Anda di halaman 1dari 9

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH


DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2020

oleh
Nama : Riky Fajar Sujatmiko
Kelas : F-13
NPP : 28.0699
Program Studi: Politik Pemerintahan

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2020/2021
A. PENDAHULAN
Pemilihan umum memang menjadi harapan bangsa Indonesia dalam
rangka membentuk pemerintahan yang mencerminkan dan mampu melaksanakan
aspirasi rakyat. Pemilihan umum merupakan sarana pengejawantahan kedaulatan
rakyat, dalam rangka menentukan, mengatur, menyelenggarakan dan mengurus
kehidupan bersama dalam sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.1 Pemilu
memungkinkan semua pihak bisa terakomodasi apa yang diinginkan dan cita-
citakan sehingga terwujud kehidupan yang lebih baik.
Pemilu merupkan manifestasi dari demokrasi yang sesungguhnya
karena kedaulatan sudah sepenuhnya kembali ke tangan rakyat; dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dan akhirnya rakyat bebas untuk menjatuhkan pilihannya
bahkan tidak sedikit dana yang dibutuhkan demi sebuah pemilihan-pemilihan
pejabat politik yang legitimate. Hal tersebut juga berlaku di setiap pemilu,
termasuk pemilukada. Sehingga legitimasi keterpilihan seorang kontestan pemilu
menuntut adanya tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu yang tinggi.
Perubahan sistem Pemilukada secara langsung lebih ditekankan pada
upaya penegakan kedaulatan rakyat dan akuntabilitas dari kepala daerah. Dengan
kata lain, akan lebih demokratis seperti yang diharapkan dan diamanatkan dalam
amandemen UUD 1945 pasal 18.4 Dengan pemilihan langsung, DPRD Provinsi
tidak lagi berwenang memilih Gubernur dan Wakil Gubernur serta DPRD
Kabupaten/Kota tidak lagi berwenang memilih Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota.
Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan
negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik.
Secara umum dalam masyarakat tradisional yang sifat kepemimpinan politiknya
lebih ditentukan oleh segolongan elit penguasa, keterlibatan warga negara dalam
ikut serta memengaruhi pengambilan keputusan, dan memengaruhi kehidupan
bangsa relatif sangat kecil. Warga negara yang hanya terdiri dari masyarakat
sederhana cenderung kurang diperhitungkan dalam proses-proses politik.1

1
Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik. Semarang: Ikip Semarang Press, 1995. hlm. 56
Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh
terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam
suatu Pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi
masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat memiliki
preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka
dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih
dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak
hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang sebagai
kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan. Kontrol yang diberikan beragam
tergantung dengan tingkat partisipasi politik masing-masing. Selain sebagai inti
dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat dengan pemenuhan hak-hak
politik warga negara. Wujud dari pemenuhan hak-hak politik adalah adanya
kebebasan bagi setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti
yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28: “kemerdekaan berserikat dan
berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”.
Partisipasi bukan hanya vote, tapi juga voice. Partisipasi bukan hanya
masalah keterlibatan publik untuk memberikan pilihan (vote) namun lebih
menekankan pada penyampaian aspirasi (voice) dan mendiskursifkannya secara
berkualitas. 5 Pemilukada secara langsung adalah sebagai salah satu upaya untuk
mendorong partisipasi rakyat yang merupakan rintisan jalan menuju
pembangunan pertanggungjawaban otonomi daerah.
9 Desember 2020 telah dilaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada)
seretak baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Kabupaten Grobogan menjadi
salah satu daerah yang melaksanakan pemilihan kepala daerah. Terdapat hal unik
dari pelaksanaan pilkada di Kabupaten Grobogan pada tahun 2020, dimana hanya
diikuti oleh satu pasangan calon saja. Hal tersebut ternyata diikuti dengan tingkat
partisipasi masyarakat yang menurun. Pada tahun ini, tingkat partisipasi
masyarakat pada pilkada Kabupaten Grobogan Tahun 2020 hanya 63,58% dan
menempat urutan paling bawah di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan pada Pilkada
tahun 2015, tingkat partisipasi masyarakat sebesar 66,16%.
B. PEMBAHASAN
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah menyatakan tingkat
partisipasi masyarakat selama kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
serentak di 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah mencapai 74,34%. Dalam
pencapaian tersebut, Kabupaten Boyolali menempati urutan teratas dengan tingkat
partisipasi mencapai 89,2%. Hal tersebut merupakan rekor tertinggi yang dicapai
oleh Kabupaten Boyolali dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Sedangkan
urutan terbawah terkait tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala
daerah tahun 2020 disematkan kepada Kabupaten Grobogan yang hanya mencapai
63,58%. Berbeda sedikit dengan Kabupaten Kebumen yang berada di atasnya
yaitu mencapai 64%.
Kabupaten Grobogan bukanlah kabupaten satu-satunya yang
melaksanakan pemilihan kepala daerah dengan hanya diikuti oleh satu pasangan
calon. Namun terdapat empat daerah lain yaitu Kota Semarang, Kabupaten
Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Wonsobo. Namun tingkat partisipasi
mereka diatas 70% terkecuali Kota Semarang yang memperoleh 68,5%.
Kabupaten Sragen memperoleh 75%, Kabupaten Boyolali 76,1%, dan Kabupaten
Boyolali 89,2% yang bahkan menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai Kabupaten
yang tingkat partisipasinya paling tinggi di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Grobogan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah tidak
pernah mencapai tingkat partisipasi hingga 70% semenjak tahun 2006. Pada tahun
2006, tingkat partisipasi sebesar 69,85%, tahun 2011 sebesar 67,72%, dan tahun
2015 sebesar 66,16%. Melihat fakta tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Grobogan tidak cukup tertarik dengan politik khususnya pemilihan kepala daerah.
Padahal melalui mekanisme pilkada-lah seseorang akan dipilih untuk menjadi
kepala daerah yang akan memimpin jalannya pemerintahan di daerah tersebut.
Masyarakat Kabupaten Grobogan lebih memilih tidak hadir dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah atau yang sering disebut golput. Hal tersebut
terlihat dari perbandingan jumlah data pemilih dengan daftar pengguna hak pilih
sebagai berikut:
Data pemilih Kabupaten Grobogan dalam pemilihan kepala daerah
tahun 2020 adalah sebanyak 1.115.345 orang, namun pengguna hak pilih hanya
sebesar 708.614 orang. Jika dikalkulasikan, sebanyak 406.731 orang yang tidak
datang menuju Tempat Pemunguta Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilihnya.
Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sedikit mengingat rata-rata jumlah
penduduk dalam satu kecamatan di Kabupaten Grobogan kurang lebih sebanyak
71.127 orang. Berarti jumlah penduduk yang tidak memberikan hak suaranya
mencapai 5 hingga 6 Kecamatan dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Grobogan.
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Grobogan telah berusaha dengan
maksimal dalam rangka mencapai tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi.
Sosialisasi telah dilakukan melalui media online maupun tatap muka dengan
mengedepankan protokol kesehatan. Pembentukan relawan demokrasi berbasis
komunitas adalah salah satu contohnya. Dimana relawan tersebut melakukan
sosialisasi dengan berbagai macam kreativitas. Seperti menggunakan mobil
keliling, membagikan selebaran, melakukan sosialisasi di ruang publik seperti
mall, hingga bekerja sama dengan Kementerian Agama Kanwil Kabupaten
Grobogan agar kalimat-kalimat ajakan agar masyarakat menggunakan hak pilih
dalam pilkada tahun 2020 ini disisipkan dalam Khutbah Jumat.
Usaha yang dilakukan tersebut tetap tidak mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena hanya ada
satu pasang calon yang mendaftarkan diri untuk mengikuti kontestasi pilkada. Hal
tersebut menurunkan minat masyarakat karena tidak disuguhkan pertarungan visi
misi maupun strategi guna merenggut hati masyarakat. Masyarakat merasa
pasangan calon tunggal tersebut sudah dipastikan menang sebelum bertanding.
Sehingga datang ke TPS merupakan hal yang sia-sia. Mereka lebih memilih
mengerjakan hal yang lain.
Faktor berikutnya adalah pemilihan kepala daerah tidak dipandang
rakyat sebagai suatu prioritas atau menjadi bagian yang penting dalam kehidupan.
Pergantian kepala daerah tidak lantas mampu mensejahterakan masyarakat.
Masyarakat merasa kehidupan berjalan seperti biasa mulai dari bangun hingga
tidur lagi. Selama lima tahun kepemimpian kepala daerah, tidak lantas membuat
rumah kayu yang sudah keropos berubah menjadi rumah tembok yang terlihat
gagah dan kokoh. Pemimpin daerah tidak mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang sering terjadi di Kabupaten Grobogan, salah satunya adalah jalan
rusak. Bahkan jalan di tersebut telah mendapat julukan dari masyarakat
“Jeglongan Sewu” yang artinya seribu lubang. Meskipun jalan yang rusak
mayoritas jalan provinsi, namun pemerintah daerah Kabupaten Grobogan dirasa
tidak bisa mengusulkan perbaikan jalan tersebut. Padahal sudah banyak
kecelakaan yang terjadi akibat jalan rusak tersebut.
Hak pilih yang diberikan kepada masyarakat membentuk pola pikir
masyakat bahwa memilih adalah suatu hak, bukan kewajiban. Karena memilih
adalah hak, maka tidak ada keharusan atau kewajiban masyarakat untuk memilih.
Sehingga bisa menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih tersebut. Jika tidak
memilihpun tidak ada konsekuensi hukum yang harus ditanggung oleh
masyarakat. Faktor lain adalah masyarakat terjebak dalam rutinitas ekonomi yang
membuat pilihan politik bukan menjadi prioritas sehingga mempengaruhi cara
pandang mereka terhadap politik. Dalam kondisi seperti itu, tidak bisa masyarakat
disalahkan karena tidak menggunakan hak pilihnya, karena memilih bukanlah
kewajiban dan ada hal yang lebih penting seperti rutinitas ekonomi yang harus
mereka jalani.

C. PENUTUP
KESIMPULAN
Kabupaten Grobogan merupakan daerah yang memiliki tingkat
partisipasi politik paling rendah dalam pelaksanaan pilkada tahun 2020 yaitu
hanya sebesar 63,58%. Dari 1.115.345 orang daftar pemilih, sebanyak
406.731 orang tidak menggunakan hak pilihnya. Jumlah tersebut setara
dengan 5-6 Kecamatan di Kabupaten Grobogan. KPU Kabupaten Grobogan
telah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan partisipasi politik
masyarakat seperti menggunakan mobil keliling, membagikan selebaran,
melakukan sosialisasi di ruang publik seperti mall, hingga menyisipkan
ajakan memilih dalam Khutbah Jumat. Namun semua itu gagal. Beberapa
faktor penyebab rendahnya partisipasi politik masyarakat Kabupaten
Grobogan yaitu:
1. Pasangan calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah
2. Pemilihan kepala daerah tidak dipandang rakyat sebagai suatu prioritas
atau menjadi bagian yang penting dalam kehidupan
3. Terbentuk pola pikir bahwa memilih adalah hak, bukan kewajiban
4. Tidak ada konsekuensi hukum jika tidak memilih

SARAN
1. KPU Kabupaten Grobogan harus mampu melaksanakan pemilihan
kepala daerah dengan minimal 2 pasangan calon.
2. Pejabat yang terpilih harus mempedulikan rakyat dan mampu
mempermudah urusannya.
3. KPU merubah ketentuan hak pilih menjadi kewajiban pilih
4. Adanya peraturan yang mengatur pelanggaran bagi pelanggar yang
melanggar kewajiban
D. DAFTAR PUSTAKA
Dani Agus, duh-tingkat-partisipasi-pemilih-pilkada-di-grobogan-paling-
rendah-se-jateng, dikutip dari
https://www.murianews.com/2020/12/17/202794/duh-tingkat-
partisipasi-pemilih-pilkada-di-grobogan-paling-rendah-se-
jateng.html, diakses pada 26 Maret 2021.
Diskominfo Jateng, Partisipasi Pilkada Serentak 2020 di Jateng Capai 74,34
Persen, dikutip dari https://jatengprov.go.id/publik/partisipasi-
pilkada-serentak-2020-di-jateng-capai-7434-
persen/#:~:text=SEMARANG%20%E2%80%93%20Gubernur
%20Jawa%20Tengah%20Ganjar,yang%20hanya
%2068%2C54%20persen., dikutip pada 28 Maret 2021.
M, relawan demokrasi terus lakukan sosialisasi hingga h-1 pelaksanaan
pemilukada, dikutip dari https://kpud-
grobogankab.go.id/2020/12/relawan-demokrasi-terus-lakukan-
sosialisasi-hingga-h-1-pelaksanaan-pemilukada/, diakses pada 28
Maret 2021.
M, PENGUMUMAN REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN SUARA
PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI GROBOGAN
TAHUN 2020, dikutip dari https://kpud-grobogankab.go.id/wp-
content/uploads/2020/12/PENGUMUMAN-REKAPITULASI-
HASIL-PERHITUNGAN-SUARA-PEMILIHAN-BUPATI-DAN-
WAKIL-BUPATI-GROBOGAN-TAHUN-2020.pdf, diakses tanggal
28 Maret 2021.
________. 2021. Kabupaten Grobogan Dalam Angka 2021. Grobogan: BPS
Kabupaten Grobogan

Anda mungkin juga menyukai