Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UTS

Mata Kuliah
TEORI DAN DINAMIKA PERUBAHAN SOSIAL (TDPS)

Dosen:
DR. KRIDAWATI SADHANA, MS

OLEH:

A. JAKA TANDANG
19077000033

PROGRAM PASCA SARJANA


DOKTOR ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2019
TUGAS : UTS S3 Ilmu Sosial
Mata Kuliah : Teori dan Dinamika Perubahan Sosial (TDPS)
Dosen : DR. KRIDAWATI SADHANA, MS
Mahasiswa : A. JAKA TANDANG
Nim : 19077000033

1. Deskripsi dan Fenomena dalam gambar (Pemukiman kumuh di bantaran


sungai )
Masalah pertumbuhan Penduduk yang semakin bertambah disertai arus
urbanisasi yang tinggi, maka masalah pembangunan dalam hal ini penyediaan
sarana permukiman  menjadi  semakin mendesak, terutama di  daerah 
perkotaan. Di sisi lain, dengan bertambah pesatnya pembangunan kota,
dengan arus urbanisasi yang tinggi dibarengi dengan terjadinya 
kecenderungan meningkatnya pembangunan industri baru menyebabkan
bertambahnya beban bagi lingkungan perkotaan.  Pembukaan  industri baru
menyebabkan semakin  berkurangnya lahan untuk permukiman. Tingginya
harga tanah di  pusat kota serta rendahnya pendapatan perkapita 
menyebabkan masyarakat cenderung mencari areal permukiman di daerah
pinggiran kota dengan lingkungan yang  tidak  memadai serta sarana
penunjang yang sangat minim. Sebagai konsekwensi dari keadaan di atas
maka  banyak orang yang terpaksa membangun di atas tanah yang tidak
direncanakan semula. Keadaan itu menjadikan lingkungan perumahan tidak
teratur dan tidak memiliki  prasarana yang jelas seperti jalan lingkungan,
sumber  air bersih,  saluran pembuangan air kotor, persampahan  dan
sebagainya.
Kawasan bantaran sungai adalah hal yang seringkali luput dari perhatian
pemerintah. Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan
jarang tersentuh. Akibatnya pemukiman kumuh tumbuh berkembang secara
liar di pinggir sungai. Penduduknya merupakan kaum pendatang ataupun
penududuk asli kota yang tak mampu membeli rumah secara layak.
Pemukiman ini sangat tidak tertata, sanitasinya buruk, dan akses yang ala

1
kadarnya.Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh pun
membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak
baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang
semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai
dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi
masyarakat yang buruk.
2. Permasalahan
Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi di setiap wilayah
perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan
permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Pentingnya
penanganan permasalahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang
ditegaskan dalam UU No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk (1) Memenuhi
kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; (2) Mewujudkan
perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman
serasi dan teratur.

3. Perubahan yang harus dilakukan


Perlunya rencana perubahan berupa perpindahan dan pembangunan
pemukiman yang lebih layak bagi penduduk yang tinggal dilingkungan
tersebut. Bentuk perpindahan dan pembangunan ini untuk mengatasi
permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi di setiap wilayah
perlu segera dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan
permukiman yang sehat dan layak huni serta berkualitas. Pentingnya
penanganan permasalahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang
ditegaskan dalam UU No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk (1) Memenuhi
kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; (2) Mewujudkan

2
perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman
serasi dan teratur.
Tahapan yang dilaksanakan:
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya.
Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan
relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut,
pemerintah bisa membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk
vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada
mereka. Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi sarana
pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa
diakses hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak
lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau,
sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini
masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan
hijau tersebut.
Aktor yang harus dilibatkan dalam perubahan tersebut
a. Pemerintah
Pemerintah telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas
diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun
2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro,
pembangunan ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber
daya manusia, pembangunan regional dan sumber daya alam,
pembangunan hukum, penerangan, politik, hankam dan administrasi
negara, kerja sama luar negeri, pembiayaan dalam bidang pembangunan,
pusat data dan informasi perencanaan pembangunan, pusat pembinaan
pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan (pusbindiklatren),
program pembangunan nasional (propenas), badan koordinasi tata ruang

3
nasional, landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan
eksternal.

b. Masyarakat
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di
perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu
benar apa yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat
dilibatkan, persoalan mengenai permukiman kumuh bisa segera
diselesaikan. Melalui kontribusi masukan dari masyarakat maka akan
diketahui secara persis instrumen dan kebijakan yang paling tepat dan
dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh. Dalam mengatasi
permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari negara, terutama untuk
menilai program yang disampaikan masyarakat sudah sesuai sasaran atau
harus ada perbaikan.  Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan
pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih penting mengubah
prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh. Jadi masyarakat
juga harus menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah.
Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertip, dan asri.
c. LSM
Melalui kerjasama dengan LSM Pemerintah dapat menerapkan program
rekayasa sosial, di mana tidak hanya menyediakan pembangunan secara
fisik, tetapi juga penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,
sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu dukungan penciptaan
pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya dengan
pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka untuk
mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk
kebutuhan hidup.
Kebijakan yang disarankan
Untuk mendukung pencapaian lingkungan permukiman yang responsif
tersebut maka perlu suatu kebijakan sebagai langkah konkrit untuk
mendayagunakan potensi masyarakat melalui kegiatan peningkatan kualitas

4
permukiman, penerapan tata lingkungan permukiman, pengembangan
perumahan yang bertumpu kepada swadaya masyarakat, pembukaan akses
kepada sumber daya perumahan dan permukiman serta upaya-upaya
pemberdayaan ekonomi khususnya bagi golongan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah. Upaya pendukung yang cukup strategis adalah
pemantapan kelembagaan yang mendorong terbentuknya lembaga perumahan
dan permukiman yang handal dan profesional baik di lingkungan
pemerintahan (Pusat, Propinsi, Kab/Kota), Badan Usaha (BUMN, BUMD dan
Swasta), dan Masyarakat; serta melembaganya penyusunan RP4D (Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah)
sebagai bagian dari perencanaan pembangunan daerah, dimana didalamnya
termasuk kegiatan penataan lingkungan permukiman kumuh secara
berkelanjutan.

4. Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan kebijakan


Menggunakan pendekatan yang bertumpu kepada masyarakat dimana
pengembangan perumahan dan permukiman di Indonesia diprogramkan
sebagai tanggung jawab masyarakat sendiri yang diselenggarakan secara multi
sektoral dengan menempatkan peran pemerintah sebagai pendorong,
pemberdaya dan fasilitator dalam upaya memampukan masyarakat dan
mendorong peran aktif dunia usaha melalui penciptaan iklim yang kondusif
dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
Komunitas masyarakat kumuh adalah sebuah komunitas utuh, yang
potensial lengkap dengan pola organisasi, kepemimpinan, wilayah,
kepentingan yang terbentuk dengan proses. Dengan latar belakang tersebut,
maka misi yang dilaksanakan dalam penanganan lingkungan permukiman
kumuh adalah melakukan pemberdayaan masyarakat, menciptakan,
memfasilitasi terciptanya iklim yang kondusif dan membuka akses sumber
daya dan informasi serta mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya
pendukung penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

5
Implementasi dari konsep pemberdayaan masyarakat disini adalah
penyelenggaraan pembangunan yang bertumpu kepada masyarakat yaitu suatu
proses peningkatan peluang kesempatan mandiri dan bermitra dengan pelaku
pembangunan yang lain. Proses pembangunan yang bertumpu kepada
masyarakat merupakan suatu proses yang spesifik sesuai dengan karakter
masyarakatnya, yang meliputi tahapan identifikasi karakter komunitas,
identifikasi permasalahan, perencanaan, pemrograman mandiri, serta
pembukaan akses kepada sumber daya dan informasi.
Dalam rangka menggali potensi komunitas masyarakat, maka peran
pendampingan oleh tenaga pendamping/fasilitator adalah sangat strategis.
Pendampingan masyarakat merupakan suatu hubungan setara antara
masyarakat dengan individu atau kelompok yang memiliki kemampuan
profesional, kepedulian dan menerapkan kaidah kesadaran, keswadayaan,
kawajaran didalam proses pendampingan yang dibutuhkan masyarakat dalam
memberdayakan pengetahuan mengenai kemasyarakatan, metodologi
pendekatan kepada masyarakat dan kemampuan subtantif spesifik yang
dibutuhkan dalam sasaran pemberdayaan yang menjadi pilihan masyarakat,
misalnya penguasaan terhadap subtansi pengembangan usaha ekonomi mikro,
serta kemampuan untuk membuka akses terhadap sumberdaya dan informasi.
Selanjutnya yang dimaksud dengan kepedulian adalah keberpihakan kepada
masyarakat yang didasari oleh kebenaran, penyediaan waktu dan kesiapan diri
untuk memahami bahasa komunikasi dan budaya kerja dari masyarakat yang
didampingi.
5. Teori yang dipakai
Penataan lingkungan permukiman kumuh perlu dikaitkan secara ilmiah
dengan teori struktural dan fungsional dengan potensi sumber daya yang ada
di kota tersebut termasuk di lingkungan permukiman kumuh itu sendiri yang
implementasinya dilakukan bersama masyarakat untuk mencapai kondisi yang
lebih baik. Penataan lingkungan permukiman kumuh sangat strategis untuk
dikembangkan sesuai potensi dan sumberdaya yang sudah dimilikinya.

6
Pendekatan pemberdayaan masyarakat harus berorientasi kepada tercapainya
kemandirian masyarakat yang bertahap dan berkelanjutan.
Penanganan masalah lingkungan permukiman kumuh tidak dapat
dilakukan secara sepihak atau parsial, melainkan harus merupakan upaya
terpadu yang saling mendukung dan saling bersinergi dalam mencapai sasaran
manfaat yang optimal. Perlu ada kesamaan persepsi dalam penetapan sasaran,
langkah dan waktu yang tepat untuk mengimplementasinya, dalam hal ini
pemerintah perlu berperan sebagai fasilitator dan pemberdaya dari semua
tindakan yang akan diambil. Masa depan kota sangat tergantung dari
keberhasilan mencapai kehidupan masyarakat yang berimbang, kemajemukan
masyarakat harus dilihat sebagai kekuatan untuk menghadapi masa depan kota
yang penuh persaingan dan permasalahan yang kompleks, sehingga
diperlukan perintisan pembentukan jaringan kemitraan yang saling
mendukung.
Selanjutnya Yayan Supriatna mengatakan bahwa Elemen Sosial
Masyarakat sebagai Dasar Pembangunan Permukiman, sbb:
Pertama, Struktur. Adalah elemen dasar yang membentuk suatu keteraturan
dari kehidupan sosial (social life). Struktur adalah setiap tindakan atau alat
yang digunakan pihak yang berkuasa untuk mengatur, memerintah sampai
mengeksploitasi. Struktur sosial adalah pola hubungan antara kelompok sosial,
memiliki sifat mengatur, menghambat dan memberi kendala tetapi sekaligus
memberi fasilitas pada tindakan manusia (aktor).
Kedua, Kultur. Sistem nilai, norma, sistem kepercayaan dan semua kebiasaan
serta adat istiadat, yang telah mendarah daging (internalized) pada sistem
kepribadian individu/masyarakat sehingga memiliki kekuatan membentuk dan
menjadi pedoman pola perilaku dan sikap anggota masyarakat (dari dalam).
Ketiga, Proses Sosial. Adalah arena yang dapat menjadi sumber perubahan
struktur maupun kultur. Social order is a negotiated orderâ. Negosiasi yang
dinamis dan kreatif antaranggota masyarakat, mengembangkan kualitas dan
kuantitas ruang dan kesempatan untuk berlangsungnya proses sosial yang
dinamis.

7
Contohnya, interaksi antara masyarakat. Kesepakatan untuk melakukan
perubahan, interaksi antarkomponen masyarakat dengan aparat pemerintah.
Kesempatan berdiskusi dan berwacana di warung kopi, di lokasi kegiatan
sampai di seminar dan kesempatan bernegosiasi, untuk melakukan perubahan
terhadap struktur (aturan) dan kultur (kebiasaan) masyarakat.

8
Referensi:
Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 2002 tentang Organisasi dan
tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 
http://old.bappenas.go.id/index.php?
module=ContentExpress&func=viewcat&ceid=-2&catid=4,
 
Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman,
Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
 
Novitasari , Diah.2010. Pemukiman Kumuh di Pinggiran
Kota. http://fisip.uns.ac.id/blog/diah/2011/01/03/bab-ii-pemukiman-
kumuh
 
Rindarjono, Mohammad Gamal . 2010. Perkembangan Permukiman Kumuh di
kota Semarang Tahun 1980-2006
 
Winayanti, Lana. 2011. Menuju Kota Bebas Kumuh. 
http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi3e.pdf

Anda mungkin juga menyukai