Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor
(Harahap, 2006).
Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding
abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan
lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara
ataupun permanen.
Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan
maupun kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat
sementara atau menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan
gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy
pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi
dan perubahan konsep diri pasien.
1.      Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan
feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui
abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul
dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu
pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak
membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen).

1
Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan
lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi
luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan
mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus segera mengganti
kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi
bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien
disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit
dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi
zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi
kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2.      Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.
Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
a.       Berdasarkan lubang kolostomi di bagi menjadi 3 :
1)      Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup. 
2)      Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan
melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus
dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3)      Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat
dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang
dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong. 

2
2.2 Jenis Kolostomi
a. Loop Stoma atau transversal
Loop stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat mengangkat
usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus bagian anterior untuk
memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada loop stoma selama 7 hingga 10
hari pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar mencegah stoma
masuk kembali ke dalam rongga abdomen.

Gambar 2.1 Loop Colostomy


(Sumber: Melville & Baker, 2010)
b. End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus dan
mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai stoma tunggal.
Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga
abdomen.

Gambar 2.2 End Sigmoid


(Sumber: Mellville & Baker, 2010)
c. Fistula Mukus
Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan ke permukaan
abdomen sebagai stoma nonfungsi. Biasanya fistula mukus terdapat pada jenis stoma
double barrel dimana segmen proksimal dan distal usus di keluarkan ke dinding
abdomen sebagai dua stoma yang terpisah,

3
Gambar 2.3 End Colostomy dan Fistula Mukus
(Sumber: Mellville & Baker, 2010)
d. Tube Caecostomies
Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan stoma dari kolon, karena kolon
tidak dikeluarkan hingga ke permukaan abdomen. Tipe kolostomi ini menggunakan
kateter foley yang masuk ke dalam sekum hingga ujung apendiks pasca operasi
apendiktomi melalui dinding abdomen. Kateter ini membutuhkan irigasi secara
teratur untuk mencegah sumbatan.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker
kolon (dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding
sebelah dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan
akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa
mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. kanker
biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan
dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-
hal berikut :
1.      Kolitis useratif atau penyakit chron (blik, 2000)
2.      kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
3.      obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar
4.      merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.

4
2.4 Patofisiologi
1.      Proses Perjalanan Penyakit
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis
ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi
yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ). Lubang
tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum
bersifat sementara, sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat
sementara akan dilakukan penutupan.
2. Manifestasi klinis
1.      Nyeri abdomen
2.      Muntah
3.      Obstipasi/diare
4.      Perut kembung
5.      Kejang hilang timbul
2.5 Komplikasi
Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah pembedahan
kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun pertama pasca pembedahan
(Truven Health Analytics, 2012). Beberapa komplikasi akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Retraksi Stoma Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam
abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca
pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga memungkinkan untuk
terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma harus disesuaikan agar pas dengan
bentuk stoma setelah terjadi retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah
komplikasi berat dari stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari
batas permukaan abdomen.
b. Hernia Peristomal
Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang
menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan tampak semakin
jelas ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun mendesak abdomen
(peningkatan tekanan intra abdomen). Beberapa pasien membutuhkan

5
penggunaan sabuk khusus, ataupun rekomendasi untuk operasi guna
memperbaiki kondisi hernia tersebut.

Gambar 2.7 Hernia Peristomal


(Sumber: Eucomed, 2012)
c. Prolaps Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang
terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak adekuat ataupun
akibat peningkatan tekanan intra abdomen. Prolaps yang disertai dengan
iskemia atau obstruksi bowel, ataupun prolaps yang berulang dapat
direkomendasikan untuk pembedahan ulang.
d. Perdarahan
Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh hemostasis yang
tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain yang mungkin
mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit penyerta hipertensi portal,
trauma oleh ujung tube saat irigasi atau pencukuran area sekitar abdomen atau
cedera. Perdarahan ringan kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau
hanya penekanan langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan
penanganan faktor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi
portal memerlukan sclerotheraphy atau
portosystemic shunting.
e. Iskemik dan Nekrosis Stoma
Iskemik dan nekrosis stoma dapat terjadi akibat adanya penekanan pada
pembuluh darah sekitar stoma. Stoma yang baru dibuat melalui operasi harus
di observasi setiap 4 jam sekali untuk mengkaji kondisi stoma, apakah suplai
darah ke stoma adekuat atau tidak. Stoma yang tersuplai darah yang baik
berwarna merah ataupun pink. Stoma yang berwarna ungu, coklat atau hitam

6
menunjukkan adanya suplai darah yang inadekuat. Stoma yang sudah nekrotik
membutuhkan operasi sebagai intervensi utama.
f. Stenosis
Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung stoma. Hal ini
dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan scar di sekitar stoma yang
menyebabkan stoma berangsur terhimpit dan menyempit.

Gambar 2.10 Stenosis pada Stoma


(Sumber: Eucomed, 2012)
2.6 Klasifikasi Kolostomi
a.       Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi
1)      Loop Colostomy 
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi tersebut
akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar,
dibentuk di kolon transversal, dan bersifat sementara.
2)      End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal
saluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong Hartman) dan dibiarkan
didalam rongga abdomen, end colostomy merupakan hasil terapi bedah pada kanker
kolorektal.
3)      Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan stoma
distal yang tidak berfungsi.
b.      Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi
1.      Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritoritis
yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon.

7
2.      Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut quenu-
milles berupa anus  preternaturalis.
2.7 Penatalaksanaan
1.      Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.      Meningkatkan kenyamanan.
3.      Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.      Mencegah komplikasi.
5.      Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
2.8 Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi

Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah iritasi pada kulit di
sekitar stoma (Smeltzer & Bare, 2002). Iritasi pada area kulit peristomal banyak terjadi terutama
pada lansia, disebabkan oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena
proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami iritasi (Smeltzer & Bare,
2002). Pada dasarnya, bahan pada kantong kolostomi yang menempel pada permukaan kulit
sudah didesain agar tidak menyebabkan iritasi pada kulit (WOCN, 2008). Ostomate (individu
yang memiliki stoma) dengan kulit yang sensitif mungkin membutuhkan tes skin patch jika
mengeluhkan adanya beberapa reaksi terhadap penempelan beberapa kantong kolostomi.
Gambar 2.4 menunjukkan gambar area kulit yang mengalami alergi terhadap pemasangan
kantong kolostomi.

Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi


Candida albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur (Eucomed, 2012). Hal ini
dikarenakan kulit peristomal memiliki karakteristik hangat, lembap dan tertutup (oleh kantong
kolostomi) dimana lingkungan ini kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulit yang terkena
infeksi ini akan berubah menjadi kemerahan dan terasa gatal. Medikasi topical antifungsi dapat
dioleskan pada area yang terkena infeksi.

Rasa gatal,panas dan seperti terbakar pada area penempelan kantong kolostomi
mengindikasikan adanya lecet, ruam ataupun infeksi pada kulit (WOCN, 2008). Hal terpenting
dalam pencegahan infeksi pada kulit adalah dengan melakukan perwatan kulit peristomal
dengan baik. Pemasangan kantong kolostomi yang sesuai dengan stoma merupakan pencegahan

8
utama terjadi iritasi dan infeksi pada kulit. Skin barrier (dalam bentuk salep ataupun bedak)
dapat diberikan pada area peristomal 30 detik sebelum kantong kolostomi ditempelkan pada
kulit (Smeltzer & Bare, 2002).

2.9 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI

a. Perawatan kolostomi
Perawatan Kolostomi Kolostomi akan mulai berfungsi optimal sekitar 3-6 hari pasca
pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002). Perawatan kolostomi yang rutin akan dilakukan oleh
pasien ataupun care giver baik di rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong
kolostomi dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi adalah wadah untuk menampung
feses yang keluar dari stoma. Kantong kolostomi dibuat dari material disposable atau
digunakan hanya sekali, lalu dibuang. Jenis kantong kolostomi saat ini cukup beragam.
Kantong kolostomi yang biasa digunakan ialah kantong kolostomi
one-piece tertutup yang jika terisi harus segera dibuang dan diganti. Kantong kolostomi one-
piece drainable memungkinkan pasien untuk membuang feses yang ada dalam kantong
dengan membuka lubang yang ada di bawah kantong.
Perawatan kolostomi yang pertama ialah cara mengganti kantong kolostomi dan
membersihkan area stoma. Kantong kolostomi sebaiknya dikosongkan atau diganti ketika
kantong sudah terisi 1/3 bagian agar pasien tetap nyaman dengan kantong kolostominya.
Kantong kolostomi yang dapat dikosongkan, dibersihkan dan digunakan kembali adalah jenis
kantong kolostomi two-piece system atau kantong yang memiliki lubang drainase di
bawahnya. Truven Health Analytics Inc. (2012) memaparkan, kantong kolostomi harus
dikosongkan jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh. Kantong kolostomi yang penuh akan menjadi
berat dan dapat merusak perlengketan kantong kolostomi dengan kulit abdomen, selain itu
kantong akan beresiko untuk robek atau rusak karena beban dalam kantong meningkat.
Kantong kolostomi yang penuh juga akan membuat benjolan di balik pakaian dan dapat
mengganggu penampilan. Kantong kolostomi drainable dapat dikosongkan dengan menekan
bagian bawah kantong, kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet. Kemudian
kantong dapat dibersihkan atau dibilas meskipun Truven Health Analytics Inc mengatakan
hal ini tidak begitu penting untuk dilakukan.

9
Burch (2008) dalam Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi
mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata
penggantian kolostomi secara rutin selama satu hari sekali. Ketika akan mengganti dengan
kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang kantong kolostomi. Ukuran lubang
kantong kolostomi harus sesuai dengan stoma, beri kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar
0,3 cm (Canada Care Medical, n.d). Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan
melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan kulit abdomen secara perlahan sambil
sedikit menekan kulit abdomen yang menempel dengan kantong, kemudian bersihkan stoma.
Stoma dibersihkan dengan air, jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak
mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven Health Analytics Inc,
2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap kering. Perawatan kolostomi erat
kaitannya dengan perawatan kulit.
Perawatan kulit di sekitar stoma dilakukan bersamaan dengan penggantian kantong
kolostomi. Beberapa orang menggunakan air hangat saat melepaskan kantong stoma dari
kulit abdomen, agar lebih mudah dan nyaman pada kulit. Terkadang kulit akan terlihat
kemerahan atau lebih gelap segera setelah perekat kantong kolostomi dilepaskan, namun
akan segera normal beberapa menit (WOCN Society, 2008). Hal ini dimungkinkan karena
terjadi penekanan pada area kulit selama kantong terpasang, atau kantong kolostomi
dilepaskan secara cepat dari kulit abdomen.
Pasien ataupun care giver dapat sekaligus mengobservasi stoma setiap mengganti kantong
kolostomi. Stoma yang normal akan terlihat merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut
dan tampak seperti membran mukosa oral (Borwell, 2011). Stoma normal akan memiliki
produksi feses, tidak ada sumbatan serta tidak ada nyeri. Stoma yang tidak sehat atau
mengalami nekrosis ditunjukkan dengan warna hitam atau biru kehitaman. Permukaan stoma
yang tidak sehat akan tampak kering, terdapat darah yang terus keluar, stoma menonjol atau
masuk ke dalam sebanyak 5 cm, ujung stoma mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses
dan terdapat nyeri pada area stoma.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam perawatan kolostomi ialah terkait perubahan
eliminasi BAB. Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol BAB sehingga akan
beresiko mengalami gangguan eliminasi BAB. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan
adalah irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan suatu cara untuk mengeluarkan isi

10
kolon (feses), yang dilakukan secara terjadwal dengan memasukkan sejumlah air dengan
suhu yang sama dengan tubuh (hangat) (Putri, 2011). Irigasi memungkinkan pasien untuk
menjadwalkan pengeluaran feses dari stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan
regular dan bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak
dapat dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal
ataupun komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011). Irigasi stoma juga tidak dapat dilakukan
pada stoma yang terdapat pada kolon asenden dan tranversal.
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer atau wadah
air, tube (selang untuk mengalirkan cairan), cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Plastic
sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.
Cara melakukan irigasi adalah sebagai berikut (Burch, 2013; Putri, 2011; Smeltzer &
Bare, 2002):
 Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk di toilet)
 Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara yang ada di
sepanjang selang)
 Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
 Olesi pelumas atau pelican cone (jelly) sebelum masuk ke stoma
 Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudian alirkan cairan
sebanyak 300-500cc
 Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc, tahan selama 10 detik
setelah cairan mengalir
 Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menuju toilet melalui sleeve
selama 10-15 menit.
 Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomi biasa dan bereskan
alat.
Setelah irigasi selesai dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas, meskipun
selama 30-45 menit akan tetap ada pengeluaran baik feses, cairan ataupun flatus.
Setelah bersih, kantong kolostomi dapat diganti kembali seperti biasa. Readding
(2006) dalam Burch (2013) mengatakan ketika irigasi selesai dilakukan, small cap
untuk stoma dapat digunakan untuk memungkinkan pasien terbebas dari
pengeluaran feses dan flatus hingga irigasi selanjutnya.

11
b. Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses dan flatus,
oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada pasien agar terhindar dari
gangguan odor ataupun konsistensi feses yang tidak normal. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi ialah (Canada Care
Medical, n.d; Gutman, 2011) :
 Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu kubis,kol, keju, telur,
ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete.
 Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan brokoli,
kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan
dengan mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke dalam
sistem pencernaan.
 Menambah makanan yang mengandung potassium seperti pisang, daging
(non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare.
 Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu.
 Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi
serat Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus
dan mencegah produksi gas.
 Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,
stress, atau kurangnya aktivitas fisik.
c. Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana individu lainnya. Hanya
saja dalam pemilihan jenis olahraga, hindari olahraga yang membutuhkan kontak fisik
yang keras yang mungkin dapat menyebabkan cedera pada abdomen (khususnya
stoma). Ostomate juga dapat melakukan olahraga renang dengan memilih desain baju
renang yang menutupi kantong kolostomi yang terpasang pada abdomen, serta desain
baju yang sedikit ketat agar lebih nyaman saat berenang. Kantong kolostomi harus
tetap terpasang saat berenang untuk menjaga kebersihan stoma. Perekat
waterproof dapat ditambahkan untuk lebih merekatkan kantong kolostomi pada kulit
abdomen, jika dibutuhkan. Kantong kolostomi baiknya dikosongkan sesaat sebelum

12
berenang, kemudian hindari makan berat atau banyak sebelum melakukan olahraga
renang.
Ostomate dapat melakukan traveling, tentunya dengan persiapan penggantian
kantong kolostomi yang cukup. Bagi ostomate yang melakukan irigasi secara rutin,
tetap harus berhati-hati dalam penggunaan air untuk irigasi. Apabila air yang ada di
lokasi travelling mungkin dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi, maka jika ingin
digunakan untuk kolostomi, air tersebut harus direbus terlebih dahulu, kemudian di
diamkan dalam temperatur ruangan dan dapat digunakan untuk irigasi (Canada Care
Medical, n.d).
d. Support Sosial
Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan bertanya, bagaimana
mereka dapat hidup dengan stoma pada tubuhnya, apakah mereka masih dapat
menjalin hubungan dengan keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan
terjadi bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang robek (Burch, 2013).
Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan adanya kehadiran perawat spesialis
ataupun support group (Ferrer et al, 2010 dalam Burch, 2013). Berbagi pada orang
yang dipercaya, teman, keluarga, perawat, guru spiritual, serta orang lain yang juga
memiliki stoma dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Selain support sosial,
ostomate juga harus memiliki pandangan positif terhadap hidupnya, kesabaran dan
sensasi humor untuk menghadapi setiap situasi sosial yang dirasakan terkait
kolostominya.

2.10      Diagnosa Keperawatan


1)        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2)        Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3)        Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4)        Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan
colostomy
5)        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6)        Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat.

13
2.11 Intervensi keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL

Gangguan rasa TUJUAN: 1. Kaji keluhan dan skala ny 1.Untuk mengetahui sifat 


nyaman nyeri Diharapkan eri dan tingkat nyeri
berhubungan rasa nyeri 2. Motivasi untuk melakuka sehingga memudahkan d
dengan trauma berkurang/hila n tekhnik pengaturan alam memberikan
jaringan ng nafas dan mengalihkan tindakan
KH: perhatian 2.  Relaksasi dan retraksi
-  Skala nyeri 0- 3. Hindari sentuhan seminim dapat mengurangi
10 al mungkin untuk rangsangan nyeri 
-  Wajah mengurangi rangsangan 3.  Sentuhan dapat
tampak rilek nyeri meningkatkan
4.  Pertahankan puasa rangsangan nyeri
5.  Berikan analgetik sesuai 4.  Untuk
dengan program medis mengistirahatkan usus 
5.  Analgesik membantu
memblok jaras nyeri 
Kerusakan Tujuan : 1.  Jelaskan pentingnya 1.  Meningkatkan
intregitas kulit  dapat merawat luka pada pengetahuan pasien
berhubungan mempertahan pasien kolostomi tentang kondisinya dan
dengan kan integritas 2. Observasi luka, catat tindakan yang akan
pemasangan kulit karakteristik drainase dilakukan
kolostomi Kriteria hasil : 3.  Kosongkan irigasi 2.  Perdarahan pasca
-  Iritasi dan bersihkan kantong operasi terjadi selama 48
berkurang kolostomi secara ritun jam pertama, dimana
-  Luka kering 4.  Kolaborasi pemberian infeksi dapat terjadi
antibiotik 3.  Menghilangkan
bakteri dan mengurangi
resiko infeksi
4.  Mengurangi resiko

14
infeksi
Gangguan Tujuan : 1.  Catat perilaku 1.  Dengan masalah pada
konsep diri/citra Menyatakan menarik diri, penilaian yang dapat
diri penerimaan peningkatan memerlukan evaluasi
berhubungan diri sesuai ketergantungan, lebih lanjut dan terapi
dengan situasi manipulasi/tidak terlibat lebih dekat
perubahan Kriteria hasil : dalam perawatan 2.  Menyentuh stoma
anatomis -  Menerima 2.  Berikan kesempatan menyakinkan
perubahan pada pasien atau orang pasien/keluarga bahwa
kedalam terdekat untuk hal itu tidak mudah
konsep diri memandang atau rusak dan gerakan pada
tanpa harga menyentuh stoma, stoma merupakan
diri yang gunakan kesempatan peristaltic yang normal
negative untuk memberikan tanda 3.   Ketergantungan pada
- Menunjuk positif tentang perawatan diri
kan penyembuhan membantu untuk
penerimaan penampilan normal dsb. memperbaiki kepercayan
dengan Tingkatkan pasien bahwa diri dan penerimaan
melihat / penerimaan memerlukan situasi
menyentuh waktu, baik secara fisik 4.  Meningkatkan rasa
stoma dan dan emosi control dan memberikan
berpartisipasi 3.  Berikan kesempatan pesan pada pasien bahwa
dalam pasien menerima ia dapat menangani
perawatan diri kolostomi melalui masalah tersebut,
-  Menyatakan partisipasi perawatan diri meningkatkan harga diri
perasaan 4.   Jadwalkan aktivitas
tentang perawatan dengan pasien
stoma /
penyakit
Mulai
menerima

15
situasi secara
konstruktif
Gangguan Tujuan : 1.  Jelaskan perlunya 1.  Pasien lebih dapat
istirahat tidur Kebutuhan pengawasan fungsi usus mentoleransi gangguan
berhubungna istirahat dan dalam operasi awal dari staf bila ia
dengan luka tidur 2.  Berikan system memahami alas
insisi akibat terpenuhi. kantong adekuat, an/pentingnya perawatan
tindakan Kriteria kosongkan kantong 2.  Flatus/feses
colostomy Evaluasi : sebelum tidur, bila perlu berlebihan terjadi meski
-  KIien dapat pada jadwal yang teratur diintervensi,
tidur tenang 3.  Biarka pasien pengosongan pada
(6-8 jam mengetahui bahwa stoma jadwal teratur
sehari). tidak akan cedera bila meminimalkan
-   Tidak ada tidur kebocoran
faktor 4.  Dukung kelanjutan 3.  Pasien akan mampu
lingkungan kebiasaan ritual sebelum beristirahat lebih baik
dan psikologis tidur bila merasa aman
yang 5.  Kolaborasi berikan tentang kolostomi
mempersulit analgesic, sedative saat stomanya
tidur. tidur 4.  Nyeri mempengaruhi
-  Klien kemampuan pasien
kelihatan untuk jatuh/tetap tidur.
segar (tidak Obat yang tepat waktu
mengantuk). dapat meningkatkan
istirahat/tidur selama
periode awal pasca
operasi. Catat jaras nyeri
pada otak ada dipusat
tidur dan dapat
memmpengaruhi pasien
menjadi terbangun
Intoleransi Tujuan : 1.  Jelaskan pentingnya 1. Gerakan mengurangi

16
aktivitas Diharapkan gerakan/aktivitas bagi spasme otot akibat
berhubungan pasien dapat pasien bedrest
dengan adanya melaukan 2.  Bantu dan latih pasien 2.  Meningkatkan rasa
luka pasca aktivitas untuk melakukan kepercayaan dan
bedah di sesuai aktivitas/gerakan meminimal resiko
abdomen kondisinya 3.  Ubah posisi secara dekubitus
KH: periodic sesuai kondisi 3.  Perubahan posisi
-  Px mampu pasien menurunkan insiden
mika-miki 4.  Motivasi pasien untuk komplikasi kulit
tanpa bantuan tetap melakukan latihan 4.  Meningkatkan rasa
-  Px dapat percaya diri dan untuk
duduk sendiri semangat sembuh
Nutrisi kurang Tujuan : 1.  Jelaskan pentingnya 1.  Nutrisi dapat
dari kebutuhan Diharapkan nutrisi pada pasien mempercepat
berhubungan nafsu makan 2.  Jelaskan makanan penyembuhan luka
dengan asupan pasien yang dianjurka dan yang 2.  Mencegah kondisi
nutrisi tidak meningkat dipantangkan yang buruk pada pasien
adekuat KH: 3.  Monitor makanan 3.  Menurunkan resiko
-  Bebas tanda dalam porsi sedikit tapi mual, muntah
malnutrisi sering 4.  Mencegah timbulnya
-   Pola makan 4.  Monitor makanan- keracunan makanan atau
3 kali sehari makanan yang kondisi pasien yang
dikonsumsi buruk
5.  Kolaborasi dengan 5.  Membantu mengkaji
ahli gizi kebutuhan nutrisi pasien
dalam perubahan
pencernaan dan funngsi
usus

2.7  Evaluasi

17
hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1.    Informasi kesehatan terpenuhi
2.    Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon
3.    Nyeri berkurang atau teradaptasi
4.    Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5.    Infeksi luka operasi tidak terjadi
6.    Kecemasan berkurang
7.    Peningkatan konsep diri atai gambaran diri
8.    Peningkatan aktivitas
2.13 PERAWATAN KOLOSTOMI (MENGGANTI KANTONG KOLOSTOMI)

Persiapan alat:
 Sarung tangan
 Handuk mandi
 Air hangat
 Sabun mandi
 Tissue
 Kantong colostomy
 Bengkok/plastik keresek untuk tempat sampah
 Kassa
 Vaselin
 Spidol
 Plastik untuk guide size (mengukur stoma)
 Gunting
Pelaksanaan
 Dekatkan alat-alat ke klien
 Pasang selimut mandi
 Dekatkan bengkok ke dekat klien
 Pasang sarung tangan
 Buka kantung lama
 Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun atau air hangat

18
 Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa
 Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces yang keluar lagi tidak mengotori kulit
yang sudah dibersihkan
 Ukur stoma dengan guide size untuk memilih kantung stoma yang sesuai
 Pasang kantong stoma
 Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor
 Buka sarung tangan
 Bereskan alat-alat
2.14 Persiapan pre operasi dan stoma sitting
1. Persiapan Pre Operasi
Untuk penatalaksanaan pre operasi terdiri atas pengkajian,pendidikan kesehatan,konsultasi
dan stoma siting.Pada pasca operasi ostomy, perawat harus melihat kembali laporan operasi
pasien waktu di kamar bedah untuk mempelajari prosedur operasi, apa yang ditemukan pada
saat operasi dan hasil patologi harus secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi.
2. Stoma sitting
Menandai pembedahan stoma untuk mendapatkan sebelum operasi stoma
memungkinkan perut akan dinilai dalam posisi berbaring duduk dan berdiri. Penilaian
semacam itu memungkinkan penentuan lokasi yang optimal. Perencanaan ini dapat
membantu mengurangi masalah pasca operasi seperti kebocoran, tantangan pas, kebutuhan
kantong kustom mahal, iritasi kulit, sakit dan kekhawatiran pakaian. Penempatan yang
buruk dapat menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya dan dampak psikologis dan
kesehatan emosional. Penempatan yang baik meningkatkan kemungkinan kemerdekaan
pasien dalam perawatan stoma dan kembalinya aktivitas normal. Hal yang Perlu
Dipertimbangkan untuk menentukan lokasi pembedaan stoma:
a. Masalah Positioning : kontraktur, postur, mobilitas misalnya kursi roda kurungan,
penggunaan walker dll
b. Fisik pertimbangan: perut besar / menonjol / terjumbai, lipatan perut, keriput, bekas luka /
jahitan baris, stoma lain, otot rektus, garis pinggang, puncak iliaka, kawat gigi, payudara
terjumbai, visi, ketangkasan, adanya hernia.
c. Pasien pertimbangan: Diagnosis, riwayat radiasi, pekerjaan umur, Lain-lain: Bedah
preferensi, preferensi pasien, jenis ostomy atau penyelewengan, konsistensi tinja

19
diantisipasi.
d. Beberapa situs stoma: Tandai stoma tinja dan urine pada bidang horisontal yang berbeda /
baris.
Stoma in lying, sitting and standing position.
2.14 Penatalaksanaan post operasi dan stoma care
1. Penatalaksanaan post operasi
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan intake dan output,
meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi
abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan
pertahankan integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari usus
menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus
indikasi kembalinya peristaltik.
c. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan
posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih cepat
dan mengalami beberapa komplikasi.
d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk membantu
batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau kolostomi adalah
bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi
pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat,
irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan postoperatif
untuk dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa.
Memastikan kelancaran penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai
perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase dapat
berwarna merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan
setelah 2 – 3 hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat
mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi abdomminoperitoneal
untuk menghindari pemasangan temperatur rektal, suppositoria, atau prosedur rektal

20
lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi,
atau gangguan penyembuhan.
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien
dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya,
kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan
dan elektrolit, klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan
chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan.
Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi
akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan
kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor distensi
abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan kembali perlahan-
lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk
instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang kemungkinan
komplikasi postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien
tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan yang
mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga harus diidentifikasi, dan
menghindari makanan yang melembekkan feces. Nutrisi pada pasien ileostomi harus
menghindari makanan tinggi serat, harus banyak minum min. 8 gelas – 2 liter /hari, dan
menjaga keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi pada pasien Urostomi harus
menghindari makanan berbau, dan banyak minum air putih.

2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak sulit namun
perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka operasi dapat sembuh

21
dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma ini supaya terlindungi dari kontaminasi dan
mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah perawatan stoma adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-bahan
yangdibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken), hanscoon steril, pinset steril,gunting
steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin, dan plester. Ajak seorangasistensi perawat atau
bila tidak mungkin bisa meminta pertolongan keluarga pasien dengan terlebih diberikan
pengarahan.
b. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong stoma pinset
terlebh dulu.
c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah kelumen stoma
kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.
d. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu kuatdapat dibasahi
dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
e. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah dibasahi dengan PZ
mulai dari luka operasi ke arah tepi.
f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus dalam luka dapat
keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampak kering, namun
sering terdapat pus di dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan dengankassa basah.
Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa steril.
h. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik (Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat digunakan kassa
basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi dengan plester.
Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik) karena lebihkuat daya rekatnya dan
tidak menimbulkan alergi pada kulit.
k. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan kassa.
Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
l. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih tampak basah sekali
sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.

22

Anda mungkin juga menyukai