Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)


DI RUANG : PLAMBOYAN
RSUD. Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:
RINA AZIZAH NOOR
(PO.62.20.1.17.231)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
DIII-KEPERAWATAN REGULER XX
2019
BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK,
2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir
(Suratun, 2010. Hal 136).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau
penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya menunjukkan
gangguan yang serius.
Jadi bisa disimpulkan bahwa gastroenteritis akut (GEA) adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja) lebih dari biasanya
(>3kali dalam sehari) dengan frekuensi sering dan konsistensi encer terjadi secara tiba
- tiba dalam waktu yang singkat dan kalau tidak mendapat penanganan serius dapat
menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya.
B. Etilogi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit
utama diare. Infeksi enternal ini meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Acromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis ),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
 Infestasi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides ), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans )
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berusia dibawah usia 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psijkologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada hal yang lebih besar.
C. Patofisiologi
Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah muntah, yang
berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus,
adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya
(Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta
parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan
penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang
merusak sel. Atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus
adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena.
Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :
 Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa ( asidosis, metabolik, hipokarlemia dan
sebagainya ).
 Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang, pengeluarannya
bertambah.
 Hipoglikemia.
 Gangguan sirkulasi darah.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui
air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga meningkatkan
resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara berkembang. Sebagian besar
gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. anak-
anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2009. Hal 185).
D. Pathway
E. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala tentang diare Menurut Suriadi (2001)
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elestyisitas kulit
menurun ) ubun-ubun dan nada cekung, membran mukosa kering.
3. Diare.
4. Muntah.
5. Demam.
6. Nyeri Abdomen
7. Membran mukosa mulut dan bibir kering
8. Fontanel Cekung
9. Perubahan tanda-tanda vital
F. Penatalaksanaan
Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan
yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses)
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS,
tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85
cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20
mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
 Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
 Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.
2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:
 Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
 Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari,
3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
Obat Anti Diare 
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg
3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare.
Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya
tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut (GEA) / diare akut infeksi.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas pasien: Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bangsa dan
pekerjaan orang tua.
1. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB 10 kali (dehidrasi berat).
Apabila diare berlangung 
2. Riwayat penyakit sekarang 
 Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
diare. 
 Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. 
 Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi. 
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. 
 Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. 
 Diuresis terjadi oliguria. 
3. Riwayat kesehatan meliputi:
 Riwayat imunisasi. 
 Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan 
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya. 
4. Riwayat nutrisi
 Asupan makanan 
 Keluhan nyeri abdomen. 
 Distensi abdomen, mual, muntah. 
 Berat badan biasanya turun. 
5. Pola eliminasi
 Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
 Feses cair, mengandung lendir dan darah. 
6. Pemeriksaan fisik 
 Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan dan
sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi berat). 
 Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%. 
 Dehidrasi : sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%. Dehidrasi berat
bila terjadi penurunan berat badan 10-15%. 
 Kulit : Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi. 
 Mulut/lidah : Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan lidah
kering (dehidrasi ringan sampai sedang). Mulut dan lidah sangat kering
(dehidrasi berat). 
 Abdomen : kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
2. Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal (diare
berat, muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang terbatas.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit, jaringan.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa. 1
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi dan mal absorbsi usus.
Tujuan : Melaporkan penurunan frekuwensi defekasi konsistensi kembali normal.
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.
Intervensi/Rasional
 Kaji penurunan jumlah feses, peningkatan konsistensi feses, penurunan urgensi
BAB.
Rasional : Pengkajian feses membantu mengevaluasi efektifitas agen antidiare
dan pembatasan diet.
 Pertahankan lingkungan bebas bau untuk klien, pispot kosongkan dengan segera,
ganti linen yang bersih, berikan pengharum ruangan.
Rasional : bau fekal dapat menyebabkan rasa malu dan kesadaran diri dan dapat
meningkatkan stres hidup dengan PIU.
 Lakukan perawatan perineal yang baik.
Rasional : Iritasi perineal karena sering BAB berair harus dicegah.
 Turunkan aktivitas fisik selama episode diare.
Rasional : Penurunan aktivitas fisik menurunkan peristaltik usus.
 Tentukan hubungan antara episode diare dan mencerna makanan khusus.
Rasional : Mengidentifikasi makanan yang dapat mengiritasi dapat menurunkan
episode diare.
Diagnosa. 2
Kurang volume cairan berhubungan dengan out put melalui rute normal (diare berat,
muntah), status hipermetabolik dan pemasukan cairan yang terbatas.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas normal,
membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional:
 Catat karakteristik muntah dan drainase.
Rasional : untuk membedakan distress gaster.
 Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam.
Rasional : perubahan tekan darah dan nadi indicator dehidarasi.
 Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian
kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
 Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan.
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
 Pertahankan tirah baring.
Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah terjadinya muntah.
 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid.
Rasional : mencegah refluks dan aspirasi antasid.
 Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam lambung.
 Jelaskan pada klien agar menghindari kafein.
Rasional : kafein merangsang produksi asam lambung.
 Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik.
Rasional : untuk pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan
cairan
 Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB).
Rasional : untuk mengidentifikasi adanya anemia.
 Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.
Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.

Diagnosa. 3
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk meningkatkan
berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas malnutrisi.
Intervensi/Rasional
 Timbang Berat Badan setiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet.
 Berikan nutrisi parenteral total (NPT), sesuai pesanan.
Rasional : NPT adalah tindakan pilihan bila terjadi penurunan berat badan,
kekurangan nutrisi dan gejala PIU berat.
 Pertahankan status puasa.
Rasional : Status puasa menurunkan aktivitas.
 Berikan dukungan psikologis dan keyakinan pengistirahatan usus.
Rasional : Status puasa yang lama mengganggu baik secara sosial maupun
psikologis.
 Bantu klien untuk ambulasi dengan tiang intravena.
Rasional : Ambulasi meningkatkan rasa sejahtera klien dan membantu
mempertahankan atau memeperbaiki kondisi fisik.
Diagnosa. 4
Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, diare lama, iritasi kulit, jaringan.
Intervensi/Rasional
 Ketahui nyeri klien.
Rasional : dengan mengetahui dan memvalidasi nyeri klien dapat membantu
mengurangi ansietas klien, yang dapat menurunkan menurunkan nyeri.
 Minta klien menetapkan 1 sampai kala 5 (1 = tidak nyeri, 5 = nyeri hebat), dan
tingkat toleransi nyerinya (1 = dapat mentoleransi, 5 = tak dapat mentoleransi
sama sekali).
Rasional : penentuan skala tersebut memberikan metode yang baik untuk evaluasi
pengalaman nyeri subjektif.
 Tentukan hubungan antara makan dan minum serta nyeri abdomen.
Rasional : Klien dapat menghubungkan makan atau minum dengan awitan nyeri
abdomen, dan dapat membatasi masukan untuk menghindari nyeri.
 Tetapkan hubungan antara pasase feses atau flatus dan nyeri mereda.
Rasional : Nyeri tidak hilang dengan pasase feses atau flatus mungkin tanda
obstruksi usus atau peritonitis.
 Tetapkan apakah nyeri terjadi selama malam hari atau tidak.
Rasional : Kram abdomen atau keinginan tiba-tiba BAB dapat membangunkan
klien di malam hari.
DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Keperawatan Anak, Jilid I, Penerbit FKUI

Ngasitiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji 2015, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai