Dokumen RKS Instalasi Air Bersih
Dokumen RKS Instalasi Air Bersih
SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pasal 1
Landasan hukum yang memayungi kegiatan pelaksanaan konstruksi ini antara lain:
1. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahanan Daerah;
52. SNI 03-6763-2002 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural yang
Dibentuk dalam Keadaan Panas dengan Dilas Tanpa Kampuh;
53. SNI 07-6402-2000 tentang Spesifikasi Tabung Baja Karbon Struktural
Berbentuk Bulat dan Lainnya yang Dibentuk dalam Keadaan Dingin dengan
Dilas Tanpa Kampuh;
54. SNI 03-2408-1991 tentang Tata Cara Pengecatan Logam;
55. SNI 07-2195-1991 tentang permukaan pipa flens, dimensi;
56. SNI 07-2196-1991 tentang Flensa pipa, toleransi dimensi;
57. SNI 07-6398-2000 tentang tata cara pelapisan epoksi cair untuk bagian
dalam dan luar pada pelapisan cair dari baja;
58. SNI 07-3360-1994 tentang penyambung pipa baja dan baja paduan dengan
las tumpu;
59. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000);
60. SII 2527-90 (Water Supply Steel Pipe);
61. ISO 6964-1986 (Polyolefin pipes and fittings – Determination of carbon
black content by calcinations pyrolysis – Test method and basic
spesification);
62. ISO 11420:1996 (Method for the assesment of the degree of carbon black
dispersion in polyolefin pipes, fittings and compound’s);
63. ISO 6259/1985 (Pipe for polyethylene – Part 1: Determination of tensile
properties);
64. ISO 3126:1974 (Plastic pipe – measurement of dimension);
65. ISO 1167:1996 (Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistance to internal pressure – Test Method);
66. ISO 1133:1991 (Plastic – Determination of the melt mass – flow rate (MFR)
and melt volume flow rate (MVR) of thermoplastics);
67. ISO 2505 -1-1994 (Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion – part
1 : determination methods);
68. ISO 3607:19977/E (Tolerances on outside diameters and wall
thickenesses);
69. ISO 7/1 (Pipe Threads Where Pressuretight Joins are Made on The
Threads);
70. ISO 1459 (Metalic croating – Protection Against Corrosion by Hot Dip
Galvanzing Guilding Principles);
71. ISO 1461 (Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on Fabricated
Ferrous Products Requirments);
72. ISO 4427 :1996 (Polyethylene pipes for water supply spesifications);
73. AS / NZS 4130:97 (Polyethylene pipes for pressure aplication);
74. ASTM D 3350 – 1999 (Standard spesification polyethylene plastics pipe and
fittings material);
75. ASTM A 283F (Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon Steel Plates,
Shapes and Bars);
76. ASTM A 570 (Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled Structural Quality);
77. ASTM Designation A 126 (Specification for Grey Iron Casting for
78. Valves, Flanges and Pipe Fittings);
79. ASTM 536;
80. ASTM C-150;
81. ASTM-C 33;
82. ASTM C-131-55;
83. AWWA C 200 (Steel Water Pipe 6 Inches and Larger);
84. AWWA C 203 (Coal-Tar Protective Coatings and Linings for Steel Water
Pipelines Enamel and Tape Hot Applied);
85. AWWA C 205 (Cement Mortar Protective Lining and Coating for Steel Water
Pipe 4 Inches and Larger Shop Applied);
86. AWWA C 208 (Dimensions for Steel Water Pipe Fittings);
87. AWWA C 210 (Liquid Epoxy Coating System for the Interior and Exterior
Steel Water Pipe);
88. AWWA C 500 (Gate Valve for Water and Other Liquids);
89. AWWA Manual M11 (Steel Pipe Design and Installation);
90. JIS 6762 – 1998 (Double wall polyethylene pipes for water supply);
91. JIS G 3101 (Rolled Steel for General Structure);
92. JIS G 3452 (Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping);
93. JIS G 3457 (Arc Welded Carbon Steel Pipe);
94. JIS B 2311 (Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use);
95. JIS G 3451 (Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service);
96. JIS G 550 (Spheroidal Graphite Iron Castings);
97. JIS G 5702 (Blackheart Malleable Iron Castings);
98. JIS G 3454 (Carbon Steel Pipes for Pressure Service);
99. JIS K 6353 (Rubber Goods Pipes for Water Works.);
100. JIS standar K 6741/K 6742;
101. JIS-B2213;
102. JIS B 2011;
103. JIS G 3451;
104. ISO 2531;
105. BS 4772;
106. BS 1387-67.
Pasal 2
2. Ketentuan-ketentuan lain.
Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang
mengikat di dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Gambar.
Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat-syarat
pekerjaan ini.
Gambar detail yang diserahkan oleh Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan.
b) Petunjuk.
Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan
(aanwijzing), yang tercantum dalam berita acara rapat penjelasan.
Petunjuk, syarat-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh
Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Tata Kota maupun Dinas Keselamatan Kerja.
c) Peraturan.
Semua undang-undang dan peraturan pemerintah yang berlaku untuk
semua pelaksanaan Penyedia jasa pemborongan.
Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan Penyedia jasa pemboronganan
dari Pekerjaan Umum di Indonesia yang disahkan dengan SK pemerintah
tanggal 28 Mei 1941 (AV) kecuali dinyatakan lain dalam rencana kerja dan
syarat-syarat ini.
Pasal 3
c) Pasir beton.
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI 1971 (NI-2) diantaranya yang paling penting :
Butir-butir harus tajam, keras tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
pengaruh cuaca.
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,
apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa butiran-butiran diatas
ayakan 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 1
mm minimal 10 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 0,25 mm,
berkisar antara 80 % sampai dengan 90 % dari berat.
Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
Syarat-syarat tersebut diatas harus dibuktikan dengan pengujian
laboratorium.
5. S p l i t.
a) Split adalah batu pecah yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi
25 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 2 mm.
b) Split untuk beton harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam PBI 1971
(NI-2) diantaranya : harus terdiri dari butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak
pecah/hancur oleh pengaruh cuaca.
c) Split harus cukup bersih tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
d) Ukuran split untuk pekerjaan ini ditentukan 2 x 3 cm.
e) Syarat-syarat tersebut di atas harus dinyatakan oleh laboratorium.
d) Yang disebut kayu mutu B ialah kayu yang tidak termasuk dalam mutu (A),
tetapi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Kadar lengas kayu 30%.
Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 5 cm.
Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan
retak-retak menurut lingkaran tumbuh, tidak boleh melebihi 1/4 tebal kayu.
Miring arah serat (tangensial) tidak boleh lebih dari 1/7.
9. B e t o n (PBI 1971/NI-2).
a) Kecuali pada mutu beton B 0 dan B 1, pada mutu-mutu beton lainnya
campuran beton yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan
kekuatan tekanan karakteristik bk yang diisyaratkan untuk beton yang
bersangkutan. Yang dimaksud dengan kekuatan tekan karakteristik ialah
kekuatan tekan dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji
kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5
% saja.
b) Kekuatan beton ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari benda uji kubus,
yang berisi 15 cm pada umur 28 hari.
c) Benda-benda kubus harus dibuat cetakan-cetakan yang paling sedikit
mempunyai dua dinding yang berhadapan terdiri dari bidang-bidang yang rata
betul dari plat baja, atau plat aluminium (kayu tidak boleh dipakai) untuk
silinder digunakan dari pipa baja yang berukuran 15 cm dan tinggi 30 cm
bidang-bidangnya harus rata dan licin. Cetakan disapu sebelumnya dengan
vaslin dan lemak atau minyak, agar dapat dilepaskan dari betonnya, kemudian
diletakkan di atas dinding yang alasnya rata tapi tidak menyerap air.
d) Adukan beton untuk benda-benda uji harus diambil langsung dari mesin
pengaduk dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap
(dituangkan) ke dalam cetakan.
e) Kubus-kubus silinder uji yang telah dicetak, harus disimpan di tempat yang
bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung basah selama 24 jam setelah
kubus-kubus/silinder-silinder itu dilepas dengan hati-hati dari cetakannya
(dengan seizin Konsultan Pengawas. Setelah itu masing-masing
kubus/silinder diberi tanda seperlunya dan disimpan disuatu tempat dengan
suhu yang sama dengan suhu udara luar, dalam pasir yang bersih dan lembab
sampai saat pemeriksaan.
f) Kubus/silinder uji pada umur yang diisyaratkan diuji oleh laboratorium yang
berkompeten dengan biaya dipikul oleh Penyedia jasa pemborongan.
g) Campuran beton.
Campuran adukan beton menggunakan perbandingan berat.
Beton mutu B 0 untuk pekerjaan dapat dipakai setiap campuran yang lazim
dipakai untuk pekerjaan struktural.
Beton mutu K 125 s/d K 200 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan campuran 1 PC : 3 pasir: 5 koral/split atau dipakai
campuuran 1 PC : 2 pasir : 3 koral/split.
Beton mutu K 200 s/d K 225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat
dipakai/diperkirakan campuran 1 PC : 2 pasir: 3 koral/split atau campuran
1 PC : 1,5 pasir : 2,5 koral/split.
Untuk mutu beton K 225 ialah campuran yang direncanakan dibuktikan
dengan data otentik dari pengalaman dan data percobaan bahwa kekuatan
karakteristik yang disyaratkan dapat dicapai.
c) Warna : Satu sama lainnya harus sama dan bila dipatahkan warna
penampang harus sama dan merata kemerah-merahan.
d) Bentuk : Bidang-bidangnya harus rata, sudut-sudutnya atau rusuknya harus
siku atau bersudut 90 derajat bidangnya tidak boleh retak-retak.
e) Berat satu sama lainnya harus sama yang berarti ukuran, pembakaran dan
pengadukan sama dan sempurna.
f) Suara bila dipukul dengan benda keras suaranya nyaring.
SYARAT-SYARAT TENIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pasal 2
RENCANA KERJA
1. Bangsal untuk pekerja dan gudang dibuat di tempat disekitar bangunan yang
akan dikerjakan yang letaknya ditentukan atas petunjuk Direksi Pekerjaan, terdiri
dari bahan-bahan : atap seng, tiang kayu, lantai dari plesteran dan diberi
penerangan secukupnya.
2. Bahan-bahan utama atau bahan-bahan pembantu yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan di dalam gudang yang cukup menjamin
perlindungan terhadapnya.
3. Rapat Lapangan.
4. Penyedia jasa pemborongan wajib mengikuti rapat-rapat lapangan yang
diselenggarakan setiap minggu oleh Direksi Pekerjaan bersama Pemberi Tugas
untuk membicarakan segala sesuatu mengenai pembangunan proyek.
Pasal 4
Kecuali bahan yang diberikan oleh Pemberi Tugas maka pada sebagian atau
seluruhnya tugas mendatangkan/pengolahan bahan oleh Penyedia jasa
pemborongan berlaku :
1. Jika tidak ditentukan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
seluruh bahan harus memenuhi syarat-syarat yang tertera dalam A.V.
Pasal 5
Pasal 6
BANGUNAN SEMENTARA
3. Setelah selesai, semua bangunan sementara ini menjadi milik Penyedia jasa
pemborongan dan harus dibongkar atas perintah Direksi Pekerjaan.
Pasal 8
UKURAN-UKURAN
1. Peil yang tertera dalam gambar diambil atau disesuaikan dengan bangunan yang
telah ada.
2. Ukuran tinggi yang tetap terhadap peil 0.00 m ini, dinyatakan kemudian dengan
tanda tetap di halaman pembangunan.
3. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan membuat tanda tetap ini atas
persetujuan Direksi Pekerjaan. Selama masa pelaksanaan, Penyedia jasa
pemborongan wajib memelihara tanda tetap ini, agar tidak mengalami perubahan.
Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
Pasal 11
3. Pekerjaan beton.
a) Mutu beton.
Mutu beton yang digunakan adalah K 200 dengan kokoh beton
karakteristiK 200 kg/cm2 dengan ketentuan-ketentuan lain mengikuti PBI
1971.
Pembuatan benda-benda uji sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia pasal 4.7. hasil test kubus dari laboratorium yang diakui.
Untuk menjaga agar homoginitas beton terjamin dipersyaratkan nilai
"slump test" untuk semua pekerjaan beton adalah disesuaikan dengan
lokasi dan kecepatan pengecoran mengikuti PBI 1971. Jika terjadi
penyimpangan "slump test" tersebut adukan beton tidak diperkenankan
dilanjutkan untuk bahan pekerjaan pengecoran.
Biaya pemeriksaan di laboratorium untuk pekerjaan test beton manjadi
beban Penyedia jasa pemborongan.
Untuk pekerjaan beton non struktural, cara pengadukan juga harus
menggunakan beton molen dan paling sedikit harus 2 (dua) buah.
Ketentuan-ketentuan lain mengikuti PBI 1971.
b) Pengecoran.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi
Pekerjaan.
Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar/"vibrator" untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat beton seperti kropos dan sarang-sarang koral
yang dapat memperlemah konstruksi beton.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Pengecoran arah vertikal dilakukan lapis demi lapis dengan diikuti
penggunann vibrator.
Untuk melanjutkan pengecoran pada siar-siar pelaksanaan harus dibasahi
dengan pasta semen yang cukup atau diperlukan epoxy yang disetujui
Direksi Pekerjaan, sehingga penyambungan pengecoran dapat dijamin
lekatan antara beton baru dan beton lama.
Beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi
selama dua minggu bisa juga dengan karung basah.
Selama dalam proses pengerasan lantai tidak diperkenankan untuk
dibebani, demikian juga untuk bagian konstruksi yang lain.
b) Pasir beton
Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya dan memenuhi komposisi
butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
c) K o r a l
Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai
ukuran maksimum diameter butir, gradasi serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang dicantumkan dalam PBI 1971.
Tempat penyimpanan/penimbunan pasir dan koral harus dipisahkan satu
dengan yang lain, sehingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
bercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat, serta
harus diberi alas yang cukup baik agar tidak dipengaruhi oleh kondisi
lapangan/tanah setempat.
d) A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, garam alkalis dan bahan-bahan organis/bahan lain yang
dapat merusak beton.
Penyedia jasa pemborongan harus memeriksakan air yang dipakai
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya Penyedia jasa pemborongan.
6. Pekerjaan acuan.
a) Bahan-bahan untuk acuan/"bekisting" harus terdiri dari kayu yang baik dan
tidak berubah bentuk karena pengaruh cuaca, sehingga dapat dibuat acuan-
acuan yang baik dan sesuai dengan gambar konstruksi.
b) Ketentuan-ketentuan yang lain akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan
c) Acuan rangka besi harus dipasang sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan, yang diperlukan dalam gambar konstruksi.
d) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan yang
diperlukan untuk menjamin ukuran-ukuran tersebut tidak berubah selama
pengecoran.
e) Acuan harus bebas dari segala kotoran-kotoran seperti tahi gergaji potongan-
potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan.
f) Setelah beton dicor acuan dapat dibuka sesuai dengan syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI 1971, dan menghasilkan beton sekali jadi.
Pasal 12
1. Bahan yang digunakan adalah Batu Bata, ukuran besar, tidak mudah pecah,
ukuran yang sama, dengan sudut yang betul-betul siku, kwalitas terbaik. Batu
Bata baru dapat dipasang setelah memperoleh persetujuan Direksi Pekerjaan.
2. Bidang dinding Batu Bata 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2, diperkuat
dengan kolom dan balok penguat beton, ukuran 12 x 12 cm atau sesuai dengan
lebar Batu Bata dengan tulangan pokok 4 10 mm, beugel 6-50 cm.
3. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan bagian pekerjaan beton (balok,
kolom, listplank) harus diberi penguat stek-stek besi 6 mm jarak 20 cm yang
terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada pekerjaan beton. Bagian yang
terendam pada pasangan Batu Bata mempunyai panjang 40 cm kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.
4. Pembuatan lubang untuk "steiger" pada pasangan Batu Bata sama sekali tidak
diperkenankan.
5. Dinding bagian luar (terkena air) dan "trasraam" menggunakan adukan-adukan 1
PC : 2 pasir untuk pasangan plesteran, sedangkan dinding bagian dalam
menggunakan adukan 1 PC : 4 pasir untuk pasangan dan plesteran.
Perbandingan ini berlaku secara menyeluruh , kecuali pada bagian-bagian yang
harus tahan air seperti yang telah disebutkan dalam pasal adukan kuat.
Pasal 13
PEKERJAAN PELESTERAN
Pasal 14
1. Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar di bawah ini, angka-
angka yang tertera menyatakan perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam
keadaan kering.
2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama dengan dalam maksimum
50 cm. Volume kotak dibuat sesuai dengan volume 1 zak PC, diselenggarakan
atas petunjuk dan persetujuan Direksi Pekerjaan.
Pasal 15
1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan plumbing adalah pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan,
bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lain sehingga diperoleh
instalasi plumbing yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap
untuk dipergunakan sebagai Sistem dari penyediaan air bersih.
3. Persyaratan pemasangan.
a) Semua pemasangan harus rapi dan baik.
b) Semua pipa harus digantung/ditumpu dengan menggunakan penggantung
dan penumpu yang kuat dari metal sesuai dengan ukuran pipanya, sehingga
pipa tidak melentur.
c) Semua pipa yang menembus konstruksi bangunan, Penyedia jasa
pemborongan harus minta persetujuan Konsultan Pengawas.
d) Penyedia jasa pemborongan harus menyediakan pipa slave untuk pipa -pipa
yang menembus bangunan.
e) Pipa PVC dalam tanah harus bebas dari benda-benda keras/diatas pasir
sehingga kemiringan dapat rata.
4. Tekanan Uji
Setelah semua pemipaan selesai dipasang maka perlu diadakan pengukian
kebocoran pipa atas seluruh instalasi sehingga sistem dapat berfungsi dengan
baik, memenuhi persyaratan sebagai berikut :
2
Instalasi air bersih 8 kg/cm 24 jam 5% air
Setelah pengujian terhadap kebocoran selesai, maka diadakan pengujian
terhadap sistem dengan cara menjalankan sistem sekaligus selama 4x8 jam
terus menerus tanpa mengalami kerusakan.
Semua pengujian harus dilaporkan tertulis dan ditanda tangani Konsultan
Pengawas.
Semua kerusakan yang timbul akibat proses pengetesan dibebankan kepada
Penyedia jasa pemborongan plumbing.
5. Dokumen Instalasi.
Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan oleh Penyedia jasa pemborongan
kepada Pemberi Tugas. Penyedia jasa pemborongan diwajibkan untuk
menyerahkan dokumentasi-dokumentasi
Pasal 28
PERATURAN PENUTUP
1. Meskipun dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini pada uraian pekerjaan dan
uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
Penyedia jasa pemborongan, atau yang harus dan dibuat oleh Penyedia jasa
pemborongan, tetapi pekerjaan-pekerjaan dan bahan-bahan ini dinyatakan nyata
menjadi bagian pekerjaan pembangunan ini, perkataan tersebut diatas tetap
dianggap sebagai dimuat dalam rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini.