Kimklin Enzim Hati
Kimklin Enzim Hati
0
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Kimia Klinik yang berjudul “Pemeriksaaan Faal
Hati“.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami sebagai
tugas kimia klinik dalam melaksanakan perkuliahan. Makalah dengan judul Pemeriksaan Faal
Hati ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, terima kasih kepada dosen dan para pembimbing
yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan,agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi Hati 3
2.2 Pemeriksaan Fungsi Hati 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan 6
2.4 Nilai Kritis Pemeriksaan Funsi Hati 8
2.5 Tahap Pemeriksaan Fungsi Hati 9
BAB III PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan faal hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun hanya
untuk melihat fungsi hati dalam tubuh . Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks
dalam tubuh, berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi,
termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam
sistem pencernaan.
Pemeriksaan fungsi hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun
hanya untuk melihat fungsi hati. Ada beberapa parameter pemeriksaan yang digunakan
untuk melihat fungsi hati kita, diantaranya SGOT, SGPT, Bilirubin, GGT, Protein total, dsb.
Saat pemeriksaan, sangat diperlukan ketelitian pada tahap Pra-analitik, Analitik dan
Pasca-analitik agar hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium valid dan dapat dipertanggung
fungsi hati yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh penderita,sehingga perlu dilakukan
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
2.1 PEMERIKSAAN FAAL HATI
DEFINISI HATI
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu
pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan.
Hati manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg atau sekitar 2.5% dari
massa tubuh. Letaknya berada di bagian teratas rongga abdominal, disebelah kanan,
dibawah diagfragma dan menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan
sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah
diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses.
Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati.
3
2.2 PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
Sebagai organ tubuh yang memiliki banyak fungsi penting, seperti menetralkan racun
yang masuk ke dalam tubuh dan merombak nutrisi menjadi energi. Dalam pemeriksaan
fungsi hati, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, antara lain:
1. SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa
laboratorium sering juga memakai istilah AST (aspartate aminotransferase). SGOT
merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot
jantung, otak, ginjal, dan otot-otot rangka, serta umumnya diukur secara klinis sebagai
penanda untuk kesehatan hati.
SGOT berperan sebagai kofaktor untuk mentransfer gugus amino dari aspartat atau
glutamat untuk yang sesuai asam keton. Enzim ini berperan sangat penting pada proses
degradasi dan biosintesis asam amino. Dalam degradasi asam amino, setelah konversi α-
ketoglutarat untuk glutamat, glutamat kemudian mengalami deaminasi oksidatif untuk
membentuk amonium ion yang diekskresikan sebagai urea. Dalam reaksi balik, aspartat
dapat disintesis dari oksaloasetat yang merupakan perantara kunci dalam siklus asam sitrat.
Pada manusia terdapat dua isoenzim SGOT, yaitu GOT 1/Cast merupakan isoenzim
sitosol yang terutama berasal dari sel-sel darah merah dan jantung dan GOT 2/Mast,
isoenzim mitokondria yang hadir terutama di hati.
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan rangka bisa dideteksi
dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pancreas, malaria,
infeksi lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot
jantung, orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat
TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita
hepatitis.
Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai
normalnya. Namun, penggunaan SGOT untuk diagnosis seperti sekarang berlebihan dan
telah digantikan oleh troponin jantung.
2. SGPT
SGPT adalah singkatan dari serum glutamic pyruvic transaminase, sering juga disebut
dengan istilah ALT (alanin aminotansferase). Di antara enzim SGOT dan SGPT, enzim SGPT
dianggap lebih spesifik untuk kerusakan hati karena hadir terutama dalam sitosol hati dan
dalam konsentrasi rendah di tempat lain.. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan
hepatitis. Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil
pemeriksaan anda 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT
lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya.
3. Bilirubin
Pada pemeriksaan rutin, biasanya yang diperiksa adalah bilirubin total dan bilirubin
direk. Adajuga istilah bilirubin indirek yaitu selisih bilirubin total dengan bilirubin direk.
Bilirubin merupakan suatu pigmen atau zat warna yang berwarna kuning hasil metabolisme
dari penguraian hemoglobin (Hb) di dalam darah.
4
Pada penyakit hati yang menahun (kronis), dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin
total yang tentunya juga diiringi peningkatan bilirubin indirek atau bilirubin direk.
Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan produksi bilirubin atau akibat adanya
penyumbatan pada kandung empedu sebagai orgam tubuh yang menyalurkan bilirubin ke
dalam usus. Akibat penumpukan bilirubin ini, wajah, badan dan urin akan berwarna kuning.
4. Gamma GT
Gamma GT (glutamil tranferase) merupakan enzim hati yang sangat peka terhadap
penyakit hepatitis dan alkoholik. Pemeriksaan ini bertujuan sebagai indikator untuk para
pengguna alkhohol. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
ALP untuk meyakinkan bahwa kenaikan angka ALP disebabkan karena adanya masalah pada
hati bukan karena faktor lain. Kadarnya yang tinggi bisa bertahan beberapa lama pasca
penyembuhan hepatitis.
6. Cholinesterase
Umunya kadar cholinesterase menurun pada kerusakan parenkim hati seperti
hepatitis kronis dan adanya lemak dalam hati. Pemeriksaan ini sering dipakai sebagai
pemeriksaan tunggal pada pasien yang mengalami keracunan hati akibat obat-obatan
(termasuk keracunan insektisida).
5
2.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN
Tabel berikut adalah beberapa kondisi yang dapat berpengaruh pada temuan
laboratorium untuk pemeriksaan fungsi hati:
6
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi antara lain:
A. Obat-obatan
Obat-obatan juga dapat mempengaruhi pemeriksaan-pemeriksaan fungsi hati,
seperti pada:
1. ALP
Albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa
(Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid,
beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat dapat
meningkatkan kadar ALP. Sedangkan oksalat, fluoride, propanolol (Inderal) dapat
menurunkan kadar ALP
2. ALT
Antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin,
spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi
(metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin,
flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead,
heparin, dapat meningkatkan kadar ALT. Sedangkan aspirin dapat menurunkan kadar ALT.
3. AST
Antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,
linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A),
narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),
isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum
positif atau negatif palsu.
4. GAMMA-GT
Fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (Coumadin). Obat fenitoin
dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif palsu. Asupan alkohol berlebih
dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar gamma-GT.
5. Bilirubin
Antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),
alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium),
barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,
metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K
dapat meningkatkan kadar bilirubin. barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam
dosis tinggi dapat menurunkan kadar bilirubin.
C. Kehamilan
Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan
kadar ALP.
7
D. Proses sampling
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan
kadar ALT dan kadar AST. Sedangkan trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak
sekali tusuk kena, dapat meningkatkan kadar ALT.
8
2.5 TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN
9
B. Tahap Analitik
a. Reagen
Perlu diperhatikan pada penggunaan reagen adalah :
1) Fisik kemasan kadaluarsa
2) Suhu penyimpanan
3) Penyimpanan reagen sebelum pemeriksaan (suhu, pelarutan dan stabilitas
b. Alat
Perlu diperhatikan pada penggunaan peralatan
1) Bagian-bagian fotometer dan alat ukur otomatis lainnya berfungsi dengan baik (kalibrasi
alat).
2) Peralatan bantu (pipet, penangas air) juga harus dipantau secara teratur ketepatannya.
3) Alat-alat yang tidak memenuhi standar seperti kuvet pecah, retak, lampu fotometer suram
dan filter yang berjamur serta pengagas air yang tidak teratur temperaturnya sebaiknya
diganti.
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 340 nm
Faktor : 1768
Temperatur : 30/37oC
10
Ke dalam tabung reaksi Test
Larutan kerja 1,0 mL
(dihangatkan 5 menit pada 30/37oC)
Sampel 100 µL
Campur hingga homogen dan hangatkan 60 detik pada
30/37oC. Baca Absorbans Test (Abs. Test) terhadap
aquabidest pada λ= 340 nm, ulangi pembacaan setiap 60
detik untuk 2 menit berikutnya.
NILAI NORMAL
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 340 nm
Faktor : 1768
Temperatur : 30/37oC
NILAI NORMAL
11
PEMERIKSAAN BILIRUBIN
Modifikasi Metode Jendrassik/Grӧf
PRINSIP
Bilirubin bereaksi dengan Diazotized Sulphanilic Acid (DSA) membentuk zat warna merah
azo. Absorbans zat warna ini pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam
sampel. Glucuronides bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA yang
mana albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA
dibantu adanya accelerator (zat pemercepat) : bilirubin total = direct + bilirubin indirect.
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 546 nm
Temperatur : 20 - 25oC (suhu kamar)
Bilirubin Total
Bilirubin Direct
12
NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN Gamma-GT
Metode Modifikasi Szasz, Kinetic
PRINSIP
ɣ-GT di dalam sampel mengkatalis perubahan kelompok glutamyl dari L- ɣ-glutamyl-3-
carboxy-4-nitroanilide menjadi glycylglycine. Nilai 5-Amino-2-Nitrobenzoate yang terbentuk
sebanding dengan aktivitas ɣ-GT dalam serum bila diukur secara kinetic pada panjang
gelombang 405 nm.
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 405 nm
Faktor : 2211
Temperatur : 30/37oC
NILAI NORMAL
30◦C 37◦C
Pria 8 – 37 IU/L 9 – 54 IU/L
Wanita 6 – 24 IU/L 8 – 35 IU/L
13
PEMERIKSAAN Alkaline Phosphatase (ALP)
Metode ρ-Nitrophenyl Phosphate, Kinetic
PRINSIP
ρ-Nitrophenylphosphate dihidrolisis menjadi ρ-Nitrophenol dan Phosphate anorganik.
Kecepatan hidrolisi ρ-NPP sebanding dengan aktivitas Alkaline Phosphatae bila dibaca pada
panjang gelombang 405nm.
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 405 nm
Faktor : 2187
Temperatur : 30/37oC
NILAI NORMAL
30◦C 23 – 88 IU/L
37◦C 35 – 123 IU/L
PROSEDUR KERJA
Panjang Gelombang : 540 (546) nm
14
Temperatur : 18-30oC (suhu kamar)
NILAI NORMAL
2) Satuan
Satuan hasil pemeriksaan aktivitas enzim umumnya disajikan dalam unit/volume satuan.
3) Suhu
Suhu Pemeriksaan harus disajikan karena mempunyai nilai normal yang berbeda.
4) Nilai Normal
Perlu disajikan nilai normal menurut suhu pemeriksaan sebagai pembanding pada beberapa
keadaan perlu dicantumkan nilai normal menurut umur dan jenis kelamin pasien.
Beberapa hasil pemeriksaan ternyata berbeda menurut umur dan gender misalnya
Fosfatase alkali, pada bayi aktivitas tinggi, anak-anak lebih rendah, kemudian meningkat
pada pubertas dan pada dewasa kembali menurun (khususnya wanita). Setelah menopause
aktivitas Fosfatase alkali meningkat kembali dan lebih tinggi dari pada pria usia lanjut.
Secara umum aktivitas enzim seluler yang dapat ditemukan pada sel otot
mempunyai nilai normal lebih tinggi pada pria dari pada wanita. Hal ini dihubungkan dengan
masa otot pria relatif lebih besar dari pada wanita.
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam membantu
pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan.
Pemeriksaan fungsi hati perlu dilakukan untuk melihat kondisi patologis maupun
hanya untuk melihat fungsi hati kita. Ada beberapa parameter pemeriksaan yang digunakan
untuk melihat fungsi hati kita, diantaranya SGOT, SGPT, Bilirubin, GGT, Protein total, dsb.
Adapun faktor yang mempengaruhi pemeriksaan, yaitu penggunaan obat-obatan, kehamilan
dan spesimen yang hemolisis.
Dan saat pemeriksaan, sangat diperlukan ketelitian pada tahap Pra-analitik, Analitik
dan Pasca-analitik agar hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium valid dan dapat
dipertanggung jawabkan.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, disarankan setelah membaca
makalah ini untuk lebih memperdalam pembelajaran dari sumber-sumber lain seperti buku,
jurnal ataupun artikel yang lebih dalam membahas tentang pemeriksaan faal hati.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Insert Kit GOT (ASAT). Jakarta: PT. Rajawali Nusindo. Cat no.
100191/3.
Baron D.N., 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik Ed. 4. Jakarta: EGC. hlm 222.
Berg J.M., Tymoczko J.L., Stryer L., 2006. Biochemistry. WH Freeman. hlm 656-660.
ISBN 978-0-7167-8724-2.
Dispenarmabar., 2013. Periksa Fungsi Hati Anda. Pesan Sehat RS TNI AL Dr. Minto
Hardjo.
http://koarmabar.tnial.mil.id/Default.aspx?
tabid=66&articleId=793&articleType=ArticleView&SkinSrc=[G]Skins%2F_default
%2FNo+Skin&ContainerSrc=[G]Containers%2F_default%2FNo+Container diakses 9 Mei 2014
pukul 19:39 WIB.
Gaze D.C., 2007. Peran biomarker jantung yang ada dan baru untuk cardioprotection.
Opini Lancar Investigational Obat 8 (9): 711 PMID 17729182.
Kee J.L., 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Ed. 6. Jakarta:
EGC. hlm 15, 16.
Sacher R.A., 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11 . Jakarta:
EGC. hlm 341.
Widmann F.K., 2004. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ed. 11
(Clinical Interpretation of Laboratory Tests). Jakarta: EGC. ISBN 979-448-075-4. hlm 303-305.
(http://radiascakep86.blogspot.co.id/2014/05/pemeriksaan-fungsi-hati-atau-
liver.html )
(http://indomedtech.blogspot.co.id/2013/12/kapita-selekta-kimia-klinik-faal-
hati.html )
Anonim. 2008. Insert Kit Indo Reagen. Jakarta: PT. Segara Husada Mandiri
18