Anda di halaman 1dari 9

ASKEP ANEMIA SEL SABIT

Ditulis pada Maret 27, 2008 oleh harnawatiaj

Pengertian
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk
menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal
535)

Anatomi fisiologi
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang
kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau
kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi
konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen
kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang.
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2
dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular.
Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme,
masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan
pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231)

Penyebab / etiologi
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A Sylvia, 1995, hal
: 239)
a.Infeksi
b.Disfungsi jantung
c.Disfungsi paru
d.Anastesi umum
e.Dataran tinggi
f.Menyelam

Insiden
Prevalensi gen sel sabit yang tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga
40 % di daerah tertentu. Dikenal 3 jenis mutasi gen yaitu bantu, benin dan senegal yang
diberi nama sesuai daerah asalnya. Prevalensi Hb S lebih rendah di dapat juga di daerah
Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa bagian di India. Hemoglobin S adalah
hemoglobin abnormal yang paling banyak didapat. Pembawa sifat diturunkan secara
dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 % sedangkan
status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal 535)

Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantia beta hemoglobin karena
hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua
gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah merah masih mampu
mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga
mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa anaknya s bila
adaakan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai hemoglobin S, maka anak
akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C Suzanne, 2002, hal : 943 – 944).

Manifestasi klinik
g.Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
h.Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
i.Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB
j.Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
k.Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
l.Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
m.Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki.
(Price A Sylvia, 19995, hal : 240)

Tes diagnostik
a.Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% - 50%),
leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
b.Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk
bulan sabit.
c.Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S,
tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
d.Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan
membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
e.LED : meningkat
f.GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
g.Bilirubin serum : meningkat
h.LDH : meningkat
i.IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
j.Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
k.Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M, 2002, hal : 585).

Prognosis / penatalaksanaan
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-
menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau
emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang
disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai.
Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga.
Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum
memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan
mengurangi kemungkinan heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian
mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah
ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-
serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi.
Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan
hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer
Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).

Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki pembentukan
sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk pencegahan dan penunjang.
Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada
pencegahan infeksi, deteksi dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan
akan mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang
besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia. Nyeri
hebat yang terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya infeksi dapat
mengenai setiap bagian tubuh. Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik
atau hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan.
Penderita seringkali cacat karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya
kejadian-kejadian oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok penderita terdapat insiden
yang tinggi terhadap ketergantungan obat, terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya
mengikuti sekolah dan melakukan pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995, hal : 239)

hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis.1.Profilaktik


2.Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.
3.Gizi umum baik dan hygiene.
4.Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika terdapat infeksi, bikarbonat jika
pasien asidosis. Analgetik kuat biasanya diperlukan, transfusi diberikan hanya jika
anemia sangat berat dengan gejala transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.
5.Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan anestesi sebelum persalinan atau
operasi, pasien dapat ditransfusi berulang dengan darah normal untuk mengurangi
proporsi haemoglobin S yang beredar.
6.Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada pasien yang sering mengalami krisis
untuk menekan produksi Hb S secara lengkap selama jangka waktu beberapa bulan.
(Hoffbrand V.A, 1996, hal : 77).

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan


untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan melalui 4 tahap yang terdiri
dari pengkajian, perencanam pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang diterapkan dalam
melaksanakan fungsi keperawatan, pendekatan yang dimiliki, karakteristik, sistematis,
bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah.

Pengkajian data
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan pengkajian yang cermat
untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Informasi
akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi
kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan
yaitu pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau sumber data
sekunder. Metode pengumpulan data meliputi : pengumpulan data, klasifikasi data,
analisa data, rumusan diagnosa keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut :

Pengumpulan data
1)Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2)Identitas penanggung
3)Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada
saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi
kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita,
Pemerisaan fisik
4)Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.
Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan
5)Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atai
sianosis, konjungtiva pucat.
6)Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.
7)Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
8)Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan
membran mukosa kering.
9)Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
10)Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
11)Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
12)Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
13)Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
14)Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.
(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).
b.Pemeriksaan Penunjang
1)Jumlah darah lengkap (JDL) : leukosit dan trombosit menurun.
2)Retikulosit : jumlah dapat bervariasi dari 30 % - 50 %.
3)Pewarnaan SDM : menunjukkan sebagian sabit atau lengkap.
4)LED : meningkat
5)Eritrosit : menurun
6)GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7)Billirubin serum : meningkat
8)LDH : meningkat
9)TIBC : normal sampai menurun
10)IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
11)Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
12)Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang.

Klasifikasi data

Data subjektif
a)Keletihan / kelemahan.
b)Nokturi.
c)Nafsu makan menurun.
d)Nyeri pada punggung.
e)Sakit kepala.
f)Berat badan menurun.
g)Gangguan penglihatan.
Data objektif
h)Konjungtiva pucat.
i)Gelisah.
j)Warna kulit pucat.
k)Gangguan gaya berjalan.
l)Tekanan darah menurun.
m)Demam ringan.
n)Eritrosit menurun.
o)Bilirubin serumen : meningkat.
p)JDL : leukosit dan trombosit menurun.
q)LDH meningkat.
(Doenges E. Mariylnn, 2000, hal : 582 – 585).

Diagnosa keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual
maupun potensial adalah sebagai berikut :

l.Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).


m.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan pada
sum-sum tulang.
n.Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.
o.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
p.Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.
q.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
r.Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.

Rencana keperawatan

Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (HB rendah)


Tujuan : Tidak merasakan nyeri,
Tindakan keperawatan
n.Kaji tingkat nyeri
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
o.Anjurkan klien teknik nafas dalam
Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan
terpenuhi.
p.Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.
q.Kolaborasi pemberian penambah darah
Rasional : Membantu klien dalam menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum
tulang.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Tindakan keperawatan :
a.Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan
intevensi selanjutnya.
b.Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler
c.Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas
berlebihan penyebab vasodilatasi.
d.Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.

Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot


Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Tindakan keperawatan
a.Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan
intervensi selanjutnya.
b.Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c.Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
d.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi kebutuhannya.
e.Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria : nafsu makan meningkat, porsi makan
dihabiskan.

Tindakan keperawatan :
a.Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi efisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b.Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering dan bervariasi
Rasional : Pemasukan makanan atau menambah kekuatan dan diberikan sedikit-sedikit
agar pasien tidak merasa bosan.
c.Beri HE tentang pentingnya makanan atau gizi
Rasional : Makanan yang bergizi dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya..
d.Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
e.Penatalaksanaan pemberian vitamin B1.
Rasional : Vitamin bisa menambah nafsu makan.
f.Konsul pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi kebutuhan individu.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan


Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah
lancar
Tindakan keperawatan .
a.Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas
b.Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik
c.Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan /
mempengaruhi hipoksia selular.
d.Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena / pembentukan edema.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit


Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Tindakan keperawatan
a.Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
b.Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi
c.Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
d.Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya


Tujuan : Memahami tentang penyakitnya, mau menerima keadaan penyakitnya, klien
tidak bertanya tentang penyakitnya
Tindakan keperawatan
a.Berikan informasi tentang penyakitnya
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang
tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
b.Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Memberi pengetahuan berdasarkan pola kemampuan klien untuk memilih
informasi
c.Dorong mengkonsumsi sedikitnya 4 – 6 liter cairan perhari
Rasional : Mencegah dehidrasi dan konsekuensi hiperviskositas yang dapat membuat
sabit / krisis.
d.Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas fisik teratur dengan keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat.
Rasional : Mencegah demineralisasi tulang dan dapat menurunkan resiko fraktur.

Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek
kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian
kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.

Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan
proses perawatan.
Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit
adalah sebagai berikut :
Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan
kriteria :
a.Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
b.Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria :
a.Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
b.Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria :
c.Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
d.Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
e.Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan
berat badan yang sesuai dengan kriteria :
f.Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.

Sumber:
1.Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,
Jakarta.
2.Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3,
EGC : Jakarta.
3.Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta.
4.Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
5.Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
6.Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai