A. STRUKTUR ORGANISASI
1. Dirjen : Bambang Satrio Lelono
2. Sekre Ditjen : Kunjung Masehat
3. Direktur Bina standarisasi kompetensi dan pelatihan kerja : Sukiyo
4. Direktur bina kelembagaan pelatihan : Dudung Heryadi
5. Direktur bina instruktur dan pelatihan : Suhadi
6. Direktur bina pemagangan : Asep gunawan
7. Direktur bina produktivitas : M Zuhri
8. Kepala secretariat badan nasional sertifikasi profesi : Darwanto
Fungsi
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang standarisasi kompetensi dan program pelatihan,
pembinaan instruktur dan tenaga kepelatihan, lembaga dan sarana pelatihan kerja, pemagangan,
serta produktivitas;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang standarisasi kompetensi dan program pelatihan, pembinaan
instruktur dan tenaga kepelatihan, lembaga dan sarana pelatihan kerja, pemagangan, serta
produktivitas;
3. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang standarisasi kompetensi dan
program pelatihan, pembinaan instruktur dan tenaga kepelatihan, lembaga dan sarana pelatihan
kerja, pemagangan, serta produktivitas;
4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standarisasi kompetensi dan program pelatihan,
pembinaan instruktur dan tenaga kepelatihan, lembaga dan sarana pelatihan kerja, pemagangan,
serta produktivitas;
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
Misi
1. Membangun peraturan perundangan dan kebijakan di bidang pelatihan dan produktivitas
2. Membangun kelembagaan pelatihan dan produktivitas yang berdaya saing di fora internassional
3. Membangun sistem dan metoda pembinaan pelatihan dan produktivitas yang efisien dan efektif
4. Membangun kualitas sumberdaya pelatihan dan produktivitas yang profesional
5. Membangun daya saing tenaga kerja Indonesia yang mampu berkompetisi
i era global melalui pelatihan kerja dan pengembangan produktivitas.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Drs. Suhartono, Jl. Kp. Lembur Kel/Kec. Makasar Jakarta
Pegawai M.M Timur - 13570
Telp: 021-8000828 Fax: 8090739
KEPALA BADAN PERENCANAAN DAN Dr. Ir. Sugiarto Gedung A Lt. 3 Kementerian
PENGEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Sumas, M.T. Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Kepala Pusat Data dan Informasi Tri Retno Gedung A Lt. 3 Kementerian
Ketenagakerjaan Isnaningsih, S.H., Ketenagakerjaan,
M.Si Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Kepala Pusat Penelitian dan Drs. Aris Wahyudi, Gedung A Lt. 3 Kementerian
Pengembangan Ketenagakerjaan M.Si Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Direktur Bina Standardisasi Kompetensi Ir. Suhadi, M.Si Gedung A Lt. 6 Kementerian
dan Pelatihan Kerja Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Telp: 021-5262643 Fax: 021-5262643
Direktur Bina Instruktur dan Tenaga Drs. Muhammad Gedung B Lt. 6 Kementerian
Pelatihan Zuhri, M.Si Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Telp: 021-52901143 Fax: 021-52901143
Direktur Pengembangan dan Perluasan Ir. Erna Noviati Gedung A Lt. 4 Kementerian
Kesempatan Kerja Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Telp: 021-5253966 Fax: 021-5274930
Direktur Jaminan Sosial Tenaga Kerja Drs. Wahyu Gedung A Lt. 8 Kementerian
Widodo, M.M Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Dra. Siti Junaedah Gedung B Lt. 8 Kementerian
Hubungan Industrial AR, M.M Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
PLT. DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN Ir. Maruli Apul Gedung A Lt. 7 Kementerian
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN Hasoloan, M.A., Ketenagakerjaan,
DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN Ph.D. Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
KERJA Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Telp: 021-5275249 Fax: 021-5279365
Direktur Pengawasan Norma Kerja dan Bernawan Sinaga, Gedung B Lt. 8 Kementerian
Jaminan Sosial Tenaga Kerja S.H., M.H Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Direktur Pengawasan Norma Ir. Amri AK, M.M Gedung B Lt. 8 Kementerian
Kesematan dan Kesehatan Kerja Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Direktur Bina Penegakan Hukum Edi Purnama, S.H., Gedung B Lt. 8 Kementerian
Ketenagakerjaan M.M Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
Direktur Bina Keselamatan dan drg. Dewi Rahayu Jl. Ahmad Yani 69-70 Cempaka Putih
Kesehatan Kerja Sudiman, M.S Jakarta Pusat 10510
STAF AHLI
STAF AHLI BIDANG EKONOMI DAN Ir. Khairul Anwar, Gedung B Lt. 2 Kementerian
SUMBER DAYA MANUSIA M.M Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
STAF AHLI BIDANG KERJASAMA Ir. Abdul Wahab Gedung B Lt. 2 Kementerian
INTERNASIONAL Bangkona, M,Sc Ketenagakerjaan,
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
STAF AHLI BIDANG HUBUNGAN ANTAR Ruslan Irianto Gedung B Lt. 2 Kementerian
LEMBAGA Simbolon, S.E., Ketenagakerjaan,
M.M. Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 51,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12750,
Indonesia
SEJARAH KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
Seiring perkembangan waktu dengan ditetapkannya pembentukan Kementerian Kabinet Kerja periode
Tahun 2014-2019 serta berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2015 tentang Penataan Tugas
dan Fungsi Kabinet Kerja, maka Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dilakukan penataan menjadi
Kementerian Ketenagakerjaan RI, sedangkan bidang transmgrasi masuk dalam Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI.
Kementerian Ketenagakerjaan RI adalah kementerian Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
ketenagakerjaan. Kementerian Ketenagakerjaan RI berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kementerian Ketenagakerjaan RI dipimpin oleh seorang Menteri Ketenagakerjaan yang sejak 27
Oktober 2014 dijabat oleh M Hanif Dhakiri.
Dinamika kebijakan dan lingkungan strategis perlu disikapi dengan penataan dan penyesuaian organisasi
sesuai beban kerja, tugas dan fungsi yang diamanatkan sehingga mampu memperjelas kedudukan setiap
kementerian, maka disusun Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan RI.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015, perlu dilakukan penataan kelembagaan
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan RI. Adanya penataan kelembagaan Kementerian
Ketenagakerjaan RI berkonsekuensi pada reposisi fungsi dan perubahan nomenklatur pada beberapa unit
kerja di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan RI.
Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 2007, visi pembangunan Tahun 2005-2025 adalah indonesia yang
mandiri, maju, adil dan makmur. Dalam RPJM ke 3 Tahun 2015-2019 yaitu memantapkan pembangunan
secara menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan iptek yang terus meningkat.
Visi pembangunan Tahun 2015-2019 kabinet kerja adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Misinya, mewujudkan kualitas hidup manusia indonesia
yang tinggi, maju dan sejahtera serta mewujudkan indonesia yang berdaya saing.
Tema pembangunan bidang ketenagakerjaan, yaitu pembangunan yang kuat, inklusif dan
berkelanjutan.Agendanya penguatan faktor utama pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing
tenaga kerja, memperbaiki iklim ketenagakerjaan dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis
serta memperluas cakupan kepesertaan jaminan sosial ketenagakerjaan. Sasarannya tingkat pengangguran
terbuka diharapkan sebesar 4,0 - 5,0 persen pada tahun 2019 dan menciptakan kesempatan kerja sebesar
10 jt selama 5 (lima) tahun.
Pembangunan ketenagakerjaan dalam kerangka agenda dan sasaran pembangunan nasional masuk dalam
agenda prioritas pembangunan kesatu (nawa cita) yaitu menghadirkan kembali negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara melalui perlindungan hak dan
keselamatan pekerja migran dan agenda prioritas pembangunan keenam (nawa cita) yaitu meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional yang dilakukan melalui peningkatan daya saing
tenaga kerja.
1. Instruktur adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada peserta
pelatihan di bidang atau kejuruan tertentu.
2. Instruktur Terampil, adalah Instruktur yang mempunyai kualifikasi teknis yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan teknis dan prosedur kerja di bidang pelatihan dan pembelajaran
kejuruan tertentu.
3. Instruktur Ahli, adalah Instruktur yang mempunyai kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis di bidang
pelatihan dan pembelajaran kejuruan tertentu.
4. Melatih, adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja, dan etos kerja pada tingkat
keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan Jabatan dengan metoda pelatihan tertentu yang
pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek daripada teori.
5. Mengajar, adalah suatu proses interaksi edukatif antara peserta, instruktur, dan lingkungan dengan
metoda pengajaran tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan teori daripada praktek serta
diarahkan pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Peserta pelatihan, adalah masyarakat, pencari kerja, calon pekerja, pekerja/PNS atau swasta, maupun
pekerja yang lepas dari pekerjaannya.
Tugas pokok Instruktur adalah melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran serta pengembangan
pelatihan.
1. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
2. Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas), adalah keterkaitan dan keterpaduan berbagai
komponen pelatihan kerja untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional.
3. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), adalah rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi
yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai
dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
6. Pelatihan berbasis kompetensi kerja adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan
kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
a. Program pelatihan kerja disusun berdasarkan SKKNI, Standar Internasional dan/atau Standar
Khusus.
b. Program pelatihan kerja dapat disusun secara berjenjang atau tidak berjenjang.
c. Program pelatihan kerja yang disusun secara berjenjang mengacu pada jenjang KKNI.
d. Program pelatihan kerja yang tidak berjenjang disusun berdasarkan unit kompetensi atau
kelompok unit
e. kompetensi.
Sistem informasi pelatihan kerja nasional meliputi sekurang-kurangnya memuat data dan informasi
tentang:
a. SKKNI dan KKNI;
b. program pelatihan kerja;
c. penyelenggaraan pelatihan kerja;
d. tenaga kepelatihan; dan
e. Sertifikasi.
1. Standar Internasional adalah standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan ditetapkan oleh
suatu organisasi multinasional dan digunakan secara internasional.
2. Standar Khusus adalah standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan digunakan oleh organisasi
untuk memenuhi tujuan internal organisasinya sendiri dan/atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi
lain yang memiliki ikatan kerja sama dengan organisasi yang bersangkutan atau organisasi lain yang
memerlukan.
Pelaksanaan PBK pada setiap kejuruan/sub kejuruan/program pelatihan harus memenuhi komponen PBK
yaitu:
a. standar kompetensi kerja (SKKNI, standar internasional, standar khusus), sebagai acuan dalam
mengembangkan program pelatihan kerja;
b. strategi dan materi belajar, merupakan cara atau metode penyajian pelatihan kepada masing-
masing peserta pelatihan;
c. pengujian, merupakan penilaian/asesmen atas pencapaian kompetensi sebagaimana ditentukan
dalam standar kompetensi; dan
d. KKNI, merupakan acuan dalam pemaketan atau pengemasan SKKNI ke dalam jenjang kualifikasi.
Tahapan PBK :
1. Persiapan (proses mempersiapkan dan merencanakan aktivitas pelatihan yang akan menjadi
pedoman dalam pelaksanaan PBK untuk mencapai tujuan pelatihan), terdiri atas:
a. identifikasi kebutuhan pelatihan;
b. menyusun program pelatihan;
c. melaksanakan rekruitmen dan seleksi;
d. menyusun rencana pelatihan;
e. menyiapkan sumber daya manusia;
f. menyiapkan fasilitas pelatihan;
g. menyusun jadwal pelatihan; dan
h. menyiapkan administrasi pelatihan.
2. Pelaksanaan (interaksi antara tenaga pelatih dan peserta dengan menerapkan berbagai metode
dan teknik pelatihan, serta pemanfaatan perangkat media pelatihan yang relevan untuk mencapai
tujuan pelatihan), dilakukan dengan metode pendekatan :
a. pelatihan di lembaga pelatihan atau off the job training; dan
b. pelatihan di tempat kerja atau on the job training.
3. Evaluasi (proses untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program PBK melalui pengumpulan
dan pengolahan data dan informasi), terdiri atas :
a. monitoring; dan
b. pelaporan.
SISTEM STANDARISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL – PERMENAKER NO. 2 – 2016
Sistem standarisasi kompetensi kerja nasional adalah tatanan keterkaitan komponen standarisasi
kompetensi kerja nasional yang komprehensif dan sinergis dalam rangka meningkatankan kompetensi SDM
Indonesia.
Regional Model Competency Standard (RMCS) adalah model standar kompetensi yang pengembangannya
menggunakan pendekatan fungsi dari proses kerja untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
a. Pengembangan SKKNI
b. Penerapan SKKNI
c. Harmonisasi SKKNI
d. Pembinaan dan pengendalian SKKNI
a. Riset lapangan/penyusunan
b. Adaptasi
c. adopsi
Peraturan Pemerintah
78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
76 Tahun 2015 tentang Perubahan PP no. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan
60 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua
55 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP no.99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan
46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua, Lampiran
45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian, lampiran 1, lampiran 2, lampiran 3
99 Tahun 2013 : Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
84 Tahun 2013: Perubahan Sembilan atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
4 Tahun 2013 : Tata Cara Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri oleh
Pemerintah
3 Tahun 2013 : Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
97 Tahun 2012: Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Ijin Mempekerjakan
Tenaga Asing
53 Tahun 2012: Perubahan Kedelapan atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
50 Tahun 2012: Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
41 Tahun 2011: Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan
Prasaana dan Sarana Kepemudaan
84 Tahun 2010: Perubahan Ketujuh atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
01 Tahun 2009: Perubahan Keenam Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
46 Tahun 2008: Perubahan Atas PP No 8 Tahun 2005 tentang Tata Kerja dan Susunan Organisasi
Lembaga Kerja Sama Tripartit [ Pelaksanaan Psl 107 (4) UU No 13 Tahun 2003 ]
15 Tahun 2007 : Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta
Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja
64 Tahun 2005: Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8 Tahun 2005: Tata Kerja dan Susunan Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit (pelaksana pasal
107 ayat 4 UU no. 13 tahun 2003)
41 Tahun 2004: Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan
Industrial dan Hakim Ad-Hoc Pada Mahkamah Agung
23 Tahun 2004: Badan Nasional Sertifikasi Profesi
22 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
28 Tahun 2002: Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
83 Tahun 2000: Perubahan atas PP no. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja sebagiamana sudah diubah dengan PP no.79 Tahun 1998
79 Tahun 1998: Perubahan atas PP no.14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
36 Tahun 1995: Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
14 Tahun 1993: Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Perubahan Pertama,
Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan
Perpres/Keppres/Inpres
Perpres no. 12 tahun 2013: Jaminan Kesehatan
Perpres no. 64 Tahun 2011: Pemeriksaan Kesehatan dan Psikologi Calon Tenaga Kerja Indonesia
Perpres no. 21 Tahun 2010: Pengawasan Ketenagakerjaan
Perpres no. 22 tahun 1993: Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja
Instruksi Presiden no. 06 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Perpres no. 50 Tahun 2005 tentang Lembaga Produktivitas Nasional [ Pelaksanaan Psl 30 (3) UU No
13 Tahun 2003 ]
Keppres no. 107 Tahun 2004: Dewan Pengupahan
Keppres no. 88 Tahun 2002: Rencana Aksi Nasional Penghapusan perdagangan (Trafiking)
Perempuan
Keppres no. 87 Tahun 2002: Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak
Keppres no. 59 Tahun 2002: Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak
Keppres no. 46 Tahun 2000: Perubahan atas Keppres no. 29 Tahun 1999 tentang Badan Koordinasi
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (UNTAET)
Keppres no. 29 Tahun 1999: Badan Koordinasi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Keppres no. 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang
Keppres no. 51 Tahun 1989: Perubahan Keppres No. 28 Tahun 1988 tentang Besarnya Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Asuransi Sosial Tenaga Kerja
Peraturan/Keputusan Menakertrans
Permenaker no. 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker no.12 Tahun 2015 tentang
keselamatan dan Kesehatan Kerja Listerik di Tempat Kerja
Pemenaker no. 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Keja Asing
Pemenaker no.12 Tahun 2015 tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja Listerik di Tempat Kerja
Permenaker no. 11 Tahun 2015 tentang Juknis Pelaksanaan Penyesuaian Jabatan Fungsional Penguji
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenaker no. 10 Tahun 2015 tentang Juknis Jafung Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Angka Kreditnya
Permenaker no. 7 Tahun 2015 tentang Tatacara Pemberian Elekronik Kartu Tenaga Kerja Luar
Negeri kepada Tenaga Kerja Indonesia
Permenaker no. 6 Tahun 2015 tentang SOP Penerbitan Izin Usaha Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh
dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu di dalam Koordinasi Penanaman Modal
Permenaker no. 5 Tahun 2015 tentang SOP Penerbitan Izin usaha Pelatihan Kerja dalam Pelayanan
Terpadu Satu Pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal
Permenaker no. 4 Tahun 2015 tentang SOP Izin Usaha Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di
Dalam Negeri dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Dalam Koordinasi Penanaman Modal
Permenaker no. 3 Tahun 2015 tentang SOP Peneribitan Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja Asing
dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal
Permenakertrans no. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat penyerahan sebagian Pelaksanaan
Pekerjaan kepada Perusahaan Lain (Outsourcing)
Permenakertrans no. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian
Kebutuhan Hidup Layak
Permenakertrans no. PER.07/MEN/IV/2008 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing
Permenakertrans no. PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PerMenakertrans no. Per.02/MEN.I/2005 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengujian, Pemberian dan
Pencabutan Sanksi Bagi Arbiter Hubungan Industrial
KepMenakertrans no. KEP-48/MEN/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan
Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
KepMenakertrans no. KEP-20/MEN/III/2004: Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing
KepMenakertrans no. KEP-228/MEN/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
KepMenakertrans no. KEP-201/MEN/2001 tentang Keterwakilan dalam Kelembagaan Hubungan
Industrial
KepMenakertrans no. KEP-172/MEN/2000 tentang Penunjukan Pejabat Pemberi Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang untuk Pekerjaan yang Bersifat
Sementara atau Mendesak
KepMenakertrans no. KEP-15A/MEN/1994 tentang Petunjuk Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja Di Tingkat Perusahaan dan Pemerantaraan
Peraturan/Keputusan Menkumham RI
Surat edaran Dirjen Imigrasi Kemenkumham No. IMI-IZ.01.10-1217 tanggal 07 Juni 2010:
Persyaratan dan visa dan ijin tinggal terbatas bagi pelajar/mahasiswa asing
Peraturan Kemenkumham
Surat edaran Dirjen Imigrasi Kemenkumham No. IMI-IZ.01.10-1217 tanggal 07 Juni 2010:
Persyaratan dan visa dan ijin tinggal terbatas bagi pelajar/mahasiswa asing
Menimbang:
bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014-2019 dan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Kementerian Ketenagakerjaan.
Mengingat:
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Ketenagakerjaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Ketenagakerjaan dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2
1 / 12
www.hukumonline.com
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Ketenagakerjaan
menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan
produktivitas, peningkatan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan peran
hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Ketenagakerjaan;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Ketenagakerjaan di
daerah;
f. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
g. pelaksanaan perencanaan, penelitian dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan.
BAB II
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 4
Kementerian Ketenagakerjaan terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas;
c. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja;
d. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
e. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
f. Inspektorat Jenderal;
g. Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan;
h. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia;
i. Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional;
2 / 12
www.hukumonline.com
Bagian Kedua
Sekretariat Jenderal
Pasal 5
(1) Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri.
(2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 6
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Ketenagakerjaan;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian Ketenagakerjaan;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian
Ketenagakerjaan;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
Pasal 8
(1) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 9
3 / 12
www.hukumonline.com
Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan
dan Produktivitas menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja, kelembagaan pelatihan,
instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelatihan kerja dan peningkatan mutu pengelolaan
lembaga pelatihan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan
kerja, kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja,
kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang standardisasi kompetensi dan pelatihan kerja,
kelembagaan pelatihan, instruktur dan tenaga pelatihan, pemagangan, dan produktivitas;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keempat
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
Pasal 11
(1) Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja dipimpin
oleh Direktur Jenderal.
Pasal 12
Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja dan
perluasan kesempatan kerja.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Direktorat Jenderal Pembinaan
Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan, pengantar kerja dan bursa
kerja, penempatan dan perlindungan tenaga kerja dalam dan luar negeri, pengembangan dan perluasan
kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga kerja asing;
4 / 12
www.hukumonline.com
b. pelaksanaan kebijakan di bidang informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan, pengembangan bursa
kerja, pengembangan dan perluasan kesempatan kerja, serta pengendalian penggunaan tenaga kerja
asing;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan,
pengantar kerja dan bursa kerja, penempatan dan perlindungan tenaga kerja dalam dan luar negeri,
pengembangan dan perluasan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga kerja asing;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan,
pengantar kerja dan bursa kerja, penempatan dan perlindungan tenaga kerja dalam dan luar negeri,
pengembangan dan perluasan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga kerja asing;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan, pengantar
kerja dan bursa kerja, penempatan dan perlindungan tenaga kerja dalam dan luar negeri, pengembangan
dan perluasan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga kerja asing;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kelima
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pasal 14
(1) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dipimpin oleh
Direktur Jenderal.
Pasal 15
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan hubungan industrial dan
jaminan sosial tenaga kerja.
Pasal 16
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang persyaratan kerja, pengupahan, jaminan sosial tenaga kerja,
kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial, serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang persyaratan kerja, kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial,
serta penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang persyaratan kerja, pengupahan, jaminan
sosial tenaga kerja, kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial, serta penyelesaian perselisihan
hubungan industrial;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang persyaratan kerja, pengupahan, jaminan sosial
5 / 12
www.hukumonline.com
tenaga kerja, kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial, serta penyelesaian perselisihan
hubungan industrial;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang persyaratan kerja, pengupahan, jaminan sosial tenaga
kerja, kelembagaan dan kerjasama hubungan industrial, serta penyelesaian perselisihan hubungan
industrial;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Keenam
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 17
(1) Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 18
Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pengawasan
ketenagakerjaan serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 19
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Direktorat Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengawasan norma kerja dan jaminan sosial tenaga kerja, norma kerja
perempuan dan anak, dan norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta bina penegakan hukum
ketenagakerjaan dan bina keselamatan dan kesehatan kerja;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan norma kerja dan jaminan sosial tenaga kerja, norma kerja
perempuan dan anak, dan norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta bina penegakan hukum
ketenagakerjaan dan bina keselamatan dan kesehatan kerja;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengawasan norma kerja dan jaminan sosial
tenaga kerja, norma kerja perempuan dan anak, dan norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta bina
penegakan hukum ketenagakerjaan dan bina keselamatan dan kesehatan kerja;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan norma kerja dan jaminan sosial tenaga
kerja, norma kerja perempuan dan anak, dan norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta bina
penegakan hukum ketenagakerjaan dan bina keselamatan dan kesehatan kerja;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan norma kerja dan jaminan sosial tenaga kerja,
norma kerja perempuan dan anak, dan norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta bina penegakan
hukum ketenagakerjaan dan bina keselamatan dan kesehatan kerja;
6 / 12
www.hukumonline.com
Bagian Ketujuh
Inspektorat Jenderal
Pasal 20
(1) Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 21
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Ketenagakerjaan.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;
b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Bagian Kedelapan
Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan
Pasal 23
(1) Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
(2) Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 24
Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan
perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan informasi, pengembangan sistem informatika, serta penelitian
7 / 12
www.hukumonline.com
Pasal 25
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Badan Perencanaan dan Pengembangan
Ketenagakerjaan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan
informasi, pengembangan sistem informatika, serta penelitian dan pengembangan di bidang
ketenagakerjaan;
b. pelaksanaan penyediaan data perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan informasi,
pengembangan sistem informatika, serta penelitian dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan
informasi, pengembangan sistem informatika, serta penelitian dan pengembangan di bidang
ketenagakerjaan;
d. pelaksanaan administrasi Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Bagian Kesembilan
Staf Ahli
Pasal 26
Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan secara administratif dikoordinasikan oleh
Sekretaris Jenderal.
Pasal 27
(1) Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri terkait dengan bidang ekonomi dan sumber daya manusia.
(2) Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri terkait dengan bidang kerjasama internasional.
(3) Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri terkait dengan bidang hubungan antar lembaga.
(4) Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis
kepada Menteri terkait dengan bidang kebijakan publik.
Bagian Kesepuluh
Jabatan Fungsional
Pasal 28
Di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan
yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8 / 12
www.hukumonline.com
BAB III
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 29
(1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan
Kementerian Ketenagakerjaan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis.
(2) Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala.
Pasal 30
Unit Pelaksana Teknis Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) ditetapkan oleh Menteri
setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 31
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kementerian Ketenagakerjaan harus menyusun peta bisnis proses yang
menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Kementerian
Ketenagakerjaan.
Pasal 32
Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 33
Kementerian Ketenagakerjaan harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, analisis beban kerja, dan uraian
tugas terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan.
Pasal 34
Setiap unsur di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan maupun
dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Pasal 35
Setiap pimpinan unit organisasi menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing-
masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan,
9 / 12
www.hukumonline.com
Pasal 36
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahan dan
memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 37
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila
terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 38
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab pada atasan
masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 39
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap unit organisasi dibawahnya.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 40
Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Ketenagakerjaan
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Ketenagakerjaan
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
10 / 12
www.hukumonline.com
Pasal 42
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor
24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas,
dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan Kementerian Ketenagakerjaan, masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan
Presiden ini.
Pasal 43
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku
jabatan di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan
dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua ketentuan mengenai Kementerian Ketenagakerjaan
dalam:
a. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara
Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan
b. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 45
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 21 Januari 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 23 Januari 2015
11 / 12
www.hukumonline.com
12 / 12