PENDAHULUAN
1
2
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Koordinat Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV. Citra Palapa
Mineral
4
Sumber : CV. Citra Palapa Mineral, 2018
5
6
sumber batuan gunung api asam. Batuan asal dari batuan didekatnya yang
diendapkan dalam waktu yang sama yaitu formasi sadong di Serawak,
mendukung aspek tumbuh asal pasifik, yang serupa dengan tumbuhan dari
Vietnam (Hutchinson 1989) yang merupakan bukti penting terhadap asal Daratan
Gondwanan untuk Kalimantan Barat Laut.
Pada waktu jura awal, kedalaman laut di Singkawang bertambah, seperti
diperlihatkan oleh kemungkinan terbidit yang membentuk formasi Sungai
Betung;Kelanjutan gunung api yang diperlihatkan oleh tufa dibagian atas satuan
ini memberikan dugaan dekat satuan tepian lempeng aktif.Jarum jam, mungking
menghadap suatu samudera pasifik moyang(ancestral).
Dibandingkan dengan sumbat Gabro Biwa yang menerobos bagian utara
batolit schwaner di Nangataman, Gabro setinjam mungkin teralih tempatkan pada
kapur akhir. Perlapisannya dan juga kenaikan yang tetap dari landaian gaya berat
kearah singkapan tunggalnya, memberikan dugaan bahwa ini mewakili material
kerak yang dalam.
Kemungkinan perenggangan kerak pada pertengahan Eosen di Kalimantan
Barat Laut menimbulkan pengalih tempatan batuan Gunung api Serentak dan
batuan terobosan Dasit Bawang yang berkaitan. Batuan Gunung api nya dan tufa
piabung yang kelihatannya seumur berlitologi serupa lebih jauh ketimur
dipercayai mencerminkan perenggangan kerak yang mengawali cekungan
sedimen tersier awal bagian dalam. (Dokumen Studi Kelayakan CV. Citra Palapa
Mineral).
(kapur awal). Satuan batuan ini merupakan satuan batuan tertua dan banyak
tersingkap di seluruh daerah penyelidikan. Secara genesis menerobos satuan
batuan diatasnya.
Gambar 2.5. Peta Geologi Daerah Penilitian CV. Citra Palapa Mineral
15
2.3.2 Reklamasi
Kegiatan pertambangan dengan teknik tambang terbuka (surface mining)
telah menyebabkan perubahan bentang alam yang meliputi topografi, vegetasi
penutup, pola hidrologi, dan kerusakan tubuh tanah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan reklamasi yang tepat. Artinya, reklamasi harus diperlakukan sebagai
satu kesatuan yang utuh dari kegiatan pertambangan dan kegiatan reklamasi,
dilakukan sedini mungkin, dan tidak menunggu proses pertambangan selesai.
(Sudjatmiko, 2009).
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya (Permen
ESDM No. 7 Tahun 2014). Reklamasi merupakan bentuk tanggung jawab suatu
industri pertambangan terhadap lingkungan karena pertambangan memiliki asas
pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, social, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
18
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan (UU No. 32 Tahun 2009).
Keterangan:
V : Volume tanah (m³)
A : Luas area (m²)
t : Ketebalan tanah (m)
2) Sistem Pot
Sistem lubang tanam atau sistem pot dilakukan dengancara
membuat lubang-lubang untuk menempatkan lapisan tanah pucuknya.
Dengan dimensi lubang sesuai ketentuan perusahaan, untuk pengisian
tanah pucuk nantinya disesuaikan dengan dimensi lubang yang dibuat
tersebut. Kedalaman lubang juga disesuaian pada jenis tanaman serta tggi
minimal bibit yang akan ditanam sehingga dapat menghindari
kemungkinan tanaman jatuh atau tercabut karena lubang tidak sesuai
dengan tinggi tanaman.
10.000 m²
n= (2.2)
St x Sb
Keterangan:
22
n : Jumlah pot Ha
St : Jarak tanam (m)
Sb : Jarak antar baris (m)
S 1 +S 2
Vp = ( 2) xhxt (2.3)
Keterangan:
S1 : Lebar penampang atas (m)
S2 : Lebar penampang bawah (m)
t : Panjang (m)
h : Kedalaman (m)
Vt = A x n x Vp (2.4)
Keterangan:
Vt : Volume tanah (m³)
Vp : Volume Pot (m³)
N : Jumlah Guludan per Ha
A : Luas area (Ha)
3. Pengaturan Sistem Drainase
Drainase secara umum didefiniskan sebagai ilmu penyaliran air
yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu (Hasmar,
2012). Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi
23
Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak
menutup kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton.
Saluran ini memerlukan cukup ruang. Berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik
dengan debit yang besar.
(2) Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini
tidak memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan
domestik dengan debit yang besar.
Sumber: Hasmar,2012
Gambar 2.7. Penampang Segitiga
(4) Setengah Lingkaran
25
Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan
cetakan yang telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan air limpasan hujan serta air buangan domestik dengan
debit yang besar.
Keterangan:
X : Rata-rata curah hujan
𝞢CH : Jumlah nilai curah hujan
𝞢n : Jumlah data
(2) Tentukan standar deviasi (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
Σ ( Xi−X )²
S=
√ (n−1)
(2.6)
Keterangan:
S : Standard Deviasi
Xi : Jumlah data curah hujan ke –i
𝞢n : Jumlah data
(3) Tentukan koreksi variansi (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
T −1
[ [ ]⟧
Yt = - ln −ln
T
(2.7)
Keterangan:
Yt : Koreksi variansi
T : Periode Ulang Hujan
(4) Tentukan koreksi rata-rata (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
n+ 1−m
Yn = - ln [ - ln [ n+1 ]
(2.8)
Keterangan:
Yn : Koreksi rata-rata
n : Jumlah urut data
m : Nomor urut data
(5) Rata-rata Yn (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
ΣYn
YN = (2.9)
n
Keterangan:
YN : Rata-rata Yn
ΣYn : Jumlah nilai Yn
27
N : Jumlah data
(6) Tentukan koreksi simpangan (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
ΣYn−YN
Sn =
√ ( n−1)
(2.10)
Keterangan:
Sn : koreksi simpangan
Yn : Nilai Yn ke-i
YN : Rata-rata nilai Yn
n : Jumlah data
(7) Tentukan curah hujan rencana (Suwandhi, 2004), dengan rumus:
S
CHR = X + x (Yt-YN) (2.11)
Sn
Keterangan:
X : Rata-rata intensitas curah hujan
S : Standard deviasi
Sn : Koreksi Simpangan
Yt : Koreksi varians
YN : Rata-rata nilai Yn
5) Intensitas Curah Hujan
Besarnya intensitas hujan kemungkinan terjadi dalam kurun waktu
tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe (Suwandhi, 2004),
yaitu:
R 24 24 2
I=
24
x
t ( ) 3
(2.12)
Keterangan:
R24 : Curah Hujan rencana per hari (24 jam)
T : Waktu konsentrasi, jam
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
Hujan
(mm/menit)
hujan lemah 0,02-0,05 Tanah basah semua
Hujan normal 0,05-0,25 Bunyi hujan terdengar
Air akan tergenang di seluruh
Hujan deras 0,25-1,00 permukaan dan terdengar bunyi dari
genangan
Hujan seperti ditumpahkan, saluran
Hujan sangat deras >1,00
pengairan meluap
Sumber: Suwandhi, 2004
6) Debit Air Limpasan
Debit air limpasan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan
tanah. Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan umumnya
menggunakan metode rasional. Metode ini merupakan metode tertua
dalam menghitung debit dari curah hujan. Perhitungan debit air
limpasan dengan metode rasional menurut Soemarto (1987) adalah
sebagai berikut:
Q=CxIxA (2.16)
Keterangan:
Q : Debit Air Limpasan (m³/detik)
C : Koefisien Air Limpasan
I : Intensitas Curah Hujan (m/detik)
A : Luas Daerah Tangkapan Hujan (m²)
Kondisi pemuatan
kedalaman galian
( Max Kedalaman galian ) Pemuatan Pemuatan
Pemuatan
Agak
Pemuatan
Ringan Sedang sulit
Sulit
< 40% 0,7 0,9 1,1 1,4
40 – 75 % 0,8 1 1,3 1,6
>75 % 0,9 1,1 1,5 1,8
Sumber: katalog alat berat, 2013
Untuk menghitung cycle time dapat juga dengan cara menggunakan tabel-
tabel di atas dengan cara sebagai berikut:
CT = standar cycle time x faktor konversi (2.20)
34
Keterangan:
Q : Produksi per jam (m³/jam)
q : Produksi per sisklus C
CT : Waktu edar (detik)
3600 : Konversi jam ke detik
E : Efisiensi Kerja
(1) Produksi Alat Angkut
Produksi Per Siklus (Nurhakin, 2004)
q = n x q1 x K (2.22)
Keterangan:
Q : Produksi per jam (m³/jam)
n : Jumlah pengisian bak oleh bucket
q1 : Kapasitas munjung (lihat spesifikasi alat) (m³)
K : Faktor pengisian bucket
Produksi Per Jam (Nurhakim, 2004)
q x 3600 x E
Q =
CT
(2.23)
Keterangan:
Q : Produksi per jam (m³/jam)
q : Produksi per sikls (m³)
CT : Waktu edar (detik)
3600 : Konversi jam ke detik
E : Efisiensi kerja
(2) Produksi Alat Gusur
Produksi Per Siklus (Nurhakim, 2004)
35
q = L x H² x a
(2.24)
Keterangan:
q : Produksi Per siklus (m³)
L : Lebar Blade (m³)
H : Tinggi Blade (m)
a : Faktor Blade (Table 2.14)
Keadaan asli (Bank Condition), keadaan material yang masih alami dan
belum mengalami gangguan teknologi. Keadaan tanah ini biasanya dinyatakan
dalam ukuran Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan jumlah pemindahan tanah.
Keadaan gembur (Loose Condition), keadaan material setelah diadakan
pengerjaan. Tanah ini biasanya yang terdapat di depan dozer blade, di atas truk, di
dalam bucket dan sebagainya. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas
biasanya dinyatakan dalam Loose Cubic Meter (LCM).
Keadaan padat (Compact), keadaan material setelah ditimbun kembali
dengan disertai usaha pemadatan. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat
biasanya dinyatakan dalam Compact Cubic Meter (CCM). Faktor konversi
volume material (tanah) dapat dilihat pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Faktor Konversi Volume Tanah/Material
5. Revegetasi
Kegiatan revegetasi sering kali dihambat keberhasilannya dengan masalah
sifat fisik dan kimia tanah pucuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Berikut cara pengendalian kondisi tanah pucuk (Iskandar, 2008),
yaitu:
1) Sumber Tanah Pucuk
Tanah pucuk dalam kegiatan revegetasi digunakan sebagai media
tanam vegetasi. Tanah pucuk disebar di atas lahan yang telah ditata
ulang dengan ketebalan 50-100 cm. volume tanah pucuk yang
38
Tabel 2.16. Perbandingan Sifat Tanah Pucuk dalam Ilmu Tanah dan Kegiatan
Reklamasi
Tanah pucuk Tanah pucuk untuk
Sifat
dalam ilmu tanah kegiatan reklamasi
Kandungan bahan organik Sedang – tinggi Sangat rendah – rendah
Aktivitas mikroorganisme Sedang – tinggi Sangat rendah – rendah
Struktur Baik Rusak
Keras – sangat keras bila
kering
Teguh – sangat teguh bila
Konsistensi Gembur lembap
Lekat – sangat lekat
Plastis – sangat plastis
bila basah
Bobot isi Sekitar 1-1,2 g/cm³ >12 g/cm³
Kapasitas tukar kation Sedang – tinggi Sangat rendah – rendah
Ketersediaan unsur hara Sedang – tinggi Sangat rendah – rendah
Sumber: Iskandar, 2008
39
41
Bekas bulan November karena tanaman sengon memerlukan air
Penambangan minimal 3 bulan pada awal pertumbuhan.
Tanah Liat di PT. 2. Jumlah tanah pucuk yang tersedia untuk penataan lahan bekas
Holcim Indonesia tambang di Blok A adalah 69.919,5 m³ LCM.
Tbk, Cilacap, Jawa 3. Sistem penataan lahan bekas tambang di Blok A seluas 2
Tengah hektar menggunakan sistem pot/lubang tanam dengan :
Jarak antar lubang tanam/pot (3 x 3)
Dimensi lubang pot/tanam adalah kedalaman 1 m,
panjang 1 m, lebar penampang atas 2 m dan lebar
penampang bawah 1 m.
Jumlah pot/lubang tanam yang dibuat sebanyak 836
lubang.
Jumlah tanah pucuk yang dibutuhkan 1.254 m³ LCM.
4. Rencana pengembalian tanah penutup dilakukan setelah
perataan lahan bekas penambangan. Jarak antar tumpukan
tanah penutup sejauh 20 m. volume tanah penutup dalam satu
tumpukan adalah 12 m³ atau 11,04 ton untuk mengisi
sebanyak 8 lubang, setiap lubang diisi 1,5 m³. perkiraan
waktu penumpukan tanah penutup untuk pengisian lubang
adalah selama 1 hari.
5. Pembuatan lubang tanam/pot menggunakan peralatan yang
tersedia di lapangan yaitu Backhoe Caterpillar 320 CL.
Volume setiap pot/lubang tanam adalah 1,5 m³. Material clay
hasil penggalian ini diratakan dengan 1 unit Bulldozer type
CAT D 9 R dapat membuat 8 lubang. Perkiraan waktu untuk
pembuatan lubang adalah selama 4 hari.
6. Pengisian pot/lubang tanam dapat dimulai setelah
penumpukan tanah penutup dan penggalian pot/lubang tanam.
42
3. Muhammad Perencanaan Metode Yang 1. Sistem penataan tanah pucuk menggunakan sistem pot atau
Buby Reklamasi Pada Dilakukan Dalam lubang tanam karena lebih efisien, karena dapat menghemat
Maretio/2015 Lahan Bekas Reklamasi biaya dan kebutuhan tanah pucuk, yaitu sebanyak 1.686 m 3
Pertambangan 1. Metode Dalam tanah pucuk dengan jumlah lubang tanam 13.488 buah.
Bauksit PT Aneka Penimbunan yaitu, 2. Waktu yang diperlukan untuk menata tanah pucuk adalah 8
Tambang Unit High Wall hari yang dipilih yaitu kombinasi alat berat dan tenaga
Bisnis 2. Metode Dalam manusia. kombinasi alat berat dan tenaga manusia lebih
Pertambangan Penataan Tanah efektif karena dilakukan bersamaan sehingga memaksimalkan
Bauksit Tayan, Pucuk yaitu, pot alat kerja yang ada.
Kabuaten Sanggau atau lubang tanam. 3. Pola penanaman dilakukan dengan metode tumpang sari,
Provinsi 3. Metode Dalam yaitu durian, rambutan, langsat dan cempedak serta
Kalimantan Barat Revegetasi yaitu, tanaman penutup untuk menghasilkan lahan perkebunan
Tumpang Sari yang bermanfaat bagi masyarakat serta menjaga tekstur
maupun pengembalian kesuburan tanah yang baik dalam
proses pengembalian kondisi lingkungan di area
pertambangan bauksit.
43
Bandung, Provinsi
Jawa Barat, West
Java Province
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
45
Luas area yang akan direklamasi didapatkan setelah mengetahui koordinat
area reklamasi yang diambil meggunakan GPS.
2) Volume tanah pucuk yang tersedia
Untuk menghitung volume tanah pucuk yaitu menggunakan metode mean
area. Perhitungan volume dengan metode mean area, volume yang akan
dihitung adalah volume ruang atau bangun dengan penampang atas dan
bawah yang merupakan bentuk yang tidak beraturan.
1
V = x ( L1+ L2) x t (3.1)
2
Keterangan:
V : Volume timbunan (m³)
L1 : Luas penampang atas (m²)
L2 : Luas penampang bawah (m²)
t : Jarak penampang atas dan bawah
46
(3) Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang.
(4) Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai dengan peruntukan lahan pasca
tambang.
4) Biaya tidak langsung (Rp)
(1) Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat. (sebesar 2,5% dari biaya
langsung atau berdasarkan perhitungan).
(2) Biaya perencanaan reklamasi. (sebesar 2%-10% dari biaya langsung).
(3) Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor. (sebesar 3%-14% dari
biaya langsung).
(4) Biaya supervisi. (sebesar 2%-7% dari biaya langsung).
(Sumber, kepmen 1827 lampiran 6, tahun 2018)
2. Data Sekunder
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah peta
topografi, data curah hujan, dan data spesifikasi alat mekanis.
1) Peta Topografi
Peta topografi digunakan untuk mengetahui gambaran umum dari lokasi
penelitian. Peta topografi juga digunakan untuk menghitung volume tanah
yang diperlukan untuk penimbunan dengan melakukan recountouring pada
peta topografi dan untuk perencanaan saluran drainase pada area
reklamasi.
2) Data Curah Hujan
Data curah hujan digunakan untuk memperhitungan dimensi saluran
drainase. Data curah hujan dapat diperoleh dari data BPS 10 tahun
terakhir.
3) Data Spesifikasi Alat Mekanis
Data spesifikasi alat mekanis digunakan untuk menghitung waktu kerja
alat mekanis yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan reklamasi.
Perhitungan ini dilakukan secara teoritis sesuai data spesifikasi alat.
3.1.5 Analisis Data dan Pembahasan
47
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat
diinterpretasikan sehingga lebih mudah dimengerti maksudnya dan dilakukan
analisa yang lebih mendalam. Untuk mengetahui kebutuhan tanah yang
diperlukan untuk penataan lahan maka yang harus dilakukan yaitu menentukan
metode penataan lahan.
V=Axt (3.2)
Keterangan:
Vp = ( S +S2 ) x h x t
1 2
(3.7)
Keterangan:
S1 : Lebar penampang atas (m)
S2 : Lebar penampang bawah (m)
t : Panjang (m)
48
h : Kedalaman (m)
Vt = A x n x Vp (3.8)
Keterangan:
Vt : Volume tanah (m³)
A : Luas area (Ha)
n : Jumlah guludan per Ha
Vp : Volume pot (m³)
3.1.6 Kesimpulan
Analisis hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh
kesimpulan sementara dan selanjutnya diolah dalam bagian pembahasan. Dari
pembahasan diatas dapat diketahui reklamasi yang sesuai dan mengetahui estimasi
biaya reklamasi.
49
3.2 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan
- Studi Pustaka
- Survey awal
Pengambilan data
Pengolahan Data
Analisis Data
anaa
Analisis metode penataan lahan.
Perhitungan biaya reklamasi
Kesimpulan
Selesai
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Tenriajeng, 2003. “Perubahan volume tanah dari bentuk asli ke kondisi gembur
dengan melakukan penggalian atau perubahan volume tanah dari kondisi
gembur ke kondisi padat dengan melakukan pemadatan, perlu dikalikan
dengan faktor pengembangan materialnya”.
Van Zuidam, 1983. “Klasifikasi satuan pemetaan geomorfologi tersebut bersifat
holistik (holositic), artinya klasifikasi tersebut dapat dimanfaatkan pada
setiap bidang kajian ilmu kebumian, seperti geologi, geografi, ilmu tanah,
perencanaan wilayah dan tata ruang”.
52