Anda di halaman 1dari 4

Surat Perjanjian Supir Dengan Perusahaan Jasa Pengangkutan

Pada hari , (
dua puluh), bertempat di Area
Kota Bandung, masing-masing pihak (yang selanjutnya disebut dengan
para pihak) telah sepakat untuk membuat surat perjanjian menjadi supir perusahaan dengan
memakai
sistem pola kemitraan antara:

Nama :
Alamat:
Pekerjaan :

Bertindak selalu atas nama CV.INDOBAHARI NUSANTATA, berkedudukan dan


beralamat di Jalan yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (PIHAK-I);

Nama :
Alamat:
Pekerjaan:

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pribadi, yang untuk selanjutnya disebut
sebagai PIHAK
KEDUA (PIHAK-II);
Kedua belah pihak, berdasarkan adanya itikad baik dan tanpa adanya unsur paksaan dari
pihak
manapun, telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam sebuah perikatan dengan memakai
sistem pola
kemitraaan sebagai supir, dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
merupakan perusahaan jasa pengangkutan yang
juga merupakan pemilik mobil atau kendaraan dan bertindak sebagai pemberi order atau
pemberi kerja.
Pihak Kedua yang selanjutnya disebut sebagai pengemudi adalah penerima order atau
penerima kerja
yang diberikan oleh Pihak Pertama.
Jenis order adalah mengangkut produk/barang umum lainnya dengan
menggunakan alat angkutan berupa :
Spesifikasi Dump truck roda 6 ( enam ) yang digunakan dalam pengelolaan jasa angkutan
adalah sebagai berikut :
a. Tahun Pembuatan : 2008 -2014
b. Kapasitas load Bak : 24 up
c. Kondisi Armada : Siap Houlling

Pasal 2
Pihak Pertama menerima Pihak Kedua sebagai pengemudi dengan menggunakan sistem
dan syarat yang
ditetapkan oleh Pihak Pertama.Pasal 3
Pihak Kedua setuju dan patuh untuk mengikuti sistem, prosedur dan segala peraturan yang
ditetapkan
oleh Pihak Pertama.
Pasal 4
Pihak Kedua menyetujui untuk tunduk mengikuti sistem pola pekerjaan borongan
berdasarkan tujuan,
trayek, borongan mengangkut produk/barang, dan komisi rit yang sudah ditetapkan oleh
Pihak Pertama.
Pasal 5
Pihak Kedua tidak dapat meminta dan atau menuntut fasilitas atau benefit apapun itu,
kecuali yang
sudah ditetapkan oleh Pihak Pertama sebelumnya.
Pasal 6
Apabila saat mengerjakan order mendapat kecelakaan, maka kondisi tersebut akan
dievalusi secara
bersama-sama dengan ketentuan sebagai berikut:
a) apabila kecelakaan yang terjadi adalah murni diakibatkan adanya kelalaian Pihak Kedua,
maka semua
biaya yang timbul menjadi beban bersama antara para pihak, dimana masing-masing
dikenakan biaya
sebesar 50% dari total kerugian yang dialami.
b) kecelakaan yang terjadi bukan akibat dari adanya kelalaian Pihak Kedua, seperti ditabrak
oleh
kendaraan lain, terjadinya bencana alam, dan lain sebagainya, maka kerugian yang timbul
akan
ditanggung oleh asuransi.
Pasal 7
Apabila terjadinya kecelakaan akibat menabrak, ditabrak, terperosok slip dan atau bentuk
kecelakaan
lainnya mengakibatkan adanya kerusakan kendaraan truck, trailer, prime mover ataupun
perlengkapan
lainnya, maka harus dilengkapi dengan adanya berita acara dari kepolisian setempat atau
dari pihak
aparat pemerintahan setempat, dan apabila tidak ada berita acara maka kerugian tersebut
adalah
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Pihak Kedua.
Pasal 8
Pihak Kedua bertanggung jawab penuh atas seluruh keselamatan dokumen dan atau surat-
surat
berharga yang melekat pada kendaraan yang dikendarai, antara lain: Surat Tanda Nomor
Kendaraan
(STNK), Buku KIR, Kartu Izin Usaha, Surat Jalan.Pasal 9
Pihak Kedua bertanggung jawab penuh untuk memonitoring kondisi laik kendaraan,
termasuk
perawatan kendaraan secara berkala, seperti: ganti oli/gardan/persneling, kontrol air accu,
tembak
minyak gemuk, mengganti atau mengisi minyak rem, mengganti atau mengisi minyak
hidrolik,
mengganti atau mengisi air radiator, serta kerusakan-kerusakan kendaraan lainnya.
Pasal 10
Pihak Kedua menyetujui tidak akan menerima uang komisi atau bentuk apapun yang
diperhitungkan
atas dasar trayek/rit/borongan, apabila Pihak Kedua tidak mendapatkan orderan angkutan
produk/barang atau Pihak Kedua masih berada pada posisi menunggu antrian.
Pasal 11
Pihak Kedua menyetujui bahwa Pihak Pertama mempunyai hak dan kewenangan penuh
untuk
mengakhiri perjanjian sistem pola kemitraan dengan Pihak Kedua secara sepihak, apabila
Pihak Kedua
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) meminum-minuman keras dan atau kedapatan sedang mabuk ditempat kerja dan atau
pada saat
bertugas atau melakukan pekerjaan.
b) kedapatan membawa, mengedarkan dan atau menggunakan narkotika dan atau obat-
obatan
terlarang jenis lainnya.
c) kedapatan bermain judi diareal perusahaan.
d) membuat keonaran atau berkelahi ditempat kerja atau ditempat tugas.
e) kedapatan melakukan tindak pidana pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan dan
atau
melakukan kejahatan-kejahatan lain yang bertentangan dengan hukum dan perundang-
undangan
berlaku.
f) menukar atau mengambil onderdil atau komponen kendaraan milik perusahaan yang
dikemudikannya
ataupun milik rekan sekerja tanpa sepengetahuan atau izin Pihak Pertama.
g) menganiaya, menghina secara kasar, melakukan fitnah atau ancaman yang
membahayakan pimpinan,
anggota keluarga pimpinan, maupun rekan sejawat atau teman sekerja lainnya.
h) membujuk atau mencoba membujuk pimpinan, anggota keluarga pimpinan, maupun
rekan sejawat
atau teman sekerja lainnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan
peraturan, undang-undang ataupun tata susila.
i) merusak dengan sengaja barang milik perusahaan.
j) menolak perintah yang diberikan oleh atasan langsung untuk dan atas nama pimpinan
perusahaan.
k) memberikan keterangan palsu.l) melakukan perbuatan yang merugikan Pihak Pertama
demi untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan atau golongan/keluarganya.
m) kedapatan menerima order tanpa sepengetahuan Pihak Pertama.
n) membawa teman atau memperbolehkan orang lain untuk menumpang pada kendaraan.
o) tidak masuk berturut-turut selama 5 (lima) hari tanpa ada pemberitahuan yang jelas
dinyatakan telah
mengakhiri perjanjian kemitraaan secara sepihak.
p) menolak order yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
q) mengoperasikan kendaraan diluar prosedur yang telah ditetapkan oleh Pihak Pertama.
r) menyerahkan kendaraan yang biasa dikemudikannya kepada orang lain yang tidak
ditunjuk langsung
oleh Pihak Pertama.
s) terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku ditempat pemuatan
dan atau
pembongkaran barang/produk.
t) melakukan perbuatan tindak pidana yang memiliki ancaman hukuman diatas 5 (lima)
tahun.
Pasal 12
Perjanjian pola sistem kemitraan ini akan batal demi hukum, apabila ternyata Pihak Kedua
juga terikat
hubungan kerja dengan Pihak Ketiga (Pihak III) atau pihak lainnya dengan segala akibat
hukumnya
adalah menjadi tanggung jawab penuh Pihak Kedua.
Pasal 13
Perjanjian kemitraan ini akan berakhir dan batal karena hukum disebabkan Pihak Kedua
melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 pada perjanjian ini,
ataupun
disebabkan Pihak Kedua meninggal dunia dan Pihak Kedua tidak berhak atas uang
pesangon dan atau
uang perhargaan.
Pasal 14
Hal-hal lain yang belum diatur dalam isi perjanjian ini dapat diatur secara tersendiri, sejauh
tidak
bertentangan dengan undang-undang dan ketentuan peraturan hukum yang berlaku,
dengan terlebih
dahulu dimusyawarahkan oleh para pihak.
Demikan surat perjanjian sistem pola kemitraan supir perusahaan pengangkutan ini dibuat
dengan
sebenarnya disertai adanya itikad baik dari para pihak. Surat perjanjian ini dibuat tanpa
adanya paksaan
dari pihak manapun dengan terlebih dahulu setuju dengan cara kedua belah pihak
menandatanganinyasebagai bukti kesediaan dan kesanggupan masing-masing untuk
tunduk dan patuh dalam memenuhi
pelaksanaan isi perjanjian ini.
Hormat kami,
Pihak Pertama, Pihak Kedua,
atas nama perusahaan
(materai 6000)
N. Hasudungan Silaen, SH Andreas Yulianto Hutajulu
HRD & GA Manager

Anda mungkin juga menyukai