,17% 26,76%
2.407 2.888 1.886 3.131 2.378 911 3.185 2.991
PAN 18,21%
19,98% 66,01% -61,69% -6,09%
2.787 2.324 2.620 22 2.414 10 3.720 503
Hanura - 301,48%
-16,61% -99,16% -99,59% -86,48%
6.174 7.985 4.741 3.742 3.426 6.625 2.183 411
Demokrat 20,46%
29,33% -21,07% 93,37% -81,17%
1.072 41 449 164 1.532 15 19 17
PBB - 269,20%
-96,18% -63,47% -99,02% -10,53%
4.216 5 31 10 946 12 `12 5
PKPI - 340,81%
-99,88% -83,87% -98,73% -58,33%
Sumber: Komisi Pemilihan Umum.

Berdasarkan perbandingan tabel di atas terjadi perubahan suara cukup

signifikan, dimana partai Hanura, Nasdem, PBB, PKPI, dan PDI-P mengalamin

penurunan, tetapi PDI-P sebagai partai pemenang periode 2014 mengalami

penurunan basis suara -68,52 % di tahun 2019 sehingga mempengaruhi

elektabilitas PDI-P di Kabupaten Sarolangun, terlihat bahwa basis suara PDI-P di

3 dapil Sarolangun lainya mendapatkan suara lebih rendah sehingga berdampak

pada penurunan perolehan kursi dilegislatif Kabupaten Sarolangun di tahun 2019.


6

Tabel 1.2
Daftar Nama-Nama Anggota dan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten
Sarolangun Tahun 2019

Dapil Dapil Dapil Dapil


PARPOL Sarolangun 1 Sarolangun 2 Sarolangun 3 Kursi
Sarolangun 4
M Fadlan
PKB Muslimin Alimuntoha - 3
Arafiqi
Ahmad
Gerindra Abdul Basid Slamet Kastalo - 3
Sarwani
H Zulkifli Tantowi
Cik Marleni Pahrul Rozi
Sudin Jauhari
Golkar 8
Yusuf Helmi Amir
Jeffri Sonnefil Azakil Azmi
AB Mahmud
Heldawati
Syahrial
PDI-P - Nadeak Asmarul 4
Gunawan
AH Marzuki
Nasdem - - Azra'i Wahab - 1
Fadlan Kholik
PKS Zulkifli YS Siti Aisyah Rapalan 4
SE ME,sy
Perindo - Sadaini - - 1
Willy
PPP H Hurmin M Zabidi Ir Suherman 4
Kurniawan
PAN Ade Saputra Sapto Agung - Hermi S Sos 3
Asrin Amer
Aang H.Muhammad
Demokrat Ronal - 4
Purnama Syaihu
Pasaribu
Jumlah 35
Sumber: https://www/getra.com.

Berdasarkan data di atas bisa dilihat tahun 2019 Golkar partai penguasa

daerah mendapatkan kursi terbanyak yaitu 8 kursi sedangkan PDI-P hanya

mendapatkan 4 kursi, sehingga menurunnya elektabilitas PDI-P pada pemilu

legislatif DPRD Kabupaten Sarolangun pada tahun 2019 berdampak pada

perolehan suara dan kursi.


7

Menurunnya elektabilitas PDI-P di Kabupaten Sarolangun, diduga yaitu

PDI-P kurang mencermati pergeseran politik di Sarolangun. Misalnya, saat itu

PDI-P tidak memiliki seorang figur yang kharismatik berpengaruh untuk dapat

menarik pemilih, serta terkait pasal hukum yang dialami ketua DPRD Kabupaten

Sarolangun pada tahun 2014 Muhammad Syaihu yaitu tersandung kasus pidana,

Kemudian Ketua DPC diganti dengan Ketua PKS pada masa muhammad syaihu

terjerat, dan Ketua DPC PDI-P saat ini memegang dua jabatan mungkin ini salah

satu tidak fokusnya partai terhadap gejolak yang terjadi pada saat ini sehingga

kurang mendapat simpatik dari masyarakat, dan mungkin partai Golkar sebagai

partai penguasa di daerah mempengaruhi kader partai PDI-P berkurang. Hal-hal

tersebut tidak menutup kemungkinan pemicu menurunnya elektabiltas PDI-P di

Kabupaten Sarolangun.

Persaingan semakin kompetitif tak mudah untuk memenangi kontestasi


tampaknya akan terus mendorong partai politik dan para kandidat untuk
mencari atau menggunakan berbagai cara dan strategi. Kampanye, dalam
pengertian konvensional maksudnya, merupakan jalan untuk kebutuhan
memenangi kontestasi itu. Tetapi kampanye yang monoton, tidak cukup
kreatif, dan hanya dilakukan dengan cara-cara tradisional-konvensional
sehingga tampaknya akan menemui jalan buntu dan tidak efektif lagi pada
saat ini dan kedepan.8
Dengan demikian Pentingnya penelitian ini diteliti agar dapat memahami

gejolak politik yang sedang dialami oleh PDI-P, dan PDI-P sebagai partai

pemenang di 2014 mengalami penurunan suara dari 2014 ke 2019 sebesar 68,52%

sehingga saya tertarik meneliti menurunnya elektabilitas PDI-P di Kabupaten

Sarolangun tahun 2019.

8
Agus Sutisnam, Perspektif Marketing Politik: Kegagalan PDIP dan Partai Demokrat
Dalam Mempertahankan Posisi Sebagai Partai Pemenang Pemilu 1999 dan Pemilu 2009, Jurnal
Ilmu Pemerintah. Vol. 2 No. 1, April 2016. diakses pada tanggal 8 april 2021, pukul 22:00 WIB.
8

Adapun penelitian terdahulu dari Abdullah dan Cut Maya Aprita Sari

berjudul Menurunnya Elektabilitas Partai Politik Lokal Di Aceh (Studi Analisis

Partai Aceh Pada Pemilihan Legislatif DPRA 2019), dalam Jurnal Ilmiah

Mahasiswa FISIP Unsyiah tahun 2020 adapun hasil dari peneltian ini menunjukan

bahwa faktor penyebab menurunnya elektabilitas Partai Aceh pada pemilihan

legislatif DPRA tahun 2019 antara lain: terjadi kekosongan figur di Partai Aceh,

menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap Partai Aceh, lemahnya marketing

Partai Aceh dalam meraih suara, serta money politics yang masif. Berdasarkan

temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa solusi untuk menaikkan

elektabilitas Partai Aceh pada pemilihan legislatif DPRA pada tahun 2024 yaitu

dengan melakukan keanggotaan dan rekrutmen kader, serta melakukan re-

branding partai9.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu dilihat dari tujuan

dimana sama-sama membahas mengenai penurunan elektabilitas partai politik

dalam pemilu legislatif serta mengetahui faktor apa saja penyebab hal tersebut

terjadi. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan dalam

kedua penelitian ini, penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif

kualitatif sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriftif kuantitatif,

perbedaan juga dapat dilihat dari segi waktu, tempat dan pelaksanaan penelitian.

9
Abdullah dan Cut Maya Aprita Sari, Menurunnya Elektabilitas Partai Politik Lokal Di
Aceh (Studi Analisis Partai Aceh Pada Pemilihan Legislatif DPRA 2019), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 5, Nomor 1: 1-18 Februari 2020 diaskes pada tanggal 9 April
2021, pukul 22:00
9

Penelitian selanjutnya dari Sitaresmi N.R.P Puteri berjudul Penurunan Suara

Partai Kebangkitan Bangsa Dalam Pemilu Legislatif 2009 Di Kabupaten Jombang

Dan Upaya-Upaya Mengatasinya. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

kekecewaan dari warga (NU) atas Partai Kebangkitan Bangsa dianggap tidak

fokus lagi pada tujuan awal, serta adanya hegemoni Kyai yang berlaku dan juga

adanya budaya dari masyarakat Jombang dalam menikmati politik uang para

politisi10.

Adapun persamaan kedua penelitian di atas dilihat dari tujuan dimana sama-

sama membahas mengenai penurunan elektabilitas partai politik dalam pemilu

legislatif serta mengetahui faktor apa saja penyebab hal tersebut terjadi.

Sedangkan perbedaanya terletak pada metode yang digunakan dalam kedua

penelitian ini, penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif kualitatif

sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, perbedaan

juga dapat dilihat dari segi waktu, tempat dan pelaksanaan penelitian serta pada

penelitian sebelumnya lebih memfokuskan kepada partai politik berbasis islam

sedangkan penelitian di atas fokus kepada partai nasionalis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Persepsi Masyarakat

Terhadap Menurunnya Elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) Pada Pemilihan Legislatif Kabupaten Sarolangun

Tahun 2019”.

10
Sitaresmi N.R.P Puteri berjudul Penurunan Suara PKB Dalam Pemilu Legislatif 2009
Di Kabupaten Jombang Dan Upaya-Upaya Mengatasinya, Jurnal Politik Muda, Volume. 3 Nomor.
3, Agustus-Desember 2014, 434-445 diakses pada tanggal 9 April 2021, 21:00 WIB.
10

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan penelitian ini adalah :

a. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap aspek internal dan eksternal

sehingga menurunnya elektabilitas politik dibasis pendukung PDI-P pada

pemilihan legislatif tahun 2019 di Kabupaten Sarolangun?

b. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh PDI-P di Kabupaten

Sarolangun dalam penguatan kembali elektabilitas politik menghadapi

pemilihan legislatif tahun 2024?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap aspek internal dan

eksternal sehingga menurunnya elektabilitas politik dibasis PDI-P pada

pemilihan legislatif tahun 2019 di Kabupaten Sarolangun.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh PDI-P di Kabupaten

Sarolangun dalam penguatan kembali elektabilitas politik menghadapi

pemilihan legislatif tahun 2024.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat diharapkan memberi manfaat bagi peneliti akademis,

dan peneliti lainya. Manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan lebih

mendalam menganai persepsi masyarakat terhadap menurunnya

elektabilitas PDI-P pada pemilihan legislatif Kabupaten Sarolangun.


11

2) Sebagai bahan untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang teori dan

konsep-konsep yang diperoleh selama masa perkuliahan dibandingkan

dengan penerapannya secara nyata.

b. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi peneliti adalah menambah pengetahuan yang lebih

mendalam mengenai persepsi masyarakat terhadap menurunnya

elektabilitas PDI-P pada pemilihan legislatif Kabupaten Sarolangun.

2) Sebagai bahan masukan informasi dan pedoman bagi individu,

masyarakat, maupun pihak berkepentingan dalam mempertimbangkan

berbagai hal berkaitan dengan menurunnya elektabilitas partai politik.

1.5. Landasan Teori

1.5.1. Teori Partai Politik

Teori partai politik menurut Miriam Budiarjo merupakan suatu


kelompok yang terorganisir dengan anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita. Tujuan kelompok ini untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik,
dengan cara konstitusional untuk melaksanakan programnya11.

Partai politik adalah unsur penting dalam kehidupan politik dan

pemerintahan. Partai politik menghubungkan masyarakat madani dengan

negara dan lembaga-lembaganya. Selain itu, partai menyuarakan pandangan

serta kepentingan berbagai kalangan masyarakat.

Partai politik pertama kali lahir di Negara-Negara Eropa Barat, dengan

meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu

diperhitungkan serta diikutsertakan dalam partai politik, maka partai politik

11
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 403-404.
12

telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat

disatu pihak dan pemerintah dipihak lain. Seiring berjalannya waktu, partai

politik tersebut disebabkan oleh perkembangan demokrasi diberbagai dunia12.

Secara umum partai politik adalah organisasi politik yang menjalani

ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Fungsi utama dari

partai politik ini sendiri adalah untuk mencari kekuasaan, mendapatkan

kekuasaan dan mempertahankannya.

Cara partai politik untuk memperoleh kekuasaan dengan berpartisipasi


dalam pemilihan umum. Untuk melaksanakan fungsi tersebut partai
politik melakukan tiga hal umum dilakukan oleh partai politik yaitu
menyeleksi calon-calon, setelah calon-calon partai terpilih selanjutnya
ialah melakukan kampanye, setelah kampanye dilaksanakan dan calon
terpilih dalam pemilihan umum selanjutnya dilakukan oleh partai ialah
melaksanakan fungsi pemerintahan baik legislatif ataupun eksekutif13.
Dengan cara inilah partai politik mendapatkan kekuasaan dan harus

melalukan fungsinya di pemerintah agar partai politik mendapatkan

keparcayaan dari masyarakat sebagai legislatif ataupun eksekutif yang

mengabdi kepada negara untuk rakyat.

Secara lebih rinci Miriam Budiardjo menyebutkan bahwa fungsi partai

politik adalah:

1) Sarana Komunikasi Politik

Partai politik berfungsi sebagai komunikator sekaligus komunikan


politik untuk menyampaikan segala informasi, tidak hanya dari
pemerintah yang terkait regulasi, keputusan-keputusan, dan
kebijaksanaan, tetapi juga aspirasi mereka ditampung dari masyarakat.
Kedudukan partai politik menjadi suatu komponen penting dalam
sistem politik.14

12
Ibid, hlm.397.
13
Labolo Muhadam & Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2015), hlm.15
14
Miriam Budiardjo. Op.cit, hlm. 405.
13

Berdasarkan fungsi inilah partai politik sering disebut sebagai

perantara dalam suatu ide-ide, dan kadang juga dikatakan bahwa partai

politik untuk pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan

bagi warga masyarakat sebagai tempat untuk menampung aspirasi

masyarakat atau sebagai pengeras suara.

2) Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya


seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik,
umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Ia adalah
bagian dari proses untuk menentukan sikap politik seseorang, misalnya
mengenal nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan
kewajiban. Dimensi lain dari sosialisasi politik adalah sebagai proses
melaluinya masyarakat menyampaikan ”budaya politik” yaitu norma-
norma dan nilai-nilai, dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan demikian sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam
terbentuknya budaya politik (political culture) suatu bangsa.15
Dari sinilah partai politik mensosialiasikan dan menjadi proses

untuk orang yang melaluinya dalam masyarakat tertentu untuk belajar

mengenali sistem politiknya. Proses ini sedikit banyak menentukan

persepsi dan reaksi terhadap fenomena politik dimasyarakat, dan

menentukan sikap politik seseorang.

3) Sarana Rekrutmen Politik/ Promosi

Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik


kepemimpinan internal maupun kepentingan nasional. Untuk
kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader berkualitas,
karena hanya kader yang berkualitas dapat menjadi partai yang
mempunyai kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri.
Dengan mempunyai kader-kader terbaik maka partai tidak akan sulit
menentukan pemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk
mengajukan calon untuk masuk ke bursa kepemimpinan nasional16.

15
Ibid, hlm. 407.
16
Ibid, hlm. 408.
14

Berdasarkan fungsi tersebut rekrutmen politik merupakan salah

satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin untuk

mempunyai kader-kader yang berkualitas agar partai tersebut

berkembang.

4) Sarana Pengatur Konflik

Potensi konflik selalu ada disetiap masyarakat, apalagi dimasyarakat


yang bersifat heterogen, apakah dari segi etnis (suku bangsa), sosial-
ekonomi, maupun agama. Setiap perbedaan tersebut menyimpan
potensi konflik. Disini peran partai politik diperlukan untuk membantu
mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa
sehingga akibat negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin17.
Berdasarkan pengertian tersebut dari sinilah dikatakan bahwa

partai politik dapat menjadi penghubung antara warga negara dan

pemerintahan untuk mengatasi konflik perbedaan atau perpecahan

ditingkat bawah dan dapat diatasi oleh kerja sama di antara kader-kader

partai.

1.5.2. Konsep Elektabilitas Politik

Elektabilitas Menurut Thomas Token Pureklolon, bahwa elektabilitas

adalah tingkat keterpilihan disesuaikan dengan kriteria pilihan.18 Elektabilitas

bisa diterapkan kepada barang, jasa maupun orang, badan atau partai.

Elektabilitas sering dibicarakan menjelang pemilihan umum. Elektabilitas

partai politik berarti tingkat keterpilihan partai politik dipublik. Elektabilitas

partai tinggi berarti partai tersebut memiliki daya pilih tinggi. Untuk

meningkatkan elektabilitas maka objek elektabilitas harus memenuhi kriteria

17
Ibid, hlm. 409.
18
Dr. Thomas Token Pureklolon, Komunikasi Politik Mempertahankan Integritas
Akademis Politikus Dan Negarawan, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2016) hlm. 20.
15

keterpilihan dan juga populer. Sedangkan popularitas adalah tingkat

keterkenalan di mata publik. Sebaliknya meskipun mempunyai elektabilitas

sehingga layak untuk dipilih tetapi karena tidak diketahui publik, maka rakyat

tidak memilih. Guna meningkatkan elektabilitas maka sangat tergantung pada

teknik kampanye yang dipergunakan.

Ada kampanye menyentuh, ada kampanye tidak menyentuh kepentingan

rakyat. Sementara itu ada kampanye yang berkedok sebagai survei, dengan

tujuan untuk mempengaruhi orang-orang agar sulit membuat keputusan dan

sekaligus mematahkan semangat lawan.

Elektabilitas partai. Pada tahun 2012, Centre For Strategic and


International Studies meluncurkan hasil surveinya. Lembaga ini
menemukan bahwa mayoritas masyarakat tidak percaya kepada partai.
Menurut CSIS Sunny Tuniwidjaja, kepercayaaan masyarakat terhadap
partai politik sangat rendah. Hanya 22,4% responden menilai partai politik
memiliki kinerja yang baik. Didalam sistem demokrasi itu partai punya
tugas dua arah, hari ini dua fungsi ini tidak berjalan. Mereka betul betul
hanya dijadikan alat mencapai kekuasaan.19

Berdasarkan survei ini lah menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas partai-

partai itu menurun karena partai tidak melakukan kinerja yang baik sehingga

kepercayaan masyarakat terhadap partai sangat rendah karena partai hanya alat

untuk mencapai kekuasaan dan tidak melakukan fungsi partai yaitu menjadi

corong untuk mensosialisasikan keputusan-keputusan dari atas ke bawah.

Kemudian partai juga menjadi saluran aspirasi dari rakyat untuk disampaikan

kepada pemerintah. Hal ini lah menjadi pertimbangan, masyarkat untuk

memilih.

19
IR. H. Didi Apriadi, M. Ak, Paradoks Politik Hati Nurani Mengupas Popularitas VS
Elektabilitas Pemilu 2014, ( jakarta timur : PT Rayyana Komunikasindo,2014) hlm 94.
16

Elektabilitas merupakan suatu keberhasilan orang untuk memperoleh


tingkat keterpilihan tersebut, masing-masing pasangan calon harus mampu
membuat para pemilih paham akan visi dan misinya dalam suatu program,
dan paham mengenai nilai-nilai yang dimiliki masing-masing calon,
Pengaruh Iklan dan Personal Branding. Misalnya siapakah dia, apa
keunikannya, apa kehebatannya sehingga ia banyak disukai dan dicintai
oleh lingkungan. Sebab mereka adalah calon pemimpin publik untuk
masyarakat, tentu mereka membutuhkan elektabilitas tinggi. Apabila para
kandidat ingin mengetahui apakah dalam pemilihan nanti akan keluar jadi
pemenang, maka mereka harus mengetahui elektabilitas dirinya20.
Banyak hal bisa dilakukan dalam meningkatkan elektabilitas membangun

dan meyakinkan kepada para pendukung, loyalitas, dan masyarakat akan

keteguhan tekad dan kemantapan untuk bertarung dalam pemilihan, cara

meyakinkan ini juga harus logis, selain itu partai politik harus menunjukkan

bahwa kapabilitas dimiliki lebih bagus dari lawan politik. Partai politik juga

harus meyakinkan masyarakat bahwa sumber daya besar dimilikinya mampu

untuk menggerakkan mesin politik dalam pertarungan pada pemilihan. Dengan

begitu partai politik harus mempunyai keunggulan untuk menggerakan sumber

dayanya melalui program-program.

Faktor-faktor mempengaruhi elektabilitas:

Menurut Burhanuddin Muhtadi faktor mempengaruhi elektabilitas naik

turunnya partai yaitu figur-figur dari luar yang terlihat lebih populer dan

elektabilitasnya tinggi. Jika calon yang memiliki elektabilitas kuat maka

biasanya mereka ditawari masuk kepartai dan mengusungnya dalam pemilu21.

20
Yunia Wardi, Pengaruh Iklan Dan Personal Branding Terhadap Elektabilitas Calon
Walikota/Calon Wakil Walikota Padang Periode 2014-2019, Jurnal Kajian Manajemen Bisnis,
Volume 4, Nomor 1, Maret 2015 diakses pada tanggal 9 April 2021. Pukul 21:00
21
Burhanuddin Muhtadi, Politik Uang dan Dinamikan Elektoral di Indonesia: Sebuah
Kajian Awal Interaksi Antara “Party-ID” dan Patron-Klien, Jurnal Peneletian Politik. Vol. 10,
Nomor 1, 7 Februari – 16 Juni 2013, diakses pada tanggal 3 oktober 2021, pukul 21:00 WIB
17

Dengan begitu mempunyai figur-figur yang populer dan memiliki

elektabilitas kuat, partai politik dapat meningkatkan elektabilitas partainya, karena

partai politik bersikap pragmatis tetapi sekaligus realistis, jika kadernya sendiri

kurang memiliki peluang untuk unggul dalam pemilu sehingga membutuhkan

figur-figur yang populer dan mempunyai elektabilitas.

Penelitian yang dilakukan Sondakh (2009) menyumbangkan beberapa


temuan, Pertama, pengaruh elektabilitas politik pada calon anggota
legislatif di kalangan pemilih pemula karena faktor popularitas kandidat,
baru kemudian, diikuti oleh faktor kompetensi kandidat, identitas
kepartaian, dan kedekatan pada kandidat. Kedua, popularitas merupakan
faktor penting yang mempengaruhi elektabilitas kandidat yang belum
populer. Akan tetapi, pada kandidat yang telah populer, kompetensi
menjadi variabel yang memiliki kontribusi besar mempengaruhi
elektabilitas kandidat. Ketiga, untuk pemilih di indonesia masih termasuk
kategori pemilih tradisional, hal yang dapat dilihat dari kontribusi
pengaruh paling besar terhadap elektabilitas partai diberikan oleh identitas
kepartaian, baru kemudian diikuti oleh faktor popularitas kandidat lebih
besar dari pada kandidat dari partai yang sudah lama22.

Berdasarkan penelitian Sondakh, faktor yang mempengaruhi elektabilitas

politik yaitu popularitas dan kompetensi, popularitas adalah berhubungan dengan

keterkenalan seseorang sehingga dapat diketahui dikalangan pemilih pemula,

sedangkan kompetensi yaitu sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh

seseorang seperti mempunyai kepandaian dalam sigap menyediakan solusi buat

masyarakat dengan detail melalui program terencana dalam merebut simpati

pemilih. Walaupun begitu dalam politik, tidak cukup hanya populer saja, tetapi

kompetensi seseorang akan dapat juga meningkatkan elektabilitasnya dengan

solusi dan caranya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial yang ada.

22
Nyarwi Ahmad, Manajemen Komunikasi Politik dan Mareketing Politik: Sejarah,
Perspektif, dan Perkembangan Riset, (Yogyakarta: Pustaka Zaman, 2012) hlm 331
18

Menurut Asep Warlan Yusuf bahwa elektabilitas tinggi tidak akan berarti

apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung lain yaitu dukungan partai, data survei

partai, serta kebijakan partai yang secara hierarki, umumnya harus ditentukan oleh

pengurus di tingkat pusat masing-masing partai23.

Berdasarkan pengamat politik Asep Warlan Yusuf mengatakan

elektabilitas tinggi tidak akan berarti apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung,

seperti dukungan partai, misalnya dalam hal pemasangan baliho, dukungan

finansial dan pendekatan pribadi kepada masyarakat, sehingga dapat

mempengaruhi elektabilitas.

Hasil survei beberapa lembaga dari internal ataupun luar tentunya juga
tidak bisa dipisahkan dari perhatian kalangan masyarakat luas. Survei
merupakan faktor elektabilitas karena hal ini tidak lepas dari salah satu
fungsi lembaga survei politik yang memberikan referensi ke masyarakat
melalui hasil survei mengenai elektabilitas yang maju dalam pemilu.
Selain itu survei atau yang juga bisa disebut dengan jejak pendapat
mempunyai pengaruh besar dalam kampanye politik. Hal ini terutama
untuk melihat favorit-tidaknya seorang calon24.

Dengan begitu faktor survei dapat mempengaruhi elektabilitas karena

perhatian masyarakat terhadap hasil-hasil survei mempunyai pengaruh besar

mengenai elektabilitas kandidat yang maju dalam ajang pemilu. Hal ini

dimungkinkan karena hasil survei dapat diartikan sebagai pembentuk opini publik

terhadap kandidat yang mempunyai elektabilitas.

23
Tommy Mandala Putra, “ Pengaruh isu Lokal Terhadap Elektabilitas Calon pada
Pemilihan Kepala Desa di Desa Margomulyo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Tahun
2019” Skripsi Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Tahun 2020 hlm.17. Diakses pada Tanggal 10 Oktober 2021
Pukul 16:45 WIB
24
Dista Kurniawan, Pengaruh Hasil Survei Tentang Elektabilitas Capres-Cawapres 2014
Terhadap Prilaku Pemilih di Surabaya, Jurnal Review Politik. Volume 05, Nomor 01, juni 2015,
Diakses Pada Tanggal 10 Oktober 2021, Pukul 19:25 WIB
19

1.6. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir ini dibuat untuk mempermudah proses dari

penelitian persepsi masyarakat terhadap menurunnya elektabilitas Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan pada pemilihan legislatif Kabupaten Sarolangun

tahun 2019.

Gambar. 1.1 . Kerangka Pikir

Pemilu Legislatif DPRD Kabupaten Sarolangun


tahun 2019

Menurunnya Elektabilitas PDI-P

Asumsi Penyebab Menurunnya


Elektabilitas

Upaya Penyelesaian

Teori Partai Politik Elektabilitas Politik


Fungsi partai politik :
a. Popularitas
1. Sarana komunikasi politik b. Kompetensi
2. Sarana sosialisasi politik
3. Sarana rekrutmen / promosi
4. Sarana pengatur konflik

Meningkatkan Eksistensi Serta Elektabilitas PDI-P di


Kabupaten Sarolangun
20

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai

metode penelitian berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.25

Melalui pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif ini penulis

menggunakan metode yaitu mengumpulkan data-data dimana diperoleh dari

sebaran kuesioner terhadap responden mata pilih pada dapil Sarolangun yaitu

dilakukan dengan cara menganalisis aspek-aspek yang ditemukan dilapangan saat

dilakukannya penelitian, dan pendekatan deskriptif kuantitatif inilah digunakan

penulis dalam mendeskripsikan dan memaparkan persepsi masyarakat terhadap

menurunnya elektabilitas PDI-P pada pemilu legislatif di Kabupaten Sarolangun

tahun 2019.

1.7.2. Lokasi penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan di Kabupaten Sarolangun, karena

PDI-P di Kabupaten Sarolangun pada pemilu tahun 2019 mengalami penurunan

elektabilitas sehingga hanya memperoleh 4 kursi di DPRD, maka Kabupaten

Sarolangun menjadi lokasi penelitian, guna untuk memperoleh informasi dan

data-data yang diperlukan dalam penelitian, secara mendalam.


25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: ALFBETA,
2017), hlm. 34
21

1.7.3. Populasi, dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi yaitu wilayah generalisasi terdiri atas: obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah pada obyek atau subyek dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat dimiliki oleh subyek atau obyek itu sendiri.26
Berdasarkan defenisi di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi

populasi adalah masyarakat Kabupaten Sarolangun. Menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh masyarakat DPT di Kabupaten Sarolangun pada

pemilihan legislatif tahun 2019. Di Kabupaten Sarolangun dengan jumlah DPT

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.3
Data DPT Pemilihan Umum Legeslatif di Kabupaten Sarolangun

Nama Jumlah Jumlah Jumlah


Dapil
Kecamatan Kel/Desa TPS L P L+P
Sarolangun 16 164 16,900 17,346 34,246
1
Bathin VIII 15 65 7,313 7,224 14,537
Pauh 14 75 8,347 7,889 16,236
2 Air Hitam 9 74 9,049 8,426 17,475
Mandiangin 28 114 13,208 12,255 25,312
Pelawan 14 94 11,115 10,901 22,016
3
Singkut 13 116 13,628 13,230 26,858
Limun 16 64 6,208 6,126 12,334
4 Cermin Nan
10 47 4,237 4,197 8,434
Gadang
Batang Asai 23 71 6,601 6,615 13,216
Total 158 874 96,455 94,209 190,664
Sumber :KPU Kabupaten Sarolangun.

26
Sugiyono. Op.cit, hlm 80.
22

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi.27

Dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh penduduk Kabupaten

Sarolangun yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan legislatif di

Kabupaten Sarolangun, karena jumlah populasi diteliti berjumlah lebih dari

seribu, maka untuk menentukan besaran sampel penulis menggunakan teknik

Slovin.28

𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Seluruh DPT
e = Terjadinya Kesalahan

Dalam penelitian ini masyarakat yang akan diteliti sebanyak 190,664

masyarakat. Peneliti disini mengambil taraf keyakinan akan keberhasilan

penelitian ini 90% dan akan terjadi kesalahan 10% maka besarnya menurut rumus

Slovin ini akan menjadi:


𝟏𝟗𝟎.𝟔𝟔𝟒
n = 𝟏+𝟏𝟗𝟎.𝟔𝟔𝟒𝐗 𝟎,𝟏𝟐 = 99.94758 = 100 (Dibulatkan)

Berdasarkan Rumus Slovin didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 orang

guna memudahkan penelitian ini, maka untuk menentukan responden yang akan

27
Ibid. hlm. 81.
28
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm 170.
23

dijadikan sampel penelitian adalah 100 orang dari 4 dapil dimana terdapat di

Kabupaten Sarolangun, Penulis menggunakan Proposional Sampling dan Quota

Sampling. Teknik ini biasanya digunakan peneliti mengambil wakil dari tiap

kelompok yang ada dalam populasi dan didesain untuk peneliti menginginkan

sumber data dan sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam.

Untuk menentukan pembagian sampel disetiap Kecamatan peneliti menggunakan

𝒏𝟏 𝐗 𝒏
rumus yamane : 𝒏 =
𝑵

𝑛1 = Jumlah DPT tiap Kecamatan


n = Jumlah sampel pada populasi awal
N = Jumlah populasi (DPT) Keseluruhan

Tabel 1.4
Perhitungan Sampel Disetiap Kecamatan
Rumus Hasil
Dapil Kecamatan Jumlah Sampel
Perhitungan Perhitungan
34,246
Sarolangun × 100 17,96 = (18) 18
190,664
1 14,537
Bathin VIII × 100 7,62 = (8) 8
190,664
16,236
Pauh × 100 8,51 = (9) 9
190,664
17,475
2 Air Hitam × 100 9,16 = (9) 9
190,664
25,312
Mandiangin × 100 13,27 = (13) 13
190,664
22,016
Pelawan × 100 11,54 = (12) 12
190,664
3 26,858
Singkut × 100 14,08 = (14) 14
190,664
12,334
Limun × 100 6,46 = (6) 6
190,664
Cermin Nan 8,434
4 × 100 4,42 = (4) 4
Gadang 190,664
13,216
Batang Asai × 100 6,93 = (7) 7
190,664
TOTAL 100 100
24

1.7.4. Sumber Data

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis memperoleh data yang

bersumber dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, yaitu data diperoleh secara langsung dari sumber objek

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner

(angket) merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun

secara sistematik, kemudian dibagikan untuk diisi oleh responden.

b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang telah diolah dari jawaban

angket dari pernyataan. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil

pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk

lain.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai cara.

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner (Angket)

Penggunaan kuesioner dalam riset politik diasosiasikan dengan


kebutuhan mendapatkan data kuantitatif, dan keduanya lazim dipakai
dalam dunia rill terutama diriset pasar. Namun, bukan berarti ini
mudah sebab persiapan dan desainnya amat menentukan. Dalam riset
politik kita menggunakan kuesioner untuk mengeksplorasi pertanyaan
riset mencakup pengalaman personal, persepsi, opini, sikap, dan
perilaku orang yang masih hidup29.

29
Lisa harrison, Metode Penelitian Politik,( Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,2016),
Hlm 46.
25

Penyebaran kuesioner ini akan dilakukan melalui media internet bagi

responden yang tidak memungkinkan untuk didatangi langsung. Dalam

penulisan ini penulis menggunakan kuesioner tertutup yaitu berisi

pertanyaan dengan sejumlah jawaban sebagai pilihan sehingga responden

dapat mengecek jawaban sesuai dengan pendiriannya.

Adapun penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

pada skala likert. Menurut sugiyono, Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.30

Dalam penentuan penilaian dari tiap butir pernyataan dapat

menganalisis data angket dengan menghitung skor dari setiap butir

pernyataan dengan rekapitulasi pengumpulan angket dari data 100

responden yang bersumber dari masyarakat di Kabupaten Sarolangun.

Untuk menjawab deskripsi tentang persepsi masyarakat terhadap

menurunnya elektabilitas PDI-P pada pemilihan legislatif di Kabupaten

Sarolangun tahun 2019, dimana digunakan rentang kriteria penilaian rata-

rata. Kemudian menghitung rata-rata skor dengan jumlah skor ideal atau

skor tertinggi untuk semua butir pernyataan 5 x 100 = 500 dan jumlah skor

terendah adalah 1 x 100 = 100.

30
Sugiyono. Op.cit, hlm 93
26

Dimana rumusan rentang kriterian penilaian rata-rata yang digunakan

adalah rentang dibagi banyaknya kelas Interval, adapun rumusnya:

Responden = 100

Hight (H) = 100 x 5 = 500

Low (L) = 100 x 1 = 100

Range(R) = H – L = 500 – 100 = 400


𝑹 400
Interval =𝑲 = = 80
5

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan kriteria penilaian rata-rata

sebagai berikut:

Tabel 1.5
Interval Penilaian

NO INTERVAL KATEGORI
Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Tahu /
1 100 – 180
Sangat Tidak suka
2 181 – 260 Tidak Setuju / Tidak Tahu / Tidak suka

3 261 – 340 Kurang Setuju / Kurang Tahu / Kurang suka

4 341 – 420 Setuju / Tahu / suka

5 421 – 500 Sangat Setuju / Sangat Tahu / Sangat suka

b. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan dengan studi pustaka dimaksudkan

untuk memperoleh data dengan mengumpulkan data tambahan dari

berbagai referensi berupa dokumen, buku-buku teori, jurnal ilmiah,

surat kabar online, dan jurnal online.


27

1.7.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kuantitatif merupakan suatu kegiatan sesudah

data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul.

Teknik analisis data kuantitatif di dalam penelitian kuantitatif yaitu

menggunakan statistik deskriptif.

a. Teknik Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dengan

statistik deskriptif, data yang terkumpul dibentuk tabulasi dan

dianalisis sehingga dapat menggambarkan kondisi di lapangan.

b. Teknik Analisi Data Angket

Data angket diberikan kepada masyarakat Kabupaten

Sarolangun untuk analisis kebutuhan. Tahapan yang dilakukan peneliti

dalam menganalisis data angket, yaitu sebagai berikut:

1) Data angket diperiksa dan diklasifikasikan.

2) Data analisis berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan.

3) Data dideskripsikan sebagai data awal dalam penelitian ini.

4) Menarik kesimpulan umum dari deskripsi data yang ada.

Anda mungkin juga menyukai