Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS
A. Tinjauan Kebutuhan
1. Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktivitas seseorang
dipengaruhi oleh adekuatnya sistem persarafan, otot dan tulang, sendi
serta factor pendukung lainnya seperti adekuatnya fungsi
kardiovakular, pernapasan dan metabolisme [CITATION tar15 \l 1033 ].
Aktivitas artinya “ kegiatan atau keaktifan “ ( KBBI ). Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas [CITATION has17 \l 1033 ].
Aktivitas-latihan adalah rutinitas latihan, aktivitas, waktu luang,
dan rekreasi yang dilakukan sesorang (Kozier, 2010).
Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang
mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Personal Hygiene merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan baik secara fisik maupun psikologis [CITATION hid14 \l 1033 ].
2. Etiologi
Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi menurut
[CITATION has17 \l 1033 ] :
a. Status kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh
penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari dan lainnya.
b. Nutrisi. Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu
proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi
bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit. Sebagai contoh tubuh kekurangan kalsium
akan lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi. Kondisi psikologis sesorang dapat menurunkan
kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik, sesorang
yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat dan
harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan mekanika
tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan kebiasaan. Situasi dan kebiasaan yang dilakukan
seseorang misalnya, sering mengangkat benda-benda berat, akan
menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e. Gaya hidup. Perubahan pola hidup seseorang akan menyebabkan
stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan
dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan
mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan. Pengetahuan baik terhadap pengguna mekanika
tubuh akan mendorong sesorang untuk mempergunakannya
dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam pengguna
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko mengalami
gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskuloskeletal.
3. Fisiologi Pergerakan
Fisiologi menurut [CITATION has17 \l 1033 ] adalah :
a. Sistem Muskuloskeletal
Sistem musculoskeletal terdiri atas rangka ( tulang ), otot dan
sendi sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas
manusia. Rangka memiliki beberapa fungsi yaitu :
1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada
tubuh ( postur tubuh ).
2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru – paru,
dan medulla spinialis.
3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga
ligamen.
4) Sebagai tempat mineral, garam, fosfat dan lemak.
5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).
b. Sistem Persarafan
Secara spesifik, sistem parsarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Saraf aferen ( reseptor ), berfungsi menerima rangsangan dari
luar kemudian meneruskannya ke susunan saraf pusat.
2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian
tubuh satu ke tubuh lainnya.
3) Sistem Saraf Pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan
kemudian memberikan respon melalui saraf eferen.
4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SSP kemudian
meneruskannya ke otot rangka.
4. Mekanika Tubuh
Menurut [CITATION has17 \l 1033 ] Mekanika Tubuh adalah suatu
usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh
selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas
sehari-hari.
Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang
menjalani tirah baring lama karena dapat terjadi penurunan
kemampuan tonus otot. Tonus otot sendiri adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kemampuan kontraksi otot rangka.
Mekanika tubuh meliputi tiga elemen dasar yaitu sebagai
berikut:
1. Body Elignment ( Postur Tubuh ). Susunan geometrik bagian-
bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance/Keseimbangan. Keseimbangan bergantung pada interaksi
antara center gravity dan base of support.
3. Coordinated body movement ( gerakan tubuh yang terkoordinasi ),
yaitu mekanika tubuh berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal
dan sistem saraf.
5. Pengertian Mobilitas dan Imobilitas
Pengertian mobilitas dan imobilitas menurut [CITATION has17 \l 1033 ] :
a. Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
Jenis-jenis Mobilisasi :
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoric
dan sensorik pada area tubuhnya.
Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut disebabkan oleh trauma reversible
pada sistem muskuloskeletal. Contohnya pada lokasi sendi
dan tulang.
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang
reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke,
paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena
terganggunya sistem saraf motoric dan sensorik.
b. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan ketika seseorang
tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan ( aktivitas ), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstermitas
dan sebagainya.
Jenis-jenis imobilisasi :
1) Imobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara
fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan.
2) Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir.
3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pembatasan secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4) Imobilitas sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi social karena keadaan
penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.
6. Masalah – Masalah pada Kesejajaran Tubuh dan Mobilisasi
Menurut [CITATION has17 \l 1033 ] Banyak kondisi patologis yang
mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilisasi yaitu :
1. Kelainan postur
Mempengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal. Misalnya tortikolis,
skoliosis, lardosis, kifosis dll.
2. Gangguan perkembangan otot
Distrofi muscular adalah sekumpulan gangguan yang
menyebabkan degenerasi serat otot skelet. Contohnya distrofi otot
dan distrofi otot Duchenne.
3. Kerusakan sistem saraf pusat
Kerusakan sistem saraf pusat yang mengatur pergerakan volunteer
mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilitas.
4. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal
Menyebabkan memar, kontusio, salah urat dan fraktur. Fraktur
adalah terputusnya kontuinitas jaringan tubuh. Fraktur terjafi
karena deformitas tulang ( misalnya fraktur patologis karena
asteoporosis, penyakit plaget dan asteogenesis imperfekta ).
7. Sistem tubuh yang berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
Menurut [CITATION tar15 \l 1033 ] sistem tubuh yang berperan :
a. Tulang
Tulang manusia tersusun atas tulang-tulang yang berjumlah
206 tulang. Tulang satu dengan tulang lainnya dihubungkan
melalui sendi kemudian membentuk rangka.
b. Otot dan Tendon
Otot merupakan organ yang mempunyai sifat elstisitas dan
kontraktilitas yaitu kemampuan untuk meregsng dan memendek,
serta kembali pada posisi semula.

c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang
dengan tulang. Ligament pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, sehingga jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf berperan dalam mengontrol fungsi motorik. Pusat
pengendalian pergerakan ada;aha serebelum, konteks serebri dan
basal banglia.
e. Sendi
Sendi menghubungkan antar tulang yang didukung oleh adanya
ligament dan tendon. Ligament menstabilkan tulang diantara
tulang dan lebih elastis dariada tendon.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut [CITATION has17 \l 1033 ] yaitu :
a. Riwayat pola aktivitas pasien
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2) Tingkat kelelahan
a) Aktivitas yang membuat lelah
b) Riwayat sesk nafas, dan jantung berdebar
3) Gangguan pergerakan
a) Penyebab ganggu.an pergerakan
b) Tanda dan gejala.
c) Efek dari gangguan pergerakan.

b. Keluhan utama pasien saat ini


1) Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Cepat lelah dan jantung berdebar, pusing pada saat aktivitas.
3) Adanya fraktur ekstermitas, trauma, nyeri pada saat mobilisasi.
4) Kaki mengalami kekakuan atau kontraktur, kelainan bentuk dan
atropi sehingga sulit digerakan.
5) Penggunaan alat bantu untuk pergerakan.
6) Pasien tirah baring.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran, keadaan umum pasien.
2) Tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan paru-paru dan jantung seperti adanya kelainan
bunyi paru, pengembangan paru dan kelainan bunyi jantung.
4) Postur atau bentuk tubuh :
a) Scoliosis
b) Kifosis
c) Lardosis
d) Cara berjalan
5) Keadaan tulang
a) Fraktur ekstermitas, kontraktur
b) Deformitas atau kelainan bentuk
c) Trauma medulla spinalis
d) Osteoporosis
e) Spondylitis
6) Otot dan dan kulit
a) Atropi dan hipetropi
b) Tonus otot, hipotonus, atau hipertonus
c) Luka decubitus, luka gangrene
d) Kekuatan otot
d. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi untuk mempengaruhi kelainan bentuk tulang,
scoliosis, lordosis, kiposis, fraktur, tumor tulang, spondylitis,
trauma tulang belakang, dan keadaan jantung atau paru.
2) Pemeriksaan laboratorium, seperti elektrolit kalsium dan fosfat.
3) Pemeriksaan darah lengkap seperti eritrosit, leukosit, trambosit,
dan hemoglobin.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan menurut [ CITATION PPN181 \l 1033 ]
merupakan suatu penilaian mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial.
a. Gangguan mobilitas fisik
1) Definisi
Keterbatasan dari gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstermitas secara mandiri
2) Penyebab
a) Kerusakan integritas struktur tulang
b) Perubahan metabolisme
c) Ketidakbugaran fisik
d) Penurunan kendali otot
e) Penurunan massa otot
f) Penurunan kekuatan otot
g) Keterlambatan perkembangan
h) Kekakuan sendi
i) Kontraktur
j) Mainutrisi
k) Gangguan musculoskeletal
l) Gangguan neuromuscular
m) Indeks massa tubuh diatas presentil ke-75 sesuai usia
n) Efek agen farmakologis
o) Program pembatasan gerak
p) Nyeri
q) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
r) Kecemasan
s) Gangguan kognitif
t) Keengganan melakukan pergerakan
u) Gangguan sensoripersepsi
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
a) Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas
Objektif :
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
a) Sendi kaku
b) Gera kan tidak terkoordinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
5) Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Cedera medulla spinalis
c) Trauma
d) Faraktur
e) Osteoarthritis
f) Psteomalasia
g) Keganasan
b. Gangguan Pola Tidur
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan ( mis. Kelembapan lingkungan
sekitar, suhu, lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau
tidak sedap, jadwal pemantauan/ pemeriksaaan/ tindakan).
b) Kurangnya kontrol tidur
c) Kurangnya privasi
d) Restraint fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan peralatan tidur
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh sulit terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif :
( Tidak tersedia )
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif :
( Tidak tersedia )
5) Kodnisi Klinis Terkait
a) Nyeri/kolik
b) Hipertiroidisme
c) Kecemasan
d) Penyakit paru obtruktif kronis
e) Kehamilan
f) Periode pasca partum
g) Kondisi pasca operasi
c. Intoleransi Aktivitas
1) Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup menoton
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
a) Mengeluh lelah
Objektif :
a) Frekuensi jantung meningkat >20 % dari kondisi istirahat

4) Gejala dan tanda minor


Subjektif :
a) Dyspnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setalah beraktivitas
c) Merasa lelah
Objektif :
a) Tekanan darah berubah > 20 % dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
5) Kondisi klinis terkait
a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
d) Penyakit katup jantung
e) Aritmia
f) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
g) Gangguan metabolik
h) Gangguan muskuloskeletal
3. Intervensi Keperawatan
Menurut [ CITATION PPN181 \l 1033 ] intervensi keperawtan adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klini untuk dapat mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
a. Gangguan Mobilitas Fisik
Tujuan : Gangguan Mobilitas Fisik teratasi dengan kriteria hasil :
1) Pergerakan ekstermitas meningkat (5)
2) Kekuatan otot meningkat (5)
3) Rentang gerak (ROM) meningkat (5)
4) Nyeri menurun (5)
5) Kelemahan fisik menurun (5)
Tindakan :
1) Observasi:
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik melalui pergerakan
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
melalui mobilisasi
d) Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
2) Terapeutik:
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
b) Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
c) Libatkan keluaraga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
3) Edukasi:
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b) Anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini
c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari temapt
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
b. Gangguan Pola Tidur
Tujuan : Gangguan Pola Tidur teratasi dengan kriteria hasil :
1) Keluhan sulit tidur menurun (1)
2) Keluhan sering terjaga menurun (1)
3) Keluhan tidak puas tidur menurun (1)
4) Keluhan pola tidur berubah menurun (1)
5) Keluhan istirahat tidak cukup menurun (1)

Tindakan
1) Observasi:
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
paikologis)
c) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
( mis. Kopi, the, alcohol, makan mendekati waktu tidur dan
minumbanyak air sebelum tidur)
d) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Terapeotik:
a) Kebisingan Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
b) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c) Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d) Tetapkan jadwal tidur rutin
e) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.
Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
f) Sesuaikan jadwal pemberian obat/tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga.
3) Edukasi:
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c) Anjurkan menghindari makanan/ minuman yang
mengganggu tidur.
d) Anjurkan penggunaan obat tiduryang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift
bekerja)
f) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmakologi.
c. Intoleransi Aktivitas
Tujuan :
Intoleransi Aktivitas teratasi dengan kriteria hasil :
1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
(5)
2) Kecepatan jalan meningkat (5)
3) Jarak berjalan meningkat (5)
4) Keluhan lelah menurun (5)
5) Perasaan lemah menurun (5)
Tindakan :
1) Observasi:
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelah fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
2) Terapeotik:
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis.
Cahaya, suara, kunjungan )
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

3) Edukasi:
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaboratif
a) Kolaboratif dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri ( independen ) dan tindakan kolaborasi [CITATION
tar15 \l 1033 ].
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi [CITATION koz10
\l 1033 ].
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan
untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan
[CITATION tar15 \l 1033 ].
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan / hasil atau
keefektifan rencana asuhan keperawatan [CITATION koz10 \l 1033 ].
Evaluasi merupakan evakuasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan
hasil yang diinginkan [CITATION pot10 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Haswita dan Sulistyowati, R ( 2015 ). Kebutuhan Dasar Manusia untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : Tim.
Hidayat, A. A dan Uliyah, M ( 2014 ). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta.: Salemba Medika.
Kozier, dkk ( 2010 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek Volume : 1 edisi 7, Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Hartonah, ( 2015 ). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawtan, Jakarta : Salemba Medika.
PPNI, (2018 ). Standar Diagnostik Keperawtan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI, (2018 ). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI, (2018 ). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI.
Potter dan Perry ( 2010 ). Fundamental Of Nursing. Buku 3, Edisi 7. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai