Anda di halaman 1dari 85

1

Diunggah pada 16 Januari 2020


www.samawaya.com

Hindari membagikan file ebook secara langsung


Bagikan ebook ini hanya melalui link
www.samawaya.com

Didukung oleh

2
Assalamualaikum, sobat tercinta Samawaya…
Kami sampaikan terima kasih banyak telah
mengunduh ebook ini dan selamat bergabung
bersama keluarga besar Samawaya.
Oia, mungkin kamu masih bertanya-tanya nih
“Apa sih, Samawaya itu?”
Jadi, gini lo sob…
Samawaya merupakan layanan bimbingan dan
konseling pranikah yang ditujukan bagi siapa
aja yang ingin mengerti lebih jauh mengenai
seluk beluk pernikahan, persiapannya dan
berbagai solusi atas masalah yang mungkin
muncul di dalamnya.
Kehadiran Samawaya diharapkan bisa menjadi
sahabat bagi kamu yang ingin mewujudkan
keluarga sakinah dan berbahagia...
Nggak hanya di dunia semata tapi juga kelak
di akhirat.

3
Oleh sebab itu, Samawaya hadir menemani
kamu di berbagai platform sosial media
seperti instagram, facebook dan tentunya di
website resmi kami Samawaya.com
Udah difollow semua „kan? :)
Naaah, kali ini Tim Samawaya juga telah
menyusun ebook yang merangkum berbagai
nasihat tentang masalah pernikahan yang
disarikan dari akun IG @PremarriageTalk.
Kamu bisa membacanya sambil terus
memperbaiki dan memantaskan diri hingga
bertemu dengan jodoh terbaik kamu kelak.
Dibaca sampai abis ya, soalnya bakalan ada
giveaway menarik nih untuk kamu yang teliti
baca ebooknya.
Akhir kata, dukung terus Samawaya dengan
mengikuti berbagai akun sosial media kami,
serta nantikan berbagai program menarik
berikutnya dari Samawaya.
Makasih ya…

Jember, 15 Januari 2020

4
Halaman ini spesial ditujukan untuk semua
yang telah membantu & berjasa besar dalam
perjalanan Samawaya sampai saat ini.
Pertama, berbagai pihak yang sudah menjadi
narasumber dan referensi bagi kami seperti
filmmaker muslim, premarriagetalk dan masih
banyak puluhan lainnya. Makasih banyaaak…
Kedua, segenap tim Samawaya beserta
keluarga yang memberikan dukungan sepenuh
hati atas bertumbuhnya komunitas ini.
Ketiga, seluruh follower Samawaya di berbagai
platform sosmed yang menjadi motivasi
terbesar bagi kami untuk terus berkembang
lebih baik. Iya, kamuuuu 
Terakhir, untuk sahabat terbaik sekaligus
inisiator Samawaya yang telah menghabiskan
ribuan jamnya untuk menginspirasi banyak
orang dengan membagikan pengalaman
hidupnya. Toss!

5
1. Siapa yang harus baca ebook ini? 8
2. Yakin sudah siap menikah? 11
3. Malu belajar ilmu pranikah… 17
4. Buat apa nyiapin bekal pranikah? 19
5. Menikah bukan hanya soal ... 22
6. Menikah itu, seperti garis start… 25
7. Ingin atau siap menikah? 28
8. Nikah itu bukan jalan keluar 31
9. Sebelum kamu memutuskan menikah 33
10. Beresin urusan diri dulu yuk! 35
11. Berdamai dengan masa lalu 40
12. Yakin mau nikah muda? 44
13. Pengen nikah sih, tapi... 46
14. Menghadapi kekhawatiran… 48
15. Nikah modal „pas-pasan‟ yuk! 51
16. Siap nikah tapi jodoh belum tampak? 53
17. Jemput jodoh dengan SKS 57
18. Tips menemukan jodoh 60

6
18. Bikin kriteria calon pasangan… 63
19. Nikah tanpa pacaran, bisakah? 66
20. Tahapan persiapan pernikahan… 70
21. Persiapan mental mengenal pasangan 73
22. Mempertimbangkan calon pasangan 76

7
8
Untukmu, yang sudah mulai terpikir untuk
menikah...
Mulai kepikiran nikah sih, tapi masih lama.
Masih harus sekolah, lulus kuliah, kerja dll.
Atau bingung harus ngapain dulu?
Ya, buku ini dapat membantumu untuk
memetakan langkah dan persiapan yang dapat
kamu lakukan,
Untukmu, yang lagi mempersiapkan bekal
untuk menikah...
Mulai nyiapin sih, tapi masih belum ada
calonnya.
Justru ini waktu yang tepat untuk membaca
buku ini, biar persiapanmu makin lengkap, gak
galau, dan lebih produktif. Hehehe..
Untukmu, yang sedang menantikan hari H
pernikahan...
Udah ada calon, tinggal nunggu hari H aja nih!
Nah, baca buku ini untuk memantapkan
langkah dan menguatkan pondasi rumah
tanggamu :)

9
Untukmu, yang sudah menikah
Khususnya pasangan baru, buku ini cocok
untuk jadi bahan diskusi dengan pasangan
agar saling mengenal dan memperjelas tujuan
menikah.
Ada cerita pengalaman penulis terkait proses
mempersiapkan pernikahan dan menjalani
kehidupan rumah tangga :)
Untukmu, perempuan maupun laki-laki
Betul, tidak hanya perempuan, ebook ini
dapat dibaca juga oleh laki-laki.
Pembahasannya umum. Secara spesifik ada
pembahasan tentang menjadi suami maupun
istri.
Jadi, lanjutin trus deh bacanya...

10
11
Coba deh kamu bayangkan beberapa hal yang
akan terjadi pasca menikah, lalu tanyakan
pada diri masing-masing, sudah siapkah
menghadapinya?
Siapkah melepas kebebasan?
Saat masih single, kita bebas untuk melakukan
apapun yang kita inginkan. Namun, setelah
menikah kebebasan itu akan menghilang,
berganti dengan tanggung jawab yang harus
kita lakukan. Kita harus menjaga diri dan
pasangan, menjaga perasaan pasangan,
mengatur kebiasaan, dan lainnya.
Gimana, sudah siap?
Siapkah berbagi dalam semua hal pada
pasangan?
Katanya, setelah menikah itu „aku‟ dan „kamu‟
menjadi „kita‟.Ya, benar saja karena setelah
menikah kita akan menjalani hari-hari dan
berbagi bersama suami. Segala hal yang
berkaitan dengan diri kita akan berkaitan pula
dengan diri pasangan. Waktu, tenaga,
perhatian, konsentrasi, semua harus dibagi
bersama.
Gimana, sudah siap berbagi?

12
Siapkah menaiki „roller coaster‟ kehidupan?
Memutuskan, menikah maka bersiaplah
merasakan „roller coaster‟ kehidupan yang
lebih menantang. Jangan bayangkan bahwa
pernikahan akan selalu bahagia, pasti ada
sedih, takut, tegang, dan lainnya sebagai ujian.
Tapi jangan khawatir, kebersamaan suami istri
akan menguatkan diri melewati segala macam
ujian maupun masalah. Gimana, sudah siap?
Siapkah terkejut menemukan hal baru dari
pasangan?
Kelak akan muncul kejutan demi kejutan
mengenai diri pasangan yang baru diketahui
setelah menikah. Meski sudah berusaha untuk
mengenali sebelum nikah, tapi tetap saja akan
ada kejutan yang kita alami. Pun dengan
pasangan yang akan terkejut dengan pribadi
kita yang „sebenarnya‟.
Namun tak perlu khawatir, sejatinya kejutan
ini akan membuat kita lebih mengenali
pasangan.
Sudah siap untuk mendapatkan berbagai
kejutan?

13
Siapkah melihat sisi paling jelek dari
pasangan?
Ga ada manusia yang sempurna, termasuk diri
kita dan pasangan. Akan ada sisi baik/ bagus,
namun ada pula sisi buruk/jelek. Bukan hanya
soal kepribadian, tapi juga penampilan.
Berada dekat dengan pasangan cepat atau
lambat kita pasti akan melihat sisi paling jelek
(juga paling bagus tentunya) dari pasangan.
Misal, saat baru bangun tidur, lelah, atau
marah.
Siapkah untuk melihatnya?
Siapkah bertemu setiap saat?
Setelah menikah berarti kita akan bertemu
dengan pasangan setiap saat. Tak jarang hal ini
dapat menghadirkan kebosanan dan mengikis
kerinduan.
Itulah mengapa keintiman harus selalu kita
rawat agar perasaan cinta dan sayang pada
pasangan terus tumbuh.
Siap untuk bertemu dengan pasangan setiap
hari selama seumur hidup?

14
Siapkah menyelesaikan masalah secara bersama?
Problematika dalam rumah tangga pasti akan
selalu ada. Oleh karenanya penting bagi kita
mengatasi berbagai masalah bersama pasangan
untuk mendapatkan pemecahan masalah yang
tepat.
Komunikasi yang baik akan menjadi kunci
keharmonisan. Siap untuk menyelesaikan
masalah bersama pasangan?
Siapkah menemukan tujuan paling hakiki dari
pernikahan?
Katanya, menikah untuk ibadah. Memangnya,
ibadah yang seperti apa? Untuk apa kita ibadah?
Dan kelak mau dibawa kemana pernikahan kita?
Pernikahan sejatinya tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan seksual saja, ada misi yang
lebih besar untuk kita jalani.
Siapkah menemukan tujuan hakiki dari
pernikahan?
Siapkah menghadapi kerepotan mengurus dan
mendidik anak?
Setelah menikah, bersiaplah untuk fase
berikutnya: memiliki anak.

15
Kelak, kita perlu beradaptasi dengan
kehadiran anak, dan menghadapi beberapa
kerepotan seperti tangisan bayi, memberi
makan anak, memandikan, mendidiknya, dll
Repot? Pasti!
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang
baik antara suami dan istri dalam mengurus
anak.
Hayoo... siap punya anak dan mendidiknya?
Siapkah terikat oleh hak & kewajiban?
Setelah menikah, kehidupan kita berubah.
Peran kita bertambah, diiringi dengan hak
serta kewajibannya. Diperlukan kesadaran
dan tanggung jawab untuk kita menjalani
kewajiban, agar hak pasangan bisa didapatkan
secara timbal balik. Hal ini pula yang akan
meningkatkan keharmonisan rumah tangga.
Nah, siapkah dengan hal tersebut?
Gimanaaa, sudah siap dengan sepuluh kondisi
tersebut?
Kalo belum, dipersiapkan lagi ya. Kalo sudah,
bersiaplah menjemput jodoh impianmu :)

16

17
Helooow~~
Sudah bukan saatnya nikah tanpa persiapan.
Yang keren itu… bukan nikah muda, tapi
nikah dengan kesiapan penuh.
Bukan karena mumpung jodohnya sudah
datang. Apalagi karena „kecelakaan‟ ihh…
naudzubillah.
Tapi, karena kita telah berusaha untuk
mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Kenapa harus menyiapkan pernikahan?
Karena menikah adalah janji yang kita
ucapkan pada Allah, janji suci untuk
menjaganya hingga akhir hayat. Tidak untuk
diingkari, apalagi dipermainkan. Noh, catet!
Menyiapkannya akan menjadi pondasi kita
dalam membangun rumah tangga kelak dan
menjadi kekuatan kita dalam menghadapi
segala tantangan di dalamnya.
maka…
“Haruskah kita malu untuk mempersiapkan
bekal masa depan?”

18
19
“Buat apa sih belajar ilmu (pra) nikah, ribet
amat! Yang penting kan ilmu agama.”
“Orang tua kita dulu nikah tanpa belajar
pranikah, awet aja tuh sampai sekarang!”
Ngapain belajar pranikah, sebagai manusia kan
punya insting. Andelin itu aja.”
Ciyeee…nyinyir nih yeee…
Kita hidup di zaman yang jauh berbeda
dengan orang tua kita. Informasi terbuka luas,
akses internet mudah didapatkan, membuat
kita harus bisa mengimbanginya.
Tantangan zaman now kian berat. Menuntut
kita untuk bisa survive tetap menjalaninya.
Kalo enggak?
Kita yang akan ketinggalan zaman dan
tenggelam oleh keadaan.
Duluuu… penyebaran informasi terbatas.
Sekarang, hanya dengan ponsel di genggaman,
kita bisa mendapatkannya. Masa mau tetap
jalan di tempat untuk „let it flow sesuai
insting‟ aja?
Enggak bisa!!!

20
Kita yang harus bergerak menjemput ilmu
sebagai bentuk ikhtiar terbaik.
Menikah bukan hanya soal pemenuhan
kebuthan biologis dan rasa cinta.
Ada esensi besar dibalik pernikahan yang
akan menjawab pertanyaan mendasar: untuk
apa kita hidup?
Sehingga, lagi-lagi kita butuh berbagai macam
ilmu untuk bisa menjalaninya dengan baik.
Jadi, mari persiapkan bekal dan ilmu (pra)
nikah dari sekarang. Agar tak menyesal di
kemudian hari.
Jangan biarkan penyesalan hadir karena
kurangnya persiapan diri :)

21

22
Yap, menikah bukan hanya soal mencari dan
menjadi pasangan, tapi juga menjadi ayah/ibu
bagi anak-anak kelak.
Jika kelak kamu berniat menikah, maka cari pula
pasangan yang mau bekerjasama dalam mendidik
anak ya!
Pasangan yang paham bahwa Allah minta
pertanggungjawaban kelak di akhirat tentang
anak yang Dia titipkan.
Jika kelak kamu menikah, maka lipat gandakan
persiapan dan ilmu. Bukan menjadi pasangan
saja, tetapi juga menjadi ayah dan ibu.
Mengapa demikian?
Jelas, karena anak adalah amanah Allah yang
wajib kita jaga dan didik.
Eiitss, mendidik itu tanggung jawab keduanya,
ayah dan ibu.
Ayah boleh bekerja di luar mencari nafkah halal,
tapi tetap luangkan waktu untuk mendidik
keluarganya.
Sedangkan, ibu adalah benteng pertahanan
keluarga yang harus siaga dan menjaga saat ayah
sedang bekerja.

23
Ayah dan ibu adalah satu tim yang tidak dapat
dipisahkan. Jika kelak ingin anak-anak kita
memiliki akhlak yang baik, maka jadilah baik
mulai dari sekarang.
Usaha dan jangan lupa berdoa pada Allah agar
dipasangkan dengan istri/suami yang kelak mau
mendidik anak bersama.

Belajar menikah = belajar jadi


pasangan dan orang tua.
Setuju? :)

24
25
Pernikahan bisa kita ilustrasikan seperti garis
start dalam sebuah perlombaan. Bukan siapa
cepat menuju garis finish itulah pemenangnya,
melainkan proses menjalani perlombaan itu
sendiri.
Wah kayak gimana tuh?
Melangkah menuju garis akhir dengan tujuan
yang jelas
Pernikahan adalah garis start kehidupan.
Menjalaninya hingga garis finish, yakni
kematian.
Tujuan terbesar kita adalah membangun
rumah tangga hingga ke akhrat yang
diwujudkan dengan langkah amalan (misi
hidup) kecil maupun besar yang dapat
mendukung kita mengumpulkan bekal menuju
surga-Nya
Dalam menjalaninya, ada rintangan di
sekitarnya
Menjalan rumah tangga pasti ada halangan
dan rintangan yang harus dilalui. Bukan untuk
kita hentikan begitu saja, melainkan terus
dijalani dengan sabar dan penuh perjuangan
hingga sampai ke garis finish.

26
Dengan adanya rintangan tersebut, kita dapat
lebih mengenali dimana letak kekurangan dan
kelebihan diri.
Berlomba-lomba dalam kebaikan dengan
pasangan
Siapa lawan kita dalam pernikahan? Pasangan
kita. Lagi-lagi bukan untuk mencari mana yang
akan menang dan kalah. Melainkan, sebagai
„pesaing‟ dang penyemangat kita untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan serta ibadah.
Dibutuhkan ikhtiar, semangat serta keyakinan
Untuk bisa mencapai garis finish dengan hasil
terbaik, dibutuhkan ikhtiar (usaha) terbaik
pula. Hadirkan semangat untuk bisa melalui
rintangan dengan baik serta keyakinan bahwa
ada Allah yang akan membantu kita setelah
berikhtiar dengan baik
Dengan begitu, semoga segala upaya dan
proses yang kita lakukan, mengantarkan pada
garis finish dengan hasil terbaik.
Dan hanyalah kematian semata yang dapat
memisahkan diri kita dan pasangan di dunia.

27
28
Apa sih bedanya „ingin menikah‟ dengan „siap
menikah‟ ?
Pertama, kalo ingin menikah : fokus pada
persiapan resepsi yang indah.
Kalo siap menikah : fokus pada persiapan
tujuan berkeluarga.
Kedua, kalo ingin menikah : menjadikan nikah
sebagai jalan keluar masalah semasa single.
Kalo siap menikah : sadar bahwa menikah ada
setumpuk masalah yang harus diselesaikan
dengan tanggung jawab.
Ketiga, kalo ingin menikah : fokus pada
pernikahan itu sendiri.
Kalo siap menikah : fokus pada proses
menikah yang harus sesuai dengan kehendak-
Nya dan fokus pada bagaimana mengarungi
bahtera rumah tangga.
Keempat, kalo ingin menikah : fokus
menjadikan doi agar cepat menjadi jodohmu.
Kalo siap menikah : berhati-hati dalam
memilih, banyak pertimbangan dan tidak
terburu-buru.

29
Kelima, kalo ingin menikah : mudah baper
ketika orang lain menikah.
Kalo siap menikah : sadar untuk terus belajar
mempersiapkan dan memantaskan diri.
Keenam, kalo ingin menikah : bayangan indah
mengenai apa yang kelak pasangan lakukan.
Kalo siap menikah : terus siap belajar untuk
menjadi pasangan terbaik.
Jadi, kamu (hanya sekedar) ingin menikah atau
(sudah) siap menikah?

30
31
Nikah itu bukan jalan keluar karena ingin
„pacaran halal‟ dan „melegalkan zina‟.
Sebab, harus ada ilmu dan kesiapan serta niat
karena Allah yang mengiringi.
Nikah itu bukan jalan keluar dari segala
kegalauan.
Sebab keluarga islami, kokoh dan memiliki visi
misi tak bisa berlayar hanya karena
menghindari kegalauan.
Nikah itu bukan jalan keluar dari kesepian.
Sebab, dalam rumah tangga kita akan bertemu
dengan tanggung jawab yang lebih besar.
Nikah itu bukan jalan keluar atas kebosanan
akan status „jomblo‟.
Sebab dengen berdua banyak ujian yang harus
kita lewati untuk meraih ridho-Nya.
Nikah itu bukan jalan keluar.
Sebab nikah adalah gerbang baru untuk
memasuki kehidupan penuh dinamika di
depan mata. Yang harus kita niatkan karena
Allah.Yang harus kita siapkan dengan iman
dan ilmu.

32
33
Ada banyak hal yang harus kamu lakukan
untuk menyambut hari terbaik dalam seumur
hidupmu.
Berapa banyak? Sangat banyak!
Akan tetapi, setidaknya ada 5 hal yang wajib
kamu lakukan sebelum memutuskan untuk
menikah, apa saja?
• Luruskan niat. Tidak ada ibadah tanpa niat.
Pastikan niatmu untuk ibadah kepada-Nya
• Kenali diri dan tujuan hidupmu
• Pastikan bahwa kamu siap lahir batin dan
mengetahui setiap konsekuensinya
• Tuliskan rencanamu. Jalani tanggung jawab
dengan ikhlas,semangat, dan sabar
• Tawakal dan berdoa pada Allah. Letakkan
Allah sebagai yang utama dan pertama,
maka Allah akan menjaga segala urusanmu
Nah, jadi renungkan baik-baik terlebih dahulu
kelima hal itu sebelum kamu benar-benar
memutuskan untuk menikah.

34
35
“Selamat menempuh hidup baru..”
Kalimat ini adalah kalimat yang sering
didengar oleh para pengantin, entah lewat
ucapan langsung maupun tulisan.
Kalimat ini memang bukan sekedar basa-basi,
karena benar, pernikahan adalah suatu
„gerbang‟ kita untuk memasuki fase yang baru
dalam hidup.Yang tadinya sendiri, sekarang
berdua.
Berbagi suka duka, melakukan tanggung jawab,
menerima kasih sayang, membangun rumah
penuh kasih sayang, dan banyak hal baru
dalam kehidupan rumah tangga.
Nah, untuk mempersiapkan diri sebelum
memulai sebuah kehidupan baru yang lebih
diridhoi Allah, maka ada baiknya kita
„menyelesaikan urusan dengan diri sendiri‟
terlebih dahulu.
Menyelesaikan urusan dengan diri sendiri
tentu luas maknanya. Dalam tulisan ini, yang
dimaksud dengan menyelesaikan urusan
dengan diri sendiri bertujuan agar kehidupan
rumah tangga yang kita bangun tidak
„tercampur‟ dengan masa lalu.

36
Contohnya, saat meniatkan diri untuk
menikah atau sedang dalam proses taaruf,
pastikan bahwa orang tua telah sukarela dan
ridho dengan langkah kita.
Jangan sampai sudah proses kenalan (taaruf)
ternyata di tengah perjalanan orangtua belum
merestui, maka penting selesaikan urusan ini
dengan orangtua.
Contoh lain lagi, jika diantara kita punya masa
lalu, maka pastikan sudah MOVE ON ya!
Karena syaiton itu lihai menipu hati kita.
Biarlah bayang-bayang masa lalu terkubur
karena kita harus menyambut hari esok
untuk membangun rumah tangga bersama
pasangan halal kita.
Menuruti godaan syaiton hanya akan
membawa ketidaktenangan dalam rumah
tangga, na‟udzubillahimin dzalik.
Jika ada cita-cita atau impian seperti ingin
melanjutkan kuliah, karir dan sebagainya coba
negoisasi dengan diri sendiri.
Apakah perlu mewujudkannya dulu atau
menikah dulu?

37
Kalau menikah dulu, apakah bisa menerima
jika takdir membawa kita pada impian yang
lain?
Apakah kita bisa ikhlas mendukung apapun
cita-cita pasangan?
Kalau dirasa masih ada yang mengganjal,
tanyakan kembali pada hatimu.
Menunda pernikahan untuk mengejar impian,
tidak mengapa. Tapi kalau mau mengejar
impian bersama pasangan juga tak kalah seru,
meski tentu tidak mudah.
Jika ada yang belum bisa berdamai dengan
masalah diri sendiri atau orang lain, maka
selesaikan!
Belajarlah untuk memaafkan dengan hati yang
ikhlas, juga lapang. Termasuk jika ada hutang
baik berupa materi atau lainnya, maka sebisa
mungkin selesaikan dahulu.
Bahkan, kalau teman-teman tahu istilah inner
child itu merupakan salah satu contoh dari
„penumpukan‟ di masa lalu yang berdampak
negatif pada diri hingga berpengaruh dalam
pernikahan dan mengasuh anak.ㅤㅤ

38
Itulah mengapa menyelesaikan urusan dengan
diri sendiri itu penting.
Tentu kita berharap bahwa pernikahan yang
dibangun menjadi sakinah, mawaddah wa
rahmah, kan?
Hal ini dapat dicapai, salahsatunya dengan
cara berdamai dengan masa lalu.
Jadi buat teman-teman, yuk tuntaskan urusan
dirimu sebelum memasuki dunia pernikahan
agar lebih mudah melaluinya!
Aamiin, insya Allah.

39
40
Bicara soal masa lalu, siapa yang tidak punya?
Siapa yang masih terngiang-ngiang dengan
harapan masa lalu?
Nah ini, hal seperti ini yang bisa membawa
“malapetaka” dalam rumah tangga. Setiap diri
pasti punya masa lalu. Entah baik atau buruk,
terhadap diri sendiri atau orang lain.
Rupanya hal ini yang harus dituntaskan
terlebih dahulu sebelum menikah. “Berdamai
dengan masa lalu.
Ya, memaafkan masa lalu diri sendiri dan
pasangan, serta tidak lagi mengungkitnya
dihadapan pasangan.ㅤKesalahan seperti saat
dulu pernah pacaran atau mengharapkan
seseorang untuk menjadi pasangan tapi tidak
kesampaian.
Jika terjadi pada diri sendiri, pengalaman dan
harapan tersebut perlu dikubur dalam-dalam
agar tidak perlu lagi diungkit dan
memunculkan harapan baru.
Setelah si “masa lalu” selesai, terima bahwa
itu bagian dari perjalanan hidup kita. Move on,
bertaubat, lalu berubahlah perlahan.

41
Jika terjadi pada (calon) pasangan, maafkan
apa yang pernah ia lakukan, jangan
mengungkit masa lalunya kembali.
Buka lembaran baru, buatlah memori indah
bersamanya.ㅤPasangan itu seperti diri kita,
sekalipun ia punya masa lalu, hargailah dengan
tidak mengungkitnya karena saat menikah
artinya ia memilih kita sebagai pendamping
hidupnya, bukan orang dimasa lalunya.
Kunci rapat setiap pintu yang membawa kita
atau pasangan kita kepada masa lalu. Hindari
kepo, stalking, apalagi berkomunikasi langsung
maupun secara tidak langsung.ㅤ
Mengapa semua pintu harus ditutup rapat?
Karena kita jangan pernah “nantangin”
syaiton yang terkutuk. Syaiton itu memang
paling keren kalau sudah menghancurkan
rumah tangga manusia.
Salah satu pintu syaiton adalah saat si masa
lalu belum selesai lalu diam-diam hati kita
berdesir saat mengetahui kabarnya dan lain
sebagainya.
Hiii…Serem ya?

42
Perlu kita ketahui, bahwa membangun rumah
tangga itu seperti membangun hidup baru.
Bagaimanapun masa lalu kita, dengan siapa,
seperti apa,, harus benar-benar ditutup rapat.
Kita berhak berbahagia dengan pasangan halal
kita.
Yap, kita berhak bahagia dan menerima diri
kita juga pasangan milik kita secara utuh.
Maka, jauh-jauh ya hantu masa lalu! Mari
sibukkan diri untuk merajut masa depan
dengan pasangan halal sampa surga-Nya.
Aaamiin :)

43
44
Saat ini lagi nge-tren sih nikah muda, tapi
pertanyaannya…

“Apakah menikah muda akan


menjamin hidupmu menjadi lebih
bahagia?”
Jawabannya bisa iya, bisa tidak.
Sejatinya menikah bukan soal tua atau muda.
Menikah adalah bagaimana menjadi dan
berproses secara dewasa.
Apa yang dimaksud dengan menikah dewasa?
Dewasa yang dimaksud adalah ketika kita
memiliki pola pikir yang lebih matang, lebih
dewasa dalam bertindak, dan berkomunikasi.
Bukan harus menunggu kematangan yang
paripurna, karena pematangan akan terus
berproses saat kita sudah menikah.
Kesimpulannya…
Nikah bukan masalah umur, tapi lebih ke
perihal kesiapan dan kematangan seseorang.

45

46
Mau nikah sih, tapi rasanya kok khawatir ini-
itu ya?
Tapi kadang bingung ini khawatir kenapa dan
gimana cara mengatasinya..
Takut salah pilih pasangan, khawatir gak bisa
jadi pasangan yang baik, khawatir orang tua
gak merestui, takut melakukan kesalahan yang
sama seperti orangtua. Duh banyak banget
takutnya…
Berdasarkan survei yang pernah kami lakukan,
sebelum menikah akan timbul berbagai
macam kekhawatiran dalam diri.
Kekhawatiran ini kami kelompokkan menjadi
4 sumber, yaitu:
• kekhawatiran dari diri sendiri
• kekhawatiran dari calon pasangan
• kekhawatiran dari keluarga
• kekhawatiran dari masa lalu
Nah, kekhawatiranmu bersumber dari yang
mana nih? Trus, bagaimana cara mengatasinya?
Sabaaar, baca terus di bagian selanjutnya ya!

47
48
Menghadapi perkara penting seperti
pernikahan, seringkali membuat kita merasa
khawatir.
Besar atau kecil, kekhawatiran itu pasti
menghampiri…
Hmm, bagaimana cara menghadapi
kekhawatiran yang kita rasa?
Pertama, tulislah dengan jelas apa saja halyang
kamu khawatirkan.
Biasanya kekhawatiran tanpa dituliskan hanya
menjadi benang kusut dalam pikiran kita.
Tuliskan terlebih dahulu agar lebih terurai.
Kedua, buat langkah nyata untuk menghadapai
hal tersebut.
Sudah tulis hal-hal yang kamu khawatirkan?
Susun strategi untuk ubah kekhawatiran
menjadi kekuatan. Contoh : takut perkara
finansial, susun strategi agar berdaya dalam
finansial.
Bergeraklah!
Ketiga, ketahui ilmunya.
Apa-apa yang kamu khawatirkan, pelajari.

49
Rasa khawatir berlebihan terjadi karena kita
belum belajar tentang hal tersebut. Takut akan
pernikahan, belajarlah ilmu terkait
pernikahan.
Keempat, berdoa dan yakin akan pertolongan
Allah.
“Bersama kesulitan pasti akan ada
kemudahan.” Begitulah janji Allah.Yakin akan
janji-Nya, maka Allah yang akan kuatkan
langkah kita dengan cara-Nya.
Kelima, pahami kekhawatiran secara
proprosional.
Sejatinya khawatir merupakan hal yang
naluriah. Artinya, kita perlu memahami adanya
rasa khawatir adalah bukti bahwa kita harus
sepenuhnya bergantung pada Allah yang Maha
Kuasa.
Khawatir akan pernikahan adalah hal yang
wajar asal tidak berlebihan
Ikhtiar dalam mencari ilmunya, doa sungguh-
sungguh kepada-Nya, dan tawakal akan takdr
terbaik-Nya

50
51
Nikah modal „pas-pasan‟ yuk...
Nikah pas sudah berbekal modal iman dan
ilmu yang mumpuni untuk menjadi pasangan
yang bijaksana dan dapat merespon tantangan
pernikahan dengan cerdas.
Nikah pas memiliki modal kemampuan
menjalin hubungan dengan keluarga baru
(pasangan) dan memahami perasaan orang
lain agar kelak jadi pasangan yang
menyejukkan hati.
Nikah pas modal restu orang tua telah
dikantongi. Ketika itu, orang tua sudah siap
anaknya dipinang/ meminang dan bisa
menerima pasangan hidupmu sebagai anggota
keluarga baru.
Nikah pas sudah punya modal mental kokoh
untuk menanggung peran dan tanggung jawab
baru sebagai istri/suami, ibu/ayah, menantu,
kakak ipar, dan adik ipar.
Nikah „ngepas‟ bukan berarti buruk,
tergantung perspektif kita melihatnya saja.
Mari modali diri dengan „pas‟, supaya saat
jodoh datang tidak perlu berpikir lagi “sudah
cukupkah modal menikahku?”
52
53
Kenapa ya…
Rasa-rasanya sudah siap dan mantap untuk
menikah, tapi kok jodoh masih juga belum
tampak?
Eits... itukan menurut kita. Kalau menurut
Allah sebenarnya diri kita belum benar-benar
siap, gimana? :‟)
Kita mungkin merasa sudah siap mental, ilmu,
materi dan segalanya.
Tapi bisa jadi, ada kondisi yang tidak
diketahui/ sadari dan sebenarnya harus lebih
dulu diperbaiki sebelum nikah.
misalnya ni… komunikasi atau hubungan
dengan orang tua atau trauma masa kecil.
..tapi Allah MahaTahu, kondisi tersebut
mungkin saja petunjuk dari-Nya bahwa masih
ada hal yang harus kita benahi.
Bisa jadi, mungkin Allah sedang menguji,
seberapa besar kegigihan kita untuk
mengupayakan sesuatu yang kita inginkan.
Menguji pula, seberapa besar keimanan kita
kepada-Nya.

54
Jangan-jangan, tanpa kita sadari bahwa hati ini
masih terlalu sombong dengan segala
kemampuan yang kita miliki.
Merasa selalu mampu melakukan „sendiri‟
sampai lupa bahwa semua hal yang bisa kita
capai adalah karena kehendak dan
pertolongan-Nya.
Yang pasti, itu tandanya… Allah sayang pada
kita.
Apa yang baik dan menyenangkan untuk kita
belum tentu baik untuk kehidupan kita di
masa depan. Demikian juga sebaliknya, Allah
kan sudah mengingatkan dalam Al-Quran...

“Boleh jadi kamu membenci


sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu, Allah mengetahui,
sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah : 216)

55
Lalu kita harus bagaimana?
Pertama,
Lakukan evaluasi diri!
Coba cari tahu dan sadari, hal-hal apa yang
mungkin terlewat untuk kita benahi. Entah
mungkin dari dalam atau luar diri kita atau
mungkin terlalu perfeksionis dalam memilih
pasangan.
Kedua,
Terus dan teruslah berproses!
Untuk memantapkan dan memantaskan diri.
Tugas kita adalah berupaya, soal hasil kapan
jodoh datang itu hak prerogatif Allah.
Kalau cepat, alhamdulillah. Kalau lama,
alhamdulilah juga. Berarti Allah masih
memberi kita kesempatan untuk melakukan
kebaikan lainnya sebelum menikah. Nikmati
saja prosesnya.
Tetap semangat dan tetap husnudzon kepada
Allah yaa!

56
57
Sobat, pernah gak ngerasain belajar Sistem
Kebut Semalam (SKS) pas mau ujian?
Gimana rasanya? Buru-buru? Cemas?
Bingung mau belajar yang mana dulu?
Ehh, pas ujian yang dipelajarin semalam lupa
gitu aja atau gak sesuai kisi-kisi.. Ambyaar~
Tapi kalu belajar jauh-jauh hari, gimana?
Lebih enak, tinggal ingat-ingat & ngulang dikit
yang udah dipelajarin sebelumnya. Pas ujian,
jadi lebih mudah jawab semua persoalan. Ya
gak sih ?
Naaah, sama nih kayak menjemput jodoh atau
nyiapin nikah! Nikah itu ibarat sebuah ujian,
buat menjalaninya butuh ilmu. Buat dapet
ilmu? Ya kudu belajar dong!
Kalau belajarnya dadakan?
Hwooo… siap-siap aja banyak yang harus
dipelajari dan bakal pusing sendiri.
Itulah kenapa, belajar ilmu tentang pernikahan
harus dilakukan sesegera mungkin. Bukan
karena ngebet nikah, tapi karena suatu hari
kita akan memasuki kehidupan pernikahan.

58
Menikah butuh persiapan. Butuh banyak ilmu
biar bisa ngejalanin dengan (lebih) baik.
Terlebih, ilmunya gak kita pelajari secara
lengkap di sekolah formal. Harus kita yang
bergerak aktif mendatangi ilmu.
Sekarang, mudah banget mendapat ilmu.
Tinggal scrolling satu jari, dapet dah!
Ya masa mau diem aja? Hehehe...
Jadi, kuy siapkan diri dari sekarang!
Sekali lagi, bukan karena ngebet ya, sobat.
Kalau gak mau, yaudah. Tapi yang lagi nyiapin
jangan di-bully dong! #curcol
Ya… karena menikah memang harus
dipersiapkan :)

59
60
Sudah merasa siap menikah, tapi kok jodoh
belum nampak ya?
Harus gimana dong?
Padahal, udah usaha ke sana kemari…
Gimana nih?
Sebenarnya, jodoh bisa jadi ada di dekat kita,
tapi bisa jadi jauh pula. Bisa jadi si jodoh
adalah orang yang benar-benar sudah kita
kenal, bisa pula orang yang sama sekali belum
kita kenal.
Lalu bagaimana menemukannya?
Pertama, perbaiki diri!
Siapa tau, menurut Allah kamu masih harus
memperbaiki diri. Perbaiki ibadah, kebiasaan,
hubungan dengan orang tua dan keluarga,
cara berkomunikasi dan sebagainya.
Kedua, Be yoour self!
Jadi diri sendiri aja, nanti juga akan
menemukan seseorang sesuai kriteriamu. Gak
perlu pasang topeng atau pura-pura baik.
Kalau mau punya pasangan yang baik, kitanya
pun harus baik dulu :)
61
Ketiga, perluas networking!
Emangnya bisnis aja yang perlu networking?
Soal jodoh juga perlu, hehe..
Coba deh perluas lingkaran pertemanan,
siapa tau ternyata dia ada di lingkaran lain.
Bisa ikut organisasi kampus, komunitas, atau
kegiatan positif lainnya.
Keempat, MOVE ON!
Nah loh, jangan-jangan karena belum move
on, kamu jadi gak “melihat” jodoh di
sekitarmu.
Tuntaskan dulu urusan masa lalu yang
menghantui, entah seseorang, kejadian,
perasaan, takut/ sakit hati, atau apapun itu.
Stuck di “masa lalu” sama aja menuntun diri
kita buat gak terbuka pada hal atau orang
lain.
Kelima, kuatkan ibadah!
Ikhtiar udah, berdoanya udah belum? Minta
langsung sama “Sang Pemilik” jodoh agar
didekatkan. Rayu Allah dengan cara
meningkatkan ibadah sebagi bukti
kesungguhan kita.Yang wajib dikenceng, yang
sunnah ditambah.
62
63
Katanya… mau nikah gak usah bikin kriteria
calon yang “tinggi”, nanti susah dapet jodoh.
Hmmm,, masa iya?
Terus harus bikin kriteria yang kayak gimana?
Kayak oppa atau noona di drama korea?
Hmm..Hmm..
Pertama, mengenal diri
Sebelum bikin kriteria, kenali diri dulu. Jodoh
adalah cerminan diri. Wanita yang baik untuk
laki-laki yang baik, pun sebaliknya.
Karakter diri kita seperti apa, itulah yang
menjadi acuan. Apakah kita menginginkan
pasangan yang mendekati karakter kita atau
malah yang bertolak belakang (dalam hal
positif)
Kedua, cari tahu kriteria harapan orangtua
agar direstui orangtua, biasanya orang tua
punya kriteria tertentu terhadap calon
menantunya. Coba diobrolin.. mereka ingin
menantu seperti apa?
Kalau ada yang kurang pas, coba dinego.

64
Ketiga, buat kriteria wajib dan ktriteria yang
dapat ditoleransi
Tuliskan semua kriteria yang diharapkan, lalu
kelompokkan mana yang wajib dan mana yang
bisa ditoleransi.
Bolehkah bikin kriteria yang “tinggi”?
Tidak ada salahnya, selama kriteria tersebut
membuat diri kita termotivasi untuk terus
berproses menjadi pribadi yang lebih baik.
Karena kembali lagi, ingin mendapatkan
pasangan dengan kualitas “bagus”, kitapun
harus meningkatkan kualitas diri :)
Semangat ya!

65
66
Saat ini pacaran memang bukan suatu hal
yang asing kita lihat dan kita dengar. Meski
dalam islam berpacaran merupakan aktivitas
yang tidak disukai Allah karena membuat kita
mendekati larangan-Nya.
Banyak pemuda-pemudi yang berpacaran
dengan alasan ingin mengenal pasangannya
lebih dalam sebelum memutuskan untuk
benar-benar menikahinya.
Banyak sih, yang pada akhirnya menikah tetapi
tidak sedikit pula yang batal menikah setelah
berlama-lama pacaran.
Kehidupan rumah tangga yang kita harapkan
mendatangkan ridho Allah, perlu kita
usahakan dengan cara-cara yang diridhoi Allah
juga...

Kalau tidak pacaran, bagaimana


kita bisa menikah?
Bagaimana bisa saling mengenal?
Cara yang bisa dilakukan ialah dengan taaruf
yang diperantarai oleh orang tua, saudara
maupun orang sholeh yang kita percaya.

67
Gak usah merasa risih minta bantuan mereka.
Toh, mencarikan pasangan aslinya kewajiban
orangtua terhadap anaknya yang tentu bisa
dibantu oleh pihak lain.
Kamu harus berani ubah persepsi. Memang
inilah jalan yang diajarkan oleh islam untuk
memelihara kehormatan umat manusia.
Lalu bagaimana kita bisa berkomunikasi
terkait masa depan rumah tangga?
Bagaimana jika ada ketidakcocokan dalam
taaruf?
Benarkah taaruf itu seperti „beli kucing dalam
karung‟ ?
Gak usah paranoid duluan deh. Dalam ta‟aruf
itu ada beberapa tahapan kok. Jadi, gak
langsung kenalan lalu nikah.
Kalian bisa kok langsung bertukar informasi
mengenai diri kalian masing-masing melalui
CV tertulis.
Kamu juga bisa mencari informasi
kesehariannya melalui keterangan orang
tuanya, tetangganya, teman-temannya dan
orang-orang terdekatnya.

68
Kalian juga gak dilarang kok saling berkunjung
dan bertatap muka (nadzor) untuk
memastikan visi misi nantinya dalam berumah
tangga. Asalkan, didampingi oleh pihak ketiga
tentunya bertempat di rumah salah satu dari
kalian.
Hati-hati ya, pada tahap ini biasanya
kebanyakan orang jatuhnya malah kayak
pacaran.
Intinya, kalian nggak boleh berkhalwat dulu
sebelum akad :)

69
70
Pertama, bersungguh-sungguh
mempersiapkan diri.
Harus action, sob. Mulai dari lurusin niat, trus
siapin semua yang perlu disiapkan untuk bekal
menikah. Jangan speak aja :‟)
Kedua, menentukan target waktu kesiapan:
kapan sih kamu akan menikah?
Buat timeline! Catat dan buat target
realistisnya, sesuai „modal‟ yang udah kamu
kantongi. Baik dari segi keilmuan dan
sebagainya. Hal ini agar kamu bisa terus
berproses, persiapannya gak jalan di tempat.
Inget ya, dicatet! Jangan Cuma di bayangin aja!
Ketiga, menjaga kebaikan diri sepanjang
proses menuju pernikahan
Nah, mau menikah dengan langkah yang baik
dan benar kan?
Mulailah menjaga diri sendiri sebelum
kedepannya kamu akan menjaga pasangan
hidup dan keluarga kecilmu nantinya...
Keempat, mencari calon suami atau calon istri
Inget lo, yang berusaha itu gak cuman laki-laki
aja. Perempuan juga harus sama-sama
berjuang mencari.

71
Kalo yang salah satu cuma fokus berdiam diri,
berharap dengan nunggu tanpa usaha, sampe
negara api menyerang juga gak akan jadi
kenyataan itu niat baiknya... :‟)
Kelima, memantapkan hati dan pertimbangkan
calon pendamping hidupmu
Setelah berusaha memantapkan hati, kamu
bisa minta pendapat dari orang terdekat
seperti ayah, ibu, guru ngaji, kakak, pokoknya
orang yang lebih berpengalaman ya~
Keenam, mengambil keputusan dengan
kemantapan hati
Last but not least, setelah berusaha,
berikhtiar, minta restu dan sebagainya, tinggal
tawakal deh.
Berharap pada Allah, semoga ia yang dipilih
adalah yang terbaik bagimu. Dan semoga
pernikahan yang akan terjadi menjadi
pernikahan yang baik dan benar sesuai
syariat-Nya serta mendapatkan keberkahan-
Nya.
Kalo kamu, udah melangkah sampai tahap
yang mana nih? Ehem..ehem..

72
73
Persiapan mental menjelang pernikahan tidak
boleh dipandang sebagai sesuatu yang remeh.
Hal ini sangatlah penting karena kita akan
memasuki tempat dan dunia baru serta
meninggalkan lingkungan yang lama.
Karenanya, mematangkan emosional untuk
hidup mandiri dan beradaptasi dengan
sesuatu yang baru sangatlah penting.
Kita harus mempersiapkan diri untuk
mengenal, memahami, dan mengurangi
sebagian ego kita karena akan bergaul dan
bekerja sama dengan orang yang masih asing
dengan kita.
Pasangan kita sesungguhnya memiliki latar
belakang, suku, kebiasaan yang bisa jadi
semuanya sangat jauh berbeda dengan kita.
Dalam mepersiapkan mental, kita harus selalu
ingat bahwa tidak ada satupun manusia yang
sempurna.
Demikian pula dengan diri kita, juga pasangan
kita. Kita semua memiliki kelebihan sekaligus
kekurangan. Karena itu, berusaha untuk sabar
dan menahan diri adalah hal yang penting
dalam mempersiapkan mental.

74
Kita tidak bisa mengharapkan semuanya
berubah menurut keinginan kita. Insya Allah,
dibalik kekurangan pasangan kita terhampar
ladang amal shalih dan pahala sabar di
dalamnya.
Dalam mempersiapkan mental, kita juga harus
menyiapkan diri untuk menghadapi segala
kemungkinan yang ada, termasuk
kemungkinan terburuk.
Salah satunya dalah kesiapan menerima sifat
dan perilaku yang tak pernah sedikit pun
terduga dan terbayangkan sebelumnya dari
orang yang kita cintai. Karenanya, nyiapin
mental untuk bisa menjalin komunikasi yang
baik dengan pasangan adalah kuncinya. Sebab,
apabila perbedaan tersebut tidak diatur
dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan,
dan kepercayaan, maka bisa jadi timbul
persoalan dalam pernikahan.
Oleh karena itu, siapkan diri untuk berjalan
dengan tegar di atas kerikil dan duri-duri
tajam yang menghampar di sepanjang
perjalanan. Siapkan diri untuk selalu
bersandar pada Allah atas apa pun yang akan
terjadi, siap berjuang tanpa banyak mengeluh
kepada makhluk-Nya.

75
76
Kira-kira, apa yang akan kamu rasakan kala
bertemu dengan calon pasangan?
Pastinya campur aduk, senang iya, tapi
bimbang iya. Seperti masih tidak yakin, apakah
ia yang terbaik untuk diri ini.
Betul tidak?
Sekarang, mari kita bahas sebuah momen
ketika si dia telah Allah keluarkan dari
"persembunyian" dan menemui kita.
Jika melaluinya proses ta'aruf, tentu kita tak
tahu pasti seperti apa sosok si calon
pasangan, melalui CV & bertemu langsung
pun rasanya seperti belum cukup.
Tapi jika sudah kenal sebelumnya, juga tak
menjamin mengenal ia sepenuhnya.
Lalu gimana cara mempertimbangkannya?
Nih ada sedikit tips...
Pertama, pahami CV atau rancangan hidupnya
Curriculum vitae? Kayak mau kerja saja!
Iya, tapi kalau untuk melamar calon pasangan,
isinya selain riwayat hidup, ditambah visi misi
hidup, karakter diri, rencana pasca berumah
tangga, dll.
77
Ribet? Kelihatannya.
Tapi ini akan sangat membantu untuk lebih
mengenali siapa calon pasangan kita.
Ini salah satu "alat" yang digunakan saat
taaruf, tapi kalau tidak terbiasa bikin CV ya
tak masalah.
Kita tetap bisa menanyakan langsung pada
orangnya terkait visi misi hidup dan hal
lainnya.
Kenapa CV ini penting?
Ya, karena ini adalah bahan pertimbangan kita,
apakah sekiranya visi misi kita klop dengan si
dia, apakah karakternya cocok dengan kita,
dan hal-hal penting lainnya.
Kedua, bandingkan dengan kriteria
Seperti tulisan awal yang sudah kami
sampaikan, jika teman-teman sudah membuat
2 kategori kriteria (utama dan bisa
ditoleransi), kini saatnya kita menyeleksi si
calon. Kira-kira, masuk kriteria tidak yaa?
Eits, tapi jangan sampai lupa, namanya manusia
pasti ada kekurangan dan kelebihannya.

78
Jika kita sudah tahu kekurangan calon
pasangan bukan berarti langsung menolak,
sesuaikan dengan diri kita apakah kiranya
kekurangan tersebut bisa menjadi sebuah
masalah besar dalam rumah tangga kelak atau
tidak.
Ketiga, libatkan orang tua untuk menimbang
Selain diri kita, orangtua tentu memahami
siapa diri kita dan seperti apa calon yang
sekiranya cocok dengan kita.
Coba tanyakan pada mereka, kira-kira apakah
memang si dia cocok atau tidak?
Terkadang, feeling orang tua itu kuat. Mereka
bisa merasakan mana yang kira-kira sepadan
untuk kita, mana yang tidak. Jadi, jangan
lupakan peran orang tua, mintalah masukan
dari mereka. Pastinya mereka kan senang jika
ikut dilibatkan.
Keempat, bukan yang terbaik tapi tercocok
Namanya jodoh, tak berarti selalu sama
karakternya, bisa jadi berbeda. Lantas, bukan
berarti ia tidak cocok dengan kita kan?

79
Kecocokan itu bisa jadi karena beberapa
hukum berikut…
Law of Similiarity : sesuatu cocok karena
memiliki banyak kesamaan.
Law of Proximity : cocok itu ada kalanya
disebabkan karena punya sejumlah
kedekatan.
Law of Closeness : cocok karena bisa saling
melengkapi.
Law of Contrast : cocok karena adanya
perbedaan yang saling melengkapi.
Nah, kira-kira kita akan cocok dengan orang
yang seperti apa?
Kelima, bertanya pada orang-orang
terdekatnya.
Untuk membantu mempertimbangkan apakah
baik kedepannya, kita boleh kok bertanya
pada orang-orang terdekatnya. Hal ini
menjadi pertimbangan khusus karena
biasanya penilaian orang lain terhadapnya
akan lebih menggambarkan seperti apa si dia
yang sesungguhnya.
Jika merasa malu, kamu bisa kirim orang
ketiga‟ untuk melakukan investigasi tentang
keseharian dia.
80
Keenam, muncul keyakinan atau keraguan.
Dalam perkara ini memang susah untuk
didefinisikan, tapi untuk yang sudah melewati
fase ini, pasti tahu rasanya.
Jika Allah sudah mempertemukan, kita sudah
shalat istikharah, juga diskusi dengan orangtua
maka perlahan-lahan akan muncul
kecenderungan. Baik kecenderungan yang
membuat kita yakin atau malah meragu.
Di momen inilah kita perlu mengasah
kepekaan diri, mendengar apa kata hati.
Menutup mata sementara atas segala
keinginan duniawi dan mempertimbangkan
tujuan akhirat akan membantu kita untuk
lebih menemukan jawaban.
Nah, soal istikharah seberapa penting sih kita
melakukannya? Penting banget!
Sejatinya menikah adalah bagian dari ibadah
kita pada Allah, kita tidak tahu akan seberapa
kuatkah rumah tangga kita berlayar, hanya
Allah yang tahu.
Istikharah merupakan bentuk upaya kita
berpasrah pada Allah, meminta petunjuk-Nya
agar kita tidak salah melangkah.

81
Jika kita coba meresapi doa istikharah,
keikhlasan kita untuk menerima apapun
menjadi kunci agar kita bisa menemukan
petunjuk-Nya.
Berapa kali perlu istikharah?
Sebanyak-banyaknya, malah yang pernah kami
dengar istikharah bisa kita lakukan terus
menerus hingga menjelang proses akad.
Kenapa? Tidak lain untuk meminta bimbingan
dan keyakinan bahwa dialah jodoh yang baik.
Nah, soal istikharah seberapa penting sih kita
melakukannya?
Petunjuk dari istikharah itu bermacam-maca,
yang pasti kamu jangan sampai terpaku hanya
pada mimpi. Justru ia dapat dibelokkan oleh
kecenderungan hati dan tipu daya syaiton.
Bisa jadi, jawabannya hadir melalui hati. Bisa
juga dari orang-orang atau kejadian sekitar
yang membuat hati kita kian mantao ata
malah meragu.
Kalau muncul pernyataan dalam hati, “Wah,
setelah lihat CV beliau saya merasa cocok visi
misinya.”

82
“Setelah berdiskusi dengan orang tua dan
mendengar jawaban mereka, saya merasa
lebih mantap.”
“Setelah bertanya ke orang terdekatnya, saya
merasa lebih yakin.”
dan sejenisnya...
Bisa jadi, itu petunjuk dari Allah atas
istikharah kita. Tapi jika sebaliknya, bisa jadi
pula itu petunjuk Allah agar kita dijauhkan
dari masa depan yang tidak baik.
Mempertimbangkan calon pasangan memang
bukan perkara mudah. Namun, dengan terus
meminta bimbingan Allah dan mengasah
kepekaan hati, insya Allah Dia pun akan
menuntun mana calon yang baik dan
menunjukkan mana calon yang buruk untuk
masa depan kita.
Wallahu‟alam …

83

Usai sudah ebook ini kalian baca, tapi nggak usah
sedih gitu ya… sebab nanti bakal hadir lagi ebook
terbaru dari Samawaya selanjutnya.
Nah, biar kamu nggak ketinggalan kabar terbaru
dari komunitas ini, yuk gabung bareng di grup
WhatsApp kami. Dijamin deh, bakal memperluas
lingkaran pertemanan kamu.

Oiya, jangan lupa bantu kami untuk membagikan


ebook ini kepada lebih banyak orang melalui link
www.samawaya.com
Inget ya, jangan share file ebooknya langsung
tetapi cukup dengan membagikan link di atas. Biar
aman dari virus dan mereka nanti juga bisa kenal
dengan Samawaya.
Terakhir, ada give away nih buat kamu semua. Cek
di halaman berikutnya ya. Daaaaa…

84
Halo semua, sebelum berpisah kita bakalan bagi-
bagi hadiah keren berupa 2 gamis dan 3 baggy
pants untuk kamu follower setia Samawaya.
Caranya gampang banget kok…
 Follow akun IG @samawayadotcom
 Follow akun IG @dewahape
 Follow akun IG @uni_corn.food
 Bagikan di story kamu, postingan instagram
@samawayadotcom tentang GIVE AWAY ini

Pemenang 5 orang beruntung akan diumumkan


di instagram Samawaya pada tanggal 31 Januari
2020. Buruan ikutan ya…

85

Anda mungkin juga menyukai