Anda di halaman 1dari 4

1.

6 Pendekatan Diagnosis Beradasarkan Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien
demam antara lain :
1. Hematologi rutin : Dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyakit darah termasuk leukemia.
Pemeriksaan hematologi rutin mencakup :
1) Hemoglobin (Hb)
Interpretasi Hasil :
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik,
lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat
antikanker, asam asetil salisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya
adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis
kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada
penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
2) Hematokrit
Interpretasi Hasil :
Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan
Hb; antara lain penyakit DBD, penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes
melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan
hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.
3) Leukosit (Hitung total)
Interpretasi Hasil
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
♣ Anemia hemolitik
♣ Sirosis hati dengan nekrosis
♣ Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
♣ Keracunan berbagai macam zat
♣ Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan
sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,
sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
4) Leukosit (hitung jenis)
Merupakan pemeriksaan terpenting untuk mendeteksi infeksi. Penilaian hitung jenis
tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana eosinofil
sering ditemukan meningkat.
Interpretasi Hasil
• Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari
leukosit. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena
infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia. Begitu juga,
beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir untuk mengatasi
virus sitomegalo) dan AZT (semacam ARV).
• Ada dua jenis utama limfosit: sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta
membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi,
protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari
leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh HIV.
Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini harus diminta sebagai
tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung jumlah
CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus.
• Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi
dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai
kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada di
berbagai jaringan tubuh disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi umumnya
menunjukkan adanya infeksi bakteri.
• Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan
terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil
yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung,
mungkin menandai keberadaan parasit.
• Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka
panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1% leukosit.
• Persentase limfosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit,
eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk memperoleh limfosit
total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila limfosit 30,2% dan leukosit
8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x 8.770 = 2.648.
♣ shift to the left. Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif
dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi
yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa),
dan polisitemia vera.
♣ Shift to the right. Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif
dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the right
biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift
to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
5) Trombosit
Interpretasi Hasil
♣ Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000
sel/mm3.
♣ Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan,
sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian
kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.
6) Laju endap darah
Interpretasi Hasil
♣ LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit
imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.
♣ LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.
7) Hitung eritrosit
Interpretasi Hasil
♣ Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemia sickle cell.
♣ Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,
penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi
obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
2. Urinalisa : Untuk mendeteksi infeksipada ginjal dan saluran kencing
3. Malaria : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi malaria
4. Widal : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi oleh salmonella typhi
5. Pemeriksaan fungsi hepar (SGOT – SGPT) : untuk mengetahui gangguan pada hati yang
bisa dijumpai pada demam tifoid
6. Anti-Dengue IgG/IgM : Untuk mendeteksi infeksivirus dengue yang dapat menyebabkan
demam dengue (demam berdarah)

https://id.scribd.com/doc/118404243/Pendekatan-Diagnosis-Pada-Pasien-Dengan-Keluhan-
Demam-Dr-Budowin-Sp-PD

Anda mungkin juga menyukai