Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KINERJA ANGGOTA FRAKSI GERINDRA DPRD

PROVINSI JAWA TENGAH:

STRATEGI DALAM PENYERAPAN ASPIRASI

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Pada Program Studi Ilmu Politik

Oleh:

Sevila Anggie Ambara Satya

NIM 3312419030

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan sistem demokrasi, demokrasi
artinya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka segala bentuk
penyelenggaraan pemerintahan harus didasari oleh kepentingan rakyat.
Sebagai negara yang menggunakan sistem demokrasi, maka aspirasi
masyarakat menjadi hal yang penting dalam menentukan pengambilan
kebijakan dan keputusan. Salah satu bentuk dari pengimplementasian sistem
demokrasi di Indonesia adalah melalui adanya partai politik. Masyarakat
mempunyai kebebasan untuk berpartisipasi aktif dalam suatu partai politik
dan mempengaruhi arah serta pergerakan perubahan negara yang
bersangkutan ke arah yang lebih baik sesuai dengan cita-cita nasional dalam
demokrasi yang demokratis (Jafar, 2015).

Partai politik berfungsi sebagai penghubung kepentingan rakyat


dalam pengambilan kebijakan politik, maka rakyat diperlukan untuk
memiliki wakilnya dalam partai politik (Heri, 2014). Artinya, partai politik
menjadi perantara antara masyarakat dengan lembaga pemerintahan.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem multipartai saat ini terdapat
lebih dari 20 partai politik di Indonesia. Akan tetapi, eksistensi dari suatu
partai politik dapat dibangun melalui kemenangan kader partai di berbagai
Pemilu (Pemilihan Umum) yang dilaksanakan selama 5 tahun sekali baik itu
pemilu eksekutif maupun legislatif.

Tujuan dari pembentukan partai politik adalah untuk


mengedepankan suara-suara masyarakat baik dalam tingkat nasional
ataupun daerah. Sesuai dengan konsep demokrasi, partai politik merupakan
kendaraan bagi para politikus yang ingin masuk ke dalam lembaga
pemerintahan. Sesuai dengan fungsinya, setiap kader partai yang saat ini
telah menjabat di lembaga pemerintahan seharusnya mewakilkan suara
rakyat sebagai bentuk partisipasi masyarakat terhadap berjalannya
pemerintahan di Indonesia sesuai dengan konsep demokrasi. Teori
demokrasi menurut Arbi Sanit dalam (Dessi, 2016) mengajarkan bahwa
masyarakat harus terlibat dalam prosedur dan perumusan kebijakan
pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan di Indonesia
diwakilkan oleh para wakil rakyat yang menggunakan partai politik sebagai
kendaraan politiknya. Pada pemerintahan legislatif baik pusat maupun
daerah, yakni anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) ataupun DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) seharusnya memiliki kesadaran yang
cukup untuk mewakilkan suara-suara masyarakat ke dalam pengambilan
keputusan oleh pemerintah. Salah satu tugas dari lembaga legislatif adalah
membuat keputusan berupa Undang-Undang atau Peraturan Daerah sesuai
dengan kepentingan masyarakat. Akan tetapi, melalui kewenangan legistatif
tersebut justru saat ini para wakil rakyat di tingkat nasional seringkali
mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang yang tidak sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Salah satu kasus pembuatan Undang-Undang yang menimbulkan


kontradiksi dari masyarakat adalah pengesahan Rancangan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (RKUHP). RKUP disahkan pada tanggal 6 bulan
Desember tahun 2022 lalu. Pengesahan ini menuai kontra dari masyarakat.
Terjadi demo besar-besaran di depan gedung DPR oleh masyarakat sebagai
bentuk protes atas disahkannya rancangan Undang-Undang tersebut.
Masyarakat menganggap bahwa isi dari KUHP tersebut akan merugikan
beberapa pihak dan hanya menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa. Hal-
hal yang menjadi keresahan masyarakat dalam pengesahan RKUHP
diantaranya adalah; 1) mengembalikan Pasal-Pasal yang subversif dan anti
demokrasi, 2) mengancam terjadinya kemiskinan, 3) tajam ke bawah dan
tumpul keatas. Melihat dari contoh kasus tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dalam pembuatan kebijakan, DPR belum benar-benar
mengedepankan kepentingan masyarakat, sehingga menimbulkan
kontradiksi dari masyarakat. Sedangkan, orang-orang yang duduk di kursi
DPR adalah kader dari suatu partai politik. Padahal, seharusnya partai
politik menjadi penyalur opini masyarakat kepada pemerintah (Anton,
2013). Akan tetapi, hingga saat ini belum ada solusi dari pemerintah pusat
terkait penolakan masyarakat terhadap pengesahan RKUHP.

Melalui contoh kasus tersebut, maka dapat dilihat bahwa DPR telah
mengecewakan masyarakat melalui tindakan-tindakan pengambilan
keputusan yang tidak sejalan dengan kepentingan masyarakat luas. Hal ini
bertentangan dengan konsep-konsep demokrasi yang ada di Indonesia.
Penerapan demokrasi dalam pembuatan kebijakan seharusnya diterapkan
melalui partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, akan tetapi
para wakil rakyat yang merupakan anggota dari suatu partai politik justru
lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan rakyat.
Kasus pengesahan Undang-Undang KUHP yang terjadi di skala nasional
akan meruntuhkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintahan
di Indonesia hingga ke pemerintahan daerah. Pengesahan RKUHP telah
mencerminkan bahwa wakil rakyat yang duduk di kursi DPR RI tidak
benar-benar mewakilkan suara masyarakat.

Persoalan demokrasi tidak hanya perihal pembuatan kebijakan


Undang-Undang oleh parlemen. Akan tetapi juga terkait dengan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat, untuk pelaksanaan pemerintah yang lebih efektif maka terdapat
pembagian kekuasaan dari pemerintahan pusat ke pemerintahan daerah
yakni DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Provinsi. Menurut
Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2014 Tentang MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPD (Dewan
Perwakilan Daerah), dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Pasal
324 terkait kewajiban anggota DPRD Provinsi pada huruf (j) menjelaskan
bahwa DPRD Provinsi bertugas untuk “menyerap dan menindaklanjuti
aspirasi dan pengaduan masyarakat” maka berdasarkan Undang-Undang
tersebut DPRD sebagai wakil rakyat dituntut untuk menyerap serta
menindaklanjuti segala bentuk aspirasi masyarakat. Undang-Undang
tersebut tentunya berlaku untuk seluruh lembaga pemerintahan Daerah
Provinsi, termasuk kepada DPRD Provinsi Jawa Tengah. Sebagai lembaga
pemerintahan daerah Provinsi, DPRD Provinsi Jawa Tengah diharuskan
untuk menyerap dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat di tingkat daerah
Provinsi.

Sama seperti pemerintahan pusat, dewan perwakilan rakyat di


DPRD Provinsi Jawa Tengah memiliki kendaraan politik yakni partai
politik. Saat ini, Provinsi Jawa Tengah didominasi oleh Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP). Mengingat bahwa saat ini Gubernur Provinsi
Jawa Tengah merupakan kader dari partai PDIP. Akan tetapi, walaupun
PDIP mendominasi Provinsi Jawa Tengah, bukan berarti partai-partai politik
lain tidak dapat mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi
Jawa Tengah. Berdasarkan hasil survei Nasional Charta Politica pada tahun
2019, PDIP dan Partai Gerindra merupakan partai politik tertinggi pilihan
masyarakat. Saat ini terdapat sebanyak 13 anggota partai atau Fraksi
Gerindra yang duduk di kursi pemerintahan DPRD Provinsi Jawa Tengah.
Melalui Fraksi Gerindra, masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya
kepada pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah. Perolehan kursi Gerindra
pada pemilu tahun 2014 ke 2019 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014
Fraksi Gerindra memperoleh sebanyak 11 kursi, lalu mengalami
peningkatan di pemilu Legislatif pada tahun 2019 yakni memperoleh
sebanyak 13 kursi. Melalui peningkatan jumlah anggota Fraksi Gerindra di
DPRD Provinsi Jawa Tengah maka kita dapat melihat bahwa pada dasarnya
pengaruh dari meningkatnya jumlah perolehan kursi oleh Fraksi Gerindra
didasari oleh kinerja anggota dewan kepada masyarakat. Sehingga
masyarakat mempercayakan aspirasinya kepada Fraksi Gerindra.

Anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Tengah bertugas


untuk menyerap dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Penyerapan dan
tindaklanjut aspirasi masyarakat dilakukan melalui beberapa kegiatan
penyerapan aspirasi masyarakat yakni pada saat reses, Kundapil (Kunjungan
Daerah Pemilihan), dan Musrenbang (Musyawarah Rencana
Pembangunan). Ke-tiga kegiatan tersebut merupakan momentum
penyerapan aspirasi oleh para anggota dewan dengan cara terjun langsung
ke masyarakat di Daerah Pemilihan. Setiap anggota dewan memiliki daerah
pemilihannya masing-masing. Daerah pemilihan tersebut merupakan
prioritas anggota dewan dalam menyerap aspirasi masyarakat. Masyarakat
yang ada di daerah pemilihan biasanya disebut sebagai konstituen.
Penyerapan aspirasi masyarakat di daerah pemilihan kemudian menjadi
prioritas anggota dewan untuk memperjuangkan aspirasi tersebut kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Berikut adalah daftar anggota Fraksi
Gerindra berdasarkan daerah pemilihannya.

No. Nama Daerah Pemilihan (Dapil)


1. Rohmat Marzuki, S. Hut Kab. Grobogan, Kab. Blora (Dapil
5)
2. H. Iskandar Zulkarnain Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab.
Pemalang, Kota Pekalongan (Dapil
13)
3. Dwi Yasmanto, STP Kab. Purbalingga, Kab.
Banjarnegara, Kab. Kebumen (Dapil
10)
4. H. M. Ishkak, S. H, M. H, M. M Kab. Tegal, Kab. Brebes, Kota
Tegal (Dapil 12)
5. Drs. H. Heri Pudyatmoko Kab. Purworejo, Kab. Wonosobo,
Kab. Temanggung (Dapil 9)

6. David Ishaq Aryadi, S. E, M. M Kab. Cilacap, Kab. Banyumas


(Dapil 11)

7. Dr. H. Umar Utoyo Kab. Tegal, Kab. Brebes, Kota


Tegal (Dapil 12)
8. Mifta Reza NP. SP, M. M Kab. Semarang, Kab. Kendal, Kota
Salatiga (Dapil 2)
9. Djoni Krisjanto Kab. Klaten, Kab. Sukoharjo, Kota
Surakarta (Dapil 7)
10. Hj. Sri Hartini, S. T Kab. Kudus, Kab. Jepara, Kab.
Demak (Dapil 3)
11. Ir. Sriyanto Saputra, M. M Kab. Wonogiri, Kab. Karangayar,
Kab. Sragen (Dapil 6)
12. Sukardiyono Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kota
Magelang (Dapil 8)
13. Yudi Indras Wendarto, S. E Kota Semarang (Dapil 1)

Daftar Tabel 1.1 Dapil dan Jabatan Anggota Fraksi Gerindra

Sumber: DPRD Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan daerah pemilihan tersebut dapat dilihat bahwa saat ini


setiap anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Tengah memiliki
tanggung jawab akan daerah yang termasuk kedalam kategori kemiskinan
ekstrim yakni Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Wonosobo, dan lainnya.
Kemiskinan merupakan cerminan dari masyarakat yang belum sejahtera.
Kesejahteraan masyarakat dilihat dari bagaimana taraf hidup masyarakat
dapat terjamin mulai dari kondisi ekonomi, pembangunan, pendidikan,
pekerjaan, dan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Pencapaian
kesejahteraan masyrakat akan selalu berkaitan dengan perencanaan
pembangunan. Perencanaan pembangunan merupakan hal yang tidak mudah
sehingga membutuhkan berbagai paradigma serta model pembangunan yang
tepat (Eko dkk, 2014). Maka dari itu, sebagai pihak yang memiliki
wewenang serta kewajiban dalam mensejahterakan masyarakat, anggota
Fraksi Gerindra diwajibkan untuk menanggulangi permasalahan-
permasalahan tersebut.
Penyerapan aspirasi dan perealisasian aspirasi merupakan aspek
yang cukup penting dalam mensejahterakan masyarakat. Melalui
penyerapan aspirasi yang efektif dan perelaisasian aspirasi yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, maka anggota Fraksi Gerindra DPRD
Provinsi Jawa Tengah secara bertahap dapat meminimalisir permasalahan-
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Melalui pendahuluan tersebut,
peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai bagiamana upaya pencapaian
kesejahteraan masyarakat oleh Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa
Tengah melalui penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Anggota
Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Tengah: Strategi Penyerapan
Aspirasi Masyarakat” yang selanjutnya akan membahas mengenai
rumusan masalah yang telah ditetapkan.

A. Rumusan masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah “Bagaimana strategi penyerapan aspirasi
masyarakat yang digunakan oleh Anggota Dewan Fraksi Gerindra
DPRD Provinsi Jawa Tengah?”. Kemudian rumusan masalah tersebut
diturunkan menjadi dua pertanyaan mencakup:

1. Bagaimana hambatan yang dialami oleh anggota DPRD selama


melakukkan kegiatan penyerapan aspirasi?
2. Bagaimana pengimplementasian strategi dalam menyerap aspirasi
dan memilimalisir hambatan yang dilalui?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan


masalah yang dikemukakan, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi penyerapan aspirasi


masyarakat yang digunakan oleh anggota Fraksi Gerindra DPRD
Provinsi Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari strategi penyerapan
aspirasi oleh anggota Fraksi Gerindra DPRD Provinsi Jawa Tengah
dalam menyerap, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.

C. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas,


maka manfaat penelitian yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dalam kehidupan politik mengenai
pentingnya penggunaan strategi penyerapan aspirasi masyarakat
dalam mengioptimalkan penjaringan aspirasi masyarakat guna
merealisasikan sistem demokrasi di Indonesia berdasarkan
cerminan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah
melalui Anggota Fraksi Gerindra.
b. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat mengenai
bagaimana epengaruh dari strategi penyerapan aspirasi
masyarakat dalam proses penyerapan aspirasi dan , penjaringan,
dan tindak lanjut dari aspirasi masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai bagaimana kinerja pemerintah daerah (Provinsi Jawa
Tengah) dalam menyerap, menjaring, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat berdasarkan strategi yang digunakan oleh
masing-masing anggota dewan.
b. Bagi pemerintahan baik di tingkat nasional ataupun daerah dapat
memberikan sudut pandang atau masukan dan saran perihal
penggunaan strategi dalam mengoptimalkan penyerapan,
penjaringan, dan tindak lanjut dari aspirasi masyarakat.

D. Batasan Istilah

Berhubungan dengan judul dari penelitian ini, maka terbentuk suatu


Batasan istilah agar tetap tertuju pada fokus penelitian yang dilakukan,
Batasan istilah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fraksi
Penjelasan fraksi berdasarkan Peraturan Tata Tertib (Tatib) DPR
Pasal 14, Fraksi adalah pengelompokkan anggota DPR sesuai
dengan konfigurasi partai politik hasil dari pemilihan umum. Fraksi
dalam Peratuan DPRD Provinsi Jawa Tengah Nomor. 01 Tahun
2019 Tentang Tata Tertib DPRD Provinsi Jwa Tengah, Pasal 218
ayat (2) adalah alat kelengkapan DPRD yang dapat menindaklanjuti
pengaduan dan aspirasi masyarakat sesuai kewenangannya
2. Strategi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun


2007, penjelasan mengenai strategi terbagi menjadi beberapa poin.
Diantaranya adalah sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai suatu sasaran khusus. Selain itu, terdapat definisi
strategi menurut Soekarton dalam (Rangkuti, 2016) yang
menjelaskan bahwa strategi merupakan tindakan yang dipilih
sebagai aturan dalam perencanaan suatu organisasi. Selain itu,
menurut Nanang Fattah & H. Mohammad Ali dalam Arifin (2017)
strategi digunakan sebagai langkah-langkah yang dipikirkan secara
konseptual dan realistis untuk mencapai sebuah tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan.

Berdasarkan definisi mengenai strategi yang dikemukakan


oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan
sebuah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan khususnya
dalam jangka panjang. Strategi tersebut disusun berdasarkan
kebutuhan dari pihak yang menginginkan suatu keberhasilan dalam
jangka panjang.

3. Aspirasi Masyarakat
Aspirasi masyarakat adalah sebuah harapan yang berkaitan
dengan cita-cita dan hajat hidup mereka untuk mendapatkan suatu
tujuan serta keberhasilan di masa mendatang (Adianto, & As’ari,
2016).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan


bahwa aspirasi masyarakat adalah sebuah usulan yang berasal dari
gagasan atau ide masyarakat yang berketerlibatan langsung dalam
kehidupan-kehidupan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
yang dituangkan dalam bentuk usulan untuk memperbaiki suatu
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai