Anda di halaman 1dari 4

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah


berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water),
dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Pengolahan primer atau primary treatment di dalam suatu instalasi pengolahan


air limbah merupakan tahapan yang berfungsi untuk menyisihkan polutan yang
berupa padatan (solids). Padatan yang dimaksud yaitu padatan yang dapat
mengendap (settleable solids) maupun padatan yang dapat terapung (floatable
solids). Mekanisme penyisihan padatan di dalam pengolahan primer dilakukan
melalui proses fisika yang dapat berupa pengendapan (settling, sedimentation)
atau pengapungan (flotation).

A. Penyaringa (Screening) 
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.  Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-
bahan padat berukuran besar dari air limbah. 

B. Pengolahan Awal  (Pretreatment) 


Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan
cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel –
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk
proses selanjutnya. C.      

C. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau
bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di   
tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari
air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan,
dikenal juga metode pengapungan (Floation).

D. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak
ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan Bila limbah cair
hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan
primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila
limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan
melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik
dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.   

—  Biological Oxygen Demand (BOD)

Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak
menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relativ jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut.

—  Chemical Oxygen Demand (COD)

COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia
guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per
milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah
dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah.

Menurut Steel dan McGhee (1985), koagulasi diartikan sebagai proses kimia fisik dari
pencampuran bahan kimia (koalgulan) ke dalam aliran limbah dan
selanjutnya diaduk cepat dalam bentuk larutan tercampur. Flokulasi adalah
proses penambahan flokulan pada pengadukan lambat untuk meningkatkan
saling hubung antar partikel yang goyah sehingga meningkatkan
penyatuannya (aglomerasi).

Beberapa cara pengolahan limbah padat:

a. Penimbunan limbah (landfill)

tumpukan sampah dari rumah tangga dan pasar dapat digunakan untuk menimbun
tanah yang agak rendah dengan cara diratakan, dipadatkan, lalu ditimbun denngan
tanah untuk mempercepat penguraian dan tidak menimbulkan bau. Namun demikian,
cara ini tidak menjamin keamanan bagi lingkungan karena sering menimbulkan
pencemaran air tanah yang bersumber dari lindi (air rembesan sampah)

b. sanitary landfill  adalah metode penanganan limbah padat dengan cara


membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :

1. Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam galian parit yang
memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit. Sampah yang
ditimbun dipadatkan dan diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit baru di
sebelah parit yang telah penuh tersebut. 

2. Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa, atau lereng
kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh ditempat itu. 

3. Metode ramp,  merupakan gabungan dari metode galian parit dan metode area.
Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah ditimbun tanah setiap hari
dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan
sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll. 

c. Pembakaran (Incineration)

pembakaran samapah akan menghasilkan abu. Pembakaran sampah juga menimbulkan


panas dan asap sehingga sebaiknya dilakukan di tempat jauh dari permukiman. Namun
demikian, tidak semua samapah dapat dimusnahkan bila dibakar, misalnya kaleng,
logam, kaca, dan besi, sehingga diperlukan alat pembakar sampah bertemperatur tinggi
(Incineration) untuk menghancurkan.

Insenerator adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara terkendali
pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi volume sampah
hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total volume sampah yang
dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah. Kekurangan alat ini adalah mahal
dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
d. Penghancuran (Pulverisation)

adalah proses pengolahan sampah anorganik padat dengan cara menghancurkannya di


dalam mobil sampah yang dilengkapi dengan alat pelumat sampah sehingga sampah
hancur menjadi potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun
tanah yang cekung atau letaknya rendah.

e. Pengomposan (Composing)

sampah-sampah organik (dedaunan, sisa sayuran, kulit buah, kotoran hewan)


dibusukkan dengan menggunakan bakteri hingga menjadi pupuk kompos.

f. Pemanfaatan sebagai bahan makan ternak (bog feeding)

Anda mungkin juga menyukai