Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA TN E DENGAN MEROKOK


DI RT.04/RW.02 KELURAHAN BUNGO BARAT TAHUN 2019

Disusun Oleh :
Wahyu Setiyawan, S.Kep
1914901760

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Kunjungan : Ke-1
Tanggal : Jum’at, 29 November 2019
A. Latar Belakang
Sebelum memulai interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, diperlukan
sebuah kepercayaan. Kepercayaan dibutuhkan pada saat interaksi terjadi agar komunikasi
dapat berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan
dengan baik pula.
Salah satu hal yang dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan yakni dengan
membina hubungan saling percaya. Sebelum mulai memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga, interaksi antara perawat dan keluarga sangat penting. Pendekatan awal yang
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah pengkajian secara
mendalam pada keluarga tersebut. Pengkajian keperawatan diawali dengan menjalin
kedekatan dan hubungan percaya. Bina hubungan saling percaya (BHSP) dilakukan dengan
menggunakan komunikasi terapeutik, yaitu menyapa dengan ramah baik secara verbal
maupun nonverbal. Perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama klien. Kemudian
menjelaskan tujuan pertemuan, bersikap jujur dan menepati janji. Dan tunjukkan sikap
empati dan menerima klien apa adanya.
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Data awal yang ditanyakan pada keluarga adalah menanyakan
keadaan umum keluarga, data umum seperti nama lengkap, umur, pekerjaan. Pengumpulan
dan pengorganisasian data yang dilakukan harus menggambarkan status kesehatan keluarga
dan masalah yang dialami keluarga. Data dapat diperoleh dari wawancara dan observasi yang
dilakukan terhadap keluarga mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan dan kesehatan lainnya.

Data yang diperlukan selanjutnya berupa data umum meliputi, tipe keluarga, suku,
agama, stasus sosok keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga; riwayat tahap perkembangan
keluarga, meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan keluarga,
meliputi karekteristik rumah, denah rumah, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas
geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, dan sistem
pendukung keluarga .
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga : Belum ditegakkan
b. Tujuan Umum : Untuk membina hubungan saling percaya dengan Keluarga Tn.E
c. Tujuan Khusus : Menjalin kedekatan dengan keluarga Tn. E
C. Implementasi dan Tindakan Keperawatan
a. Metode
Wawancara
Strategi Pelaksanaan :
- Fase Orientasi
 Mahasiswa mengucapkan salam
 Mahasiswa memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan kedatangan
 Membuat kontrak tempat dan waktu
- Fase Kerja
 Menanyakan kabar dan keadaan Ny.E
 Menanyakan data umum masing-masing anggota keluarga (nama, umur, pekerjaan,
pendidikan)
 Melakukan pemeriksaan TTV keluarga Ny.E
 Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang sakit, dan anamnesa anggota
keluargayang sakit.
- Fase Terminasi
 Mengakhiri interaksi sesuai dengan kontrak waktu yang telah dibuat
 Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya Tanggal 7 Desember 2019
keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga
sebelumnya; kondisi lingkungan
b. Media dan alat
- Buku dan pena

c. Waktu dan tempat


- Waktu : 29 November 2019, Pukul 14.15 WIB/
- Tempat : Rumah Tn.E
D. Evaluasi
- Mengevaluasi perasaan keluarga Tn.E setelah diwawancara oleh mahasiswa coners.
- Mengkonfirmasi data-data umum yang telah didapatkan.
Kunjungan : Ke-2
Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Desember 2019
A. Latar Belakang
Sebelum dilakukan perumusan masalah keperawatan keluarga diperlukan proses
pengumpulan data. Proses pengumpulan data dalam asuhan keperawatan dikenal sebagai
tahap pengkajian.
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan status kesehatan klien
dan masalah yang dialami keluarga. Data dapat diperoleh dari kumpulan data yang berisikan
status kesehatan keluarga, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan kesehatan
lainnya.
Data yang akan dikaji lebih lanjut di antaranya adalah pola komunikasi keluarga,
struktur peran, nilai dan norma budaya, fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi dan
perawatan kesehatan), stressor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga
dalam merespon masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi fungsional,
pemeriksaan fisik head to toe dan harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga.
B. Proses Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan : Belum diketahui
b. Tujuan Umum : Setelah dilakukan pertemuan diharapkan masalah kesehatan keluarga
dapat terkaji secara menyeluruh
c. Tujuan Khusus
a) Keluarga mau memberikan informasi terkait dengan masalah kesehatannya
b) Keluarga mau berkerja sama dan menjawab pertanyaan mahasiswa
c) Keluarga mengetahui sumber masalah kesehatan yang ada di anggota keluarganya
C. Implementasi dan Tindakan Keperawatan
a. Media dan alat
Alat Tulis,
b. Waktu dan Tempat
 Hari/Tanggal : Sabtu, 7 Desember 2019
 Jam : 10.00 – 11.00 WIB
 Tempat : Rumah keluarga Tn.U
c. Metode
Wawancara dan Observasi
Strategi Pelaksanaan
a) Fase Orientasi
b) Fase Kerja
c) Fase Terminasi
D. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Lingkungan sekitar tempat perjanjian kondusif (bersih dan tidak panas)
- Waktu perjanjian tidak merugikan klien ataupun mahasiswa
b. Evaluasi Proses
- Mahasiswa berpakaian rapi
- Klien bersikap terbuka
- Mahasiswa mendengarkan ucapan klien dengan baik
- Mahasiswa tidak ada tekanan dan dapat menyampaikan tujuan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
- keluarga menerima mahasiswa dengan baik
- keluarga mengungkapkan perasaannya
- keluarga mengatakan mau berpartisipasi dalam asuhan keperawatan
Kunjungan : Ke-3
Hari/Tanggal : Minggu, 8 Desember 2019
A. Latar Belakang
Setelah melakukan pengkajian pada tanggal 29 November dan 7 Desember 2019,
didapatkanlah masalah kesehatan aktual pada keluarga Tn.E sehingga perawat menegakkan 2
diagnosa keperawatan keluarga yakni Perilaku hidup tidak sehat berhubungan dengan
kebiasaan merokok elektrik dan Kurang pengetahuan tentang bahaya merokok elektrik
berhubungan dengan kurangnya informasi yang adekuat. Berdasarkan diagnosa tersebut,
maka dalam pertemuan ini perawat akan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok
pada keluarga Tn.E khusunya mengenai pengertian merokok, jenis-jenis rokok, penyakit
yang disebabkan karna rokok, dan bagaimana mengambil keputusan untuk melakukan terapi
berhenti merokok.
B. Proses Keperawatan
1. Diagnosa
Perilaku hidup tidak sehat berhubungan dengan kebiasaan merokok elektrik.
Kurang pengetahuan tentang bahaya merokok elektrik berhubungan dengan kurangnya
informasi yang adekuat.
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan 4 kali kunjungan diharapkan Tn E mampu mengurangi kebiasaan
merokok.
3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga Tn.E dapat
1) mengenal masalah kesehatan akibat merokok
2) Mengambil keputusan untuk melakukan terapi berhenti merokok
C. Implementasi dan Tindakan Keperawatan
1. Media dan alat
- Leaflet
2. Waktu dan tempat
- Waktu : Pukul 14.30-15.00 WIB
- Tempat : Rumah keluarga Tn.E
3. Metode
- Ceramah dan Tanya jawab
Strategi Pelaksanaan
a. Orientasi
· Mengucapkan salam
· Memvalidasi keadaan keluarga
· Mengingatkan kotrak
b. Kerja
· Menjelaskan pengertian rokok dan bahaya merokok
· Menjelaskan dampak mdari merokok
· Menjelaskan cara melakukan terapi berhenti merokok
c. Terminasi
· Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
· Mengucapkan salam
D. Evaluasi
a. Struktur
· LP disiapkan
· Alat bantu dan media disiapkan
· Kotrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
b. Proses
· Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
· Keluarga aktif dalam kegiatan
c. Hasil
Keluarga dapat menyebutkan kembali apa yang sudah diajarkan yaitu:
- pengertian rokok dan bahaya merokok
- dampak merokok
- penyakit akibat merokok
- Bagaimana dan kapan harus mengambil keputusan untuk berhenti merokok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut dengan disertai atau tanpa radang perenkim
paru (pneumonia), yang diebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun
reketsia ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan
pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma
dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan -bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi
pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan
dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotik. (Kunoli, 2012, hal. 218) .
Program Pemberantasan Penyakit  ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004).
B.     Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur
2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
 Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
 Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
 Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C.    Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri ( diplococcus pneumoniea,
pneumococcus, stretokokus, stafilokokus, hemofillus dan korinebacterium), virus
(influenza, adenovirus, sitomegagalovirus dll), jamur (aspergilus sp. Gandida albicans
histoplasm) dan aspirasi (makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak tanah,
cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastik kecil, dll.) (Morton,
2011, hal. 721).
ISPA sendiri sering disebabkan oleh bacteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang ada di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak-anak yang berusia dibawah 2 tahun dimana kekebalan tubuhnya masih lemah, adanya
peralihan musim kemarau ke musim hujan dapat menimbulkan resiko serangan ispa. Faktor
lain yang dapat diperkirakan adanya rendah asupan antioksidan, status gizi kurang dan
buruknya sanitasi lingkungan. (Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
Beberapa faktor pencetus terjadinya ISPA diantaranya yaitu:
1. Usia : Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua
karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi : Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan
tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3. Lingkungan : Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada
anak.(Wijayaningsih, 2013, hal. 3) .
D.    Tanda dan Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres.
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang
kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih
lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii,
hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
1. Demam : sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling sering terjadi pada usia 6
bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5ºC bahkan dengan infeksi ringan.
Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euforia (perasaan senang berlebihan)
dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan cepat kecepatan yang tidak
biasa.
2. Anoreksia : merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-kanak
sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit.
3. Muntah : merupakan suatu reflek yang tidak dapat dikontrol untuk mengeluarkan isi
lambung dengan paksa melalui mulut. Biasanya anak kecil mudah muntah bersamaan
dengan penyakit yang merupakan petunjuk untuk awitan infeksi.
4. Batuk : merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama fase akut.
5. Sakit tenggorokan : merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.
6. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung, sering menyertai infeksi pernapasan.
Mungkin encer dan sedikit atau kental dan purulen, tergantung pada tipe atau tahap
infeksi.(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
E.     Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini
termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara
penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak
langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena
menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
F.   Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a.     Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis.
Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek,
merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah
virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
b.      Manusia
1.      Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang
lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum
sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2.      Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
3.      Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama
kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal
karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4.      Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari
pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya.
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5.      Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama
(4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat
kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang
sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
6.      Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain
cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya
ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2.      Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal
ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah
tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3.      Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4.      Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang
padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil
penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko
terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5.      Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-
paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6.    Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi
standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit
paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7.      Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan
hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif
pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
8.      Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu
yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji
statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi
berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
G.    Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya
ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik
untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan
lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat
diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan
antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan
antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan
tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah,
1995 ; 13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Data Umum Keluarga


 Nama kepala keluarga : Tn.U
 Umur kepala keluarga : 45 Tahun
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Kelurahan Bungo Barat RW.02 RT.04
 Komposisi keluarga

No Nama Jenis kelamin Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan


. dengan KK
1. Ny.R Perempuan Istri 33 Tahun SMP IRT
2. An.D1 Laki-laki Anak 12 Tahun SMP -
3. An.D2 Laki-laki Anak 8 Tahun SD -
4. An.D3 Perempuan Anak 11 Bulan - -

 Genogram :

: Laki-laki
: Perempuan
: Lk wafat
: Pasien
: Serumah

 Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.U adalah keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.
 Suku bangsa
Semua anggota keluarga Tn.U adalah suku melayu dan bangsa Indonesia.
 Agama
Keluarga Tn.U menganut agama islam
 Status sosial ekonomi
Tn.U memiliki penghasilan dari bekerja sebagai wiraswasta dan status sosial ekonomi
keluarga Tn.U adalah sedang.
 Aktifitas rekreasi
Keluarga mengisi waktu luang dengan menonton TV, dan berkunjung kerumah sanak
keluarga dan juga berkunjung ke rumah tetangga.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.U saat ini adalah dengan anak usia sekolah.
 Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Saat ini tidak ada tugas perkembangan keluarga Tn.U yang belum terpenuhi.
 Riwayat keluarga inti
 Ny. R menyatakan An. D3 mengidap flu sejak 14 hari yang lalu, dua minggu yang
lalu juga demam sudah sembuh tapi demam lagi sejak 2 hari yang lalu dan sudah
minum obat yang diberikan oleh dokter.
 Ny.R mengatakan anaknya dibawa berobat ke prakter dokter.
 Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
 Pihak istri : Ny.R mengatakan tidak ada orang tuanya yang menderita penyakit
menular dan penyakit keturunan.
 Pihak suami : Ny.R juga mengatakan tidak ada orang tua Tn.U yang menderita
penyakit menular tetapi ada yang menderita penyakit hipertensi.
C. Lingkungan
 Karakteristik rumah
Rumah bentuk permanen dengan atap seng, lantai sudah diplester. Rumah memiliki
ruang tamu, 2 kamar, dapur, dan kamar mandi. Ukuran rumah 5 x 7 m2.
 Ventilasi dan penerangan
Rumah memili ventilasi, tiap kamar memiliki jendela, dan penerangan menggunakan
listrik.
 Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari air pam. Air untuk minum
dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di kamar mandi.
 Pembuangan sampah
Sampah yang sudah terkumpul biasanya dibuang ketempat pembuangan akhir, dan
kadang-kadang dibakar sendiri.
 Pembuangan air limbah : Pembuangan air limbah lansung ke got /selokan.
 Jamban/WC : Keluarga Tn.U memiliki jamban/WC sendiri dirumah.
 Denah rumah :

1 1 : Ruang tamu

2 2 : Kamar 1

3 3 : Kamar 2

4 : Dapur

4 5 5 : Kamar mandi

6 6 : wc

 Lingkungan sekitar rumah


Dihalaman rumah banyak rumput liar. Tn.U tinggal dirumah bedengan sehingga hanya
berbatas tembok rumah dengan tetangga sebelah.
 Sarana komunikasi dan trasportasi
Sarana komunikasi berupa handpone dan keluarga Tn.U menggunakan alat trasportasi
sepeda motor.
 Fasilitas hiburan
Fasilitas hiburan yang dimili keluarga Tn.U adalah Televisi
 Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal Tn.U yaitu
puskesmas. Dan keluarga Tn.U menggunakan BPJS.
D. Sosial
 Karakteristik tetangga dan komunitas
Sebagian tetangga bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta, dan ibu rumah tangga .
Hubungan dengan anggota masyarakat tidak baik.
 Mobilitas geografis keluarga
Tn.U sudah lama menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah ditempatinya sudah
bertahun-tahun.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.U selalu mengikuti acar pertemuan yang diadakan oleh pak RT, dan selalu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dilingkungan tempat tinggalnya. Dalam melaksanakan
interaksi dengan masyarakat tidak ada hambatan.
 Sistem pendukung keluarga
Bila ada masalah yang membantu keluarga Tn.U biasanya adalah sanak saudaranya dan
juga masyarakat sekitar tempat tinggal.
E. Struktur Keluarga
 Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Tn.U adalah pola komunikasi terbuka, siapapun dalam
anggota keluarga berhak mengemukakan pendapat.
 Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan keluarga Tn.U berdiskusi dengan anggota keluarga yang
lain, yang berperan mengambil keputusan adalah Tn.U.
 Struktur peran
 Tn.U berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Wiraswasta.
 Ny.R berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga beserta anak-
anaknya.
 An.D1 berperan sebagai anak dari pasangan Tn.U dan Ny.R yang merupakan anak
pertama berperan sebagai anak sekolah.
 An.D2 merupakan anak kedua dari pasangan Tn.U dan Ny.R berperan sebagai anak
sekolah.
 An.D3 merupakan anak ketiga dari pasangan Tn.U dan Ny.R berperan sebagai bayi.
 Nilai dan norma keluarga
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya setempat,
semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ajaran agama, misalnya sholat
5 waktu, mengaji dan sebagainya.
F. Fungsi Keluarga
 Fungsi afektif : Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling
menyayangi dan menghargai satu sama lainnya.
 Fungsi sosialisasi : Hubungan social terjalin dengan baik
 Fungsi perawatan kesehatan
 Kemampuan keluarga mengenal masalah : Keluarga Tn.U tidak mampu mengenal
masalah yang terjadi pada anaknya, dapat dilihat dari pernyataan Ny.R yang
mengatakan ia tidak tahu apa itu ispa, penyebab ispa, dan cara mengatasi ispa.
 Kemampuan keluarga mengambil keputusan : keluarga Tn.U cukup baik dalam
mengambil keputusan, karena keluarga lansung membawa anaknya berobat kedokter.
 Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : kurang baik, keluarga
belum mengerti cara merawat keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui
ketika sakit cukup dibawa berobat saja.
 Kemampuan keluarga memodifikasi/memelihara lingkungan yang sehat untuk
perawatan anggota keluarga yang sakit : kurang baik, perabotan rumah Tn.U banyak
berdebu dan di halaman rumah banyak rumput liar, dan Tn.U merokok didalam
rumah.
 Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan : baik, Ny.R
mengatakan jika anaknya sakit lansung dibawa berobat.
 Fungsi reproduksi : Keluarga Tn.U sudah dikaruniai 3 orang anak
 Fungsi ekonomi : Tn.U sudah mencukupi keperluan keluarganya, dan
juga untuk sekolah dan berobat.
G. Stress dan Koping Keluarga
 Stresor jangka pendek : Sementara tidak mempunyai masalah berat, hanya An.D3
sedang sakit.
 Stresor jangka panjang : Keluarga Tn.U. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan
keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor : Keluarga menganggap masalah
yang dihadapi adalah ujian/cobaan dari Tuhan.
 Strategi koping yang digunakan : Bila ada masalah Tn.U dengan Ny.R selalu
membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan keluar.
 Strategi adaptasi disfungsional : Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi
disfungsional meskipun dalam kondisi yang parah.
H. Pemeriksaan Fisik Keluarga

Pemeriksaan fisik Tn.U Ny.R An.D1 An.D2 An.D3


1. Keadaan umum Baik Baik Baik Baik Baik
2. Kesadaran Composmetis Composmetis Composmetis Composmetis Composmetis
3. Tanda-tanda vital
a. TD 120/80mmHg 100/80mmHg - - -
b. HR 83x/m 80x/m 80x/m 90x/m 110x/m
c. RR 20x/m 18x/m 20x/m 20x/m 30x/m
d. Suhu 36,70C 360C 370C 36,40C 37,90C
4. Kepala Simetris, bersih Simetris, bersih Simetris Simetris Simetris
a. Rambut Hitam, lurus Hitam ,ikal Hitam, lurus Hitam Hitam
kekuningan, kekuningan,
lurus lurus, bersih
b. Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, sclera tidak
sclera tidak sclera tidak sclera tidak sclera tidak anemis, tidak
ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik,
c. Hidung Tidak ada polip Tidak ada polip Tidak ada polip Tidak ada polip Tidak ada polip
d. Telinga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
serumen serumen serumen serumen serumen
e. Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, ada lembab, tidak lembab,tidak lembab, tidak lembab, gigi
karies pada ada karies pada ada karies pada ada karies pada susu 4, mulut
gigi, mulut gigi, mulut gigi, mulut gigi, mulut bersih.
bersih bersih bersih bersih
5. Dada/Thorax
- Inspeksi Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris
- Palpasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan pembengkakan, pembengkakan pembengkakan, pembengkakan,
, tidak ada tidak ada , tidak ada tidak ada tidak ada
edema edema edema edema edema
- Perkusi
- Auskultasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas
tambahan, tambahan, tambahan, tambahan, tambahan,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
I,II normal I,II normal I,II normal I,II normal I,II normal
6. Perut/Abdomen
- Inspeksi Perut datar, Perut datar, ada Perut datar, Perut datar, Perut datar,
kulit bersih selulit kulit bersih kulit bersih kulit bersih
- Palpasi Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan
- Perkusi Suara tympani Suara tympani Suara tympani Suara tympani Suara tympani
- Auskultasi Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
normal normal normal normal normal
7. Genetalia/Anus normal normal normal normal normal
8. Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
edema, edema, edema, edema, edema,
kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot kekuatan otot
+, tonus otot
+, tonus otot +, tonus otot +, tonus otot +, tonus otot
baik
baik baik baik baik
9. Kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit
sawo matang, putih, turgor sawo matang, sawo matang, putih, turgor
turgor kulit kulit baik turgor kulit turgor kulit kulit baik
baik baik baik
I. Harapan Keluarga Terhadap Perawat
Keluarga Tn.U berharap agar perawat menjadi tenaga medis yang ramah, tidak memandang
status social dalam merawat pasien.

J. Analisa Data
TGL DATA MASALAH
08/12/2019 Data Subjektif: Ketidak efektifan bersihan
- Ny.R mengatakan bahwa anaknya jalan nafas pada keluaraga Tn.
mengalami pilek sudah hampir dua U khususnya pada An.D3 b/d
minggu, dua minggu yang lalu juga Ketidakmampuan keluarga
demam sudah sembuh tapi demam lagi dalam merawat anggota
sejak 2 hari yang lalu. keluarga yang sakit ISPA
- Ny.R mengatakan hidungnya anaknya
mengeluarkan sekret yang berwarna
putih dan encer.
- Ny. R mengatakan sudah membawa
anaknya berobat tapi masih belum
sembuh juga.

Data Objektif :
- An. D3 sering bersin dan hidung An. D3
keluar sekret.
- RR An.D3 : 30 x/menit.
- Suhu 37,90C
- Perabotan rumah terdapat banyak debu.
- Lingkungan rumah umah keluarga
An.D3 tidak terawat.
- Keluarga An.d3 mengolah sampah
kadang-kadang dengan cara dibakar.
- Keluarga An.D3 hanya membersihkan
lantai rumah dengan cara disapu.

08/12/2019 Data Subjektif : Kurang pengetahuan pada


- Ny.R mengatakan tidak tahu penyebab Keluarga Tn.U Khususnya
kenapa anaknya bisa sakit. Tn.U dan Ny.R tentang
- Ny.R mengatakan tidak tahu pengertian, penyakit An.D3 berhubungan
penyebab, tanda dan gejala serta cara dengan Ketidakmampuan
perawatan ISPA. keluarga merawat anggota
- Ny. R mengatakan bahwa belum tahu keluarga yang sakit.
akibat lanjut dari ISPA jika tidak segera
ditangani.
- Ny. R mengatakan tidak tahu cara
memodifikasi lingkungan yang tepat bagi
penderita ISPA.

Data Objektif :
- An. D3 sering bersin dan hidung An. D3
keluar sekret.
- RR An.D3 : 30 x/menit.
- Suhu 37,90C
- Perabotan rumah terdapat banyak debu.
- Ny.R tampak cemas dengan keadaan
anaknya

K. Skala Prioritas Masalah


Masalah 1 : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluaraga Tn. U khususnya
pada An.D3 b/d Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit ISPA

KRITERIA BOBOT PERHITUNGA PEMBENARAN


N
1. Sifat masalah Masalah kesehatan yang
 Aktual : 3 dialami oleh keluargaTn.U
 Resiko : 2 1 1 khususnya An.D3 bersifat
 Potensial : 1 aktual dan perlu segera
ditangani karena bisa
menimbulkan memberatnya
masalah kesehatan.
2. Kemungkinan masalah Keluarga Tn.U belum
dapat diubah mendapatkan informasi yang
 Mudah : 2 2 1 tepat tentang bagaimana cara
 Sebagian : 1 merawat anggota keluarga
 Tidak dapat : 0 yang sakit, tingkat
pendidikan Tn.U hanya
lulusan SMP saja.
3. Kemungkinan masalah Masalah kesehatan yang
dapat dicegah terjadi pada keluarga Tn.U
 Tinggi : 3 1 1 dapat dicegah agar tidak
 Cukup : 2 menjadi semakin parah
 Rendah : 1 apabila keluarga melalukan
tindakan dengan merawat
anggota keluarga yang sakit
dengan benar.
4. Menonjolnya masalah Menurut keluarga Tn.U,
 Segera : 2 keluarga merasakan masalah
 Tidak segera : 1 1 1 ini termasuk masalah yang
 Tidak dirasakan : 0 besar jika tidak ditangani
menimbulkan komplikasi
yang lain.
TOTAL SKOR 4
Masalah 2 : Kurang pengetahuan pada Keluarga Tn.U Khususnya Tn.U dan Ny.R
tentang penyakit An.D3 berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

KRITERIA BOBOT PERHITUNGA PEMBENARAN


N
1. Sifat masalah Masalah kesehatan yang
 Aktual : 3 dialami oleh keluargaTn.U
 Resiko : 2 1 1 khususnya An.D3 bersifat
 Potensial : 1 aktual dan perlu segera
ditangani karena bisa
menimbulkan memberatnya
masalah kesehatan.
2. Kemungkinan masalah Keluarga Tn.U belum
dapat diubah mendapatkan informasi yang
 Mudah : 2 2 2 tepat tentang bagaimana cara
 Sebagian : 1 merawat anggota keluarga
 Tidak dapat : 0 yang sakit.
3. Kemungkinan masalah Masalah kesehatan yang
dapat dicegah terjadi pada keluarga Tn.U
 Tinggi : 3 1 2/3 dapat dicegah agar tidak
 Cukup : 2 menjadi semakin parah
 Rendah : 1 apabila keluarga memahami
dan mengetahui tentang
penyakitnya
4. Menonjolnya masalah Menurut keluarga Tn.U,
 Segera : 2 keluarga merasakan masalah
 Tidak segera : 1 1 1/2 ini dan ingin mengetahui dan
 Tidak dirasakan : 0 memahami tentang
masalahnya namun secara
bertahap.
TOTAL SKOR 36/7

L. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada keluaraga Tn. U khususnya pada An.D3 b/d
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ISPA.
2. Kurang pengetahuan pada Keluarga Tn.U Khususnya Tn.U dan Ny.R tentang penyakit
An.D3 berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
M. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan NIC NOC


Keperawatan
1 Ketidak efektifan Keluarga - Status
bersihan jalan napas mampu pernapasan :
pada keluaraga Tn. mengenal Ventilasi
U khususnya pada masalah - Status
An.D3 b/d kesehatan ispa pernapasan :
Ketidakmampuan kepatenan jalan
keluarga dalam napas
merawat anggota KH :
keluarga yang sakit - Mendemonst
ISPA rasikan
batuk efektif
dan suara
nafas yang
bersih
- Menunjukan
jalan nafas
yang paten
- Mampu
mengidentifi
kasi dan
mencegah
factor yang
dapat
menghambat
kepatenan
jalan nafas
2 Kurang pengetahuan Keluarga dapat 1. Keluarga dapat
pada Keluarga Tn.U mengetahui mengenal
Khususnya Tn.U dan apa itu ispa masalah ISPA
Ny.R tentang a. Pengetahuan
penyakit An.D3 : proses
berhubungan dengan penyakit
2. Keluarga dapat
Ketidakmampuan
mengambil
keluarga merawat
keputusan
anggota keluarga
perawatan
yang sakit.
ISPA
a. Partisipasi
dalam
mengambil
keputusan
3. Keluarga dapat
merawat
anggota
keluarga
dengan ISPA
a. Perilaku
patuh :
pengobatan
yang
dianjurkan
b. Perilaku
patuh :
latihan yang
disarankan
c. TTV
d.
4. Keluarga dapat
memodifikasi
lingkunganuntu
k perawatan
penderita ISPA
a. Factor resiko
ISPA
5. Keluarga dapat
menggunakan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
a. Kepatuhan :
perilaku
menerima
pelayanan
kesehatan

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi


Tgl keperawatan Kriteri Intervensi
keluarga Umum Khusus Standar
a
 Minggu 1.Ketidak Setelah Setelah Respo Menyebutkan 5 1. Kaji pengetahuan
08/12/1 efektifan dilakukan dilakukan n dari 7 cara keluarga tentang cara
9 bersihan jalan tindakankeper pertemuan Verbal perawatan ISPA : perawatan ISPA.
Jam nafas pada awatan selama 1 x 30 a. Anjurkan 2. Beri penjelasan kepada
18.00 keluaraga selama 3 x menit, keluarga kepada keluarga tentang cara
WIB Tn..U kali mampu: penderita untuk perawatan ISPA.
tatap muka 1.Keluarga ma tidak terlalu 3. Beri kesempatan
khususnya
diharapkan mpu merawat beraktifitas keluarga untuk bertanya.
pada An.D3
jalan nafas anggota yang terlalu 4. kembali hal yang telah
b/d kembali keluarga yang menyita tenaga. dijelaskan.
Ketidakmampu efektif pada mengalami b. Jaga asupan 5. Berikan reinforcement
an keluarga keluarga Tn.U ISPA nutrisi dan positif atas jawaban yang
dalam merawat terutama a.  Menyebutkan cairan yang benar.
anggota An.D3 cara perawatan cukup untuk
keluarga yang ISPA membantu
sakit ISPA. proses
penyembuhan.
c.  Berikan
pakaian yang
sesuai dengan
keadaan, jika
ada demam
dianjurkan
pakaian yang
tipis atau
longgar, jika
penderita
menggigil
berikan pakaian
tebal atau
hangat.
d. Ajarkan cara
batuk atau
membuang
sekret yang
benar.
e.  Berikan obat
atau terapi yang
sesuai dengan
kondisi
penderita dari
tenaga
kesehatann atau
dokter, dapat
diberikan obat
bebas sesuai
label obat.
f.  Pantau kondisi
umum
penderita,
waspadai
adanya  kondisi
buruk segera
hubungi tenaga
kesehatan.
g.  Berikan waktu
istirahat yang
lebih untuk
membantu proses
penyembuhan.

b.Mendemonstr Respo Cara 1. Ajarkan pada keluarga


asikan n merawat ISPA cara pembuatan obat
cara pembuatan psiko dengan obat tradisional untuk ISPA
obat tradisional motori tradisional dan cara kompres yang
untuk ISPA k adalah benar.
dan cara -    Jeruk nipis 2. keluarga untuk
kompres benar. diperas dan mendemonstrasikan
diambil airnya, kembali latihan
kurang lebih 1.5 pembuatan obat
sdm. tradisional untuk ISPA
-    Kemudian dan cara kompres yang
dicampurkan benar.
dengan 4 sdm 3. Beri reinforcement
madu dan 5 sdm positif atas usaha
air matang. keluarga.
-    Kemudian
semua bahan
dicampur dan
dipanaskan
serta
diminumkan
selagi hangat.

Cara kompres
yang benar :
- Menggunakan
air hangat kuku
- Kompres area
aksila, paha,
leher, serta
dahi.
2.    Memodifik Respo Menyebutkan 1. 1.Kaji pengetahuan
asi lingkungan n minimal 3 dari 4 keluarga tentang cara
untuk verbal lingkungan yang modifikasi lingkungan
mengatasi menyebabkan untuk mengatasi
masalah ISPA ISPA adalah masalah ISPA.
dengan : a.   Ventilasi yang 2. penjelasan pada keluarga
a.     Menyebutk kurang (jendela tentang cara modifikasi
an rumah jarang lingkungan untuk
lingkungan dibuka) mengatasi masalahISPA.
yang dapat b.   Terdapat 3. Beri kesempatan keluarga
menyebabk polusi misalnya untuk bertanya.
an ISPA. asap rokok, 4. Tanyakan kembali hal
asap bekas yang telah dijelaskan.
pembakaran 5. Motivasi keluarga untuk
sampah menerapkan cara yang
c.    Perabotan telah diterapkan.
rumah yang 6. reinforcemen positif pada
kotor (berdebu) keputusan keluarga untuk
d.   Membersihkan mengatasi
lantai rumah masalahISPA pada
yang hanya anggota keluarga.
disapu.

b.     Melakukan Respo Penataan rumah 1. Ajarkan pada keluarga


penataanlin n yaitu melakukan penataan
gkungan psiko a. Selalu rumah.
rumah motori membuka 2. Motivasi keluarga untuk
untuk k ventilasi rumah melakukan penataan
mengatasi (seperti lingkungan rumah.
masalah jendela). 3. reinforcement positif atas
ISPA. b. Membersihkan usaha keluarga.
perabotan
rumah dari
debu.
c.  Tidak merokok
dan tidak
membakar
sampah

3. Memanfaatk Respo Tempat 1. 1.Kaji pengetahuan


an fasilitas n pemeriksaan dan keluarga tentang
kesehatan verbal pengobatan ISPA pelayanan kesehatan untuk
dengan : : pengobatan dan perawatan
a.     Menyebutk a.  Puskesmas ISPA.
an b.  Rumah Sakit 2. Beri penjelasan kepada
pelayanan c.  Dokter Swasta keluarga tentang
kesehatan pelayanan kesehatan untuk
untuk pengobatan dan perawatan
pengobatan ISPA.
dan 3. Beri kesempatan keluarga
perawatan untuk bertanya.
ISPA. 4. Tanyakan kembali hal
yang telah dijelaskan.
5. Berikan reinforcement
positif atas jawaban yang
benar.
4.Melakukan Respo Keluarga mau 1. Ajarkan pada keluarga
control n memeriksakan melakukan penataan
masalah psiko anggota rumah.
kesehatan morik keluarganya yang 2. Motivasi keluarga untuk
ISPA ke mengalami ISPA melakukan penataan
pelayanan ke Puskesmas. lingkungan rumah.
kesehatan 3. Beri reinforcement positif
terdekat. atas usaha keluarga.
Minggu 2. Kurang Setelah Setelah Respo Menjelaskan 1. Kaji pengetahuan
08/12/1 dilakukan n pengertianPenger keluarga tentang
9 pengetahuan dilakukan pertemuan pengertian ISPA.
Verbal tian  ISPA adalah
Jam pada asuhan selama 1 x 30 infeksi saluran 2. dengan keluarga tentang
18.00 Keluarga keperawatan s menit, keluarga pernafasan akut pengertian ISPA.
WIB mampu: atau sering 3. kesempatan keluarga
Tn.U elama 1 x
1.    Mengenal untuk bertanya tentang
Khususnya pertemuan disebut dengan
ISPA, hal-hal yang belum jelas.
batuk pilek.
Tn.U dan diharapkanter dengan 4. Tanyakan kembali hal
mampu: yang telah dijelaskan.
Ny.R kanan darah
6. Menjelaskan 5. reinforcement positif atas
berhubungan menurun pengertian jawaban yang benar.
dengan ISPA
Ketidakmam
puan
keluarga
merawat
anggota
keluarga
yang sakit.

7. Menyebutka Respo Penyebab ISPA 1. Kaji pengetahuan


n  penyebab n adalah virus keluarga tentang
ISPA verbal penyebab ISPA.
2. Diskusikan dengan
keluarga tentang
penyebab ISPA.
3. kesempatan keluarga
untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum jelas
4. Tanyakan kembali hal
yang telah dijelaskan.
5. reinforcement positif atas
jawaban yang benar.
8. Menyebutka Respo Menyebutkan 2 1. Kaji pengetahuan
n tanda dan n dari 3 tanda dan keluarga tentang tanda
gejala ISPA Verbal gejala ISPA : dan gejala ISPA.
a. Pilek. 2. Diskusikan dengan
b. Batuk kadang keluarga tentang tanda
bersin. dan gejala ISPA.
c.  Anak yang 3. Beri kesempatan keluarga
lebih besar untuk bertanya tentang
terdapat hal-hal yang belum jelas.
keluhan nyeri 4. Tanyakan kembali hal
otot, pusing yang telah dijelaskan.
dan tidak Berikan reinforcement
nafsu makan. positif atas jawaban
yang benar.
9. Menyebutka Respo Menyebutkan 2 1. Kaji pengetahuan
n cara n cara penularan keluarga tentang cara
penularan Verbal ISPA: penularan ISPA.
ISPA a.      Percikan 2. Diskusikan dengan
ludah dari keluarga tentang cara
bersin atau penularan ISPA.
batuk. 3. Beri kesempatan
b.      Ingus yang keluarga untuk bertanya
dikeluarkan tentang hal-hal yang
penderita. belum jelas.
4. Tanyakan kembali hal
yang telah dijelaskan.
5. Berikan reinforcement
positif atas jawaban yang
benar.
10. Menyeb Respo Menyebutkan 3 1. Kaji pengetahuan keluarga
utkan Cara  n dari 4 cara tentang cara penularan
pencegahan Verbal pencegahan ISPA.
ISPA ISPA: 2. Diskusikan dengan
a.    Hindarkan keluarga tentang cara
anak dari penularan ISPA.
makanan yang 3. Beri kesempatan keluarga
mengandung untuk bertanya tentang
minyak. hal-hal yang belum jelas.
b.    Sediakan 4. Tanyakan kembali hal
makanan yang yang telah dijelaskan.
bergizi. 5. reinforcement positif atas
c.    Jagalah jawaban yang benar.
kebersihan
tubuh.
d.    Gunakan
tutup hidung.
2. Mengambil Respo Menyebutkan 3 1. Kaji pengetahuan
keputusan n akibat lanjut dari keluarga tentang akibat
dalam Verbal ISPA : ISPA.
melakukan a.   TBC. 2. Beri penjelasan kepada
tindakan yang b.   Radang paru- keluarga tentang akibat
tepat dengan: paru. ISPA yang tidak segera
a. Menjelaskan c.    Bronkhitis. diatasi.
akibat lanjut Batuk kronis 3. Beri kesempatan
dari ISPA keluarga untuk bertanya.
yang tidak 4. Tanyakan kembali hal
segera yang telah dijelaskan.
diatasi 5. Berikan reinforcement
positif atas jawaban yang
benar.
b.Keluarga Respo Keluarga 1. Berikan motivasi pada
mampu n mengambil keluarga untuk
mengambil afektif keputusan yang mengambil keputusan
keputusan tepat dalam yang tepat dalam
untuk mengatasi mengatasi masalah ISPA.
mengatasi masalah ISPA. 2. reinforcement positif atas
ISPA pada keputusan keluarga untuk
anggota mengatasi
keluarga masalahISPA pada
anggota keluarga.

N. Catatan Perkembangan

No Implementasi Evaluasi (SOAP) TGL/Waktu


.
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, dkk. 2014. Analisa Aspek Balita Terhadap Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Dirumah. Jurnal Keperawatan. Diakses 08 Januari
2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2340
Alimul, Aziz Hidayat. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Ayu, Komang Henny Achjar. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Jakarta: Anggota IKAPI.
Candra, Faisalado Widyanto. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta : Nuha Medika.

Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
dan Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta. Diakses 7
Desember 2019
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf

Anda mungkin juga menyukai