Anda di halaman 1dari 4

2.

Epidemiologi

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Asia Tenggara, karena


proporsi yang lebih besar (45%) dari total perkiraan 10,4 juta kasus infeksi terdaftar di
wilayah tersebut. Di laporkan angka kematian dari asia tenggara dan afrika mencapai 85%.
TB menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di Nepal. Studi prevalensi tidak
dilakukan di Nepal karena kurangnya partisipasi pemerintah dalam sektor kesehatan ;
Namun, setiap tahun di perkirakan sekitar 34.122 kasus TB dilaporkan ke NTP.

TBC merupakan penyakit endemic di Nepal, di antaranya di temukan TBC Kulit yang
merupakan TBC salah satu dari TBC ekstra paru, Insiden TB kulit di Nepal Tengah
dilaporkan sebanyak 0,1%. Dimana insiden ini belum diketahui secara pasti di negara ini.

Studi klinis epidemiologi di Nepal telah di lakukan oleh Darwin pada tahun 2010,
mengungkapkan bahwa tuberkulosis verukosa (48%) sebagai tipe klinis utama. Namun
merujuk pada penelitian sebelumnya, Lupus vulgaris adalah yang paling umum (64%),
diikuti oleh tuberculosis verrucosa kutis (19%) dan papulo nekrotik tuberkulid (4%) [8].

Ironisnya, kasus-kasus TB yang resistan terhadap berbagai macam obat (MDR-TB) -tahan
dengan setidaknya dua obat anti-TB lini pertama yang paling manjur, yaitu isoniazid dan
rifampisin dan jenis -TB-XDR yang resisten terhadap fluoroquinolon di tambah satu dari obat
injeksi seperti kanamycin, amikacin, dan capreomycin — juga telah dilaporkan dari India dan
Cina yang berbatasan dengan Nepal [9-11]. Namun demikian, studi epidemiologis yang tepat
dari kasus TB kulit kutaneus MDR / XDR masih belum diketahui atau tidak dilaporkan dari
Nepal.

5. Klasifikasi tuberkulosis kulit berdasarkan patogen

Berdasarkan patogen pada kulit, varian tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori besar. Bentuk multibasiler (mudah dideteksi dalam jaringan kulit) termasuk
tuberkulosis primer, skrofuloderma, tuberkulosis orifisial, tuberkulosis milier akut. [17, 18]

6. Manifestasi TBC kulit

TBC kulit menunjukkan berbagai manifestasi klinis: papula inflamasi, plak verrucous, nodul
supuratif, ulkus kronis, dan lesi atipikal lainnya [19].
7. Tuberkulosis Kulit Eksogen

7.1.Berawal dari papul yang tegas, tidak nyeri, coklat kemerahan, atau nodul, setelah 2
hingga 4 minggu berkembang menjadi bisul yang rapuh dan mudah berdarah dengan
permukaan granular [20].

Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan histopatologis, di mana reaksi inflamasi


neutrofilik akut berkembang biak di AFB dan daerah nekrotik[16]. Membentuk
granulomatosa yang semakin membesar dalam waktu 3-6 minggu.

7.2 Tuberculosis kutis verukosa merupakan gambaran yang paling umum di temukan pada
anak-anak pada daerah tropis yang jarang menggunakan alas kaki diamana infeksi ini
berhubungan dengan lesi pada kulit.

Lesi berbentuk soliter tidak disertai nyeri, tanpa adenopati sangat seringdi jumpai pada
ektremitas yang rentan terhadap trauma. Selanjutnya lesi ini akan berubah bentuk menjadi
plak verukosa.

9. Tuberkulid

tuberkulid adalah bentuk TB kutis akut atau kronis, muncul dengan bentuk klinis yang
beragam, memiliki gambaran hipergik, pada TB aktif[20].

9.1. Tuberkulosis papulonekrotik adalah bentuk kulit yang sering dijumpai pada anak-anak
dan orang muda [29]. Biasanya di temui lesi berbentuk papulonodular tanpa rasa sakit,
simetris, yang di temui terutama di sekitar wajah, telinga, ekstremitas, dan bokong, yang
kemudian meninggalkan bekas luka[26].

9.2. Lichen Scrofulosorum adalah erupsi multipel, kecil, berkelompok, berbatas tegas, papula
atau plak yang sering menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan penyakit yang
mengenai tulang dan kelenjar getah bening [16, 26]. Biasanya tida meninggalkan bekas luka.

9.3. Eritema induratum adalah granulomatosa lobular yang muncul sebagai nodul subkutan
berwarna merah-keunguan yang biasanya terdapat di kaki dan paha [26]. Nodul ini lama
kelamaan akan membentuk ulkus dan akan meninggalkan bekas luka setelah pengobatan
selesai.
GAMBAR 1: Plak eritematosa (1x2 cm) pada lupus vulgaris di lengan kanan seorang wanita 17 tahun dengan
bekas trauma yang membentuk linear.

10.2.3 Histopatologi biopsi kulit menunjukkan presentasi granulomatosa sebagai penyakit


kulit dengan etiologi yang berbeda — leishmaniasis kulit, kusta tuberkulosis, pioderma
granulomatosa superfisial, sarkoidosis kutis, lupus miliaris [16, 19]. Sementara itu,
penjelasan yang tepat dalam diagnosis tuberkulosis kulit tidak dapat dilakukan; Namun,
karakteristik (granuloma yang terbentuk dengan baik tanpa adanya nekrosis caseous) akan
menjadi tambahan untuk membedakan jenis TB kulit (Tabel 3) [16, 19 , 21, 26, 28, 33, 39].

Manifestasi yang kurang jelas dari TB kulit untuk menghubungkan histologis dengan
pengamatan klinis dalam diagnosis berbasis bukti tidak sempurna dan kurang pragmatik.

10.2.4. Diagnosis dengan Tes: Pewarnaan dan kultur. Dinding sel mikobakteri kaya akan
lipid kompleks yang tahan terhadap asam dan alkohol; karenanya patogen disebut sebagai
basil tahan asam (AFB). Teknik pewarnaan meliputi Ziehl-Neelsen. Pengamatan mikroskopis
basil tahan asam pada pewarnaan ini dapat menentukan terapi empiris yang akan di berikan.
Namun, ini tidak selalu menunjukkan tuberkulosis kulit, karena patogen lain seperti
Nocardia, Corynebacterium, mikobakteria nontuberktif, memberikan hasil seperti basil tahan
asam [38, 40]. Kultur tetaplah yang menjadi gold standart dalam pemeriksaan M. tuberculosis
namun pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

10.2.5. Amplifikasi Asam Nukleat (PCR). Deteksi gen Mycobacterium menggunakan bakteri
ribosom DNA 16S dengan tes PCR sekarang disebut sebagai tolak ukur dalam diagnosis TB
paru dan beberapa bentuk tuberkulosis kulit. Uji PCR telah terbukti sensitiv dan spesifisitas
dalam diagnosis tuberkulosis kulit (Tabel 4) [42-55];
10.2.6. Genotipe merupakan kemajuan terbaru dalam diagnosis tuberkulosis kulit, memiliki
kecenderungan untuk memisahkan mikobakteria atipikal dari Mtb — dan mendeteksi mutasi
jika tetap ada yang menyebabkan resistensi obat pada patogen. uji penerapan klinis dari
teknik genotip ini juga dilakukan pada pasien dengan TB kulit di Cina oleh Ziang et al., 2017,
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang meningkat [57].

10.2.7. Mycobacterial Interspersed Repetitive Unit-Variable Number Tandem Repeat


(MIRU-VNTR). Akhir-akhir ini, konsorsium internasional telah mengusulkan MIRU-VNTR
sebagai skema genotipe standar, dengan 15- dan 24 set genetik terbukti memiliki daya
diskriminatif yang cukup untuk melacak transmisi dan menyelidiki filogenetik tuberkulosis
[57].

11. Kesimpulan

Dari laporan yang terkumpul, hampir semua metode investigasi memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih rendah untuk tuberkulosis kulit, mempertimbangkan eritema nodosum
atipikal, nonspesifik, pemeriksaan histopatologi, dan bahkan teknik kultur mikroba. Namun,
teknik genotipe dapat menjadi asisten untuk mengatasi tantangan diagnostik ini, namun
karena biaya operasional yang mahal. Dalam perspektif ini, dokter harus menggunakan setiap
tes yang mungkin, sehingga mendukung dasar dasar diagnosis yang akan menjadi tambahan
dalam diagnosis dini dan tepat tuberkulosis kulit.

Anda mungkin juga menyukai