Anda di halaman 1dari 511

7

ir
rum rt
fl
W nw* fI \

FI

Musthafa al-'Adawy
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -- vii


PEMBUKAAN -- 1
. PRINSIP DASAR KEBERHASILAN DALAM BERGAUL DENGAN
KAUM MUKMIN -- 18
I. Pengawasan Allah dan Berbuat untuk Menggapai Ridha-
Nya -- 18
Sedekah -- 18
Perdamaian di MasYarakat -- 19
Sabar dalam BermasYarakat -- 19
Bersaksilah karena Allah -- 20
Attah Selalu Melihat Perbuatan Anda -- 25
Agar Anda Tidak MenYesal! -- 27
U. Sesungguhnya Orang-orang Mukmin Itu Bersaudara -- 28
III. Mengkaji al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Lebih Dalam -- 32
IV. Memohon Petunjuk kepada Allah -- 33
Perkara-perkara yang Menyebabkan Rasa Cinta -- 35
Beriman dan Berbuat Baik -- 36
. MENYEBARKAN SALAM -- 38
Beberapa Bentuk Kalimat Salam -- 41
Adab Salam -- 42
Larangan Tidak Menyapa Lebih dariTiga Hari '- 45
. HADIAH -- 47
Aniuran Memberi Hadiah -- 48
Aniuran Menerima Hadiah -- 49
Menerima Hadiah dari Kaum WanitaT -- 50

Fikih Akhlak | ,ii


Jangan Menarik Pemberian! -- 50
Saling Memberi Hadiah antara Suamidan Istri -- 52
Menerima dan Memberi Hadiah kepada Orang Musyrik (Non-
Muslim) -- 53
Memberi Hadiah kepada Orang Musyrik -- 53
Hadiah yang Tidak Boleh Ditolak -- 54
Larangan Memberi Hadiah dan Kapan Hadiah ltu Tidak Boleh
Diterima -- 55
. BERBUAT BAIK DAN MEMAAFKAN -- 62
Memberi Maaf dan Berbuat Kebaikan Termasuk Karakter
Rasulullah s.a.w. -- 64
. KEADILAN DAN KEMULIAAN .. 65
. MEMBELA DIRI -- 67
Doa Rasulullah s.a.w. -- 73
Doa Para Sahabat atas Orang yang Zalim kepada Mereka: -- 75
Jangan Melampaui Batas dalam Membalas! -- 78
. TIDAK ADA KATA SAIXH BAGI OMNG YANG BERBUAT BAIK -- 79
Katakan Cinta ltu -- 79
Tolonglah Orang Lain! -- 80
. TIDAK MENGHAMPKAN MILIK ORANG LAIN -- 82
. MEREKA JUGA MANUSIA! -. 90
Ada dari Mereka yang Gila Hafta dan Suka Menimbunnya -- 92
Hukum yang Dijalankan terhadap Mereka: -- 94
Mereka Orang-orang Mulia dan Beberapa Perkara Terjadi
pada Mereka: -- 95
. MENYENANGKAN HATI ORANG LAIN -- 1OO
. MENJAGA PERASAAN ORANG LAIN DAN MENGHARGAI
KEMAMPUANNYA -- 106
Mempertimbangkan KondisiOrang Lain: -- 108
Nabi Menjaga Perasaan Umar r.a.: -- 709
Menghargai Kemampuan Orang Lain: -- 116
Mernyingkatkan Shalat karena Tangisan Bayi dan Orang
Renta: -- 118
. JANGAN CIPTAKAN KERAGUAN PADA ORANG LAIN -- 120
Dalam Berbisik-bisik: -- 120
. DIA ADALAH SHAFIYAH! -- 123

viii I ritin Akhlak


. TENTANG FATWA .- L25
Para Sahabat Meneladani Rasulullah s.a.w. -- 126
. SEGALA SESUATU PUNYA HAK -- 128
. KASIH SAYANG DAN RENDAH HATITERHADAP ORANG-
ORANG MUKMIN -- 131
Ketegasan dalam Hukum -- 135
. ETIKA PERGAULAN -- 136
Mengingatkan dan Takut kepada Allah -- 136
Orang yang akan Berbuat Jahat Diingatkan kepada Allah -- 139
Ketika Terjadi Permusuhan Ingatkan kepada Mereka Allah -- 140
Selalu Menyebut Allah -- 140
Ingatlah Akhirat -- 142
. SEDIKIT BICARA DAN MENGHINDARKAN DIRI DARI KESIA-
SIAAN -- L46
. SETIAP KATA ITU PASTI TERCATAT.- 148
Jangan Terlalu Banyak Bertanya, Kecuali Memang
Diperlukan -- 151
. MENAHAN DIRI DARI BERBICARA YANG TIDAK PERLU -- L52
. ASAL BICAM -- 155
o IANGAN TERIEBAK DALAM POLEMIK -- 156
. DEBAT DEMI KEBENARAN -- 158
o KATA-KATA YANG BAIK -- 159
o KATA-KATA PEDAS DAN KASAR -- 163
o RENDAH HATI DAN TIDAK ANGKUH DALAM BERBICAM -- 166
o WAJAH BERSERI -- 168
. JANGAN MENGANGGAP DIRI ANDA SUCI! -- 1.70
Etika Menjawab -- 171
Etika Menolak -- 172
Berbicara dengan Masyarakat -- 173
. MENDAHULUKAN YANG LEBIH PENTING -- L74
. PENDAHULUAN DALAM BERBICARA -- 176
Memulai Pembicaraan dengan MemujiAllah -- 178
Mempersiapkan Mental Pendengar -- 178
. BISMILGHIRRAHMANIRRAHTM DI AWAL SURAT -- 180

Fikih Akhtak I *
. PEMBUKAAN YANG SESUAI DENGAN ISI PEMBICARMN -- 181
. MENYENANGKAN ORANG LAIN DENGAN MEMBERI
PETUNJUK YANG LEBIH BAIK -- 182
. ETIKA MEMBERI NASEHAT -- 183
. SEJUMLAH CARA UNTUK MEYAKINKAN ORANG LAIN -- 185
Contoh Kongkret dalam Pergaulan -- 187
Menyenangkan Hati Lawan Bicara -- 188
. MEMILIH KATA-KATA (YANG DIUCAPKAN) -- 190
. MEMANGGIL DENGAN PANGGILAN YANG
MENYENANGKAN -- 193
. MEMPERTIMBANGKAN KADAR NALAR ORANG LAIN -- 194
Rahasiakanlah Sebagian Pembicaraan Anda -- 195
. MENJAGA KEHORMATAN WAKTU, TEMPAT DAN MANUSIA -- 196
. RENDAHKAN SUARAANDA KETIKA BERBICARA DENGAN
ORANG YANG TERHORMAT.- 198
. JANGAN MENGULANGI KATA-KATA YANG MENGGUGAH
KESEDIHAN -- 199
. ETIKA BERBICARA TENTANG ALLAH -- 2OO
. MENARIK PERHATIAN PENDENGAR -- 2OI
Menarik Perhatian dengan Melontarkan Pertanyaan -- 201
. ]ANGAN MEMBUAT ORANG LAIN ]AHAT KARENA UCAPAN
ANDA -- 205
. JANGAN MENGERASKAN UCAPAN BURUK -- 206
. ]ANGAN BIASAKAN LISAN.ANDA DENGAN CACIAN DAN
LAKNAT -- 208
. ]ANGAN MENDAHULUI OMNG TUA DALAM BERBICAM -- 210
. BERPALINGLAH DARI ORANG-OMNG BODOH -- zTL
. KONSISTEN DALAM BERSIKAP -- 2T2
. PEMILIK HAK PUNYA HAK BICARA -- 214
. BERSABARTERHADAP KATA.KATA PEDAS ORANG YANG
MULIA -- 2T6
. MENGULANGI PEMBICARAAN -- 217
. INSYAALLAH -- 2L9

x I
I

Fikih Akhlak
. JANGAN MEMPERSULIT DIRII -- 227
. JANGAN SERING BERSUMPAH -- 223
. JANGAN MEMINTA DENGAN CARA MENDESAK -- 225
. JANGAN MELARANG SESUATU, TAPI ANDA JUSTRU
MELAKUKANNYA! -- 226
. JANGAN MENGUMBAR KATA-KATA KETIKA ANDA SEDANG
MARAH -- 229
. MENGHIBUR KETIKA DIBUTUHKAN -. 231
. JADIKANLAH KEJUJURAN SEBAGAI KEBIASAAN! -- 232
. TENTANG SINDIRAN -- 235
. MEMAHAMI KATA-KATA ORANG LAIN -- 238
. MEMBACA KITABULLAH UNTUK MENCARI PENJELASAN
TENTANG ETIKA BERINTERAKSI -- 240
. ARGUMENTASI YANG MEMUKAU -- 245
. ETIKA BERBICARA DENGAN WANITA -- 247
. UCAPAN YANG BAIK ADALAH HIDAYAH DARI ALLAH -- 257
. xerAmru AL-MAJrls (pENGHApus DosA DALAM
PERTEMUAN) -- 252
. JADIKAN HADIS-HADIS BERIKUT SEBAGAI PEDOMAN ANDA
BERGAUL DENGAN ORANG LAIN -- 253
. MEMPERHATIKAN KONDISI DAN KAMKTER MASYAMKAT -- 256
Cara Berinteraksidengan Ulama -- 257
. ORANG ALIM -- 258
. CARA BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG LEMAH DAN
ORANG-ORANG MISKIN -- 263
. PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG TAKWIL AYAT KHUDZ
AL-AFWA WA U'MUR BI AL-'URFI WA A'RIDH 'AN AL-
ilntfiN (es. AL-A'RAF: L99) -- 27o
. BERSIKAP RAMAH -- 274
. MENGHINDARI GOSIP -- 276
. MENEMPATKAN ORANG LAIN SESUAI POSISINYA -- 280
Menghormati Anak Kecil -- 282
. HAK ORANG TUA -- 283

I
I

Fikih Akhlak xi
Tahu Diri -- 284
. MEMPERHATIKAN KONDISI DALAM MEMILIH TOPIK
PEMBICARAAN -- 286
. JANGAN MEMANDANG KESALAHAN ORANG LAIN -- 287
Nabi Musa a.s. -- 290
Tutupi Kesalahan Orang lain! -- 291
Tutuplah Aib Anda! -- 292
. MENGA]AK MANUSIA UNTUK BERBUAT BAIK -- 293
Contoh-contoh dalam al-Qur'an -- 293
. ORANG MUKMIN TIDAK AKAN TER]ERUMUS DUA KALI
DALAM SATU LUBANG -- 297
. JANGAN MERENDAHKAN ORANG LAIN! -- 298
Ancaman Keras bagiOrang yang Melukai Perasaan Orang
Lain -- 302
Jangan Mengutuk! -- 303
Jangan Berprasangka Buruk terhadap Kaum Mukminin '- 306
. GHIBAH (MENGGUNIING) -- 308
Jangan Menggunjing Orang-orang Mukmin -- 308
Jangan Sia-siakan Kebaikan Anda -- 308
. MENGADU DOMBA (NAMIMAH) -- 311
Kapan Dibolehkan Ghibah? -- 314
Dalil-dalil-- 314
Dalam Kaitan dengan Kepentingan llmum Kaum Muslimin -- 316
Jangan Menggunjing Orang yang Sudah Mati -- 317
. KEBERANIAN ITU TERPU]I, TETAPI ... -- 319
Nabi Selalu Berlindung kepada Allah dariSifat Pengecut -- 325
Ja'far r,a. dan KeberaniannYa -- j26
Si Pedang Allah, Khalid ibn Walid -- 327
Abu Dujanah -- 327
Tsabit ibn Qais ibn SYammas -- 327
Miqdad ibn Aswad r.a. (Putra Amir r.a.) -- 328
Berbeda Halnya dengan Abu Bakar r.a. -- 331
Amru ibn Abasah r.a. '- 331
Berbeda Halnya dengan Abu Dzar r.a. -- 332
Kenyataan HiduP Kita -- 334

xii I
I

Fikih Akhlak
. NASEHAT KEPADA SESAMA KAUM MUSLIMIN -.337
. PERTAUTAN ANTARA BUDI PEKERTI, MAWAS DIRI DAN
IMAN --339
Iman dan Budi Pekerti -- 342
Kontrolyang Lain -- 345
Surat kepada Penanggung Jawab -- 347
Sifat-sifat Penanggung Jawab -- 352
Jauhilah Sifat-sifat yang Buruk -- 358
Dosa Pemimpin yang Culas -- 359
. INTERAKSI PEMIMPIN TERHADAP RAKYAT -- 360
. JADILAH ORANG YANG TERPERCAYA DAN BERMANFMT -- 363
. BERMUSYAWARAHLAH! -- 366
Menerima Masukan dariOrang Muda -- 368
. MEMILIH PEKERJA (PEGAWAI) -- 370
Bolehkah Mempekerjakan Orang Kafir? -- 379
Jangan Sombong dan Angkuh terhadap Bawahan! -- 379
Iringi Perbuatan Baik ltu dengan Tutur Kata Baik -- 380
Jangan Menganiaya Orang Lain! -- 381
Balasan Kezaliman -- 384
Berikan Upah Pekerja Sebelum Keringatnya Kering -- 385
Contoh Mulia dalam Menjaga Hak Orang Lain -- 385
Memperhatikan Pegawaidan Kondisi Rakyat -- 386
Ibnu Taimiyah Mengatakan: -- 388
. JANGAN MENYULITKAN RAKYAT -- 393
Pemimpin Harus Menguji Kesabaran Bawahannya -- 394
Pemimpin Harus Memilih Bawahan yang Terbaik -- 394
Pemimpin Harus Membuat Kriteria bagi Pengikutnya -- 395
Jangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain! -- 395
. PARA PENANGGUNG JAWAB DAN BANTUAN -- 397
Awas Suap (Risywah)! -- 397
Memilih Wakil -- 400
Pemimpin Harus Mementingkan Akhirat dan Terhindarnya
Bawahan dari Neraka -- 400
Ramah kepada Pembantu -- 401
Jangan Memukul Wajah Pembantu atau Pegawai! -- 402

Fikih Akhlak | -iii


Mendidik Pembantu -- 402
Berat RingannYa Balasan -- 403
. PRINSIP PENGHARGAAN DAN HUKUMAN -- 406
. JANGAN MARAH! -- 408
Jangan Mengeluarkan Keputusan ketika Anda Sedang
Maiah, Lelah dan Tidak Menguasai Permasalahan -- 410
. ..JANGAN MINTA ]ABATANI' -. 4L3
. ..KAMI TIDAK MEMBERIKAN JABATAN KEPADA ORANG
YANG BERAMBISI.' -.4L4
. MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR SEMUA RAKYAT
BERSATU -- 4L5
. DAMAI ITU INDAH -- 416
Bermusuhan adalah Tercela dan Dibenci -- 416
Ayat-ayat yang Menganjurkan Perdamaian -- 418
Usaha Nabi s.a.w. dalam Mendamaikan -- 418
Keseriusan Para Sahabat dalam Menciptakan Perdamaian -- 419
Dibolehkan Berbohong untuk Mendamaikan -- 420
Orang-orang Yang Reta Mengorbankan Hak Mereka untuk
Kedamaian -- 421
Lakukan Perdamaian SelagiAnda Berkuasa atas Urusan
Anda -- 424
Perdamaian antara Kaum Muslimin dan Orang-orang
Kafir -- 426
Mempermudah Orang yang Punya Utang -- 426
WahaiOrang Yang Berutang! -- 428
. DAMPAK POSITIF PERCAYA (IMAN) KEPADA TAKDIR -- 43L
Mataikat Diperintahkan Menuliskan Rezki seseorang sejak di
dalam Perut lbunYa -- 433
JanganMencelaorangyangPernahMelakukanPerbuatan
Dosa yang Bertobat -- 434
. SILATUMHMI DAN DAMPAKNYA TERHADAP HUBUNGAN
KERABAT DAN ORANG LAIN -.436
Menialin Persaudaraan dengan Orang yang
MemutuskannYa -- 441
. SALING MENGHIBUR DAN TURUT MERASAKAN DUKA
SESAMA -- 445

*iv I t,n,n Akhtak


Menyenangkan Orang dengan Memberi Uang -- 446
Sejumlah Hadis yang Menganjurkan Kita untuk Menghibur
Sesama -- 448
Kebaikan Orang-orang Anshar yang Selalu Dikenang
Rasulullah -- 453
Orang-orang Muhajirin pun Juga Melakukan Kebaikan -- 454
Rasulullah Memuji Kabilah Asy'ari Karena Mereka Saling
Peduli -- 457
Menyenangkan Orang-orang yang Lemah dan Miskin -- 457
Menyenangkan Orang-orang yang Singgah, Orang Asing dan
Orang-orang yang Sedang dalam Perjalanan -- 458
Berkunjung Karena Allah -- 459
Cara dan Etika Berkunjung -- 460
Hukum Seorang Laki-laki Mengunjungi Perempuan -- 461
MenghormatiTuan Rumah -- 463
Jangan Menyulitkan Tuan Rumah -- 463
Menjenguk Orang Sakit -- 464
Keutamaan Menjenguk Orang Sakit -- 466
Hukum Seorang Laki-laki Menjenguk Perempuan -- 466
Menganjurkan Orang Sakit untuk Bersabar -- 467
Bolehkah Makan atau Ninum Ketika Menjenguk Orang
Sakit? -- 473
MENGHIBUR ORANG YANG DITINGGAL MATI -- 474
MENYENANGKAN PARA JANDA DAN ANAK YATIM -- 480
MENGHIBUR WANITA YANG DICEMI -- 483
MENGHIBUR MANUSIA DENGAN PAHALA AKHIRAT -- 484
TENTANG MINTA IZIN -- 485
Jangan Menguping! -- 488
MEMULIAKAN TAMU -- 492
Bahkan Tamu yang Kafir pun Punya Hak! -- 494
Hukum Menyuguh Tamu -- 497
MENJAGA DAMH, HARTA DAN KEHORMATAN ORANG MUS.
LIM -- 502
LAMNGAN MENTEROR ORANG-ORANG BERIMAN -- 505
Siksa dan Balasan bagi Pembunuh -- 506

Fikih Akhlak I ."


PEMBUI(AAN

Segala puji kita sanjungkan hanya kepada Allah. Kepada-Nya


kita memohon pertolongan, ampunan dan petunjuk. Kepada-Nya kita
berlindung dari segala kejahatan diri kita dan keburukan perbuatan
kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, niscaya tidak akan ada
yang mampu menyesat-kannya; barangsiapa disesatkan oleh-Nya,
niscaya tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Wahai orang orang yang beriman, bertahwalah kepada Allah
dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kalian mati,
kecuali dalam keadaan Islam." (QS. Ali Imran: 102)
"Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan rnernperbaiki
perbuatan-perbuatan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah mertd'apat
kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzib: 70'71)
Al-Qur'an merupakan kitab suci yang paling benhr dan petunjuk
yang paling baik adalah petunjuk Nabi Muhammad. Perbuatan yang
paling buruk adalah menciptakan hal-hal baru (dalam agama) yang
tidak diajarkan oleh Rasulullah. Hal tersebut merupakan bid'ah dan
segala bentuk bid'ah adalah sesat. Neraka adalah tempat bagi segala
kesesatan.
Tak diragukan, setiap rnukmin berkeiqginan menjadi orang yang
dicintai oleh Penciptanya dan oleh makhluk-Nya. Seorang mukmin

Fikih Akhlak I
ingin menjadi orang yang terhormat di dunia dan di akhirat. Dia
berkeinginan untuk menjalani hidup dengan baik di dunia, sehingga
dapat menuai pahala di akhirat sebaik perbuatan yang dia kerjakan'
Seorang mukmin mendambakan karunia lidah yang jujur,
sebagai-mana yang disabdakan oleh Nabi Ibrahim a.s, "Jadikanlah
untukku lisan yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian
hari." (QS. Asy-Syu'ar6': 48)
Seorang mukmin mengharapkan selalu disanjung di dunia oleh
manusia dan menuai pahala besar dan sanjungan yang baik di akhirat.
Seorang mukmin mendambakan kebaikannya dikenang di bumi dan
disebut-sebut di akhirat. Semua ini bukan hal yang tercela bagi seorang
mukmin dalam kehidupan beragamanya, bahkan ini merupakan
kebajikan yang ada dalam agama ini.
Orang-orang yarrg beriman mengatakan, "Wahai Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di d.unia dan kebaikan di ahhirat dan
lindungilah kami dari siksa neraka." (QS. Al.Baqarah: 201) Isa a.s.
adalah, "Orang terkemuka di dunia dan akhirat d,an termasuk orang
yang didekatkan (kepada Allah). (QS. Ali Imran: 46). Ibrahim a.s.
berkata, "Jadikanlah untukku lisan yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kernudian." (QS. Asy-Syu'ar6': 48)
Allah mencintai sebagian hamba-Nya itu. Begitu pula Jibril dan
para penghuni langit mencintai mereka, sehingga Allah melimpahkan
cinta bagi mereka dan akan mereka akan memperoleh sambutan yang
hangat di bumi.
Semua itu dapat diperoleh dengan karunia Allah dan budi pekerti
luhur yang dilimpahkan oleh Allah kepada seorang hamba. Dengan
demikian, dia akan mendapatkan posisi tertinggi pada hari Kiamat dan
meqjadi pemimpin bagi anak-anak Adam. Dialah Rasulullah s.a.w.,
sosok manusia yang memiliki budi pekerti paling luhur.
Allah telah menegaskan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. memiliki
budi pekerti agung Img, "NOn. Demi pena dan apa yang mereka tulis.
Berkat nikmat Tuhanrnu, enghau (Muhammad) sekali-kali bukan gila.
Sesungguhnya bagi enghau pahala yang besar yang tidak putus putus.

L,*n Akhrak
ji'r

o
Engh,au benar-bena) berbudi pekerti yang luhur." (QS. N'Qalam: 1-
4)
Allah juga sangat memuji Nabi Muhammad s.a.w. dalam firman-
Nya, "Sebob rahmat dari Allah lah enghau berlaku lemah-lembut
terhadap mereha. Jika engkau kasar dan keras hati, niscaya rnereka
akan nteninggalkanmu." (QS. Ali Imran: 159)
Dijelaskan juga oleh Allah tentang keluhuran kasih sayang Nabi
*sesungguhnya telah datang hepada kalian
s.a.w. terhadap umatnya,
seorang Rasul dari kaum halian sendiri. Berat serasa olehnya
penderitaan kalian. Dia sangat menginginkan (keimanan dan
heselamatan) bagi kalian dan dia amat belas kasihan lagi pengayang
terhadap orang-orang mukmin." (QS. At'Taubah: 128)
Allah menggambarkan sosok Nabi s.a.w. dan pengikutnya dalam
frrman-Nya, "Muhanl,mad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersarnanya adalah orong-orang yang keras terhadap or@ng-ora'ng
h,afir dan sayang terhadap sesarna mereha.'(QS. Al'Fath: 29)
Allah menganjurkan agar Nabi bersikap rendah hati terhadap
orang-orang mukmin, "Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang tnengiku-timu, yaitu orang-orang yang berimaz." (QS. Asy'
Syu'ar6':48)
Dalam diri Rasullullah sudah tprkumpul sifat-sif4t b-1k, seperti
rasa malu, murah iati, keberanian, kejujuran, kesungguhan,
keramahan, kelembutan, kebersihan, dan lain-lain. "

Dalam ShabtbMusllnz, Aisyah r.a. pernah ditanya tentang budi


pekerti Nabi s.a.w. Aisyah menjawab, "Budi pekertinya al-Qur'an-"Satu
gambaran ringkas dan jelas yang dikatakan oleh Aisyah r.a. tentang
Rasulullah s.a.w.
o

Kepribadiannya adalah al-Qur'an yang "Memberi petunjuk ke


jalan yang lebih lu.rus." (QS. Al-Isr6': 9) dan "Yang memberi petunjuk
kepada kecerdasan " (QS. Al*Iin: 2)
Kepribidiannya adalah al-Qur'an yang merupakan kitab suci
Tang tidak ada keraguan di dalamnya dan rnerupakan petunjuk bagi
orang-orang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2) Sebuah kitab suci yang

Fikih Akhlak I
Allah tidak akan menyisipkan kesia-siaan di dalamnya. "Sesungguhnya
al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia yang tidak tersentuh oleh
kebatilan, baik dari depan rnaupun d.ari belahang. (Dia) yang
diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji." (QS.
Fushshilah 4l-42)
Kitab suci ini telah merangkum dengan baik seluruh dimensi
akhlak mulia dan merangkainya dalam rangkaian yang sempurna, di
mana Rasu-lulllah s.a.w. telah menjalankannya dan menerapkannya
dengan sebaik-baiknya.
Wajib bagi kita untuk mememahami dan menghayati isi Kitab
Suci ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, "Ini adalah Kitab
yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah, agar orang-
orang yang berahal memperhatikan dan menghayati ayat-ayatnya."
(QS. ShAd:29)

Kita juga harus memperhatikan sejarah hidup Rasulullah s.a.w.,


meneladaninya dan menaatinya. Allah berfirman, "Sesungguhnya pada
(diri) Rasulullah terdapat suri teladan yang baih bagi kalian, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebaikan) hari
Kiamat dan banyak mengingat Allah.'(QS. Al.Ab,zdbt 2l) "Jika
kalian taat kepad,anya, maka kalian akan menda-pat petunju&." (QS.
An-Ntr: 54) Dengan demikian, bagi orang yang ingin menghiasi
dirinya dengan akhlak-akhlak mulia, dia harus melihat perjalanan
hidup Basulullah s.a.w. dan mengikutinya.
Pada masa awal dakwahnya, Rasulullah menyerukan tauhid dan
diiringi dengan seruan budi pekerti yang mulia. Ahmad dan Bukhari
(al-Adab al-Mufrad) meriwayatkan hadis Abu Hurairah r.a. bahwa
Nabi s.a.w. bersabda,

.i&ilr i:K ;iu.-dl


"Sesungguhnya aku diutus untuk nxenyernpurnakan kemuliaan
budi pekerti."
Dalam riwayat yang lain, "Sesungguhnya aku diutus untuk
meny ern-purnakan keb aikan b udi pekerti."

L,n,n Akhrak
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abu Dzar berkata
kepada saudaranya ketika mendengar misi kenabian Muhammad
s.a.w., "Naiklah ke lembah ini dan dengarkanlah apa yang dia katakan."
Kemudian saudaranya itu kembali dan berkata, "Aku melihatnya
menyuruh untuk berbudi pekerti yang luhur."
Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah juga berkata,

i:V i:V3 & Wi 6ts;*4t ;sl


tbe.q.
"Orang muhmin yang paling sefiLpurna imannya adalah orang
yang paling baik akhlahnya. Dan orang yang paling baik di
antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap kaum
wanitanya (istri, saudara wanita atau anak-anak wanita)."
Dalam riwayat Abdu ibn Hamid (al-Muntakhab), Tirmidzi, Abu
Daud dan Ahmad menjelaskan keutamaan budi pekerti yang luhur
dan pahalanya, bahwa "Dalam timbangan tidak ada yang lebih berat
dari budi pekerti yang luhur."
Dalam beberapa tambahan yang sahih dari Tirmidzidanlainnya,
hadis ini berbunyi,

t'.6t fu,
u r'' * *r! :,4 q'Ft Lr.
"sesungguhnya derajat orang yang berbudi pekerti luhur
mencapai derajat ahli puasa dan shalat."
Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang berkata, "Aku
men-dengar Muhammad s.a.w. bersabda,'Sesungguhnya orang
mukmin, dengan budi pekerti luhurnya, akan mencapai derajat orang
yang puasa dan shalat."
Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
"Perbuatan baik adalah budi peherti yang baik."
Rasulullah s.a.w. bersabda pula,

Fikih Akhlak I
a

,
i$f o

l--La. q
-l

r*:/'J
oz

UY'&tA oL

iri uuif 'kci


, 4 lt z , .

ilLJ |t'I €'ni:' ;y 5J


uu l-
Jz ()c
ti Uti d ot"6i ut3,t
'
;"J
\J-
,i t',

t3 ro:JAt) ojrvTt ta, b /a


djr
)
J-rs
z

,tjff.it Ju..r
"sesungguhnya orang yong poiing aku cintai di antara halian
d.an y;ng paling d,ekat tempat d.ud,uknya ilenganku pad.a hari
Kiarnat adalah orang yang paling .luhur budi pekertinya.
Sedangkan orang yang paling tidak aku sukai dan paling jauh
tempat duduknya denganku pada hari Kiam.at adalah orang
yang banyak bicara, lebar mulutnya dan yang sombong. " Mereka
berkata, "'\Mahai Rasulullah, kami mengerti maksud orang yang
banyak bicara (ats-tsartsd,rtr.n) dan bermulut besar (al-
mutasy addiqtt n). Namun, apa arti al mutafay hiqtt n? Beliau
-

mej awdb, " O rang - orang y ang so mb o ng." Hadis ini diriwayatkan
olehTirmidzi.' '
Tirmidzi mengatakan bahwa tiartsd,r artinya adalah banyak
bicara darr mutasyaddiq artinya "adalah yang bermulut besar di
"
hadapan orang lain. ' n .
**"d meriwayatkan dari Aisyah r.a. , "Rasulullah bersabda,
., or,
o, ol? / /..o1 oot' ll, ,. ol o, to
f q b dbet $t ,ylt U U 4h.*
GPet
uL
?. t o t .It t o t , o,. a", t'
ttrlr:;;r dl'.Jt ;;;i f )t ila, ;/-$\ $!nr
l;fir €. )tn"/, ,l3tr lt:,:X
'Barangsiapa rnemberikan kelembutan, berarti dia telah
diberikan kebaikan di dunia dan akhirat.
-'*.1
Menjalin persauda-
r

L,*n Akhrak
raan, budi pekerti luhur dan bertetangga dengan baik, akan
mensejahterahan rnasya-rakat dan rnemperpanjang u,rnur'.'
Dalam Bukhari dan Muslim, Nabi menjelaskan bahwa kebajikan
itu-setelah ketakwaan kepada Allah-terdapat dalam budi pekerti
yang luhur, "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang
yang paling baih budi pekertinya.
Nabi s.a.w. ditanya, "Wahai Basulullah, apakah yang paling baik
dari apa yang diberikan kepada manusia?" Beliau menjawab, "Budi
pekertiyang luhur." Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Budi pekerti memiliki pengaruh yang besar dalam dakwah di
jalan Allah dan sangat berpengaruh positif pada diri orang yang
menjadi obyek dakwah. Apabila seseorang memiliki modal keluhuran
budi pekerti, maka dakwahnya akan lebih bermanfaat dan lebih mudah
diterima oleh masyarakat. Karena itulah Rasulullah s.a.w. menanam-
kan modal akhlak pada awal dakwahnya, yaitu berupa kejujuran dalam
berbicara. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, beliau berkata kepada
kaum musyrikin, "Bagairnana pendapat kalian jika aku mengatakan
bahwa ada pasukan berkuda yang akan muncul dari belakang gunung
ini, apakah kalinn percaya padaku?" Mereka menjawab, "IGmi tidak
pernah menemukan engkau berbohong."
Allah pun telah berfirman, "Andai engh,au bersikap kasar dan
kerasa hati, niscaya mereka akan rnenjauhkan diri darimz." (QS. Ali
Imran:169)
Muslim menceritakan bahwa Anas ibn Malik r.a. berkata, "Ketika
kami sedang bersama Muhammad s.a.w., seorang badui datang lalu
kencing di masjid. Para sahabat mengusirnya. Rasulullah s.a.w.
kemudian berkata, 'Jangan halian hentikan dia, biarkanlah!'Mereka
membiarkannya hingga menyelesaikan kencingnya. Rasulullah
memanggil orang badui itu dan berkata kepadanya,'Sesungguhnya
rnasjid-masjid tidak dibenarkan untuk dikencingi atau dikotori,
karena rnasjid-rnasjid itu untuk menyebut narrla Allah, shalat dan
membaca al-Qur'an.' Kemudian Rasullah memerintahkan seseorang
untuk mengambil seember air lalu menyiramnya."

Fikih Akhlak I
Perhatikan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Muawiyah
ibn al-Hakam as-Silmi r.a., ia berkata, "Ketika aku shalat bersama
Rasulullah s.a.w., tiba-tiba seseorang dari kaum bersin. Lalu aku
berkata, Yarbamukallah.' Kaum tersebut memandang ke arahku.
Akupun berkata,'Celakalah aku! Mengapa kalian melihatku?' Mereka
lalu memukulkan tangan mereka ke paha. Ketika aku melihat mereka,
mereka menyuruhku diam, dan aku pun diam. Sungguh, aku tidak
pernah melihat orang yang lebih baik dari Nabi dalam mengajarkan
sesuatu; tidak membentak, tidakmemukul dan tidakjuga menghardik.
Beliau berkata, 'Sesungguhnya di dalam shalat tidak dibenarkan
adanya kata-kata, kecuali tasbih, takbir dan bacaan al-Qur'an'."
Heraclius bertanya kepada Abu Suftan tentang Rasulullah s.a.w.,
"Apa yang dia perintahkan kepada kalian?" Abu Sufyan menjawab,
"Beliau meme-rintahkan, 'Sembahlah Allah semata dan jangan
menyekutukan-Nya. Tinggal-kan ajaran nenek moyang kalian.' Beliau
juga memerintahkan kami untuk melaksanakan shalat, jujur, menjaga
harga diri dan menjalin persaudaraan."
Sebelumnya Heraclius bertanya kepada Abu Suftan, "Apakah
kalian menuduhnya berbohong sebelum dia mengatakan apa yang
telah ia katakan?" Abu Sufran menjawab, "Tidak pernah!" "Apakah
dia berkhianat?" Dia menjawab, "Tidak pernah!"
Lalu Heraclius berkata kepada Abu Sufran, "Seandainya apa
yang engkau katakan adalah benar, tidak lama dia akan menguasai
tempat kakiku ini. Aku tahu bahwa dia akan datang, namun aku tidak
mengira dia berasal dari kalian. Seandainya aku mengetahui bahwa
aku akan selamat sampai kepadanya, maka aku memilih untuk
menemuinya. Jika aku berada di sampingnya, niscaya aku akan
membasuh kakinya." Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari.
Lihatlah pengaruh dari budi pekerti yang luhur, yaitu tauhid,
shalat, kejujuran, menjaga harga diri dan menjalin persaudaraan!
Karena keutamaan dan pahala besar yang ada dalam budi pekerti
luhur, maka ibadah, pergaulan dan tradisi selalu dihiasi dengan akhlak
yang baik. Setiap ibadah yang hanya untuk mendekatkan diri kepada

L,*,n Akhrak
Allah, pasti dihiasi dengan budi pekerti yang luhur. Begitu juga dalam
interaksi dengan orang lain, juga dianjurkan untuk berbudi pekerti
yang luhur. Dan tradisi yang disahkan oleh Islam, pasti dimahkotai
dengan budi pekerti luhur pula.
Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda tentang
shalat,

a /O

#t cte /
4:.\*JtJ ;tiLst iy l;:"-v aluur
I
p.'c-r) litI
I

)v
jtj
"Jika kalian mendengar iqamat, rnaka pergilah untuk shalat
dengan tenang."
Dalam hadis lain dari Bukhari, "Jiha kalian pergi shalat, maka
lahu-kanlah dengan penuh ketenangan."
Pengaruh positif dari shalat ditegaskan oleh Allah dalam firman-
Nya, "Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan
mungkar." (QS. Al-Ankab0t: 45)
Sedangkan dalam puasa, Allah berfirman, "Wahai orang'orang
yang bbriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, seperti telah
d,itetapkan atas orang-orang sebelurn kalian, agar kalian bertakusa."
(QS. Al-Baqarah: 183)
Dari Bukhari dan Muslim, Nabi s.a.w. bersabda,

lz z. z
4^rt.} 'J'otil ttcI
)-fl o{t'Jix- tr)
ot
q19 ,r tnLibt
t
f.G;\ib
c16

"PuaEa itu adalah tameng. Hindarilah naenguffLpat dan berkata


tidak senonoh. Jika seseorang memukulnya atau
naengurnpatnya, maka jawablah, 'Aku sedang berpuasa (dua
hali)'."

Fikih Akhlak I
Dari Bukhari dan Muslim, Nabi s.a.w. juga bersabda,

'tf
q.i;v ^!,'Ai i, F$ :rlt i'r, L4 t
!t,zz z t.-,1
;
*t-is urr! f{
"Barangsiapa enggan untuk tidak berkata bohong dan rnasih
rnelakukannya, maka Allah tidak akan ped,uli ahan usahanya
meninggalkan makan dan rninurn (puasanya)."
Dalam pelaksanaan haji, Allah berfirman, "Barangsiapa
menetapkan niat haji dalam bulan itu, maka tidak boleh berkata yang
tidak senonoh, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam nlasa
rnengerjakan haji." (QS. N-Baqarah: lg8)
Sedangkan dalam zakat, Allah berfirman, "Arnbilah zakat dari
sebagian harta mereha, yang dengan zakat itu engkau metnbersihkan
dan mensucikan rnereka." (QS. At-Taubah: l0B)
Allah berfirman, "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesu,atu yang
menyakitkon. " (QS. Al-Baqarah: 263)
Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
h,alian rnenghilanghan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerirna." (QS. Al-Baqarah:
2tt4)
Dalam hubungan rumah tangga, Allah berfirman, "Tdhanlah
dengan baik atau ceraikanlah dengan baik." (QS. N-Baqarah: 229)
Allah berfirman, "Pergaulilah istri-istri kalian dengan baik.,, (eS.
An-Nise':19)
Dalam hal jual beli, Rasulullah s.a.w. bersabda,

q"*fu d aa

"Barangsiapa rnelakukan kecurangan kepado karni, maka


bukan termasuk golongan kami."

,; I Fikih Akhlak
Dan beliau bersabda lagi,

t!,qoy
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam
menunai-han.t'
Dan begitu seterusnya dalam segala aspek kehidupan.
Dalam riwayat Muslim, Nabi s.a.w. bersabda,

t*L'i* l:lp / /
t'\J?
,t
,F
//glAO

& oGlt'*s iljr o!


'f:i:, iLl '"",*t
C.iJl
t*b'#) syt ar;r
)zt I o ii
4:-#) f --Ll
!!'
"
"Sesungguhnya Allah telah rnenetapkan kebaikan dalam setiap
perkara. Apabila halian berperang, rnaka bersikap baiklah
dalam berperang. Jika kalian rnenyetnbelih, maka bersikap
baiklah dalarn menyembelih; tajamkanlah pisau dan
senangkanlah hewan sembelihannya."
Perhatikanlah keutamaan budi pekerti luhur dan akhlak dalam
berbicara dengan Rasulullah s.a.w. Allah berfirman, "Sesungguhnya
orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, rnereka
itulah yang diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka
atnpunan dan pahala yang besar.'(QS. Al-Ertriur6t: 8) Segala puji
bagi Allah atas agama yang lurus, baik dan toleran.
"Agama Allah. Dan siap akah y ang leb ih b ag us dari Allah dalam
agatnanya? Hanya kepada-Nya kami menyembah." (QS. N'Baqarah:
138)
Jadi, di dalam akhlak terdapat fikih (aturan), seperi dalam
ibadah: dalam keberanian terdapat frkih, dalam rasa malu terdapat
fikih, dalam kemurahan hati terdapat fikih dan dalam semua akhlak
terdapat fikih.

Fikih Akhlak Lt
Terkadang seseorang beranggapan bahwa dirinya adalah
pemberani. Padahal sejatinya dia adalah orangyang nekat dan ngawur.
Ada juga orang merasa dirinya jujur dalam ucapan dan selalu berbicara
benar. Padahal dia sering menebar isu dan mengadu domba.
Ada juga orang yang terlalu lembut dan terlalu merend.ah,
sehingga menjadi orang yang kalah, lemah dan tak berdaya.
Bersikap keras dalam kondisi yang dibutuhkan sikap kelembutan,
termasuk sikap sembrono dan kasar. Bersikap lembut dalam kondisi
yang membutuhkan ketegasan, termasuk dari kelemahan.
Kadangkala kedermawanan seseorang sampai pada sikap boros.
Dia termasuk orang yang boros, namun dia merasa sebagai orang yang
demawan dan terpuji.
Ada juga orangyangmenganggap telah memberi manfaat kepada
orang lain dengan pujian berlebihan. Padahal sejatinya dia telah
memenggal leher orang lain dan menyembelihnya tanpa pisau.
Sebagian orang ada yang cukup dengan isyarat untuk
mencegahnya dari apa yang dia lakukan. Ada juga sebagian orang
yang membutuhkan penjelasan melalui pena dan lisan untuk
mencegahnya dari apa yang dia lakukan. Ada juga sebagian orang
yang tidak bisa dicegah, kecuali dengan pukulan dan pecutan.
Allah berfirman, "Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-
rasul Kami dengan rnernbawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keaditan) supaya manusia
dapat rnelaksa-nakan keadilan. Dan kami cipatakan besi yang yang
padanya terdapat kekuatan dan berbagai rnanfaat bagi manu.slo.,, (eS.
Al-Iladid:25)
Manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan cara yang
berbeda dalam berinteraksi dengan mereka. Agar seseorang dapat
beradaptasi dalam interaksinya dengan orang lain, maka ia harus
memahami penyakit dan obatnya. Sebisa mungkin dia harus
memahami al-Qur'an, Sunnah, sejarah hidup Rasulullah s.a.w. dan
para sahabatnya dan cara bergaul dengan Rasulullah dan dengan
orang banyak. Dia juga harus memahami kondisi orang lain dan

t2 L,n,n Akhrak
mampu meletakkan dalil dari al-Qur'an dan Sunnah secara tepat. Dia
harus mampu menyikapi setiap peristiwa dengan sikap yangbaik. Inilah
yang disebut dengan hikmah. Dan bagian dari hikmah adalah
meletakkan dalil yang benar pada tempat yang benar.
Berapa banyak orang yang cukup mengerti tentang al-Qur'an
dan Sunnah, tapi tidak mampu meletakkan dalil tertentu sesuai pada
tempatnya. Ini mirip dengan seorang apoteker yang memiliki banyak
obat, tapi dia memberikan obat yang salah kepada orang yang sakit.
Tentu orang yang sakit itu tidak akan sembuh, bahkan akan
bertambah parah penyakitnya.
Jika obat digunakan sesuai dengan petunjuk dokter yang
menguasai bidangnya, maka obat tersebut akan mampu menyembuh-
kan penyakit, dengan izin AIIah. Demikianlah orang yang mengerti
tentang al-Qur'an dan Sunnah, dia harus meletakkan dalil pada
tempatnya yang tepat. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w.
dalam riwayat Bukhari, "Berapa banyak rnuballig (orang yang
nxenyanxpaihan) yang menyampaikan (sesuatu) kepada orang yang lebih
paham (akan sesuatu itu) daripada dirinya." Dalam riwayat Bukhari
dam Muslim terdapat,

t.
,c - -t tl ,. o ) c z
,lcl
a-eJa- l_,,; q ,JJl ,J LJ
/'nt e
"Jika Allah menginginkan hebaihan pada diri seseorang, maha
dia akan diberikan hepahaman dalam aga,nla."
Mahabenar Allah yang berfirman, "Allah memberikan hikmah
kepada ordng yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah,
sungguh telah diberi hebajikan yang banyah. Dan tah ada yang tnarnpu
mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal." (QS. N-
Baqarah: 269) Orang yang tidak mengerti al-Qur'an dan Sunnah,
bagaimana ia akan mengobati manusia, sedangkan dia tidak memiliki
obat?
Kadangkala ada orang yang berpendapat dengan hasil
pikirannya dan salah. Maka dia akan menyesatkan. Ini sering terjadi'

Fikih Akhlak I 13
Ayat-ayat al-Qur'an dan Sunnah adalah mata yang digunakan oleh
seorang hamba untuk melihat segala sesuatu. Dia bagaikan cahaya
yang menerangi mata manusia dari kegelapan. Kemampuan
meletakkan dalil pada tempatnya adalah kemampuan yang diberikan
oleh Allah kepada orang yang Ia kehendaki. Kadangkala ada orang
yang mampu memahami al-Qur'an dan Sunnah dengan baik, tetapi
dia tidak mampu meletakkannya secara tepat. Ada juga orang yang
memahami kondisi masyarakat, tetapi dia tidak mengerti sedikit pun
tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah s.a.w. Oleh sebab itu, dia
tidak akan mampu mengetahui cara bersikap. Ketika demikian adanya,
dia akan menuruti apa yang menjadi keinginan akalnya dan akan
mungkin jatuh dalam kesalahan, karena jauh dari bimbingan al-
Qur'an dan Sunnah.
Oleh karena itu, sudah menjadi satu keharusan untuk mengerti
al-Qur'an dan Sunnah dan memahami kondisi manusia, sambil
mengharap petunjukdari Allah agar mampu memposisikan dalil sesuai
pada tempatnya. Oran g yangmemperhatikan para sahabat Rasulullah
s.a.w. akan menemukan bahwa di antara mereka ada yang dikaruniai
pengetahuan yang banyak tentang hadis-hadis Rasulullah, seperti Abu
Hurairah r.a. Ada juga yang diberi pengetahuan yang luas tentang
al-Qur'an, seperti Ubay ibn Ka'ab r.a. Ada juga yang diberi penge-
tahuan tentang halal dan haram, seperti Mu'adz. Dalam riwayat
Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, "Ketika aku tidur, aku
bermirnpi meminum susu, hingga aku melihat pemandangan yang
indah keluar dari kuku-kuhuku, kemudian ahu serahkan helebihannya
kepada Urnar.' Mereka bertanya, "Menurut engkau, apa takwil mimpi
itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ilnu.L."
Lalu ilmu apakah yang diberikan kepada Umar r.a.? Itulah
kemampuan dalam bidang politik, hingga di masanya, Islam meluas
dalam kondisi yang relatif stabil dan terkendali. Keadilan dan keamanan
benar-benar dirasakan oleh masyarakat. IJmar mampu menjadi pemisah
antara kaum muslim dengan fitnah (kekacauan), seperti yang
diisyaratkan oleh Hudzaifah r.a. dalam hadisnya dari Rasulullah s.a.w.
Kemudian kekacauan terjadi setelah terbunuhnya Umar r.a., dan

14 L,n,n Akhrak
kekacauan inimenyebabkan terbunuhnya Ustman r.a. Begitulah
kekacauan terus. berlanjut.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ilmu yang diberikan kepada
Umar r.a. adalah ilmu politik dan kepemimpinan. Dalam menghadapi
berbagai masalah, Uniar selalu mampu bersikap secara tepat. Dialah
seorang khalifah yang baik dan cerdas. Semua itu ia dapatkan karena
karunia yang diberikan oleh Allah melalui pergaulan yang lama
dengan Rasulullah s.a.w.
Kita kembali lagi. Untuk bisa bergaul secara tepat dengan
masyarakat, kita harus memahami al-Qur'an dan Sunnah, dan
memahami kondisi manusia, kemudian berusaha keras untuk
memposisikan ayat-ayat secara benar dalam kehidupan. Kepada Allah
kita meminta petunjuk, pertama dan terakhir.
Keutamaan berbudi luhur dan kebutuhan mendesak akan
adanya aturan (fikih) tentang akhlak, mendorong saya untuk
mengumpulkan beberapa ayat al-Qur'an dan hadis Rasulullah dalam
pembahasan ini, kemudian menjelaskan hukum fikih yang berkenaan
dengan ayat-ayat tersebut. Tujuannya adalah untuk meletakkan
berbagai dalil yang ada dengan tepat dalam kehidupan.
Alhamdulilah, keinginan saya semakin bertambah untuk memper-
sembahkan kepada pembaca sebagian besar Sunnah Rasulullah dan
sejarahnya, berdasarkan sanad yang sahih, dalam bentuk yang bagus
dan rangkaian kata yang indah, sebagai bukti mengikuti hadis
Rasulullah s.a.w.,

ryc? t;fi iee; d.* qi;rtisr;:


"Allah akan rnernbahagiakan seseorang yang mendengar
ucapanku hemudian dia sadar dan melaksanakannya seperti
yang didengarnyal'
Saya berusaha mencantumkan sumber-sumber hadis yang saya
kutip dan menjelaskan statusnya secara ringkas. Tidak panjang lebar.
Jika saya mungkin menemukan tafsiran bagi sebuah ayat, maka

Fikih Akhlak I 15
tafsiran itu akan saya cantumkan. Ini saya lakukan agar hati para
pembaca penuh dengan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis-hadis
Rasulullah s.a.w. Begitu juga dengan pendapat-pendapat para ulama
yang mulia. Aku telah mengutip sebagian besar pendapat-pendapat
para sahabat dan ulama-ulama terkemuka. Hanya kepada Allah kami
memohon pertolongan.
Pada hakikatnya saya tidak ingin berpanjang lebar dalam
pembahasan yang saya kemukakan ini. Tetapi saya hanya ingin
memberikan peringatan agar para pembaca memiliki satu kemampuan
berpikir tentang fikih akhlak, mengetahui cara berg'aul dengan
masyarakat, cara menggali hukum-hukum dari nash-nash yang ada
dan cara meletakkan dalil agar tepat dengan kenyataan yang ada. Ini
merupakan usaha untuk membuka pemikiran dan menambah
wawasan. Hanya kepada Allah kami berserah diri.
Dengan petunjuk Allah, aku berharap agar buku ini mudah
dicerna oleh kaum Muslimin dan banyak memberi manfaat. Semoga
buku ini jauh dari keruwetan dan terhindar dari hal-hal yang
menjenuhkan.
Sebenarnya, saya telah menyusun sebuah buku yang hampir
sama modelnya dengan buku ini. Namun buku itu lebih khusus berbi-
cara tentang Fiqh at-Ta'd,mul baina az-Zaujaini (Fikih fAturan]
Pergaulan Suami-istrj). Oleh karena itu, dalam buku ini saya tidak
banyak membicarakan aturan pergaulan antara suami dan istri.
Adapun buku yang ada di tangan pembaca sekarang ini, saya
memberinya judul Fiqh al-Akhld,q wa al-Mu'dmald,t ma'a al-Mu'mintn.
Buku ini telah dicetak berulang kali dengan bentuk berjilid-jilid. Sedang
untuk sekarang ini, buku ini saya kumpulkan menjadi dua jilid. Semoga,
selanjutnya akan ada jilid ketiganya.
Saya memohon kepada Allah semoga buku ini menjadi penentram
hati kaum mukminin, penyelemat mereka dari kegelapan, pelepas
kesusahan mereka dan pengangkat derajat mereka.
Semoga Allah senantiasa memperbaiki akhlak kita semua,
sebagaimana dikatakan,

L6 I ,,n,n Akhrak
"Kelangsungan hidup suatu bangsa tergantung pada akhlaknya;
jika tidak ada akhlaknya, hancurlah mereka."

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi


Muhammad s.a.w.

Abu Abdullah Musthafa ibn al-Adawi Syalbayah


Mesir

Fikih Akhlak L7
PRINSIP DASAR KEBERHASILAN DALAM
BERGAUL DENGAI{ I(AUM MUKMIN

I. Pengawasan Allah dan Berbuat untuk Menggapai


Ridha-Nya
Salah satu faktor kesuksesan yang terpenting dalam bergaul
dengan masyarakat adalah mendasari setiap perbuatan dan sikap
terhadap mereka dengan tujuan menggapai ridha Allah dan pahala-
Nya. Jika Anda memberi, maka berilah hanya karena Allah, dan jika
Anda melarang, maka melarang karena Allah. Jika Anda mencintai,
maka cintailah hanya karena Allah, dan jika Anda membenci, maka
bencilah karena Allah. Dan seterusnya.
Untuk itu terdapat dalil-dalil al-Qur'an dan hadis-hadis Rasul-
ullah yang berbicara tentang itu semua. Apalagi itu semua merupakan
aturan yang sudah sangat diketahui secara pasti di kalangan kaum
muslim.

Sedekah
Firman Allah, "Mereka memberikan makanan yang disukainya
h,epada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.'sesung-
guhnya kami memberikan mahanan kepada kalian hanya mengharap
keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian d,an
tidak pula ucapan terimakasifr'." (QS. Al-InsAn: 8-g)
Allah berfirman, "Orang yang menderrnakan hartanya (di jalan
Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorang pun
memberikan suatu nikmat hepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi
(dia memberihan itu sernata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan-
ny a Yang M a hatingg i dan kelak dia b e nar -b e nar me ndap at kep uasaan.'
(QS. Al-Lail: 18-21)

L,n,n Akhrak
Allah berfirman, "Kalian tidak bersedekah, kecuali demi
menggapai ridha Allah." (QS. Al'Baqarahz 272)
Allah berfirman, "sesuatu riba (tambahan) yang halian berihan
agar d.ia berhembang pada harta manusia, maka riba itu tidak berkem'
bang di sisi Attah. Dan apa yang kalid.n berikan berupa zakat yang
halian mahsud.han untuk mencapai keridhaan Allah, maha (yang
berbuat demikian) itulah orang-oro.ng yang melipatgandahan (paha-
lanya)." (QS. Ar-Rffm: 39)

Perdamaian di MasYarakat
Jangan mendamaikan masyarakat karena ingin mendapat
julukan sebagai juru damai. Lakukanlah untuk menggapai keridhaan
Allah. Allah berfrman, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang rnenyuruh
(manusia) memberi sedekah atau berbuat baik atau mengadakan
perdamaian antara manusia. Barangsiapa berbuat demihian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan mernberi kepadanya
pahala yang besar.'(QS. An'Nis6': 114)
Hendaknya Anda berbicara kebaikan untuk menggapai ridha
Allah. HendaknyaAnda menyuruh bersedekah dan berbuatbaik untuk
menggapai ridha Allah. Hendaknya Anda mengadakan perdamaian
di antara masyarakat untuk rnenggapai ridha Allah. semua itu agar
Anda memperoleh anugerah pahala yang besar.

Saba rdala m BermasYa ra kat


Jika Anda bersabar, jangan karena ingin disebut sebagai
penyabar. Jangan bersabar demi kesehatan Anda. Jangan bersabar
karena terpaksa. Bersabarlah karena ingin menggapai ridha Allah dan
menuai pahala-Nya.
Allah berfirman, "Orang-orang yang sabar karena rnencari
herid,haan Tuhannya, mendirikan shalat dan mendermakan sebagian
rezhi yang Kami berihan hepada mereka secard serubunyi atau terang-
terangan serta menolak kejahatan dengan kebaihan. Mereha itulah yang
mendapat tempat kesudahan (yang baik)." (QS. Ar'Ra'd222)

Fikih Akhlak I 19
i
I

i Bersaksilah karena Allah


Allah berfirman, "Hendaklah kalian tegahhan persaksian karena
Allah." (QS. Ath-Thal6q: 2)
Jangan bersaksi karena hanya ingin disebut sebagai orang yang
berkata benar. Jadikanlah persaksian dan ucapan Anda karena Allah,
dengan mengharap pahala dan ridha-Nya.
Jika Anda belajar, jadikan belajar itu hanya karena Allah. Jika
berjihad, jadikan jihad itu hanya karena Allah. Jika berderma, jadikan
derma itu hanya karena Allah.
Jika Anda belajar karena ingin disebut sebagai seorang
intelektual, maka api neraka telah menyala untuk Anda. Begitu juga
jika berjihad agar disebut sebagai pejuang; dan berderma agar disebut
dermawan. Karena itu, ada sebuah hadis yang menguraikan soal itu:
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah r.a.: "Aku mendengar
Rasullullah bersabda,

';,:u'F iy, y yqt i"; ;Ai ,/6t J:rl oL,

'+*G JGU'.iiiie d:;t *.ii:,


itr. t'u *G iM; u.k jG t"r#-t ;i
/a
.-if 6, o/ i. z.+ ): .lai,',_o,_7u ,
t,Pr d- #),-/" 4'.
-fl ,'-, # sii xSF
!. C,t o{)t G, *,,
,lrts ,6t',t 'ljt '{.
,Yt t*'Ju aiv e;;;r,d,:i
U+
'.* uK& u.a? i$ rpr drj *i;, *,

zo L,"n Akhrak
o , 2-:
J$U',+ti'JvAii;t{:i
d" tt) )t Y
u.k',su uW;iful '&"ri*;;
. t.
'i*
Yi:
'sesungguhnya orang yang pertama kali disidang pada hari
Kiamat adalah ordng yang mati syahid. Dia akan dihadapkan
pada nihmat-nihmatnya dan dia mengenalnya. Allah) berhata,
'Apa yang engkau lahukan dengan itu sentua?' 'Ahu telah
berperang demi Engkau, hingga ahu mati syahid. (Allah)
berkata,'Enghau bohong! Engkau berperang agar disebut
sebogai seorang pemberani.' Kernudian orang itu diseret ke
dalam api neraha. Kemudian orang yang belaiar ilrnu,
mengajarka.nnya dan membaca al-Qur'an. Dia dihadapkan
kepada nikmat-nikmatnya dan dia mengenalnya. (Allah)
berkata,'Apa yang engkau lakukan dengan sernua ini?"Aku
telah belajar ilmu, rnengajar-kannya dan membaca al'Qur'an
demi Engkau,' jawabnyq. (Allah) berkata, 'Enghau bohong!
Enghau belajar agar dikatakan sebagai orang yang pintar dan
enghau membaca al-Qur'an agar dikatakan sebagai seorang
qdri' (pembaca al-Qur'an). Kemudian orang itu diseret ke dalarn
api neraka. Kemudian orang yang diluashan rezhinya oleh
Allah. Dia dihadaphan kepada nihrnat-nikmatnya dan dia
mengenalnya. (Allah) berkata,'Apa yang enghau lahukan
dengan ini semua?"Aku selalu mendermahannya demi Engkau
di jalan yang Engkau suka.' 6ltah) berkata,'Enghau bohong!
Enghau berderma agar dikatakan sebagai seorang dermawan.'
Kemudian orang itu diseret ke dalam api neraka."
Jadikanlah shalatmu, ibadahmu, kehidupanmu dan kematianmu
hanya untuk Allah. "Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak
ada sekutu bagi-Nya dan demihian itulah aku diperintahkan dan aku

Fikih Akhlak I 2r
adalah yang pertanxa nxenyerahkan diri (kepada Allah)." (eS. Al-
An'6m:162-163)
Hadis-hadis yang berhubungan dengan perkara di atas:
Rasulullah s.a.w. bersabda tentang orang yang dimasukkan ke
dalam perlindungan Allah pada hari ketika tak ada lagi selain
perlindungan-Nya, "Yaitu dua orang yang rnencintai karena Allah,
berkumpul karena Allah dan berpisah harena Allah." Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim.
Abu Daud dan Ahmad meriwayatkan,

iir rk oi y',l.t' itl- r*i y.'F U L6


U a/lraa
t) i;":t ;-'oi r rJt- U A ",.;f t;r,
Jii-'rf i:f; G ;tJt et_,:;'r:t;.6iLli ^y,tit

)$e
"Ada tiga hal yang jika ketiganya ada dalarn diri seseorang
maka ia pasti merasakan manisnya iman: (1) Atlah dan
Rasulnya lebih dicintai d,ari segalanya. (2) Mencintai atau tid.ak
mencintai, karena Allah. (il Tidak mau hembali kepada
hekufuran, seperti halnya tidak mau untuk dilemparkan ke
neraka."
Sabdanya yang lain, dalam riwayat Abu Daud dan Ahmad,
"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, mcmberi
karena Allah dan melarang karena Allah, maka telah sempurnalah
imannya."
Dalam hadis yang lain, "Sesungguhnya setiap derma yang engkau
keluarkan karenaAllah, enghau akan mendapathan pahala karenanya,
bahkan dermo yang enghau berihan kepada istrirnu." (HR. Bukhari
danMuslim)
Nabi s.a.w. juga bersabda,

22 L,n,n Akhrak
'i* { ut< ti#J-'}:r,rli ;',;:3t a:f $y

"Jika seseorang membiayai hidup keluarganya-dan dia


rnelahukan-nya untuh tnencari ridha Allah-maka berarti dia
sudah bersedekah." (HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda,
"sesungguhnya Allah berkata pada hari Kiamat,'Di manakah orang-
orang yang mencintai karena heagungan-Ku? Pada hari ini, Aku akan
melindunginya, ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-
Ku." (HR.Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda, "Seseorang
mengunjungi saudaranya di desa lain, kemudian Allah mengutus satu
rnalaihat di jalannya. Ketika malaikat itu berternu dengannya, malaikat
itu bertanya,'Engkau hendak ke m.aia?' Dia menjawab,'Saya ingin
mengunjungi saudara saya di desa ini.' Malaikat itu bertanya lagi,
'Adahah oleh-oleh yang akan enghau berikan untuknya?' Dia
menjawab,'Tidak ada, selain hanya saya mencin'tainya karena Allah.'
Malaikat itu berkata,'Aku adalah utusan Altah kepadamu untuk
mengabarkan bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana enghau
rnencintainya (saudaramu) karena Allah.'' (HR. Muslim)
DariAbu Muslim al-Khulani, iaberkata, "Aku mendatangi masjid
penduduk Damaskus kebetulan terdapat sekelompok orang yang di
dalamnya nampak beberapa sahabat Rasulullah yang senior. Di antara
mereka"tampak seorang pemuda yang matanya bercelak dan bersinar.
Setiap kali mereka berselisih tentang sesuatu, mereka mengembalikan
perselisihan itu kepada pemuda tersebut, pemuda yang masih remaja.
Aku (Abu Muslim al-Khulani) bertanya kepada teman dudukku,
'siapakah pemuda itu?'Dia menjawab,'Dia adalah Mu'adz ibn Jabal.'
Kemudian aku datang pada sore hari, mereka tidak hadir, dan aku
datang pada pa$ hari, merekajuga tidak datang. Aku berangkat pergi,
namun tiba-tiba aku melihat pemuda itu sedang shalat di dekat sebuah
tiang. Aku duduk mendekat dan berusaha menghampiri. Dia memberi
salam dan aku mendekatinya lagi. Aku berkata kepadanya, 'Aku

Fikih Akhlak I U
mencintaimu karena Allah.'Aku mendekatinya lagi dan dia berkata.
'Apa yang engkau katakan?'Aku berkata, 'Aku mencintaimu karena
Allah.' Dia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah bercerita tentang
Tuhannya yang berkata, 'Orang-orang yang saling mencintai karena
Allah akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan
Arsy pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah.'Kemudian
aku keluar sampai bertemu dengan Ubadah ibn Shamit dan aku
menceritakan kepadanya tentang apa yang dikatakan oleh Mu'adz ibn
Jabal. Ubadah ibn Shamit kemudian berkata,'Aku mendengar Rasul-
ullah s.a.w. bersabda tentang Tuhannya yang berkata, 'Cinta-Ku pasti
untuk orang-orang yang saling mencinta karena Aku. Cinta-Ku pasti
untuk orang-orang yang saling memberi karena Aku. Orang-orang
yangsalingmencintai karenaAllah akan berada di atas mimbar-mimbar
dari cahaya di bawah naungan Arsy pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan Allah." (HR. Ahmad)
Dalam riwayat Tirmidzi ada hadis, "Allah berhata,

,4' '&:j qi6'J JY € or!1At


ir4bt,
'Orang-orang yang saling mencintai harena heagungan-Ku
akan mendapathan mimbar-mimbar dari cahaya dan didoakan
oleh para nabi dan orang-orang yang mati syahid,'."
Apabila Anda mencintai suatu kaum karena Allah, maka Anda
akan dikumpulkan bersama mereka pada hari Kiamat. Dari Abi Musa
r.a., "Ditanyakan kepada Nabi s.a.w., 'seseorang mencintai suatu kaum
dan dia tidak pernah bertemu mereka?'Nabi bersabda,

a . 1o . .. )o.o.
l.->l uf e o--Jl

'S eseorang akan b er satna orang y ang dicintai'.' (HR. Bukhari)

a | ,,n'n Akhrak
Allah Selalu Melihat Perbuatan Anda
Nabi s.a.w. bersabda,

t (,:
4J lJ
I
I zz
ol; '3, 'r |.2 z
Ly olj 'Afk ollt 't]3',tf ,ttL-pt

l]l J-.,

"Ihsan adalah ketika engkau menyembah Allah seolah-olah


melihat-Nya. Jika tidah metihat-Nya, maka Dia yang meli-
hatmu." (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Dia mengetahui yang rahasia dan yang disem'
bunyikan." (QS. Theh6: 7) Allah berfirman, "Yang melihat enghau
ketika engkau berdiri (untuk sembahyang) dan (melihat pula)
perubahan gerak badanmu di antara orang'ordng yang sujud'" (QS'
Asy-Syu'ar6': 218-219)
Allah berfirman, "Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang
melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara)
lima orang melainkan Dialah yang heenam. Dan tiada (pula)
pembicaraan antara (iumlah) yang kurang dari itu ataw lebih banyak
melainkan Dia ada bersama mereka di rnanapun mereka berada.
Kemud.ian Dia ahan memberitahukan kepada mereka, pada hari
Kiamat, tentang a.pa yang telah mereka kerjahan. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui atas segala sesuatu.'(QS. Al'Muj6dilah: 7)
" Katakanlah,' Bekeri alah kalian, maha Allah, Rasul -Ny a dan

orang-orang mukmin ahan melihat pekerjaan kalian itu. Kalian ahan


d.ihembalihan kepada (Altah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritahuhan kepada kalian dpa yang telah kalian
herjakan." (QS. At-Taubah: 105)
"Dan herjakanlah perbuatan baih. Sesungguhnya Aku melihat
apa yang halian herjahan." (QS. Saba': 11)
" B arang siapa meng erj ahan suatu heb aj ihan deng an herelaan

hati, maha sesungguhruya Allah Maha Mensyukuri (Membalas)


kebaihan lagi Maha Mengetahui." (QS. Al'Baqarah: 157)

Fikih Akhlak I 25
!r
l

il

il
ii
i

ii Membuat seluruh manusia ridha akan apa yang Anda lakukan


merupakan target yang tidak dapat dicapai. Anda mungkin akan
membuat orang tertentu ridha, tapi orang yang lain tidak. oleh karena
itu, jadikanlah ridha Allah sebagai tujuan perbuatan Anda, agar Anda
tidak menyesal atas pebuatan baikyangAnda lakukan untuk manusia.
Terutama mereka yang sering kali mengingkari kebaikan yang
dilakukan untuk mereka. Mereka merasa bahwa kebaikan yang mereka
terima adalah haknya dan kewajiban Anda.
Jangan menyenangkan manusia dengan sesuatu yang membuat
Allah murka kepada Anda. Taatlah kepada Allah dalam berbuat untuk
mereka. Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda,

,,.) a //
-b*-'l d) ,"6r hr ;t;t /6tF.?'r Ari U
it h' 'tk, :r6t e,, ,irt
"Barangsiapa berusaha rnenggapai ridha Allah dengan
hemurkaan rnanusia, maka Allah akan menjadi pelindungnya
dari manusia; barangsiapa rnembuat Attah murka dengan
n'Lenyenangkan manusia, maka Allah akan menyerahkannya
h,epada rnanu.sia." (Abdullah ibn Hamid, ol.Muntakhob)
Jika engkau meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah karena
Allah. Nabi s.a.w. bersabda,

.a ol
l-> 'lir t$,i 6 ,y: ? yt irtt .'o,
t.:-l
/ / / . 1-
Lrry d-Iil
.a

tc

:
"Sesungguhnya jiha enghau meninggalkan sesuatu karena
hepada Allah, maka Allah akan menggantinya d,engan yang
lebih baih." (HR. Ahmad)

26 L,n'n Akhrak
Agar Anda Tidak MenYesall
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Anda harus menjaga
dengan ketat agar pemberian yang Anda lakukan hanya karena Allah
(ikhlas), larangan yang Anda lakukan hanya karena Allah, cintamu
hanya karena AIIah, bencimu hanya karena Allah dan seterusnya.
semua itu harus dijaga dengan ketat agar Anda tidak akan menyesal
atas kebaikan yang telah Anda perbuat.
Manusia memiliki karakter dan watak yang berbeda-beda. Bisa
jadi Anda akan menemukan manusia yang membalas perbuatan baik
Anda kepadanya dengan balasan yang sebaliknya, yaitu keburukan.
Agar Anda tidak gundah dengan perbuatan buruk orang lain, maka
ikhlaskanlah seluruh perbuatan Anda hanya untuk Allah'
saya mengingatkan Anda, wahai saudaraku, akan cerita tentang
seseorang yang berderma kepada seorang pencuri, pezina, dan orang
kaya. Tetapi dia tidak mengetahui hal itu. Meski demikian, seluruh
sedekahnya tetap diterima oleh Allah yang mengetahui akan niatnya
dan semangatnya untuk menggapai ridha Tuhannya.Inilah kisahnya:
Dari Abu Hurairah r.a.,?,asulullah s.a.w. bersabda, "Seseorang
berkata,'sungguh aku akan bers.edehah.' Lalu dia memberikan sede-
h.ahnya kepada seorang pencuri. Orang-orang kernudian membicara-
kannya,'(Derma itu) disedekahkan kepada seorang pencuri!' Dia
berkata, Ya Allah, segala puji bagi-Mu.' (Dia berkata lagi) 'Sungguh
aku akan b e r sedekah.' Lal u dia tnemb aw a sedehahny a dan me mb er ikan
kepad,a s eorang p elacur. o rang orang kemudian mernb icarahanny a,
-

'(Derma itu) pad.a malam ini disedekahkan kepada seorang pelacur!'


Kemudian dia keluar dengan sedekahnya dan rnemberikannya
hepad.a seorang yang kaya. orang-orang kemudian rnembicarakannya,
,(Derma itu) d.isedekahkan kepada seorang yang haya!' Dia berkata,
Ya Allah, segala puji bagi-Mu atas sedekah hepada pencuri, pelacur
d.an orang kaya.'Kemudian dikatakan kepadanya,'Adapun sedekahmu
hepad,a pencuri, semogd membuat dia berhenti dari mencuri. Adapun
sed.ehahrnu kepada pelacur, sernoga rnembuat dia berhenti dari berzina.
Ad.apun sed.ekahmu kepada orang kaya, semoga membuatnya sadar

Fikih Akhlak I n
lalu mendermakan apa yang diberikan oteh Allah kepad,anya,." (HR.
Bukhari)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, manusia mempunyai
karakter yang berbeda-beda. walau mereka adalah orang-orang Islam,
tetapi banyak di antara mereka yang tidak berkepribadian Islami dan
tidak berakhlak Islami. Ada orang baik dan ada orang yang jahat. Ada
orang yang mengusung kedamaian dan ada yang membuat kerusakan.
Ada orang yang mencari orang miskin dan lemah untuk dibantu, ada
juga orang yang mencari mereka untuk ditindas dan dikuasai. Ada
orang yang merawat anak yatim, ada juga orang yang memakan harta
anak yatim. Dan seterusnya... Sebagaimana dikatakan,

'Aku mengajarinya memanah.


Setelah mahir, dia memanahku."

Itulah akhlak dan watak yang Allah bagi-bagikan di antara para


hamba-Nya, sebagaimana Allah membagi-bagikan rezki di antara
mereka. Dan semua mereka adalah orang Islam.
Apakah Anda tidak melihat pembunuh Ali? Dia adalah seorang
muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya.
Maka dari itu, ketika Anda berbuat baik kepada orang lain,
jadikanlah tujuannya adalah pahala dan ridha Allah, agar Anda tidak
akan menyesal dan kaget dengan tingkah laku orang lain. Jika tidak
demikian, Anda akan tersesat dan tidak akan dapat petunjuk.

II. Sesungguhnya Orang-orang Mukmin Itu Bersaudara


Firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersau-
dara.'(Qs. Al-Hujurat: 10) Prinsip inilah yang harus terpatri di hati
kaum muslim ketika berhadapan dengan orang-orang mukmin. Dia
harus meyakini bahwa semua orang beriman adalah saudara baginya.
Yang demikian itu akan mengantarkannya ke gerbang kesuksesan
dalam bergaul dengan mereka. Itulah dasar kesuksesan. Berbagai nash

28 L,n,n Akhrak
al-Qur'an dan hadis-hadis Rasulullah banyak yang berbicara soal itu,
yaitu prinsip persaudaraan antar orang-orang beriman.
Allah berfirman, "Maka Allah menjinakhan antara hati kalian,
lalu, karena nikrnat Allah, halian menjadi sau.dara." (QS. Ali Imran:
103)
"sukahah salah seorang di antara kalian memakan daging
saudaranya ya.ng sudah mati? Tentu kalian tidak suka." (QS. Al'
l[ujurAh 12)
"Barangsiapa mendapat maaf dari saudaranya, hendaknya (yang
memaafhan) mengiringi (maafnya) dengan cara yang baih dan
hendaklah (yang diberimaafl membayar (denda) kepadayang memberi
maaf dengan cara yang baih." (QS. Al-Baqarah: 178)
"Jika merekabertobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka (rnereka itu) adalah saudara-saudara kalian dalam agama." (QS.
At-Taubah: 11)
"Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshar) berdoa,'Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-
saudara karni yang lebih dahulu dari kanti dengan inl.a.n'." (QS. Al-
Hasyr:10)
Nabi s.a.w. bersabdq,

,*;1t;"6 +!t,*;- &'€Lii:iu


"Tidak senxpurna iman seseorang hingga ia mencintai
saudaranya seperti mencintai diri sendiri." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda,

(tf\ o
4ljt iG t;;j
"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara." (IJR,. Bukhari
danMuslim)

Fikih Akhlak I 29
Nabi s.a.w. bersabda, "Orang rnuslirn adalah saudara bagi
muslim lainnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda,

)q:d o'rtiaf ';i:"Li


F,J4t)
"Seorang muslim tidak boleh rnendiamkan (tidak menyapa)
saudaranya lebih dari tiga hari." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda,

u*'d'+l!"ie,'c*
ilz .

"Senyu,mmu kepada sauda:ramu adalah sedekah bagimu." (IdiF-.


firmidzi)
Nabi s.a.w. bersabda,

tsl )r e+lt it:,t1 ;"At g'r Q at)


^

"Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu


menolong saudaranya. " (IIR. Musliin)
Nabi s.a.w. bersabda tentang ghtbah (menggunjing orang),

i,*,r!)cl ti;
"(Ghibah) adalah ketika engkau menggunjingkan saudaramu
tentang hal yang tidak ia sukai." (HR. Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda tentang pembantu,

A;Ertot
"Mereka adalah saud,ara saudara kalian d,i bawah rr;r;
jawab kalian." (HR. Bukhari)

30 L,n,n Akhrak
Nabi s.a.w. bersabda tentang jual beli,
t9
o
a->l
-I-.
oa
.r.-r
,!' Jll' U Y
"seseorang jangan n'Leniual (kepada ordng lain) barang yang
sedang ditawarkan kepada saudaranyo." (HR. Bukhari)
Nabi s.a.w. bersabda tentang meminang,

^*1
a+- *t+x.u
"seorang laki-laki jangan meminang wanita yang telah
dipinang oleh saudaranya." (HR. Bukhari)
Bahkan dalam berkelahi Rasulullah s.a.w. bersabda,

^*jtw-ut ilf iLt 5Gfly


"Jika ada yang berkelahi, maka jangan memernukul wajah!"
(HR.Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda, "Jangan adayang menghunuskan senjata'
nya kepada saudaranyo." (ER. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. selalu mengingatkan prinsip tersebut dalam berbagai
sabdanya kepada kaum mukrnin. Sabda Rasulullah s.a.w., "Barangsiapa
mengambil hak saudaranya dengan pengakuannya (dalam persi-
dangan), maka disediakan untuknya bagian dari api neraka." (tIR.
Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah s. antulah saudaramu y ang nxeng aniay a
a.w., "B

dan yang teraniaya." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami


mengerti bagai-rnana membantu orang yang teranioyo (mazhl0m).
N annun, b ag aimana kami menolo ng orang y ang me ng aniay a ( zhAlim) ?"
Rasulullah s.a.w. menjawab, "Dengan mencegahnya (dari kezaliman-
nya)." (HR. Bukhari)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

Fikih Akhlak I 3l
'*l )" ora,:"st ;l'ro trir* 'l
"Jangan menjadi penolong setan untuk mencelahahan saudara
halian." (HR. Muslim)
Dan banyak lagi hadis-hadis Rasulullah dan ayat-ayat al-Qur'an
yang berbicara tentang prinsip persaudaraan ini. Semoga Allah
memberikan taufrk dan pertolongan kepada kita.

III. Mengkaji al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Lebih


Dalam
Tak dapat disangkal bahwa perkataan yang terbaik adalah
perkataan Allah. "Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik." (QS. Az-Zumar: 23) Kitab Suci Allah adalah ucapan yang paling
benar, "Siapakah yang paling benar ucapannya daripada Allah?" (QS.
An-Nis6':122)
Nabi s.a.w. bersabda, "Petunjuk yang paling baik adalah petunjuk
Muharnmad. " (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. tidak berbicara dari hawa nafsunya, "Dia tidak
mengucapkan (al-Qur'an) dari hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain ad,alah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An-Nqim:
8-4)
Perbanyaklah upaya memahami al-Qur'an dan Sunnah, karena
seluruh isinya adalah kebaikan. Dengan keduanya, Anda akan
mendapatkan cahaya yang menerangi jalan dan tingkah laku Anda.
Berapa banyak hadis yang menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi
oleh kaum muslimin! Berapa banyak ayat yang mencegah bahaya besar
dari Anda, bahkan dari kaum muslimin! Berapa banyak hadis yang
jika Anda jadikan pegangan hidup, dia akan menyebabkan cinta Sang
Pencipta dan cinta manusia.
Berapa banyak ayatyang Anda baca, kemudian mendorong hati
Anda untuk melakukan berbagai kebajikan! Mahabenar Allah yang
berfirman, "Allah memberi hikmah kepada siapa saja yang Dia kehen-
daki. Barangsiapa diberi hikmah, sungguh telah diberi hebajikan yang

32 L'n,n Akhrak
banyak. Tidak ada yang mengambil pelajaran kecuali orang-orarug
yang berakol." (QS. Al'Baqarah: 269)
Benar, apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w., "Barangsiapa
d.iinginhan oteh Atlah ahan kebaikannya, maka Allah akan memberi-
h,annya kepahaman dalam a.garna." (HR. Bukhari)
Allah berfirman, "Allah akan mengangkat orang-orang beriman
d,i antara kalian dan orang-ordng yang diberi ilmu beberapa deraiat."
(QS. Al-Mujadilah: 11) Nabi s.a.w. bersabda, "Dihatakan hepada para
pembaca al-Qur'an pada hari Kiamat,'Bacalah dengan tartil dan naik'
lah, seperti enghau nrernbacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya
d.eraj at mu b erada p ada ahhir ay at y ang e ng ho.u. b ac a. " (HR. Abu Daud)

Sabda Nabi s.a.w., "Allah akan mencerahhan wajah seseorang


yang mendengar sebuah hadis dari kami, lalu menghapalnya sampai
dia menyampaikannya. Berapa banyak orang yang paham dalam
agatna nxenyanxpaikan kepadd orang yang lebih paham darinya dan
b erap a b any ak orang y ang paham dalam agarna tetapi dia tidak
p aham

(tebih dalam)." (HR. Abu Daud dan Tirmidizi)

IV. Memohon Petunjuk kePada Allah


Orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang diberi
petunjuk oleh Allah. Orang-orangyangberiman berkata, "Segala puji
bagi Allah yang tnenunjukkan kami hepada (surga) ini. Dan kami
sekali-kati tidak akan mendapat petunjuk jika Allah tidak memeberi-
kan petunjuk kepada karni." (QS. Al'^{r6f:43)
AIIah berfirman, "Barangsiapa diberi petuniuk oleh Allah, maka
d.ia mend.apat petunjuk; barangsiapa disesatkan, maka engkau tidak
akan mend.apatkan seorang pelindung yang nnerlbimbing baginya'"
(QS. Al-Kahfi: 17)
Allah berfirman dalam hadis qudsi,

A riyl.SC '3:k q? (
,olc ,'. ,to., o /
+:r-J.o
G tJ.eL.V

H*f
Fikih Akhlak L,
"Wahai hamba-harnba-Ku, kalian semua tersesat, hecuali orang
yang Aku beri petunjuk. Mintalah petunjuk kepad.a-Ku, niscaya
Aku beri petunjuk." (HR. Muslim)
Nabi syuaib berkata, "Tidak ada pertolongan (taufih) melainkan
dengan (pertolongan) Allah." (QS. HOd: 88)
Allah berfirman, "Bersabarlah, (ya Muhammad.). Dan tiada
h,esaba-ranmu melainkan dengan pertolongan Allah." (eS. An-Nahl:
127)
Allah berfirman, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapdn yang teguh dalam hehidupan d,i d.unia d.an
di ahhiraL" (QS. Ibrahim: 27) Firman Allah, ,,Dan jika Kami tid,ak
memperkuat hatimu, niscaya engkau hampir condong sedikit kepad,a
mereka." (QS. Al-Isrd' z 7 4)
Seluruh nikmat dari Allah, "setiap nihmat yang ad,a pad.arnu
dari Allah lah (datangnya)." (QS. An-Nahl:127)
Akhlak yang baik merupakan anugerah Allah. Nabi s.a.w.
bersabda,

6 (.
.
,t't. G.yt.
,OE ,, o .,
Y! L#---U €+_ Y oYitrr
'ui ,ty4
3,H'\11* tufi,
"Ya Allah, berilah aku petunjuk kepada akhlak yang baik. Ti"d.ak
ada yang memberi petunjuk kepada akhlak yang baik, hecuali
Engkau. Singkirkanlah keburuhan akhlah dariku. Tid,ak ad,a
y ang b is a m e ny ing kirkan ny a, ke cu ali. E ng kau.,, (Id.R^ Muslim)

Nabi s.a.w. berdoa,

,t$\rj l*\t, ,#t


#
C/
.ryitrr
,rj\\t1

v L,n,n Akhrak
Allah, hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, pekeria-
"Ya
a.n ydng buruk, nafsu yang buruk dan penyakit." (IJR,-
Thabrani dan Hakim)
Dalam riwayat yang lain, "Ya Allah ahu berlindung hepada-Mu
dari keburukan budi pekerti, keburukan perbuatan dan keburukan
nafsu." (HR.Tirmidzi)
Doa Nabi s.a.w.,

!, t o !,.'?l
€Y c.:Pv,f :r{-r'"4t
'Ya Allah, sebagaimana Engkau rnernbaguskan rupaku, maka
bagushanlah budi pekertiku." (HR. Ahmad)
Maka dari itu, wahai hamba Allah, memohonlah agar Allah
memberi petunjuk kebaikan kepadamu dalam bergaul dengan kaum
mukminin, dan agar manusia mencintaimu. Allah berfirman tentang
Musa a.s., "Aku. telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang
datang dari Aku." (QS. Thah6: 39)l
Mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaiki budi pekertimu,
menunjukkan kebenaran dan melimpahkan kecerdasan.
Berapa banyak ucapan yang terlontar darimu yang Allah jadikan
sebagai pendamai di antara kaum muslimin. Berapa banyak kata yang
terucap yang menyebabkan terputusnya persaudaraan dan rusaknya
hubungan saudara. Berhati-hatilah dan mohonlah akan petunjuk dan
hidayah!

Perkara-perkara yang Menyebabkan Rasa Cinta


Inilah perkara-perkara yang melahirkan cinta dan simpati di
antara manusia. Agar orang lain mendengarkanmu, bersikap lembut
kepadamu, menerima kebaikanmu, merasa tenang dalam berurusan
denganmu, rela dengan keputusanmu, berterimakasih atas kebaikanmu
dan kebajikanmu, maka harus ada rasa cinta dan hormat dalam diri
mereka kepadamu. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya keluarga
ayahku... bukanlah kekasih-kekasihku. Sesungguhnya kekasihku
adalah Allah dan orang-orang mukmin yang baik." Ada tambahan,

Fikih Akhlak I 35
"Tetapi mereka memilihi hubungan saudara yang akan aku lestarikan."
(HR. Bukhari)
Hubungan persaudaraan bagaikan kulit yang kering;jika basah,
maka akan mudah untuk membentuknya. Jika Anda melestarikan
persaudaraan dan Anda berbuat baik terhadap mereka, maka hati
mereka akan menjadi lembut. segala urusan dengan mereka akan
menjadi mudah dan mereka akan mendengarkan ucapanmu. sedang-
kan jika Anda memutuskan tali persaudaraan, maka bisa jadi mereka
tidak akan memperhatikanmu.
Demikian halnya dengan orang-orang yang tidak ada hubungan
saudara. Jika mereka melihat pada diri Anda adanya rasa,cinta dan
simpati kepada mereka, maka mereka akan mencintaimu. Dengan
begitu Anda akan berhasil bergaul dengan mereka, dengan izin Allah.
Inilah beberapa perkara yang akan menarik rasa simpati dan
cinta. Hanya Allah yang memberikan pertolongan kepadaku. Kepada-
Nya aku berserah diri dan kepada-Nya aku kembali.

Beriman dan Berbuat Baik


Inilah yang akan melahirkan cinta Allah kepada Anda yang
kemudian akan membuat Anda diterima oleh orang lain. Buktinya
adalah firman Allah, "sesungguhnya orang-ordng yang beriman dan
berbuat baih, kelak Allah Yang Maha Pemurah ahan menanamkan
dalam (hati) mereha rasa kasih sayang." (es. Maryam: g6) yaitu rasa
cinta di dalam hati manusia, menurut pendapat kebanyakan ahli tafsir.
Diperkuat juga dengan hadis Abu Hurairah r.a. Nabi s.a.w. yang
bersabda, "Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia rnemanggil
Jibril (dan berkata), 'sesungguhnya Attah mencintai Fulan, maka
cintailah dia.' Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeruhan
kepada penghuni langit,'sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka
cintailah dia.' Maka penghuni langit mencintainya d,an dia bisa
diterima di dunia." (HR. Bukhari)
Bersungguh-sungguhlah untuk mencapai ridha Allah.
Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat kebaikan, taat kepada-Nya

36 L,n,n Akhrak
dan menghindari maksiat kepada-Nya. Allah yang akan menumpahkan
rasa cinta di hati manusia. Dia akan membentengi Anda dari segala
ganggu an manusia.
Allah berfirman, "(Allah) Yang menlpersatuhan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun jika engkau mendermakan
semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya engkau tidak dapat
m emp er s atuhan hati me re ka. Aka n tetapi Allah lah y ang me mp er s at u k an
nlereka." (QS. Al-AnfAh 63)
Allah berfirman, "Dialah yang nxenahan tangan mereha dari
(membinasakan) kalian dan (menahan) tangan kalian dari (membi'
nasakan) mereka." (QS. Al-Fatbt 24)
Allah berfirman, "Jiha Allah menghendahi, tentu Dia memberi
kehuasaan kepada mereha atas halian " (QS. An'Nis6': 90)
Perbaikilah hubungan Anda dengan Allah, niscaya Allah akan
memperbaiki hubungan Anda dengan orang-orang di sekitar Anda.
Berhati-hatilah terhadap dosa-dosa yang akan menguasai Anda dan
akan menyebabkan Anda gagaldalam bergaul dengan orang lain. Allah
berfirman, "setiap musibah yang menimpa kalian adalah ahibat dari
perbuatan kalian sendiri. Dan Allah rnernaafkan banyak hal." (QS.
Asy-Sy0'ar6': 3O)

Fikih Akhlak I 37
MENYEBARKAN SALAM

Bagian dari perkara yang akan menumbuhkan cinta dan kasih


antara sesama adalah menyebarkan salam (kedamaian) dan
mewujudkannya. Karena itulah ada beberapa hadis Rasulullah s.a.w.
yang menganjurkannya dan menjelaskan dampak positif dan
keutamaanya:
Barra ibn Azib r.a. berkata, "Rasulullah s.a.w. memerintahkan
kita akan tujuh perkara: (1) menjenguk orang sakit, (2) mengiringi
jenazah, (3) mendoakan orang yang bersin, (4) menolong orang yang
lemah, (5) membantu orang yang teraniaya, (6) menyebarkan salam
dan (7) melaksanakan sumpah dengan baik." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah s.a.w.
bersabda,

&t-i
//
uJtlW r,
o
. t o, 6z
t-t-F ,F a-:*Jl oj*'JJ l)

'&ifu' 6*i ,&u ll$; sy iu, J.'€!i


. tt.

"Kalian tidah akan masuk surga, kecuali dengan beriman.


Kalian tidak akan beriman, kecuali dengan saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika halian
lakukan, maha halian akan saling mencintai? Sebarkanlah
salam di antara kalian!" (HR. Muslim)

38 I ritin Akhrak
Dalam riwayat Bukhari dalamal-Adab al-Mufrad, dariAnas r.a.,
Rasulullah s.a.w. bersabda,

fr\r de' )*'J jr; i' ,ai i.r iLt iylr tt vl\
/a

'JJ+ivl' tt5b

"Salam adalah termasuk salah satu dari nanla-nanla Allah


yang diletahhan di dunia. Sebarhanlah salam di antara halian!"
Dari Abdullah ibn Amr r.a., "Seorang pemuda bertanya kepada
Rasulullah s.a.w., 'Apa yang terbaik dalam Islarn?' Rasulullah
menjawab, 'Memberi mahan (orang miskin) dan mengucaphan salam
kepada yang engkau henal atau yang tidak engkau kenal.'' (IJR,.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjelasakan bahwa di antara hak muslim atas
saudaranya ialah mengucapkan salam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah
s.a.w. bersabda, "Hak seorang muslim atas orang muslim ada enam."
Ditanyakan, "Apa saja, ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "(1) Jika
engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam. (2) Jika dia
mengundangmu, maka datanglah. (3) Jika dia meminta nasehatmu,
berilah nasehat. (4) Jika dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah,
doakanlah. (5) Jika dia sakit, jenguklah. (6) Jika dia meninggal dunia,
maka iringilah jenazahnya." (HR. Muslim)
Dari Abu Said al-Khudri r.a.: Nabi s.a.w. bersabda, "Hindarilah
duduk di jalan-jalan!" Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana
jika kita tidak ada tempat dudukyang lain untuk berbincang-bincang?"
Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika kalian enggan meninggalkan
tempat itu, maka berikan hak jalan itu!" Mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa hak jalan ini?" Rasulullah s.a.w. menjawab, "Menjaga
pandangan, tidak mengganggu, membalas salam, menyuruh kepada
kebaikan dan melarang kemungkaran.' (HR. Bukhari dan Muslim)
Manusia yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang
memulai memberi salam, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.

Fikih Akhlak I 39
Rasulullah s.a.w. memberi salam kepada anak-anak kecil, seperti
disebutkan dalam ash-shahtbain dari Anas r.a. Beliau juga memberi
salam kepada para wanita, sebagaimana disebutkan dalam Sunan
Tirmidzi dan al-Adab al-Mufrad milik Bukhari dengan sanad hasan
dari Asma binti Yazid r.a., "Rasulullah s.a.w. melewatiku, dan aku di
samping teman-teman sebayaku, lalu beliau memberi salam kepada
kami."
Begitu juga jika dalam suatu perkumpulan terdapat muslimin,
musyrikin, penyembah patung dan Yahudi. Nabi s.a.w. mengucapkan
salam kepada perkumpulan seperti itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para sahabat Rasulullah, jika sedang berjalan kemudian
berhadapan dengan pohon atau semak belukar yang menyebabkan
mereka harus berpisah satu sama lain, mereka memberi saling salam
ketika bertemu lagi. (Ibnu Sunni dalam bukunya, ,Amal al-yaum
uaal-Lailah)
Yang juga akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih adalah
berkirim salam kepada orang lain. Dan ini bukan perkara yang berat.
Dari Aisyah r.a.: Rasulullah s.a.w. berkata, "Wahai Aisyah, Jibril
menyampaikan salam kepadamu." Aisyah r.a. berkata, "IJntuknya
salam dan rahmat Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. berkata,

de €v c.t q;si'of')L G t o/1 ,


a,/ "J!
JtL .>J'U (->r
J -il
o 2o !u-',
i,il' ,;";i,r$ .1\:, 4.JtJ
|;1.[l't
"Sesungguhnya ahu berharap, jika umurku panjang, bisa
berjumpa dengan Isa ibn Maryam a.s. Jiha di antara kalian
ada yang bertemu dengannya, maka sampaikanlah salamku
hepadanya. " (HR. Ahmad)
Jadi, dalam berkirim salam terdapat pahala dan ganjaran yang
besar. Yang paling membuat orang Yahudi menjadi dengki adalah
adanya salam dan kata "amin".

q L,o'n Akhrak
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., dari Nabi s.a.w.,

rrilJr J, E:G (, ,'r,* J'!rilt'{;l; u


r\tt
"Yang membuat orang-orang Yahudi dengki kepada kalian
adalah salam dan kata'an'tirl'.' (HR. Ibnu Majah' Ibnu
I(huzaimah dan Bukhari dalam ol',4^d.ob abMufrad)
Salam merupakan salah satu dari nama-namaAllah dan menye-
barkan salam berarti menyebut nama AIIah. Banyak menyebarkan
salam berarti banyak menyebut Allah, sebagaimana difirmankan oleh
Allah, "Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (rnengingat)
Allah, Attah telah menyediakan untuk mereka anTpunan dan pahala
yang besar." (QS. Al-AbzAb: 35)
Berapa banyak kejahatan yang gagal dengan adanya kalimat,
as-sald,mu'alaikurnlBerapa banyak kebaikan diperoleh dengan kalimat,
as - saldmu'alaikum! Berapa banyak hubungan persaudaraan terj alin

dengan kalimat, as-sali,mu'alaikuml


Dan sebaliknya, berapa banyak kesulitan, bencana, keseng-
saraan, terputusnya tali persaudaraan, ketidakpedulian dan permusu-
han, disebabkan meninggalkan ucapan, as-saldmu'alaikuml
Sebarkan dan perbanyak salam. Ucapkan salam kepada yang
muda, tua, kaya, miskin, laki laki, perempuan ...,2 baik yang Anda kenal
maupun tidak;bahkan kepada orangyang sudah meninggal sekalipun.s
Yakin bahwa di dalam salam kepada orang-orang yang sudah
meninggal dunia ada kebaikan, insya Allah.

Beberapa Bentuk Kalimat Salam


Dari Imran ibn Hushain r.a., ia berkata, "Seorang laki-laki datang
kepada Nabi, lalu mengucapkan,' As's al &mu' alaikurn.' Nabi menj awab
salam itu, lalu orang itu duduk. Nabi berkata, 'Sepuluh (kebaikan).'
Kemudian datang orang yang lain dan mengucapkan, 'As-sali.mu

Fikih Akhlak I 4l
'alikum wa rahmatullah.'Nabi menjawabnya, laru orang itu duduk
dan Nabi berkata, 'Dua puluh (kebaikan).,Kemudian orang yang lain
lagi datang dan mengucapkan, 'As-sald.mu'alaikum wa rahmatuttahi
wa barahd,tuh.' Nabi membalas salamnya lalu dia duduk dan Nabi
berkata, 'Tiga puluh (kebaikan)'." (HR. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah r. a., dari Nabi s.a.w. beliau bersabda, *Allah
menciptakan Adam panjangnya enam puluh hasta, kemudian (Allah)
berkata kepadanya, 'IJcapkanlah salam kepada malaikat dan
dengarkanlah ucapan hormat mereka kepadamu, salam hormat
untukmu dan untuk keturunanmu., Dia (Adam) berkata, ,As-saldmu
'alaikum.' Mereka (para malaikat) menjawab,,As-sald,mu,alaika wa
ra h rn at ull afr .' Mereka men amb ahkan dengan " ut d. r a h m at ul lah. " (IdF..
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Dzar r.a. tentang kisah masuk Islamnya. Ia berkata,
"Aku mendatanginya (Rasulullah s.a.w.), dan akulah orang pertama
yang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam. Aku
berkata, 'As-sald.mu 'alaika, ya Rasulullah.' Beliau menjawab, ,Wa
'alaika as-sald.m, siapakah engkau?," (HR. Muslim)
Dari Umar r.a., dia mendatangi Rasulullah s.a.w. di tempat
minumnya, lalu dia berkata, "As-sald.mu,alihum, y0, Rasulullah, as_
saldmu'alaihum, apakah Umar boleh masuk?" (HR. Abu Daud)

Adab Salam
Allah berfirman, "Apabila kalian diberi penghormatan d.engan
suatu penghormatan, rnaka balaslah penghorma,tan itu dengan yang
lebih baik daripadanya atau balaslah penghormatan itu (d.engan yang
serupa)." (QS. An-Nis6': 86)
Nabi s.a.w. bersabda,

/ t /g lt

-GWg *t;)t ,*tr;rr 4t ,rb,-Ut&


5.ir
42 L,n,n Akhrak
"Yang rnud.a mengucapkan salam hepada yang tua; yang lewat
h,epada yang duduk; yang sedikit hepada yang banyak." (IJR,.
Bukhari)
Dalam riwayat lain,'Yang berhendaran memberi salam kepada
yang berjalan hahi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kadang kala Islam melarang orang mengucapkan salam atau
membalasnya, seperti melarang ucapan salam kepada pelaku maksiat
agar dia berhenti dari perbuatan maksiatnya.
Aisyah r.a. membeli bantal yang terdapat gambar-gambar. Ketika
Rasulullah melihatnya, beliau berdiri di pintu dan tidak masuk. Aku
(Aisyah) berkata, "Aku tobat kepada Allah, apa kesalahanku?"
Rasulullah berkata, "IJntuk apa bantal sandaran ini?" Aku menjawab,
"IJntuk engkau duduk di atasnya dan untuk dijadikan sandaran."
Rasulullah berkata, "sesungguhnya para pembuat gambar-gambar ini
akan disiksa di hari Kiamat. Dikatakan kepada mereka,'Hidupkanlah
apa yang kalian ciptakan!' Dan sesungguhnya malaikat tidak akan
masuk rumah yang ada gambar di dalamnya." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abdullah ibn [fmar, Rasulullah s.a.w. mengunjungi Fatimah
r.a., lalu beliau menemukan tabir yang bergambar di pintu rumahnya,
lalu beliau tidak masuk ke dalam rumahnya. Ali datang dan melihat
Fatimah bersedih. Ali bertanya, "Mengapa engkau bersedih?" Fatimah
menjawab, "Nabi datang tapi tidak masuk." AIi kemudian mendatangi
Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, Fatimah sangat sedih karena
engkau mendatanginya tapi tidak masuk menemuinya." Rasulullah
s.a.w. berkata, "Apa perluku dengan dunia dan apa perluku dengan
gambar?!" Kemudian Ali pergi menemui Fatimah dan menyampaikan
ucapan Rasulullah. Fatimah berkata, "Katakan kepada Rasulullah, apa
yang harus aku lakukan dengan gambar itu?" Rasulullah berkata,
"Katakan kepada Fatimah agar memberikan gambar itu kepada kaum
Fulan (yang miskin)." (HR. Abu Daud dan Bukhari)
Adakalanya larangan salam atau menjawabnya karena ada
alasan lain. Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, "Ada seseorang lewat
dan Rasulullah s.a.w. sedang buang air kecil. Orang itu mengucapkan

Fikih Akhlak I 43

E-
salam kepada beliau dan Rasulullah s.a.w. tidak menjawabnya.,,(HR.
Muslim)
Kadangkala mengucapkan salam kepada orang jahat bisa
mencegah kejahatannya. Nabi s.a.w. bersabda tentang seseorang,
"Orang yang jahat dari kaum tertentu." (HR. Muslim) Namun ketika
dia datang kepada Nabi, beliau tetap berbicara dengannya. Dalam
penjelasan hadis ini, orang tersebut disinyalir sebagai orang munafik.
Setelah Nabi wafat, dia menjadi murtad.
Pada prinsipnya mengucapkan salam atau tidak mengucap-
kannya, bergantung kepada adanya kemaslahatan umum. Jika
kemaslahatan itu justru dapat diperoleh dengan tidak mengucapkan
salam atau tidak men-jawabnya, maka tidak perlu melakukannya. Dan
ini harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh sembarangan.
Berjabat tangan merupakan kebiasaan para sahabat Nabi s.a.w.
Dari Qatadah r.a., dia berkata, "Aku bertanya kepada Anas r.a.,
Apakah berjabat tangan dilakukan oleh para sahabat?,Dia menjawab,
Ya'." (HR. Bukhari)
Beberapa ulamaa menganggap sahih hadis dari Barra,ibn Azib
r.a. yang berkata, "Rasulullah s.a.w. berkata,

\i'J,t ,;i) i Jt.:*,r* c


C/ ,O
Jt-r:Lr tjt'^L-,r
,

L:6
,c
tJ '{,r

'setiap d.ua orang muslint. yang bertemu kemudiian berjabat


tangan, maha dosanya akan diampuni sebelum mereka
berpisah'."
Dari Abdullah ibn Hisyam, ia berkata, "Kami bersama Rasulullah
s.a.w. dan beliau menjabat tangan Umar ibn Khaththab." (HR.
Bukhari)

4 L,n,n Akhrak
Larangan Tidak Menyapa Lebih dari Tiga Hari
Nabi melarang orang tidak menyapa temannya atau saudaranya
lebih dari tiga hari. Dari Ayub al-Anshari r.a.: Rasulullah s.a.w.
bersabda,

lt.i 'J:j ;Gf o. o 4


#k6
o
,t
J_e+ dq:o:L- d,t): -fr_ dl
,o .z I Iot z

eulJU i-t-- 6iJr t-.arg1 l-ta -t-al-y l-ta

"Tidah diperbolehhan bagi seorang muslim untuh tidah


nxenyapd saudaranya lebih dari tiga hari; mereka bertemu, tapi
saling menghindar. Yang terbaik dari mereha adalah yang
memulai rnengucap salam.' (HR. Bukhari)
Dari Anas ibn Malik r.a., Rasulullah bersabda,

o
4!l ;t* t;-t, tr'j.ri t:i IJJ-,I.>i r:, t*t; d
) z .z z

t,
Jq ?w G'e
,
iaf 'ru Li;7.
zl o z
lJ U'. tfr ir Q-JJ'

"Jangan saling membenci, saling dengki dan saling


menghindar. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Tidah diperbolehkanbagi seorang Muslim untuk tidak menyapa
saudaranya lebih dari tiga nlalam." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Aisyah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Tidah diperbo-
lehhan bagi seorang muslim tidak menyapa saudaranya lebih dari tiga
hari. Jiha seseorang bertemu dengannya hemudian mengucaphan salam
hepadanya tiga hali, dan sentua salam tidak dijawabnya, maha
dosanya kembali kepadanya (orang yang tidak menjawab salam)." (HR.
Abu Daud) Dan banyak lagi hadis-hadis yang berisikan tentang hal
ini.
Tetapi jika ada alasan yang dibenarkan oleh syariat, maka
diperbolehkan untuk tidak menyapa lebih dari tiga hari dengan tujuan

Fikih Akhrak I Ot
yang dibenarkan oleh syariat pula. Itu dilakukan bukan karena
dorongan nafsu dan bukan karena kedengkian terhadap orang lain.
Misalnya ada orang yang sering melakukan maksiat. Anda
melihat bahwa dengan tidak menyapanya lebih dari tiga hari akan
membuatnya sadar dan meninggalkan maksiat. Maka diperbolehkan
tidak menyapanya dalam kondisi seperti ini. Nabi s.a.w. pernah tidak
menyapa Ka'ab ibn Malik, Mararah ibn Rabi'dan Hilal ibn Umayah
selama lima puluh hari.
Dari Abdullah ibn Ka'ab, ia berkata, "Aku mendengar Ka'ab ibn
Malik berbincang ketika dia tidak ikut perang Tabuk,'Rasulullah s.a.w.
melarang berbicara dengan kami. Aku mendatangi Rasulullah s.a.w.
dan mengucapkan salam kepadanya. Aku berkata dalam hati, apakah
beliau menggerakkan bibirnya untuk menjawab salamku atau tidak?
Setelah genap lima puluh malam, Nabi mengizinkan kami dan meminta
kami bertobat kepada Allah ketika shalat Subuh'." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Yang perlu diperhatikan adalah kehati-hatian dalam masalah
ini, karena nafsu sering kali mendorong seseorang untuk tidak menyapa
saudaranya karena adanya rasa dengki akan urusan dunia. Dalam
keadaan seperti ini, seseorang bisa jadi tidak merasa bahwa setan
menyelinap dalam dirinya dan menyatakan bahwa sikapnya itu adalah
karena Allah. Maka, dia akan jatuh pada apa yang dilarang oleh
Rasulullah s.a.w., yaitu tidak menyapa saudaranya lebih dari tiga hari.

46 I .,n,n Akhrak
HADIAH

Hadiah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam


menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Hadiah merupakan bukti
cinta dan kejernihan hati. Di dalam hadiah terdapat nilai penghargaan
dan penghormatan. Oleh karena itu, Nabi menerima hadiah, baik dari
orang muslim atau orang kafir. Nabi menerima hadiah dari wanita,
sebagaimana beliau menerimanya dari laki-laki. Beliau juga
menganjurkan umatnya agar saling memberi hadiah.
Berapa banyak kedengkian yang sirna karena hadiah! Berapa
banyak konflik menjadi cair karena hadiah! Berapa banyak
persahabatan dapat diraih karena hadiah!
Berikut ini hadis-hadis Rasulullah yang berbicara tentang
hadiah:
Dari Aisyah r.a.:

.,o1, , o r/ tO ',. t o \ tJ:-',


W'.*-'sitlr }i!iul otE

"Rasulullah s.a.w. menerima hadiah dan membalasnya." (HR.


Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, "Jika Rasulullah s.a.w. diberi
makanan, maka beliau bertanya, apakah ini hadiah atau sedekah?
Jika dijawab ini adalah sedekah, maka beliau berkata kepada para
sahabat, makanlah dan beliau tidak memakannya. Jika dikatakan
bahwa makanan itu adalah hadiah, Rasulullah s.a.w. s('gera

Fikih Akhlak I n
membaginya dan makan bersama mereka." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Para sahabat Anshar memberi hadiah kepada Rasulullah s.a.w.
Dari Aisyah r.a., ia berkata kepada Urwah, "Wahai ponakanku, kita
melihat bulan sabit tiga kali dalam dua bulan. Selama itu api tidak
pernah dinyalakan (karena tidak memasak) di rumah-rumah
Rasulullah s.a.w." Urwah berkata, "Wahai bibi, jadi apa yang kalian
makan sehari-hari?" Dia (Aisyah) menjawab, "Hanya kurma dan air
(al-aswadd,ni). Tapi Rasulullah memiliki tetangga dari kaum Anshar
yang memiliki kambing-kambing. Mereka menghadiahkan susunya
kepada Rasulullah s.a.w., maka kita meminumnya." (HR. Bukhari)
Dari Abdullah ibn Basar r.a.:

i:t*lt ,p \)
^i-ttt #,i a' J;i og
"Rasulullah s.a.w. menerima hadiah dan tidak menerima sedekah."
(HR-Ahmad)
Dari Aisyah r.a., ia berkata, "Nabi diberi hadiah perhiasan dari
Raja Najasyi yang di dalam perhiasan itu terdapat cincin emas dengan
mata cincin dari Habsyah. Lalu Rasulullah s.a.w. mengambilnya dengan
sebatang kayu atau dengan jarinya. Kemudian beliau memanggil
Amamah binti Abi al-Ash, cucu Rasulullah dari Zainab, dan berkata
kepadanya, 'Pakailah (cincin) ini, wahai anakku.'" (HR. Abu Daud
dan Ibnu Majah)

Anjuran Memberi Hadiah


Nabi s.a.w. menganjurkan memberi hadiah walaupun sedikit.
Nabi s.a.w. bersabda,

/
wj -l) e)t;,i,e ;t:F u .rrJj*lir i*.t:-
. o. cl,

ot-i
,

48 L,n'n Akhrak
"Wahai para wanita muslim.ah, ianganlah seorang tetangga
mernandang rendah pemberian tetangganya, walaupun hanya
kahi kambing. (HR. Bukhari)
Maksudnya adalah Nabi menganjurkan seorang wanita agar
memberikan hadiah kepada tetangganya dan bermurah hati dengan
sesuatu yang mudah. Walaupun hadiah yang diberikan hanya sedikit,
itu lebih baik daripada tidak memberi. Hadiah merupakan bukti adanya
cinta. Dalam hadis juga dianjurkan bagi yang diberi hadiah untuk
menerima hadiah, walaupun sedikit. Itu merupakan bukti penghargaan
orang yang diberi hadiah kepada orang yang memberi hadiah.
Diriwayatkan juga dari Nabi bahwa beliau bersabda,

Gu bt(4:
"saling memberi hadiah lah halian, maka kalian akan saling
mencintai." (HR. Bukhari, ol' Ad.ab al'Mufrod)

Anjuran Menerima Hadiah


Dari Abdullah ibn Mas'ud: Nabi s.a.w. bersabda,

*::it 6;a vt tgl:',:; ui nTrisrt+i

"Datangilah orang yang m.engundang halian, jangan menolak


hadiahs dan iangan memukul orang'orang muslirn." (HR.
Bukhari, al- Adob al' M ufrad)
Nabi s.a.w. menerima hadiah, sedikit atau banyak. Dari Abu
Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda, "Jiha aku diundang untuk makan
haki atau paha hambing, tentu ahu memenuhinya. Jiha aku diberi
had.iah kaki kambing atau paha hambing, tentu ahu rnenerimanya."
(HR. Bukhari)
Ibnu Hajaro berkata, "Penyebutan kaki kambing dan paha
kambing secara khusus bertujuan menyebutkan sesuatu yang remeh
dan yang berharga. Paha kambing adalah bagian yang paling dipilih,

Fikih Akhlak I 49
sedangkan kaki kambing adalah bagian yang tidak berharga dan tidak
dipilih."
Jika Anda mengembalikan hadiah, maka jelaskanlah alasan
pengembaliannya, demi menjaga perasaan orang yang memberi hadiah.
Dari ash-sha'bu ibn Jatsamah r.a., dia memberi hadiah berupa keledai
liar kepada Rasulullah ketika beliau sedang berada di Abwa atau di
waddan. Kemudian Rasulullah mengembalikan keledai itu kepadanya.
Ketika melihat rona wajahnya, Rasulullah s.a.w. berkata, "Kami trleno-
laknya karena kami sedang ihrarn (bukan harena kami tid,ak mau)."
(IIR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Hajar bekata, hadis ini menun-
jukkan tidak boleh menerima hadiah yang tidak halal.

Menerima Hadiah dari Kaum WanitaT


Rasulullah s.a.w. juga menerima hadiah dari kaum wanita. Dari
Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "I]mmu Hufaid, bibi Ibnu Abbas, memberi
hadiah kepada Rasulullah s.a.w. berupa keju, minyak samin dan kadal.
Kemudian Nabi memakan keju dan minyak samin, dan meninggalkan
kadal, karena merasa tidak suka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hadis di atas ada hukum bahwa orang yang memberi hadiah,
lalu pemberiannya ditolak, seluruhnya atau sebagiannya, karena
alasan tertentu, makajangan bersedih. Hendaknya ia memaafkan orang
yang menolak hadiahnya, jika alasan menolaknya jelas.
Dari Abdullah ibn Basar r.a., ia berkata,,,saudara perempuanku
mengutusku membawa hadiah untuk Rasulullah, lalu beliau meneri-
manya." (HR. Ahmad)

Jangan Menarik Pemberian !


satu keburukan jika Anda memberi hadiah kepada seseorang,
kemudian Anda menarik kembali hadiah itu. Lebih baik Anda tidak
memberi hadiah sama sekali daripada memberi tapi menarik kembali.
Nabi s.a.w. bersabda,

o- . t o /
, t.5) (^.>-J-r
4.2.9
*1x.t1Jt

50 I ,,n,n Akhrak
"Orang yang menarik hadiahnya bagaikan anjing yang meniilat
muntahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan mengungkit-ungkit hadiah di hadapan orang yang
menerima hadiah Anda. Allah berfirman, "Perhataan yang baih dan
pemberianmaaflebihbaihdaripadasedehahyangdiiringidengan
sesuatu yang nxenyalzitkan (perasaan penerima). Atlah Mahahaya
lagi
Maha Penyantun. Hai orang-orang yang berinxan, jangan halian
meng hilanghan (pahala) sed.ehah halian dengan meruy ebut - ny eb utny a
d.an menyahithan (perasaan penerima)."
(QS. Al-Baqarahz 263'264)

Jangan memberi sesuatu kemudian menyebut-nyebutnya'


karena hal itu akan menghapus pahala sedekah dan pahala hadiah.
Dan orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya' pada
hakikatnya dia menumPuk siksa.
Nabi s.a.w. bersabda,

Y'; q'd|h t, yqt fli "&f<- u Xtf itst

y ilt J:" ^.rt J;, t^:@ic U;& {:


ri e tttVi t}c'ri ;)iu lQtx *')
'J;'
;rju )itu:Prt ot1jrr;Slr i6 -fir

f6Jt
"Ada tiga orang yang tid.ah ahan disapa oleh Allah, tidak akan
d.ipand.ang dan tid.ak akan disucihan pada hari Kiamat;
dan
bagi mereka siksaan yang pedih'" Rasulullah s'a'w'
mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka adalah
orang-oran g yarlgkalah dan merugi' Siapakah mereka' wahai
Rasulullah?" Nabi menjawab, "Orang yang rnernan'jangkan
pakaiannya karena sontbong, orang yang suha mengunghit'
ungkit pemberiannya dan orang yang menjual dagangannyd
d.engan sumpah palsu." (HR. Muslim)

Fikih Akhlak I 51
Pada riwayat yang lain dari Muslim, "Orang yang suka mengung-
kit-ngungkif (al-mannin) adalah orang yang selalu menyebut-nyebut
pemberiannya."

Saling Memberi Hadiah antara Suami dan Istri


Hadiah antarasuami dan istri mempunyai pengaruh positifdalam
mengokohkan dan menumbuhkan rasa cinta. Allah berfirman, ,,Jika
rnereka menyerahkan hepada kalian sebagian dari mas kawin dengan
senang hati, maha makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai maka-
nan) yang sedap lagi baih ahibatnya." (QS. An-Nis6': 4) Jadi, jika
seorang wanita rela memberikan sebagian dari mas kawin kepada
suaminya, maka tidak ada larangan bagi suami untuk menerimanya
dan memakannya. Makanlah dengan senang.
Dalam ayat di atas kami memandang bahwa seorang istri, jika
memberi hadiah kepada suaminya, maka boleh dari sebagian mas
kawinnya, tidak semuanya. Yang demikian itu agar ia bisa mengguna-
kannya untuk keperluannya sendiri. Wallahu a'larn.
Hadiah dari suami kepada istri juga sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan rasa cinta istri kepada suaminya. Apalagi jika diiringi
kata-kata manis dan senyuman yang tulus. Itu semua menjadi bukti
adanya kasih sayang.
Jika Anda hanya memiliki satu hadiah, kepada siapakah Anda
harus memberikannya? Anda harus memberikannya kepada orang
terdekat. Dekat secara garis keluarga dan urutan tetangga.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Maimunah, istri Nabi s.a.w.,
mempunyai sahaya perempuan, lalu dia membebaskannya. Rasulullah
s.a.w. berkata kepadanya, "Ko.lau saja engkau meberikannya kepad.a
paman-pafiLanm)1., rnaka pahalamu akan lebih besar. (Namun tidak
selamanya menyerahkan budak kepada keluarga lebih besar pahalanya
daripada memerdekakannya. Kecuali jika keluarga dalam kondisi yang
sangat lemah, seperti sudah tua renta, penj).
Kadangkala hadiah menjadi lebih besar pahalanya dibanding
sedekah, jika dilakukan untuk menjalin persaudaraan dan mengharap

52 L,n'n Akhrak
pahala. Dari Aisyah r.a., ia berkata, "Aku berkata,'Wahai Rasulullah,
aku memiliki dua tetangga, kepada siapa aku memberikan hadiah di
antara mereka?' Rasulullah s.a.w. menjawab,

fi *,:,*;i:l iy
'Kepada tetangga yang pintunya lebih dehat'." (HR. Bukhari)
Dari dua hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kerabat
diutamakan daripada orang lain. Dari para kerabat diutamakan kerabat
yang rumahnya paling dekat. Ini semua jika mereka dalam kondisi
membutuhkan. Wallahu a'lam..

Menerima dan Memberi Hadiah kepada Orang Musyrik


(Non-Muslim)
Nabi s.a.w. menerima hadiah dari orang-orang muysrik:
Dari Abu Hamid as-Saidi r.a.: "Kami bersama Rasulullah ikut
dalam perang Tabuk, dan raja Ailah memberi hadiah kepada Rasulullah
berupa seekor keledai putih yang dipakaikan baju dari bulu." (HR.
Bukhari dan Muslim) Begitupula, seorang wanita Yahudi datang
kepada Rasulullah dengan membawa daging kambing beracun, lalu
Nabi memakannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan riwayat hidup Maria r.a. (ibu Ibrahim dan istri
Rasulullah) dalam kitab al-Ishd.bah. Di dalamnya disebutkan bahwa
raja Muqawqis menghadiahkan Maria kepada Rasulullah s.a.w.

Memberi Hadiah kepada Orang Musyrik


Allah berfirman, "Allah tidak rnelarang halian berbuat baik dan
berlaku adil kepada orang-ordng yang tidak rnemerangi halian karena
agatna dan tidak (pula) mengusir kalian dari kampung kalian.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesung'
guhnya Allah hanya melarang kalian rnenjadikan sebagai kawan
halian orang-oro.ng yang rlenxerangi kalian karena agama dan
mengusir halian dari karnpung halian dan membantu (orang lain)

Fikih Akhlak I 53
untuh m.engusir kalian. Barangsiapa menjadihan mereha sebagai
hawan, maka mereha itulah orang-ord.ng yang zalim." (QS. Al-
Mumtahanah:8-9)
Dari Asma binti Abu Bakar r.a.,iaberkata, "Ibuku mendatangiku
dan dia adalah seorang wanita musyrik di masa Rasulullah s.a.w. Lalu
aku meminta pendapat Rasulullah s.a.w. Aku berkata bahwa ibuku
datang dan dia bersikap baik. Apakah aku bersikap baik kepadanya?
Rasulullah s.a.w. bersaMa, "Ya, bersikap baiklah terhadap ibumu."8
Umar r.a. memberikan hadiah pakaian kepada saudaranyayang
musyrik di Mekah, sebelum saudaranya masuk Islam. (HR. Bukhari)
Tapi, jika dengan diberi hadiah orang kafir menjadi kuat dan
akan menindas kaum muslim, maka jangan memberi hadiah, karena
itu akan membahayakan.
Keluarga Abdullah ibn Amr menyembelih seekor kambing
untuknya. Ketika dia datang, dia berkata, "Apakah kalian sudah
memberikan ke tetangga kita yang Yahudi? Apakah kalian tidak
mendengar sabda Rasulullah s.a.w.,

l:i:rl" trt i::b ,-r ,a\ ,-*ri ,j,b, Jt) 6


"Jibril selalu mewasiatkan kepadahu akan tetangga, hingga
aku menduga bahwa Jibril akan memberinya hak waris." (IJ.B,.
Tirmidzi, Abu Daud dan Bukharilal-Ad.ab al-Mufrad.l)

Hadiah yang Tidak Boleh Ditolak


Di antara hadiah yang tidak boleh ditolak adalah minyak wangi.
Dari Anas r.a., "Nabi s.a.w. tidak pernah menolak wewangian." (HR.
Bukhari)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

'e ,;-at ir+a, ;y,;!i" utle, *eru "7, z ) . ,

e:)l
v L,n,n Akhrak
"Barangsiapa ditawari wangi-wangian, maha jangan nLeno-
lahnya, harena itu ringan dibawa dan harum baunya." (IJR,.
Muslim)

Larangan Memberi Hadiah dan Kapan Hadiah ltu


Tidak Boleh Diterima
Nash-nash yang telah kami paparkan merupakan anjuran untuk
memberi dan menerima hadiah. Selanjutnya, ada beberapa alasan yang
melarang untuk memberi dan menerima hadiah. Anda perhatikan
bahwa ratu Saba memberi hadiah kepada Sulaiman a.s. dan Sulaiman
menolaknya; Ibrahim a.s. menerima Hajar sebagai budak yang
dihadiahkan kepada istrinya, Sarah;dan Muhammad s.a.w. juga tidak
menolak hadiah. Pertanyaannya, mengapa Nabi s.a.w. menerima,
sedangkan Sulaiman a.s. menolak pemberian seseorang?
Sulaiman menolaknya karena ada upaya penyuapan dalam
urusan agama. Wanita tersebut mengirimkan hadiah agar Sulaiman
membiarkannya menyembah matahari. Dan, Sulaiman bukan tipe orang
yang mudah disuap. Apalagi dia berada dalam posisi yang kuat dan
kaya, saat itu. Sulaiman menolaknya karena ada unsur penyuapan
dalam urusan agama.
Allah berfirman, "Dan sesungguhnya ahu akan mengirim utusan
hepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) fiLenunggu
apa ya.ng akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. Maka tatkala
utusan-utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata,
'Apakah (patut) kalian menolong aku dengan harta? Apa yang
diberikan Allah kepadahu lebih baik daripada apa yang diberikan-
Nya hepada kalian. Tetapi kalian n'Lerasa bangga dengan hadiah
halian. Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi
mereka dengan bala tentara yang ntereka tidak huasa melawannya,
dan pasti kami akan mengusir mereha dari negeri itu (Saba) dengan
terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina." (QS. Ao-
Namk 35-37)
Jika hadiah bertujuan sebagai penyuapan untuk menyamarkan
kebenaran dan membela kebatilan, maka ketika itu hadiah tidak boleh

Fikih Akhlak I 55
diterima. Begitupula jika hadiah ditujukan untuk para penguasae agar
mereka memberikan sesuatu yang bukan hak Anda (KKN), maka
haram hukumnya memberi hadiah dan menerimanya. Dalam kasus
seperti ini, Nabi menggunakan kata larangan yang keras.
Dari Abu Humaid as-Sa'idi r.a., "Nabi menjadikan seseorang dari
Bani Azad yang bernama Ibnu al-Lutbiah sebagai pejabat ft.rnil) untuk
mengumpulkan sedekah. Ketika dia datang, dia berkata, 'fni untuk
kalian dan ini dihadiahkan untuk aku.' Dia (Rasulullah) berkata,'J ika
dia tinggal diam di rumah orangtuanya (tanpa jabatan), apahah dia
ahan diberi hadiah atau tidak? Demi Zat yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, setiap orang yang mengambil sesuatu,, pasti dia akan
mem.ihul sesuatu itu pada hari Kiamat. Jiha sesuatu itu adalah unta,
maka unta itu akan bersuara; jika sesuatu itu sapi, maha sapi itu akan
melenguh; jika sesuatu itu adalah kambing, maka kambing itu akan
mengernbik' Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya sampai
kami melihat rambut ketiaknya, Ya Allah, ahu telah rnenyampaikan.
Ya Allah, ahu telah tnenyarnpdikan.'(Diucapkan) sebanyak tiga kali."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Umar ibn Abdul Aziz,

i?t ilt: dl I' J;t a) ?,;'ttll'.rrs


"Hadiah pada zaman Rasulullah adalah hadiah. Sedang di zama
sekarang adalah suap."
Diriwayatkan oleh Abdur Razak dalam al-Mushannof, dari Ibnu
Mas'ud r.a., "Penghasilan yang haram (as-suhtu) adalah suap melawan
agama." Sufyan berkata, "Maksudnya adalah hukum agama."
Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah ibn Amr:

e*')0 qt!)t Ar Jy, d


"Rasulullah s.a.w. melaknat orang yang menyuap (ar-rdsyi) dan
orang yang menerima suap (al-murtasyt)."

s6 L,o,n Akhtak
Demikian juga halnya, hadiah dari barang curian atau barang
haram tidak boleh diterima, karena termasuk memakan barang haram
dan membantu berbuat dosa dan permusuhan.
Ahmad meriwayatkan bahwa Mughirah ibn Syu'bah berteman
dengan sekelompok orang musyrik. Dia mendapatkan kesalahan pada
mereka, sehingga dia memerangi mereka dan mengambil hartanya.
Kemudian Mughirah membawa harta itu kepada Rasulullah dan beliau
menolaknya.
Jika hadiah diberikan untuk mendapatkan keuntungan lebih
besar, dan jika tidak didapatkan akan melahirkan penyesalan, maka
hadiah tersebut tidak boleh diterima.
AIIah berfirman, "Riba (tambahan) yang kalian berikan agar
berkembang (menguntunghan bagi kalian) dalam harta orang lain,
maha dia tidak berhembang (menguntungkan) di sisi Allah." (QS. Ar'
Rffm: 39) Ini sama dengan orang yang memberi hadiah dengan
harapan mendapatkan keuntungan berlipat dari orang yang diberi
hadiah.
Jika orang yang memberi hadiah menganggap hadiahnya itu
sebagai utang Anda kepadanya dan Anda tidak mau menanggungnya,
maka jangan menerima hadiah seperti itu. Tolaklah hadiah itu dengan
sopan agar tidak melukai hati orang yang memberi.
Jika orang yang memberi hadiah adalah tipe orang yang suka
mengungkit-ungkit pemberiannya (al-mannd.n), maka Anda harus
menolaknya.
Anda tidakdibenarkan memberi hadiah kepada orang bodohyang
akan menggunakan pemberian itu untuk maksiat kepada Allah dan
berbuat kerusakan di bumi. Allah telah berfirman, "Sesungguhnya
Attah tidah rnenyuhai kerusakan." (QS. Al'Baqarah: 205) "Jangan
kalian serahkan harta kepada orang-orang yang belum sem.purna
ahalnya yang Allah menjadikan kalian sebagai penanggung jawabnya
(qiy6man). Penuhilah kebutuhan (makan) mereka, berilah mereka
pakaian dari harta itu dan ucaphanlah kepada ntereka kata-kata yang
baik." (QS. An-Nis6': 5)

Fikih Akhlak I 57
Yangperlu diperhatikan dalam memberi hadiah adalah kepastian
bahwa hadiah sepenuhnya berdampak positif. Jangan sampai hadiah
yang Anda berikan kepada seseorang menyebabkan kedengkian pada
orang lain. Kadangkala Anda memberi hadiah kepada salah satu anak
Anda dan itu iri anak Anda yang lain.
Nu'man ibn Basyir berkata, "Ayahku memberi sesuatu kepadaku,
lalu Amrah binti Rawahah berkata (kepada ayahku), Aku tidak rela
sampai engkau menanyakannya kepada Rasulullah s.a.w.' Kemudian
ayahku menemui Rasulullah dan berkata,'Aku memberi sesuatu dari
Amrah binti Rawahah kepada seorang anakku. Kemudian Amrah
menyuruhku untuk bertanya tentang itu kepadamu, wahai Rasulullah.'
Rasulullah bertanya,'Apakah engkau memberikan sesuatu itu kepada
semua anakmu?' Dia menjawab,'Tidak.' Rasulullah berkata,'Takutlah
kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.'Kemudian
ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas, "Jika engkau memberi pinjaman kepada
seseorang, maka jangan menerima hadiah darinya, walaupun sekadar
kaki hewan atau tunggangan." (Abdur Razak, al-Mushannafl
Dari Salim ibn Abi al-Ja'ad, "Seorang laki-laki datang kepada
Ibnu Abbas dan berkata, "Kami memiliki seorang tetangga nelayan
lalu aku memberinya pinjaman lima puluh dirham. Kemudian dia
mengirim ikannya kepadaku.' Ibnu Abbas berkata,'Hitunglah (harga
ikan itu). Jika lebih banyak (dari utangnya), kembalikanlah; jika
seimbang, potonglah utangnya'." (Abdur Razak dalam oJ-
Mushannaf dan Baihaki)
Dari Alqamah, "Jika engkau mampir ke tempat orang yang
berutang kepadamu, kemudian engkau memakan sesutau di tempatnya,
maka hitunglah apa yang engkau makan itu. Namun Ibrahim berkata,
'Kecuali jika sudah diketahui bahwa mereka sudah biasa saling
memberi'." (Abdur Razak dalam al-Mushannafl Dan banyak lagi
hadis lain yang berbicara soal ini.
Akan tetapi jika Anda memberi pinjaman uang kepada seseorang,
lalu dia mengembalikan dengan tambahan (tanpa ada syarat dari Anda)

58 L,o,n Akhrak
dengan senang hati, maka tidak ada larangan bagi Anda untuk meneri-
manya. Dari Abu Hurairah, "Nabi memiliki utang unta kepada seseo-
rang, lalu orang itu menemui beliau untuk menyelesaikan urusan utang
itu. Nabi berkata (kepada para sahabat),'Bayarkan (utangku) kepadanya !'
Mereka mencari unta tapi tidak mendapatkan yang sebanding dengan
unta (pinjaman Nabi). Mereka hanya menemukan unta yang lebih bagus.
Nabi berkata, 'Berikanlah (unta yang lebih bagus itu) kepadanya!'
Kemudian orang itu berkata, 'Engkau telah menunaikannya untukku,
semoga Allah akan menunaikan untukmu.' Mendengar itu, Nabi berkata,

i'€tV ol
o

lai
'Orang yang paling baih di antara kalian adalah orang ydng
p aling b aih dalam rnenunaikan kew ai ib anny a'."

Dari Jabir r.a., "Aku menemui Rasulullah ketika beliau di masjid


dan beliau mempunyai utangkepadaku. Lalu beliau menyelesaikannya
dan memberi tambahan untukku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hendaknya seseorang menjaga diri agar tidak terlalu semangat
menerima hadiah jika berupa riba. Kadang kala ada seseorang yang
meminjam uang dari orang lain. Ketika datang saatnya harus mengem-
balikan, dia tidak mampu mengembalikannya. Dengan terpaksa orang
yang memberi pinjaman melepaskan piutangnya itu tanpa dikemba-
likan. Ini akan membuat orang yang meminjam kehilangan harga diri
dan mudah ditindas. Oleh karena itu, hendaknya seseorang menjaga
diri dari menerima hadiah.
Dari Thariq Abi Burdah, "Aku datang ke Madinah dan bertemu
dengan Abdullah ibn Salam. Abdullah ibn Salam berkata, 'Maukah
engkau datang kepadaku dan aku memberimu makan dengan gandum
dan kurma. Dan engkau mampir ke rumahku?'Kemudian dia berkata,
'sesungguhnya engkau berada di bumi yang mana riba telah menyebar'
Jika engkau memiliki hak atas seseorang, kemudian orang itu membe-
rimu setumpuk jerami, setumpuk gandum atau setumpuk makanan
ternak, maka itu adalah riba."lo

Fikih Akhlak I 59
Laki-laki boleh memberi hadiah kepada wanita dan sebaliknya,
seperti yang telah dijelaskan, jika tidak dikhawatirkan terjadi fitnah.
Jika hadiah dari seorang wanita kepada laki-laki, atau sebaliknya,
menyebabkan terjadi fitnah; wanita jatuh hati kepada sang lakiJaki
dan sebaliknya, lalu mereka terjerumus melakukan perbuatan yang
haram, maka dalam kondisi seperti ini hadiah menjadi terlarang. Bukan
karena hadiah itu haram, akan tetapi untuk menutup jalan menuju
sesuatu yang haram. Allah tidak suka kerusakan moral.
Tidak layak Anda membebani orang lain agar memberi hadiah
kepada Anda. Jika Anda lakukan itu, bisa jadi Anda tidak mendapat
berkah dari Allah sebab pemberian itu. Jika Anda diberi hadiah atau
mengambil sesuatu tanpa meminta-minta atau dorongan nafsu, maka
Anda akan mendapat berkah. Jagalah agar hati orang yang memberi
hadiah kepada Anda tetap dalam keadaan senang. Perhatikanlah hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari yang berisi tentang bagaimana
Rasulullah berusaha menyenangkan hati orang yang memberi:
Dari Marwan ibn Hakam dan al-Masur ibn Makhramah,'I(etika
utusan dari Hawazin datang kepada beliau dalam keadaan menyerah,
dan mereka meminta agar harta dan tawanan dari mereka
dikembalikan, Rasulullah berkata, 'Aku bersama orang-orang yang
kalian lihat. Ucapan yang paling aku suka adalah ucapan yang paling
benar. Pilihlah salah satu dari dua pilihan: tawanan perang atau harta.
Aku bersedia menunggu keputusan kalian.'Nabi menunggu mereka
sampai sepuluh malam lebih setelah beliau kembali dari Thaif. Ketika
mereka merasa bahwa Nabi hanya akan mengembalikan salah satu
saja (dari dua pilihan harta dan tawanan), mereka berkata, 'Kami
memilih tawanan kami.'Kemudian beliau berdiri di depan kaum
muslimin, memuji Allah dan berkata,'Amnl.a ba'du. Saudara-saudara
kalian ini datang kepada kita dalam keadaan bertobat. Aku bermaksud
mengembalikan tawanan mereka kepada mereka. Barangsiapa dengan
senang hati memberikannya, lakukanlah. Barangsiapa menginginkan
bagiannnya tetap berada di tangannya, sampai kami memberinya
bagian yang didapat dari pajak orang-orang kafir dan rampasan
perang, lakukanlah. Kaum muslimin kemudian berkata, 'Kami rela

@ L,n,n Akhrak
untuk mereka, wahai Rasulullah.'Rasulullah berkata kepada mereka,
'Kami tidak tahu siapa di antara kalian yang mengizinkan dan siapa
yang tidak mengizinkan. Kalian pulanglah, biar pemuka-pemuka
mereka akan menjelaskan kepada kami.'Kemudian mereka kembali
kepada Rasulullah s.a.w. dan melaporkan bahwa mereka rela dan
mengizinkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi bersabda,

;,//.i ;i;*, i-;f 'p i:b ?;; irjr u; ot

a-s a) '!rti'f ,.x


' -rt?V i*i ;t d d !ri.
/ '/
' lro ,.1,
eu't,VU qns
"sesungguhnya harta itu menggiurkan dan manis.tl
Barangsiapa tnengambilnya dengan kedermawanan, maka
akan diberhahi; barangsiapa mengambilnya dengan rahus,
maka tidak akan diberhahi, seperti orang yang makan tapi tidak
pernah rlerasa kenyang." (HR. Bukhari)
Dari Muawiyah r.a., "Aku mendengar Rasulullah s.a.w. berkata,
'sesungguhnya aku adalah penyirnpan. Barangsiapa aku beri dengan
hati yang baik, maka akan diberkahi; Barangsiapa aku beri sebab
ketamakannya, maka seperti orang yang makan tetapi tidak pernah
rnerasa henyang'." (HR. Muslim)

Fikih Akhlak I 6I
BERBUAT BAIK DAN MEMAAFKAN

Inilah cara paling manjur dalam menumbuhkan rasa cinta dan


sayang manusia. Allah berfirman, "Tidaklah sarna kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka
tiba-tiba ordng yang antara enghau dan dia ada permusuhan seolah-
olah rnenjadi ternan yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan hepada orang-ordng yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang rnempunyai
keberuntungan yang besar." (QS. Fushshilat: 34-35)
Jika seseorang melontarkan makian kepada Anda, maafkanlah
dan ucapankan kata-kata yang baik. Jika seseorang bersikap tidak
baik terhadap Anda, maka Allah akan tetap membantu Anda jika Anda
memberi maaf dan tetap berbuat baik.
Jika seseorang menganiaya Anda, maafkanlah. Sesungguhnya
Allah akan membela Anda, karena Allah selalu membela orang yang
teraniaya. "Sesungguhnya Allah mernbela orang-orang yang berirnan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang berkhianat
dan menginghari nikmat." (QS. At-Eqij. 38)."
Allah berfirman, "Demikianlah. Dan bd.rangsiapa rnembalas
seimbang dengan. penganiayaan yang pernah ia derita kemudian dia
dianiaya lagi, maka Allah akan menolongnya." (QS. Al-Hqij: G0) Ini
hak orang yang membalas penganiayaan yang ia terima; Allah pasti
menolongnya! Apalagi orang yang menyerahkan semua haknya kepada
Allah. Oleh karena itu, tetaplah memberi maaf, karena memaafkan
termasuk karakter orang-orang baik.

62 I ritirr Akhtak
Allah berfirman, "Orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafhan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat hebajikan." (QS. Ali Imran: 134)
Allah berfirman, "Jika kalian memaafkan dan tidah memarahi
serta mengam.puni (mereka), maha sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Tagh6bun: 14)
Allah berfirman, "Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang
setimpal. Barangsiapa memaafhan dan berbuat baik, maha pahalanya
atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syffr6: 40)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda,

',
t;c St,
i:ti-ru rtr t\ t4 Jtl y o !i..
, n un
fib'*io .'-
t1
6z /
[t:t i;;., 1ty,Li c,
"+t;
"Sedekah itu tidak akan mengurangi harta dan Allah akan
menambah seorang hamba yang memberi maaf dengan
keagungan. Orang yang rendah hati kepada Altah ahan
dianghat oleh Allah." (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

'S'4tt*ti lJ ->; l3-->j. lz ol ,/ a

"Sayangilah, niscaya kalian akan disayangi, dan maafkanlah,


niscaya kalian akan dimaafkan.'(Ahmad, Abdun ibn Hamid
dalam al-Muntahhab dan Bukhari dalam al-Adab al-
Muftad.)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

/o/
Z,er>
o 4,,, 1,, ?. .a
J*
'Ji( aL? . ,, . .,
,f ,]>.-l ;e aJJl
LFU
dk !'*'iV'
Fikih Akhlak I 63
"Tidah ada sesuatu yang lebih mulia, di sisi Allah, yang ditelan
oleh seorang hamba daripada kemarahan yang dia tahan untuk
mendapat ridha Allah." (HR. Ahmad dan lbnu Majah)

Memberi Maaf dan Berbuat Kebaikan Termasuk


Karakter Rasulullah s.a.w.
Dari Abdullah ibn Amru ibn al-Ash r.a., "Ayat yang ada dalam
al-Qur'an, "Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutusm.u sebagai
saksi, pemberi kabar gernbira dan pemberi peringatan," pernah Allah
firmankan dalam Taurat, "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami
mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan
dan menjadi pelindung bagi masyarakat jelata. Fngkau hamba-Ku dan
utusan-Ku. Aku menyebutmu sebagai orang yang berseruh dfti (al-
rnutawakkil). Tidak kasar tutur katanya, tidak keras hatinya, tidak
teriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan.
Tetapi di memberi maaf dan toleran. Allah tidak akan mengambilnya
sampai Allah meluruskan, dengan perantara dia, agama yang
menyeleweng dengan menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah.
Dengan demikian terbukalah mata yang buta, telinga yang tuli dan
hati yang tertutup." (HR. Bukhari)
Dari Abi Abdullah alJadali, "Aku bertanya kepada Aisyah r.a.
tentang budi pekerti Rasulullah s.a.w. Lalu dia berkata,

,/Jz
\) ,et-lit e16, \L;k YiqU.FT
).o . , ,l .
l ',o ,. a O ,. o .

*-s-*-
-/.2

;Nl 4:tJ! €f-

'Dia tidak keji, tidak berkata kotor, tidak berteriak keras di pasar-
pasar dan tidak membalas kejelekan. Dia adalah orang yang
memaafkan dan toleran'." (HR. Tirmidzi)

& L,n,n Akhrak


KEADILAN DAN KEMULIAAN

Allah telah memerintahkan untuk bersikap adil dan Allah


membimbing untuk memberi maaf dan berbuat baik dalam banyak
ayat-Nya. "Balasan kejahatan adalah hejahatan yang setimpal.
Barangsiapa mernaafhan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tang-
gungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidah menyuhai orang-orang yang
zalim. Dan sesungguhnya orang-orang yang n'Lenxbela diri sesudah
teraniaya, tidak ada dosa bagi mereka. Sesungguhnya dosa itu atas
orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan m.elampui batas
di muka bumi dengan tidak benar. Mereka itu mendapat.azab yang
pedih. Dan orang yang bersabar d,an memaafkan, sesungguhnya (perbu-
atan) yang demikian itu termasuh hal-hal yang diutamakan." (QS.
Asy-Syffr6z 4O-43)
"Dan balasan kejahatan adalah hejahatan yang setimpol. " Itulah
keadilan. "Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maha pahalanya
atas (tanggungan) Allah." Inilah bimbingan untuk berbuat baik dan
memberi maaf.
Begitu juga firman Allah, "Sesungguhnya Allah mernerintahkan
berlahu adil dan berbuat kebajihan (ihsan)." (QS. An-Nahl:90) Ihsan
adalah memberi maaf, menurut pendapat banyak ulama.
"Orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbu-
atan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamo,han." Di sini
terdapat penjelasan tentang keutamaan kebaikan, maaf dan sabar.
"Dan Kami telah tetapkan atas mereha di dalamnya (Taurat),
bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan

Fikih Akhlak I 65
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan setiap luha ada
qishasnya (balasan yang setimpol)." (QS. Al-M6'idah: 4E) Semuanya
mengacu kepada keadilan.
"Barangsiapa merelahannya (hah membalas), maka itu (menjadi)
penebus dosa baginya." (QS. Al-M6'idah: 4E) Ini bimbingan untuk
memberi maaf.
"Sesungguhnya Allah itu benar-benar Maha Pemberi rnaaf dan
Maha Pengampun." (QS. Al-Hajj: 60) Ini adalah keadilan. Diperbo-
lehkan bagi yang tertindas untuk membela diri sesuai ketertin-
dasannya.
"Atau mernaafhan hesalahan (orang lain). Sesungguhnya Ailah
Maha Pemaaf lagi Mahahu.asa." (QS. An-Nisd': l4g) Ini bimbingan
untuk memberi maaf dan berbuat baik.
"Demikianlah. Barangsiapa membalas seirnbang dengan
penganiayaan yang pernah ia derita, hemudian dia dianiaya lagi,
maka Allah pasti ahan menolongnyo. " (QS. A.I{qii : 60) yang dimaksud
adalah keadilan.
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemberi maaf lagi Maha
Pengampun." (QS. Al-IIqli:60) Bimbingan pemberian maaf.
Selamat untuk orang yang memberi maaf dan menempuh jalan
orang-orangyang berbuat baik. Selamat untuk orang yang mengambil
sikap mulia dalam segala urusan dengan kesabaran dan memaafkan
orang lain.
Selamat untuk orangyang menahan diri ketika marah dan tidak
membalas perlakuan saudaranya dengan kejelekan, bahkan memaaf-
kannya. Semua ini adalah kebaikan!

L,*n Akhrak
MEMBELA DIRI

Orang yang menuntut haknya sesuai kadar ketertindasannya


bukanlah orang yang zalim. Dia bersikap benar jika tidak melampui
kadar ketertindasannya dan penganiayaannya. Bahkan Allah akan
membelanya. Allah berfirman memuji orang-orang beriman, "Dan
orang-orang yang apabila mereha diperlahuhan dengan zalim, rnereka
rnembela diri. Dan balasan hejahatan adalah kejahatan yang setimpal.
Barangsiapa memaafhan dan berbuat baih, maha pahalanya atas
(tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syffr6: 39-40)
Saya sebutkan satu peristiwa yang dialami oleh Rasulullah ketika
beliau sakit yang menyebabkan wafatnya: Dari Aisyah r.a., "Kami
memasukkan obat ke mulut beliau ketika beliau sakit. Kemudian beliau
memberi isyarat agar kami tidak memberinya obat. Dan kami mengang-
gap itu adalah sikap tidak suka orang sakit akan obat. Ketika beliau
sadar, beliau berkata, 'Bukankah aku melarang kalian memberikan
obat ke mulutku?'Kami berkata,'Itu sikap tidak suka orang sakit akan
obat.'Beliau berkata, 'Setiap orang yang ada di dalam rumah ini pasti
akan (dibalas) dicekoki dan aku melihat, kecuali Abbas, karena dia
tidak menyaksikan kalian!"' (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah ucapan Rasulullah s.a.w., "Setiap orang yang ada
di dalam rumah ini pasti akan (dibalai) dicekohi dan aku melihat!"
(Kata-kata ini terkesan bahwa beliau dendam terhadap orang-orang
yang memperlakukan beliau dengan sesuatu yang tidak beliau suka,
yaitu memberinya obat dari mulut dan beliau sudah melarang mereka
melakukan itu. Ini bukan berarti bahwa beliau dendam terhadap

Fikih Akhlak I *

E-
mereka, namun ini adalah didikan beliau kepada kita bahwa kita boleh
membela diri ketika diperlakukan dengan sesuatu yang tidak
menyenangkan, penj.)
Aisyah membela dirinya danZainabdi hadapan Rasulullah s.a.w.
ketika dia merasa bahwa Rasulullah membenarkan pembelaan dirinya:
Dari Aisyah r.a.: "Istri-istri Rasulullah mengutus Fatimah (putri
beliau) kepada Rasulullah. Fatimah meminta izin kepadanya,
sedangkan beliau sedang berbaring bersamaku di dalam selimut dari
bulu milikku. Beliau mengizinkannya. Fatimah berkata, "wahai
Rasulullah, istri-istrimu mengutusku untuk menuntut keadilan (cinta)
berkenaan dengan putri Abu Qahafah (Aisyah).'Aku diam saja. Kemu-
dian Rasulullah berkata kepada Fatimah,'wahai putriku, bukankah
engkau menyukai apa yang aku suka?' Fatimah menjawab, ,ya)
Rasulullah berkata,'Cintailah dia (Aisyah).' Ketika mendengar ucapan
Rasulullah itu, Fatimah berdiri dan pulang menuju istri-istri Rasulullah.
Fatimah menceritakan (kepada istri-istri Rasulullah) apa yang telah
dia katakan dan apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah kepadanya.
Mereka (istri-istri Rasulullah) berkata kepada Fatimah, ,Engkau tidak
memuaskan kami sedikit pun. Kembalilah kepada Rasulullah dan
katakan kepadanya bahwa istri-istrinya menuntut keadilan (cinta)
berkenaan dengan putri Abu Qahafah!'Lalu Fatimah berkata, ,Demi
Allah, aku tidak akan membicarakan kepadanya (Rasululah) tentang
dia (Aisyah) lagi.'Istri-istri Rasulullah kemudian mengutus Zainab binti
Jahsy, istri Rasululiah. Dialah yang menyamai aku (Aisyah) daram
kedudukan di sisi Rasulullah. Aku belum pernah melihat wanita yang
lebih baik dalam agamanya, lebih bertakwa kepada Allah, lebih benar
ucapannya, lebih sering menjalin persaudaraan, lebih banyak
sedekahnya, lebih giat dalam pekerjaan sosial dan mendeliatkan diri
kepada Allah dengan kegiatan itu, dibanding Zainab. Hanya saja dia
berperangai cepat marah dan cepat dingin. Kemudian zainab minta
izin kepada Rasulullah dan beliau sedang bersama Aisyah di selimut
bulunya. Sama dengan kondisi ketika Fatimah masuk menemuinya.
Dan Rasulullah mengizinkannya. Zainab berkata, ,Wahai Rasulullah,
istri-istrimu mengutusku untuk meminta keadilan berkenaan dengan

68 L,n,n Akhrak
putri Abu Qahafah.'Dia (Aisyah) berkata,'Kemudian dia menghardik
aku tanpa henti. Aku mengawasi Rasulullah apakah beliau mengi-
zinkan aku untuk melawannya . Zainab tidak meninggalkan tempatnya
hingga aku tahu bahwa Rasulullah tidak melarang aku untuk membela
diri. Aku membentaknya dan aku tidak berlaku ramah ketika aku
menentangnya. Kemudian Rasulullah berkata sambil tersenyum,
'Itulah Aisyah putri Abu Bakar'." (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka
diperlakukan dengan zalim, mereha boleh membela diri." (QS. Asy-
Syfird:39)
Firman Allah, "Demihianlah. Barangsiapa membalas seimbang
dengan penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian dia dianiaya
lagi, maka Allah ahan menolongnya." (QS. Af-IIajj: 60)
Firman Allah, "Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi wewenang kepada ahli warisnya.
Tetapi janganlah ahli waris itu melampui batas dalarn membunuh.
Sesungguhnya dia akan ditolozg." (QS. Al-Isr6': 33)
Amarah itu manusiawi. Penganiayaan adalah haram. Tidak
selamanya orang yang dianiaya sanggup bersabar dan orang yang
menganiaya bisa dimaafkan. Oleh karena itulah ditetapkan hukum
qishas di dunia. Bahkan Allah berfirman bahwa "Di dalam qishas itu
ada Qaminan kelangsungan) hidup bagi kalian, wahai orang-orang
yang berakal, agar kalian bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 179)
Berapa banyak penindas yang jika dibiarkan, dia akan terus
menindas dengan jahat dan merusak. Oleh karena itu sifat memaafkan
tidak selamanya dianjurkan. Kadangkala sifat memaafkan dipahami
oleh orang-orang pandir sebagai ketidakberdayaan. Bahkan
memaafkan dipahami sebagai meyerah diri kepada penindasan. Oleh
karena itu, para penindas akan terus menindas dan sewenang wenang.
Tidakkah Anda membaca firman Allah, "Jika ada dua golongan
dari orang muhmin berperang, maka damaihanlah keduanya. Jika
sulah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan
yang lain, maka perangilah golongan ya,ng berbuat aniaya itu sehingga

Fikih Akhlak I 69

E
golongan itu kembali (hepada perintah Allah). Damaihanlah keduanya
dengan adil. Berlakulah adil, sesungguhnya Allah ntenyuhai orang-
orang yang berlahu adil." (QS. Al-Hujur6t: 9)
Terkadang orang salah dalam memahami kisah Abu Bakar
bersama Misthah sehingga kesimpulannya menjadi rancu. Sebagai-
mana telah diketahui, Misthah telah menuduh Aisyah berbuat nista.
Kemudian Allah menjelaskan tentang kebersihan Aisyah dan
kebohongan Misthah dan orang-orang yang terlibat dalam menuduh
Aisyah.
Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan membiayai
Misthah, mulai hari ini!" Kemudian Allah berfirman,"Orang-orang yang
tnempunyai kelebihan rezki di antara kalian, janganlah bersurnpah
bahwa rnereha (tidak) akan mernberi (bantuan) hepada herabatnya,
oro,ng-orang yang hijrah di jalan Allah. Hend,ahlah mereha rnemaafkan
dan berlapang dada. Apahah halian tidah ingin Allah mengarnpuni
kalian? Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
An-Nffr:22)
Mendengar ayat ini, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak
akan menghentikan pemberianku kepada Misthah untuk selamanya!"
Inilah maaf dari Abu Bakar dan kelapangan dadanya.
Tapi, kapan pemberian maaf itu dilakukan? Untuk siapa
kelapangan dada itu? Itu terjadi setelah di dalam al-Qur'an Aisyah
dinyatakan bersih dari tuduhan bohong itu, yang dibaca di berbagai
tempat.12 Itu terjadi setelah kebohongan Misthah dipa-parkan. Itu
terjadi setelah pengakuan salah Misthah dan penjelasan al-Qur'an
akan kesalahan dan kebohongan orang-orang yang menuduh Aisyah.
Maka, pemberian maaf di sini memiliki alasan yang kuat dan jelas.
Banyak orang yang salah dalam memahami sifat pemaaf. Mereka
(biasanya para penguasa) terus menzalimi orang lain (biasanya rakyat
jelata) dan menyatakan bahwa mereka memiliki sifat mulia, yaitu rela
mendahulukan kepentingan umum. Seolah mereka menindas masya-
rakat secara kontinyu, sambil meminta masyarakat untuk sabar meng-
hadapi penindasan mereka; "Sabarlah kalian menerima penindasan

70 L,n'n Akhrak
ini, sabarlah kalian menerima kezaliman ini, sabarlah kalian
menghadapi pencurian ini, sabarlah kalian ...walau harga diri kalian
direndahkan!" Sungguh jauh perbedaan antara sifat pemaaf dengan
sifat lemah, pengecut dan menyerah. Pahamilah dan pikirkanlah,
semoga A,llah memberkahimu!
Jiwa manusia tidak selamanya sanggup bertahan menghadapi
penindasan, seperti yang telah dijelaskan. Begitu juga tidak semua
orang sanggup bersabar menghadapi penindasan. Rasulullah sendiri
berbeda-beda dalam bersikap: sikapnya terhadap Hindun tidak sama
dengan sikapnya terhadap Wahsyi ibn Harb, pembunuh Hamzah.
Padahal Wahsyi telah memeluk agama Islam, begitu pula Hindun.
Dari Aisyah r.a., "Hindun binti Utbah datang dan berkata, 'Wahai
Rasulullah, dulu tidak ada rumah di muka bumi ini yang paling aku
senangi untuk direndahkan, kecuali rumah engkau. Namun kini, tidak
ada rumah di muka bumi ini yang paling aku senangi untuk dimu-
liakan, kecuali rumah engkau.'Beliau (Rasulullah) berkata, 'Benar,
demiZatyang jiwaku berada dalam genggaman-Nya'." (HR. Bukhari
danMuslim)
Berikut ini contoh yang baik dalam menjelaskan pengaruh positif
dari pemberian maaf. Dalam kisah ini terdapat bukti bahwa Rasulullah
memiliki cara pandang yang jauh tentang seorang kafir yang diha-
rapkan kebaikannya. Inilah kisahnya dan perhatikanlah:
Dari Abu Hurairah r.a., "Rasulullah s.a.w. mengutus rombongan
berkuda menuju Najd. Kemudian mereka datang dengan membawa
seseorang dari Bani Hunaifah yang bernama Tsumamah ibn Utsal,
seorang pemuka penduduk Yamamah. Mereka mengikatnya di salah
satu pilar masjid. Rasulullah menemuinya dan berkata,'Apa yang ada
padamu, wahai Tsumamah?'Dia berkata, 'Aku memiliki kebaikan,
wahai Muhammad. Jika engkau membunuh, berarti engkau membu-
nuh orang yang pantas dibunuh. Jika engkau memberi, maka engkau
memberi kepada orang yang bersyukur. Jika engkau menginginkan
harta, mintalah, niscaya engkau akan diberi sesuai keinginanmu.'Lalu
Rasulullah membiarkannya sampai esok hari.

Fikih Akhlak I 7l
Rasulullah bertanya lagi, 'Apa yang ada padamu, wahai
Tsumamah?'Dia menjawab, 'Aku memiliki apa yang telah aku katakan
kepadamu: jika engkau memberi, maka engkau memberi kepada orang
yang bersyukur. Jika engkau membunuh, berarti engkau membunuh
orang yang pantas dibunuh. Jika engkau menginginkan harta,
mintalah, niscaya engkau akan diberi sesuai keinginanmu.,Lalu
Rasulullah membiarkannya sampai esok hari, seperti sebelumnya.
Rasulullah bertanya lagi,'Apa yang ada padamu, wahai Tsuma-
mah?'Dia menjawab, 'Aku memiliki apa yang telah aku katakan:jika
engkau memberi, maka engkau memberi kepada orang yang bersyukur.
Jika engkau membunuh, berarti engkau membunuh orang yang pantas
dibunuh. Jika engkau menginginkan uang, mintalah, niscaya engkau
akan diberi sesuai keinginanmu.' Rasulullulah lalu memerintahkan,
'Bebaskan Tsumamah!'
Setelah itu, dia (Tsumamah) pergi ke kebun kurma dekat masjid
dan mandi. Kemudian dia masukke masjid dan berkata,'Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muharnrnad adatah hamba-
Nya d,an utusan-Nyo. Wahai Muhammad, demi Allah. Dulu, tidak
ada wajah di bumi ini yang lebih aku benci daripada wajahmu. Kini
wajahmu adalah wajah yang paling aku cinta daripada semua wajah.
Tidak ada agama di bumi ini yang paling aku benci lebih dari
agamamu. Kini agamamu adalah agama yang paling aku cinta dari
semua agama. Tidak ada kampung di bumi ini yang paling aku benci
lebih dari kampungmu. Kini kampungmu adalah kampung yang
paling aku cinta dari semua kampung. Pasukan berkudamu telah
membawaku dan aku ingin melaksanakan umrah. Bagaimana
pendapatmu?' Rasulullah memberinya kabar gembira dan
menyuruhnya melakukan umrah. Ketika dia sampai di Mekah,
seseorang berkata kepadanya, 'Apakah engkau telah meninggalkan
agama lamamu? Dia menjawab,'Tidak.' (Tsumamah mengatakan
"tidak" karena menurutnya menyembah berhala bukanlah agama.
Jadi dia meninggalkan menyembah berhala berarti bukan
meninggalkan agama, penj.l,) Tetapi aku telah masuk Islam bersama
Rasulullah dan aku tidak akan kembali menyembah berhala. Demi

72 L,n'n Akhrak
Allah, setiap satu biji gandum pun yang datang dari Yamamah kepada
kalian, harus mendapatkan izin dari Rasulullah'."14

Doa Rasulullah s.a.w.


Dari Abu Hurairah, "Ath-Thufail ibn Amru datang kepada
Rasulullah dan berkata,'Sesungguhnya suku Daus membangkang.
Berdoalah kepada Allah agar mereka binasa.' Masyarakat mengira
bahwa Rasulullah akan mendoakan kebinasaan untuk mereka.
Ternyata Rasulullah malah berdoa, Ya Allah, berilah petunjuh kepada
suku Daus dan datanghanlah rnereha'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., 'Ipr1, aku mengajak ibuku untuk
memeluk Islam dan dia adalah wanita musyrik. Pada hari ini aku
mengajaknya, namun dia justru berkata tidak baik tentang Rasulullah
yang membuat aku kesal. Lalu aku datang kepada Rasulullah dalam
keadaan menangis, 'Wahai Rasulullah, dulu aku mengajak ibuku
untuk memeluk Islam tapi dia menolak. Hari ini aku mengajaknya
lagi dan dia justru berkata tidak baik tentang engkau yang membuat
aku kesal. Berdoalah kepada Allah agar ibu Abu Hurairah mendapat
petunjuk.'Lalu Rasulullah berdoa,Ya Allah, berilah petunjuk kepada
ibu Abu Hurairah!'Kemudian aku keluar dengan perasaan senang
karena doa Rasulullah. Ketika sampai di depan pintu rumahku, pintu
itu tertutup. Ibuku mendengar langkah kakiku, lalu dia berkata,
'Tetaplah di tempatmu, wahai Abu Hurairah!'Aku mendengar suara
air. Dia (ibuku) mandi, memakai pakaian rumah, bergegas memakai
kerudung kemudian membuka pintu dan berkata, 'Wahai Abu
Hurairah, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya'." (HR. Muslim)
Dari Aisyah r.a.: Rasulullah berdoa, "Ya Allah, beratkanlah
orang-orang yang n-Lempersulit urusan umatku dan sayangilah orang-
orang yang nxenlpermudah urusan umatku."
Nabi berdoa, "Ya Allah, tanganilah kaum Qurays. Ya Allah,
tanganilah Abu Jahal, Utbah ibn Robiah, Syaibah ibn Rabiah, Walid
ibn Utbah, [Jmayah ibn Khalaf dan Uqbah ibn Abi Mu'ith." (H.R,.
Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak I 73

E
iqttlrr

I
I

Begitujuga para nabi, sebagian mereka mendoakan kebaikan


untuk kaumnya dan sebagaian mereka mendoakan kejelekan atas
kaumnya.
Firman Allah, "Nuh berkata, 'ya Tuhanku, jangan biarhan
seorangpun dari orang-orang hafir itu tinggal d.i atas bumi.
sesungguhnya jika Engkau biarkan
rnereka tinggar, niscaya mereha
akan menyesatkan hamba-ham.ba-Mu d.an mereka tidak akan
melahirhan selain anak yang berbuat rnaksiat ragi sangat hafir.t (es.
Nffh:26'27) Nuh a.s. mendoakan kejelekan atas kaumnya karena dia
menilai bahwa keberlangsungan hidup mereka sudah tidak berguna.
Bahkan dia melihat bahwa keberlangsungan hidup mereka akan
berdampak negatif bagi masyarakat yang baik. Ailah berfrrman,,,Dan
diwahyukan kepada Nuh bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman
di antara kdurnmu, hecuali orang yang telah beriman (saja),,, (eS.HOd:
36)
Nabi Musa a.s. berkata,,,yaTuhan kami, sesungguhnya Enghau
telah memberi perhiasan dan kehayaan dalam kehid,upan d,unia
kepad,a
Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya. ya Tuhan kami, akibatnya
rnereka rnenyesatkan (manusia) d,ari jatan Enghau. ya
Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka d,an kuncilah hati tnereka.
Mereka
tidak akan beriman hingga tnereka merihat siksaan yang pedih (es.
Yunus:88)
sedangkan Nabi Ibrahim a.s. berkata, "Barangsiapa mengikuti
aku, maka sesungguhnya orang itu termasuk goronganhu; barangsiapa
mendurhakai aku, rnaha sesungguhnya Engkau Maha pengampun
ragi
Maha Penyayang." (QS.Ibrahim: 86)
Isa a.s. berkata, ,,Jika Enghau menyiksd, rnereka, sesungguhnya
mereka adalah hamba-harnbaMu. Jika Engkau nxengdnxpuni
mereka,
sesungguhnya Enghaulah yang Mahaperkasa ragi Mahabijaksana.,
(QS. Al-Me'idah: 118)

Para sahabat Nabi terkadang lepas kontrol dalam menghadapi


orang-orang yang menganiaya mereka. Kadangkala para sahabat
mendoakan kejelekan bagi orang-orang yang menindas mereka.

74 I ,,n,n Akhrak
Seperti yang telah dijelaskan, Abu Bakar memberi maaf kepada
Misthah yang telah menuduh putrinya, Aisyah, dan Allah menjelaskan
kebersiah Aisyah dari tuduhan itu.
Sedangkan Umar r.a. pernah kehilangan kontrolnya dalam
menghadapi ketidaktahuan seseorang: Dari Ibnu Abbas r.a., "(Jyainah
ibn Hushain ibn Huzhaifah datangdan mampirke rumah ponakannya,
al-Hur ibn Qais yang termasuk orang yang dekat dengan Umar. Dia
adalah termasuk sahabat yang alim dan taat yang merupakan anggota
dewan permusyawaratan Umar yang terdiri dari anggota senior dan
yunior. Uyainah berkata,'Wahai ponakanku, engkau cukup dipandang
oleh Amirul Mukminin. Mintakanlah izin bertemu dengannya untuk
aku.'Dia (al-Hur ibn Qais) berkata,'Aku akan memintakan izinnya
untukmu.' Kemudian al-Hur memintakan izin untuk Uyainah dan
Umar mengizinkannya. Ketika Uyainah bertemu dengan lJmar, ia
berkata, 'Wahai Ibnu Khaththab, demi Allah engkau tidak berteri-
makasih kepada kita dan engkau tidak adil.'Mendengar ucapan itu
Umar sangat marah sampai Umar hendak menyerangnya' Namun al-
Hur berkata kepadanya, 'Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya
Allah berfirman, 'Maafkanlah, perintahkan-lah ailan kebaikan, dan
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.' (QS. Al'A'rAf: 199)
Sesungguhnya dia ini (Uyainah) termasuk orang yang tidak tahu. Demi
Allah, Umar langsung mengontrol diri-nya ketika medengar ayat itu
dibacakan untuknya. Umar adalah orang yang sangat perhatian
terhadap Kitab Allah." (HR. Bukhari)

Doa Para Sahabat atas Orang yang Zalim kepada


Mereka:
Sa'ad ibn Abi Waqash mendoakan (elek) atas orang yang
memfrtnahnya: Dari Jabir ibn Samrah r.a., "Sebagian penduduk Kufah
melaporkan Sa'ad kepada Umar r.a. LaIu Umar melengserkannya dan
mengangkat Ammar. Mereka melaporkan bahwa dia tidak baik dalam
melakukan shalat. LaIu dikirim utusan kepadanya dan utusan itu
berkata, 'Wahai Abu Ishak (ulukan Sa'ad ibn Abi Waqash), mereka
mengatakan bahwa engkau tidak baik dalam melakukan shalat!'Abu

Fikih Akhlak I 75
Ishak berkata,'sumpah demi Allah, aku shalat bersama mereka seperti
shalat Rasulullah, tidak menyimpang darinya. Ketika aku shalat Isya,
aku melambatkan dua rakaat pertama dan mempercepatnya pada dua
rakaat terakhir.' utusan itu berkata,'Itulah dugaan terhadapmu, wahai
Abu Ishak.'Kemudian seseorang, atau beberapa orang, diutus bersama
sa'ad ke Kufah untuk bertanya kepada penduduk Kufah tentang sa'ad.
Setiap datang ke masjid, utusan itu bertanya tentang Sa,ad dan
mendapatkan jawaban pujian tentang sa'ad dari penduduk Kufah.
Namun ketika utusan itu masuk ke masjid Bani Abas, ada seorang
dari Bani Abas yang bernama Usamah ibn Qatadah, yang dijuluki
dengan Abu Sa'dah, berdiri dan berkata, ,Sumpah, jika engkau
meminta kami berkata tentang Sa'ad, maka bagi kami Sa,ad adalah
orang yang tidak ikut dalam pasukan tentara (tidak mau berjuang),
tidak merata dalam pembagian, dan tidak adil dan pemerintahannya.'
(Mendengar kata-kata itu, Sa'ad marah) dan berkata, ,Demi Allah,
sungguh aku akan mendoakan tiga hal: Ya Allah, jika hambamu ini
(Usamah ibn Qatadah) berbohong, pamer dan menjilat, maka
panjangkanlah umurnya dalam keadaan miskin dan timpakanlah
fitnah-fitnah kepadanya!'setelah peristiwa itu, setiap kali ditanya, dia
(Usamah ibn Qatadah) berkata, 'Aku orang tua yang sengsara. Doa
Sa'ad benar-benar menimpaku'." (HR. Bukhari)
Abdul Malik berkata (riwayat dari Abi Samrah juga), ..Di
kemudian hari aku melihatnya (usamah ibn Qatadah) dalam keadaan
kulit matanya turun karena tua. Dia berjalan menabrak para sahaya
di jalan-jalan dan meraba-raba mereka."
said ibn Zaid mendoakan (elek) urwa binti uwais ketika Urwa
menuduhnya telah mengambil sesuatu dari tanahnya secara zalim:
Dari Hisyam ibn Urwah, dari ayahnya, "lJrnva binti Uwais menuduh
bahwa Said ibn Zaid mengambil sesuatu dari tanahnya. Urwa
memperkarakan kasus itu kepada Marwan ibn Hakam. said berkata,
'Apakah mungkin aku mengambil sesuatu dari tanahnya setelah aku
mendengar apa yang diucapkan Rasulullah?'Marwan bertanya, ,Apa
yang engkau dengar dari Rasulullah?'Said menjawab, ,Aku mendengar
Rasulullah berkata,

76 I ,,,n'n Akhrak
. .1
i*)l
'Barangsiapa mengambil sejengkal tanah iu"oro zalim, maha d.ia
akan dibelenggu dengan tujuh lapis bumi.'Lalu Marwan berkata, 'Aku
tidak meminta bukti lagi darimu setelah (ucapan) itu.'Said berkata,
'Ya Allah, jika dia (Urwa) berdusta, butakanlah matanya dan matikan-
lah dia di tanahnya.'
Dia (Hisyam ibn lJrwah, perawi hadis) berkata, 'Dia (Urwa)
meninggal dunia dalam keadaan buta. Ketika berjalan di pekarangan-
nya, dia terperosok ke lubang, dan meninggal dunia'." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain, "Ya Allah, jika dia berdusta, butakanlah
matanya dan jadikanlah kuburannya di rumahnya!" (HR. Muslim)
Dia (Hisyam ibn IJrwah, perawi hadis) berkata, "Aku melihatnya
buta meraba-raba tembok ketika berjalan. Dia (Urwa binti Uwais)
berkata, 'Doa Said ibn Zaid menimpaku.' Ketika dia berjalan di
rumahnya, dia melewati sebuah sumur lalu terperosok ke 'dalamnya.
Sumur itulah yang menjadi kuburnya."
Perhatikanlah, kepada siapa Anda memaafkan? Apakah maaf
Anda menyebabkan kabaikan? Atau apakah maaf Anda akan membu-
atnyabertambah zalim kepada orang lain? Jika maaf Anda melahirkan
kebaikan, menghentikan fitnah dan menghentikan kejahatan, maka
tahanlah amarahmu dan maafkanlah orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat baik.
Namun, jika maaf membuat kezaliman dan kesewenang-
wenangan seseorang semakin bertambah, maka Anda harus mengambil
jalan qisha.s (alur hukum), agar sikap Anda ini dapat menghentikan
kezaliman dan kerusakannya. Sesungguhnya Allah tidak suka orang-
orang yang berbuat kerusakan.
Sunnah Rasulullah telah menjelaskan tentang itu semua.
Barangsiapa dikehendaki oleh Allah untuk menjadi orang yang baik,
maka Allah akan memberinya kepahaman dalam agama.

Fikih Akhlak I 77
Oleh karena itu, seseorang harus mengetahui secara tepat, kapan
harus memaafkan dan kapan harus menuntut; kapan harus
mewajarkan dan kapan harus membela diri. Dan jangan lupa memohon
pertolongan dari Allah dalam segala kondisi. Anda boleh membela diri
sesuai kadar kezaliman yang Anda terima. Tapi....

Jangan Melampaui Batas dalam Membalas!


Dari Abu Hurairah r.a., Nabi bersabda,

r@t r"*- t u s:dr J;t iG u c(*Ir


"Dua orang yang saling memahi, dosanya ahan hembali kepada
orang ydng nxeffLulai, selamd, yang dizalimi tidak berlebihan
dalam membela diri." (HR. Muslim)
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal."
(QS. Asy-Syffr6:40)

" Dernikianlah.Barang siapa mernbalas seimbang dengan pengd-


niayaan yang ia derita, kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan
ahan menolongnya.'(QS. Al-Haii: 60) Diperbolehkan bagi orang yang
tertindas untuk membela diri sesuai kadar penindasan dan tidak boleh
melampaui batas.
"Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami
telah memberi wewenang kepada ahli warisnya. Maka janganlah
melampui batas dalam membunuh (membalas). Sesungguhnya ia
adalah orang yang mendapat pertolongan." (QS. Al-Isr6': 33)
Di sini tampaklah betapa pemberian maaf sangat berguna.
Seringkali orang yang dizalimi tidak mampu mengukur kadar
kezaliman yang dia alami. Oleh karena itu, tidakjarang dia kehilangan
kontrol dalam membela diri, sehingga menjadi berlebihan dalam
membalas penindasan yang ia terima. Dengan demikian dia akan
te{ebak dalam dosa. Di sini manfaat memaafkan menjadi tampak begitu
jelas. Apalagi orang yang memaafkan tidak akan berdosa sama sekali,
bahkan mendapatkan pahala karenanya.

78 I ,,n,n Akhrak
TIDAK ADA KATA SALAH BAGI ORANG YANG
BERBUAT BAIK

Jangan mencela atau meremehkan orang yang berbuat baik


kepadamu dengan sesuatu yang remeh. Dia tetap orang yang berbuat
baik dan bersyukurlah kepada Allah atas kebaikan itu. Andai yang
dilakukan hanya tersen5rum, ia tetap orang baik, karena apa yang dia
lakukan bukan kewajibannya.
Orang-orang beriman yang miskin tidak perlu bersedih karena
tidak bisa berbuat baik (berderma). Begitu juga dengan orang-orang
yang lemah dan yang sakit, tidak perlu bersedih karena tidakbisa ikut
berjihad dan berbuat baik. "Tidak ada dosa (karena tidak pergi berii-
had) atas orang-orang yang sahit dan atas orang-orang yang tidak
rnemperoleh apa-apa yang mereka dermakan, apabila mereka berlaku
ikhtas hepada Allah dan rasul'Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuh
rnenyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taubah: 9l)
Jika Anda menemui seseorang untuk meminta bantuan, baik dia
memberi bantuan atau sekadar mengucapkan kata-kata yang baik,
maka jangan mencelanya. Pahamilah itu. Celalah dirimu, sebelum Anda
mencela orang lain.

Katakan Cinta ltu


Mengatakan cinta kepada orang lain sangat besar pengaruhnya.
Ini merupakan perkarayarlg akan mempertebal rasa cinta dan kasih
sayang. Rasulullah bersabda tentang itu:

Fikih Akhlak I 'r,


Dari Miqdam ibn Ma'diyakrib: Rasulullah berkata,

to.ot?'
'rll:. a^lr*l.i t - i
oE.l '€Li'";iti1
"Jiha seorang di antara kalian mencintai saud,aranya, maka
beritahukanlah hal itu." (lbnu as-Suni, ,Amal al-yaum uta
al-Lailah)

Tolonglah Orang Lain!


Menolong adalah perbuatan yang efektif dalam menumbuhkan
rasa cinta dan kasih sayang. oleh karena itu Allah menganjurkannya
dalam Kitab-Nya, selama pertolongan itu berdampak positif, tidak
mernbahayakan orang lain dan tidak melanggar hak orang lain.
Pertolongan itu menjadi haram jika datang dari penguasa dalam
rangka menghindar dari jeratan hukum, atau pertolongan itu menga-
kibatkan penyingkiran akan hak orang rain. Allah berfirman,
"Barangsiapa memberi pertolongan yang baih, niscaya d,ia akan rrleft-L-
peroleh bagian (pahala) dari pertolongan baik itu. Barangsiapa mem_
beri pertolongan yang buruk, niscaya ia akan rnemikul bagian (d.osa)
darinya. Allah Mahahuasa atas segala sesuatu,.,'(eS. An-Nis6.: gE)
Dari Abu Musa al-Asy'ari, "Rasulullah, jika didatangi orangyang
meminta bantuan, beliau menghadap kepada orang-orang yang duduk
bersamanya dan berkata, 'Berilah bantuan, maka harian ahan diganjar.
s e mog a Alla h me ngg a nj a r ny a mel al ui ti s a n N ab i - Ny a d.e ng a n ap a y ang
Dia kehendaki'." (HB,. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengandung anjuran memberi pertolongan. walau
pertolongan itu tidak diterima, orang yang menolong tetap menda-
patkan pahala. Nabi pernah menawarkan bantuan kepada seorang
wanita mantan sahaya. Namun bantuan itu ditolaknya. Dan Nabi tidak
menyesalkan perbuatan wanita itu.
Dari Ibnu Abbas r.a., "suami Barirah adalah seorang budakyang
bernama Mughits. Aku melihatnya keliling sambil menangis di
belakangnya (Barirah) dan air matanya mengalir sampai membasahi

80 I ,,n,n Akhrak
jenggotnya. Rasulullah berkata kepada Abbas,'Wahai Abbas, apakah
engkau tidak mengagumi cinta Mughits kepada Barirah dan rasa tidak
suka Barirah terhadap Mughits?'Lalu Nabi berkata (kepada Barirah),
,Alangkah baiknya jika engkau rujuk kepadanya.' Dia (Barirah) ber-
kata,,wahai Rasulullah, apakah ini perintah?' Rasulullah berkata,'Aku
hanya menolong., Dia berkata, 'Kalau begitu, rasanya tidak perlu'."
(HR. Bukhari)
Adapun hukuman, jika telah diajukan kepada seorang hakim,
maka hakim tidak boleh mengampuni, karena Rasulullah bersabda
kepada Usamah yang mengampuni seorang pencuri,

, . l'.o.
i.;u;l U irr ,)L ,y
<i
J->- , ) ,.-e-r,.;l
!/ lu

"Apahah enghau nxengalrlpuni (seseorang yang telah) melanggar


hetentuan Allah, wahai [Jsamah?" (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda,

iljr
'"tW
ta djl1. >.J>
t t o l, ' , I !, ,/.2.
',r J> rJr) rJgV; uvu
"Barangsiapa pertolongannya justru menyebabkan jatuhnya
huhuman d.ari Atlah, maka dia telah melawan Allah'" (fIR,'
Abu Daud)
Menurut Qadhi Iyadhls orang yang terus melakukan kejahatan
tidak boleh diberi ampunan agar dia kapok
Adapun di luar pengadilan, orang yang diminta pertolongan
hendaknya memberikan pertolongan dan jangan ragu. walau perto-
longannya ditolak, dia tetap mendapat pahala, insyaallah'
Menolong orang untuk mendapatkan pekerjaan tertentu adalah
perbuatan yang baik dan akan mendapatkan pahala. Dengan catatan
perkerjaan itu bukanlah perkejaan yang haram, tidak melanggar hak
orang lain, sesuai dengan kemampuannya (right man on the right place)
dan pertolongan itu tidak merugikan orang lain.

Fikih Akhlak I 8l
TIDAK MENGHARAPKAN MILIK ORANG LAIN

Ini merupakan sikap yang sangat pasti dalam menumbuhkan


rasa cinta orang lain dan harga diri. Adapun sikap mengharapkan milik
orang lain, ia akan menyebabkan hilangnya harga diri. watak manusia
adalah menyukai orang yang memberinya sesuatu dan merendahkan
orang yang mengambil sesuatu darinya (baik mengambil karena diberi,
apalagi mengambil dengan mencuri). Karena tabiat manusia mencintai
harta. oleh karena itu agama menganjurkan kita agar tidak
mengharapkan sesuatu dari orang dan tidak mengintai-intai milik
orang lain.
Allah berfirman, "Janganlah engkau tujukan hedua matarnu
kepada apa yang telah hami berihan kepada golongan-gorongan d.ari
mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka
dengannya. Dan harunia Tuhanmu tebih baik d,an rebih kekal."
(QS.Theha: 131)
Dari Abu said al-Khudri r.a., "Beberapa orang Anshar meminta
sesuatu kepada Rasulullah, lalu memberikannya kepada mereka.
Kemudian mereka meminta lagi dan Rasulullah memberikannya kepada
mereka. Kemudian mereka meminta lagi dan Rasulullah memberikan-
nya kepada mereka, sehingga habislah apa yang ada pada beliau.
Kemudian beliau berkata,

o . .o.o . o /. )t ,,. ./, ,.


14,f,*,," .r"J
o
fv
)o,
of)lai *,|i -*o/ A
c
qe c
d* t/
,..' ,lr, ,or. , o6. .. o'.. f,, 'o, ,:, .:.'-
Lc1 +!l oJ.-er_
-A d,,rj 4tjl Aju-
J;:-4_ Or) ll,
^;"
82 I I

Fikih Akhtak
oi f. o ,, o1,
,ol
lz
.t / tz
.,
1z t ol
Pt u P)t) lr; e.lbc l>l IJ'^be\
,.
'Apapun kebaihan yang dda padahu, ahu tidak ahan pernah
menyimpannya d.ari kalian. Barangsiapa menahan diri (dari mengha-
rap sesuatu yang ad.a pada orang lain), Allah ahan mencukupinya'
Barangsiapa kaya hati (tidak nLeraso. hurang sehingga tidak mengha-
rap bantuan orang lain), maka Allah akan membuatnya haya. Barang-
siapa berusaha sabar, Altah ahan menjadikannya orang sabar. Tidah
ad.a sesuatu yang d.iberihan hepada seseorang yang lebih baih dan lebih
luas d,aripad.a kesabaran'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan rakus terhadap dunia, maka Allah akan mencintai Anda.
Dan jangan mengharap sesuatu yang ada pada orang lain, maka orang
akan mencintai Anda!
Dari Hakim ibn Hizam r.a., "Aku meminta (sesuatu) kepada
Rasulullah, dan beliau memberi. Aku meminta lagi, dan beliau memberi
lagi. Aku meminta lagi, dan beliau memberi lagi. Kemudian beliau
bersabda, 'wahai Hahim, sesungguhnya harta itu hiiau dan manis.
Barangsiapa nl.engam'bitnya dengan hedermawanan hati, maka akan
d.iberkahi; barangsiapa rnenganxbitnya dengan keserakahan, maka
tid.ah ahan d.iberhahi. Uikd. tidah diberkahi, maka dia) seperti orang
yang makan, tapi tidak pernah kenyang. Tangan di atas (memberi)
tebih baih d,aripada tangan di bawah'." (HR. Muslim) Lalu aku
(Hakim) berkata, 'wahai Rasulullah, demi zat yartg mengutusmu
dengan kebenaran, aku tidak akan mengurangi milik orang lain sedikit
pun, setelah engkau, sampai aku meninggalkan dunia ini'
Abu Bakar r.a. pernah memanggilnya untuk diberi sesuatu, tetapi
dia menolak untuk menerimanya. Kemudian Umar hendak memberinya
lagi, dia tetap menolak. Lalu Umar berkata, "Aku bersaksi kepada kalian,
wahai kaum Muslimin, bahwa Hakim, ketika aku tawarkan haknya
dari harta rampasan perang, dia menolak untuk menerimanya. Hakim
tidak pernah mengurangi harta orang lain setelah (wafatnya)
Rasulullah sampai dia meninggal dunia."
Nabi s.a.w. bersabda,

Fikih Akhlak I 83
$

b:t
,l z z
"i';b:^;xt ,iX$ a;r gii
06A-,"
g '
n .,//,
,tjr:A "-UL',
't,
F,
to ,.
j"; '^'o o/o
qr,E +t 4, ?',
"-

)? 'i
"Penduduk surga itu ada tiga: penguasa adil yang memberi
derma yang tepat, orang yang penyayang berhati lembut
terhadap kerabatnya dan orang yang menjauhkan diri d.ari
meminta-minta pada orang lain." (HR. Muslim)
Nabi bersabda, "Beruntunglah orang yang nl.asuk Islam d,an
diberi rezki yang cukup, lalu diberi hepuasan dengan apa yang ada
padanya." (HR. Muslim)
Nabi bersabda,

-*tt q 4t'",fr,f?t i"< * 4t'A


"Orang kaya itu bukan orang yang banyak hartanya, tetapi yang
kaya hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya orang kaya itu bukan orang yang banyak memiliki
harta. Bisa jadi seseorang memiliki banyak harta, tapi dia tidak pernah
merasa puas. oleh karena itu dia tidak dikatakan kaya, karena masih
rakus. Jadi orang yang kaya itu adalah orang yang merasa puas
dengan apa yang ada pada dirinya. Dia tidak pernah mengharap-harap
apa yang ada di tangan orang lain.
Ibnu Taimiyahl. berkata, "orang yang kaya hati itu adalah orang
yang tidak rakus. orang yang merdeka tetaplah budak selama masih
rakus, dan seorang budak adalah merdeka ketika dia merasa puas
dengan apa yang ada. Kata orang,'Aku mengikuti nafsuku, maka aku
menjadi budaknya.'oleh karena itu, orang harus segera memangkas
dorongan nafsunya agar hatinya tidak diisi oleh perasaan miskin dan
rakus. Miskin dan rakus sangat berbeda dengan tawakal dan kekayaan
hati."

u I o'n,n Akhrak
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Derni Zat yang jiwahu
berada dalam genggamannya. Seseorang membaw a tali, mengikat hay u
bahar dan memenggulnya (untuk mendapatkan rezki) itu lebih baik
daripada meminta-minta pada seseorang, baih diberi atau tidah." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Samurah ibn Jundab, Rasulullah berkata,

,a:iiti u* +j'b1, ULeZrs J.t;ll


cW ti ,b's,'J*'ai 6\u'; i* o', *', ,p
l-L o,'r;-ti;iir G'J:u-")i
lt
t -z

"Orang yang meminta'minta sarna dengan ordng yang melukai


wajahnya. Barangsiapa ingin tetap punya muha (tidak kehi-
langan harga diri), bertahanlah, jangan meminta-minta. Ba-
rangsiapa irugin meminta-minta, maka mintalah kepada pengu-
asa, atau. ketiha dia dalam headaan sangat terpaksa." (tIR. Abu
Daud)
Dari Tsauban r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa
menjamin kepadahu bahwa ia tidah ahan meminta-minta kepada ora,ng
lain, maka aku akan menjamin surga untuknya." Lalu Tsauban ber-
kata, "Aku berjanji tidak akan meminta-minta." Maka dia tidak pernah
meminta-minta sedikitpun pada orang lain.
Dari Abdullah ibn Umar r.a, Nabi bersabda,

e';y'q'u;.u e ,J6l iu,F;t';tic


*yFs
o/
" i!.,t
f
"Orang yang sering meminta-meminta pada manusia akan
dibangkithan pada hari Kiamat dengan wajah tanpa daging)'
(HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak I 85
Dari Abu Said al-Khudri, Umar berkata, .Wahai Rasulullah, aku
mendengar seseorang berkata tentang kebaikan. Dia menyebutkan
bahwa engkau telah memberinya dua dinar. Dia (Rasulullah) berkata,
'Tetapi si Fulan tidak berkata demikian dan dia tidak memuji. Aku telah
memberinya antara sepuluh sampai seratus-atau dia (Rasulullah)
berkata, 'Sampai dua ratus'. Sesungguhnya seseorang yang meminta
kepadaku dan aku memberinya, kemudian dia keluar dengan menge-
pitnya (dengan rakus), maka itu bagi mereka adalah api,.,,IJmar ber-
kata, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau memberi mereka?', Rasul-
ullah menjawab, "Mereka hanya bisa meminta kepadaku dan Allah
tidak ingin aku pelit." (HR. Ahmad)
Dari Auf ibn Malik, "Kami sedang berada di tempat Rasurullah
s.a.w. sekitar sembilan orang, delapan orang atau tujuh orang. Beliau
berkata, 'Apakah kalian tidak bersumpah setia kepada Rasurullah?'
Padahal baru saja kami melakukan sumpah setia. Laru kami berkata,
'Kita telah melakukan sumpah setia kepadamu, wahai Rasulullah!'
Beliau berkata, 'Apakah kalian tidak bersumpah setia kepada
Rasulullah?'Kami berkata, 'Kami telah melakukan sumpah setia
kepadamu, wahai Rasulullah!'Beliau berkata lagi, Apakah karian tidak
bersumpah setia kepada Rasulullah?' Maka kami membentangkan
tangan kami dan mengatakan,'Kami telah bersumpah setia kepadamu,
wahai Rasulullah! Atas apa lagi kami bersumpah setia?'Rasulullah
menjawab, 'Atas menyembah hanya kepada Allah, tidak menyeku-
tukan-Nya, shalat lima waktu, taat akan (beliau mengatakan dengan
lirih) dan jangan meminta-minta sesuatu dari orang rain.' Laru aku
melihat sebagian mereka tidak pernah meminta-minta sama sekali,
bahkan tidak menuntut haknya." (HR. Muslim)
Dari Qabishah ibn Mukhariq al-Hilali, "Aku menanggung utang
untuk kepentingan orang lain. Kemudian aku mendatangi Rasulullah
dan menanyakan hal itu. Beliau berkata, 'Laksanakanrah, sampai
sedekah.datang. Jika sedekah sudah datang, maka kami akan
memerintahhan untuk memberimz.' Kemudian beliau berkata,'wahai
Qabishah, meminta-minta itu tidak diperbolehkan, kecuali karena tiga
hal: (1) seseorang yang nxenanggung utang karena kepentingan orang

86 I ,'n,^ Akhrak
lain, sampai dia mendapatkan bantuan kemudian menahan diri (tidah
minta-minta lagi). (2) Seseorang yang tertimpa musibah yang
menghancurhan harta bendanya. Dia boleh meminta'minta sampai
d.ia m.endapathan hecukupan. (3) Orang yang bangkrut setelah
dibenarkan (kebangkrutannya) oleh orang-orang yang dapat dipercaya
dari masyarakatnya. Dalam hondisi seperti ini dia boleh meminta-minta
sampai mendapathan kecukupan' Selain itu, tidah boleh meminta-
minta,'wahai Qabishah. Jiha ada yang meminta-minta bukan karena
kondisi di atas, maka dia telah nremakan barang haram!"' (IIB,.
Muslim)
Adapun jika ada orang yang memberikan uang kepadamu tanpa
Anda mengharap apapun dan Anda tidak bersikap rakus terhadap
pemberian itu, maka boleh saja menerimanya. Hal itu bahkan dianjur-
kan, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Umar,
"Rasullah memberiku sesuatu, lalu aku katakan,'Berikanlah kepada
orang yang lebih membutuhkan.'Beliau berkata, 'Ambillah. Jika
datang sedikit bantuan dan engkau tidak rakus dan tidak meminta-
minta, maka ambillah. Jangan bersikap rakus terhadap bantuan itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun jikaAnda menduga bahwa sumber harta tersebut adalah
haram, maka tolaklah.
Ibnu Hajarl? berkata, "Pada prinsipnya orang yang diketahui
bahwa hartanya adalah halal, maka pemberiannya boleh diterima;
sedang orang yang diketahui bahwa hartanya adalah haram, maka
pemberiannya harus ditolak. Adapaun jika diragukan, maka lebih baik
menolaknya demi kehati-hatian. Ibnul Mundzir berkata,'Orang yang
bersikap longgar dalam masalah ini (menerima pemberian) beralasan
bahwa walau Allah berfirman tentang orang Yahudi, "Mereka itu
adalah orang-orang yang suha mendengar berita bohong, dan sering
rnemahan yang haram." (QS. Al-M6'idah 42), Nabi pernah mengga-
daikan baju besinya kepada seorang Yahudi sedangkan beliau
menyadarinya. Begitu juga Nabi mengambil pajak dari mereka, padahal
disadari bahwa sebagian besar harta mereka berasal dari hasil minuman
keras, babi dan bisnis tidak sah'."

Fikih Akhlak I 87
Dari Ibnu Sa'adi al-Maliki, "IJmar ibn Khaththab menjadikan
aku sebagai pegawai dalam menangani sedekah. Setelah aku
menyelesaikan tugasku dan melaporkan kepadanya, IJmar memberi
upah atas pekerjaan itu. Aku berkata kepadanya, 'sesungguhnya aku
melakukan tugas ini karena Allah dan balasannya hanya dari Allah.'
IJmar berkata, 'Ambillah (upahmu). Aku pernah bekerja pada masa
Rasulullah dan beliau memberikan upah kepadaku. Ketika itu aku
berkata kepada Rasulullah seperti yang engkau katakan. Namun
Rasulullah berkata,'Jika engkau diberi sesuatu tanpa meminta, maka
makanlah dan sedekahkanlah (lebihnya)'." (HR. Muslim)
Perhatikanlah dampak menahan diri dari meminta-minta dan
karunia Allah kepada orang yang menahan diri dari meminta-minta
kepada orang lain: Abdurrahman ibn Auf datang ke Madinah kemudian
Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa'ad ibn Rabi,. Sa,ad
menawarkan salah satu istrinya kepada Abdurahman ibn Auf dan
separuh hartanya. Namun Abdurrahman menolak tawaran itu. selang
beberapa hari, telah tampak kebahagiaan pada diri Abdurrahman, dan
dia telah menikah. Abdurrahman pun menjadi orang kaya.
Dari Anas ibn Malik r.a., "Abdurrahman ibn Auf datang ke
Madinah lalu Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa,ad ibn
Rabi' al-Anshari. Sa'ad adalah orang yang kaya. Sa,ad berkata kepada
Abdurrahman,'Aku membagi dua hartaku untukmu dan aku nikahkan
engkau.' Abdurrahman berkata,'semoga Allah memberkahimu,
keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja jalan ke pasar., Dia tidak
pulang (dari pasar) sampai mendapatkan keuntungan berupa keju dan
minyak samin dan membawanya kepada keluarganya. Kami (Anas dan
yang lain) menetap sebentar,lalu Abdurrahman datang dengan wajah
kotor. Nabi bertanya kepadanya,'Bagaimana keadaanmu?, Dia
menjawab,'Wahai Rasulullah, aku telah menikah dengan wanita dari
kaum Anshar.' Rasulullah bertanya lagi, 'Apa yang engkau
persembahkan untukriya?"Emas sebesar biji kurma,, jawabnya. Nabi
berkata, Adakanlah walimah, walau hanya dengan seekor kambing!,
(HR. Bukhari) Sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas, Allah
menjadikan Abdurrhman sebagai orang kaya.

88 L,n'n Akhrak
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Orang yang
paling baik di antara halian adalah orang yang paling baih kepada
heluargaku, setelah ahu (wafat)."Abdurrahman ibn Auf menjual kebun-
nya dengan harga empat ratus ribu, lalu dibagikan kepada istri-istri
Nabi. (Ibnu Abi Ashim, as-Sunnah)
Dari Aisyah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya
urusan halian adalah bagian dari urusan yang jadi pihiranku setelah
wafathu. Tidak ahan ada yang sabar rnenghadapi kalian, kecuali orang-
orang yang sabar." Kemudian Aisyah berkata kepada Abu Salmah ibn
Abdurrahman ibn Auf, orang yang meriwayatkan hadis ini dari Aisyah,
"semoga Allah menghidangkan minuman penghuni surga untuk
ayahmu (yang dia maksudkan adalah Abdurrahman ibn Auf)'" Istri-
istri Nabi menerima uang darinya sebanyak empat puluh ribu. (IIR.
firmidizi)
Begitu pula yang terjadi dengan Abu Mas'ud al-Badri. Ketika
turun ayat sedekah, dia berangkat ke pasar dan bekerja sebagai kuli.
Dari kerja itu dia memperoleh upah yang ia sedekahkan. Tidak lama
kemudian, Abu Mas'ud menjadi orang yang kaya.
Satu hal yang mengherankan adalah adanya sebagian orang
yang pergi tanpa bekal dan mereka berkeyakinan sebagai orang yang
bertawakal kepada Allah, walau kemudian mereka meminta-minta
kepada orang lain! Dari hadis Ibnu Abbas r.a., "Penduduk Yaman
berhaji dengan tidak membawa bekal. Mereka menganggap diri mereka
sebagai orang-orang yang tawakal. Namun ketika sampai di Mekah,
mereka meminta-minta kepada orang lain. Maka Allah menurunkan
firman-Nya, "Berbehallah, sesungguhnya sebaik'baik bekal adalah
tahwa." (QS. Al-Baqarah: 197)18

Fikih Akhlak I 89
MEREI(A JUGA MANUSIA!

Orang-orang mukmin adalah manusia biasa. Mereka melakukan


apa yang dilakukan oleh manusia lainnya. Nenek moyang mereka,
Adam, berbuat maksiat, maka keturunannya berbuat maksiat. Dia telah
mengingkari, maka keturunannya mengingkari. Dia pernah lalai, maka
keturunannya juga lalai. Mereka diciptakan dalam keadaan lemah,
sebagaimana firman Allah, "Dan ntanlrsia diciptakan d,alam keadaan
lemah." (QS. An-Nis6': 28)
Jika ada orangmelakukan kekeliruan, jangan Anda menghinanya
karena kekeliruan itu. Lihatlah kelebihannya dan hormatilah dia
sebagai manusia. Bantulah dia untuk memperbaiki diri.
Lihatlah, para sahabat Rasulullah adalah generasi terbaik. Mere-
ka tadalah umat terbaik bagi manusia. walau demikian, mereka tetap
jatuh dalam kekeliruan. Namun kekeliruan itu tidak membuat mereka
menyimpang dan keluar dari kelompok orang-orang yang bertakwa.
Bahkan kekeliruan itu laksana penghias di lautan keutamaan mereka.
Aisyah r.a. tidak pernah mengenal Khadijah, tidak pernah
melihatnya dan tidak pernah bergaul dengannya. Tetapi Aisyah begitu
cemburu padanya, dan kecemburuan itu diungkapkan. Dari Aisyah,
"Aku tidak pernah cemburu pada seorang wanita seperti cemburuku
pada Khadijah. Khadijah telah meninggal tiga tahun sebelum Rasu-
lullah menikahi aku, seperti yang aku dengar dari Rasulullah." (HR.
Bukhari)
Aisyah berkata, "Halah binti Khuwailid, saudara perempuan
Khadijah, minta izin dari Rasulullah agar diperbolehkan masuk.

90 I ,,n,n Akhrak
Mendengar suaranya, Nabi teringat akan Khadijah yang biasa meminta
izin kepadanya. Beliau agak gemetar karena itu dan berkata, Ya Allah,
Halah!'Aku merasa cemburu dan berkata, 'Mengapa engkau selalu
mengingat-ingat nenek tua dan ompong yang sudah mati dimakan
waktu? Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih
baik?!"'
Lihatlah ucapan Aisyah tentang Khadijah, "Nenek tua yang
ompong!"
Aisyah pernah merasa tidak enak hati pada Ali r.a. Amirul
Mukminin.le Ketika Aisyah menceritakan tentang sakit dan wafatnya
Nabi, ia berkata, "Nabi keluar dengan dipapah oleh dua orang: Abbas
dan seorang lakiJaki lain." Subbanallah, bagaimana dia tega tidak
menyebut nama Ali, sedangkan dia mengenal Ali dengan baik? Ibnu
Abbas mengatakan kepada seorang tabi'in, "Apakah engkau tahu
siapakah laki-laki lain yang namanya tidak disebut oleh Aisyah? Dialah
Ali!" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir r.a., "Aku mendengar Nabi bersabda, 'Arsy bergetar
karena hematian Sa'ad ibn Mu'adz. Lalu seseorang berkata kepada
Jabir bahwa Barra' berkata, 'Dipan bergoyang.'Lalu dia (Jabir) berkata
bahwa Sa'ad ibn Mu'adz berada di antara dua kelompok yang saling
membenci. Aku mendengar Nabi berkata, 'Arsy bergetar harena kemat;ian
Sa'ad ibn Mu'adz'." (HR. Bukhari)
Coba perhatikan bagaimana kata-kata "yang bergetar adalah
dipan, bukan Arsy", yang katanya diucapkan oleh Barra'. Itu terjadi
karena kebencian antara dua suku: Aus dan Khazraj. Orang-orang
suku Khazraj tidak ingin kemuliaan ada pada tokoh suku Aus, hingga
mereka berkata bahwa yang bergetar adalah dipan, bukan Arsy. Kata-
kata itu dikatakan datang dari Bara' yang didengar oleh seseorang.
Kemudian Jabir berdiri membela kemuliaan Sa'ad ibn Mu'adz, padahal
Jabir dari suku I{hazraj. Dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah
berkata, 'Arsy (Allah) Yang Maha Pengasih bergetar harena hematian
Mu.'adz'."

Fikih Akhlak I 9r
Ada dari Mereka yang Gila Harta dan Suka Menimbun-
nya
Allah berfirman tentang para sahabat Nabi yang mati syahid
dalam perang Uhud, "Di antara kalian ada yang menginginkan dunia
dan di antara kalian ada yang menginginkan ahhirat." (QS. Ali Imran:
L52)
Dari Amru ibn Auf, Rasulullah s.a.w. mengutus Abu Ubaidah
ibn al-Jarrah ke Bahrain. Dia membawa pajak penduduk Bahrain.
Rasululullah telah berdamai dengan penduduk Bahrain dan menu-
gaskan Ala ibn al-Hadhrami menjadi penguasa bagi mereka. Abu
ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain. Kaum Anshar
mendengar kedatangan Abu ubaidah ketika mereka melaksanakan
shalat subuh bersama Rasulullah. setelah selesai melaksanakan shalat
Subuh bersama, mereka datang menghadap Rasulullah yang tersenyum
ketika melihat mereka. Beliau berkata, "Aku menduga kalian mendengar
bahwa Abu Ubaidah datang membawa sesuatu dari Bahrain.,,Mereka
berkata, "Benar, wahai Rasulullah." Beliau berkata, "Gembiralah dan
haraphanlah apa yang membahagiahan halian. Demi Allah, aku tidak
menghawatirkan hemishinan pada halian. Akan tetapi yang aku
khawatirhan pada kalian adalah bila dunia menguasai kalian, seba-
gaimana orang-orang sebelum kalian; kalian bersaing (mengejar
dunia) sebagaimana mereka bersaing dan dunia ahan menghancurkan
kalian, sebagaimana dunia rnenghancurkan mereho." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Perhatikan peristiwa di bawah ini:
Baridah r.a. melewati sebuah majlis dan mereka sedang
memperbincangkan Ali. Dia berhenti di depan mereka dan berkata,
"Di dalam hatiku ada ganjalan terhadap Ali, begitu pula dengan Khalid
ibn al-walid. Rasululllah mengutusku dalam suatu pasukan pejalan
kaki yang di dalamnya ada Ali. Kami berhasil menangkap tawanan,,.
Dia (Baridah) berkata, "Ali mengambil salah satu dari lima hamba
sahaya perempuan untuk dirinya sendiri. Khalid ibn al-walid berkata,
'Ambillah!'Ketika kami telah sampai kepada Nabi, aku menyampaikan
apa yang telah terjadi kemudian aku berkata, ,Ali telah mengambil

92 I .,n,n Akhrak
salah satu dari lima hamba sahaya perempuan.' Ketika itu aku
menundukkan kepala. Ketika aku mengangkat kepalaku, aku melihat
wajah Rasulullah telah berubah. Kemudian beliau berkata, 'Barang'
siapa aku menjadi pelindungnya, maka Ali adalah pelindungnya'."
(HR. Ahmad)
Bahkan sebagian mereka melarikan diri dari pertempuran
termasuk orang-orangyang berbudi mulia, tetapi Allah mengampuni
mereka. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berpaling
di antara kalian pada hari dua pasukan itu bertemu. Hanya saja
mereha digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan yang
telah mereha perbuat (di masa lampau). Sesungguhnya Allah Maha
Pengarnpun lagi Maha Penyantun " (QS. Ali Imran: 155)
Dari Ustman ibn Muhib, "Seorang penduduk Mesir datang dan
menuju Baitullah. Dia melihat sekelompok orang sedang duduk-duduk,
lalu dia berkata, 'Siapa mereka?'Dijawab, 'Mereka adalah kaum
Qurays.' Dia bertanya,'siapakah syaikh mereka?' Dijawab,'Abdullah
ibn Umar.' Dia berkata, 'Wahai Ibnu [fmar, aku bertanya tentang
sesuatu kepadamu; ceritakanlah kepadaku, apakah engkau menge-
tahui bahwaUtsman telah melarikan diri pada perang Uhud?'Dia (Ibnu
Umar) menjawab, 'Ya.'Dia berkata, 'Engkau mengetahui juga bahwa
dia (Utsman) tidak ikut dalam perang Badar dan tidak menyaksikan?'
Dia (Ibnu Umar) menjawab, 'Ya.' Dia berkata, 'Engkau tahu juga
bahwa dia tidak ikut dalam sumpah setia Ridwan(bai'atu ar-ridhwdn)
dan tidak menyaksikannya?' Ibnu Umar berkata, 'Ya.' Dia berkata,
'Mahabesar Allah.' Ibnu Umar berkata, 'Kemarilah, aku jelaskan
kepadamu: Adapun larinya (Utsman) pada perang Uhud, aku bersaksi
bahwa Allah telah mengampuni dan memaafkannya. Sedangkan
kealpaannya dari perang Badar, karena dia mendapat mandat menjaga
putri Rasulullah yang sedang sakit. Ketika itu Rasulullah berkata
kepadanya, 'Bagimu pahala seperti pahala orang yang ihut perctng
Badar dan andil di dalamnya.'Sedangkan ketidakhadirannya dari
sumpah setia Ridwan (Bai'atu ar-Ridhwd.n), seandainya ada orang
yang lebih mulia dari Utsman di Mekah, maka dia akan menggantikan
posisi Utsman. Rasulullah mengutus Ustman dan Sumpah Setia Ridwan

Fikih Akhlak I 93
terjadi setelah Ustman pergi ke Mekah. Lalu Rasulullah berkata, .Ini
adalah tangan lJstman.'Kemudian beliau memukulkan ke tangan
satunya dan berkata, 'Ini untuk Utsman. Kemudian Ibnu Umar berkata
kepadanya (laki-laki dari Mesir itu),'Itulah alasannya dan pergilah'."
(HR. Bukhari)

Hukum yang Dijalankan terhadap Mereka:


Ada yang tangannya dipotong, ada yang dicambuk dan ada yang
dirajam. Bahkan di antara mereka ada yang bersumpah palsu demi
mendapatkan kesenangan dunia yang tidak kekal. Allah berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang menghadapi
kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendahlah (wasiat itu)
disahsikan oleh dua orang ya.ng adil dari halian atau dua orang yang
berlainan agam.a dengan kalian, jika kalian dalam perjalanan di muka
bumi lalu halian ditirnpa bahaya kematian. Kalian tahan hedua sahsi
itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu keduanya b ersumpah
dengan narrlcl Allah jika halian ragu,'(Demi Allah) harni tidak akan
menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuh kepentingan
seseorang), walaupun dia kerabat, dan tidak (pula) kami rnenyem-
bunyikan persaksian Allah. Sesungguhnya kami, jika demihian,
tentulah termasuh orang-orcr.ng yang berdosa. Jika diketahui bahwa
kedua (sahsi itu) berbuat dosa, maka dua orang yang lain di antara
ahli waris yang berhakyang lebih dekat kepada orang yang meninggal
(memajukan tuntutan) untuk menggantihannya. Lalu keduanya
bersumpah dengan narrla Allah,'sesungguhnya persaksian kami lebih
layak diterima daripada persahsian dua saksi itu dan kami tidak
melanggar batas. Sesungguhnya kami, jika demihian, tentulah
termasuk ordng-orang yang menganiaya diri sendiri'." (QS. Al-
M6'idah: 106-107) Tafsir dan sebab turunnya ayat-ayat ini sebagai
berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a.: "Seorang dari Bani Saham keluar bersama
Tamim ad-Dari dan Adi ibn Badda. Orang dari bani Saham itu
meninggal dunia di wilayah yang tidak ada orang muslim. Ketika
mereka berdua (Tamim ad-Dari dan Adi ibn Badda) pulang membawa

94 L,*n Akhrak
peninggalannya, mereka (mengaku) kehilangan sebuah gelas dari
perak yang dilapisi emas. Rasulullah menyuruh mereka berdua
bersumpah. Kemudian gelas tersebut ditemukan di Mekah dan mereka
(penduduk Mekah itu) berkata, 'Kami membelinya dari Tamim dan
Adi.'Kemudian dua orang kerabat laki-laki dari bani Saham itu berdiri
dan bersumpah, 'Persaksian kami lebih benar dibanding persaksian
mereka berdua (Tamim dan Adi). Sesungguhnya gelas tersebut milik
saudara mereka (dari Bani Saham).'Dia (Ibnu Abbas) berkata, 'Kepada
mereka lah ayat berikut ini diturunkan, "Wahai orang-orang yang
beriman, dirihanlah persaksian, apabila salah seorang di antara kalian
menghadapi kematian " (QS. Al-M6'idah: 106) (HR. Bukhari, Abu
Daud dan firmidzi)

Mereka Orang-orang Mulia dan Beberapa Perkara


Terjadi pada Mereka:
Abu Dzar r.a.yangRasulullah bersabda tentangnya ,"Langit tidak
akan mampu tnendungi dan bumi tidak ahan mampu rnenampung
(ucapan) dari orang yang nl.erniliki lisan yang lebih benar dari Abu
Dzar.ryo
Abu Dzar pernah memaki seseorang dengan menyebut ibunya,
maka Rasulullah berkata kepadanya, "Enghau adalah seorang yo.ng
masih memilihi sifat jahiliyah." AbuDzarbertanya, "Pada saat sekarang
ini, ketika aku lanjut usia?" Beliau menjawab, "Ya!"
Inilah hadis lengkapnya: Dari Abu Dzar r.a., "Antara aku dan
seseorang terjadi perselisihan. Kebetulan ibu orang itu bukan orang
Arab dan aku mencaci orang itu dengan ibunya (yang bukan orang
Arab). Orang itu lalu melaporkan aku kepada Rasulullah. Beliau
berkata kepadaku, 'Apakah engkau telah memaki seseorang?'Aku
menjawab, Ya.'Beliau bertanya lagi, 'Apa engkau mencela ibunya?'
Aku menjawab, Ya.'Beliau berkata, 'Engkau masih memiliki sifat
jahiliyah.'Aku bertanya, 'Pada saat sekarang ini, ketika aku lanjut
usia?'Beliau menjawab, Ya!"'(IIR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. orang yang paling terkemuka. Dia
adalah orang terbaik setelah Rasulullah. Dia pernah marah kepada

Fikih Akhlak I 95
para tamu dengan mengatakan, "Makanlah dengan tidak menye-
nangkan." Dia pernah mencela anaknya dan sangat mencibirnya
dengan keras karena anaknya kurang memperhatikan hak tamu,
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Adam a.s., istrinya ditipu oleh Iblis dengan harapan palsu. Allah
berfirman menceritakan bagaimana Iblis menipu Adam dan istrinya,
"Wahai Adam, maukah engkau ahu tunjukkan kepada pohon keaba-
dian dan kerajaan yang tidah akan binaso." (QS. Thdh6: 120)
Adam tertarik dengan rayuan kekekalan, kemudian Iblis
bersumpah membenarkan kebohongannya, seperti yang difirmankan
oleh Allah, "Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, 'Sesung-
guhnya saya adalah termasuk orang-ord,ng yang memberi nasehat
kepada kalian." (QS. Al-.trtdfz 2l) Adam dan istrinya memakan dari
pohon tersebut, seperti yang difirmankan Allah, "Kernudian heduanya
memakan dari pohon itu, maha nampaklah bagi heduanya aurat-
uratnya dan mulailah heduanyd nxenutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) su.rga." (QS. Theh6: 121) Dan firman Allah, "Maka setan
membujuk keduanya (untuh memakan buah itu) dengan tipu daya."
(QS. Al-A'rAfz 22) Begitulah yang dilakukan oleh Adam dan istrinya
yang tergiur dengan kekekalan.
Begitu juga dengan keturunannya. Rasulullah s.a.w. bersabda,

, t1,', i , ,,,1, L ,-? r.- tto-l,, tz+ | o tto-a,


J-b: JUI \--> rlt;;il a*. ,l'--l i)l Jl J.SJ
//
-,Ar.Jl

"Anah Adarn tumbuh dan bersanxanya tumbuh pula dua


perkara: gila harta dan usia yang panjang. " (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a.: Aku mendengar Rasulullah s.a.w.
besabda,

)*tq!tt"* e ;pt q.e* ;jt 4i Jt; \


,!fit

96 | ,,n,n Akhrak
"Jiwa ordng yang tua tetap selalu muda dalam dua hal: cinta
dunia dan panjang angan-o.ngan." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Nuh a.s. terbawa olah rasa sayangrrya kepada anaknya, karena
dia orangtua. Allah berfirman, "Dan Nuh berseru hepada Tuhannya
sambil berhata, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
h,eluarga dan sesungguhnya janji Engkau adalah ianji yang benar.
Dan Engkau adalah Hakim yang paling adil." (QS. Hfld: 45) Allah
juga berfirman, "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk
keluargarnu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya
(perbuatan) dia adalah perbuatan yang tidak baih. Jangan engkau
mernohon kepada-Ku ahan sesuatu yang engkau tidak mengetahui
(hahikatnya). Sesungguhnya Aku menasehati engkau agar engh,au tidak
termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Hffd: 46)
Allah berfirman tentang Ibrahim a.s.,"Tathala rasa takut hilang
dari lbrahim dan berita gernbira telah datang kepadanya, dia mendebat
(malaikat-malaihat) Kami tentd,ng haum Luth." (QS. Hffd: 4)
Yusuf a.s. berkata kepada seorang tahanan, "Teranghanlah
headaanku kepada tu.anm.u.." (QS. Yusuf: 42) Dan saudara-saudara
Yusuf, sebelum itu berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kan'
dungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, pada'
hal kita adalah satu golongan (lebih banyak). Sesungguhnya ayah
kita dalam kekeliruan yang nyata." (QS. Yusuf: 8)
Musa a.s., u Dan Musa melernparkan lemb aran -lemb aran Taurat
itu dan nxemegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil rnena'
rih ke arahnya." (QS. Al-Aref: 150)
Walau Khidhir telah berkata kepada Musa, "Jika enghau
mengikutiku, maka jangan bertanya tentdng a,papun, sampai aku
sendiri menerangkdnnya kepadamu." (QS. N-Kahfi: 70), dan Musa
berjanji dengan mengatakan, "Insyaallah enghau akan rnenemukan
aku sebagai orang yang sabar dan aku tiah akan melanggar
perintahmu." (QS. Al-Kahfi: 69), namun Musa tetap bertanya,
Mengapa enghau rnelubangi perahu itu yang akibatnya
menenggelamhan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat

Fikih Akhlak I
y7
suatu hesalahanyang besar." (QS. Al-Kahf:71) Pertanyaan itu mebuat
Khidir mengingatkannya, "Bukankah aku telah berkata bahwa enghau
tidah ahan sabar bersama aku?" (QS. N'Kahfi: 72) Selanjutnya
terjadilah apa yang terjadi dalam hati Musa. Namun Musa berkata
lagi kepada Ktridhir, "Mengapa engh,au membunuh jiwa yang bersih,
bukan harena dia rnembunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah
melakukan suatu yang tnung&or." (QS. Al-Kahf: 74) Maka Khidhir
mengingatkannya untuk kedua kali dengan lebih keras, "Bukankah
aku telah berkata bahwa engkau tidak akan sabar bersama o&2." (QS.
Al-Kahfi: 72) Mendengar peringatan itu Musa berkata, "Jiha ahu
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka jangan
engkau memperbolehkan aku menyertairnu. Sesungguhnya enghau
sudah cukup mernberikan maaf kepadahu." (QS. Al'Kahfi: 76). Tapi
kemudian Musa berkata lagi, "Jika engkau, rrla u, enghau bisa mengambil
upah dari perbuatanmu itu." (QS. Al'Kahfi: 77) Setelah Khidir
memperbaiki tembok yang hampir roboh di sebuah kampung yang
penduduknya tidak mau memberi makanan kepada mereka berdua
(Khidir dan Musa).
Bahkan Nabi kita, pemimpin manusia pada hari Kiamat,2l orang
pertama yang memberi ampunan dan yang pertama diberi ampunan,22
orang yang pertama masuk surga,2s pemilik tempat yang terpuji,2a Allah
berfirman tentang beliau, "Katakanlah,'sesungguhnya aku ini hanya
seora,ng rnanusia seperti kalion'." (QS. Al'Kahfi: 110) Beliau juga
menggambarkan dirinya dengan berkata,' "Se sungguhnya aku adalah
manusia biasa; rnerasa, rela sebagaimana manusia rnerasa rela, dan
marah sebagaimana rnanusia marah.n6
"Dia (Muhammad) bermuka tndsatrl dan berpaling karena telah
dntang seorang buta kepadanya." (QS. 'Abasa: 1'2)
Ini adalah realita bahwa mereka semua adalah manusia. Apa
yang terjadi pada manusia lain, tedadi pula pada mereka. Jika orang-
orang yang berkepribadian mulia dan baik, para nabi dan rasul yang
memiliki keteguhan hati sangat kuat (fi.lu al:azmi), kemudian para
ulama yang baik, mengalami apa yang dialami oleh manusia biasa,
maka selain mereka tentu lebih pantas mengalaminya.

98 L,n,n Akhrak
Manusia cenderung mencintai orang yang bersikap baik terhadap
mereka dan membenci orang yang bersikap buruk terhadap mereka.
Mereka menyukai orang yang menutupi aib mereka dan membenci
orang yang membeberkannya. Mereka mencintai orang yang bersikap
lembut terhadap mereka dan membenci orang yang kasar, galak dan
keras hati. Mereka mencintai orang yang mengharapkan kebaikan bagi
mereka dan membenci orang yang mengharapkan keburukan bagi
mereka. Mereka mencintai orang yang mendoakan kebaikan bagi
mereka dan membenci orang yang dengki kepada mereka. Mereka
mencintai orang yang rendah hati kepada mereka dan membenci orang
yang sombong kepada mereka. Mereka mencintai orang yang menjalin
persaudaraan dan membantu mereka dan membenci orang yang
memutuskan persaudaraan dan memusuhi mereka. Mereka mencintai
orang yang memberi hadiah kepada mereka dan memberi salam dan
membenci orang yang mencuri dan tidak memperhatikan mereka.
Mereka mencintai orang yang memuji mereka dan membenci orang
yang mencela mereka. Mereka mencintai orang yang menyebut
kebaikan-kebaikan mereka dan orangtua mereka.
Oleh karena itu, setiap orang harus memperlakukan orang lain
sesuai dengan kecenderungan manusiawinya. Mereka memiliki
kemampuan, bakat dan perasaan. Mereka membutuhkan orang yang
melindungi mereka dan menghilangkan keraguan mereka. Mereka
membutuhkan orang yang menyenangkan hati, memperkecil kesalahan
dan menutupi aurat.
Anda harus mencintai orang lain dan menutupi aib mereka. Anda
harus memperkecilkesalahan mereka dan menempatkan mereka sesuai
dengan tempatnya.

Fikih Akhlak I 99
MENYENAI{GI(AN HATI ORANG LAIN

Menyenangkan perasaan orang yang sedang kesusahan


termasuk bagian dari menghibur dan meringankan musibah orang lain'
Dalil-dalilnya dari al-Qur'an dan sunnah adalah sebagai berikut:
Firman Allah, "Apabila pada waktu pembagian (harta waris) itu
herabat, anak yatim d,an orang mishin ikut hadir, maka berilah rnereka
d'arihartaitu(sekadarnya)danucapkanlahkepadamerekakata-kata
yang baik." (QS. An-Nis6': 8) Itu dilakukan pada waktu pembagian
harta warisan, jika dihadiri oleh kerabat dan orang-orang miskin yang
tidak memiliki hak dalam harta warisan tersebut dan mereka tidak
memiliki harta. senangkanlah perasaan mereka dengan sebagian dari
harta Anda atau sebagian dari harta warisan itu. Jika Anda memberi
kepada mereka, niscaya Allah akan memberkahi Anda dan
menggantikannya dengan yang lebih baik, "Apa saia yang halian
d.errnakan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki
yang paling baik." (QS. Saba': 89)
Alangkah indahnya jika setiap orang bersikap seperti itu ketika
menghadapi pembagian harta warisan.
Bagian dari bentuk menyenangkan perasaan adalah firman
Allah, "Bagi wanita-wanita yang d,iceraihan (hendaklah diberikan oleh
suaminya) harta yang diberikan kepadanya dengan cara yang baik
sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa."
(Qs. Al'
Baqarah:241)
Perasaan wanita yang dicerai sedang dalam keadaan kacau. oleh
karena itu, hibur kesedihannya dengan memberinya harta'

I
I

100 Fikih Akhlak


Disebutkan oleh para ulama bahwa Ibrahim telah dihibur setelah
mengalami kesedihan berupa sedikitnya jumlah orang yang beriman
kepadanya dan setelah dilemparkan ke dalam api. Allah menghibur
Ibrahim dengan menjadikan kalimat tauhid berkembang pada
keturunannya dan para rasul kemudian adalah dari keturunannya,
sebagaimana firman Allah, "Dan (Ibrahirn) menjadikan halimat tauhid
itu kalirnat yang kekal pada heturunannya agar mereka hernbali pada
tauhid lru." (QS. Az-Zukhrufz 28)
PerasaanYusuf a.s. juga dihiburketika dia dilemparkan ke dalam
sumur yang dalam oleh saudara saudaranya. Kemudian Yusuf
dijebloskan ke dalam penjara setelah dia dituduh, padahal dia bersih
dari tuduhan itu. Perasaannya dihibur melalui orang yang menyebab-
kannya masuk dalam penjara, "Sekarang jelaslah kebenaran itu.
Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadahu)
dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar. (Yusuf berka-
ta,) yang demikian itu agar dia (al-,Aziz) mengetahui bahwa aku tidak
berkhianat di belakangnya; dan bahwasanya Allah tidak meridhai
tipu daya orong-orang berkhianat " (QS. Yusuf: 5l-62)
Begitu jugaYusuf dihibur perasaannya melalui para saudaranya
yang menyeburkannya ke dalam sumur, ketika mereka datang dengan
memelas dan berkat a, "Hai Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpo
kesengsaraan dan karni datang membawa barang-barang yang tak
berharga. Sempurnakanlah sukatan untuk hami dan bersedekahlah
hepada kami. Sesungguhnya Allah mernberi balasan kepada orang-
ordng yang bersedekah." (QS. Yusuf: 88)
Salah satu bentuk menyenangkan perasaan adalah seperti
berikut ini: Dari Baridah r.a., bahwa seorang sahaya wanita berkulit
hitam datang kepada Rasulullah s.a.w. yang baru datang dari beberapa
medan pertempuran. Sahaya itu berkata, "Aku bernazar jika Allah
mengembalikan engkau dalam keadaan baik, aku akan memukul
rebana di sisi engkau." Mendengar itu, beliau berkata, "Jika engkau
ingin melakukan, lakukanlah; jika engkau tidak ingin melakukan,
jangan lakukan." Kemudian sahaya itu memukul rebana ... (HR.
Ahmad dan firmidzi)

Fikih Akhrak LOt


Contoh lain dari bentuk menyenangkan perasaan:
Jika Anda ingin memberi sesuatu kepada seseorang atau tidak
memberi, maka gunakanlah kata-kata yang baik. Hendaklah pemberian
dan penolakan disertai dengan akhlak yang baik dan pujian yang
indah. "Berihanlah kepada kerabat dekat akan haknya, kepada orang
mishin dan orang yang dalarn perialan. Jangan enghau menghambur-
hamburkan hartamu dengan boros. Sesungguh-nyd para. pernboros itu
ad.alah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya.
Jika engkau berpaling dari mereha untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang enghau harapkan, rrldka katakanlah kepada mereka
kata-kata yang pantas." (QS. Al'Isr6': 26'28)
Perhatikanlah kata-kata yang baik, pujian yang bagus dan sikap
menjaga perasaan dalam ucapan Rasulullah s.a.w. kepada tiga
sahabatny a yang mulia ketika menyelesaikan masalah putri Hamzah
di antara mereka. Dari Barra'r.a., "Ketika Nabi melaksanakan umrah
pada bulan Dzulqa,dah..." Kemudian Barra'menuturkan hadis itu. Di
dalam hadis itu terdapat, "Nabi keluar dan putri Hamzah mengikutinya
dan memanggilnya, 'Wahai paman, wahai paman.'Kemudian Ali
mengambilnya tangannya dan berkata kepadaFatimah, Ambillah putri
pamanmu dan bawalah dia. Ketika itu terjadilah perselisihan antara
Ali, Zaid dan Jakfar karena putri Hamzah ini.
Ali berkata, 'Akulah yang mengambilnya dan dia adalah putri
pamanku!'
Jakfar berkata,'Dia adalah putri pamanku dan bibinya di bawah
tanggung jawabku!'
Zaid berkata, 'Dia anak saudaraku!'
Lalu Nabi menyelesaikan masalah itu dengan menyerahkan putri
Hamzah kepada bibinya. Beliau berkata, 'Bibi adalah sama dengan
ibu.,Beliau berkata kepada Ali, 'Engkau bagian dariku dan aku bagian
darimu!'Beliau berkata kepada Jakfar, 'Engkau menyerupai bentuk
fisikku dan akhlakku!'Dan beliau berkata kepada Zaid,'Engkau adalah
saudara kami dan pembantu kami!"'(HR. Bukhari) Perhatikan ucapan
Rasulullah kepada tiga orang sahabatnya itu.

lo2 I
I

Fikih Akhlak
Dua orang yang berseteru karena suatu kasus yang penting
datang kepada Rasulullah. Kemudian beliau menenangkan keduanya
dengan ucapannya,"DenTi Zat yang jiwahu berada dalam genggaman-
Nya. Aku akan menyelesaihan urusan kalian berdua dengan nxenggu-
nahan Kitab Allah yang mulia." (HR. Bukhari dan Muslim) Ucapan
ini membuathati mereka tenangdan mengetahui bahwa hukum adalah
hukum Allah. Kemudian mereka menerima dengan perasaan rela dan
taat. Sumpah dalarn kasus seperti ini tidak harus dilakukan. Namun
jika dirasa perlu, lakukanlah.
Begitulah para sahabat belajar dari Nabi s.a.w. Mereka
menyelesaikan masalah dengan kebenaran dalam pandangan mereka
dan mereka menyenangkan perasaan orang lain.
Inilah Abu Bakar r.a.: Fatimah mengirimkan surat kepada Abu
Bakar menanyakan warisannya dari Rasulullah. Sedangkan Abu
Bakar telah mendengar sabda Rasulullah, "Karni tidah mewariskan.
Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah," Lalu Abu Bakar berkata,
"... Demi Allah, aku tidak akan melakukan perubahan sedikit pun pada
sedekah Nabi yang pernah berlaku pada masa Nabi. Aku akan
melakukannya seperti yang dilakukan oleh Rasulullah,.." Meskipun
hukum dan keputusan ini berasal dari Abu Bakar, namun dia
menyertainya dengan ucapan baik yang ia katakan kepada Ali r.a.,
"Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh
kekerabatan dengan Rasulullah s.a.w. lebih aku cintai daripada aku
menjalin kekerabatanku (dengan selain Rasulullah)!" (HR. Bukhari
dan Muslim)
Inilah Amirul Mukminin Umar r.a. yang menyenangkan
perasaan anaknya, Abdullah ibn Umar, tetapi tidak dengan
mengorbankan kebenaran. Ketika orang-orang datang kepadanya
yang dalam keadaan sakit akibat tikaman (yang membuatnya
meninggal dunia), mereka berkata, "Berwasiatlah, wahai Amirul
Mukminin, dan tentukanlah penggantimu.' LJmar berkata, "Bagiku
tidak ada orang yang lebih berhak menerima urusan ini (khilafah)
daripada orang-orang yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan beliau
dalam keadaan rela." Kemudian Umar menyebutkan nama Ali, Utsman,

Fikih Akhlak LO,


Zrtbair, Thalhah, Sa'ad dan Abdurrahman. Umar berkata, "Abdullah
ibn Umar menyaksikan mereka dan dia sendiri tidak ada urusan dalam
hal itu (khilafah)." IJcapan ini adalah bentuk hiburan bagi Abdullah
ibn Umar. (HR. Bukhari)
Selanjutnya, setelah wafatnya Umar ibn Khaththab, Ibnu Umar
hanya menyaksikan majlis pemilihan khalifah. Dan ini adalah bentuk
hiburan baginya. Dan Ibnu Umar tidak memiliki hak untuk dipilih
ketika itu. Yang demikian itu, karena pada saat itu banyak orang yang
lebih mulia dari Ibnu Umar. Mereka adalah orang-orang yang lebih
baik, lebih dahulu masuk Islam dan lebih banyak berkorban untuk
Islam. Jadi, walaupun dia adalah putraUmar, namun dia tidak memiliki
hak untuk dipilih dalam urusan khilafah. Begitulah Umar r.a. yang
adil berkata.
Perhatikanlah permintaan maaf yang halus yang diiringi rasa
kasih dan cinta. Ini adalah permintaan maaf untuk tidak ikut berperang
dari Usamah ibn Zaid r.a. kepada Ali r.a. Peperangan antara Ali dan
Muawiyah telah tedadi. Ali mencela setiap orang yang tidak ikut dalam
bertempur bersamanya melawan Muawiyah. Di antara orang'orang
yang tidak ingin ikut bertempur bersamanya adalah Usamah ibn Zaid.
Usamah adalatr pelayan Rasulullah. Dan dia sering keluar-masuk dalam
keluarga Rasulullah. Oleh karena itu, tidak jadi masalah bagi Ali jika
Usamah tidak ikut bertempur. Sedang Usamah sendiri pernah
membunuh seseorang yang telah mengucapkan ld, ili,ha illa Allah (tidak
ada Tuhan selain Allah) dalam sebuah pertempuran, kemudian
Rasulullah memarahinya dengan keras. Peristiwa itu terus terbayang
di benak Usamah; peristiwa pembunuhan orang yang telah
mengucapkan kalimat tidak Ada Tuhan selain Allah. Oleh karena itu,
Usamah mengundurkan diri dari bertempur bersama Ali melawan
Muawiyah. Muawiyah dan kelompoknya adalah orang-orang yarLg
meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muahammad adalah
utusan AIIah. Yang jelas, Usamah benar-benar tidak ikut dalam
pertempuran. Namun, bagaimana dia meminta izin dari AIi untuktidak
ikut bertempur? Usamah mengirim seseorang kepada Ali untuk meminta
izin tidak ikut bertempur. Melalui utusan itu, Usamah mengatakan

lo4 | rimr, Akhtak


bahwa Ali adalah orang yang dia cintai dan Usamah senang ikut
bersama AIi dalam kondisi suka ataupun duka. Akan tetapi, Usamah
tidak setuju memerangi orang Islam.
Dari Harmalah, "IJsamah mengutusku kepada Ali dengan
berkata, 'Dia (Ali) akan bertanya kepadamu, mengapa temanmu
sekarang tidak ikut?' Katakanlah kepadanya (Ali), 'Dia (Usamah)
berkata kepadamu, wahai Ali, jika engkau berada dalam mulut harimau,
sungguh aku sangat menyukai berada di dalamnya bersamamu. Tetapi
dalam perkara ini (perang melawan Muawiyah) aku tidak sependapat
denganmu!"'
Bersungguh-sungguhlah, wahai hamba Allah, dalam menghibur
hati orang yang berduka, baik dengan kata-kata yang baik, memberi
hadiah, mengunjunginya, atau dengan segala cara yang bisa
meringankan musibah yang menimpa saudara-saudaramu dan
menghibur hati mereka. Pilihlah kata-kata yang baik ketika Anda
meminta izin dari seseorang. Anda mendapatkan pahala karena kata-
kata baik itu dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik.

Fikih Akhtak Lot


I
-l
I

"Jika makanan malam telah dihidangkan dan waktu shalat


telah datang, makanlah dahulu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah bersabda,"Jiha makanan telah
dihidanghan dan utaktu shalat telah tiba, maka makanlah dahulu
dan jangan terburu-buru dalam menyelesaikannya." (HR. Bukhari
danMuslim)
Dari Anas r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika makanan telah
dihidanghan, maka makanlah dahulu sebelum kalian melah-sanakan
shalat Maghrib. Jangan terburu-buru dari makan kalian." (ItR,.
Bukhari dan Muslim)

Mempertimbangkan Kondisi Orang Lain:


Rasulullah s.a.w. pernah memerintahkan seorang muadzin untuk
mengatakan, "Shalatlah halian di kendaraoz (shall0 fi ar-rihdl)",
setelah kalimat adzan.Itu terjadi ketika hari sangat dingin dan turun
hujan. (HR. Bukhari)
Dari Abdullah ibn al-Harits, "Ibnu Abbas khutbah di hadapan
kami pada hari hujan turun. Ketika muadzin telah sampai pada kalimat
hayya'a10, ash-shald,h, dia menyuruhnya untuk menyerukan kalimat,
shalatlah di rumah. Melihat itu, orang-orang saling memandang, lalu
Ibnu Abbas berkata,'Orang yang lebih baik telah melakukan ini, dan
ini adalah ketetapan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Nafi', "Ibnu Umar adzan pada suatu malam yang dingin di
Dhajnan, kemudian dia berkata,'Shalatlah di hendaraan kalian
masing-masing.' Lalu diberitahukan kepada kami bahwa Rasulullah
s.a.w. memerintahkan muadzin untuk mengumandangkan adzan dan
menambahkan dengan kalimat, 'Shalatlah di hendaraan masing-
masing,'pada malam yang sangat dingin dan hujan dalam suatu
perjalanan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara contoh sikap mempertimbangkan kondisi orang lain
adalah sikap Nabi terhadap Ustman r.a. Utsman adalah seorangpemalu
yang kadangkala rasa malu menghalanginya untuk mengatakan
maksud hatinya dan menjelaskan kondisinya. Karena itu, Nabi
merapikan pakaiannya dan bersiap untuk menyambut Utsman.

108 I
I

Fikih Akhlak
Dari Aisyah r.a., "Abu Bakar meminta izin untuk masuk kepada
Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang berbaring di atas kasur menge-
nakan kain bulu milik Aisyah. Kemudian beliau mengizinkan Abu
Bakar masuk sedangkan beliau masih dalam keadaan seperti semula.
Setelah keperluannya kepada beliau selesai, Abu Bakar kembali pulang.
Kemudian Umar meminta izin untuk masuk. Dan beliau mengizin-
kannya dalam kondisi masih seperti semula. Umar menyampaikan
hajatnya kepada beliau, kemudian segera keluar. Utsman berkata,
'Kemudian aku meminta izin kepadanya untuk masuk, lalu beliau
duduk dan berkata kepada Aisyah,'Rapikanlah pakaianmu.' Kemudian
aku menyelesaikan keperluanku kepadanya dan lalu segera pulang.'
Aisyah berkata,'Wahai Rasulullah, mengapa aku tidak melihat engkau
berbenah dalam menghadapi Abu Bakar dan Umar, sebagaimana
engkau berbenah dalam menghadapi Utsman?' Rasulullah menjawab,
'IIstman adalah seorang pemalu. Aku khawatir, jika aku izinkan dia
masuk dalam kondisi aku seperti apa adanya (berbaring di atas kasur),
dia tidak akan menyampaikan hajatnya kepadaku'." (HR. Muslim)

Nabi Menjaga Perasaan Umar r.a.:


Dari Jabir ibn Abdullah, Rasulullah s.a.w. berkata, "Aku
memasuki surga (mendatangi surga) dan aku melihat sebuah istana.
Aku bertanya,'Punya siapa istana ini?' Mereka menjawab, punya Umar
ibn al-Khaththab. Lalu ahu ingin masuk ke dalamnya tapi tidak jadi,
kare na aku tahu b ahw a e ng kau akan iri, ( w ahai U mar). " U ma r b er kata,
"Wahai Rasulullah, demi Allah, aku tidak pantas iri kepadamu." (H.R,.
Bukhari dan Muslim)
Dari Asma binti Abu Bakar r.a.,"Zubair menikahiku dan dia tidak
memiliki unta atau budak untuk mengurus tanahnya. Tidak ada sedikit
pun, kecuali pancuran kecil dan kuda. Aku memberi makan kudanya,
mencari air, membuat timba dan membuat adonan. Sedangkan aku
belum pandai membuat roti. Yang membuatkan roti adalah tetangga-
tetanggaku dari kaum Anshar. Mereka adalah wanita-wanita yang
jujur. Aku mengangkut biji kurma dari tanah Zubafu-yang diperke-
nankan oleh Rasulullah s.a.w. untuk memanfaatkannya-di atas

Fikih Akhlak | ,,

L-_
kepalaku. Jaraknya sekitar tiga mil dari rumahku. Pada suatu hari,
ketika aku sedang berjalan dengan membawa biji kurma di atas
kepalaku, aku bertemu dengan Rasulullah s.a.w. dan beberapa sahabat
Anshar. Beliau memanggilku dan berkata kepada untanya untuk segera
minggir untuk memboncengku. Aku merasa malu untuk berjalan
bersama sekelompok orang laki-laki dan aku teringat akan Zubair dan
kecemburuannya (Zubair orang yang sangat pencemburu). Nabi
mengetahui bahwa aku merasa malu, maka beliau berlalu. Lalu aku
bertemu Zttbair dan aku katakan kepadanya,'Rasulullah dan beberapa
sahabatnya bertemu denganku dan aku sedang mengangkut biji kurma
di atas kepalaku. Lalu beliau mengajak aku untuk naik untanya. Aku
merasa malu untuk itu dan aku tahu kecemburuanmu.'Dia (Zubair)
berkata, 'Demi Allah, engkau membawa biji kurma lebih berat aku
rasakan daripada engkau naik unta bersama beliau!' Dia (Asma)
berkata, ,setelah peristiwa itu, akhirnya Abu Bakar mengirimkan
seorang pembantu kepadaku yang mengurus kuda. seolah-olah dia
(Abu Bakar) membebaskan aku'." (HR. Bukhari)
Di antara bentuk perhatian Nabi terhadap perasaan orang lain
adalah perhatian Nabi terhadap perasaan Abdullah ibn Abdullah ibn
Ubay ibn salul ketika ayahnya, Abdullah ibn ubay, meninggal dunia.
Dari Ibnu umar r.a., "Ketika Abdullah ibn ubay ibn salul meninggal
dunia, anaknya, Abdullah ibn Abdullah datang kepada Rasulullah.
Dia meminta agar Rasulullah memberikan bajunya untuk kain kafan
ayahnya. Maka Rasulullah memberikannya. Kemudian dia memohon
agar beliau menshalatkannya, maka Rasulullah menshalatkannya.
Melihat itu Umar berdiri memegang baju Rasulullah dan berkata,
,wahai Rasulullah, mengapa engkau menshalatkannya, sedangkan
Allah telah melarangmu untuk menshalatkannya?' Rasulullah berkata,
'Allah memberikan pilihan kepadaku dengan berkata, 'Engkau
memohon anlpun untuh mereka atau engkautidah memohonkan ampun
untuh mereha. Jika enghau memohonhan ampun sebanyah tujuh puluh
kali" danaku akan menambah sebanyak tujuh puluh kali.'Dia (Umar)
berkata,'Tapi dia adalah orang munafik?!' Rasulullah menshalatkannya
dan Allah menurunkan firman-Nyu, 'Jangan sehali-hali engkau

ll0 I
I

Fikih Akhlak
m.enshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan
jangan engkau berdiri di atas kuburnya.'(QS. At-Taubah: 84)"
Abdullah ibn Ubay ibn Salul adalah pemimpin orang-orang
munafik di Madinah. Dialah yang bertanggungjawab atas cerita dusta
yang menuduh Aisyah berbuat tidak senonoh. Dia juga yang berkata,
"sesungguhnya jika kita telah hembali ke Madinah, orang yang kuat
pasti akan mengusir orang yang lemah darinya." (QS. Al-MunAfiq0n:
8) Dia banyak melakukan perbuatan melawan hukum dan melakukan
dosa besar. Dia juga pernah memaksa budaknya untuk berzina.
Meskipun demikian, ketika dia meninggal dunia, anaknya datang
kepada Rasulullah meminta baju beliau untuk dijadikan kain kafan
bagi mayit orangtu anya. Rasulullah pun memberikannya dan
memakaikannya, walau beliau mengetahui kejahatannya.
Sedangkan anaknya, Abdullah ibn Abdullah, adalah seorang
yang beriman dan Rasulullah tidak ingin membuatnya tersinggung,
selama tidak harus melakukan maksiat.
Di antara bentuk menjaga perasaan adalah apa yang ada dalam
sabda Rasulullah berikut, "Janganlah kalian mencaci orang-orang
yang sudah meninggal dunia, harena mereka telah mencapai apa yang
mereka lakukan." (HR. Bukhari)
Mengapa orang-orang yang sudah mati tidak boleh dicaci?
Karena mereka telah mencapai apa yang mereka lakukan; mereka
mendapatkan pahala sebab kebaikan yang mereka lakukan dan
mendapat siksa sebab kejahatan yang mereka lakukan.
Cacian terhadap orang yang sudah meninggal dunia akan
menggoreskan luka di hati kerabatnya yang masih hidup. Dari al-
Mughirah ibn Syu'bah (hadis marf0'),

t;:i Y e fpi i'#g'or rf:r tr\ u


"Jangan mencaci orang-orang yang sudah mati, karena itu
ahan menyahiti hati orang-ord,ng yang masih hidup (dari
kerabatnya). " (HR. Tirmidzi)

Fikih Akhlak I 111

L-_
-]

Bahkan tidak jarang mencaci orang yang sudah mati menye-


babkan terjadinya tindak kekerasan. Setiap orang pasti akan membela
kerabatnya: ayahnya, ibunya, saudaranya, temannya dan seterusnya.
Jadi, cacian sama sekali tidak ada gunanya, karena cacian menye-
babkan rasa sakit di hati.
Ketika Firaun berkata kepada Musa a.s., "Firaun berkata,
' Bagaimanakah keadaan umat - umat terdahul u?"' Musa menj awab,

"Pengetahuan itu ada di sisi Tuhanku di dalam suatu Kitab. Tuhanku


tidak akan salah dan tidak (pula) lupa."
Jika yang meninggal dunia telah membangun satu tradisi buruk,
telah membuat aturan yang tidak benar dan telah berbuat kerusakan
di muka bumi ini, maka hal itu harus diceritakan , agar orang lain tidak
mengikuti jejaknya. Di dalam al-Qur'an telah disebutkan nama-nama
seperti Firaun, Haman, Qarun dan Abu Lahab. Allah berfirman,
"Sesungguhnya Firaun dan Harnan beserta tentara-tentaranya adalah
orang-orang yang bersalah." (QS. Al-Qashash: 8) Allah berfirman
tentang Qarun, "Maka Kami benamhan Qarun beserta rumahnya he
dalatn bu.mi." (QS.Al-Qashash: 81) Tentang Abu Lahab, "Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa." (QS.
Al-Masad:1)
Nabi s.a.w. bersabda, "Aku melihat Amru ibn Luhay menarik
batang tenggorokannya di neraka. Dialah orang pertarna yang membuat
sesaji untuk tuhan-tuhan." (HR. Bukhari)
Dari Anas r.a., 'Mereka melewati jenazah, lalu mereka memuji
kebaikannya. Nabi berkata,'Pasti (wajabat)l' Kemudian mereka
melewati jenazah, Ialu mereka mengatakan kejelekannya. Nabi berkata,
'Pasti (wajabat)!'Lalu Umar ibn Khaththab r.a. bertanya, Apa yang
pasti? Beliau menjawab,'(Mayit) ini kalian puji kebaikannya, maka ia
pasti masuk surga. Dan (mayrt) itu kalian katakan kejelekannya, maka
ia pasti masukneraka. Kalian adalah saksi-saksiAllah di muka bumi'."2?
Bagian dari menjaga perasaan orang lain adalah tidak membi-
carakan soal hubungan badan di depan kerabat istri. Yang demikian
ini demi menjaga rasa malu agar kehormatan kerabat istri tidak
terlecehkan.

lI2 I ririr' Akhtak


Ali r.a. berkata, "Aku adalah lelaki yang sering keluar madzi2s
dan aku malu untuk menanyakan kepada Nabi karena posisi putrinya.
Lalu aku menyuruh Miqdad ibn al-Aswad untuk menanyakan hal itu
kepada beliau. Beliau menjawab,'Dia harus membasuh kemaluannya'."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika ada alasan yang dibenarkan, bertanya tentang hubungan
badan diperbolehkan. Amru ibn al-Ash bertanya kepada istri anaknya
tentang kondisinya bersama suaminya. Abdullah ibn Amru menga-
takan, "Ayahku telah menikahkan aku dengan seorang wanita terhor-
mat. Dia mengunjungi menantunya dan menanyakan tentang sua-
minya. Dia (istri Abdullah ibn Amru) berkata,'Lelaki yang baik' Dia
belum pernah menginjakkan kakinya di ranjang kami (tidak pernah
menyetubuhi kami) dan belum pernah membuka tirai sejak kami
berumah tangga.'Ketika kondisi seperti itu berlarut-larut, dia (ayahku)
menceritakannya kepada Nabi. Nabi berkata, 'Pertemukanlah aku
dengannya.'Kemudian aku menemuinya dan beliau berkata,
'Bagaimana engkau berpuasa?' 'Aku puasa setiap hari,' jawabku'
'Bagaimana engkau mengkhatamkan al-Qur'an?'tanya Nabi lagi. Aku
menjawab,'setiap malam.' Kemudian beliau berkata,'Puasalah tiga
hari dalam satu bulan dan khatamkanlah al-Qur'an satu kali dalam
sebulan.'Aku berkata, Aku mampu mengerjakan lebih dari itu.'Nabi
berkata, 'Puasalah tiga hari dalam setiap satu jumat (satu minggu).'
Aku berkata,'Aku mampu mengerjakan lebih dari itu.'Nabi berkata
lagi,'Berbukalah (tidak puasa) dua hari dan puasalah satu hari.'Aku
berkata,'Aku bisa mengerjakan lebih dari itu.' Nabi berkata,'Puasalah
dengan puasa yang paling utama, yaitu puasa Daud; satu hari puasa,
satu hari tidak puasa. Dan bacalah al-Qur'an satu kali dalam setiap
tujuh malam.'Akhirnya aku menerima keringanan dari Nabi ketika
aku sudah tua dan sudah lemah.' Selanjutnya Abdullah ibn Amru
membaca sepertujuh al-Qur'an di hadapan sebagian istrinya pada siang
hari. Ayat yang ia baca, selalu ia baca sejak siang hari. Ini dia lakukan
agar di malam hari bacaan itu menjadi lebih mudah dan tidak
terlupakan. Jika dia ingin kuat, maka ia tidak puasa beberapa hari.
Dia menghitung hari-hari di mana ia tidak berpuasa, kemudian ia

Fikih Akhlak Lt,


berpuasa sebanyak hari ia tidak berpuasa. yang demikian itu ia
lakukan agar tidak meninggalkan apa yang dipesankan oleh Rasulullah
s.a.w." (HR. Bukhari)
Kemampuan memahami oranglain dari ucapannya. Allah berfir-
man tentang orang-orang munafik,*Terah nyata kebencian d,ari mulut
mereka. Dan apa yang disembunyikan oleh hati ntereka adalah lebih
besar lagi. sungguh telah Kami teranghan kepad,a karian ayat-ayat
(Kami) jika kalian berpihir." (eS. Ali Imran: llg)
Dalam firman yang lain, "Jika Kami menghendaki, niscaya Kami
tunjukkan mereka hepadamu sehinga engkau benar-benar dapat
mengenal n*eka dengan tanda-tandanya- Dan engkau benar-benar
akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Attah
mengetahui perbuatan-perbuatan engkau.', (eS. Muhammad: B0)
Tidak setiap orang bisa mengungkapkan isi hatinya apa adanya:
Ada yang bisa seperti itu. Ada yang tak bisa mengungkapkannya,
namun semua itu tercermin dalam ekspresi wajahnya. Dan ada yang
tidak proporsional dalam mengungkapkan isi hatinya. oleh karena itu
diperlukan kemampuan yang baik untuk memahami ucapan orang lain.
Para sahabat memahami kemarahan Rasulullah s.a.w. merarui
raut wajah beliau. Dari Ali r.a., "Nabi memberiku hadiah pakaian yang
dijahit dengan sutra. Aku memakainya, lalu aku melihat kemarahan
tampak di wajahnya. oleh karena itu, aku membagikannnya kepada
istri-istriku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah berkata kepada Aisyah, "sesungguhnya aku sangat
mengenal marahmu dan senangmu.,, Aku (Aisyah) bertany a, ,,Bagai_
mana engkau mengenalnya, wahai Rasulullah?" Diamenjawab, ,,Ketika
engkau merasa senang' engkau akan mengatakan, 'ya, demi ruhan
Muhammad.'Tapi ketika marah, engkau akan berkata, ,Tidak, demi
Tuhan lbrahirn'." Aku (Aisyah) berkata, *Benar, aku hanya mening_
galkan namamu." (HR. Bukhari)
Perhatikanlah akhlak Aisyah dalam mengekspresikan
kemarahannya. Itu karena dia berhadapan dengan orang yang
memahami dan menghargai. Dia berhadapan dengan pemimpin

ll4 I
I

Fikih Akhtak
manusia dan penutup para nabi... Perhatikanlah, wahai hamba Allah,
dan berpikirlah, jika Anda orang yang berakal.
Salman pernah bertanya kepada lJmmu Darda tentang
kondisinya, ketika Salman melihatnya dalam keadaan lusuh dan tidak
memperhatikan pakaiannya. Salman bertanya mengapa lJmmu Darda
dalam kondisi seperti itu.
Dari Abu Juhaifah r.a., "Nabi s.a.w. mempersaudarakan Salman
dengan Abu Darda. Salman mengunjungi Abu Darda dan melihat
flmmu Darda dalam keadaan lusuh,2e lalu dia bertanya kepadanya,
"Megapa engkau dalam kondisi demikian?" Dia menjawab, "Saudaramu,
Abu Darda, tidak pernah memikirkan dunia." Kemudian Abu Darda
datang dan Salman membuatkan makanan untuknya. "Makanlah",
kata Salman kepada Abu Darda. Dia berkata, "Aku sedang puasa."
Dia (Salman) berkata, "Aku tidak akan makan jika engkau tidak
makan." Lalu dia (Abu Darda) memakannya. Ketika malam tiba, Abu
Darda siap-siap untuk melakukan ibadah malam. Dia (Salaman)
berkata kepadanya, "Tidurlah!" Abu Darda pun tidur. Kemudian Abu
Darda bangun untuk melakukan ibadah malam, dan Salman berkata
lagi, "Tidurlah!" Ketika akhir malam datang, Salman berkata,
"Bangunlah, sekarang!" Mereka berdua melaksanakan shalat, lalu
Salman berkata kepadanya, "Sesungguhnya Tuhanmu merniliki hak
atas dirimu, jiwamu memiliki hak atas dirimu dan keluargamu memiliki
hak atas dirimu. Berikanlah hak kepada setiap pemiliknya." Kemudian
dia (Abu Darda) datang kepada Nabi dan menceritakan peristiwa itu
kepada beliau. Mendengar cerita itu, Nabi berkata, "Salman benar!"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan pemahaman dan perhatian Salman terhadap
perempuan (istri Abu Darda) yang lusuh dan tidak berhias. Ia bertanya
tentang kondisi perempuan itu, mengapa begitu? Salman memahami
jawabannya dari penjelasan tidak langsung istri Abu Darda,
"Saudaramu, Abu Darda, tidak terlalu memikirkan dunia." Lalu Salman
mengingatkan Abu Darda tentang kekeliruannya dan Rasulullah
membenarkan apa yang dilakukan oleh Salman terhadap Abu Darda.

Fikih Akhlak | ,r,


-\

Menghargai Kemampuan Orang Lain:


Allah berfirman, "Allah tidah membebani seseordng melainkan
sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 28G) Seperti yang
sudah diketahui, ayat ini turun sebagai pengganti hukum yang
tercantum dalam ayat, "Jika kalian m,enam.pakkan apa yang ada dalam
hati kalian atau menyembunyikannya, niscaya Altah akan ntembuat
perhitungan dengan kalian tentang perbuatan ifz." (QS. Al-Baqarah:
284)
Dari Abu Hurairah r.a., "Ketika turun kepada Rasulullah s.a.w.
ayal,'Kepunyaan Allah lah segala yang ada di langit dan bumi. Jika
kalian menampakkan apa yang ada dalam hati kalian atau menyem-
bunyihannya, niscaya Allah ahan membuat perhitungan dengan
kalian atas perbuatan halian itu. Allah mengampuni orang yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa orang yang dihehendahi-Nya dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.'(QS. Al-Baqarah: 284) Isi ayat ini
dirasa berat oleh para sahabat Rasulullah. Mereka pun datang kepada
Rasulullah kemudian mereka berkata,'wahai Rasulullah, kami terah
diperintahkan melakukan perbuatan yang kami mampu, seperti shalat,
puasa, jihad dan sedekah. Tapi kemudian ayat di atas diturunkan
kepada engkau, dan kita tidak kuat.'Rasulullah s.a.w. berkata,,Apakah
kalian ingin mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh dua Ahli
Kitab sebelum kalian, kami mendengar dan kami mengingkari(sami,nA
wa ashaind.)? Katakanlah,'Kami mendengar dan kami taat. Wahai
Tuhan kami, ampunilah kami dan kepada- M u tempat hemb ali., Mereka
berkata, 'Kami mendengar dan kami taat. Wahai Tuhan kami,
ampunilah kami dan kepada-Mu lah tempat kembali.,Ketika kaum
tersebut membacanya, Iidah mereka menjadi mudah mengikutinya.
Kemudian Allah menurunkan ayat lanjutannya,,Rasul telah beriman
kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya.
Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat - malaikatNy a, kitdb - kitab Ny a dan ras ul - rasulNy a.
(Mereka mengatakan)'Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasulNya.' Dan mereha mengatakan,
'Kami mendengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami,

116 I
I

Fikih Akhtak
dan kepada Enghau lah tempat kembali'." (QS. Al-Baqarah: 285)
Ketika mereka melakukannya, Allah kemudian mencabut hukumnya
dengan menurunkan ayat, 'Allah tidah membebani seseorang melain-
kan sesuai dengan hesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan dia mendapat sihsa dari (keja-
hatan) yang dikerjakannya. Wahai Tuhan kami, janganlah Enghau
huhum kami jika kami lupa atau kami bersalah.'Dia (Allah) berkata,
\a.''Wahai Tuhan hami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan hepada orang-orang
sebelum hami.'Dia (Allah) berkata, 'Ya.''Wahai Tuhan kami, jangan
Engkau bebanhan kepada kami apa yang tidak nxanxpu kami pikul.'
Dia (Allah) berkata, 'Ya.' 'Maafkanlah kami, ampunilah kami dan
rahmatilah kami. Enghaulah penolong kami, maka tolonglah kami
atas kaum yang kafir.' Dia (Allah) berkata,'Ya) (QS. Al-Baqarah:
286)" (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya."
(QS. Ath-Thal6q: 7)
Firman Allah, "Bertahwalah kalian kepada Allah rnenurut
hesanggupan halian." (QS. At-Tagh6bun: 16)
Allah berfirman, "Dia tidah ahan menjadikan kesulitan bagi
kalian dalam agan';a." (QS. Al-Haii: 78)
Allah memperbolehkan memakan bangkai bagi orang yang dalam
kondisi terpaksa. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan atas kalian banghai, darah, daging babi dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barsangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya), sedang dia tidak
menginginhannya dan tid,ak (pula) melampui batas, maha tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 173)
Allah memperbolehkan orang mengucapkan kata-kata kafrr jika
dalam keadaan dipaksa. Allah berfirman, "Barangsiapa kafir kepada
Allah sesudah dia beriman (akan mendapatkan kemurkaan Allah),

Fikih Akhtak^ | n7
-t

JANGAN CIPTAKAN KERAGUAN PADA


ORANG LAIN

Agama kita yang lurus (hantfl mengajarkan agar kita tidak


menanamkan keraguan di hati kaum muslimin, agar mereka selalu
syak dan curiga. Dalam banyak hal kita diperintahkan untuk itu:

Dalam Berbisik-bisik:
Nabi bersabda,"Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang
berbisik-bisik tanpa yang hetiga, sampai kalian berbaur dengan orang
banyak. Yang demikian itu agar tidak membuatnya sedih." (If,.R,.
Bukhari dan Muslim)
Ini adalah akhlak Nabi yang beliau ajarkan kepada umatnya.
Jika dua orang berbisik tanpa orang yang ketiga, setan akan merasuki
orang ketiga dengan mengatakan kepadanya, "Jangan-jangan mereka
berdua berniat mencelakanmu dengan ini dan itu."
Hukum ini juga berlaku bagi empat orang; tiga orang tidak boleh
berbisik-bisik dengan meninggalkan satu orang. Begitu juga dengan
lima orang, empat orang tidak boleh berbisik-bisik meninggalkan satu
orang... Intinya, semua yang akan menyebabkan kesedihan seorang
muslim, harus dihindari dan dijauhkan.
Jika terdapat beberapa orang: empat orang, lima orang atau lebih
dari itu, maka diperbolehkan dua orang di antara mereka berbisik-
bisik tanpa yang lain. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan menying-
gung perasaan orang lain sangat tipis, atau bahkan tidak ada. Ada
beberapa dalil yang tnenunjukkan kebolehannya:

l2o I ririr., Akhtak


Dari Ibnu Mas'ud r.a., "Pada suatuhari Nabi membagikan harta
hasil rampasan perang. Ketika itu ada seorang dari kaum Anshar
berkata, ,Pembagian ini tidak karena Allah.' Mendengar ucapannya
itu, aku berkata,'Demi Allah, aku akan melaporkannya kepada Nabi.'
Aku pergi kepada Nabi yang sedang bersama beberapa orang. Aku
membisikkannya (tentang ucapan orang Anshar itu)' Beliau marah
dan wajahnya memerah, kemudian beliau berkata, 'Rahmat Allah
hepad.a Musa. Musa disahiti lebih dari ini, dan dia sabar!"'
(HR.
Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah Ibnu Mas'ud yang membisiki Rasulullah s.a.w.
sedangkan beliau sedang bersama orang banyak. Fatimah binti
Rasulullah s.a.w. pernah mendatangi Rasulullah dan membisikinya
ketika beliau sedang bersama istri-istrinya. Dari Aisyah r.a., "Kami,
istri-istri Rasulullah sedang bersamanya dan tidak seorangpun dari
kami yang meninggalkan beliau. Kemudian Fatimah r.a. datang
dengan berjalan kaki. Demi Allah, caranya berjalan mirip sekali dengan
cara berjalan Rasulullah. Ketika Rasulullah melihatnya, beliau
menyambutnya dengan mengatakan,'selamat datang, putriku''
Kemudian beliau mempersilahkan Fatimah duduk di sisi kanannya
(atau di sisi kirinya). Beliau membisiki sesuatu kepadanya, dan dia
menangis sejadi-jadinya. Ketika beliau melihatnya begitu sedih, beliau
membisikinya lagi, dan tiba-tiba dia tertawa. Kemudian aku bertanya
kepadanya (aku adalah salah satu dari istri-istri beliau),'Rasulullah
mengkhususkanmu daripada kami dengan suatu rahasia, kemudian
engkau menangis.'Ketika Rasulullah berdiri, aku bertanya tentang
apa yang telah dibisikkan kepadanya. Dia (Fatimah) berkata,'Aku tidak
akan mengatakan rahasia Rasulullah.' Ketika Rasulullah meninggal
dunia, aku (Aisyah) berkata kepadanya, 'Aku sudah berniat sejak dulu
untuk bertanya kepadamu tentang kebenaran yang harus engkau
jelaskan kepadaku.' Dia berkata,'sekarang boleh.' Dia memberitahukan
aku dengan berkata,'Pada bisikan pertama, beliau mengatakan bahwa
Jibril biasanya memaparkan al-Qur' an kepadanya setahun sekali.'Tapi
pada tahun ini, Jibril memaparkannya kepadaku dua kali. Ini pertanda
ajalku sudah dekat. Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.

Fikih Akhlak L,,


sesungguhnya aku adalah orang yang terdahulu yang terbaik bagimu,'
kata beliau. Mendengar bisikannya itu, maka aku menangis, sebagai-
mana yang engkau lihat.'Ketika beliau melihat kesedihanku, maka
beliau membisikkan lagi dengan berkata, 'wahai Fatimah, apakah
engkau tidak rela menjadi pemimpin para wanita mukmin? Atau
menjadi pemimpin para wanita umat ini?," (HR. Bukhari dan Muslim)
suatu hal yang aneh dan mengherankan melihat para lelaki dan
wanita yang berbisik tentang sesuatu yang tidak perlu disampaikan
secara berbisik. Dan berbisik itu dilakukan di hadapan orang ketiga
yang tidak diikutsertakan. Tentu sikap seperti ini akan menyakitkan
hati, menyedihkan hati dan membuatperasaan benci.Ini menunjukkan
kebodohan akan ajaran agama dan kebodohan akan perbuatan yang
menyakitkan manusia.

r2z L,n,^ Akhtak


DIA ADALAH SHAFIYAH!

' Lagi, salah satu contoh menjaga perasaan adalah ucapan


Rasulullah, "sesungguhnya dia adalah Shafiyah!" untuk member-
sihkan prasangka buruk terhadap beliau dari hati para sahabatnya.
Dari Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyay r.a., bahwa dia
pernah mengunjungi Rasulullah ketika beliau sedang i'tikaf di masjid
pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Dia bercakap-cakap
dengan Rasulullah sebentar, kemudian berdiri hendak kembali. Dan
Rasulullah berdiri mengantarnya. Ketika dia (Shafiah) sampai di pintu
masjid dekat pintu ummu salamah, dua orang dari kaum Anshar lewat
(dengan berjalan cepat) dan memberi salam kepada Rasulullah.
Rasulullah lalu berkata kepada mereka berdua,'Jalanlah dengan biasa
saja. Dia adalah shafiyah binti Huyay!'Mereka berkata,'subhanallah,
wahai Rasulullah!'(Kata-kata Rasulullah) terasa kurang enak di hati
mereka. oleh karena itu beliau lalu berkata kepada mereka,'sesung-
guhnya setan merasuk ke dalam diri manusia sampai ke pembuluh
darah. Aku khawatir setan membisikkan sesuatu (yang tidak baik
tentang aku) ke dalam hati kalian'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas r.a., "Rasulullah s'a'w. sedang bersama salah satu
istrinya, lalu ada seseorang yang lewat (melihat beliau berdua)' Rasu-
lullah memanggil orang itu, dia datang kepada beliau, dan berkata,
,wahai Fulan, ini adalah istriku.'orang itu berkata,'wahai Rasulullah,
aku tidak pernah berprasangka buruk padamu.' LaIu Rasulullah
berkata, ,sesungguhnya setan masuk ke dalam diri manusia sampai
ke pembuluh darah'." (HR. Muslim)

Fikih Akhlak L,,


Dan bagian dari upaya menjaga perasaan orang adalah sabda
Rasulullah kepada Aisyah r.a., "Wahai Aisyah, andai bukan karena
haummu baru saja rneninggalhan hehufuran, pasti aku akan merornbak
Ka'bah dan menjadihannya di atas pondasi lbrahim." (HR. Bukhari
danMuslim)
Dalam beberapa riwayat,

o.
jl ,JGG
c o/ t

,**';:l
1.
JtJ - ll
C ,:,';r tr\i oi
.O
tz.z z ?l
,f\U 1., qt{ d|aJt

"Aku hhawatir hati rnereha akan mengingkari jika al-Jadar


(Hijir Ismail) aku masukkan dalam bagian Baitullah d.an jika
pintunya aku satukan dengan tanah." (IIR. Bukhari)
Dari Jabir ibn Abdillah r.a, "Rasulullah mengutusku untuk suatu
keperluan. Kemudian aku menemukan beliau sedang berjalan (dalam
satu riwayat beliau sedang shalat). Aku mengucapkan salam
kepadanya, dan beliau membalas dengan isyarat kepadaku. setelah
beliau selesai (dari shalat), beliau memanggilku dan berkata, ,Engkau
mengucapkan salam dan aku sedang shalat.'" (HR. Muslim) Dalam
riwayat lain, "Aku tidak berbicara d,enganmu karena aku sedang
shalat." (HR. Muslim)

tvt L,n,n Akhtak


TENTANG FATWA

Jika Rasulullah s.a.w. ditanya atau diminta fatwa, beliau akan


memberikan fatwayangmenghilangkan keragUan dan waswas di dalam
hati. Dari Abu Hurairah r.a. "Seorang Arab badui datang kepada
Rasulullah s.a.w. dan mengatakan bahwa istrinya melahirkan seorang
bayi berkulit hitam (dalam hal ini dia sebenarnya protes mengapa
anaknya berkulit hitam, sedangkan dia berkulit putih. Seolah dia
menuduh anak itu bukan dari dia). Beliau bertanya,'Apakah engkau
memiliki unta? Dia berkata, Ya.' Beliau bertanya lagr,'Apa warnanya?'
Dia menjawab, 'Merah.'Beliau bertanya lagi, 'Apakah di antaranya
ada yang berwarna abu-abu? Dia menjawab, Ya.'Beliau bertanya lagi,
'Bagaimana itu bisa terjadi?'Dia menjawab, 'Menurutku itu terjadi
karena keturunan.' Beliau berkata,'Tampaknya anakmu (hitam)
karena keturunan (maksudnya keturunan dari paman-pamannya atau
kakek-kakeknya yang hitam)'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Laki-laki itu datang kepada Rasulullah karena meragukan
istrinya yang dianggap selingkuh (hanya saja dia masih menyimpan
anggapan itu di dalam hati, belum mengatakannya). Kemudian Rasu-
lullah menghilangkan keraguan itu dengan perumpamaan (unta) yang
beliau buat untuk laki-laki itu.
Rasulullah s.a.w. sering menenangkan perseteruan dalam
berbagai kasus, seperti yang telah kitajelaskan. Beliau pernah berkata
kepada dua orang yang sedang berseteru dalam kasus seorang buruh
yang berzina dengan istri orang lain. Beliau berkata kepada dua orang
itu, "Demi Zat yang iiwaku berada dalam genggatnan'Nya, aku akan
mengad.ili kalian d.engan Kitab Allah."

Fikih Akhlak LU
-!

Kondisi ketika itu menuntut beliau bersumpah seperti itu agar


perseteruan menjadi tenang. sebenarnya sumpah seperti itu tidak
diharuskan dalam persidangan. Namun, karena kondisi menuntut
beliau untuk bersumpah, maka beliau bersumpah dengan mengatakan,

jl'at *6 tSL'"Gt) oSa. , *;;


oc
,g.ill's
a v
a' a a a/ a - a .

"Demi Zat yang jiwahuberadadalamgenggaman-Nya, ahu ahan


mengadili kalian dengan Kitdb Allah.'
Mendengar kata-kata itu, dua orang yang berseteru menjadi
tenang dan mereka merasa percaya dengan hukum yang ada.
Ketika seorang wanita dari suku Makhzum mencuri, Rasulullah
s.a.w. berkata, "Dermi Zat yang jiwaku berada dalam gengaman-Nya,
jika Fatimah binti Muhamrnad mencuri, rnaka Muhammad, akan
ntemotong tangannya. " (HR. Bukhari)
Perkara yang berkaitan dengan hukum tidak mengenal basa-
basi bagi siapapun, walau dari kabilah besar atau keluarga terhormat.
Sebagian sahabat Rasulullah membacakan jampi-jampi untuk
seseorang dengan mengorbankan beberapa kambing. Sahabat yang
lain merasa enggan untuk memakan daging kambing itu. Kemudian
mereka datang kepada Rasulullah dan beliau menjelaskan kepada
mereka tentang bolehnya memakan daging kambing itu, dengan
berkata, "Ambil lah hambing itu dan berilah aku sebagian (ini untuk
mernpertegas kebolehannya)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Para Sahabat Meneladani Rasulullah s.a.w.


Agarkata-katanya menjadi lebih berarti, salah satu dari sahabat
memulai dengan dirinya sendiri dalam melakukan apa yang ia katakan.
Ketika Ibnu Mas'ud melaknat perempuan-perempuan yang bertato
dan... dan dia menukil laknat itu dari Rasulullah s.a.w., seorang
perempuan berkata kepadanya, "Aku melihat pada istrimu ada sedikit
tdtot" Ibnu Mas'ud berkata, "Jika ada tato padanya, maka aku tidak
akan mempergaulinya (sebagian ulama berpendapat bahwa kata ini

126 I ritirr Akhtak


berarti mencerai)." Perempuan itu lalu pergi menemui istri Ibnu Mas'ud
dan dia tidak menemukan tato padanya. (Lihat Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak I ,U
SEGALA SESUATU PUNYA HAK

Tubuh punya hak, tamu punya hak, istri punya hak, mata punya
hak atas Anda. Berikut ini hadis yang berbicara tentang hal itu:
Dari Abdullah ibn Amru ibn al-Ash r.a., "Aku berpuasa setiap hari dan
membaca al-Qur'an setiap malam. Berita tentang apa yang aku
lakukan itu sampai kepada Rasulullah. Beliau berkata kepadaku,'Aku
mendengar bahwa engkau puasa setiap hari dan membaca al-eur'an
setiap malam?'Aku menjawab, 'Benar, wahai Nabi Allah. Dan aku,
dengan melakukan itu semua, hanya mengharap kebaikan.,Beliau
berkata,'sebenarnya cukup bagimu puasa tiga hari dalam setiap buran.'
Aku berkata,'Wahai Nabi Allah, aku mampu melakukan yang lebih
baik dari itu.'Beliau berkata,'sesungguhnya istrimu punya hak, tamu-
tamumu punya hak dan tubuhmu punya hak. Puasalah seperti puasa-
nya Nabi Daud. Dia adalah hamba yang sangat rajin beribadah.,Aku
bertanya, 'Wahai Nabi Allah, bagaimana puasa Daud itu?,Beliau
menjawab,'Daud berpuasa satu hari dan tidak puasa satu hari. Bacalah
(dengan mengkhatamkan) al-Qur'an satu bulan sekali.,Aku berkata,
'Wahai Nabi Allah, aku mampu melakukan yang lebih dari itu.,Beliau
berkata, 'Bacalah dua puluh hari sekali.'Aku berkata, .Wahai Nabi
Allah, aku mampu melakukan yang lebih baik dari itu.'Beliau berkata,
'Bacalah setiap tujuh hari sekali dan jangan tambah lagi. Sesungguh-
nya istrimu punya hak atas engkau dan tubuhmu punya hak atas
e4gkau.'Aku tetap mendesak untuk berbuat lebih, namun aku ditekan.
Beliau berkata kepadaku,'sesungguhnya engkau tidak tahu, bisa jadi
umurmu akan panjang (dan engkau menjadi tua).'Kemudian aku
melaksanakan petunjuk Nabi kepadaku. Ketika aku sudah tua dan
I

128 I ritirt Akhtak


lemah, aku merasa beruntung menerima kemurahan (ruhhshah) Nabi
Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan sia-siakan semua waktumu untuk tamu-tamu, hingga
Anda lupa mensucikan diri, ibadah kepada Tuhan dan hak istrimu.
Perbuatan seperti itu akan berpengaruh negatif bagi dirimu yang
menyebabkan Anda menjadi orang yang berakhlak buruk. Perbuatan
itu juga akan menciptakan konflik dengan istrimu dan menyebabkan
kerasnya hati karena tidak pernah mendapatkan siraman rohani.
Jangan terlalu berlebihan dalam mencintai istri, karena akan
membuat ibadahmu terbengkalai. Berapa banyak orang yang tergoda
oleh istrinya, hingga tidak sempat menghadiri jamaah dan majlis-majlis
ilmu dan zikir. Sebaliknya, berapa banyak istri yang lupa akan Kitab
Allah dan lupa akan shalat akibat suaminya.
Banyak pula orang yang menjadi bakhil akan harta karena lebih
mementingkan diri sendiri dan anak-anaknya (padalah dia adalah
orang yang berlebihan). Lucunya, banyak pula orang yang begitu rajin
dalam ibadah dan menghadiri majlis-majlis ilmu dan zikir, tapi dia
hampir tidak bisa mengambil manfaat dari kegiatannya itu (ini terjadi
karena tidak adanya perenungan dan penghayatan tentang apa yang
mereka lakukan). Bahkan, akibat sikap berlebihan ini, mereka sering
terjebak kepada rusaknya hubungan rumah tangga. Mereka cenderung
mengabaikan hak-hak orang lain yang ada di sekitar mereka dan terjadi
konflik dengan mereka.
' Bersikap moderat (tidak lebih dan tidak kurang) adalah tuntutan
agama. Segala sesuatu memiliki hak: istri memiliki hak, tamu memiliki
hak, jiwa memiliki hak dan Tuhanmu memiliki hak atas engkau. Oleh
karena itu, tunaikanlah hak masing-masing.
Sebagaimana Anda mendapatkan pahala dengan melaksanakan
shalat, Anda juga mendapatkan pahala dengan menghormati tamu
dan mendapatkan pahala dengan menggauli istrimu. Disabdakan oleh
Rasulullah s.a.w.,

ii*'€fir e,
Fikih Akhlak I ,r,
-l

"Dalam (menggunakan) kemaluan salah seorang dari kalian


(dengan sah) terdapat sedekah."
Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apakah seorang yang
menyalurkan syahwatnya (dengan sah) mendapatkan pahala?,, Beliau
menjawab, Bukankah halian tahu, jika seseorang n?enyalurkan
syahwatnya di jalan yang tidah benar, dia ahan mendapathan dosa?
Maha dari itu, jika dia menyalurkan syahwatnya di tempat yang harar
(dengan sitrinya), maka dia ntendapatkan pahala." (HR. Muslim)
Berapa banyak konflik terjadi antar suami istri yang berujung
pisah ranjang dan keengganan istri berdandan untuk suaminya. Hati-
hatilah, wahai hamba Allah!

130 L,n'n Akhtak


KASIH SAYANG DAN RENDAH HATI
TERHADAP ORANG-ORANG MUKMIN

Allah berfirman, "Sebab rahmat dari Allah lah engh,au berlahu


lemah lembut terhadap mereka. Jika engkau bersihap keras lagi berhati
hasar, tentu rnereka akan menjauhkan diri darimu. Karena itu,
maafhanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan
bermusy awarahlah dengan mereka dalam urusct n irz." (QS. Ai Imran:
159)
Firman Allah, "Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
rnengikutimu dari orang-orang yang beriman. Jiha mereha mendurha'
haimu, maha katakanlah,'Sesungguhnya aku tidak bertanggung
jawab atas apa yang halian herjakan'." (QS. Asy-Syu'ar6': 215-216)
Allah menggambarkan tentang Nabi Muhammad s.a.w. dan para
sahabatnya dalam firman-Nya,"Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap
ora.ng-orang kafir danbersikap kasih sayo.ng terhadap sesanT.a mereka,."
(QS. Al-Fath:29)
Ucapan Malik ibn al-Huwairits tentang Rasulullah s.a.w. sudah
kami kutip di atas, di mana Malik berkata, "Rasulullah s.a.w. adalah
penyayang dan ramah."
Nabi menyebutkan bahwa yang termasuk penghuni surga adalah
orang yang penyayang dan lembut hatinya terhadap kerabat dan orang
muslim. (HR. Muslim)
Nabi bersabda,

Fikih Akhlak I tI

E-
i:),"&$iit; i,y\ ,pj'"* ^ist;tri tiy
"Jiha Allah menginginkan kebaikan pada sebuah keluarga, Dia
ahan mengirimkan kelembutan hepada merekd." (HR. Ahmad)

y i\' v-":
o.n
. r r, L \",,
) 3 Jl i---->..r alll_r

"Allah mencintai kelembutan dalam segala hal",


seperti yang telah dikatakan Nabi s.a.w. (HR. Bukhari)
Dan Nabi mengatakan juga,

o.n
|zo .1. r, ,/o , o /
Al I ,2r)- v3 JJl e gr-r 'r.
\J \J

"Barangsiapa tidak berlahu lembut, maha tidak akan mendapat


hebaikan." (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah s.a.w., "Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah
itu Mahalernbut dan mencintai kelembutan. Dia memberikan kepada
helembutan sesuatu yang tid.ak d.iberikan kepad.a kekerasan dan iuga
tidak diberikan kepada yang lain." (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Kelembutan jika terdapat pada
sesuatu, maha ia ahan menjadi penghias bagi sesuatu itu. Jika kelembu-
tan itu hilang darinya, maka,sesuatu itu akan menjadi buruk." (IJR,-
Muslim)
Perhatikan sikap lembut dan didikan Rasulullah s.a.w. terhadap
seorang badui (orang kampung). Dari Anas r.a.: "Seorang badui kencing
di dalam masjid, sontak para sahabat hendak menghalangnya. Lalu
Rasulullah s.a.w. berkata, 'Jangan kalian hentikan dia!'Kemudian
beliau meminta seember air, dan menyiram (kencing) orang Arab badui
itu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam satu riwayat, Nabi s.a.w. memanggil orang Arab badui
itu dan berkata kepadanya ,"sesungguhnya kencing dan hotoran tidak
dibenarkan berada di dalam masjid-masjid. Masjid'masjid itu untuk
berzikir kepada Allah, shalat dan rnembaca al-Qur'an." (HR. Muslim)

132 I
I

Fikih Akhtak
Dari Aisyah r.a.: Nabi berdoa,

^5Lwu
'rt\ ,i;J * *-i;t u &U
.'o. et oi
4t
o

3tj,e$irq{;
)z
o .o .. o O /.
q dsv --A-t
E. ',Ja a
l'

"Ya Allah, barangsiapa nxenangani u,ru,san umatku lalu


mempersulit mereka, maka persulitlah dia. Barangsiapa
menangani urusan umatku lalu bersikap ramah terhadap
mereha, maka kasihilah dia." (H'R,. Muslim)
Prinsip dasar pergaulan di kalangan orang-orang beriman adalah
keramahan, kasih sayang dan komitmen baik kepada mereka. Tetapi
ada kondisi-kondisi di mana sikap tegas dan keras dibutuhkan, karena
ridha Allah dan demi kebaikan orang itu. Dalam kondisi tertentu,
kelembutan menjadi tidak efektif. Akan tetapi kondisi tertentu itu harus
diatasi, selain dengan pertolongan Allah, juga harus dengan sikap tegas
dan keras.
Nabi pernah bersikap keras dalam beberapa situasi. Begitu pula
para sahabatnya, seperti yang telah diuraikan. Semuanya dilakukan
hanya karena Allah, menghormati hak-hak dan mencegah orang zalim
dari kezalimannya.
Allah berfirman, "sesungguhnya kami telah mengutus rasul-
rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah hami
turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptahan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia
(agar mereka dapat menlpergunakan besi itu)." (QS. Al-Iladid: 25)
Barangsiapa tidak sadar dengan didatangkan bukti-bukti nyata, maka
besi yang akan bicara kepadanya.
Ibnu Katsir berkata, "Firman Allah, 'Dan Kami ciptakan besi yang
padaruya terdapat hekuatan yang hebar.' Maksudnya adalah Kami
(Allah) menjadikan besi sebagai penghadang orang yang menolak dan
menentang kebenaran setelah datangnya bukti-bukti yang nyata."

Fikih Akhlak I ,r,

L-.
Inilah cerita tentang sikap tegas Rasulullah s.a.w.:
Dari Abu Hamid as-Saidi r.a., "Nabi menjadikan Ibnu al-Lutbiyah
dari suku Azad sebagai pegawai yang bertugas mengumpulkan
sedekah. Dia kemudian membawa harta kepada Nabi dan berkata, 'Ini
hartamu dan ini hadiah yang diberikan kepadaku.'Rasulullah lalu
berkata kepadanya, 'Jika engkau tetap duduk di rumahmu, apakah
engkau akan diberi hadiah atau tidak?!'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. pernah berkata kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz,
apakah enghau ingin rnenjadi tukang fitnah?! (Nabi mengatakan itu
tiga kali) Ini terjadi gara-gara Mu'adz mengimami shalat berjamaah
dengan memperlama shalatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Amru ibn Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, "Sekelompok
orang duduk-duduk di depan pintu Rasulullah s.a.w., lalu sebagian
mereka berkata, 'Allah berfirman begini dan begitu.'Sebagian yang
lain berkata,'Bukankah Allah berfirman begini dan begitu.'(Mereka
saling mendebat) dan Rasulullah mendengar perdebatan mereka,
kemudian beliau keluar dan tampak marah sekali. Beliau berkata,
'Apakah seperti ini kalian diperintahkan?! Apakah seperti ini kalian
diutus?! Kalian saling mendebat dengan menggunakan Kitab Allah.
Sungguh, umat-umat sebelum kalian tersesat karena sikap seperti ini.
Kalian sama sekali tidak berada dalam kebenaran. Perhatikanlah apa
yang diperintahkan kepada kalian dan kerjakanlah. Apa yang dilarang
untuk kalian, tinggalkanlah!"' (HR. Ahmad)
Dari Sa'ad ibn Abi Waqash r.a., "Rasulullah s.a.w. mendapat
harta rampasan perangyang banyak. Di dalamnya ada sebuah pedang
dan aku mengambilnya. Kemudian aku membawanya kepada
Rasulullah, dan aku berkata,'Berikanlah pedang ini untukku. Engkau
tahu tentang aku, bukan?!'Beliau berkata,'Kembalikan pedang itu ke
tempatnya!'Aku kemudian pergi, sampai ketika aku akan melempar
pedang itu ke tempatnya, hasrat mendesakku (untuk tetap meminta
pedang itu). Maka aku kembali kepada Rasulullah dan berkata,
'Berikanlah pedang ini untukku.'Dengan suara keras beliau berkata,
'kembalikan pedang itu ke tempatnya!'..." (HR. Muslim)

134 | ntir' Akhrak


Rasulullah s.a.w. pernah bersikap keras terhadap Umar ketika
Umar berselisih dengan Abu Bakar. Beliau berkata, "Sesungguhnya
Attah mengutushu kepada halian dan, kalian mengatakan,'Engkau
dusta!' Sedanghan Abu Bakar berkata,'Dia (Muhammad) benar!' Dia
membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apahah halian akan menya-
hiti sahabathu?!" (HR. Bukhari)
Contoh ketegasan lainnya dalah ucapan Yusuf a.s. kepada
saudara-saudaranya, "Kalian lebih buruk keduduhanannya (sifat'
sifatnya) dan Altah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan ini."
(QS. Yusuf:77)

Ketegasan dalam Hukum


Seorang muslim harus konsisten dalam sikap ramah terhadap
saudara-saudaranya. Tetapi, jika menghadapi satu kasus di mana ia
harus bersikap tegas, maka itu harus dilakukan. Ketegasan ini tentu
harus disesuaikan dengan kadar kebutuhannya. Jika urusan itu telah
usai, maka hendaknya kembali kepada sikap ramah dan kasih sayang.
Orang yang mampu bersikap seperti ini hanya orang yang diberi
pertolongan oleh Allah. orang yang diberi pertolongan oleh Allah, dia
akan mengerti kapan saat bersikap ramah dan kapan saat bersikap
keras. Tidak ada daya dan upaya kecuali hanya milik Allah!

Fikih Akhrak I trt

E-
ETIKA PERGAULAN

Mengingatkan dan Takut kepada Allah


Seorang hamba hendaknya selalu mengingatkan akan Allah
kepada saudara-saudaranya dalam setiap pergaulan dengan mereka:
dalam jual beli, dalam majlis ilmu, dalam bercengkerama, dalam rumah
tangga dan lain-lain. Mengingatkan akan Allah akan membuat Allah
ridha dan cinta kepada Anda. Selanjutnya Allah akan membuat orang
lain mencintai Anda. Ketika Allah mencintai seorang hamba, Allah akan
memanggil Jibril dan berkata kepadanya,

q JAt ; -; ; t;r ry iLlt ed Li jt


frtt
"Aku mencintai seseorang, maka cintailah dia. Jibril pun men-
cintainya dan meletahhan kemudahan kepadanya di dunia."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah telah befirm an, " S e sung g uhny a ord,ng o rang y ang b e rima n
-

dan berbuat kebaikan kelak Allah Yang Maha Pengasih ahan menja-
dihan kasih sayang untuh nlereka." (QS. Maryam: g6) Yaitu dengan
menanamkan kasih sayang di hati orang lain untuk orang-orangyang
beriman dan berbuat kebaikan.
Jadi, mengingatkan akan Allah sangat berguna bagi orang-orang
beriman. Orang yang hendak berbuat curang atau menipu, jika diingat-
kan akan Allah, sangat mungkin ia akan membatalkan niatnya itu,

136 I
I

Fikih Akhtak
jika dia masih beriman kepada Allah. Allah berfirman, "Dan tetaplah
memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan memberi
manfaat." (QS. Adz-Dzdriydtz 55)
Perhatikanlah ucapan Musa a.s. ketika mengadakan perjanjian
dengan seorang hamba saleh untuk menjadi pekerja. Musa berkata
kepadanya, "Itulah (perjanjian) antara aku dan enghau. Mana saja
dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnahan, maka tidak
ada tuntutan tarnbahan atas diriku. Allah adalah saksi atas apa yang
hita ucapkon." (QS. Al-Qashash: 28)
Ingatlah kisah seorang wanita yang terdesak oleh kebutuhannya
dan sepupunya memaksa untuk menyetubuhinya. Ketika itu sang
wanita mengingatkan sepupunya akan Allah dengan berkata,
"Takutlah kepada Allah. Jangan kau masukkan cincin (bersetubuh)
dengan cara yang tidak sah!" (IIR. Bukhari dan Muslim) Mendengar
peringatan itu, sang sepupu berhenti dan tidak jadi menggaulinya.
Perhatikanlah ucapan Rasulullah s.a.w., ketika beliau mengi-
ngatkan akan AIIah, "Katakanlah,'Tuhan kita akan mengumpulkan
kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara hita dengan
benar. Dan Dialah Maha Pernberi keputusan lagi Maha Mengetahui'."
(QS. Saba':26)
Perhatikanlah firman-Nya, "Allah lah Tuhan kami dan Tuhan
halian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-arnal kalian.
Tidak ada gunanya perdebatan antara kami dan halian. Allah akan
tnengurnpulkan kita dan hepada-Nya lah kita kembali." (QS. Asy-
Syffr6:15)
Kemudian bacalah firman Allah, "Dan jangan sekali-kali engkau
mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku (pasti) akan
mengerjakan itu besok.' Kecuali (dengan menyebut) insyaallah dan
ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa." (QS. Al-Kabrfrz 28-24)
Perhatikanlah ucapan Musa kepada Khidhir a.s., " M usa b erkata,
'Insyaallah enghau akan menemukan aku sebagai orang yang sabar
dan aku tidah akan menentangrnu dalam urusan apapu.n'." (QS. Al-
Kahfi:69)

Fikih Akhlak L,',

L-.
Allah berfirman, "Ketika enghau berkata kepada orang yang
Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan engkau juga telah
memberi nihmat hepadanya, 'Tahanlah istrimu dan bertahwalah'." (QS.
Al.Ahz6b: 37)
Perhatikanlah firman Allah, "Jika kalian tidak m.enolongnya
(Muhammad s.a.w.), maha Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mehah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ked,uanya berada dalam
gua. Dia berhata hepada temannya,'Jangan bersedih, sesungguhnya
Allah bersama hita'." (QS. At-Taubah: 40)
Perhatikan sabda Nabi s.a.w. ketika mengingatkan Abu Bakar
akan perlindungan Allah untuk mereka berdua,

L+)t iirr 6,-r! K.r:J t-'ob u


/ / a,

"Wahai Abu Bahar, apa yang enghau khawatirkan dengan dua


orang yang Allah menjadi ketiganya?" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ketika terjadi Perjanjian Damai Hudaibiyah, Umar merasa
khawatir akan keselamatan Rasulullah s.a.w. Melihat kekhawatiran
IJmar, Abu Bakar berkata kepadanya, "sesungguhnya dia adalah
utusan Allah dan dia tidak durhaka kepada Tuhannya. Dia (Tuhannya)
pasti menolongnya." (HR. Bukhari)
Ketika cerita dusta (hadtts al-i,fki) yang menimpa Aisyah sampai
kepada Rasulullah, beliau berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, ahu
telah mendengar berita bahwa enghau berbuat begini dan begitu. Jika
enghau tidak salah, maka Allah akan membebaskan engkau dari
tuduhan itu. Jiha enghou melakuhan dosa, mohon ampunlah kepada
All a h dan b ertob atlah. S e s ung g uhny a, s eorang harnb a y ang melakukan
dosa kernudian bertobat, Allah pasti menerima tobatnya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ketika cerita dusta itu telah tersebar di masyarakat, Aisyah r.a.
berkata, "Demi Allah, aku sudah tahu bahwa cerita dusta (tentang

|
I

138 Fikih Akhtak


aku) telah kalian dengar dan kalian mempercayainya. Jika aku katakan
kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, kalian pasti tidak percaya.
Jika aku mengaku di hadapan kalian bahwa aku benar melakukan
(apa yang mereka tuduhkan), pasti kalian akan percaya. Allah
Mahatahu bahwa dalam hal ini aku tidak bersalah. Oleh karena itu,
tidak ada sikap yang tepat yang harus aku lakukan, kecuali
mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh ayah Nabi Yusuf (Nabi
Ya'kub), yaitu, 'Maha hesabaran yang baik (itulah hesabaranku). Allah
sajalah yang dirnohon pertolongan-Nya dari apa yang halian cerita-
kan'." (QS. Yusuf: 18)
Dalil-dalil tentang ingat Allah tidak terhitung jumlahnya. Yang
terpenting, setiap hamba hendaknya menghiasi semua pergaulannya
dengan ingat kepada Allah.

Orang yang akan Berbuat Jahat Diingatkan kepada


Allah
Perhatikanlah ucapan putra Adam kepada saudaranya,
"Sungguh, jika engkau menggerakkan tanganmu untuk rnembunuhku,
aku sama sekali tidak akan menggerakkan tanganhu untuk mernbu-
nuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan seru sekalian
alarn." (QS. Al-MA'idah: 28)
Begitu juga dengan ucapan Maryam kepada orang yang diduga
akan menganiaya dirinya, "Maryam berkata,'Sesungguhnya aku
berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, jika enghau
orang yang bertakwa'." (QS. Maryam: 18)
Ucapan Musa a.s. kepada para tukang sihir, "Musa berkata
kepada mereka,'Celakalah kalian. Jangan mernbuat-buat hedustaan
terhadap Allah. Dia akan membinasahan kalian dengan siksa.
Sesungguhnya orang yang nxengada-ada kedustaan akan merugi. " (QS.
ThAh6:61)
Dari Qabus ibn Mukhariq, dari ayahnya, "Seseorang datang
kepada Nabi s.a.w., Ialu dia berkata,'Ada orang datang kepadaku dan
menginginkan hartaku.' Beliau berkata,'Ingatkanlah akan Allah.' Dia
berkata,'Jika dia tidak mengingat ...'." (HR. Nasai dan Ahmad)

Fikih Akhlak L,,


-l

Ketika Terjadi Permusuhan Ingatkan kepada Mereka


Allah
Dari Ummu Salamah r.a., "Rasulullah s.a.w. berkata, 'Jika terjadi
honflik di antara halian dan halian melaporkannya kepadaku,
mungkin sebagian kalian lebih baik dalam beralasan dan berbicara.
Dan ahu ahan rnernutushan sesuai dengan apa yang aku dengar
darinya. Jika dengan pengakuannya itu aku memutuskan suatu hak
untuknya dari saudaranya, maha janganlah dia mengarnbil hak itu
(jiha dia ternyata berbohong dengan ucapannya). Sesungguhnya (itu
berarti) aku memutuskan untuknya potongan api neraka." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Hilal ibn Umayah menuduh istrinya
berzina, lalu dia datang dan bersumpah li'dn?q di hadapan Rasulullah
s.a.w. Kemudian beliau berkata, 'Sesungguhnya Allah mengetahui
bahwa salah seorang dari kalian telah berbohong. Apakah ada yang
ingin bertobat?' Kemudian istrinya berdiri lalu bersumpah." (HR.
Bukhari)

Selalu Menyebut Allah


Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Anda akan menda-
patkan kebaikan dengan kalimat itu, maka berikanlah kalimat "Allah"
kepadanya.
Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Allah akan memaaf-
kan Anda karena kalimat itu, maka sampaikan kepadanya kalimat
"Allah."
Siapa yang membutuhkan untuk ingat kepada Allah, maka ingat-
kanlah dia.
Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Allah akan member-
kati Anda dengan kalimat itu, maka katakanlah kalimat "Allah" untuknya.
Jika Anda marah, maka katakan, "Aku berlindung kepada Allah
dari setan yang terkutuk."
Jika Anda masuk rumah, maka sebutlah AIIah dan ucapkanlah
salam kepada keluarga Anda.

Im I
I

ritirr Akhtak
Jika Anda makan atau minum, sebutlah nama Allah.
Jika Anda selesai dari makan dan minum,baca, "Alhamdulillah"
Jika Anda melihat nikmat Allah pada diri, baca,"Md, syd'allah ld
quutwata illa billi.hi."
Ingatkanlah masyarakat dengan hadis-hadis berikut ini:

o ( .o, / / o .
. tc/1 \,,
ioi ;t"y {Jl Jtf 6 4! ,s'r2 ,,i .lli
a a a
",i
'a a a .

"Allah akan selalu menolong hamba selama ia menolong sauda-


ranya." (HR.Muslim)

ea
{ir *;, Ur alj ,t,J>li L'JJ t:.
a

"ZrJ
"Orang yang merendahkan diri terhadap Allah, maka Allah
akan mengangkatnya." (HR. Muslim)

a
ilr ll z cz
4-e..> .l u;6t f; u;
"Siapa yang tidak menydyangi sesarnanya, niscaya Allah tidak
me ny ay anginy a. " (HR. Muslim)

Dan hadis-hadis lainnya yang berisi tentang ingat Allah.


Katakanlah kepada seseorang:
Bersedekahlah dari apa yang Allah berikan kepada Anda!
Berbuat baiklah, niscaya Allah akan berbuat baik kepada Anda!
Kasihilah, niscaya Allah akan mengasihi Anda!
Ajarkanlah ilmu kepadaku, sebagaimana Allah mengajarkanya
kepada Anda!
Permudahlah, maka Allah akan memudahkan Anda!
Allah akan mengampuni Anda.
Allah akan memaafkan Anda.
Tutuplah aib orang lain, maka Allah akan menutupi aib Anda!

Fikih Akhlak LO,


-l

Dan kata-kata lainnya yang baik, yang menyenangkan hati dan


menenteramkannya.

Ingatlah Akhirat
Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang menjadi
sabar dalam menghadapi masyarakat, sabar menghadapi gangguan
mereka dan sabar menghadapi kebodohan mereka.
Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang banyak
melakukan kebaikan untuk dipersembahkan ke hadirat Allah. Di sisi
lain dia akan menghindarkan dirinya dari mengharap apa yang ada
di tangan orang lain.
Mengingatkan akan akhirat juga akan mendorong seseorang
untuk memaafkan orang lain, bersikap toleran, berkata baik dan
berakhlak baik. Semua itu merupakan buah dari mengingat akhirat.
Keyakinan yang benar akan mendorong kepada perbuatan baik
dan keyakinan yang salah akan mendorong kepada perbuatan salah.
Jika Anda yakin bahwa di sana ada surga dan neraka, maka Anda
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat Anda masuk
surga dan menghindarkan Anda dari neraka. Perbanyaklah mengi-
ngatkan akhirat dengan segala bentuk kedahsyatannya.
Allah mengkhususkan para nabi untuk lebih banyak mengi-
ngatkan akan akhirat. Allah berfirman tentang beberapa nabi,
"sesungguhnya Kami telah mensucikan mereha dengan (menganu'
gerahkan kepada mereka akhlak yang tinggi, yaitu) selalu mengingat-
han (manusia) kepada negeri akhirat." (QS. ShAd: aG)
Sebagian besar ayat-ayat dalam al-Qur'an di dalamnya terdapat
peringatan akan akhirat, baik di ujung ayat atau di tengah-tengah
ayat. Bahkan beberapa surah dikhususkan bercerita tentang akhirat
dan dinamakan dengan nama akhirat, seperti surah al-Qiydmah, al-
GhAsyiah, al-Wdqi'ah, al-H6qqah, al-Qdri'ah, alJfltsiyah, at-TaghAbun,
an-Naba', at-Takwir, al-InfithAr, al-Insyiqdq, dan al'Zilzalah.
Hukum-hukumyang ada di dalam al-Qur'an pun seringdiakhiri
dengan peringatan akan akhirat. Setelah Allah berfrrman tentang

142 I ririn Akhtak


larangan riba dan anjuran untuk mempermudah orang yang dalam
kesulitan, Allah meneruskan dengan, "Dan peliharalah diri kalian dari
(azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian dikernbalihan
hepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
senxpurnd atas apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedihitpun
tid.ah dianiaya." (QS. Al-Baqarah: 245)
Allah juga berfirman, "Barangsiapa memberi pinjaman kepada
Allah dengan pinjaman yang baik (mendermakan hartanya di jalan
Allah), maka Allah akan melipatgandahan pembayaran hepadanya
dengan lipat ganda yang banyah. Allah menyempitkan dan rnelapang-
han (rezhi) dan kepada-Nya lah kalian dikembalikan." (QS. Al.
Baqarah:245)
Perhatikan ayat tentang perceraian, "Apabila kalian mencerai
istri-istri kalian, lalu habis tnasa iddahnya, maka janganlah kalian
(para wali) menghalangi mereha untuk menikah dengan calon suami-
suaminya hetiha mereha saling rela dengan cclra yang baik. Itulah
yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir di antara halian." (QS. Al-Baqara}nz 2BZ)
Perhatikan juga firman Allah dalam masalah pernikahan,
"Janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarih hati kalian. Dan janganlah
kalian menikahkan (wanita-wanita mukmin) dengan laki-laki muyrik
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hati kalian. Mereha
(orang-orang musyrik) rnengajak he neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya." (QS. Al-Baqaraht 22L)
Perhatikan frrman Allah, " O rang orang y ang diting g al k a n ( t idak
-

ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di


belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta
dan jiwa mereka d,i jalan Allah. Mereka berkata, 'Janganlah kalian
beranghat (pergi berperang) dalam cuaca panas ini.' Katakanlah,'Api
neraka Jahanam lebih dahsyat panasnya, jiha mereka rnengetahui'."
(QS. At-Taubah: 81)

Fikih Akhtak I tO,


Allah juga berfirman, "Tid,akhah mereha bepergian di muka bumi
ini, lalu melihat bagaimana nasib akhir ordng-orang (yang mendus-
tahan) sebelum mereka? Sesungguhnya ahhirat lebih baih bagi orang-
orang bertahwa. Apakah halian tidah berpihir?" (QS. Yusuf: 109)
Perhatikanlah firman Allah, "Kecelakaan besar bagi orang-orang
yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain, mereka menuntut untuk dipenuhi dan apabila rnereka
menahar atau menimbang untuk orang lain, mereka m.engurangi.
Tidak tahuhah orang-ordng itu bahwa sesungguhnya mereha ahan
dibanghitkan pada suatu hari besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia
berdiri menghadap Tuhan semesta alanL." (QS. Al-Muthaffifin: 1-6)
Jika para pelaku kecurangan itu yakin bahwa mereka akan
dibangkitkan pada hari Kiamat untuk menghadap Tuhan semesta
alam, niscaya merekatidakakan melakukan kecurangan dalam takaran
atau timbangan. Namun keyakinan mereka terhadap hari Kiamat
lemah, sehingga keyakinan yang lemah tersebut mendorong mereka
untuk berbuat kecurangan dalam takaran atau timbangan.
Perhatikan juga Bani Israel dan firman Allah tentang mereka
dalam al-Qur'an ketika mereka berbuat dosa dan penyimpangan.
Mereka meyakini bahwa api neraka tidak akan menyentuh mereka,
kecuali beberapa hari saja. Keyakinan ini mendorong mereka untuk
berpaling dari hukum-hukum yang ada di dalam Kitab Allah. Allah
berfirman, "Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah diberi
bagian dari Kitab. Mereka diajak kepada Kitab Allah supaya (apa yang
ad.a d.i dalam) Kitab itu menetapkan hukum di antara ntereka, nannu.n
sebagian dari mereka berpaling dan mereka selalu membelakangi
(kebenaran). Sikap seperti itu terjadi karena mereha rneyakini,'Kami
ti.dak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari saja.' Mereka
ditipu dalarn agarna rnereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan."
(QS. Ali Imran: 23-24)

"Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika enghau mempercoryakan
hepadanya harta yang banyah, pasti dikembalikannya kepadamu. Dan
di antara rnereka ada orang yang jika engkau nxenxpercayakan
hep adany a satu dinar, maka dia ti.dak akan mengemb alikan kepadamu,

144 I
I

Fikih Akhtak
kecuali jiha enghau selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran
mereka mengatahan,'Tidak ada dosa bagi hami terhadap orang-orang
yang tidah berperadaban 6tmiyyin).' Mereha berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereha mengetahui." (QS. Ali Imran: 75)

Fikih Akhtak Lot


I

SEDIKIT BICARA DAN MENGHINDARI(AN


DIRI DARI KESIA.SIAAN

Di antara karakter orang beriman adalah menghindarkan diri


dari kesia-siaan:
Allah berfirman, "Beruntunglah orang-orang yang beriman.
(Yaitu) orang-orang yang hhusyu dalam sembahyang dan orang-orang
yang menjauhhan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna." (QS.Al-Mu'minfln: 1-3)
Allah berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang taat, "Dan
apabila mereha bertemu dengan orang-orang rnengerjahan perbuatan-
perbuatan yang tidah berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga
hehormatan dirinya." (QS. Al-Furq6n: 72)
Allah berfirman, "Apabila mereka mendengar perhataan yang
tidak bermanfaat, mereha berpaling darinya dan mereka berkata,'Bagi
hami perbuatan-perbuatan kami dan bagi halian perbuatan-perbuatan
kalian. Kesejahteraan atas halian, hami tidak ingin bergaul dengan
orang-orang yang tidak mengerti'." (QS. Al-Qashash: 55)
Allah berfirman, "Dan apabila orang-orang yang tidak mengerti
rlenyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung
keselamatan. " (QS. Al-FurqAn: 63)
Orang yang banyak mengumbar kata adalah manusia yang
paling dibenci oleh Rasulullah s.a.w.,

t; ry ,': $ir' iy '&i qol


r4b I .'n,n Akhtak
U|#i rr\itl;i"Eri
l-.
-, ,D , I o , o/.
L*Irv. t:-., t''*t-l
, ,,
ulrEd
'u
IJ 'Ji.l;:JlJ
'n,.t?.
s'ri') til, 13

oj$it.t
"Sesungguhnyo, orang yang paling aku cintai dan paling dekat
tempat duduknya denganku pada hari Kiamat adalah orang
yang akhlaknya paling baih. Sesungguhnya orang yang paling
aku benci dan paling jauh tempat duduhnya darihu pada hari
Kiamat adalah orang yang banyah mengumbar kata (ats-
tsartsar0n), orang yang besar mulut (al-mutasyaddiqfrn) doz
orang yang sombong (al-mutafaihiqOn). Mereka berkata,'Wahai
Rasulullah, kami mengerti tentang ats-tsartsarin dan al-
mutasyaddiq0n. Lalu apa yang dimaksud dengan al-
mutafaihiq0n?' B eliau menj awab,' D iala h o ra ng y ang so nl.b o ng'. "
(HR. firmidzi)

Fikih Akhlak L*
SETIAP KATA ITU PASTI TERCATAT

Allah berfirman, "Tiada suatu kata yang diucaphan melainhan


di dekatnya ada malaihat pengd,was yang selalu hadir." (QS. e6f: f 8)
Allah berfirman, "Sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-
malaikat) yang nxengdwasi (perbuatan halian) yang rnulin (di sisi Atlah)
dan yang mencatat (perbuatan itu). Mereka mengetahui apa yang kalian
lakukan." (QS. Al-Infithdr: f 0-12)
Allah berfirman, "Allah telah mengumpulhan (rnencatat) perbu-
atan itu sedang mereha lu.pa." (QS. Al-Muj6dilah: G)
Dalam firman Allah ada juga, "Inilah kitab (catatan) Karni yang
menuturkan kepada kalian dengan benar. Sesungguhnya Kami telah
menyuruh mencatat apa yang kalian telah kerjakan.'(QS. Al-Jetsiyah:
2e)
Banyak berbicara menyebabkan kejemuan pada manusia.
Mereka akan berpaling dari Anda dan mereka tidak akan senang
mendengar ucapan Anda. Dari Abu Wail, "Abdullah ibn Mas'ud sering
mengingatkan manusia pada hari Kamis, lalu seseorang berkata
kepadanya, 'Wahai Abdurrahman, aku begitu menyukai jika engkau
mengingatkan kami setiap hari.'Dia berkata, 'Aku khawatir akan
menj enuhkan kalian, maka aku memilih waktu yang tepat (tidak sering)
untuk kalian dalam memberi nasehat, sebagaimana yang dilakukan
oleh Nabi s.a.w. terhadap kita'." (HR. Bukhari dan Muslim) Oleh
karena itu, para khatib Jumat dianjurkan untuk meringkas khutbah-
nya.
Nabi s.a.w. bersabda,

148 L,n,n Akhtak


t;.-;*;:ti w ,y ^U *b -a: ,y:St;t{,e J* ,tI

t:v-^,.rf,.}t cr oV +At trl,*,st, at.&ltt

"Sesungguhnya shalat yang panjang dan khutbahnya yang


ringhas merupakan pertanda akan hecerdasannya (imam dan
hhatib pada shalat Jumat). Maha panjanghanlah shalat dan
ringhaskanlah khutbah, karena sebagian dari penjelasan (yang
memukau) bagaikan sihir." (HR. Muslim)
Allah menganjurkan kita untuk membatasi pembicaraan dalam
kebaikan dan meninggalkan ucapan yang tidak baik. Allah berfirman,
"Tidak ada hebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan'bisikan dari orang-orang yang nxenyuruh (manusia) memberi
sedekah, berbuat baik atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka helah Kami memberi kepadanya pahalayang besor.,, (eS.
An-Nis6': 114)
Rasulullah s.a.w. telah membimbing kita untuk menjaga lisan:
Rasulullah s.a.w. bersabda,

',*1 )i t;'ii'r.-dt lTti tJ\ ,yi rs u


"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
berkatalah yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

a,*:r dl*l *: u u) I u. v J,W- A


"Barangsiapa menjaminkepadaku akan apayang ada diantara
jenggot dan kumisnya (mahsudnya adalah lisannya) dan apa
yang berada d,i antara dua kakinya (maksudnya adalah kema-
luannya), rnaka ahu menjamin surga baginya." (HR. Bukhari
danMuslim)

Fikih Akhtak l|O,


-l

Rasulullah s.a.w. juga bersabda, "Siapa yang diam, maha akan


selamat.'Bl Maka ringkas dan padat dalam berkata-kata sangat dianjur-
kan. Ini adalah bagian dari kepahaman akan agama. Maka, jangan
banyak bicara, kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat.
Di antara perangai Nabi adalah kemampuannya bertutur ringkas
dan padat makna. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah telah memberikan nikmat kepada Nabi Daud a.s. berupa
hikmah dan kecerdasan dalam berbicara dan menganalisa permasa-
lahan yang dihadapi oleh kaumnya. "Kami berikan kepadanya hikmah
dan kebijahsanaan dalam menyelesaihan perse-lisihan." (QS. ShAd:
20)
Setelah delegasi Abdul Qays menemui Rasulullah s.a.w., mereka
mengatakan, "Wahai Rasulullah, kami datang kepadamu dari daerah
yang jauh. Antara daerah kami dan daerahmu ini terdapat kampung
Mudhar yang penduduknya masih kafir. Kami tidak bisa menemuimu
kecuali pada bulan haram (suci). Oleh karena itu, ajarkan kepada kami
satu perkara yang pasti, yang akan kami ajarkan kepada orang-orang
setelah kami, yang menjamin kami masuk surga..." (HR. Bukhari dan
Muslim) Mereka meminta sesuatu sederhana yang bisa memasukkan
mereka ke surga.
Setelah penjelasan.ini, apakah Anda akan tetap menjadi orang
yang banyak bicara? Apakah Anda ingin catatan buku Anda di hari
akhirat penuh dengan isu dan kesia-siaan? Apakah Anda ingin catatan
buku Anda menjadi hitam dengan catatan gunjingan dan cacian
terhadap orang lain? Banyak bicara akan menyebabkan kita kesulitan
dalam menghadapi hari perhitungan (yaum al- hisd.b). Banyak berbicara
menghilangkan wibawa. Banyak berbicara akan menghilangkan
ketenangan dan ketenteraman. Banyak berbicara akan menyebabkan
banyak kesalahan. Banyak berbicara membuat orang tidak mampu
mengingat apa yang mereka dengar. Mereka hanya ingat sebagian
dan lupa sebagian.
Oleh karena itulah, ucapan-ucapan Rasulullah s.a.w. sangat
ringkas dan padat. Ketika Rasulullah berkata-kata, jika ada orang yang
hendal menghitung kata-katanya, pasti dia dapat menghitungnya.

150 |
I

Fikih Akhlak
(HR. Bukhari dan Muslim) shalawat dan salam bagi Nabi s.a.w.
yang memiliki budi pekerti yang luhur yang diutus sebagai pelengkap
kesempurnaan akhlak mulia.

Jangan Terlalu Banyak Bertanya, Kecuali Memang


Diperlukan
Rasulullah s.a.w. bersabda,
rl

)ti;ti,s, J'',E € a)t oL

"Sesungguhnya Allah membenci banyak cerita dan banyak


bertanya dari kalian " (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian
bertanya (hepada Nabi kalian) tentang hal-hal yang jiha diterangkan
kepada kalian, ahan menyusahkan kalian." (eS. Al-M6'idah: l0l)

Fikih Akhtak I ,rt


MENAHAN DIRI DARI BERBICARA YANG
TIDAK PERLU

Menahan diri dari berbicara sangat dianjurkan jika berkenaan


dengan hal-hal yang tidak ada gunanya. Dalam al-Qur'an dijelaskan
tentang pembicaraan Maryam r.a. kepada malaikat, "Bagairnana ahu
bisa punya ba.yi sedang ahu tidak pernah disentuh (disebadani) oleh
seorang laki-lahi dan buhan pula (aku) seordng pelacur?" (QS.
Maryam: 20) Mataikat itu menjawab, "Demikianlah (kehendak
Tuhanrnu). Tuhanmu berkata, Yang demikian itu (bayi lahir dari
seorang wanita tanpa berhubungan badan dengan seorang laki'laki)
enteng saja bagi-Ku. Kami akan iadikan (bayi) itu tanda (kekuasaan
Kami) untuk manusia dan sebagai rahmat dari Kami. Dan itu perkara
yang sudah ditetapkan'." (QS. Maryam: 21)
Jelaslah bahwa hal itu (Maryam melahirkan bayi tanpa
bersetubuh dengan seorang laki-laki) sudah manjadi ketetapan yang
pasti dan tidak ada gunanya untuk banyak bertanya.
Contoh lain dari kasus seperti yang dialami oleh Maryam adalah
kasus Nabi Ibrahim a.s. ketika dikabarkan bahwa para malaikat
bergerak maju untuk menghancurkan kampung kaum Nabi Luth a.s.
Nabi Ibrahim mendebat para malaikat soal ini, kemudian para malaikat
menjawab, "Wahai lbrahim, berpalinglah dari perkara ini. Sesungguh-
nya telah datang ketetapan Tuhanmu dan sesungguhnya rnereka itu
akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS. Htd: 76) Selama
Allah menetapkan dan memberlakukan perkara ini, maka tidak ada
gunanya lagi pertanyaan soal itu.

152 I
I

Fikih Akhtak
Inilah Maryam a.s. ketika mengandung Isa a.s. Tuhannya
memerintahkan kepadanya, "Jika engkau melihat seorang manusia,
maka katakanlah, 'sesungguhnya ahu bernazar kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih untuk berpuasa; Ahu tidak akan berbicara dengan
seorang pun pada hari ini'." (QS. Maryam: 20) Mengapa engkau
(Maryam a.s.) tidak berbicara dengan manusia?!
Sesungguhnya masyarakat pasti mengingkari kehamilannya,
bersalinnya dan kedatangannya dengan membawa bayi. Alasan
apapun darinya tidak akan bisa diterima oleh masyarakat' Oleh karena
itu, kata-kata dan alasan tidak ada gunanya lagi. Ketika itu, diam
adalah pilihan yang tepat dan hanya Allah lah pemilik segala hikmah.
Di antara hikmah itu adalah apa yang terjadi setelah kelahiran Isa
a.s., di mana Isa berbicara ketika masih berada dalam buaian.
Para pemuda Ashabul Kahfi bersitegang dalam menentukan
berapa lama mereka berdiam di dalam gua. Kemudian mereka
menghentikan perdebatan tersebut dan menyadari bahwa perdebatan
mereka tidak ada gunanya. Allah berfiman, "Tuhan kalian lebih
mengetahui berapa lama kalian (berada di sini)." (QS. Al'Kahfi: 19)
Benar, Tuhan kalian lebih mengetahui berapa lama kalian berada di
dalam gua itu. Kemudian apa gunanya lagi bertanya?
Begitu pula ketika terjadi perbedaan pendapat di antara orang-
orang setelah mereka (Ashabul Kahfr) tentang jumlah mereka. Allah
memerintahkan untuk tidak mempermasalahkan itu. Allah berfirman,
"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan Qumlah mereka) adalah
tiga dan yang keempat adalah anjingnya. (Yang lain) mengatahan
(jumlah mereka) adalah lima dan yang keenam adalah anjingnya,
sebagai terkaan tehadap sesuatu yang gaib. Dan (yang lain lagi)
mengatakan (jumlah mereka) tujuh orang dan yang kedelapan adalah
anjirugnya. Katahanlah,'Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereha.
Tidak ada orang yang mengetahui jumlah mereha, kecuali sedikit''
Karena itu janganlah engkau (Muhammad) bertenghar tentang hal
mereka kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan engkau menanya-
han tentang mereha (Ashabul Kahfil kepada seorung pun di antara
me re ka. " (QS. Al-Kahfi: 22)

Fikih Akhlak L,,


-!

Rasulullah s.a.w. berkata kepada Aisyah, "Jika enghau tidah


bersalah, Allah akan membebaskan enghau. Jiha engkau melakukan
dosa, mohon o.mpunlah hepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya.
Seorang hamba yang berdosa, kemudian bertobat kepada Allah, maka
Allah pasti menerima tobatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Mendengar ucapan Rasulullah ini, Aisyah berkata, "Demi Allah, aku
tahu bahwa cerita dusta (hadtts al-ifhi) itu telah kalian dengar, melekat
di hati kalian dan kalian percaya dengan cerita dusta itu. Jika aku
katakan kepada kalian bahwa aku tidak melakukan (apa yang ada
dalam cerita dusta itu), dan Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak
bersalah, kalian pasti tidak percaya. Jika aku mengaku melakukan
itu, dan Allah Mahatahu bahwa aku tidak melakukan, kalian pasti
percaya. Demi Allah, aku tidak menemukan contoh yang tepat untuk
menghadapai kalian, kecuali ucapan ayah Yusuf a.s.,'Maka kesabaran
yang baik itu (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya atas apa yang halian ceritakan'." (QS. Yusuf: 18)32
Oleh karena itu, jangan bicara kecuali untuk pembicaraan yang
bermanfaat!

ts4 L,n,n Akhtak


ASAL BICARA

Allah berfirman, "Dan janganlah enghau mengihuti apa yang


enghau tidah rnemiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, senxuanya itu akan diminta
tanggung jawabnya." (QS. Al-Isr6': 36)
Allah berfirman, "Karend itu janganlah engh.au (Muhammad)
bertenghar dalam hal mereka (Ashabul Kahfi) hecuali pertengkaran
lahir saja dan jangan enghau menanyahan tentang mereka (Ashabul
Kahfi) hepada seorang pun di antara merekd." (QS. Al'Kahfrz 22)
Allah berfirman, "Dan kalian katahan dengan mulut kalian apa
yang tidah halian ketahui. Kalian nxenganggapnya suatu yang ringan
saja, padahal itu di sisi Allah adalah besar.' (QS. An-NOr: l5)
Ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang hari
Kiamat, beliau menjawab,

,lrfur
"r'&L t** S;*"J,it u
'Yang ditanya tidak lebih tahu tentang Kiamat dibanding yang
bertanya." (HR. Muslim)

Fikih Akhrak I ttt


-t

JANGAN TERJEBAK DALAM POLEMIK

saling mencaci adalah salah satu penyebab dicabutnya kebaikan.


Telah dicabut sebuah ilmu pada Lailatul eadar ketika dua orang dari
sahabat Nabi saling mencaci. Dari ubadah ibn shamit r.a.,,,Rasulullah
s.a.w. keluar untuk memberitahu manusia tentang Lailatul eadar, lalu
dua orang dari orang-orang muslim berdebat dengan keras. Melihat
itu, Nabi berkata,

,;;i'dt') ri;: cAi out Aa eol, r>u


o 1,., o ,,
o*f
?.ilti :6t q. o$u F
,o. | i c
lr> '--
d3sy Cl

y6J6
'Ahu keluar untuk mengabarkan (datangnya Lailatul eadar)
hepada kalian (pada suatu malam),lalu Fulan d,an Fulan saling
berdebat dengan keras. Maka hal itu (Laitatul eadar) telah
dianghat. semoga menjadi kebaikan bagi kalian, maha carilah
hal itu pada malarn kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh
dan kedua puluh lima'." (HR. Bukhari)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Ketika Rasulullah s.a.w. menghadapi detik-
detik wafatnya dan di dalam rumah beliau terdapat beberapa orang
sahabat, di antaranya umar ibn Khaththab, beliau berkata,'Kemarilah,
aku akan tuliskan sebuah kitab (pesan) yang membuat kalian tidak
akan tersesat setelah ini.' Lalu Umar berkata, 'Rasulullah sedang

156 I
I

Fikih Akhtak
mengalami sakit keras dan di tangan kalian sudah ada al-eur'an.
cukuplah bagi kita Kitab Allah itu.'Kemudian para sahabat yang ada
saling berselisih. Di antara mereka ada yang berkata, 'Dekatkanlah,
biar Rasulullah menulis sebuah kitab (pesan) untuk kalian agar kalian
tidak akan tersesat.' Di antara mereka ada yang sependapat dengan
apa yang dikatakan oleh urnar ibn Khaththab. Ketika perdebatan
semakin tidak jelas di sisi Rasulullah, beliau kemudian berkata,
'Pergilah kalian!'Ubadillah berkata, 'Kemudian Ibnu Abbas berkata,
'Bencana di atas bencana. Rasulullah tidak jadi menuliskan sebuah
kitab (pesan) untuk mereka karena perselisihan mereka,.,,

Fikih Akhlak I ,r,


-!

DEBAT DEMI KEBENARAN

Allah berfirman, "Ajahlah he jalan Tuhanmu dengan cara yang


bijak dan tutur hata yang santun. Debatlah mereka dengan alasan
yang lebih baik." (QS. An-Nqbl: 125)
Allah berfirman, "Jangan halian mendebat Ahli Kitab, kecuali
dengan alasan yang lebih baik." (QS. Al-'Ankabfft: 46)
Allah menceritakan tentang ucapan kaum Nabi Nuh kepada Nabi
Nuh, "f/ol Nuh, enghau telah berbantah dengan kami dan enghau
telah memperpanjang bantahanrnu terhadap hami." (QS. HOd:32)
Akan tetapi, jika perdebatan sudah mendekati pertengkaran,
maka hentikanlah. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Ahu adalah kepala
rumah di tengah surga yang disediakan untuk mereka yang mening-
galkan pertengharan, walaupun dia benar." (HR. Abu Daud)
Rasulullah s.a.w. datang ke rumah Ali dan Fatimah, kemudian
membangunkan keduanya untuk shalat malam. Kata Ali, "Jiwa kami
ada di tangan Allah." Mendengar itu Rasulullah pergi meninggalkan
Ali sambil memukul pahanya dan berkata,"Manu.sia adalah mahhluh
yang paling banyak mernbantaft." (QS-A,l-Kahfi: 54)33
Ketika orang-orang musyrik datang dan mendebat Rasulullah
s.a.w. tentang takdir, beliau tidak terpancing oleh pembicaraan mereka.
Kemudian turunlah ayat Allah, "Rasakanlah sentuhan api neraka.
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan uhuran
(hadar)." (QS. Al-Qamar: 48-49)3a Jangan membuka pintu perdebatan
untuk masalah ini (takdir), karena Allah tidak bisa ditanya atas
kebijakan-Nya, justru merekalah yang akan ditanya.

158 I
I

Fikih Akhtak
KATA.KATA YANG BAIK

Allah memerintahkan kita untuk berkata-kata yang baik, karena


inilah aturan dasar dalam berbicara dengan orang lain. Allah berfirman,
" Katakanlah hepada hamb a- hamb aKu,' H endaklah mereha n-Lengu -

caphan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu


rnenimbulkan perselisihan di antara rnereha. Sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusio'." (QS. N-Isr6': 53)
Allah juga berfirman, "Tidahlah sama kebaikan dan hejahatan.
Balaslah (kejahatan) dengan card yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang bermusuhan denganmu ahan berubah menjadi teman yang
sangat setia. Sikap seperti itu tidah dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan hepada
orang-orang yang rnemiliki keberuntungan yang besar." (QS.
Fushshilat: 34-35)
Kata-katayangbaik akan mengubah musuh menjadi teman yang
baik dan mengubah kedengkian menjadi cinta dan kasih sayang,
insyaallah. Dengan kata-kata yang baik berarti Anda telah memenggal
setan dan segala bisikannya.
Selain dari itu, kata-kata yang baik juga merupakan sedekah,
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah. Kata-kata yang baik
akan membuka pintu-pintu langit dan diterima oleh Allah. Allah
berfirman, "Perkataan-perkataan yang baik dan amal yang baik pasti
akan sampai kepada Allah dan dianghatnya." (QS. Fethir: 10)
Kemudian kata-kata yang baik menjadi salah satu penyebab
masuk surga. Rasulullah s.a.w. bersabda,

Fikih Akhlak Lt,


"k) ;-ti,
tJu Ct it;rilr i,l3i, i,il.r, ii
y1!)r]*x iS.rti6
"Sebarkanlah salam (kedamaian), berbicaralah dengan baik,
jalinlah persaudaraan dan shalatlah pada malam hari ketika
ntan.usia sedang tidur, niscaya enghau akan masuh surga
dengan dariai." (HR. Ahmad)
Kata-kata yang baik merupakan indikasi kebaikan hati pengu-
capnya dan kata-kata yang buruk mengindikasikan keburukan pengu-
capnya. Allah berfirman, "Wanita-wanita yang buruh adalah untuk
laki-laki yang buruk. Dan lahi-laki yang buruk adalah untuk wanita-
wanita yang buruk (pula). Wanita-wanita yang baih adalah untuk
laki'laki yang baih. Dan laki-lahi yang baik adalah untuk wqnita-
wanita yang baih (pula). Mereha yang dituduh itu bersih dari apa-
a,pa yang mereka tuduhkan. Bagi mereka ampunan dan rezki yang
mulia (surga).'(QS. An-Nffr: 26)
Kata-kata yang baik melidungi kita dari api neraka. Kata Nabi,

,*
a*b t trfrt

"Hindarilah api neraka, walaupun dengan (rnendermakan)


sepotong hurma. Jika halian tidak menemukannya, maka
dengan kata-kata baik." (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah perumpamaan yang dibuat untuk kata-kata baik.
Allah berfirman, "Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Ailah tetah
membuat perunxpanxaan kalimat yang baih seperti pohon yang baik.
Aharnya teguh dan cabangnya (rnenjulang) he langit. pohon itu
rnemberikanbuahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah
membuat perum,panxa,an-perunxpamadn untuk m.anusia agar mereka
dapat mengambil pelajaran. Dan perumpantaan kalimat yang buruh
seperti pohon buruk yang telah tercerabut dari tanah. pohon itu tidak
bisa tegak satrla sekali." (QS. Ibrahimz 24-26)

160 | ritt' Akhtak


Benar, banyak ahli tafsir yang memahami bahwa yang dimaksud
dengan al-kalimah ath-thayyibah (kata-kata yang baik) adalah lA ildha
illallah. Walau demikian, secara umum, semua kata-kata yang baik
masuk dalam kandungan al-halimah ath-thayyibah.
Jika seseorang mencaci Anda, maafkanlah dan bersikap bhiklah
kepadanya. Jika ada orang yang suka mengadu domba datang kepada
Anda dan menceritakan tentang ucapan yang menyakitkan Anda dari
saudara-saudara Anda, maka mohonkanlah ampunan untuk saudara-
saudara Anda. Katakanlah kepada pengadu domba itu bahwa mereka
adalah saudara-saudara Anda dan semoga Allah mengampuni mereka.
Dan katakan kepadanya bahwa kesalahan yang dilakukan oleh
saudara-saudara Anda tidak seberapa jika dibandingkan dengan
kebaikan yang mereka lakukan kepada Anda. Dengan kata-kata seperti
di atas, Anda akan menutup kesempatan bagi bisikan jahat dan bagi
orang-orang yang senang berbuat kerusakan.
Jika Anda tahu ada orang-orang yang berkata tidak baik tentang
diri Anda, kemudian Anda membalasnya dengan kata-kata baik, maka
mereka akan mengerti kadar diri Anda dan mereka akan menghormati
sikap maaf Anda. Orangyang memusuhi Anda akan berubah seketika
menjadi teman yang baik.
Perlu diingat bahwa manusia pasti menghadapi kondisi-kondisi
yang tidak menyenangkan dan menyenangkan: kondisi sedih, bahagia,
gundah, tenang dan lain sebagainya. Kadangkala seseorang dalam
keadaan sedih dan sedang menghadapai masalah yang berat, kemudian
bertemu dengan Anda. Jangan salahkan dia jika berhadapan dengan
Anda dengan wajah muram dan suntuk. Bisa jadi akan terlontarkan
kata-kata yang tidak menyenangkan dari dia. Kata-kata yang tidak
mungkin diucapkan jika dia dalam keadaan tenang dan bahagia.
Dalam keadaan seperti itu, maafkan dia apapun kesalahannya.
Serahkan kepada Allah, dan Allah yang akan menegurnya.
Seorang pengusaha yang sedang mengalami kerugian, sering
kali akan berkata-kata tidak menyenangkan di hadapan para
pegawainya. Dalam kondisi seperti itu, para pegawai hendaknya
memaklumi keadaanya dan mendoakan kebaikan dan kemudahan

Fikih Akhtak I tU,


baginya. Jadikanlah kata-kata yang baik sebagai kebiasaan Anda dan
selamanya mengalir dari lisan Anda. Hanya kepada Allah kita memohon
petunjuk dan pertolongan.
Yang dimaksud dengan kata-kata yang baik bukan kata-kata
basa-basi yang sering kali menipu. Tapi yang dimaksud adalah kata-
kata yang benar dan diucapkan karena mengharap keridhaan Allah.
Kata-kata seperti inilah yang akan memperbaiki perbuatan
pengucapnya dan menjadi sebab pengampunan akan dosa-dosanya.
Dan kata-kata yang baik itu akan menurun kepada anak-cucunya.
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang benar. Allah akan
memperbaiki perbuatan-perbuatan kalian d.an mengampuni dosa-dosa
halian." (QS. Al-Ahzilbz 7O-71)
Allah berfirman, "Hendaknya hati-hatilah orang-orang yang
meninggalkan keturunan rnereha dalam keadaan lemah. Khawatir-
kanlah mereka. Hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dan berkata
dengan kata-kata yang bena.r." (QS. An-Nis6': 9)
Jadi, kata-kata yang benar akan memperbaiki perbuatan, dengan
izin Allah. Adapun kata-kata yang penuh dengan basa-basi, pasti akan
merusak perbuatan, menyebabkan kebencian dan menebarkan
kerusakan dan kejahatan.

t62 L'n'n Akhtak


KATA.I(ATA PEDAS DAN KASAR

Kata-kata pedas dan kasar boleh digunakan dalam kondisi


tertentu dan dengan kadar yang tidak berlebihan. Anjuran dasar dalam
berkata-kata tetap berkata-kata dengan baik dalam berkomunikasi
dengan orang lain, sebagaimana firman Allah, "Ucapkanlah kata-kata
baih kepada manusia." (QS. Al-Baqarah:83)
Ketika Anda menggunakan kata-kata pedas dan kasar, maka
hendaknya Anda berposisi seperti seorang dokter yang memberikan
obat pahit kepada pasien, memberi suntikan yang nyerih atau bahkan
melakukan amputasi salah satu anggota tubuh pasien. Semua itu
memang memberikan rasa sakit pada sang pasien. Tapi, rasa sakit ini
diberikan demi kesehatan sang pasien. Ketika pasien sudah sembuh,
maka sang dokter harus berhenti dari kegiatan mengobati pasien
tersebut.
Demikian halnya dengan Anda ketika menggunakan kata-kata
yang pedas dan kasar terhadap seseorang. Kata-kata itu Anda gunakan
harus sesuai dengan kadar kebutuhan. Jika kebutuhan itu telah hilang,
maka Anda harus berhenti menggunakan kata-kata pedas dan kasar,
dan Anda harus kembali menggunakan kata-kata yang baik, karena
itulah perintah dasar dalam berkata-kata.
Berikut ini contoh kondisi di mana kata-kata kasar boleh
digunakan:
Yusuf a.s. pernah berkata kasar terhadap saudara-saudaranya
setelah Yusuf berkata kepada mereka, *Datanghanlah kepadaku
saudara kalian sebapak (Bunyamin). Bukankah kalian rnelihat aku

Fikih Akhlak LU,


telah menunaikan timbangan dan aku adalah tuan rumah yang
terbaik (dengan memperlakukan kalian dengan baik)?" (QS. yusuf:
59) Kemudian Yusuf melanjutkan kata-katanya, "Jika kalian tidak
mendatanghan dia (Bunyamin, saudara kandung Yusufl, maka tidak
ada bagian untuk kalian di sisiku dan jangan kalian mendekat
kepadaku!" (QS. Yusuf: 60)
Begitu pula dengan ucapan Nabi Sulaiman a.s., "Mengapa aku
tidak melihat Hudhud? Apakah dia pergi? Aku akan hukum dia dengan
hukuman yang berat atau ahu sembelih dia, jika dia tidah datang
dengan alasan yang jelas." (QS. An-Naml: hO-ZL)
Selanjutnya adalah sabda Rasulullah s.a.w.,

yj *thu+u"'llt,tAcTi
"Barangsiapa berteriak atau meminta bantuan dengan cara-
cara jahiliyah (yang di balik panggilan itu dia rnembanggakan
ayahnya), maka suruh dia menggigit kemaluan ayahnya." (HR.
Ahmad dan Nasai)
Begitu juga dengan ucapan Abu Bakar r.a. kepada Urwah ibn
Mas'ud ats-Tsaqafi. Abu Bakar berkata kepadanya pada Perjanjian
Damai Hudaibiyah (Shulhu al-iludaibiyah), "Pergi dan isaplah
helentit (bizhru) berhala Latta! ! !"35
Begitu juga dengan ucapan Hamzah r.a. kepada Siba, ,.Wahai
Siba', wahai anak ibu Anmar tukang potong kelentit, apa engkau
menantang Allah dan Rasul-Nya!"eo
Sama halnya dengan ucapan Musa a.s. kepada Firaun,
"Sesungguhnya aku yakin, wahai Firaun, bahwa engh,au akan binasa!'
(QS. Al-Isr6': 102)
Akan tetapi kami tegaskan sekali lagi bahwa kata-kata kasar itu
boleh diucapkan ketika dalam kondisi yang memaksa harus berkata
seperti itu. Dan ini dilakukan dengan kadar tertentu. Perintah dasarnya
tetap berakhlak baik dan berkata baik. Hanya kepada Allah kita
memohon pertolongan.

l@ I I

Fikih Akhtak
Diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Umar r.a. berkata, "Aku
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Jangan halian menghalangi
wanita-wanita kalian untuh pergi he masjid jiha rnereka meminta izin
kepada kalian untuk he masjid.' Kemudian Bilal ibn Abdullah berkata,
'Demi Allah, aku akan melarang mereka!' Medengar ucapan Bilal,
Abdullah ibn Umar berpaling kepadanya dan mencaci-makinya.
Kemudian Abdullah berkata kepadanya, 'Aku menyampaikan
kepadamu tentang (apa yang aku dengar dari) beliau, tapi engkau
justru berkata, 'Demi Allah, aku akan melarang mereka!'" (HR.
Muslim)

Fikih Akhtak i ,Ut


RENDAH HATI DAN TIDAK ANGKUH DALAM
BERBICARA

Bersikap rendah hatilah ketika Anda berbicara dengan orang


lain. Allah berfirman, "Katahanlah,'WahaiAhli Kitab, marilah menuju
hepada kesepakatan (kalimat saw6') antara kami dan kalian, yaitu
h,ita tidak menyembah selain Allah dan hita tidah mempersehutukan
Dia dengan apapun. Dan sebagian kita tidak (boleh) menjadihan
sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah'." (QS. Ali Imran:
64) Rasulullah s.a.w. menuliskan ayat ini dalam sebuah surat yang
dikirim kepada Heraclius.
Perhatikan ucapan para rasul kepada kaum-kaum mereka, "Kami
hanyalah manusia biasa seperti kalian. Hanya saja Allah memberi
karunia kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Dan kami tidak nxam.pu mendatangkan hekuatan (buhti), kecuali
dengan izin Allah." (QS. Ibrahim: 11)
Yusuf a.s. berkata, "Tidak disampaikan kepada kalian berdua
makanan yang akan diberikan kepada kalian, melainhan aku telah
dapat menerangkan takwilnya (artinya) sebelum mahanan itu sampai
kepada kalian. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku." (QS. Yusuf: 37) Perhatikan
kerendahan hati Yusuf yang dengan kemampuannya itu ia tetap
mengatakan bahwa semua itu milik Allah.
Berikut ini adalah bentuk kerendahan hati yang tertinggi:
Rasulullah s.a.w. berkata dalam suratnya kepada Heraclius,

16 I ritin Akhlak
I
6,,
,)Lli') otjt -ri &--, 0

r')t ;-*|t ^tst f:


o

plt*
a0

,P*
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Dari Muharnmad, hamba Allah dan Utusan-Nya.
Kepada Heraclius Penguasa Romawi.'(HR. Bukhari dan
Muslim)
Begitu juga dengan Sulaiman a.s. yang menuliskan surat kepada
Ratu Saba' dan berkata, "Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, dan
sesungguhnya (surat ini diawali) dengan na.nla Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah kalian berlaku sornbong
terhadapku dan datanglah hepadaku sebagai orang-ora.ng yang
berserah diri." (QS. An-Naml: 30-31) Oleh karena itu Ratu Saba'
menyebut surat itu dengan sebutan surat yang mu.lia,"Telah dijatuhkan
hepadaku sebuah surat yang mulia." (QS. An-Naml: 29)
Rendahkanlah hatimu ketika berbicara dengan orang lain.
Jangan bersikap angkuh. Rasulullah s.a.w. bersabda,

;. Li';i u, J; t-bt;'oi A ;'r('^i:t"ot


'
,1 1, .,t. i,
Yi : ;",
r1-l . )L UJ -l'>t
zi

,uv.' ,
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
bersikap rendah hati, sehingga tidak ada orang yang
mernbanggahan diri di hadapan orang lain dan tidak ada orang
yang rlenzalimi ordng lain." (HR. Muslim)
Dan beliau bersabda, "Setiap orang yang rendah hati hepada
Allah, pasti Dia menganghat derajatnyo." (HR. Muslim)

Fikih Akhtak LU,


WAJAH BERSERI

Tampakkanlah wajah yang berseri ketika Anda berbicara dengan


teman-teman Anda:
Lukman (al-Haktm) berkata kepada anaknya, "Jangan
rnemalinghan wajahmu dari ordng lain (karena sombong)." (QS.
Lukman: 18)
Nabi s.a.w. bersabda,

or/,3
j)w
, lo a
a / z. z t O .z ol . lorl /42
a*y ljt-l ,,llj ot O rr*)l U
o
Ote>=t ri

,)L

"Jangan meremehkan kebaikan yang sedihit, walaupun hanya


dengan senyurnan di wajah ketika engkau bertemu dengan
saudaramu. " (HR. Muslim)
Dari Jarir al-Bajali, "Setiap kali Nabi s.a.w. melihat aku, beliau
pasti tersen5rum." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah mencela orang yang congkak dan sombong dengan firman-
Nya, "Dan di antara manusia ada orang-orang yang mem.bantah
tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa
Kitab (wahyu) yang nxencerahhan. Dia mendongakkan leher untuh
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di
dunia dan di hari Kiamat Kami rasakan kepadanya azab neraha, yang
membakar. (Ahan dikatakan kepadanya) yang demikian itu akibat

168 I
I

Fikih Akhtak
perbuatan yang diherjakan oleh kedua tanganmu dahulu. Sesungguh-
nya Allah tidak ahan pernah menganiaya hamba-hambaNya." (QS-
Al-Hajj:8-10)

Fikih Akhlak LU,

L--
JAI{GAN MENGANGGAP DIRI ANDA SUCI!

Jangan mengatakan tentang sesuatu yang seolah Anda ingin


dianggap suci oleh orang lain dan jangan mengungkit-ungkit kebaikan
Anda kepada mereka, kecuali dalam keadaan terpaksa.
"Jangan mengatahan diri kalian su,ci.,, (eS. An-Najm: B2)
"Jangan engh,au memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak." (QS. Al.Mudatstsir: 6)
"Apakah engk,au tidak memperhatikan orang-orang ydng
menganggap diri mereka suci? sebenarnya AUah mensucikan ora,ng
yang Dia kehendahi dan rnereka tidak dianiaya sedikitpun " (es. An-
Nis6':49)
Miqdad r.a. berkata,

'qt)t
,et3jlt :t.'r C *'ofnulr S;l
"Rasulullah s.a.w. menyuruh kitp untuk menaburkan debu ke
wajah orang-orangyarrg suka memuji." (HR. Muslim)
seseorang memuji orang lain di hadapan Rasulullah s.a.w., lalu
beliau berkata, "celakalah engkau, enghau telah mentenggal leher
temanmu! (Beliau mengatakannya berulang-ulang) Jika seseorang
harus memuji, katakanlah, 'Menurutku begini dan begini,, iika d,ia
melihat (orang yang dipujil seperti itu. Dan Altah yang berhak menilai
dia. Jangan mensucikan seseorang seolah enghau lebih tahu dari Ailah
tentang orang itu." (llR. Bukhari dan Muslim)

L7O I ririn Akhtak


Pujian Anda atas diri sendiri membuat orang lain tidak suka
kepada Anda. Masyarakat pasti tidak suka dengan orang yang
membanggakan dirinya. Namun, jika Anda dalam kondisi di mana Anda
harus memuji diri sendiri, maka lakukanlah sekadarnya.
Yusuf a.s. berkata, "Sesungguhnya ahu adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf: 55) Dan memang
benar, Yusuf a.s. adalah orang yang pandai menjaga harta di kala
musim paceklik melanda dan dia tahu bagaimana membuat kebijakan,
dengan izin Allah.
Rasulullah s.a.w. berkata kepada orang-orang Anshar,
"Buhankah kalian dulu sesat, hemudian Allah memberihan petunjuh
kepada kalian melalui aku. Dulu kalian saling bermusuhan, hemudian
Allah menyatukan hati kalian melalui aku. Dan dulu kalian miskin,
lalu Allah membuat kalian kaya melalui ahu." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Anda boleh membersihkan diri dari dugaan-dugaan negatif,
sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Hud. a.s., "Wahai kaumku,
aku tidak merninta upah dari kalian atas apa yang aku lakukan.
Upahku hanya (aku harapkan) dari Zat yang menciptakan aku.
Apakah halian tidak berpikir?" (QS. HOd: 51)
Nabi-nabi a.s. yang lain juga pernah berkata seperti apa yang
dilakukan oleh Hud a.s. Nabi Syu'aib a.s. berkata kepada kaumnya,
"Dan aku tidah berkehendak menyalahi kalian (dengan mengeriakan)
apa yang aku larang." (QS. HOd: 88)

Etika Menjawab
DariAisyah r.a., "Hindun binti Utbah datanglalu berkata,'Wahai
Rasulullah, dulu, di muka bumi ini tidak ada keluarga yang paling
aku inginkan untuk menjadi hina dari keluargamu. Tapi pada hari
ini, di muka bumi ini tidak ada keluarga yang paling aku inginkan
agar menjadi mulia dari keluargamu." Beliau menjawab, "Dan juga
(aidhan), d.emi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya.'
Jawaban Rasulullah "juga (aidhan)" mengandung kemungkinan dan
tidak memiliki arti yangjelas.

Fikih Akhlak L,,


Dalam konteks ini, menggunakan jawaban yang mengandung
kemungkinan adalah lebih baik. Alasannya, di kalangan orang-orang
musyrik ada orangyang lebih memusuhi Rasulullah daripada Hindun.
Hindun pun, setelah masuk Islam, bukan orang yang paling dicintai
oleh Rasulullah dan keluarganya bukan keluarga yang paling mulia
di mata Rasulullah. Hanya saja Hindun telah mengatakan sesuatu
yang harus dijawab dengan seimbang sesuai dengan ucapannya itu.
oleh karena itu, Rasulullah menjawab dengan "juga (aid.han)." Dan
jawaban beliau menggunakan kata ini dipahami oleh Hindun bahwa
dirinya memiliki kedudukan yang sama di hati Rasulullah, walau itu
tidak dikatakan dengan jelas." (HR. Bukhari)

Etika Menolak
Rasulullah s.a.w. menyebut 20.000 orangyang akan masuk surga
tanpa hisab dan kata beliau mereka adalah, "orang-orang yang tidak
pesimis, tidak membanggakan diri, tidak meminta-minta pada orang
lain dan mereka adalah orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan
mereka." Mendengar itu, ukasyah ibn Muhshan berdiri dan bertanya,
"Apakah aku termasuk mereka, wahai Rasulullah?,,Beliau menjawab,
'Ya." Kemudian yang lain pun bertanya, 'Apakah aku termasuk mereka
(dalam riwayat lain,'Doakanlah agar aku termasuk mereka)?" Beliau
menjawab, "Engkau telah didahului oleh Ukasyah.,, (HR. Bukhari)
Dari Sahal ibn Sa'ad r.a., "Rasulullah pernah diberi minuman
dan beliau meminumnya. Di sisi kanan beliau ada seorang anak kecil
dan di sisi kiri beliau ada beberapa orang tua. Rasulullah berkata kepada
anak kecil itu, 'Apakah engkau mengizinkan aku memberi minuman
ini kepada mereka (orang-orangtua)?' Anak kecil itu menjawab,,Demi
Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan memberikan bagianku dari
engkau kepada seorang pun." (IIR. Bukhari)
Anak kecil ini menolak izin Rasulullah tidak dengan kata, *Aku
tidak mengizinkan," tapi dia menggunakan kata-kata yang menun-
jukkan rasa cintanya kepada Rasulullah. Ini penolakan yang
melahirkan rasa cinta.

I
I

172 Fikih Akhtak


Berbicara dengan Masyarakat
Pembicaraan kadangkala disampaikan kepada masyarakat
umum agar manfaatnya merata. Namun ada pula pembicaraan yang
tidak harus dikatakan kepada mereka. Dari Marwan ibn Hakam dan
Musawir ibn Makhramah, "Pernah Rasulullah s.a.w. berdiri ketika
rombongan dari Hawazin datang kepada beliau dengan menyerah.
Mereka meminta beliau untukmengembalikan harta-harta dan kawan-
kawan mereka yang ditawan. Kemudian Rasulullah berkata kepada
mereka, 'IJcapan yang paling aku suka adalah ucapan yang paling
benar. Pilih saja salah satunya: tawanan atau harta'. Aku dekat dengan
mereka dan Rasulullah memberi kesempatan kepada mereka selama
belasan hari sampai beliau kembali dari rhaif. Ketika mereka sadar
bahwa Rasulullah hanya akan mengembalikan salah satu dari harta
dan tawanan, maka mereka memilih kawan-kawan mereka yang
ditawan. Kemudian Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin,
memuji Allah dengan pujian yangpantas bagi-Nya dan berkata,,Amnl.a
ba'du, saudara-saudara kalian ini datang kepada kita dalam keadaan
bertobat dan aku ingin mengembalikan tawanan kepada mereka.
Barangsiapa di antara kalian yang dengan senanghati mengembalikan
tawanan kepada mereka, lakukairlah! Barangsiapa ingin tetap
mendapatkan bagiannya, silahkan! Dan kami akan memberikan
jatahnya dari harta yang telah Allah limpahkan kepada kita sejak awar.'
Masyarakat ketika itu berkata,'Llrusan ini kami serahkan sepenuhnya
kepada Rasulullah.'Kemudian Rasulullah berkata, ,Kami tidak tahu,
siapa-siapa yang mengizinkan dalam hal ini dan siapa-siapa yang tidak
mengizinkan. Pulanglah kalian, hingga wakil-wakil kalian melaporkan
kepada kami tentang keputusan kalian.' Masyarakat pulang dan wakil-
wakil mereka memberikan pengertian kepada mereka. Kemudian
mereka kembali kepada Rasulullah dan mengabarkan bahwa mereka
rela dan mengizinkan (menyerahkan para tawanan kepada orang-orang
Hawazin)." (HR. Bukhari)

Fikih Akhlak L,,


MENDAHULI-IKAN YANG LEBIH PENTING

Ketika Anda berbicara dengan masyarakat, utamakanlah hal-


hal yang lebih penting. Perhatikan ucapan Nabi Syuaib a.s. kepada
kaumnya, "Wahai haumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan bagi
halian selain Dia. Janganlah kalian mengurangi takaran dan tim.ba-
ngan." (QS. Hffd: 84) Dalam ayat ini Nabi Syuaib mendahulukan
perintah beribadah sebelum melarang pengurangan dan kecurangan
dalam timbangan dan takaran.
Rasulullah s.a.w. berkata kepada Mu'adz, "Sesungguhnya
enghau akan datang hepada kaum Ahli Kitab, maka jadikanlah seruan
pertamamu kepada mereka adalah ajakan bertauhid kepada Allah..."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kadangkala masalah yang tidak lebih penting didahulukan dalam
pembicaraan daripada masalah yang lebih penting. Jika harus demikian,
maka ini bagian dari pengecualian.
Di antara contoh pembicaraan yang mengutamakan perkara yang
lebih penting dan bertahap adalah ucapan Nabi Yusuf a.s. ketika
diminta untuk menafsirkan mimpi, "Tidak disampaikan kepada kalian
berdua makanan yang akan diberikan kepada kalian melainkan aku
telah dapat meneranghan jenis makanan itu sebelum makanan itu
sampai kepada kalian. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa
yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku...," sampai
ucapannya, "Wahai kedua temanku dalam penjara, manakah yang
lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam itu ataukah AllahYang Maha
Esa lagi Mahaperkasa?..." kemudian baru Yusuf menjelaskan mimpi-

174 | ritirr Akhtak


mimpi mereka dengan mengatakan, "Yang seorang, akan rnemberi
minuman khamr kepadatuanpya. Danyang seoro,ng lagi, akan disalib,
lalu burung-burung memakan sebagian kepalanya ..."

Fikih Akhlak L,S


PENDAHULUAN DALAM BERBICARA

Pada banyak kondisi, untuk berbicara dibutuhkan pendahuluan-


pendahuluan sebelum masuk ke dalam inti persoalan agar para
pendengar siap menerima apa yang akan disampaikan. Rasululah
s.a.w. mengajarkan kita akan hal ini.
Dari Ibnu Mas'ud r.a., "Rasulullah mengajarkan kepada kami
tentang cara khutbah, '

t*( )r?;r iq i;r;$u:rliil.ir i-ir


W!(r"; :6 k'lU ;.) d,V tii fi; ry ;
G

t;;, i!* t:;?JLi d1 iyu't:i


g su; "6- iirr tlit t;5 irt"gi'r.irr
",;-'i 6 U st--i iw
;'
sl, &rtit u6t6U;t'#'e:0
;

.z lo
t--(-
a
.r., W)) q*j
i.;\1:ri i: ui* ,snt ;fii t-fir: ,trt tf J-)
'(HR. Abu Daud)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Dhimad dari suku Azad Syanuah datang
ke Mekah. Dia membuat jimat untuk melidungi diri dari gila dan

176 I
I

Fikih Akhlak
gangguan jin. Dia mendengar orang-orang bodoh di Mekah berkata
bahwa Muhammad gila. Kemudian dia berkata, 'Jika aku bertemu
dengan orang ini, Allah akan menyembuhkannya melalui tanganku.'
selanjutnya dia bertemu dengan Rasulullah dan dia berkata,'wahai
Muhammad, aku membuat jimat untuk berlindung dari gila dan
gangguan jin. Allah menyembuhkan orang-orang yang Ia kehendaki
melalui tanganku. Apakah engkau tertarik untuk menerima jimatku?'
Rasulullah menjawab,

'j ")iw f, ., o /
aJJl oJ.6,r- y W)
tt le ,. )l z o t
oJ.o:..i
o
41J
j;ir tf
Jtits'oi W?, { q:6
o,.o I o tz
li it*', ^i:l
rli JP-as
ta..6/ rl .r,z ttez l6z I a/. t7,, /
& trl 4-f sj oP l-t^-.... dlj d C,-r|

[Segala pui bagi Allah. Kami memuji-Nya dan memohon


pertolongan hepada-Nya. Barangsiapa diberi petunjuk oleh
Allah, maka tidak ada yan rnampu menyesatkannya; barang'
siapa disesatkan oleh Allah, maka tidah ada yang marryu
rnemberinya petunjuh. Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain
Altah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu baginya. Dan
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.l
Mendengar jawaban Rasulullah, dia meminta beliau untuk
mengulangi kata-katanya dan Rasulullah mengulanginya tiga ka1i.
Setelah itu dia berkata, 'Aku pernah mendengar ucapan para dukun,
tukang sihir dan para penyair. Tapi aku tidak pernah mendengar yang
seperti kata-kata engkau itu, sampai aku ke dasar laut.'Kemudian dia
meminta tangan Rasulullah untuk berbaiat masuk Islam dan beliau
membaiatnya." (HR. Muslim)
Dari Jabir ibn Abdullah r.a., "Jika Rasulullah s.a.w. khutbah,
maka mata beliau memerah, suara beliau meninggi dan tampak sangat
marah, seolah-olah beliau adalah komandan pasukan tentara. Beliau
berkata, 'Pagi kalian dan sore kalian' Sesungguhnya diutusnya aku

Fikih Akhlak L'r,


dan datangnya hari Kiamat bagaikan ini (beliau mengisyaratkan
dengan dua jari beliau). Amma ba'du,

t)
gtJ-a 4.4jt ?i ^isr
,-lg ,-\-*Jt p 4t
duI Jn
) oz
$
"^itrb qiti:^X t, , 62.,

::k, ifit f) -l4-*..

[sesungguhnya perhataan yang paling baih ad.alah Kitab Altah


dan petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Muhammad. perkara
yang paling buruk adalah bid'ah (hat-hat baru yang dianggap bagian
dari agama) dan setiap bid'ah adalah sesat),.,, (HR. Muslim)

Memulai Pembicaraan dengan Memuji Ailah


Abu Bakar r.a. mengabarkan kepada masyarakat tentang
wafatnya Rasulullah s.a.w. Abu Bakar memuji Allah kemudian berkata,
'Ingatlah, barangsiapa menyembah Muhammad, sesungguhnya
Muhammad telah wafat. Barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya
Allah Mahahidup dan tidak akan mati. 'sesungguhnya enghau bakat
mati dan mereha bakal mati.' (QS. Az-Zumar: BO) ,Muhammad
hanyalah seorang utusan. Telah lewat utusan-utusan yang lain sebelum
dia. Apakah jika di wafat atau terbunuh harian ahan kembali ke
belakang (menjadi kufur kembati)? Barangsiapa kembali ke belakang,
maha tidak akan membahayakan Allah sedihit pun. Dan Allah akan
membalas orang-orang yang bersyukur.'(eS. Ali Imran: 144)"

Mempersiapkan Mental pendengar


Dari Aisyah r.a., "Ketika Rasulullah s.a.w. memberikan pilihan
kepada istri-istrinya, beliau memulainya dari aku. Beliau berkata,,Aku
akan katakan satu masalah kepadamu, dan jangan terburu-buru
menjawabnya sebelum engkau berkonsultasi dengan kedua
orangtuamu.'Aku tahu bahwa orangtuaku tidak akan memerintahkan
aku untuk berpisah dengan beliau. Kemudian Rasulullah berkata,
'sesungguhnya Allah berfirman, 'wahai Nabi, katahan kepada istri-

178 I ririn Akhtak


istrimu,'Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan hesena'
ngannya, hemarilah, ahu ahan memberihannya kepada kalian dan aku
ceriahan kalian d.engan cara yang baik. Jika halian menghendaki
(heridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (keseruangan) di negeri ahhirat,
sesungguhnya Atlah menyediakan pahala besar bagi wanita-wanita
yang baik d.i antara halian'. (QS. Al-Ahzdbz28-29) Aku berkata, 'Apa
yang harus aku tanyakan kepada orangtuaku? Akujelas menginginkan
Allah, Rasul-Nya dan kampung akhirat.' Kemudian istri-istri Rasulullah
yang lain melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan."
(HR. Muslim)

Fikih Akhlak L,,


--!

B I S MI LrAn mneHMANr RRAHL tvt Dr AwAL


SURAT
Sulaiman a.s. berkata, "sesungguhnya surat ini dari Sulaiman
dan sesungguhnya (isinya) dengan menyebut naffLa Altah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. An-NamL B0)
Rasulullah s.a.w. mengirimkan surat kepada Heraclius di
dalamnya tertulis, "Dengan narrla Altah yang Maha pengasih lagi
Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Altah dan Rasul-Nya
kepada Heraclius penguasa Romawi." (HR. Bukhari dan Muslim)

t8o L,n,n Akhtak


PEMBUIGAN YANG SESUAI DENGAN ISI
PEMBICARAAN

Kadangkala pembicaraan diawali dengan kata-kata yang sesuai


dengan isi pembicaraan. Contohnya adalah: Ucapan Ummu Sulaim
kepada Rasulullah s.a.w., "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah
tidak malu terhadap kebenaran." Kemudian dia bertanya kepada beliau,
"Apakah wanita harus mandi setelah mengalami mimpi basah?" (HR.
Bukhari dan Muslim)
Begitu juga ucapan Dhamam kepada Basulullah, ketika dia
hendak bertanya tentang sesuatu yang tampak seolah dia kurang
parcaya kepada Rasulullah. Dhamam berkata, "Aku akan bertanya
akan sesuatu yang berat engkau dengar. Oleh karena itu aku berharap
engkau tidak tersinggung."sT

Fikih Akhrak Ltt


MENYENANGKAN ORANG LAIN DENGAN
MEMBERI PETUNJUK YANG LEBIH BAIK

Anda harus menyenangkan hati orang yang Anda ajak bicara


dengan memberikan nasehat dan petunjuk yang lebih baik. Dari Abi
Said al-Khudri r.a., "Beberapa orang dari Anshar meminta sesuatu
kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau memberikannya. Kemudian
mereka meminta lagi dan beliau memberikannya. Kemudian mereka
meminta lagi dan beliau memberikannya, sampai apayang ada padanya
habis tak tersisa. Beliau berkata, 'Kebaikan yang ada padaku tidak
akan aku simpan (sembunyikan) dari kalian. Barangsiapa menahan
diri (dari meminta-minta), Allah akan menj aganya. Barangsiapa
merasa cukup, Allah akan mencukupkannya. Barangsiapa berusaha
untuk sabar, Allah akan membuatnya sabar. Tidak ada pemberian yang
lebih baik dan lebih luas dari kesabaran." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Hakim ibn Hizam r.a., "Aku meminta sesuatu kepada
Rasulullah, dan beliau memberinya. Aku minta lagi, dan beliau
memberinya lagi. Kemudian aku minta lagi dan beliau memberinya
lagi. Beliau berkata, 'Wahai Hakim, sesungguhnya harta adalah
sesuatu yang segar dan manis. Barangsiapa mengambilnya dengan
kemuliaan jiwa, maka akan diberkahi. Dan barangsiapa mengambilnya
dengan tamak, maka tidak akan diberkahi. Seperti orang yang makan
tapi tidak pernah kenyang'." (IIR. Bukhari dan Muslim)

rB2 L,n,n Akhtak


ETIKA MEMBERI NASEHAT

Jika ada orang terhormat yang keliru dalam menyikapi satu


masalah dan Anda melihatnya bahwa Anda harus menjelaskan
kekeliruannya, maka ingatkanlah dia dengan cara yang santun. Yang
demikian itu akan lebih mengena di hatinya dan akan lebih mudah
baginya untuk menerima nasehat Anda. Tidak seorang pun yang tidak
pernah terpeleset dan keliru dalam menghadapi masalah. Ingatkanlah
dia dan terimalah alasan-alasan yang dikemukakan kepada Anda.
Bacalah al-Qur'an yang berbicara tentang Nabi Daud dan Nabi
Sulaiman a.s., "De,n (ingatlah hisah) Daud dan Sulaiman ketika
keduanya memberikan keputusan rlengenai tanaman, karena tanaman
itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah
Kami menyahsikan heputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka
Kami telah memberihan pengertian kepada Sulaim.an tentang hukum
(yang lebih tepat) dan kepada masing masing-mereka telah Karni
berikan hikmah dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung
dan burung-burung, serrlua bertasbih bersama Daud. Dan Karnilah
yang melahukan." (QS. Al-Anbiy6': 78-79)
Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang keliru dalam
menyikapi satu permasalahan, maka sampaikanlah kekeliruan itu
dengan cara yang santun dan hormat. Misalnya Anda katakan
kepadanya, "Saya tahu bahwa Anda cerdas. Namun, dalam hal ini
tampaknya Anda dalam kondisi kurang sehat, sehingga Anda sedikit
keliru dalam memahami masalah ini."Jadi dia akan punyakesempatan
untuk berpikir dan meninjau kembali masalah tersebut dan
perasaannya tidak akan tersinggung.

Fikih Akhlak Lt,


Allah berfirman tentang Nabi Ya'kub a.s. dan anak-anaknya,
'Ya'kub berhata,'Wahai anak-anakku, jangan halian masuk dari satu
pintu, masuhlah dari pintu-pintu yang berbeda-beda. Ahu tidak dapat
melepashan kalian barang sedikitpun dari (tahdir) Allah. Keputusan
menetapkan (sesuatu) hanyalah hah Allah. Kepada-Nya lah ahu
tawakal dan hendaknya kepada-Nya orang-ordng yang bertawakal
berserah diri.'Tatkala mereha masuh menurut yang diperintahhan ayah
mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan
mereha sedikitpun dari takdir Allah. Akan tetapi itu hanya suatu
keinginan pada diri Ya'hub yang telah ditetapkannya. Sesungguhnya
dia mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajarhan
kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS.
Yusuf:67-68)
Jika seorang sahabat melakukan sesuatu yang tidak Anda
inginkan, maka katakanlah, "semoga Allah memaafkan Ada, mengapa
Ada melakukan ini? Tidakkah sebaiknya Anda melakukan ini dan itu?
Semoga Allah menolong Anda." Ketika Anda berkata demikian kepada
sahabat Anda, sejatinya Anda sedang mempersiapkan kondisi jiwanya
untuk menerima apa yang Anda sampaikan dan Anda telah
menanamkan rasa percaya padanya terhadap Anda. Anda
mendorongnya kepada kebaikan. Allah lah Penolong dan Pembimbing
ke jalan yang benar.

tM I ,,n,n Akhrak
SEJUMLAH CARA UNTUK MEYAKINKAN
ORANG LAIN

Salah satu cara untuk meyakinkan orang lain adalah


menghubungkan setiap pesan pembicaraan dengan prinsip-prinsip
penting. Artinya, setelah prinsip-prinsip itu telah diterima, baru
disampaikan pesan yang dilanjutkan dengan pesan yang akan
disampaikan. Cara ini menemukan prinsip-prinsipnya dari Kitab Allah,
Sunnah Rasulullah dan tingkah laku para cendekiawan.
Allah berfirman, "Mereka akan menjawab.'Kepunyaan Allah.'
Katakanlah,'Apakah kalian tidah ingat?' Katahanlah,'Siapahah
pemilik langit yang tujuh dan pemilik singsana yang agung?' Mereka
akan rnenj au) ab,' Kepuny aan Allah.' Katahanlah,' M engap a halian
tidak bertakwa?' Katakanlah,'Siapahah yang ditangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu dan Dia melindungi dan tetapi
ditindungi (harena Dia Mahahuasa), jiha kalian mengetahui?' Mereka
akan menjaw ab,' Kep unydan Allah.' Katakanlah,' (Kalau demikian),
trlengapa kalian tertipu?"' (QS. Al-Mu'minfin: 85'89)
Pada awal dakwahnya, Rasulullah s.a.w. berkata kepada orang-
orang musyrik untuk meyakinkan kepercayaan mereka terhadap beliau.
Beliau berkata, "Jika aku katakan kepada kalian bahwa di lembah itu
ada pasukan berkuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian
akan percaya?" Mereka menjawab, "Ya. Kami menemukan engkau
selalu jujur." Beliau berkata, "Sesungguhnya ahu pemberi peringatan
hepada kalian d,an di tanganku ada azab yang sangat pedih." (IJR,.
Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak Ltt


-t

Dari Abu Umamah r.a., "Seorang pemuda datang kepada Rasu-


lullah s.a.w. dan berkata, 'Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk
berzina!'Para sahabat yang ketika itu ada di sekitar Rasulullah mence-
gah pemuda itu dengan berkata,'Diam, kau!'Rasulullah justru berkata,
'Dekatkanlah pemuda itu!'Pemuda itu mendekat kepada Rasulullah
dan duduk di samping beliau. Kemudian beliau berkata kepadanya,
'Apakah engkau suka zina itu terjadi pada ibumu?' Pemuda itu
menj awab,'Tidak, sumpah demi Allah!' Rasulullah berkata,'Orang lain
juga tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka.'Beliau berkata
lagi, 'Apakah engkau suka zina itu terjadi pada putrimu?'Pemuda itu
menjawab, 'Tidak, sumpah demi Allah!'Beliau berkata, 'Orang lain
pun tidak suka zina itu terjadi pada putri-putri mereka.'Beliau bertanya
lagi,'Apakah engkau suka zina itu terjadi pada saudara perempuanmu?'
Pemuda itu menjawab, 'Tidak, sumpah demi Allah!'Beliau berkata,
'Orang-orang pun tidak suka itu terjadi pada saudara perempuan
mereka.' Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya di pundak
pemuda itu dan berkata, Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah
hatinya dan jagalah kemaluannya.'Setelah peristiwa itu sang pemuda
tidak jelalatan lagi." (HR. Ahmad)
Rasulullah s.a.w. memantapkan kedudukan dan kemuliaan
Abdullah ibn Salam di hadapan orang-orang Yahudi sebelum beliau
mengabarkan perihal keislamannya. Rasulullah berkata kepada orang-
orang Yahudi, "Di tengah-tengah kalian, laki-laki macam apa Abdullah
ibn Salam itu?" Mereka menjawab, "Dia adalah pemimpin kami, anak
pemimpin kami, orang yang paling alim di antara kami dan anak orang
yang paling alim di antara kami." Beliau berkata lagi, "Bagaimana
menurut kalian jika dia masuk Islam?" Mereka berkata, "Tidak mungkin.
Tidak mungkin dia masuk Islam." Rasulullah berkata (memanggil
Abdullah ibn Salam), "Wahai Abdullah ibn Salam, keluarlah ke
hadapan mereka!" Abdullah keluar dan berkata, "Wahai Orang-orang
Yahudi, bertakwalah kepada Allah. Demi Allah, Zat yang tidak ada
Tuhan selain Dia, kalian akan tahu sesungguhnya dia (Muhammad)
adalah utusan Allah. Dan dia datang dengan membawa kebenaran."
Mendengar ucapan Abdullah ini, mereka berkata, "Engkau berbohong!"
Kemudian Rasulullah mengusir mereka. (HR. Bukhari)

186 | ritit'r Akhtak


Inilah contoh frkih pergaulan dan fikih berbicara dengan orang
lain. Allah memberikan kemampuan ini kepada orang yang Ia
kehendaki. Inilah carayarlg ditempuh oleh orang-orang yang berakal
dan dicari oleh orang-orang yang mulia untuk mencapai target yang
lebih baik.

Contoh Kongkret dalam Pergaulan


Jika Anda hendak menjamu seseorang di rumah, maka akan
berbeda antara ucapan Anda, "Datanglah ke rumahku, aku akan
menjamumu," dan ucapan Anda, "Apakah Anda tidak keberatan untuk
menghormati aku dengan makan di rumahku?"
Jika ada seseorang yang megundang Anda untuk datang ke
resepsi yang ia adakan, akan berbeda antara ucapan Anda, "Aku tidak
akan datang," dan ucapan Anda, "Bolehkah aku datang terlambat,
karena aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dan itu?"
Demikian halnya ketika seorang gadis menolak lamaran seorang
pria. Akan berbeda ketika gadis itu berkata, "Aku menolak lamaranmu!"
atau "Aku tidak suka Anda," dengan ucapannya, "Aku melihat Anda
lebih membutuhkan seorang wanita yang lebih baik daripada aku,"
atau "Kampung halamanmu jauh dari kampung halamanku.
orangtuaku tidak ingin aku jauh darinya." Dan kata-kata baik lainnya
yang tidak menyinggung perasaan dan tidak meremehkan orang lain.
contoh lain dalam berkata baik adalah ucapan usamah ibn Zaid
yang berkirim surat kepada Ali r.a. guna meminta maaf karena tidak
iku berperang bersamanya melawan Muawiyah. Dalam surat itu
usamah berkata kepada Ali, "Jika engkau berada di dalam kandang
macan, aku akan senang untuk bersamamu. Akan tetapi ini urusan
(perang melawan Muawiyah) yang aku tidak sependapat dengan
engkau." (HR. Bukhari)
Camkanlah ini, wahai hamba-hamba Altah' Pikirkanlah untuk
memilih kata-kata yang baik dalam setiap ucapan Anda. Mohonlah
pertolongan dari Allah.
Berikut ini contoh kata-kata singkat yang tepat sasaran yang
diucapkan oleh Rasulullah s.a.w.:

Fikih Akhlak Lt,


-l

Dari Anas ibn Malik r.a. "Kami dilarang bertanya kepada


Rasulullah tentang sesuatu. Kemudian terjadi sesuatu yang
mengagetkan kami, yaitu datangnya seorang lakiJaki yang cerdas dari
pedalaman. Dia bertanya kepada Rasulullah dan kami mendengar.
Laki-laki itu bertanya,'Wahai Muhammad, utusanmu datang kepada
kami dan dia mengatakan bahwa engkau adalah utusan Allah?'
Rasulullah menjawab, 'Dia benar.'Laki-laki itu bertanya, 'Siapa yang
menciptakan langit?' Beliau menjawab,'Allah.' Dia bertanya,'Siapa
yang meciptakan bumi?' Beliau menjawab,'Allah.' Dia bertanya,'Siapa
yang menancapkan gunung ini dan menciptakan segala isinya?'Beliau
menj awab,'Allah.' Laki-laki itu berkata,'Demi Zat y ang menciptakan
langit, menciptakan bumi dan menancapkan gunung ini, apakah Allah
yang mengutusmu?' Beliau menjawab, 'Ya) Laki-laki itu berkata,
'LJtusanmu mengatakan bahwa kita wajib melaksanakan shalat lima
kali dalam sehari semalam?' Beliau menjawab,'Dia benar.' Laki-laki
itu bertanya lagi, 'Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang
memerintahkan itu?' Beliau menjawab,'Ya.' Laki-laki itu berkata lagi,
'Lftusanmu mengatakan bahwa kami wajib melakukan puasa di bulan
Ramadhan setiap tahun?' Beliau menjawab,'Dia benar.' Laki-laki itu
berkata lagi, 'Demi Zat yang mengutusmu, apakah Allah yang
memerintahkan ini?' Beliau menjawab,'Ya.' Laki-laki itu berkata lagi,
'IJtusanmu mengatakan bahwa kami wajib melaksanakan haji, bagi
yang mampu?'Beliau menjawab, 'Dia benar.'Kemudian laki-laki itu
berpaling sambil berkata,'Demi Zatyangmengutusmu, aku tidak akan
menambahkan dan tidak akan mengurangi itu semua.'Rasulullah
berkata,'Dia pasti akan masuk surga jika dia benar'." (HR. Muslim)

Menyenangkan Hati Lawan Bicara


Dari jabir ibn Abdullah r.a., "Abu Bakar masuk meminta izin
kepada Rasulullah. Ternyata dia menemukan banyak orang sedang
duduk di pintu rumah Rasulullah yang seorang pun tidak izinkan
masuk. Kemudian Abu Bakar diizinkan masuk dan dia masuk.
Selanjutnya Umar datang memintaizindan diizinkan. Dia menemukan
Rasulullah sedang duduk dikelilingi istri-istrinya dalam keadan sedih

188 I
I

rilirr Akhrak
dan diam. Umar berkata,'Aku akan mengatakan sesuatu yang akan
membuat Rasulullah tertawa.' Kemudian Umar berkata kepada
Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, jika engkau lihat istriku menuntut
nafkah (di luar kemampuanku) kepadaku, aku akan mendekatinya
dan aku cekik lehernya.'Mendengar ucapan Umar ini Rasulullah
tersen5rum dan berkata,'Mereka mengelilingi aku, sebagaimana engkau
lihat, menuntut nafkah.' Kemudian Abu Bakar berdiri mendekati Aisyah
dan mencekik lehernya. Begitu juga dengan lJmar, dia mendekati
Hafshah dan mencekik lehernya. Keduanya berkata,'Kalian meminta
kepada Rasulullah akan sesuatu yang tidak beliau miliki?!'Mereka (istri-
istri Rasulullah) berkata, 'Demi A1lah, kami tidak akan meminta kepada
Rasulullah akan sesuatu yang tidak beliau miliki, selamanya!'Kemudian
Rasulullah meninggalkan mereka selama satu bulan atau dua puluh
sembilan hari. Lalu, ayat berikut turun kepadanya, 'Wahai Nabi,
k at ak an ke p ada i stri - i st rirnz. ..' s amp a i' B agi w anita - w anit a y ang b aih

dari kalian ada pahala yang besar.' (QS. Al-AhzAb: 28'29) Kemudian
Rasulullah menemui istri-istrinya dan memulai dari Aisyah, 'Wahai
Aisyah, aku ingin menyampaikan sesuatu. Aku harap engkau tidak
cepat-cepat menjawabnya, sampai engkau berkonsultasi dengan
orangtuamu.'Aisyah berkata, 'Apa yang ingin engkau sampaikan,
wahai Rasulullah?'Rasulullah membacakan ayat di atas kepadanya.
Mendengar ayat itu, Aisyah berkata,'Apakah untuk memilih engkau
aku harus berkonsultasi dengan orangtuaku? Jelas, aku memilih Allah,
Rasul-Nya dan akhirat. Aku minta kepadamu untuk tidak menceritakan
apa yang aku katakan kepada seorang pun dari istri-istrimu.'Rasulullah
berkata, 'Jika seseorang dari istri-istriku bertanya tentang itu, pasti
akan kuberitahukan. Allah mengutus aku bukan untuk mempersulit
orang dan bukan untuk mengharapkan kesalahan orang. Akan tetapi
Allah mengutusku untuk menjadi pendidik dan untuk mempermudah
urusan'." (HR. Muslim)

Fikih Akhlak Lt,


MEMILIH KATA.KATA (YANG DIUCAPIGN)

Selayaknya Anda memilih kata-kata yang tepat ketika Anda akan


berbicara untuk mencapai tujuan yang Anda maksud. Kehalusan dalam
segala sesuatu akan membuatnya indah dan kehilangan kehalusan
akan membuat sesuatu menjadi gersang, sebagaimana dikatakan oleh
Rasulullah.sE Satu kata akan mungkin sekali menciptakan kesedihan
dan kegundahan. Maka, pilihlah kata-kata yang membuat orang lain
menjadi senang dan bahagia. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
Ada perbedaan antara kata-kata Anda kepada orang yang diani-
aya, "Mana orang yang dipukul?" dan kata-kata, "Mana orang yang
punya hak menuntut?" Kata-kata Anda, "Mana orang yang dipukul?"
akan menambah perasaan terhina orang tersebut. Sedangkan kata-
kata Anda, "Mana orang yang berhak menuntut?" berarti Anda telah
memperlakukannya secara terhormat.
Ada perbedaan antara panggilan Anda kepada orang-orang yang
menyalakan api di rumah mereka, "Wahai pemilik api!" dan panggilan
Anda, "Wahai pemilik cahaya!"
Ada perbedaan antara pertanyaan Anda kepada seseorang yang
memiliki dua istri, "Mana istri yanglama?" dan pertanyaanAnda, "Mana
istri yang pertama?" atau "Mana ibunya si Fulan?"
Perhatikanlah adab Ali r.a. dan seorang sahabat lainnya yang
diutus oleh Rasulullah s.a.w. untuk mencari air. Mereka berdua bertemu
dengan seorang wanita yang membawa dua tempat dari kulit berisi air
di atzis untanya. Mereka berdua berkata kepadanya, "Pergilah!" Wanita
itu bertanya, uKe mana?" Mereka berdua menjawab, "Kepada Rasu-

190 I
I

Fikih Akhtak
lullah." Wanita itu berkata, 'Yang dikatakan sebagai orang yang pindah
agama (ash-shdbi')?" Mereka berdua menjawab, "Dia adalah yang
engkau maksud..." (HR. Bukhari)
j

Perhatikan adab Ali dan kawannya. Mereka tidak menjawab


pertanyaan wanita itu dengan kata, "Tidak 0A)", karena itu berarti
mereka berbohorlg. Dan mereka juga tidak menjawab dengan, "Ya
(na'arn)",karena itu berarti mereka mengakui bahwa Rasulullah adalah
orang yang pindah agama (ash-shd,bi'). Dan kata ash-shdbi' mengan-
dung arti orang yang pindah dari agama tertentu ke agama yang lain.
Kata ini tidak pantas dinisbatkan kepada Rasulullah, karena
orang-orang ketika itu memahami kata ini sebagai sifat negatif. Oleh
karena itu, Ali dan kawannya itu memilih kata, "Dia adalah yang
engkau maksud (huwa al-ladzt ta'nthi).
Ibnu HajaCe berkata, "Jawaban Ali dan kawannya dalam hadis
di atas mengandung akhlak yang baik. Jika mereka menjawab, 'tidak'
kepada wanita itu, maka akan keluar dari maksud pembicaraan. Jika
mereka menjawab, Ya', maka mereka memberikan jawaban yang tidak
baik, karena jawaban ini mengandung arti bahwa mereka membe-
narkan pertanyaan wanita itu tentang Rasulullah. Oleh karena itu,
tepat sekali jawaban yang mereka pilih."
Siapakah yang mengajarkan ilmu dan akhlak seperti itu kepada
mereka? Segala puji bagi Allah atas nikmat Islam dan semoga Allah
memberikan kebaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Perhatikan ayat berikut ini, "Pada hari (perang) Hunain ketika
kalian bangga dengan jumlah kalian yang ba,nyah, ternyata (jumlah
banyak itu) tidak memberikan apapun kepada kalian. Bumi menjadi
sempit buat kalian kemudian kalian mundur he belakang." (QS. At-
Taubah:25)
Allah telah menegaskan bahwa para sahabat mundurke belakang
pada perang Hunain. Akan tetapi ketika Barra ibn Azib ditanya, lihatlah
bagaimana ia menjawab. Barra ibn Azib r.a. ditanya oleh seseorang,
"Wahai Abu Imarah, apakah engkau mundur pada perang Hunain?"
Barra ibn Azib menjawab, "Aku bersaksi bahwa Rasululah tidak lari..."

Fikih Akhlak L,,


(HR. Bukhari) Dalam riwayat lain Barra ditanya, "Apakah kalian lari
dari Rasulullah s.a.w. pada perang Hunain?" Barra ibn Azib menjawab,
"Tetapi Rasulullah tidak lari..."
Jika Barra menjawab dengan, "Ya, kami lari." Sang penanya
akan menyangka bahwa Rasulullah juga ikut lari bersama mereka.
Oleh karena itu Barra menyangkal dugaan itu dengan mengatakan,
"Tetapi Rasulullah tidak lari." Alangkah indahnya akhlak ini.
Begitu juga dengan ucapan Rasulullah s.a.w. ketika beliau
mendengar kabar bahwa Khalid membunuh orang-orang yang berkata,
"Kami pindah agama, kami pindah agama." Mereka tidak mengerti
untuk mengatakan apa yang telah mereka lakukan dengan kata-kata
"Kami telah masuk Islam." Khalid juga memerintahkan membunuh
tawanan dari mereka. Kemudian Rasulullah berkata, "Ya Allah, aku
menyerahkan apa yang dilakukan Khalid kepada-Mu." (HR. Bukhari)
Berbeda sekali ucapan, "Ya Allah, aku menyerahkan Khalid kepada-
Mu" dan ucapan "Ya Allah, aku menyerahkan apa yang dilakukan
Khalid kepada-Mu." Jadi Rasulullah tidak suka dengan perbuatannya,
bukan tidak suka pada orangnya.
Jangan menggunakan kata-kata yang tidak layak untuk
diucapkan. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang berirnan, jangan
katakan (kepada M uhammad s. a. w.),' perhatikanlah karni (rd'ind)',
tetapi katakanlah,'lihatlah kami' dan dengarkanlah (kalian). Bagi
orang-orang hafir siksaan yang pedih." (QS. Al-Baqarah: 104)
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa orang-orang yar:g
beriman dilarang mengatakan kata rd,'ind., karena kata ini digunakan
oleh orang-orang Yahudi untuk mengejek dan merendahkan Rasulullah
s.a.w.
Thabari meriwayatkan, "Ketika dikatakan kepada Qatadah,' H ai
orang-orang yang beriman, jangan katakan (kepada Muhammad
s.a. w.),'perhatihanlah kami (rA'in6)', tetapi katakanlah,'lihatlah kami
(unzhurnd)' dan dengarkanlah (kalian). Bagi orang -orang kafir siksaan
yang pedih.'(QS. Al-Baqarah: 104), Qatadah Ialu berkata,'kata yang
diucapkan oleh orang-orang Yahudi untuk menghina'."40

lg2 I ritin Akhrak


MEMANGGIL DENGAN PAI{GGILAN YANG
MENYENANGI(AN

Anda dianjurkan untuk memanggil orang lain dengan nama


yang menyenangkan mereka, agar Anda yakin bahwa Anda mendapat-
kan pahala dari Allah dengan penggilan itu. Dan perbuatan Anda
memanggil orang lain dengan nama yang menyenangkan akan
membuat orang lain mencintai Anda. Lakukanlah mulai sekarang!
Tahukah Anda bahwa satu malaikat naik membawa jiwa seorang
mukmin yang baik. Setiap malaikat itu lewat di hadapan segerombolan
malaikat lainnya, mereka pasti bertanya, "Siapakah jiwa yang baik
ini?" Maka dijawab dengan, "Fulan ibn Fulan", dengan namanya yang
terbaik ketika dia masih ada di dunia. (HR. Ahmad)
Adapun jiwa yang kotor, maka akan dikatakan ,"Fulan ibn Fulan",
dengan namanya yang paling buruk di dunia. (HR. Ahmad)
Demikianlah... Allah berfirman, "Jangan kalian saling memberi
julukan yang jeleh. Sejelek-ielek nama adalah nam.a ydng buruk (fustk)
setelah inxdn." (QS. Al-Ilujur6t: 11) Maksud ayat ini adalah, jika Anda
menjuluki orang lain dengan nama yang buruk, maka Anda berubah
dari orang mukmin menjadi orang fasik. Dan itulah nama yang
terburuk.

Fikih Akhlak I t93


MEMPERTIMBANGKAN I(ADAR NALAR
ORANG LAIN

Ini topik pembicaraan yang paling penting. Anda harus mem-


perhatikan kemampuan nalar orang lain ketika Anda hendak menga-
jaknya berbicara. Jangan membingungkan orang lain dengan pembica-
raan Anda. Perhatikan apa yang hendak Anda sampaikan kepada
mereka, kemudian sampaikan pembicaraan yang bisa mereka pahami
dan terima dengan mudah. Dengan demikian mereka akan memahami
keinginan Anda dan meresponnya dengan baik.
Dari Ali r.a., "Berbicaralah dengan masyarakat dengan tema
pembicaraan yang mereka ketahui. Apa kalian suka Allah dan Rasul-
Nya didustakan?" (HR. Bukhari)
Dari Ibnu Mas'ud r.a. "Jika Anda berbicara kepada masyarakat
dengan pembicaraan yang di luar jangakauan nalar mereka, maka
Anda akan membuat bingung sebagian mereka." (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. mengajarkan ilmu-ilmu tertentu hanya kepada
sahabat tertentu, tidak kepada yang lainnya.
Dari Anas ibn malik r.a., "Rasulullah s.a.w. dan Mu'adz
berboncengan di atas kendaraan. Rasulullah berkata kepada Mu'adz,
'Wahai Mu'adz ibn Jabal.'Mu'adz menjawab, Ya, wahai Rasulullah.'
Beliau berkata lagi, 'Wahai Mu'adz.'Mu'adz menjawab, 'Ya, wahai
Rasulullah (tiga kali).' Beliau berkata, 'Setiap orang yang bersaksi
dengan tulus bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, maka pasti Allah akan menghindarkannya dari
neraka.' Mu'adz berkata, 'Wahai Rasulullah, bolehkah hal ini aku

194 I
I

Fikih Akhlak
sampaikan kepada masyarakat agar mereka senang?' Beliau menja-
wab,'Jika itu engkau lakukan, mereka akan malas berbuat.'Selanjut-
nya Mu'adz mengabarkan hal itu menjelang wafatnya, karena takut
berdosa (karena tidak menurunkan ilmu)." (HR. Bukhari dan
Muslim) Dalam riwayat lain, "Bolehkan aku menyenangkan masya-
rakat dengan berita ini?" Beliau menjawab, "Jangan, aku khawatir
mereka jadi malas berbuat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pilihlah pembicaraan yang bermanfaat bagi orang lain. Adapun
pembicaraan yang menyebabkan kesalahpahaman, hindarilah. Apalagi
pembicaraan yang bisa mengantarkan masyarakat kepada mudarat.

Rahasiakanlah Sebagian Pembicaraan Anda


Dari Alqamah, "Aku bersama Abdullah kemudian bertemu dengan
Utsman di Mina. Abdullah berkata kepada lJtsman, 'Wahai Abu
Abdurrahman, aku ada keperluan denganmu.' Kemudian mereka
berdua menyepi..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika Anda ada keperluan khusus dengan seseorang atau Anda
ingin menyampaikan nasehat kepada seseorang, maka rahasiakanlah
keperluanmu dan nasehat itu dari orang lain yang tidak ada kaitan.
Sampaikanlah hal itu dengan berbisik. Rasulullah s.a.w. kadangkala
melirihkan pembicaraannya dengan sebagian istri-istrinya. Rasulullah
juga pernah menyampaikan sesuatu dengan lirih (tidak ada orang lain
yang tahu) kepada Fatimah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak L,t


MENJAGA KEHORMATAN WAKTU, TEMPAT
DAN MANUSIA

Ketika Anda berbicara, hendaknya perhatikanlah kehormatan


waktu, tempat dan manusia. Allah berfirman, "Barangsiapa
memastikan berhaji di bulan-bulan ini (bulan-bulan suci), maka tidak
boleh bekata kotor, bebruat fasik dan berselisih di dalam haji." (QS.
Al-Baqarah: 197)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

'J*:"ut y';,r1 V €yi rn r; ag 15r


t,
O/
t.1 ta..
ir; ;1.'J1i,
"j:;t Lllkc'r( J>l 4rt-, d!i

"Jika seseorang sedang berpuasa, makajangan berkata kotor dan


jangan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau hendak
menyerangnya, maka katakanlah, 'Aku sedang berpuasa'." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Umar r.a. berkata kepada orang yang mengeraskan suaranya di
dekat masjid Rasulullah s.a.w., "Kalian mengeraskan suara di masjid
Rasulullah. Andai saja kalian dari kampung ini, aku akan pukul
kalian."
Allah berfirman tentang orang-orang yang berihram, *Barang-
siap aermaksud melakukan kejahatan d.i dalarnny a, maka akan Kami
b

rasakan sebagian dari azab yang pedih." (QS. Al-IIajj: 25)

196 I ritirr Akhtak


Allah berfirman kepada wanita-wanita yang berbicara dengan
laki-laki, "Jangan kalian memanjahan suara dalam bicara, sehingga
merangsang ordng yang di hatinya terdapat penyakit." (QS. Al-AhzAb:
32)
Allah berfirman, "Jiha al-Qur'an dibacakan, maka dengarkanlah
dengan serius agar kalian mendapatkan rahmat " (QS. Al-.{rdf:204)

FikihAkhtak I t,
RENDAHKAN SUARA ANDA KETIKA
BERBICARA DENGAN ORANG YANG
TERHORMAT

Allah berfriman, *Wahai orang-orang yang beriman, jangan


tinggikan suara kalian melebih suara Nabi." (QS. Al-Huiur6t: 2)
Urwah ibn Mas'ud ats-Tsaqafi bercerita tentang adab para
sahabat terhadap Rasulullah s.a.w. "Jika mereka bicara di dekat
Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak
memandang beliau secara tajam, karena penghormatan mereka kepada
beliau..." (HR. Bukhari)
Lukman berkata kepada anaknya, "Rendahkanlah suaramu'
sesungguhnya suard yang paling menyebalkan adalah suara keledai."
(QS. Lukman: 19) Ketidaklayakan meninggikan suara berlaku bagi
siapa saja, bahkan bagi orang-orang kafir. Umayah ibn Khalaf yang
kafir berkata kepada Sa'ad ibn Mu'adz r.a. ketika Sa'ad meninggikan
suaranya terhadap Abi Hakam, pemimpin penduduk Mekah'" (HR'
Bukhari)

198 L,n,n Akhtak


JANGAN MENGULANGI KATA.KATA YANG
MENGGUGAH KESEDIHAN

Mengulangi kata-kata yang mengingatkan akan kesedihan tidak


diperbolehkan. Perhatikanlah jawaban Wahsyi ibn Harb, pembunuh
Hamzah, setelah dia masuk Islam dan datang kepada Rasulullah s.a.w.
Rasulullah bertanya kepadanya, "Apakah engkau Wahsyi?" Wahsyi
menjawab, "Ya." Beliau bertanya, "Engkau yang membunuh Hamzah?"
Wahsyi menjawab, "Engkau sudah mengetahui hal itu." (HR. Bukhari)
Wahsyi tidak mengulangi peristiwa pembunuhan itu di
pendengaran Rasulullah. Dia hanya mengulanginya secara samar
dengan mengatakan, "Engkau sudah mengetahui hal itu."
Kata-kata yang mengingatkan kepada kepedihan dan kesedihan
tidak boleh diulangi. Sedangkan kata-kata baik yang menyenangkan
boleh diulangi, karena itu menyenangkan hati pendengarnya. Itu
sebabnya sebagian ahli tafsir menjelaskan tentang pertanyaan Nabi
Zakaria a.s. ketika mendapatkan kabar gembira akan kelahiran
putranya. Zakaria meminta kepada Allah, "Berikanlah aku seorang
putra dari sisi-Ms." (QS. Maryam: 5) Ketika dikabarkan bahwa
dirinya akan punya anak, Zakaria malah bertanya, "Bagaimana aku
bisa punya anak, sedangakan istriku mandul?" (QS. Maryam: 8)
Bagaimana itu bisa terjadi, dia meminta, diberi kabar gebira, namun
kemudian malah bertanya, bagaimana aku bisa punya anak? Maka
sebagian ahli tafsir menjawab, "Zakaria bertanya agar kabar gembira
akan lahirnya seorang anak itu diulangi kepadanya. Ini akan
menyenangkan hati. Wallahu a'lam.

Fikih Akhlak L,
ETII(A BERBICARA TENTANG ALLAH

Ketika seseorang berbicata tentang Allah, maka ia harus sangat


menjaga akhlak dan selalu menisbatkan kebaikan dan keindahan
kepada Allah. Berikut ini contoh-contoh dari apa yang aku maksud:
Nabi Ibrahim a.s. berkata, 'Yang menciptakan aku dan mernberi
petunjuk kepadahu. Yang rnemberi rnakan dan minum kepadahu.
Ketika aku sakit, Dialah ydng menyembuhkan aku. Yang mematikan
aku, hemudian menghidupkan aku." (QS. Asy-Syu'ar6': 78-8f)
Ibrahim menisbatkan semua kebaikan kepada Allah. Akan tetapi,
ketika dia berbicara tentang sakit, dia menisbatkannya kepada dirinya
sendiri, "ketika aku sakit (wa'idza maridhtu)." Padahal Allah berkata,
"Setiap musibah yang datang adalah dengan izin Allah." (QS. At-
Tagh6bun: 11) Inilah akhlak Ibrahim yang menisbatkan sakit itu
kepada dirinya sendiri.
Merupakan satu kebodohan jika Anda mengolok-olok perintah
Allah atau mengatakan kesalahan tentang Allah dan Rasul-Nya. Ini
bukan karakter orang-orang terhormat dan bukan pula karakter orang-
orang yang bertakwa. Akan tetapi ini karakter orang-orang bodoh.
Allah berfirman, "Jangan halian menjadikan ayat-ayat Allah
sebagai bahan ejekan!'(QS. Al-Baqarah: 231) Allah berfirman, "Ketiha
M usa berkata kepada kaumnya,'Sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian untuk menyembelih sapi.' Mereka menjawab,'Apakah engkau
mengolok-olok kami?' Dia menjawab,'Aku berlindung kepada Allah
dari termasuk orang-ordng yang bodo,h'." (QS. Al-Baqarah: 67)

2n I
I

Fikih Akhtak
MENARIK PERHATIAN PENDENGAR

Menarik perhatian pendengar sangat dibutuhkan dalam banyak


perkara. Khususnya, menyangkut perkara-perkara penting yang
menuntut perhatian dan perlu dipertanyakan. Untuk ini ada banyak
cara yang bisa dilakukan:

Menarik Perhatian dengan Melontarkan Pertanyaan


Allah berfirman, "Katakanlah,'Apahah Kami kabarkan kepada
kalian tentang orang-orang yang rugi dalam kerja-kerja mereka?'" (QS.
Al-Ihhfr: 103) Pertanyaan ini pasti akan menarik perhatian pendengar
atau pembaca untuk segera mengetahui tentang orang-orang yang
rugi dalam kerja-kerja mereka. Kemudian baru Allah menjelaskan.
"(Mereka adalah) orang-orang yang sesat dalam usaha di dunia ini.
Namun mereka menyangha bahwa mereka telah bekerja dengan baik."
(QS. N-Kahfi: 104)
Begitu juga dengan firman Allah, "Apakah,\ku kabarkan kepada
h,alian, kepada siapa setan-setan itu turun? Setan-setan turun kepada
orang yang banyak berdusta dan berdosa." (QS. Asy.Syu,ar6': 221-
222)
Rasulullah s.a.w. pun melakukan cara yang sama seperti di atas.
Dari Jabir r.a. "Rasulullah lewat di sebuah pasar kemudian masuk dari
tempat yang tinggi dan orang-orang ada di samping beliau. Beliau
melewati bangkai seekor kambing yang pendek kupingnya. Kemudian
beliau memegang kuping kambing itu dan berkata,'Siapa yang membeli
bangkai kambing ini dengan harga satu dirham? Mereka menjawab,

Fikih Akhtak I
^,
'Kami tidak menginginkannya sama sekali. Apa yang bisa kami perbuat
dengan bangkai kambing itu?'Beliau berkata, 'Apakah kalian ingin
memilikinya dengan gratis?'Mereka menjawab,'Demi Allah, andai pun
kambing itu masih hidup, dia punya cacat, karena kupingnya pendek.
Apalagi dia sudah jadi bangkai!'Rasulullah berkata, 'Maka demi Allah,
sungguh dunia lebih remeh di hadapan Allah daripada keremehan
kambing ini di hadapan kalian!"'
Perhatikanlah bagaimana Rasulullah menarik perhatian para
sahabatnya, kemudian beliau menjelaskan tentang keremehan bangkai
kambing itu yang dibandingkan dengan keremehan dunia. Tujuannya
adalah mengajarkan kepada para sahabatnya agar mereka bersikap
tidak tamak pada dunia.
Ketika ingin menjelaskan hakikat orang-orang yang bangkrut,
Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Apakah
kalian tahu, siapakah orang yang bangkrut itu?" (HR. Muslim)
Kemudian Rasulullah menjawab pertanyaan itu setelah para sahabat
merasa penasaran dengan penjelasannya. Dengan demikian, jawaban
yang sekaligus penjelasan tentang hakikat orang bangkrut itu menjadi
begitu tertanam di hati para sahabatnya.
Pernah juga Rasulullah s.a.w. berkata, "Dan pada (penggunaan)
kemaluan seseorang dari kalian ada sedekah." Para sahabat bertanya,
"Apakah seseorang dari kami melampiaskan syahwatnya (dengan cara
yang sah) kemudian mendapatkan pahala?' Beliau menjawab,
"Bukankah kalian tahu, jika dia menggunakan kemaluannya di jalan
yang haram, dia akan mendapatkan dosa? Demikianlah, jika dia
menggunakan kemaluannya di jalan yang halal, dia mendapatkan
pahala." (HR. Muslim)
Kadangkala pertanyaan perlu dilontarkan, sedang penanya
sudah tahu jawabannya. Ini dimaksudkan,untuk memberikan
pemahaman dan pelajaran kepada para pendengar. Jibril pernah
bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang beberapa persoalan agama
dengan tujuan mengajarkan masyarakat tentanEf urusan agama. Dari
Umar r.a., "Pada suatu hari, ketika kami sedang bersama Rasulullah,
tiba-tiba seorang laki-laki berbaju sangat putih dan berambut sangat

I
I

2U2 Fikih Akhtak


hitam datang kepada kami..." (HR. Muslim) Dalam hadis ini Rasulullah
bertanya kepada LJmar, "Apakah engkau tahu siapa yang bertanya
itu?" Umar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu." Beliau
menjawab, "Itulah Jibril. Dia datang hepada kalian untuh mengajar-
kan kalian tentang aganxa."
Menarik perhatian dengan menjelaskan besarnya pahala dan
ganasnya siksa. Yang demikian itu disampaikan sebelum menjelaskan
perbuatan yang akan mendatangkan pahala yang besar atau akan
menyebabkan siksa yang ganas, agar para pendengar serius mende-
ngarkan penjelasan selanjutnya. Contohnya adalah hadis berikut ini:
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Ada tiga golongan manusia yang pada
hari Kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah, tidak dilihat, tidak
akan disucikan dan mereka mendapatkan azab yang pedih." Mende-
ngar ucapan Rasulullah itu, Abu Dzar tidak sabar untuk mengetahui
siapakah mereka itu. Kemudian dia bertanya, "Siapakah mereka itu,
w ahai Rasulullah?" Rasulullah menj aw ab, " O ra ng y a ng me rna nj ang ka n
pahaiannya (karena sombong), orang yang nxengungkit-ungkit
(pemberiannya) dan orang yang menjual dagangannya dengan bersum'
pah palsu." (HR. Muslim)
Bagian dari cara menarik perhatian adalah dengan mengulang-
ulang peringatan, motivasi dan nasehat. Rasulullah s.a.w. bersabda,

l1
et$) t)l Ji, tfl
):!)t i;q+t ::lr J',;3 rl

::lr
"Hati-hatilah akan ucapan dusta dan kesaksian palsu. Hati-
hatilah ahan ucapan dusta dan hesahsian palsu!" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah terus mengulanginya, sehingga sebagian sahabat
bergumam, "Mengapa beliau tidak berhenti?"
Demikian juga sabda Rasulullah,

Fikih Akhlak L*
t J, o ',,
';i:rx"'tr: L::b ,-r ,GJu. #; &b Jt)6
"Jibril selalu mewasiatkan hepadahu akan tentangga, hingga
aku mengira bahwa dia akan meberikan hak waris kepada
tetangga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Menarik perhatian pendengar bisa juga dilakukan dengan
mengeraskan suara, jika dibutuhkan. Pernah terjadi, dalam satu
perjalanan, Rasulullah s.a.w. melihat para sahabatnya berwudhu dan
sebagian dari mereka tampak kurang perhatian dalam membasuh kaki
dan tumitnya. Kemudian Rasulullah berteriak dengan suara yang keras,
"Celakalah (dengan mendapatkan satu lembah di nereka) bagi orang-
orang yang lalai dalam membasuh tumitnya (dalam berwudhu)." (HR.
Bukhari dan Muslim) Beliau mengucapkan ini dua atau tiga kali.
Kemudian untuk menarik perhatian bisa juga dilakukan dengan
memintanya dari para calon pendengar. Rasulullah s.a.w. pernah
berkata kepada Jarir ketika melaksanakan haji wadd.', "Mintalah
perhatian kepada orang-orang!" Kemudian beliau bersabda, "Jangan
kalian kembali menjadi kafir setelah aku (wafat), dengan saling
memerangi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang
fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu kabar, maka
telitilah (kabar itu). Jangan sarnpai kalian menuduh suatu kaurn
tanpa pengetahuan yang pasti (tidak sesuai dengan fakta), yang
menyebabkan kalian rnenyesal atas apa yang kalian lakuhan.'(QS.
Al-llujurAt: 7)

2M L,n,n Akhtak
JANGAN MEMBUAT ORANG LAIN JAHAT
I{ARENA UCAPAN ANDA

Ya'kub a.s. berkata kepada Yusuf a.s., "Wahdi anakku, jangan


enghau ceritakan mimpimu kepad.a saud.ara-saud,ararnu, karena itu
akan menyebabkan mereka berniat jahat kepadarnu dengan membuat
rekayasa." (QS. Yusuf: 5)
Ketika Rasulullah s.a.w. terkena sihir dan Allah menyem-
buhkannya, beliau berkata,

(; *tht i fl *;j'oi iyi3 v1t ";i ilit (i


"Ingatlah, Allah telah menyembuhkan aku dan aku tidak ingin
membangkitkan kejahatan pada diri seorang pun." (HR.
Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhtak I *
:

JANGAN MENGERASKAN UCAPAN BURUK

Allah berfirman, "Allah tidak suka ucapan buruh yang dilzeras'


kan, hecuali bagi orang ya,ng dianiayd.." (QS. An-NisA': 148) Yang
demikian itu karena kata-kata buruk akan membantu menyebarnya
kejahatan dan kemaksiatan.
Contoh sederhana saja, jika Anda mendengar beberapa orang
bercerita bahwa si Fulan melakukan zina, Ada pasti tidak senang dan
Anda akan membenci si Fulan yang berzina" Setelah beberapa hari
Anda mendengar kabar bahwa Fulan yang lain berzina dengan
mahramnya, maka rasa beci Anda kepada pelaku zina yang pertama
akan berkurang dan kebencian itu akan terarah kepada pelaku zina
dengan mahramnya. Beberapa hari kemudian Anda mendengar
masyarakat bercerita bahwa Fulan yang lain lagi melakukan zina di
tempat umum dan terbuka, di pinggirjalan. Mendengar kabar itu, pasti
Anda akan lupa dari pelaku zina dengan mahramnya dan kebecian
Anda akan terarah kepada pelaku zina di tempat umum. Jadi begitulah,
kemungkaran akan menjadi hal biasa jika banyak dibicarakan.
Jika ada sebuah kampung di mana tidak satu pun dari pendu-
duknya yang meminum minuman keras, kemudian, pada satu ketika,
terdengar kabar bahwa salah satu penduduknya meminum minuman
keras, maka semua penduduk akan membenci peminum itu. Namun
jika mereka pergi ke kota dan melihat minuman keras dijual di pinggir-
pinggir jalan dan begitu sering dibicarakan, maka perbuatan itu lambat
laun akan dianggap sebagai perbuatan biasa. Oleh karenanya,
mengucapkan kata-kata buruk tidak diperkenankan.

2M I ritin Akhtak
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang senang
menyebarkan heburukan di kalangan orang-orang yang beriman akan
mendapatkan sihsa yang pedih di dunia dan akhirat. Allah
mengetahui dan halian tidah mengetahui." (QS. An-NOr: 19) Dan
sudah dipaparkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda,

c I ct
o to ,, ol.ro,
u4 )tt-;' J'=L
"Ucaphanlah kebaikan atau diam."
Ini akan mencegah tersebarnya keburukan. Wallahu a'lam.

Fikih Akhlak Lt
-l

JA].[GAN BIASAKAN LISA}I ANDA DENGAN


CACIAI.{ DAN LAKNAT

Laknat adalah penyebab masuk neraka. Diriwayatkan bahwa


kaum wanita bertanya kepada Rasulullah s.a.w., "Wahai Rasulullah,
mengapa sebagian besar penduduk neraka adalah kaum kami?"
Rasulullah menjawab,

,;,$tojd 1rj,;:ltc'_;*
"Karena kalian sering mencaci dan mengingkari suami." (IJB,.
Muslim)
Allah berfirman, uJangan saling memanggil dengan julukan
yang buruk. Seburuk-buruh nanla adalah narrla fasik setelah keima-
nan." (QS. Al-Ilujur6t: 11)
Jangan menanamkan rasa takut di kalangan orang-orang
mukmin dengan ucapan-ucapan Anda. Rasulullah s.a.w. melarang
menakut-nakuti orang lain dan beliau sendiri selalu berusaha menghi-
Iangkan rasa takut itu dan membuat masyarakat tidak gelisah. Ketika
Ibrahim bertemu dengan para malaikat, dia berkata, "Kami rnerasa
takut pada kalian." (QS.Al-Illirz52) Kemudian para malaikatberkata
kepadanya,"Jangan tahut." (QS. Al-Hiir: 53)
Berapa banyak orang yang bergurau dengan kebohongan dan
menyebabkan ketakutan kepada orang lain, namun mereka merasa
telah berbuat baik. Merekalah orang-orang yang berdosa.

208 I rimrr Akhtak


Oleh karena itu, berusahalah dengan sungguh-sungguh agar
masyarakat selamat dari lisan Anda. Rasulullah s.a.w. bersabda,

oJ.lr ufi d/ ot*ir*Apt'r


"Orang muslim adalah orang yang masyarahat selamat dari
(hejahatan) lisannya dan tangannya." (IIR,. Bukhari)

Fikih Akhlak L*
JANGAN MENDAHULUI ORANG TUA DALAM
BERBICARA

Orang tua punya hak. Dari Ibnu Umar r.a.: Rasulullah s.a.w.
berkata, "Ada sebuah pohon yang karahternya mirip dengan harahter
orang mukmin." Mendengar itu aku ingin sekali mengatakan bahwa
pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku sadar bahwa aku paling
muda di antara orang-orang yang ada ketika itu, maka aku diam saja.
Kemudian Rasulullah berkata, "Pohon itu adalah pohon kurm.a." (IJ.B,.
Bukhari dan Muslim) Perhatikanlah ucapan Ibnu Umar, "Tetapi aku
sadar bahwa aku paling muda di antara orang-orang yang ada ketika
itu."
Dari Samrah ibn Jundab, "Pada masa Rasulullah s.a.w. aku masih
anak-anak. Aku banyak hafal dari beliau. Tidak ada yang menghalangi
aku untuk bicara, kecuali jika aku melihat di sana banyak orang-orang
yang lebih tua dariku." (HR. Muslim)

zto L,n,n Akhtak


BERPALINGLAH DARI ORANG-ORANG
BODOH

Orang yang berakal dan cerdas hendaknya tidak terpengaruh


oleh orang bodoh dan tidak menanggapi ucapannya. Allah berfirman,
"Maafkanlah, perintahkanlah kepada kebaikan dan berpalinglah dari
orang-orang bodoh." (QS. Al-A'rAf: 199)
Allah berfirman, "Jika orang-orang bodoh m.enyapo. mereha
(dengan kebodohanny a), mereha b erkata,'selant at'." (QS. Al'FurqAn:
63)
Dari Abu Hurairah r.a., "seorang Arab badui kencing di masjid,
kemudian masyarakat menangkapnya dan Rasulullah berkata kepada
mereka,'Biarkan dia dan siramlah bekas kencingnya dengan seember
air. Sesungguhnya kalian diutus untuk menjadi orang-orang yang
mempermudah, bukan orang-orang yang mempersulit'." (HR. Bukhari)
Dari Anas ibn Malik r.a., "Rasulullah s.a.w. melihat seorang badui
kencing di masjid dan beliau berkata, 'Biarkanlah dia!'Ketika orang
itu selesai dari kencingnya, beliau meminta seember air dan menyiram
kencing itu."a1

Fikih Akhlak L,,


KONSISTEN DALAM BERSII(AP

Jika berada dalam kebenaran secara pasti, maka jangan biarkan


musuh Anda mendapatkan kelemahan Anda dalam kata-kata. Pastikan
sikap Anda dan pangkaslah hasrat musuh dalam menanti kesalahan
Anda.
Contoh dari sikap ini adalah sikap para tukang sihir Firaun ketika
mereka beriman, "Putuskanlah apa yang hend,ak enghau putushan.
Sesungguhnya engkau hanya rnemutuskan di dunia sajo." (eS.
ThAh6:72)
Allah berfirman, "Jika berpalingnya mereka terasa berat bagimu,
dan enghau bisa mernbuat lubang di burni dan membuat tangga ke
langit, (lakukanlah) di hadapan mereka sebagai mukjizat. Jiha Attah
mau, maka Allah akan kumpulkan mereka dalam hidayah. Oteh
karena itu, jangan engh,au menjadi termasuk orang-ordng yang bodoh."
(QS. Al-An'6m: 35)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Musailamah al-Kadzab datang pada masa
Rasulullah s.a.w. dan dia berkata di hadapan beberapa orang dari
kaumnya, 'Jika Muhammad menyerahkan jabatannya kepadaku
setelah dia, aku akan mengikutinya.'Kemudian Rasulullah datang
kepadanya bersama Tsabit ibn Qais ibn Syammas. Di tangan beliau
terdapat sepotong pelepah kurma dan beliau berhenti di hadapan
Musailamah yang sedang bersama pengikutnya. Beliau berkata kepada
Musailamah,'Jika engkau meminta kepadaku potongan ini, aku tidak
akan memberikannya kepadamu dan hukum Allah tidak akan luput
darimu. Jika engkau menentang kebenaran, sungguh Allah akan

212 I ritirr Akhtak


menyiksamu. Aku telah diperlihatkan dalam mimpi tentang engkau.
Inilah Tsabit yang menjawab kepadamu dariku.'Kemudian Rasulullah
pergi meninggalkannya. Aku (Ibnu Abbas) bertanya tentang ucapan
beliau itu (aku telah diperlihatkan dalam mimpi tentang engkau). Abu
Hurairah r.a. mengatakan kepadaku bahwa Rasulullah berkata,'Ketika
aku tidur, aku melihat dua gelang emas di tanganku. Dua gelang itu
menyedihkan aku. Maka di dalam mimpi aku diwahyukan untuk meni-
up keduanya. Ketika aku meniupnya, keduanya terbang. Aku
menakwili dua gelang itu sebagai dua orang pendusta yang keluar
setelah aku. Salah satunya adalah al-Unsi dan yang lainnya adalah
Musailamah'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman, "Sesungguhnya perurnparna.an Isa di hadapan
Allah seperti perunxparnaan Adam. Allah menciptahan Adam dari
tanah kemudian berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah ia.
Kebenaran adalah dari Tuhanmu, maka jangan jadi orang yang ragu.
Jiha ada orang yang menentangmu berkenaan dengan penciptaan Isa,
setelah pengetahuan itu datang kepadamu, katakanlah,'Kemarilah,
karni ajak anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami d,an
istri-istri kalian, jiwa kami dan jiwa kalian, kemudian kita ber-
mub6halahaz untuk menjadikan laknat Allah jatuh kepada orang-orang
yang berdusfo'." (QS. Ali Imran: 59-61)
Contoh kekuatan sikap lainnya adalah ucapan Nuh a.s. kepada
kaumnya, *Wahai kaumku, jika kalian rnerdsa berat tinggal bersamaku
dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, maka hanya kepada A{.lah
aku bertawakal. Bulatkanlah tekad kalian dan kumpulkanlah teman-
ternan kalian (untuh rnernbinasakan aku). Kemudian jangan kalian
merahasiakan tekad kalian itu. Laksakanlah dan jangan menunda-
nunda!"' (QS. Yunus: 31)
Ibrahim a.s. berkata kepada kaumnya, "Ahu tidak takut terhadap
(bahaya dari) sembahan-sembahan yang h,alian persekutukan dengan
Allah, kecuali jika Allah menghend,aki (dari bahaya irz)." (QS. A-
An'6m:80)

Fikih Akhlak I ,r,


PEMILIK HAK PUNYA HAK BICARA

Seorang pemilik hak, jika darinya keluar ucapan yang tidak


terkontrol, maka harus dimaklumi. Dari Abi Hurairah r.a., "Ada
seseorang yang menuntut hak kepada Rasulullah dan orang itu
menekan beliau. Melihat sikapnya itu, para sahabat tampak ingin
menahan orang itu dengan ucapan atau perbuatan yang menyakitkan.
Namun beliau berkata,'Biarkan dia! Sesungguhnya pemilik hak punya
hak untuk bicara. Belilah seekor unta dan berikan kepadanya.' Para
sahabat berkata, 'Yang kami temukan hanya unta yang lebih baik
dari unta yang dimaksud.'Beliau menjawab,

izi l't; oy
, a L o'c1 )
oL,-! o_9.h.cLi
tzo
o)-#l
'Belilah dan berikan hepadanya. Orang yang terbaih adalah
orang yang baik dalam membayar utangnya'." (HR. Bukhari)
Orang yang memiliki hak harus dimaklumi dan haknya harus
diberikan, tanpa diperdebatkan. Sikap seperti ini adalah sikap paling
tepat yang akan menghindarkan terjadinya perselisihan dan pekela-
hian.
Bagian dari contoh mengakui kebenaran orang yang benar
adalah firman Allah, "Mereka bertanya kepadamu tentang berperang
pada bulan suci. Katakanlah,'Berperang pada bulan ini adalah dosa
besar'." (QS. Al-Baqatah: 217)
Nabi Musa a.s. pernah membunuh seseorang, kemudian dia pergi
dari Mesir menuju Madyan. Beberapa lama kemudian dia kembali lagi

214 | ritin Akhrak


ke Mesir. Allah telah mengajaknya berbicara, memberinya pesan
kenabian dan memuliakannya dengan risalah. Dia datang kepada
Firaun untuk mengajaknya kepada Allah dan memintanya melepaskan
kaumnya, yaitu Bani Israel. Ketika itu Firaun mengingatkan Musa
akan perbuatan membunuhnya yang telah lalu dan Firaun mencela-
nya. Firaun berkata kepada Musa, "Enghau telah melakukan apa yang
telah enghau lakuhan. Dan engkau termasuh orang-orang yang kafir."
(QS. Asy-Syu'ar6': 19) Musa mengakui apa yang dikatakan oleh
Firaun. "Musa berkata,'Aku telah melakukannya dan aku termasuh
orang-ordng yang tersesat. Aku lari dari halian ketika ahu merasa takut
pada halian, hemudian Tuhanhu ntemberikan ilmu hepadahu dan
rnenjadikan aku sebagai salah satu rasul'." (QS. Asy-Syu'ar6': 20-
2L)
Pengakuan akan kesalahan tidak akan memberikan peluang
kepada musuh untuk terus menyerang Anda. Pengakuan itu akan
menghentikan debat terbuka yang mungkin berlanjut. Dengan menga-
ku bersalah, berarti Anda telah memohon maaf dari orang lain setelah
Anda memohon ampun dari Allah.

Fikih Akhlak L,t


BERSABAR TERHADAP I(ATA-KATA PEDAS
ORANG YANG MULIA

Jika sebuah ucapan keluar dari orang mulia danAnda melihatnya


sebagai ucapan yang menyakitkan, maka bersabarlah. Orang-orang
mulia selalu menginginkan kebaikan pada Anda.
Harun a.s. sabar ketika menghadapai Musa a.s. yang memegang
kepalanya dan menariknya. Allah berfirman tentang Musa a.s.,,,Musa
melernparkan lembaran-lembaran Taurat itu dan mernegang (rambut)
kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya." (eS. Al.
A'rAf: l5O) "Harun berkata, 'Wahai saudaraku, jangan engkau pegang
jenggothu dan jangan (pula) hepalahu'." (QS. Theh6: g4)
Musa a.s. mengatakan Rasulullah sebagai bocah (ghuld.m).yang
demikian itu terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas
r.a. bahwa Rasulullah berkata, "Kemudian Aku datang kepada Musa
dan aku memberi salam kepadanya. Musa menjawab, 'selamat datang,
wahai saudara dan Nabi. Ketika aku lewat darinya, dia menangis.
Kemudian ditanyakan kepadanya,'Mengapa engkau menangis?, Musa
berkata, 'Wahai Tuhanku, bocah ini diutus sesudah aku, namun
umatnya yang masuk surga lebih mulia daripada umatku yang masuk
surga'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Abidah pernah berkata kepada Umar ibn Khaththab,
"Apakah engkau lari dari takdir Allah?" Umar berkata, *Andai saja
bukan engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Abidah!,, (HR.
Bukhari dan Muslim) Umar sabar mendengar ucapan Abu Abidah.

216 I ritin Akhtak


MENGULANGI PEMBICARAAN

Jika orang yang Anda ajak bicara baru bisa memahami maksud
Anda dengan pengulangan pembicaraan, maka ulangilah pembicaraan
Anda agar dia mampu memahami kehendak Anda. sebagian ulama
berpendapat bahwa batas maksimal pengulangan adalah tiga kali.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa lebih dari tiga kali pun
diperbolehkan jika itu dibutuhkan. Akan tetapi, sebagian besar hadis-
hadis Rasulullah menegaskan tiga kali pengulangan.
Dari Anas r.a., "Jika Rasulullah s.a.w. berbicara tentang sesuatu,
beliau mengulanginya tiga kali, sampai maksudnya dipahami." (HR.
Bukhari) Ibnu Tin berkata, "Hadis ini menunjukkan bahwa tiga kali
merupakan batas maksimal dalam pemberian maaf dan penjelasan."
Rasulullah s.a.w. pernah berteriak dengan suaranya yang paling
keras, "celaka dari neraha bagi tumit-tunxit!" dtakali atau tiga kali."a3
Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada Usamah lbnZaid t-a.,
,,Apakah engkau bunuh dia setelah dia mengucapkan ld. ild,ha illallah?"

Usamah berkata, "Rasulullah selalu mengulangi kata-kata itu di


hadapanku, hingga aku berharap (tamannl) aku bukan orang muslim
pada hari itu." (HR. Muslim)
Pendapat yang mengatakan bahwa batas makasimal
pengulangan kata adalah tiga kali diambil dari beberapa riwayat. Di
antaranya:
Dari Sa'ad ibn Abi Waqash r.a', "Rasulullah memberikan sesuatu
kepada segerombolan orang dan beliau tidak membrikannya kepada
seseorang dari mereka. Dan orang yang tidak diberi itu adalah orang

Fikih Akhlak L,,


yang paling hebat bagiku. Aku bertanya kepada Rasulullah, 'Wahai
Rasulullah, mengapa engkau tidak memberi Fulan? Demi Allah, aku
melihatnya sebagai orang yang beriman.' Rasulullah s.a.w. menjawab,
'Atau seorang muslim?'Aku diam sejenak, kemudian aku terdorong
untuk bertanya lagi,'Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mem-
beri Fulan? Demi Allah, aku melihatnya sebagai orang yang beriman.'
Rasulullah s.a.w. menjawab, 'Atau seorang muslim?'Aku diam sejenak,
kemudian aku terdorong untuk bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah,
mengapa engkau tidak memberi Fulan? Demi Allah, aku melihatnya
sebagai orang yang beriman.' Rasulullah s.a.w. menjawab, 'Atau
seorang muslim? Sesungguhnya aku sering memberi sesuatu kepada
seseorang, sedang yang lain lebih aku sukai darinya, karena rasa
khawatir wajah orang yang lebih aku cintai itu akan ditelungkupkan
di neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian ulama berpendapat boleh mengulangi kata-kata lebih
dari tiga kali, jika dibutuhkan, karena Allah mengulangi firmannya
beberapa kali dalam satu surah,"Celakalah, pada hari ini, bagi orang-
ordng yang pendusta." (QS. Al-Mursal6t: 15)
Demikian juga dengan ayat,"Maka nihmat-nikmat Tuhan halian
yang mana yang kalian dustakan " (QS. 4r'-ftqhm6n: 13)
Kaum Nabi Nuh a.s. pernah berkata kepada Nuh, "Mereka
berkata,'Wahai Nuh, enghau telah mendebat kami dan enghau sering
mendebat kami. Datanghanlah azab yang engkau ancamkan kepada
kami, jika enghalr benar!"' (QS. Hfrd: 32)
Begitu juga Rasulullah s.a.w. mengulang-ulang,

(i
:tlr i;t*t, ::1r J';i
[Hati-hatilah akan ucapan bohong,]hingga para sahabat berpikir
kapan beliau berhenti mengatakannya.
Yang jelas, pengulangan boleh dilakukan berkali-kali sesuai
dengan kadar pemahaman lawan bicara. Wallahu a'lam.

218 I rimn Akhrak


INSYAALLAH

Allah memerintahkan kepada kita untuk tidak memastikan apa


yang akan kita lakukan esok hari. Allah mengajarkan kita untuk
mengatakan "insyaallah" untuk apa yang akan kita kerjakan. Rasulullah
sering kali mengucapkan kata-kata itu:
Dari Abdillah ibn Amru r.a., "Ketika Rasulullah s.a.w. berada di
Thaif, beliau berkata, 'Kita akan kembali esok hari, insyaallah..." (HR.
Bukhari)
Diriwayatkan juga bahwa Utban ibn Malik berkata, "Aku shalat
mengimami kaumku. Aku mengunjungi Rasulullah s.a.w. dan aku
berkata, 'Aku meragukan mataku dan banjir menghalangi aku dari
masjid kaumku. Oleh karena itu aku ingin engkau shalat di satu tempat
dari rumahku, agar tempat itu aku jadikan mushalla (tempat shalat).'
Rasulullah menjawab,'Aku akan lakukan itu, insyaallah'." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dan hadis-hadis lainnya yang merupakan bukti melaksanakan
perintah Allah, "Jangan engkau hatahan untuk sesltatu,'Aku ahan
melakukannya besok,' kecuali dengan mengatahan'insyaallolz'." (QS.
Al-Kahfi:23-24)
Ibrahim a.s. yang merupakan pemimpin kaum bertauhid berkata,
"Aku tidak tahut atas apa yang kalian sehutukan, kecuali apa yang
dikehendaki oleh Tuhanku." (QS. Al-An'6m: 8O)
Demikian juga halnya dengan Nabi Syuaib a.s. Dia berkata,"Itu
berarti hami membuat kebohongan atas Allah jika kami kembali
kepada agaffLa kalian setelah Allah menyelamatkan kami darinya.

Fikih Akhlak L,,


Kami tidah akan kembali hepadanya, kecuali Allah, Tuhan kami,
menghendafri." (QS. Al-A'rAf: 89)

zzo L,n,n Akhtak


JANGAN MEMPERSULIT DIRI!

KetikaAnda diberi kemudahan dalam suatu urusan, maka jangan


mempersulit diri. Allah pernah memerintahkan kepada Bani Israel
untuk menyembelih seekor sapi. Jika mereka langsung menyembelih
sapi apapun, maka itu cukup bagi mereka. Akan tetapi mereka malah
mempersulit diri, maka mereka dipersulit. Mereka berkata kepada Musa
a.s., "Berdoalah untuh kami kepada Tuhanrnu, agar Dia menjelaskan
sapi macam opo. " (QS. Al-Baqarah: 68) "Berdoalah untuh kami hepada
Tuhanmu, agar Dia menjelaskan warna sapi itu." (QS. Al-Baqarah:
69) "Berdoalah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia menjelashan
rnacarl sapi itu. Sesungguhnya sapi (yang untuk disernbelih) itu tidak
jelas bagi karni." (QS. Al-Baqarah: 70) Setiap pertanyaan yang mereka
ajukan mempersulit diri mereka sendiri.
Jika ada orang yang memberikan kebebasan kepada Anda dalam
memilih, maka jangan mempersulit diri!
Jika Ada orang berkata kepada Anda, "Datanglah kapan saja!"
maka jangan Anda katakan, "Aku akan datang hanya pada waktu
yang disepakati."
Jika ada orang yang mengatakan kepada Anda, "Silahkan ambil
apa saja!" jangan Anda tanyakan tanda-tanda sesuatu yang harus
Anda ambil, karena itu akan mempersulit diri.
Jangan mempersempit sesuatu yang sebenarnya luas, seperti
jawaban Rasulullah s.a.w. atas doa seorang badui, "Ya Allah,
rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan rahmati seorang pun
bersama kami",

Fikih Akhlak L,,


t, oO . o'-',
[r-rl- c> r*> -l.l)

"Enghau telah mempersefiLpit sesuatu yang luas."


Yang dimaksud dengan sesuatu yang luas adalah rahmat Allah.
(HR. Bukhari)

z2z L,n,n Akhtak


JANGAN SERING BERSUMPAH

Sering bersumpah dalam bicara merupakan kebiasaan orang-


orang kafir dan orang-orang munafik untuk menutupi apa yang mereka
sembunyikan di balik sumpah mereka.
Allah berfirman, "Jo.ngan enghau ikuti orang ydng sering
bersumpah dan hina!" (QS. Al-Qalam: 10)
Allah berfirman, "Mereha menjadihan sumpah-sumpah mereka
sebagai pelindung, lalu mereha menghalangi rndnusia dari jalan
Allah.' (QS. Al-MunAfiqffn: 2)
Akan tetapi, jika Ada berada dalam konidisi harus bersumpah,
maka lakukanlah sumpah itu sekadarnya saja, walau Anda tidak
diminta untuk bersumpah. Yang demikian itu untuk membersihkan
tuduhan, atau menetapkan hukum atau menegaskan cinta dan lain-
lain.
Dua orang yang sedang bertikai datang kepada Rasulullah s.a.w.
meminta untuk diselesaikan. Rasulullah berkata kepada mereka berdua,
"Derni Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, aku akan
memutuskan perkara kalian dengan Kitab Allah." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Demikian juga halnya ketika seorang wanita Mahzumiyah
mencuri, Rasulullah berkata,

rl". , .i'-i o i., lz t , c


J.c.r..c IJ*bi) tU *rt J^.>c.. rji{
!
afuit Lf '; y' irt
tiri
Fikih Akhlak L,,
"Demi Allah, andai Fatimah putri Muhamrnad mencuri, pasti
Muhammad akan memotong tangannya." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Jika Anda bersumpah, maka hendaknya sumpah Anda seperti
sumpah Rasulullah s.a.w. Rasulullah telah bersabda,

/t.o/
o to
A"-A) "):t o .lo
yu;{-rltyp ey.rs ,y
"Barangsiapa bersumpah, m.aha bersumpahlah dengan Allah
atau diam!" (HR. Bukhari dan Muslim)
Perselisihan seharusnya selesai dengan sumpah. Apa yang ada
di balik sumpah diserahkan kepada Allah. Nabi Isa a.s. pernah melihat
seseorang mencuri. Kemudian Isa bertanya kepadanya, "Apakah
engkau mencuri?" Orang itu menjawab, "Tidak, demi Allah yang tidak
ada Tuhan selain Dia." Mendengar jawaban itu, Isa berkata, "Aku
beriman kepada Allah dan aku mendustai mataku."s

22+ L,n,n Akhtak


JANGAN MEMINTA DENGAN CARA
MENDESAK

Meminta kepada orang lain dengan mendesak membuat Anda


masuk dalam kesulitan dan menyulitlan orang lain. Jika mereka
memberi kepadamu dengan perasaan terpaksa, maka apa yang Anda
terima dari mereka tidak akan diberkahi. Jika mereka tidak memberi,
mereka akan merasa gundah karena adanya desakan dari Anda dan
Anda berarti telah menyulitkan orang lain. Desakan dalam meminta
bisa jadi akan membuat mereka melakukan perbuatan dosa dan Anda
pun demikian.
Dari Aisyah r.a., "Ketika kabar terbunuhnya Zaid ibn Haritsah
dan Jakfar ibn Rawahah sampai kepada Rasulullah, beliau duduk dan
tampak bersedih. Aku melihatnya dari balik pintu. Kemudian seorang
laki-laki datang kepada beliau dan berkata,'Wahai Rasulullah, istri-
istri Jakfar menangis.'Maka Rasulullah memerintahkan laki-laki itu
untuk menghentikan mereka dari menangis. Laki-laki itu pergi,
kemudian kembali dan berkata,'Aku telah melarang mereka.'Namun
mereka tidak taat. Kemudian beliau memerintahkannya untuk
menghentikan mereka. Laki-Iaki itu pergi, kemudian kembali lagi dan
berkata, 'Aku telah melarangnya, namun mereka tidak taat.'Kemudian
laki-laki itu pergi lagi dan kembali lagi sambil berkata,'Mereka telah
membuat aku lelah.'Aku (Aisyah) mengira bahwa Rasulullah berkata,
'Tebarkan tanah ke mulut mereka!'Aku berkata (kepada laki-laki itu),
'Semoga Allah memasukkan tanah ke hidungmu. Demi Allah, engkau
tidak melakukannya (perintah Rasulullah). Engkau tidak berusaha
menghidarkan kelelahan dari Rasulullah'." (HR. Bukhari)a5

Fikih Akhlak L,t


JANGAN MELARANG SESUATU, TAPI ANDA
JUSTRU MELAKUKANNYA!

Ini adalah celaan besar atas Anda ketika Anda memerintahkan


sesuatu kepada orang lain dan Anda tidak melakukan sesuatu itu. Atau
Anda melarang sesuatu atas orang lain, sedang Anda melakukan
sesuatu itu. Jika sikap Anda demikian adanya, Anda akan menjadi
obyek hinaan orang-orang di sekitar Anda dan akan mendapatkan
murka dari Allah.
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, rnengapa
halian mengatahan sesuatu yang tidah kalian kerjakan? Besar dosanya
di sisi Allah jika kalian rnengatakan a.pa yang tidak kalian kerjahan.,
(QS. Ash-Shaf:2-B)
Nabi Syuaib a.s. berkata kepada kaumnya, "Aku tidak ingin
menyalahi halian dengan melahukan apa yang aku larang untuk
halian. Aku hanya menginginkan hebaikan setnanxpu.hu.." (eS. Al-
HOd:88)
Allah berfirman, "Apakah kalian rnemerintahhan kebaihan
hepada orang lain sed,ang kalian melupakan diri katian dan kalian
rnembaca Kitab? Apahah kalian tidak berpihir?" (eS. Al.Baqarah:
4)
Kami akan mengemukakan beberapa bait syair yang pernah
dilantunkan oleh orang-orang salaf. Di antaranya adalah syair yang
diucapkan oleh Manshur al-Fakih,

226 L,n,n Akhtak


"Ada beberapa orang yang memerintahkan kepada kita untuk melakukan
apa yang tidak mereka kerjakan.
Mereka adalah orang-orang gila jika mereka tidak menyesuaikan diri
dengan apa yang mereka katakan."

Abu Aswad ad-Daili berkata,

"Jangan melarang satu perbuatan yang engkau melakukannya.


Celaan besar bagimu jika engkau melakukan itu.
Mulailah dari dirimu sendiri dan luruskanlah penyimpangan dirimu.
Jika engkau selesai melakukannya, maka engkau menjadiorang yang
bijak.
Dengan demikian nasehatmu akan diikutidan ajaranmu akan berguna."

Rasulullah s.a.w. bersabda,

€fdi e "rtl yqtU "tr!)u)iA


U."a )6t
,6r ,6i '^jL+ il:r laj' ):+ C? 'rt:tq ,$r
1u9./
tt';is * '*!, ,$u 6 id Ljrri ^|L
,.u,1

flT * iU 5)r r 6W, *:Fu


y:t#t'*€wit. tr:i:!il
"Seseorang didatangkan pada hari Kiamat dan dilemparkan
ke dalam neraka. Ususnya terurai dan dia berputar-putar seperti
keledai berputar dengan palananya. Para penduduk neraka
mengelilingi orang itu dan berkata,'Wahai Fulan, tnengapa
engh.au sedemikian itu? Bukankah enghau memerintahkan
h,ebaikan dan melarang hemungharan?'Orang itu menjawab,
'Dulu aku rnemerintahkan kalian untuk berbuat baik, tapi aku
tidak melakukannya. Dan aku rnelarang halian dari berbuat
kemungharan, tapi aku melakukannya'." (IIR. Bukhari)

Fikih Akhtak Ln
Rasulullah s.a.w. mencela orang-orang yang mengatakan apa
yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperin-
tahkan. Beliau berkata, "Setiap nabiyang diutus kepada umat sebelum
ahu, pasti ada sebagian umatnya yang menjadi penolongnya, menjadi
pengikutnya dan melakuhan apa yang diperintahhan. Setelah mereha,
pasti ada orang-ord,ng yang mengatahan d.pa yang tidak mereka
herjakan dan mengerjahan apa yang tidah diperintahhan. Barangsiapa
melawan mereka dengan tangannya, maka dia seorang mukmin.
Barangsiapa rnelawan mereha dengan lisannya, maka dia seorang
mukrnin. Barangsiapa melawannya dengan hati, maha dia seorang
rnuhrnin. Setelah itu (perlawanan dengan hati) tidak ada lagi iman
sekecil apapun." (HR. Muslim)

228 L,n,n Akhtak


JANGAN MENGUMBAR KATA-KATA KETII(A
ANDA SEDANG MARAH

Jika Anda sedang sangat marah, maka berhentilah dari berbicara,


karena kemarahan dari setan. Kemarahan menyebabkan ketertutupan
akal. Rasulullah s.a.w. bersabda,

lz c
t2. -o
dtki -*tt)z ort,
'*.:r I
/ ea

r\- .,---a-0,) u

"Seorang hakim tidak boleh memutuskan perkara di antara d,ua


orang ketika dia dalam keadaan nxarah." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Kemarahan adalah penyebab kesalahan dalam perbuatan dan
ucapan. Berhentilah berbicara ketika Anda sedang marah. Berwu-
dhulah dan duduklah jika Anda sedang berdiri. Bersilalah jika Anda
sedang duduk. Berlindunglah kepada Allah dari setan hingga kemara-
han itu hilang dari diri. Jika Anda berkeinginan untuk menunda
pembicaraan pada kesempatan lain, lakukanlah.
Jika Anda berbicara, maka jangan membuat orang di sampingmu
merasa terganggu dengan suaramu. Allah berfirman, "Rendahkanlah
suaramu. Sesungguhnya suarayang paling menyebalkan adalah suara
keledai." (QS. Lukman: 19)
Jika datang pada malam hari, Rasulullah mengucap salam
dengan nada yang tidak mengagetkan orang yang tidur, tapi terdengar
oleh orang yang jaga. (HR. Muslim)

Fikih Akhlak L*
Jangan pernah meminta orang lain berhenti bicara untuk
mendengarkan ucapan Anda. Rasulullah berkata, "Jika engkau mengi-
ngatkan hadirin dengan, 'Dengarkan, dong, dengan serius!' sedang
mereka dalam keadaan berbicara, maka engkau telah menyia-nyiakan
dirimu." (HR. Ahmad)
Sikap seperti itu adalah salah satu bentuk egois dan menguta-
makan diri sendiri di atas orang lain. Ini bertentangan dengan sikap
rendah hati (tawadhu).
Akan tetapi, jika Anda seorang pejabat dan Anda ingin menyam-
paikan pesan kepada rakyat, maka ajaran Rasulullah telah dipaparkan
di atas, ketika beliau berkata kepada Jabir, "Mintalah perhatian dari
m.asyarakar." (HR. Bukhari) Demikian halnyajika ada urusan penting
yang harus disampaikan kepada masyarakat.
Jadi, jika orang-orang sedang berbicara, tundalah pembicaraan
Anda agar Anda mendengarkan pembicaraan mereka dan sampai
mereka selesai dari pembicaraanya. Jika Anda memiliki satu pesan yang
bermanfaat dan penting, majulah dan sampaikanlah kepada mereka.
Ketika itu mereka akan menerima apa yang Anda sampaikan.
Jika Anda hendak menyampaikan pidato kepada sebuah per-
kumpulan, maka Anda harus mengatur kata-kata sebelum mengucap-
kannya. Anda harus memastikan apa yang Anda inginkan dari orang-
orang dan apa yang ingin Anda sampaikan.
Umar ibn Khaththab r.a. berkata tentang apa yang dia lakukan
ketika dia pergi ke Saqifah Bani Saidah yang di sana terdapat perkum-
pulan orang-orang Anshar. Orang-orang Anshar berkata, "Dari kami
ada pemimpin dan dari kalian ada pemimpin." Maka Abu Bakar, IJmar
dan Abu Ubaidah ibn Jarah berangkat menemui mereka. Umar
langsung berbicara dan Abu Bakar menghentikannya. Umar berkata,
"Demi Allah, aku melakukan itu hanya karena aku telah mempersiap-
kan kata-kata yang mengagumkan dan aku khawatir Abu Bakar tidak
menyampaikannya." (HR. Bukhari)

zn L,n,n Akhrak
MENGHIBUR KETIKA DIBUTUHKAN

Salah satu contoh menghibur adalah ucapan Rasulullah kepada


Aisyah ketika dia haid dalam umrah dan waktu haji akan tiba. Dia
menangis dan Rasulullah berkata kepadanya, "Sesungguhnya enghau
adalah bagian dari putri-putri Adam. Apa yang berlaku pada mereha,
berlahu juga padamu." (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan,
"Ini adalah hetentuan yang Allah tetapkan bagi putri'putri Adam."
(HR. Muslim)
Salah satu contoh menghibur adalah dengan mengingatkan
masyarakat akan musibah dan bencana yang menimpa orang lain.
Allah berfirman, "Bersabarlah, sebagaimana kesabaran Ulul Azmi dari
para rasuL " (QS. Af-Abqef: 35) Dan firman Allah, "Sungguh rasul-
rasul sebelum enghau telah didustakan dan mereka bersabar atas
pendustaan dan penderitaan itu, sampai pertolongan Kami datang
hepada mereha." (QS. Al-An'Am: 35)

Fikih Akhlak L,,


JADIKANLAH KEJUJURAN SEBAGAI
KEBIASAAN!

Biasakanlah kejujuran menjadi penghias ucapan Anda kepada


orang lain. Ini diperintahkan oleh Allah. Allah berfirman, "Wahai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kalian
bersarna orang-orang yang jujurl" (QS. At-Taubah: 119)
Kejujuran dalam ucapan akan membuat orang lain menerima
ucapan Anda. Perhatikanlah ketika Rasulullah berkata kepada orang-
orang musyrik, "Bagaimana pendapat kalian jika aku katakan bahwa
pasukan berkuda akan datang dari kaki bukit ini? Apakah kalian
petcaya?" Mereka menjawab, "Kami tidak pernah menemukanmu
berbohong." (HR. Bukhari dan Muslim)
Heraclius bertanya kepada kaum musyrikin Mekah tentang
Rasulullah, "Apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum dia
mengatakan (tentang agama Islam) ini?" Abu Sufyan menjawab,
"Tidak." Heraclius tidak mengakui, "Aku tahu, dia memangtidak pernah
berbohong kepada siapapun, tapi dia berbohong kepada Allah." (HR.
Bukhari)
Salah satu dampak negatif dari berbohong adalah semua ucapan
Anda akan ditolak, walau Anda benar. Kebohongan yang Anda laku-
kan membuat Anda masuk dalam daftar orang-orang fasik. Allah telah
berfirman, "Wahai orang-ordng yang beriman, jika seorang fasih datang
hepada kalian membawa berita, maha telitilah (kebenaran berita itu)!"
(QS. Al-Ilujur6h 6)

232 I
I

Fikih Akhtak
Kejujuran akan tampak di wajah dan lisan, seperti halnya
kebohongan. Allah berfirman, "Jika Karni berkehendah, maka Kami
akan perlihathan merekakepadamu danengkau ahan mengenali mereha
dari tanda-tanda mereka dan engkau akan mengenali mereka dari
ucapannya." (QS. Muhammad: 30)
Inilah cerita tentang Ya'kub a.s. ketika anak-anaknya datang
kepadanya dan berkat a, *Wahai ayah hami, kami pergi saling berlornba
dan kami tinggalkanYusuf dekat barang-barang kami, kemudian dia
dimakan oleh srigala. Engkau pasti tidak percayd hepada kami, walau
hami berhata apa adanya.' Mereka datang dengan membawa bajunya
Ausufl yang berlunTuran darah palsu. (Ya'hub) berhata,'Sebenarnya
nafsu halian yang nTenggoda kalian dalam hal ini. Maha kesabaran
yang baih (itulah kesabaranhu). Allah lah tempat nremohon pertolo'
ngan dari apa ydng kalian ceritakan'." (QS. Yusuf: 17-18) Ya'kub
menolak kebohongan mereka dengan ucapan, "Sebenarnya nafsu
kalian yang menipu kalian dalam hal ini."
Ketika mereka datang kembali kepada ayahnya setelah mereka
pergi membawa saudaranya (Bunyamin) dan kembali tanpa sauda-
ranya, mereka berkata kepada ayah mereka, "'Wahd.i ayah kami,
sesungguhnya putramu mencuri. Kamibersaksi dengan apa yang hami
lihat. Dan kami tidah mengetahui hal-hal yang gaib'." (QS. Yusuf:
81) Ya'kub membantah ucapan mereka, walau kali ini mereka benar,
"sebenarnya nafsu kalian yang menipu kalian dalam hal ini. Maka
kesabaran yang baik (itulah kesabaranku). Semoga Allah mengemba-
likan rnereha semua kepadahu." (QS. Yusuf:83)
Perhatikanlah bagaimana persepsi Ya'kub terhadap anak-
anaknya yang telah berdusta pada cerita pertama. Itu yang membuat-
nya membantah mereka ketika mereka datang kedua kalinya dengan
berita yang benar.
Sebagaimana telah kami jelaskan di atas, kebiasaan berbohong
menyebabkan kebenaran akan ditolak. Ini merupakan siksa yang cepat
bagi orang yang suka berbohong, sebelum siksa di akhirat. Selain itu,
kebohongan akan membuat orang menjadi hina dan tercela di mata
masyarakat. Kebohongan membuat Anda masuk dalam daftar orang-

Fikih Akhtak Lt
orang munafik. Tanda-tanda orang munafik adalah: Ketika berbicara,
dia berdusta; ketika berjanji, dia mengingkari; ketika dipercaya, dia
mengkhianati, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari
danMuslim)
Masih banyak ayat-ayat dan hadis-hadis yang menganjurkan
manusia untuk jujur dan menghindari kebohongan. Kejujuran akan
membuat Anda sukses di dunia dan di akhirat.

2y L,n,n Akhtak
TENTANG SINDIRAN

Dalam berbicara dengan orang lain, kadangkala dibutuhkan


ungkapan sindiran, tidak boleh terang-terangan. Larangan terang-
terangan itu adakalanya datang dari syariat, seperti terang-terangan
dalam melamar wanita yang masih dalam masa iddah karena ditinggal
mati oleh suaminya. Kadangkala berkata terang-terangan membuat
orangjatuh pada tuduhan dan fitnah. Oleh karena itu, sindiran menjadi
pilihan daripada berkata terang-terangan. Berikut ini contoh-contoh
kasus di mana orang diperintahkan menggunakan kata-kata sindiran:
Sebagaimana diketahui, seorang wanita yang ditinggal mati oleh
suaminya tidak boleh dilamar secara terang-terangan selama dia masih
dalam masa iddahnya. Larangan ini berdasarkan kesepakatan kaum
muslimin. Akan tetapi diperbolehkan bagi seseorang untuk menyindir
dan menunjukkan isyarat bahwa dirinya berkenan menikahi wanita
itu. Allah berfirman, "Tidak ada dosa bagi kalian dalam sindiran yang
kalian lakukan, seperti rnelamar para wanita." (QS. Al-Baqarah: 235)
Contoh kata-kata sindiran:
Dalam al-Muwaththa', Malik meriwayatkan bahwa Qasim
berkata tentang firman Allah, "Tidah ada dosa bagi kalian dalarn
sindiran yang kalian lakukan, seperti melamar para wanita atau kalian
simpan (perasaan itu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa halian
akan me ny eb utkanny a kep ada me re ha (p a ra w anita). Akan t etap i j ang an
kalian menjanjikan nikah dengan mereka secara sernbunyi-sernbunyi,
kecuali kalian mengatakan ucapanyang baik." (QS. Al-Baqarah: 235)
Maksudnya adalah: seorang laki-laki berkata kepada seorang wanita

Fikih Akhlak L,t


yang masih dalam masa iddah karena ditinggal mati oleh suaminya,
"Engkau mulia bagiku," "Aku ada rasa senang padamu", "Semoga Allah
memberimu rezki yang baik," dan kata-kata lainnya yang merupakan
ungkapan kehendak melamarnya.
Contoh lain adalah sindiran Aisyah (HR. Bukhari) tentang
keutamaan dirinya. Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana
pandanganmu jika engkau masuk dalam sebuah lembah yang di
dalamnya ada tanaman yang sudah dimakan dan yang belum dimakan.
Pada tanaman yang manakah engkau akan mengembalakan untamu?"
Beliau menjawab, "Pada tanaman yang belum dimakan." Aisyah
bermaksud mengatakan bahwa dari istri-istri Rasulullah hanya dirinya
yang perawan ketika dinikahi. Aisyah mengatakan seperti itu dalam
rangka menjelaskan posisinya di hadapan Rasulullah, namun dia tidak
ingin ada orang lain mencelanya. Maka dia menggunakan kata-kata
sindiran.
Contoh dari sindiran lainnya adalah menghindarnya Rasulullah
s.a.w. dari menyebut nama. Walaupun beratnya gangguan yang
dihadapi oleh Rasulullah dari Abdullah ibn Ubai ibn Salul, beliau naik
ke atas mimbar dan berkata,"Siapa yang rnenolongku dari seseorang
yang gdngguannya rnenimpa ahu dan keluargaku. Demi Allah, hanya
heb aikan y ang aku ketahui tentang keluargaku." Beliau tidak menyebut
nama Abdullah ibn Ubai, hingga Saad ibn Mu'adz bertanya, "Siapakah
dia, wahai Rasulullah?..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas r.a. tentang kisah Nabi Ibrahim dengan istri
Ismail (putra Ibrahim)... "Setelah Ismail menikah, Ibrahim datang untuk
menjenguknya. Saat itu kebetulan Ismail tidak berada di rumah.
Ibrahim menanyakan keadaan Ismail dan keluarganya kepada istrinya.
Istri Ismail menjawab, 'Kami hidup dalam kesulitan...'Istri Ismail
mengadu kepada Ibrahim. Ibrahim berkata kepadanya,'Jika suamimu
datang, sampaikan salamku kepadanya dan perintahkan dia untuk
mengganti daun pintunya.'Ketika Ismail datang, dia seolah merasakan
ada sesuatu. Maka dia bertanya kepada istrinya, 'Apakah ada orang
yang datang ke rumah kita?'Istrinya menjawab, Ya, tadi ada seorang
tua yang datang dan ia begini dan begitu. Dia bertanya tentang engkau,

236 I ritin Akhtak


maka aku ceritakan kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan
kita, dan aku menjawab bahwa kehidupan kita susah dan berat.'Ismail
bertanya lagi, 'Apakah dia menitipkan pesan untukku?' Istrinya
menjawab,'Ya, dia memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan
salam kepadamu dan dia berpesan agar engkau mengganti daun
pintumu.' Ismail melanjutkan,'Dialah ayahku. Dia memerintahkan
aku untuk menceraimu...."' (HR. Bukhari)
Bentuk sindiran lainnya adalah sindiran tentang bersetubuh agar
tidak menimbulkan rasa malu. Di dalam al-Qur'an Allah menggunakan
beberapa kata untuk mewakili aktivitas persetubuhan. Di antaranya
adalah: kata al-masds dalam ayat,"Sebelum kalian bercampur dengan
me r e ha. " (QS. Al-Baqarah: 237 ) Atau menggunakan kata al - g ha sy y d. n

seperti dalam ayat, "Ketika (dia) nxencanxpuri istrinya, m.aka istrinya


hamil kecil beberapa latrla." (QS. Al-A'rdf: 189) Atau menggunakan
kata al - m uld, ma s ah seperti dalam ay at, "Atau s etela h kal ian b ercarnp ur
dengan istri-istri kalian." (QS. Al-M6'idah: 6)
Perhatikanlah akhlak Ummu Darda dalam mengungkapkan apa
yang ada di dalam hatinya. Dari Abi Juhaifah r.a., "Rasulullah
mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Salman mengunjungi
Abu Darda dan dia melihat Ummu Darda dalam keadaan lusuh.
Kemudian Salman bertanya kepadanya,'Mengapa kondisimu seperti
itu?'Ummu Darda menjawab, 'saudaramu, Abu Darda, tidak punya
gairah sama sekali terhadap dunia ...'." (HR. Bukhari)
Ummu Darda tampak lusuh dan tidak perhatian pada dirinya
sendiri. Maka Salman bertanya kepadanya tentang kondisinya itu, dan
Ummu Darda menjawab dengan jawaban yang baik yang keluar dari
dalam hatinya. Pada waktu yang sama, di dalam jawaban itu, dia
memuji suaminya yang tidak menyetubuhinya dan tidak menaruh
perhatian pada penampilannya itu dengan model jawaban yang sangat
beretika, "saudaramu, Abu Darda, tidak punya gairah sama sekali
terhadap dunia."ao

Fikih Akhlak L,,


MEMAHAMI I(ATA.KATA ORANG LAIN

Anda harus memahami kata-kata yang disampaikan oleh orang


yang berbicara dengan Anda. Allah telah berfirman, "Telah tampak
hebencian itu dari mulut-mulut mereka. Apa yang disembunyihan oleh
hati mereka lebih besar. Telah Kami jelaskan tanda-tanda hepada
kalian, jika kalian berpihir." (QS. Ali Imran: 118) Allah berfirman
lagi, "Sungguh enghau akan mengenal mereka dalam gaya ucapan."
(QS. Muhammad:30)
Manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengung-
kapkan apa yang ada di dalah hati mereka. Ada orang yang mengung-
kapkan isi hatinya dengan terbuka, ada orang yang dari wajahnya
telah tampak apa yang ada di dalam hatinya, ada orang yang mengung-
kapkan isi hatinya hanya dengan isyarat, ada orang yang isi hatinya
begitu mudah keluar melalui kata-katanya, yarlg baik ataupun yang
tidak baik. Orang yang hatinya penuh rasa cinta terhadap Anda, secara
otomatis akan keluar ucapan-ucapan cinta dengan mudah dari mulut-
nya. Sedang orang yang hatinya penuh dengan rasa benci dan dengki,
secara otomatis pula ucapan-ucapan kebecian akan keluar dari
mulutnya, sebagaimana Allah firmankan, "Telah tampah kebgncian
itu d.ari mulut-mulut mereka. Apa yang d.isembunyihan oleh hafi rhereka
lebih besar." (QS. Ali Imran: 118)
Oleh karena itu, Anda harus memahami ucapan-ucapan yang
keluar dari orang lain dalam berinteraksi. Anda harus memastikan
maksud dari ucapan-ucapan yang Anda dengar, sesuai dengan
keyakinan Anda. Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada Aisyah r.a.,

238 I
I

Fikih Akhtak
"sungguh aku dapat mengetahui kamarahanmu dan kerelaanmu."
Aisyah bertanya, "Bagaimana itu bisa, wahai Rasulullah?" Rasulullah
menjawab, "sesungguhnya engkau, jika dalam keadaan rela, akan
berkata, Ya, demi Tuhan Muhammad.'Dan ketika engkau sedang
marah, engkau akan berkata, 'Tidak, demi Tuhan Ibrahim'." Aisyah
berkata, "Benar, aku hanya meninggalkan namamu."
Ketika Abu Bakar mendengar Rasulullah khutbah, "Sesungguh-
nya Allah memberi pilihan kepada seora,ng harnba antara dunia dan
apa yang ada di sisi-Nya. Harnba itu mernilih apa yang ada di sisi
Allah, Abu Bakar menangis. Abu Said al-Khudri berkata dalam hati-
nya, "Apa yang membuat orang tua ini menangis ketika Allah membe-
rikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada
di sisi-Nya?Yangdimaksud dengan hamba dalam ucapan Rasulullah
tidak lain adalah Rasulullah sendiri. Abu Bakar adalah orang yang
paling cerdas di antara kita. Rasulullah kemudian berkata kepadanya,
"Wahai Abu Bakar, jangan menangis. Sesungguhnya orang yang
paling baik kepadaku dalam pergaulan dan hartanya adalah Abu
Bakar. Andai aku harus menjadikan seseorang sebagai kekasih (khal?l),
maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi
persaudaraan Islam dan cinta karena Islam adalah lebih utama." (HR.
Bukhari)
Agar pembicaraan Anda dapat dipahami dengan mudah, Anda
boleh mengubah gaya bicara Anda. Rasulullah s.a.w. masuk menemui
Aisyah r.a. ketika masyarakat telah termakan isu cerita dusta (hadits
al-ifki) yang disebarkan oleh orang-orang munafik. Aisyah berkata,
"Aku tidak merasa apa-apa berkenaan dengan isu yang menyebar di
masyarakat. Yang membingungkan aku, dalam kondisi sakitku, aku
tidak melihat keramahan dari Rasulullah yang biasanya aku temukan
ketika aku dalam keadaan sakit. Rasulullah hanya masuk, memberi
salam kepadaku dan bertanya,'Bagaimana keadaanmu?' kemudian
pergi. Itulah yang membuat aku bingung dan aku tidak merasakan
keburukan..." (HR. Bukhari)

Fikih Akhlak L,,


MEMBACA KITABULLAH UNTUK MENCARI
PENJELASAN TENTANG ETIKA
BERINTERAKSI

Aku berharap para pembaca serius mencari akhlak berbicara


yang baik dengan orang lain dalam Kitab Allah. Berikut ini ayat-ayat
yang memuat akhlak berbicara:
Perhatikan ucapan Yusuf kepada saudara-saudaranya ketika
mereka menemuinya dan menceritakan tentang kondisi paceklik yang
menimpa mereka. Mereka berkata, "Wahai al-Aziz, kami dan heluarga
kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-
barang yang tidak berharga. Penuhilah takaran hami dan bersedehah-
lah kepada kami. Sesungguhnya Allah membalas (kebaikan) orang-
orang yang bersedekah." (QS. Yusuf: 88) Kemudian Yusuf a.s. berkata
kepada mereka, *Apakah halian ingat akan apa yang kalian lakukan
pada Yusuf dan saudaranyo, ketika halian dalam keadaan bodoh?"
(QS. Yusuf: 89) Demikianlah Yusuf mengingatkan mereka dengan
gaya bicara seperti itu yang mampu menyampaikan pesan yang
dimaksud. Yusuf tidak mencela dan mencaci mereka, walau apa yang
diderita Yusuf dan ayahnya begitu berat akibat perbuatan mereka.
Kemudia mereka bertanya, "Apakah engkau Yusuft" (QS. Yusuf: g0)
Perhatikan jawaban Yusuf kepada mereka, "AkuYusuf dan ini adalah
saudaraku. Allah telah memberi anugerah kepada kami. Sesungguh-
nya orang yang bertakwa dan bersabar, Allah tidah akan rnenyia-
nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS. Yusuf: 90) Inilah
bentuk kerendahan hati yang luar biasa, akhlak yang sangat agung

24O I ritirr Akhtak


dan pengakuan akan kemurahan zat yang telah memberikan nikmat
dan kemuliaan kepadanya. Selain itu, kata-kata Yusuf merupakan pela-
jaran bagi saudara-saudaranya dan generasi selanjutnya, "Sesung-
guhnya orang yang bertakwa dan bersabar, Allah tidah akan menyia'
nyiakan pahala orang'orang yang berbuat baik." (QS. Yusuf: 90)
Kemudian perhatikan ucapan mereka, "Demi Allah, Allah telah
mengutamahan enghau di atas kami dan sesungguhnya karni adalah
orang-orang yang bersalah." (QS. Yusuf: 91) dan apa jawaban Yusuf
kepada mereka? "Tidak ada celaan bagi kalian pada hari ini. Semoga
Atlah nxengatnpuni kalian dan Dia adalah Zat yang paling penya-
yang.,' (QS. Yusuf: 92) Tidak ada cacian dan celaan buat kalian mulai
hari ini. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayang dan
kesejahteraan kepada Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad!
Kemudian Yusuf menemukan kenyataan dari apa yang pernah
dijanjikan kepadanya. Ketika ayahnya datang kepadanya, apa yang
Yusuf katakan? Yusuf berkata, "Wahai ayahku, inilah arti dari
mimpihu yang lalu. Altah telah menjadikannya sebagai satu kenya-
taan. Allah telah berbuat baik hepadahu hetika Allah membebashan
ahu d.ari penjara dan mendatanghan kalian dari pedalafiian setelah
setan merusah hubungan antara ahu dan saudara-saudaraku.
Sesungguhnya Tuhanku sangat ramah terhadap apa yang Ia kehen-
d.ahi. Dia Maha Mengetahui dan Mahabijaksana." (QS. Yusuf: 100)
Yusuf tidak menyebutkan perbuatan saudara-saudaranya yang telah
melemparkannya ke dalam sumur. Yusuf hanya mengatakan secara
singkat dan lembut. Yusuf telah berjanji tidak akan ada celaan bagi
saudara-saudaranya. Dia hanya mengatakan adanya kerusakan
hubungan antara dirinya dan saudara-saudaran ya yangdiperbuat oleh
setan. Sesungguhnya Tuhanku Maharamah terhadap apa yang Ia
kehendaki.
Inilah etika, inilah adab. Adakah orang-orang yang beretika
seperti itu di zaman sekarang ini?!
Perhatikanlah akhlak meminta dalam ucapan Musa a.s. kepada
Khidir, "Apakah aku boleh ikut denganmu untuk engkau ajarhan
petunjuk yang telah diajarkan hepadamu?" (QS. Al'Kahfi: 66) dan

Fikih Akhlak LO,


:

akhlak menolak dalam ucapan Khidir kepada Musa, ,,sesungguhnya


engkau tidak ahan sabar ihut bersamaku. Bagaimana engh,au bisa
sabar atas apa yang tidak enghau ketahui?" (QS. Al-Kahfi: 77-7g)
Kemudian perhatikan ucapa Musa, "Enghau ahan temuhan aku,
insyaallah, sebagai orang yang sabar. Dan aku tidak akan membantah
perintahmz." (QS. Al-Kahfi: 79) Inilah akhlakyang luhur dan akhlak
yang sehat.
Musa memohon izin kepada Khidir untuk ikut dengannya dan
belajar darinya. Musa mengisyaratkan kepada Khidir bahwa ilmu itu
dari Allah. Maka, sebagaimana Allah mengajarkan kepadamu,
ajarkanlah orang lain. Hal itu disampaikan dengan gaya bahasa yang
cerdas dan santun.
Kemudian Khidir sendiri minta maaf kepada Musa setelah
menjelaskan bahwa kesabaran Musa akan habis. Itu ia sampaikan
dengan ucapan, "Bagaimana enghau bisa sabar atas apa yang tidak
engkau ketahui?" (QS. Al-Kahfi: 78) Khidir ingin menjelaskan kepada
Musa penyebab ketidaksabarannya. Bukan karena Musa memiliki akal
yang tidak cerdas dan bukan karena Musa tidak teliti. Musa adalah
seorang nabi yang termasuk dalam jajaran Ulul Azmi. Akan tetapi
ada ilmu yang Allah ajarkan kepada Khidir, tidak kepada Musa,
sebagaimana yang dikatakan Khidir kepada Musa,

LIL1 v ir )?* a' & c/ d" *


2a
ett e'i r:.
4
l.Jt;-\
^IAb
"Wahai Musa, engkau memiliki ilmu yang diajarkan oleh Allah
dan tidak diajarkan kepadaku. Dan padaku ada ilmu yang diajarkan
oleh Allah dan tidak diajarkan kepadamu." (HB. Bukhari dan
Muslim) Itulah akhlak antara seorang pelajar dengan seorang guru.
Semuanya telah melakukan cara bicara yang baik.
Perhatikanlah perintah Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w.
berkenaan dengan orang-orang lemah dan orang-orang miskin: ,,Ketika

242 I
I

Fikih Akhtak
orang-orang yang berinxan hepada ayat-ayat Kami datang hepadamu,
katahanlah,'Kesejahteraan untuk kalian. Tuhan kalian telah memas-
tihan rahmat atas Zat-Nya. Sesungguhnya orang yang melakukan
hesalahan karena tidah mengerti, hemudian bertobat dan memperbaiki
diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha
Penyayang," (QS. Al-An'6m: 54)
Yang seharusnya mengucapkan salam lebih dahulu itu orang
yang datang atau orang yang menyambut? Tentu orang yang datang.
Namun pada ayat di atas yang mengucapkan salam lebih dahlu adalah
justru orang yang menyambut. Inilah bentuk sambutan yang sangat
hangat dan perhatian yang lebih terhadap orang-orang beriman yang
Iemah dan miskin.
Selanjutnya perhatikanlah jawaban dan penolakan para nabi
terhadap tuduhan kaum-kaumnya. Kaum Nuh a.s. berkata, "Sesung-
guhnya kami melihat enghau dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al'
A'rdf:60) Nabi Nuh menjawab ucapan mereka dengan, "Wahai haum'
hu, aku tidah tersesat. Aku adalah utusan (rasul) Tuhan semesta aldnt."
(QS. Al-A'rAf:61)
Kaum Nabi Hud a.s. berkata, "Sesungguhnya kami melihat
engkau dalam kebodohan dan kami menduga enghau termasuh orang
yang berdu.s/o. " (QS. Al-^{r6f: 66) Nabi Hud menjawab mereka dengan
ucapan, "Wahai haumku, aku tidak bodoh. Aku adalah utusan (rasul)
Tuhan semesta alam.'(QS. Al-.afr6f: 67)
Firaun bertanya kepada Nabi Musa a.s. dengan tujuan menyu-
dutkan Musa di hadapan masyarakat dan menghasut masyarakat
untuk melawan Musa. Firaun bertanya kepada Musa tentang tempat
kembalinya orang-orang terdahulu dan nenek moyang masyarakat
ketika itu yang mati dalam keadaan musyrik. Firaun berkata kepada
Musa, "Bagaimana nasib generasi'generasi pertama (terdahulu)?" (QS.
Thdh6: 5l) Musa memberi jawaban yang benar, namun jawaban itu
tidak menimbulkan gejolak dan fitnah. Musa berkata, "Pengetahuan
tentang itu ada pada Tuhanku, dalam sebuah Kitab yang Tuhanhu
tidah salah dan tidak pernah lupa." (QS. Thahdz 52) Kemudian Musa
menjelaskan tetang nikmat-nikmat Allah dengan ucapannya, "Dialah

Fikih Akhlak I
^,
yang nlenjadikan bumi sebagai tempat berpijak untuk halian, mernbu-
atkan jalan-jalan di atasnya untuh kalian dan menurunkan hujan
dari langit. Dengan air itu Kami mengeluarkan banyah pasangan dari
tumbuhan yang bermacanl-rnacam. Makanlah dan gembalahanrah
ternak-ternak kalian. Pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berahol." (QS. Th6h6: 58-
54)
Jadi benar, pengetahuan tentang generasi terdahulu hanya ada
di sisi Allah, dalam sebuah Kitab yang Allah tidak akan salah dan
tidak pernah lupa. "Itulah umat yang telah lalu. Mereha mendapatkan
o,pa ya.ng mereka lakukan dan kalian mendapatkan dpa yang halian
lakuhan. Kalian tidak akan dituntut atas apa yd,ng fiiereha lakukan."
(QS. Al-Baqarah: 14L) Perdebatan tentang mereka tidak ada gunanya
lagi. Mereka telah melakukan perannya dan mereka akan mendapatkan
balasan dari apa yang mereka kerjakan.

2M L,n,n Akhtak
ARGUMENTASI YANG MEMUI{AU

Dari Ibnu Umar r.a., "Dua orang laki-laki datang dari timur
kemudian menyampaikan khutbah di hadapan masyarakat dan
masyarakat terkesima oleh argumentasinya. Rasulullah kemudian
berkata,

o trlaA
rto :
?*) o6r |a. o\'si t1;J J(Jt drl rrl

'sesungguhnya sebagian dari argumentasi itu memiliki kekua-


tan yang tnemukau."'(HR. Bukhari)
Yang dimaksud dengan argumetasi (al-bayd,n) adalah sesuatu
yang disampaikan oleh seseorang dengan fasih tentang apa yang ada
di dalam hatinya. Argumentasi itu ada dua: argumentasi lisan dan
argumetasi tulisan. Ada lagi bentuk argumentasi yang lain, hanya saja
bentuk argumentasi ini kurang dianggap sebagai argumentasi. Yaitu
argumentasi dengan isyarat.
Allah telah menganugerahkan manusia dengan memberikan
kemampuan berargumentasi kepadanya. Allah berfirman, "Dia
menciptahan manusia dan meng ai arkan kema mp udn b erargumentasi
kepadanya." (QS. Ar-Rahmin: 3-4) Allah berfirman, "Dia yang
mengajarkan dengan pena." (QS. Al-'Alaq: 4)
Ada orang yang begitu memukau orang lain dalam berbicara.
Dia menggunakan kata-kata yang baik dan bahasa yang baik, dengan
izin Allah. Hukum hal itu tergantung pada tujuannya. Jika seseorang
memperindah kata-kata dan susunan kalimat yang dia ucapkan dengan

Fikih Akhrak I
^t
tujuan mempertegas kebenaran, maka perbuatannya itu sangat terpuji.
Jika itu dia lakukan dengan tujuan memperindah kejahatan atau
mengaburkannya, maka perbuatannya itu sangat tercela. Dan orang
yang melakukan hal itu sama dengan dukun, sebagaimana sabda
Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, hati-hatilah dalam menggunakan kemampuan
Anda dalam berargumentasi. Jangan sampai Anda menggunakannya
untuk mengaburkan kebenaran dengan retorika yang memukau.
Jangan sampai kemampuan berargumentasi orang lain membuat Anda
tertipu hingga Anda jatuh pada perbuatan haram atau membuat
keputusan yang merugikan orang lain.
Dari Abdullah ibn Amru: Rasulullah s.a.w. bersabda,

K :.\,Jiri qlt)G:)t q dtW. ^t)r


cy
I z o ,a
6At,lw
"Sesunggunya Allah m.embenci orang yang berlebihan dalam
berbicara dengan menggerak-gerakkan bibirnya seperti sapi."
(HR. Tirmidizi)

2M L,n,n Akhtak
ETIKA BERBICARA DENGAN WANITA

Berbicara dengan wanita selayaknya dilakukan dalam kondisi


mendesak; kondisi di mana kita dengan terpaksa harus berbicara
dengan mereka, bukan dalam kondisi normal. Mereka adalah ujian
dan kelembutan ucapannya sering kali membangkitkan hasrat laki-
laki yang di dalam hatinya terdapat penyakit.
Rasulullah s.a.w. bersabda,

:dt C )e:)t Je"(yq;r,.*;c


"Setelah aku nanti, ujian yang paling berat bagi lahi-laki adalah
wanita." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

:q' e us,y,t ;1.,1. *i"jf i3rt-fit: oy1

"Hati-hatilah terhadap utanita. Ujian pertama yang ada di


kalangan Bani Israel adalah u)anita." (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Jangan kalian (wanita) mernperffLanja kata-
kata, hingga mernbanghitkan hasrat lahi-laki yang di dalam hatinya
ada penyahit. Ucapkanlah hata-kata yang baik." (QS. Al-AhzAb: 32)
Sering berbicara dengan kaum wanita dan kecenderungan mereka
memanjakan ucapannya merupakan sumber ujian besar. Yang
dimaksud bahwa wanita tidak boleh memanjakan ucapannya bukan

Fikih Akhtak I ,0,


berarti mereka harus berkata-kata dengan keras dan kasar. Yang
diharapkan adalah bersikap apa adanya dalam berbicara tanpa
memanjakan suara.
Bukankah Rasulullah s.a.w. telah bersabda, "Barangsiapa mene-
mukan hejanggalan dalam shalat (jamaah), maha bertasbihlah (untuk
mengingatkan). Sedangkan wanita mengingatkan dengan menepuk
tangan." (HR. Bukhari dan Muslim) Jadi jika seorang wanita
menemukan kejanggalan di dalam shalat $amaah), untuk mengingat-
kan kejanggalan itu dia disyariatkan menepuk tangan, bukan dengan
ucapan (tasbih). Karena ucapan wanita bisa meng-ganggu laki-laki
yang sedang shalat.
Jika ada kondisi di mana seorang laki-laki harus berbicara dengan
wanita, maka lakukanlah sesuai kebutuhan dan harus menghindari
keterlenaan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan.
Disyariatkan untuk mengucapkan salam kepada wanita, selama
tidak dikhawatirkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tentunya
tanpa berjabat tangan, sebagaimana telah kita ketahui. Ummu Hani
pernah datang kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau berkata kepadanya,
"Selamat datang, wahai Ummu Hani." (HR. Bukhari dan Muslim)
Asma binti Amis pernah datang kepada Umar ibn Khaththab
dan terjadi perbincangan serius antara mereka berdua tentang beberapa
persoalan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman, "Jiha kalian meminta suatubarang pada mereha
(wanita), maha mintalah dari belahang tabir. Yang dentihian itu lebih
suci bagi hati kalian dan hati mereka." (QS. Al-AhzAb: 53)
Pertanyaan wanita kepada laki-laki tentang persoalan agama
adalah dianjurkan. Ayat-ayat dan hadis-hadis yang medukung anjuran
ini sangat banyak sekali.
Dari Ummi Salamah r.a., "lJmmu Sulaim berkata, 'Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak pernah malu dengan kebenaran.
Apakah wanita wajib mandi jika dia mimpi basah?'Beliau menjawab,
'Ya, jika dia melihat air (dari kemaluannya setelah terjaga)'." (HR.
Bukhari dan Muslim)

248 I
I

Fikih Akhlak
Hindun binti Utbah pernah juga bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu pelit. Dia tidak
memberikan nafkah yang cukup buat aku dan anakku, maka aku
mengambil sesuatu darinya tanpa pengetahuan dia." Beliau berkata,
"Ambillah apa yang cukup buat engkau dan anakmu dengan cara yang
baik (tidak berlebihan)." (HR. Bukhari da Muslim)
Dianjurkan untuk menasehati kaum wanita dan mengajarkan
mereka. Diriwayatkan dar"i Abi Said al-Khudri r.a.:

Vg:u )At
,riiv:s:t;*,

't ,y';t e:t$ ,-zo,et'yL ;l';t i;V" A ie


"f
, ,/ '
st;{/ r[,t it;;i
t a. a
,rto"
,1.e3 ) \>bV i *!i"
9: $2i\):'JG J;*vl,
"Rasulullah keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri ke
tempat shalat. Beliau lewat di hadapan para wanita dan berkata,'Wahai
para wanita, bersedekahlah. Aku melihat kalian menjadi sebagian besar
penghuni neraka.' Mereka bertanya, 'Mengapa, wahai Rasulullah?'
Beliau menjawab,'Kalian banyak mencaci dan kufur terhadap suami.
Aku melihat hanya orang-orang yang kurang akal dan agama (wanita)
yang mampu menghilangkan kesadaran laki-laki yang bijak.'Mereka
bertanya, 'Bagaimana kekurangan agama dan akal kami, wahai
Rasulullah?' Beliau menjawab,'Bukankah persaksian wanita adalah
separuh persaksian laki-laki?' Mereka menjawab,'Benar.' Beliau
berkata lagi, 'Itulah kekurangan akalnya. Bukankan jika sedang haid,

Fikih Akhtak Lon


wanita tidak wajib shalat dan puasa?' Mereka menj awab,'Benar.' Beliau
berkata,'Itulah kekurangan agamanya'." (HR. Bukhari)
Perhatikanlah perselisihan yangterjadi antara Yusuf a.s. dengan
istri Aziz yang menuduhnya di hadapan tuannya, sedangkan
sebenarnya istri Aziz lah yang melakukan kesalahan. "Orang yang
hendak melakuhan kejahatan pada heluargantu harus dipenjara atau
mendapatkan sihsa yang pedih." (QS. Yusuf: 25) Lihatlah jawaban
Yusuf terhadap wanita ini. Yusuf tidak memposisikan dirinya sedang
berhadapan dengan wanita itu. Dengan Akhlak yang luhur, Yusuf
berkata dengan menggunakan kata ganti orang ketiga, walau wanita
itu berada di hadapannya, "Dia yang menggodahu agar nafsuku
( me ng ih ut i k e nta ua nnyo). " ( QS.Yusuf: 26 ) Yusuf tidak berkata dengan,

"Enghau yang menggodaku agar nafsuhu mengikuti kem,auanmu dan


engkau yang melakuhan ini dan iru." Yusuf justru berkata dengan
kalimat yang seolah sang wanita tidak ada di tempat itu. Kondisi ketika
itu memang bukan kondisi yang tepat untuk berkonfrontasi. Akhlak
Yusuf menyadari akan hal itu. Jadi, perhatikanlah jawaban ringkas
dari Yusuf dalam membela diri dari tuduhan wanita itu.

zso L,n,n Akhlak


UCAPAN YANG BAIK ADAI,AH HIDAYAH DARI
ALLAH

Ketahuilah dan yakinilah bahwa ucapan yang baik adalah


hidayah dari Allah. Allah berfirman, "Dan mereka diberi petunjuk
kepada ucapan yang baik." (QS. Al-Eqij: 24) Siapakah yang memberi
petunjuk kepada mereka? Dialah Allah. Rasulullah s.a.w. bersabda,

U( yt qfu.,s4 y .rYitrr ;ft:$.,r*t.


"Berikanlah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik.
Hanya Enghau yang nxentberi petunjuk hepada akhlak yang
paling baik." (HR. Muslim)
Mintalah kepada Allah agar medapatkan kemampuan berkata-
kata dengan baik dan harapkanlah dari-Nya. Berdoalah kepada-Nya
agar Allah menjadikan lisan Anda fasih hingga orang yang mendengar
mudah memahaminya. Musa a.s. berkata,"Lepaskanlah hekahuan dari
lidahhu supaya mereka mengerti ucapanku." (QS. Thehdz 27-28)

Fikih Akhlak llt,/


I{/+F41Y1TU AL-MAJLI S (PENGHAPUS DOSA
DALAM PERTEMUAN)

Usahakanlah mengucapkan kalimat yang sering kali diucapkan


oleh Rasulullah s.a.w. ketika hendak mengakhiri sebuah pertemuan.
Kalimat itu adalah:

,g(
r:Jl ir { Y tr t.o
l{-il
7 .t o
J-L.>.JJ
aa,
u z ,z,z

ft-i:r JJib..*,
oJ

t,
t t/,
cDt qits ! j;b'l
zr) or'ro

Inilah kalimat yang mencakup penyucian Allah (tasbih), pujian


dan tauhid. Kemudian kalimat itu diakhiri dengan permohonan
ampunan dari Allah. Hendaknya kita menutup majlis-majlis pertemuan
kita dengan kalimat di atas, sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah s.a.w.

252 L,n,n Akhtak


JADII(AN HADIS-HADIS BERIKUT SEBAGAI
PEDOMAN ANDA BERGAUL DENGAN ORANG
LAIN

Dari Nu'man ibn Basyir r.a., "Aku mendengarRasulullahbersabda


(Nu'man menempelkan jarinya ke dua telinganya),

o
.1 rt .. ,o I .t tzozt t), ,,, ? , t9, ',1. ?
u crk -".L L,('*J i ilFl i Jtl;t il
"
oLJ

:l.Wt?*t at? f6tqf W"


€flk l4t eet:&tCer is *'r's
l, tt ,,

*'^U Ft,olt ul y.e';Li it;,; u,*Jr J'; e';


*;jr J9.lrt; i'. ,;-. ,t,6
JLj tft

lt;it'l;; o:ra t;y, k '";jt 4*'Gb'*


. . .
t;1

'Jnl'-A',
' 9.t
ffl k
'Kehalalan telah jelas dan keharaman telah jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perhara syubhat yang tidah
diketahui oleh banyak rnanusia. Barangsiapa menghindarkan
dirinya dari perkara-perkara syubhat, maka dia ahan terhindar
dari celaan syariat dan celaan manusia. Barangsiapa jatuh
pada perhara-perhara syubhat, maka jatuh pada kaharaman,

Fikih Akhtak Lt
seperti pengembala yang m.engenxbalakan hewan ternaknya di
sekitar tanah larangan, kemunghinan besar hewan ternaknya
akan memalean tumbuhan yang ada di tanah larangan. Keta-
huilah, setiap penguasd memilihi wilayah larangan dan wila-
yah larangan Allah adalah perkara-perhara yang diharamkan-
Nya. Ketahuilah, dalam setiap jasad terdapat daging kempal.
Jika daging kempal itu baik, maka seluruh jasad ahan baik.
Jiha daging hempal itu rusah, maka seluruh jasad akan rusah.
Ketahuilah, daging kempal itu adalah hati'." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Segala sesuatu yang hukumnya samar dan meragukan, maka
tinggalkanlah dan bebaskanlah diri Anda dari celaan agama dan
masyarakat.
Nuwas ibn Sam'an r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.
tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah menjawab,

\i *t1i !:b C'!o 6 iltt 1at|;; Ut


l)| .tht .-
^lt'^lY,
L., -

"Kebaikan adalah kebaihan akhlak dan dosa adalah apa yang


menggelisahkan hatintu dan engkau tidah ingin hal itu
dihetahui.oleh orang lain." (HR. Muslim)
Dari Hasan ibn Ali r.a., "Aku hafal dari Rasulullah,

L;:u,'* a"tLst oy u; 66
4&i6 L'
,'
c/

a -O

*s q-6J1

'Tinggalhan sesuatu yang meragukan (dan beralihlah) kepada


yang tidah meragukan. Sesungguhnya kejujuran adalah
hetenangan dan hebohongan adalah kegelisahan'." (HR.
Tirmidzi)

254 I
I

Fikih Akhtak
Rasululllah s.a.w. bersabda,

6 t a. ol-rr/, ot.1
^*A; t
v o.--it) c? f J>l "*.;l u
at,

"Tidak sempurnah iman seseorang hecuali ia mencintai orang


lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari
danMuslim)
Inilah hadis-hadis yang sangat bermanfaat. Ingatlah dan jangan
melupakannya. Allah yang memberi pertolongan dan petunjuk ke jalan
yang lurus.

Fikih Akhtak Lss


MEMPERHATIKAN KONDISI DAN KARAKTER
MASYARAKAT

Inilah perkara yang sangat bermanfaat dan faktor terpenting


bagi kesuksesan berinteraksi dengan masyarakat. Anda harus
mengetahui akhlak dan karakter masyarakat dan membangun pola
pergaulan dengan mereka berdasarkan akhlak dan karakter mereka.
Allah telah membagi-bagikan rezki dan akhlak di antara hamba-
hambaNya. Demikian pula halnya, Allah telah membagi-bagikan
kecenderungan, wawasan, nalar dan lain-lain.
Ada orang yang cprdas, ada yang bodoh, ada yang kaya, ada
yang miskin, ada penguasa, ada rakyat, ada yang baik, ada yangjahat
dan seterusnya. Setiap orang harus diperlakukan dengan cara yang
tepat dengan karakter dirinya. Orang yang cerdas harus memiliki cara
tersendiri dalam berinteraksi dengannya. Orang yang bodoh memiliki
cara tersendiri dalam berinteraksi dengannya. Dan seterusnya. Jika
Anda melakukan kesalahan dalam cara berinteraksi dengan orang lain,
maka Anda tidak akan mencapai tujuan yang Anda maksud. Anda
akan menjauh dari kebenaran, karena Anda telah memberikan obat
yang salah kepadanya. Kesalahan itu akan kembali kepada Anda dan
Anda yang akan menderita.
Rasulullah s.a.w. mempergauli orang lain sesuai dengan kadar
diri orang lain. Beliau menghormati orang tua dan menyayangi anak
kecil. Beliau memperlakukan para raja dan para pemimpin dengan cara
yang sesuai dengan kadar diri mereka. Beliau memperlakukan orang-
orang miskin dengan cara merendahkan diri beliau. Dan seterusnya.

256 I ntitr Akhtak


Oleh karena itulah, semua kaum muslimin mencintai beliau, baik yang
kaya, yang miskin, yang kuat, yang lemah, yang laki-laki atau yang
perempuan.
Barangsiapa menginginkan kebenaran, maka ikutilah petunjuk
Rasulullah dalam berinteraksi dengan orang lain.

Cara Berinteraksi dengan Ulama


Mereka adalah ulama yang religius dan mengamalkan ilmunya.
Mereka orang-orang yang dipuji oleh Tuhan mereka. Allah berfirman,
"Sesungguhnya hanyo, pard ulama yang takut kepada Allah." (QS.
F6thir: 28) Bahkan Allah menggandengkan persaksian-Nya dengan
persaksian mereka, "Allah, para malaikat dan para ularna bersaksi
sesungguhnya tidah ada Tuhan selain Dia dan Dia Mahaadil. Tidak
ada Tuhan selain Dia yang Mahakuat dan Mahabijaksana.'(QS. Ali
Imran:18)
Allah mengangkat derajat mereka, "Allah mengangkat orang-
orang yang beriman di antara halian dan orang-orang yang berilmu
beberapa derajat." (QS. Al-Muj6dilah: 269)
Dan banyak lagi ayaf,-ayat dan hadis-hadis yang menjelaskan
tentang keutamaan para ulama. Mereka adalah pewaris para nabi.
Merekalah pembawa Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah. Mereka takut
kepada Allah dan selalu merasa dalam pengawasan-Nya, baik dalam
keadaan sendiri atau di tengah orang banyak. Mereka menyelamatkan
umat mereka dari kehancuran. Perhatikanlah ucapan mereka ketika
orang-orang kagum dengan kekayaan Qarun dan perhiasannya,
"Orang-oraryg yang berilmu itu berkata,'Celaka kalian. Pahala Allah
lebih baih bagi orang yang beriman dan berbuat baik'." (QS. Al-
Qashash: 80)

Fikih Akhlak Lt
ORANG ALIM

Orang alim (berilmu) adalah orang yang harus ikhlas dalam


berbuat, menyebarkan ilmu dan rendah hati kepada orang lain. Dia
harus menjadi seorang yang taat dan mengajarkan orang lain secara
perlahan-lahan. Dia harus mengajarkan orang lain tentang masalah-
masalah yang mudah namun sangat penting, sebelum mengajarkan
perkara-perkara yang sulit.
Orang alim harus berbicara dengan masyarakat tentang sesuatu
yang mereka pahami, agar mereka tidak mendustakannya dan
menolaknya. Dari Ali r.a.,

t;;, fr,;KLi o*.fr o;;t, d6tt;:L


" Berbicaralah dengan masyarakat sesuai dengan pengetahuan
me r eka. Ap akah kalian suka All ah dan Ras ul - Ny a didu s t akan? "
(IIR. Bukhari)
Dari Ibnu Mas'ud r.a.,"Jika engkau berbicara kepada masyarakat
tentang sesuatu yang akal mereka tidak mampu nxencernanya, rnaka
pembicaraanmu. akan rnanjadi problem bagi sebagian mereka." (HB.
Muslim)
Orang alim harus memahami kondisi oiarg yang bertanya
kepadanya. Jangan memberikan fatwa yang mengakibatkan kesesatan
dan penyimpangan.
Dari Anas ibn Malik r.a., "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. dan
Mu'adz berboncengan di atas kendaraan. Rasulullah berkata, 'Wahai

258 |
I

Fikih Akhtak
Mu'adz.' Mu'adz menj awab,'Ya, wahai Rasulullah.' Rasulullah berkata
lagi, 'Wahai Mu'adz.' Mu'adz menjawab lagi, 'Ya, wahai Rasulullah
(tiga kali). Beliau berkata,'Setiap orangyang bersaksi dengan kejujuran
hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, pasti Allah menghindarkannya dari api nereka.'Mu'adz
berkata,'Wahai Rasulullah, bolehkah kabar ini aku sampaikan kepada
masyarakat agar mereka gembira?'Rasulullah menjawab, 'Jangan. Aku
khawatir mereka akan menjadi malas berbuat'. Namun Mu'adz
menyampaikan kabar itu ketika menghadapi wafatnya, karena takut
berdosa sebab menyimpannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang alim tidak dibenarkan berbicara panjang lebar yang
membuat orang lain merasa bosan mendengarkannya. Abi Wa'il
berkata, "Abdullah ibn Mas'ud mengajarkan masyarakat setiap hari
Kamis. Seseorang berkata kepadanya, 'Wahai Abu Abdurrahman, aku
akan senang jika engkau mengajarkan kami setiap hari.' Abdullah
manjawab, 'Aku tidak melakukan itu karena aku khawatir akan
membuat kalian bosan. Aku memberi nasehat kepada kalian dengan
memperhatikan waktu, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah
kepada kami, agar kami tidak bosan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika Anda ditanya tentang sesuatu yang Anda tidak mengerti,
maka katakanlah, "Wallahu a.'ldn7..'Allah memberikan kepada setiap
hamba-Nya ilmu masing-masing. Tidak ada seorang pun yang mengu-
asai semua ilmu. Allah menentukan ilmu-ilmu tertentu yang hanya
diketahui oleh-Nya.
Ketika orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah s.a.w. dan
bertanya, "Wahai Abu Qasim, apakah ruh itu?" Rasulullah diam, kemu-
dian turun ayat, "Mereha bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,
'Ruh itu urusan Tuhanku. Aku tidak diberi pengetahuan tentangnya,
kecuali sedikit saja'.'(QS. Al-Isr6': 85)a7
Inilah Rasulullah, walau beliau adalah orang yang paling menge-
tahui tentang Allah dan paling bertakwa, namun beliau menyerahkan
jawaban dari pertanyaan di atas kepada Allah. Ketika beliau ditanya
tentang hari Kiamat, beliau menjawab, nOrang ydng ditanya tidak
lebih tahu dari orang yang bertanya." (E[R. Muslim)

Fikih Akhlak Lt
Allah memberikan ilmu kepada sebagian nabi-nabinya, tidak
kepada sebagian yang lain. Allah berfirman, 'Tang Maha Mengetahui
hal gaib. Dia tidah mengungkapkan kegaiban-Nya hepada seorang
pun. Kecuali utusan (rasul) yang Dia ridhaL Dia menjadikan penjaga-
penjaga (malaikat) di depannya dan di belahangnyo." (QS. Al-Jin:
26-27)
"Di atas setiap orang yang memilihi pengetahuan, ada Zat yang
Maha Mengetahui." (QS. Yusuft 76)
Para sahabat memiliki pengetahuan masing-masing. Di antara
mereka ada yang menguasai ilmu faraid, seperti Zaid ibn Tsabit. Ada
juga yang menguasai ilmu peradilan, seperti Ali ibn Abi Thalib. Ada
yang menguasai ilmu qira'at, seperti lfbay ibn Ka'ab. Ada yang mengu-
asai ilmu politik, seperti Umar ibn Khaththab. Ada yang menguasai
ilmu tafsir, seperti Ibnu Mas'ud. Dan seterusnya.
Orang alim tidak harus menolak ilmu dari orang yang lebih
rendah darinya. Dia harus menerima ilmu dari siapapun. Dia tidak
boleh merasa hebat dan angkuh. Musa a.s., walau dia termasuk dalam
Ulul Azmi, dia berkata kepada Khidir, "Bolehkah ahu ikut denganmu
untuk engkau ajarkan petunjuh yang engkau diajarkon." (QS. Al-
Kahfi:66)
Seorang pendeta Yahudi datang kepada Rasulullah dan berkata,
"Wahai Muhammad, kami menemukan Allah menciptakan langit di
atas satu jari, bumi-bumi di atas satu jari, pohonan di atas satu jari, air
dan tanah di atas satu jari, dan makhluk lainnya di atas satu jari.
Kemudian Allah berkata,'Aku adalah Penguasa.' Rasulullah tertawa
sampai gigi gerahamnya terlihat dan beliau membenarkan ucapan
pendeta itu. Kemudian beliau membaca, "Merekatidak mengagungkan
Allah semestinya. Bumi berada dalam genggaman-Nya pada hari
Kiamat. Dan langit-langit terlipat di tangan-Nya. Mahasuci Allah dan
Mahatinggi dari apa yang mereka sehutukan." (QS. Az-Zurnan 67)
Demikian halnya, perhatikanlah sabda Rasulullah tentang setan
yang datang kepada Abu Hurairah, dan setan itu berkata kepadanya,
"Ketika engkau berbaring di atas tempat tidur, maka bacalah ayat Kursi

zffi |
I

Fikih Akhtak
(Alld.hu ld,Ildha illa Huwa al-Hayyu al-QayyLm...). Allah akan selalu
menjagamu dan setan tidak akan mendekat kepadamu sampai pagr."
Rasulullah berkata kepada Abu Hurairah, "Dia benar, walau dia tukang
bohong." (HR. Bukhari)
Umar ibn Khaththab r.a., walau dia orang yang utama di antara
para sahabat, dia bertanya kepada para sahabat tentang sebuah hadis.
Dia berkata, "Sipakah yang hafal ucapan Rasulullah tentang fitnah?"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Demi Allah yang tidak ada Tuhan
selain Dia. Setiap surah dalam Kitab Allah yang di turunkan, aku pasti
tahu di mana surah itu turun. Setiap surah dari Kitab Allah yang
diturunkan, aku pasti tahu tentang siapa surah itu diturunkan. Andai
aku tahu ada orang lain yang lebih tahu dari aku tentang Kitab Allah,
dan untuk sampai kepadanya harus dengan menunggang unta, aku
akan datang kepadanya dengan menunggang unta." (HR. Bukhari
danMuslim)
Semua orang harus bersikap rendah hati terhadap ilmu. Dia
harus mengambilnya dari siapapun, baik dari orang muda atau dari
orang tua. Seorang alim tidak akan menjadi mulia sampai dia bersedia
mengambil ilmu dari orang yang di atasnya dan orang yang di bawah-
nya.
Anda harus menunjukkan orang lain kepada orang yang ahli di
bidang ilmu tertentu jika Anda ditanya tentang sesuatu yang Anda
bukan ahlinya. Amirul Mukminin Umar ibn Khaththab r.a. berkata,
"Orang yang paling ahli dalam peradilan adalah Ali dan orang yang
paling mengerti tentang qira'ah adalah lJbay." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Mu'adz ibn Jabal r.a. menunjukkan para sahabatnya kepada
orang-orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu tertentu. Dari Yazid ibn
Amirah, "Ketika Mu'adz ibn Jabal mendekati ajalnya, para sahabatnya
berkata, 'Wahai Abu Abdurrahman, berpesanlah kepada kami.'Mu'adz
berkata,'Dudukkanlah aku.' Lalu Mu'adz berkata,'sesungguhnya ilmu
dan iman memiliki tempatnya masing-masing. Barangsiapa mencari

Fikih Akhtak llil,


keduanya, pasti akan menemukan. Carilah ilmu dari empat orang:
Uwaimir Abi Darda, Salman al-Farisi, Abdullah ibn Mas'ud dan
Abdullah ibn Salam, seorang Yahudi yang masuk Islam. Aku
mendengar Rasulullah berkata,'sesungguhnya dia (Abdullah ibn
Salam) adalah orang kesepuluh dari sepuluh orang yang pasti masuk
surga'." (HR. Tirmidzir lbnu Hibanr lbnu Sa'ad dan Hakim)
Seorang alim harus serius menjaga kebenaran materi ilmiah yang
ia sampaikan kepada masyarakat. Ketika ia menyampaikan sebuah
hadis dari Rasulullah, dia harus mengetahui status hadis tersebut.
Begitu juga dengan berbagai tafsir yang ia kemukakan, dia harus
memilih tafsir yang paling benar. Dia harus melihat sejarah para
sahabat Rasulullah s.a.w. dan ucapan-ucapan mereka dengan tetap
berpegang pada kebenaran. Dia harus mendasari setiap pikirannya
dengan dalil dari Kitab Allah atau Sunnah Rasulullah. Jika dia lakukan
itu, maka Allah menolongnya dan mengangkat derajatnya.
Seorang alim harus secara serius meneliti kebenaran isi hadis
dan kebenaran makna hadis, agar tidak terjadi kesalahan dalam
memahami sebuah hadis. Dan seterusnya ..'

262 L,n'n Akhiak


CARA BERGAUL DENGAN ORANG.ORANG
LEMAH DAN ORANG.ORANiG MISKIN

Orang-orang lemah, orang-orang miskin dan orang-orang uzur


memiliki cara tersendiri dalam berbicara dengan mereka. Cara berbicara
dengan mereka harus didasari dengan kasih sayang dan keramahan.
Untuk orangkuat pun memiliki cara tersendiri dalam berbicara dengan
mereka.
Aku akan menceritakan dua peristiwa yang terjadi pada Abu
Bakar r.a. Peristiwa pertama terjadi antara Abu Bakar dengan Umar
r.a. dan peristiwa kedua terjadi antara Abu Bakar dengan Salman,
Shuhaib dan Bilal. Mereka bertiga adalah orang-orang miskin. Perha-
tikan cerita berikut ini dan sikap Abu Bakar tehadap Umar yang
merupakan pembesar Quraisy dan sikap Abu Bakar terhadap Salman,
Shuhaib dan Bilal yang merupakan orang-orang miskin:
Hadis pertama dari Abu Darda, "Aku duduk di samping Rasu-
lullah, tiba-tiba Abu Bakar datang dan menarik ujung baju Rasulullah
sampai pundak beliau tampak. Rasulullah bertanya kepadanya,
'Apakah temanmu memusuhimu?'Abu Bakar menjawab, 'Wahai
Rasulullah, antara aku dan Umar ibn Khaththab terjadi satu masalah.
Aku cepat-cepat mendatanginya dan menyesali apa yang aku lakukan.
Aku meminta maafkepadanya, namun dia tidak mau memaafkan aku.
Maka aku menghadapmu.' Rasulullah berkata, 'Allah mengampuni
engkau, wahai Abu Bakar (tiga kali).'Kemudian Umar menyesali
sikapnya, dan dia mendatangi rumah Abu Bakar. IJmar bertanya
kepada orang-orang yang ada di rumah Abu Bakar, Apakah Abu Bakar

Fikih Akhtak I
^,
ada?' Mereka menjawab,'Tidak ada.' Umar menemui Rasulullah dan
wajah Rasulullah tampak marah hinggaAbu Bakar menjadi tidak tega.
Abu Bakar duduk bersila di hadapan Rasulullah dan berkata,'Wahai
Rasulullah, sungguh aku yang lebih dulu bersalah (dua kali).'Kemudian
Rasulullah berkata, 'Allah mengutusku kepada kalian, kalian berkata,
'Engkau berdusta.' Sedang Abu Bakar berkata, 'Engkau benar.'Abu
Bakar menghiburku dengan jiwa dan hartanya. Maka, apakah kalian
meninggalkan sahabatku?'" (HR. Bukhari)
Hadis kedua dari Aidz ibn Amru r.a., "Abu Sufran datang kepada
Salman, Shuhaib dan Bilal dalam sebuah kelompok. Mereka berkata,
'Demi Allah, pedang-pedang Allah belum menebas leher musuh Allah.'
Abu Bakar berkata kepada mereka,'Kalian berkata seperti itu kepada
tokoh Quraisy?'Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dan
menceritakan apa yang ia katakan. Rasulullah berkata, 'Wahai Abu
Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau
membuat mereka marah, berarti engkau telah membuat marah
Tuhamu!'Kemudian Abu Bakar mendatangi mereka dan berkata,
'Wahai saudara-saudaraku, apakah aku membuat kalian marah?'
Mereka menjawab,'Tidak. Semoga Allah mengampuni engkau, wahai
saudaraku'." (HR. Muslim)
Lihatlah bagaimana Rasulullah bersikap sangat keras terhadap
Umar yang membuat Abu Bakar bersedih pada hadis pertama.
Kemudian perhatikan hadis kedua, ketika Rasulullah berkata kepada
Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, apakah engkau membuat mereka
marah? Jika engkau membuat mereka marah, berarti engkau membuat
Tuhanmu marah!"
Perasaan orang-orang lemah, orang-orang miskin dan orang-
orang uzur sangat sensitif. Mereka sangat mudah terpengaruh oleh
kata-kata, pandangan dan gerak tubuh. OIeh karena itu, Anda harus
menjaga perasaan mereka dengan ucapan dan isyarat yang santun.
Anda harus menyenangkan perasaan mereka.
Ajaklah mereka menyantap hidangan yang Anda sediakan. Dari
Abu Hurairah r.a.:

2& |
I

ririn Akhtak
ir;at !i.: )ql;tt e ei "^^))t
;t* ,vat ';
"Makanan terburuk adalah rnakanan resepsi yang hanya orang-
ordng kaya yang diundang dan orang-orang miskin ditinggal-
han." (Bukhari dan Muslim)
Jenguklah orang sakit mereka. Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Allah berhata pada hari Kiamat,'Wahai anak Adam, Aku sahit,
nxengapa engkau tidak menjenguk Aku?'Anak Adam bertanya,'Wahai
Tuhanku, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedang Engkau adalah
Tuhan semesta alam?'Allah berkata,'Seorang hamba,Ku, Fulan, sakit
dan enghau tidak menjenguknya. Apakah enghau tidak tahu, jika
engkau menjenguk-Nya, engkau akan temukan Aku berada di sisinya?
Wahai anak Adam, Aku meminta rnakan kepadamu, natnu.n engkau
tidak memberi Ahu makan.'Anak Adarn bertanya,'Bagaimana aku
memberi makan-Mu, sedang Engkau Tuhan sernesta alam?' Atlah
berkata,'Seorang hamba-Ku, Fulan, meminta makan dan enghau
tidak rnemberinya makan. Apakah enghau tidak tahu, jika engkau
memberinya makan, maha enghau akan temukan pemberianmu itu
di sisi-Ku? Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu,
narnun engkau tidak memberi minum kepada-Ku.'Anak Adam
bertanya,'Wahai Tuhanku, bagaimana aku mem.beri-Mu nTinurn,
sedang Engkau Tuhan semesta alam?'Allah berkata,'Seorang hamba-
Ku, Fulan, meminta minum kepadamu, narrlun engkau tidak memberi
minum kepadanya. Tidakhah enghau tahu, jika engkau rnemberi
rtinum kepadanya, engkau akan ternukan pemberianrnu itu di sisi-
Ku?'' (HR. Muslim)
Ketahuilah, sesungguhnya Anda dikaruniai rezki dan dihindar-
kan dari kejahatan karena orang-orang lemah dan orang-orang miskin.
Sa'ad ibn Abi Waqash, salah satu dari sepuluh orang yang dikabarkan
akan masuk surga, melihat dirinya memiliki kelebihan dibanding
orang-orang yang berada di bawahnya. Maka Rasulullah berkata
kepadanya,

'5*.& $lo;:itl uya',b


Fikih Akhtak ]lrt
"Kaliaru ditolong karena orang-orang lemah halian." (IJR,.
Bukhari)
Allah berfirman, "Jangan enghau mengusir orang-orang y&ng
berdoa kepada Tuhan rnereka pada pagi dan sore, sedang me.reka
nlengharaphart ridha-Nya. Engkau tidak bertanggung .jawab atas
perbuatan mereka dan mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatan
engkau, yang tanggung jawab itu menyebabkan enghau merasa berhalt
mengusir mereka hingga engkau termasuk orclng-orang yang zalint.
Demikianlah Kami rnenguji sebagian mereka (orang-orang kaya)
dengan sebagian (orang-orang miskin), ag&r mereka (orang-orang
haya) berkata,'Apakah mereka yang diberi anugerah olelt. Allah di
antara kami.' Buhankah Allah lebih tahu tentang orang-orang ye.ng
bersyukur. Jika orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kanti
datang kepadamu, hatakanlah,'Selamat buat kalian. Tuhan kalian
telah menetapkan kasih sayang (rahmat) atas Zat-Nya. Barangsiapa
berbuat kesalahan karena ketidaktahuan, kernudiaru bertobat dan
memperbaiki diri, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang'. " (QS. Al-An'Am: 52-54)
Kaum Nuh a.s. berkata kepadanya,"Apakah kami harus percaya,
kepadamu, sedang orang-orang yang rendah ihut ftepadamu? (Nuh)
berkata, 'Aku tidak tahu tentang apa yang rnereka lakukan. Perhitu-
ngan mereka ada pada Tuhanku, andai kalian menyadari. Aku tidak
akan mengusir orang-orang yang berimotl'." (QS. Asy-Syu'ar6': 111-
Lt4)
Ketika Rasulullah s.a.w. bermuka masam terhadap Abdullah ibn
Ummi Makturn, Allah mencelanya dengan berfirman, "Dia bermuka
nlasam dan berpaling hetika seorang buta datang kepadanya. Engkau
tidak tahu bisa jadi dia ingin membersihkan diri. Atau dia ingin
mendapatkan pelajaran dan pelajaran itu bermanfaat baginya. Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup, maha engkau malayaninya.
Padahal tidah ada celaan atasmu jika dia tidak mernbersihkan diri
(beriman). Sedang orang yang datang kepadamu dengaru segera dan
dia takut (kepada Allah), engkau malah mengabaikannya. Jangan
begitu! Itutah peringatan " (QS. 'Abasa: 1-12)

zffi I
I

Fikih Akhtak
Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang berada di luar
kepampuan mereka. Allah berfirman, "Tidak ada tekanan bagi orang-
orang lemah, orang-orsng sakit dan orang-orang yang tidak memiliki
harta untuk didermakan, jiha mereha berlaku ihhlas kepada Allah
dan Rasul-Nya. Tidak ada dosa bagi orang-orang yang berbtr.at baik.
Attah. Maha Pengantpun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taubah:91)
Sedangkan orang-orang yang lemah, orang-orang yang miskin
dan orang-orang uzur, hendaknya mereka bersikap menerima dengan
apa yang telah Allah berikan kepadanya. Anda tidak tahu, jika Allah
meniadikan Anda sebagai orang kaya, apakah Anda akan bersyukur
atau kufur. "J ika Allalt. memperluas rezki untuk hamba- hambaNy a, pasti
rnereha menyimpang di bumi. Malea dari itu Allah menurunhan rezki
dengan kadar yang Ia kelrcndaki. Sesungguhnya Dia Maha Merugetahui
dan Maha Melihat hantba-hambaNya." (QS. Asy-Syirdz 27)
Ketahuilah, sesungguhnya kekayaan, kekuatan dan kesehatan
adalah ujian bagi Anda. Hati-hatilah menyikapinya. Allah berfirman,
"Kami jadikan sebagian kalian sebagai ujian bagi sebagian yang lain.
Apakah kalian bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. Al'
Furq6n:20)
Jangan Anda katakan, "Allah telah menganugerahkan
kepadanya dan tidak kepadaku." Jangan pula Anda katakan, "Allah
telah melebihkan dia di atasku."
Anda harus membalas kebaikan dengan kebaikan. Jangan
mengingkari kebaikan dan keindahan. Allah berfirman, "Balasan
kebaiharu adalah hebailzan pula." (QS. Ar'Rahmdn: 60)
Rasulullah s.a.w. selalu membalas kebaikan dengan kebaikan.
Beliau bersabda,

tft $a\ a 1"fu )


"Orang yang tidak berterimakasih kepada sesclma, berarti tidak
berterimahasih hepada Allah." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dari Ibnu Umar r.a.: "Rasulullah s.a.w. bersabda,

Fikih Akhlak LU,


4 lz
o.'
irLLau
!tr'€6 ui ;ryG 4ljt' l'l5lt1,Lt ,-f
ayi i*tS;6ti el e u, o3gv d -, C.fl
,' ,'(, o'-,,, c u,

i#vk .,u'ul rr* ;L d 'ist trL\u try I


'Barangsiapa tnetnohon perlindungan kepada kalian,
lindungilah. Barangsiapa meminta kepada kalian, penuhilah
permintaannya. Barangsiapa mengundang kalian, hadirilah
undangannya. Barangsiapa berbuat baik hepada kalian,
balaslah kebaihannya. Jiha halian tidah memilihi kebaihan
(untuh membalasnya), berdoalah kepada Allah untuhnya,
hingga kalian tnerasa pasti bahwa kalian telah membalas
hebaihannyo'." (IIR. Abu Daud)
Orang yang pandai bersyukur rezkinya akan mudah bertambah.
Dengan bersyukur berarti dia telah melaksanakan perintah Allah dan
Rasul-nya untuk membalas kebaikan dengan kebaikan. Itu yang
pertama. Sedang yang kedua, manusia diciptakan dengan watak yang
cenderung mencintai orang yang pandai berterimakasih.
Jangan sampai kemiskinan dan kesombongan menyatu dalam
diri Anda! Rasulullah s.a.w. bersabda, "Ada tiga rnodel manusia yang
tidah akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak disucikan,
tidak dipandang dan rnereka mendapathan azab yang pedih: Orang
tua yang berzina, pengudsa, yang pendusta dan ordng miskin yang
sombong." (HR. Muslim)
Maka, Anda harus rendah hati dan santun terhadap orang lain!
Lihatlah orang yang di bawah Anda, jangan melihat orang yang
di atas Anda, agar Anda mampu melihat karunia Allah pada diri Anda
kemudian mensyukurinya.
Allah berfirman, "Jangan arahkan pandanganmu kepada
kernewahan hidup duniawi yang telah Kami berihan kepada kelompok-
helompok dari mereka agar Kami menguji mgreka. RezhiTuhanmu lebih
baih dan lebih kekaL " (QS. ThAh6: 131)

I
I

268 Fikih Akhrak


Rasulullah s.a.w. bersabda,

9i' €. y p U Jt, €Y,-i'F ti\


*'i-:4rJLi't^A J'i*
"Jiha seseorang melihat orang yang lebih kaya dan lebih baik
penampilannya daripada dirinya, maka lihatlah orang yang
lebih rendah dari dirinya!" (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhtak :|U,


PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG TAKWIL
AYAT KHUDZ AL-AFWA WA U'MUR BI AL-'URFI
WA A'RIDH 'AN AL-JAHILIN (QS. AL-A'RAF:
19e)

Dari Abdullah ibn Ztbair r.a., "Ayat'Maafkanlah,dan perintah-


kan hebaihon ', diturunkan berkenaan dengan akhlak manusia." Dalam
at-Tafstr al-Kabtr, Ar-Razi berkata, "Khudz al-Afwa wa u'Mur bi al-
'urfi wa A'ridh'an al-Jdhllrn (QS. Al-A'rdf: 199). Ketahuilah,
sesungguhnya Allah, setelah menjelaskan pada ayat sebelumnya
bahwa Allah adalah Pelindung dan berhala-berhala serta para
penyembahnya tidak akan mampu membahayakan dan menyakiti,
menjelaskan pada ayat ini tentang cara yang baik dan jalan yang lurus
dalam bergaul dengan orang lain. Allah berfirman, 'Maafltanlah,
perintahhanlah alzan kebaikan.' Pakar bahasa menga-takan bahwa
kata al-afwz berarti anugerah yang diberikan tanpa usaha'."
Jika Anda sudah mengetahui hal ini, aku katakan bahwa hak-
hak manusia adakalanya boleh disikapi secara toleran dan dipermudah,
adakalanya tidak boleh disikapi demikian.
Yang pertama, hak-hak manusia yang boleh disikapi secara
toleran dan dipermudah adalah hak-hak yang berhubungan dengan
harta. Termasuk juga dalam berakhlak yang baik dengan manusia.
Ini masuk dalam khudz al:afwa (Maafkanlah). Tidak boleh bersikap
lrq1p" drin mempersulit, sebagaimana firman Allah, ",Iika engkau kasar
rlo n heros hati, maka mereka akan meninggalkanmu." (QS. Ali Imran:
159)

27O Fikit. At.htak


Adapun yang kedua adalah perkara yang tidak boleh ditoleran
dan dipermudah. Ketetapannya adalah keharusan memerintahkan
kebaikan (al-ma'rLfl. Al-ma'rLf.adalah sesuatu yang diketahui harus
dilakukan. Melakukannya lebih baik daripada tidak melakukan. Dalam
hal ini, jika hanya ditekankan untuk memaafkan dan tidak
diperintahkan untuk melakukan kebaikan, maka tidak akan mencapai
tujuan yang diirrginkan. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan
perubahan agama dan pengkaburan kebenaran. Dan ini jelas tidak
diperbolehkan.
Kemudian, jika seseorang mulai melangkah untuk memerin-
tahkan kebaikan dan melarangkemungkaran, orang-orang bodoh pasti
akan menghalangi dan menyakitinya. Inilah alasan mengapa Allah
berfirman, "Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Jika Anda sudah mengetahui penjelasan di atas, maka Anda akan
menemukan bahwa ayat di atas mengandung ajaran tentang akhlak-
akhlak mulia yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia.
Ikrimah berkata, "Ketika ayat ini turun, Rasulullah bertanya,'Wahai
Jibril, apa ini?'Jibril menjawab, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya
Tuhanmu (dengan ayat itu) berpesan agar engkau menjalin hubungan
dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi
orang yang tidak memberi kepadamu dan memaafkan orang yang zalim
kepadamu'."48
Menurut para ulama, tafsir Jibril ini sesuai dengan ayat di atas.
Jika Anda menjalin hubungan dengan orang yang memutus hubungan
denganmu, maka berarti Anda telah memaafkan dia. Jika Anda memberi
sesuatu kepada orang yang tidak memberimu, berarti Anda telah
melakukan kebaikan (al-ma'rttfl. Jika Anda memaafkan orang yang
telah menzalimi Anda, berarti Anda telah berpaling dari orang-orang
bodoh.
Jakfar Shadiq r.a. berkata, "Ayat ini adalah ayat yang paling
komplit mencakup akhlak-akhlak mulia."
Ibnu Katsir, setelah menuturkan banyak pendapat orang-orang
salaf, berkata, "Sebagian ulama berkata, 'Model manusia ada dua:

Fikih Akhlak L,,


Manusia yang baik dan manusia yang jahat. Dari manusia yang baik,
terimalah kebaikannya dan jangan memaksa di luar kemampuannya
dan mempersulitnya. Adapun manusia yang jahat, maka perintah-
kanlah untuk berbuat baik. Jika dia tetap berbuat sesat dan kebodohan,
maka berpalinglah darinya. Semoga yang demikian itu akan menolak
kejahatannya, sebagaimana firman Allah, 'Tolaklah hejahatan itu
dengan sesuatu yang lebih baih. Kami mengetahui tentang apd yang
nzereka katahan. Katahanlah, 'Wahai Tuhanku, ahu berlindung
kepada-Mu dari godaan setan-setan. Aku berlindung kepada-Mu dari
hehadiran mereka kepadaku'. (QS. Al-Mu'minrln: 96-98)
Allah berfirman, "Kebaikan tidak sanl,a dengan kejahatan.
Tolahlah kejahatan dengan sesuatu yang lebih baik. (Dengan dernikian)
orang yang menxusuhintu bisa berubah menjadi teman sejati. Sifat-
sifat baik itu hanya dianugerahkan hepada orang-orang yang sabar.
Sifat-sifut baik itu hanya dianugerahkan hepada orang yang sangat
beruntung.' (QS. Fushshilah 34-35)
Allah berfirman, 'Kadanghala setan menganggumu dengan satu
gangguan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.'(QS. Fushshilatu 36)
Dalam ayat-ayat di atas Allah memberikan petunjuk untuk
mempergauli orang-orang yang berbuat maksiat dengan sesuatu yang
lebih baik. Yang demikian itu akan mampu menghentikannya dari
perbuatan maksiatnya, dengan izin Allah. Oleh karena itulah Allah
berfirman, "(Dengan demikian) orang yang memusuhimu bisa berubah
menjadi teman sejati." (QS. Fushshilat: 34)
Kemudian Allah mengajarkan kita untuk memohon perlindungan
kepada-Nya dari setan. Itu diperintahkan karena setan tidak bisa
dicegah dengan kebaikan. Dia akan selalu mengharapkan kehancuran
Anda. Dialah musuh sejati bagi Anda dan bagi nenek moyang Anda."
Al-Qurthubi berkata, " Ay at' M aafkanlah, p erintahkanlah akan
kebaikan dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.'(QS. Al-A,rAf:
199) terdiri dari tiga pesan yang meliputi semua kaidah-kaidah syariat
dalam berbagai perintah dan larangan. Pesan maafkanlah (khudz al-

272 | ritirr Akhtak


afuta) di dalamnya mengandung pesan untuk menjalin hubungan
dengan orang yang memutuskan hubungan, memaafkan orang yang
bersalah, menyayangi orang-orang mukmin dan lain-la in. P esan p erin-
tahkanlah ahan kebaikan (wa'mur bi al-ma'rLfl mengandung pesan
silaturahmi, takwa kepada Allah dalam kehalalan dan keharaman,
menjaga pandangan dan bersiap-siap untuk akhirat.
Pesan berpalinglah dari ordng-orang bodoh (wa a'ridh 'an al-
jAhilin) mengandung pesan untuk selalu berhubungan erat dengan
ilmu, berpaling dari orang-orangzalim, menghindarkan diri dari gosip-
gosip orang yang bodoh dan lain-lain."
Al-Qasimi, dalam Mahd.sinu at-Ta'wil, berkata, "Pesan maaf-
hanlah (khudz al-afipa) dimaksudkan untuk diterapkan dalam kondisi
jika Anda marah dianggap wajar. Ini dilakukan agar nasehat lebih
bisa diterima. Wa u.'mur bi al:'urfi adalah berbuat baik yang membuat
orang lain mudah menerimanya. Dan wa a'ridh'an al-jd.hiltn adalah
berpaling dari orang-orang yang selalu dalam kebodohannya. Jangan
Anda memperlakukan orang-orang seperti ini dengan sikap yang sama
dengan sikap mereka. Hadapilah dengan sabar dan jangan hiraukan
perbuatan mereka yang menyakiti Anda.

Fikih Akhlak L,,


BERSIKAP RAMAH

Akhlak manusia berbeda-beda, sebagaimana telah kami jelaskan


di atas. Sebagian mereka ada yang baik dan ada yangjahat; sebagian
mereka ada yang kasar dan'ada yang santun. Rasulullah s.a.w.
memperlakukan manusia sesuai dengan akhlaknya. sering kali beliau
memperlakukan orang yang jahat dengan sikap yang ramah, dengan
memberinya sesuatu, dcngan kata-kata yang menghibur atau dengan
diam. Ini dilakukan agar kejahatan dan kerusakan tidak menyebar.
Berikut ini adalah contoh-contoh sikap ramah Rasulullah s.a.w.:
Dari Aisyah r.a., "Seorang laki-laki meminta izin untuk bertemu
Rasulullah. Rasulullah berkata (kepada para sahabat),'Izinkanlah dia.
(Dia adalah) orang terburuk di kabilahnya.'Ketika laki-laki itu masuk
ke hadapan Rasulullah, beliau bersikap ramah kepadanya. Aku
(Aisyah) berkata,'Wahai Rasulullah, engkau berkata kepadanya dan
engkau bersikap ramah?' Rasulullah menjawab,

o
/o t.
'-. 7.
b{) o /
'vo -.t.-1,
+,c\--aJl ?
/g 2 _l g/
{ 4J'.} aljt -ue _,Ul F jL e*iLt (
'
l)
o/

^:k it;3t utlt ^f} )l


'Wahai Aisyah, sesungguhnya orang terburuk di sisi Allah pada
hari Kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut
akan kejahatannya'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Masur ibn Makhramah, "Rasulullah s.a.w. membagikan
sorban dan beliau tidak memberi bagian kepada Makhramah.

274
I

Fikih Akhlak
Makhramah berkata, 'Wahai putraku (Masur), rnari kita temui
Rasulullah.' Kami berangkat dan f)ia ( Makhramah ) berkata,'Masuklah
dan panggil dia (Rasulullah) agar rnenghadap aku!' Kemudian aku
memanggil beliau dan beliau keluar dengan membawa sorban
mendekati Makhramah. Beliau berkata, 'Aku berikan ini untuknru.'
Rasulullah melihat kepadanya dan berkata,'Makhramah telah merasa
puas'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Makhramah adalah orang
yang akhlaknya sedikit bermasalah.
Jadi sikap ramah terhadap orang yan€l memiliki akhlak yang
bermasalah sangat dianjurkan oleh Islam. Ini bukan berarti kita kehi-
langan etos pembeda antara yang benar dan yang salah. Orang fasik
tetap harus diluruskan dari kefasikannya, namun dengan sikap yang
ramah dan santun agar mereka lebih mudah menerima naserhat yang
diberikan.
Dari Anas ibn Malik r.a., "Aku berjalan bersama Rasulullah s.a.w.
dan beliau memakai sorban dari Najran yang kasar. Di tengan jalan
kami bertemu dengan seorang badui yang kemudian menarik sorban
Rasulullah dengan keras. Aku melihat leher beliau berbekas sorban
kasar karena tarikan keras.yang dilakukan oleh orang badui itu. Orang
badui itu berkata,'Wahai Muhammad, perintahkan agar harta Allah
yang ada padamu diberikan kepadaku!'Rasulullah menoleh kepadanya
dan tersenyum, kemudian memerintahkan untuk memberikan sesuatu
kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari flmar ibn Khaththab r.a., "Rasulullah membagikan harta
kepada beberapa orang. Aku berkata kepada beliau,'Derni Allah, Wahai
Rasulullah, orang-orang selain mereka lebih berhak mendapatkan
bagian itu.'Beliau berkata, 'Mcreka memaksa aku untuk memberikan
kepada mereka atau mereka akan menuduhku sebagai orang yan€l
kikir. Sedang aku bukan orang yang kikir'." (HR. Muslim)

Fikih Akhlak L,t


:

MENGHINDARI GOSIP

Bukan merupakan sikap pamer atau aib jika Anda menghindari


gosip masyarakat dan celaan mereka, selama tidak memaksa Anda
melakukan dosa. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jangan membuat orang-
ordng berkata bahwa Muharnmad telah membunuh sahabat-sahabat-
nya." (H'R,. Bukhari)
Ucapan itu beliau katakan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah r.a., "Kami berada dalam sebuah
perjalanan perang, kemudian seorang Muhajirin mendorong seorang
Anshar. Seorang Anshar itu berkata meminta tolong, 'Wahai orang-
orang Anshar!' Dan seorang Muhajirin itu pun memanggil kawan-
kawannya,'Wahai orang-orang Muhajirin!' Allah memperdengarkan
kejadian itu kepada Rasulullah dan beliau berkata, 'Apa-apaan ini?'
Mereka berkata, 'Seorang Muhajirin mendorong seorang Anshar, maka
orang Anshar itu berkata, 'Wahai orang-orang Anshar' dan orang
Muhajirn itu berkata,'Wahai orang-orang Muhajirin.' Rasulullah
berkata, 'Tinggalkan itu. Sungguh yang demikian itu adalah tradisi
buruk.' Ketika Rasulullah datang, baik orang-orang Anshar atau
Muhajirin sudah saling berkumpul. Dalam kondisi seperti itu Abdullah
ibn Ubay berkata,'Apakah mereka sudah melakukan? Demi Allah, jika
kita kembali ke Madinah, orang-orang mulia akan mengusir orang-
orang hina dari Madinah.' Mendengar ucapan Abdullah ibn Ubay,
Umar ibn Khaththab berkata kepada Rasulullah, 'Biarkan aku
memenggal leher orang munafrk ini, wahai Rasulullah.'Beliau berkata,
'Jangan membuat orang-orang berkata bahwa Muhammad telah
membunuh sahabatnya!"' (HR. Bukhari)

276 I ritin Akhrak


Termasuk dalam bentuk menghindari gosip dari masyarakat
adalah firman Allah tentang Nabi Zakaria a.s., "Ketika dia memanggil
Tuhannya dengan panggilan lirih." (QS. Maryam: B) Mengapa
Zakaria memanggil Tuhannya dengan panggilan lirih dan berdoa
dengan lirih? Di kalangan ulama ada yang berpendapat bahwa doa
pada dasarnya memangharus dengan lirih, kecuali pada kondisi tertentu
ketika diperlukan dengan suara keras. "Berdoalah hepada Tuhan
kalian dengan rendah hati dan lirih. sesungguhnya Dia tidah suka
pada orang-orang ya.ng melampaui batas." (QS. Al-ArrAf: EE)
Tentang doa dengan lirih para ulama beralasan karena doa lirih
lebih menghindarkan diri dari perasaan pamer (riyd'), angkuh, ingin
dikenal, kedengkian orang lain dan lain-lain.
Sebagian ulama berkata bahwa Zakafia berdoa dengan lirih
karena isi doanya aneh bagi masyarakat. Bisa jadi dirinya akan jadi
bahan ejekan jika doanya itu didengar oleh masyarakat. Karena,
bagaimana mungkin seorang laki-laki yang sudah tua renta dan
memiliki istri yang mandul, berdoa agar bisa mendapatkan anak dari
istrinya? Jika doanya itu didengar oleh orang-orang yang tidak
mengerti, tentu dia akan dijadikan bahan ejekan! Namun, Zakaria tahu
persis tentang Tuhannya yang Mahakuasa atas segala sesuatu. oleh
karena itu dia berdoa dengan lirih. Wallahu a'lam.
Dari Aisyah r.a., "Aku bertanya kepada Rasulullah tentang Hijir
Ismail. Apakah Hijir Ismail termasuk bagian dari Baitullah? Beliau
menjawab, 'Ya.'Aku bertanya, mengapa mereka tidak memasukkan
ke dalam bagian Baitullah? Beliau menjawab,'Karena masyarakatmu
tidak memiliki dana yang cukup (untuk memperbaikinya). Aku ber-
tanya lagi tentang kondisi pintu Baitullah yang tinggi. Beliau menja-
wab,'Masyarakatmu membuatnya seperti itu untuk mempersilahkan
orang yang mereka kehendaki bisa masuk dan melarang orang yang
tidak mereka kehendaki. Kalau bukan karena masyarakatmu yang
baru saja meninggalkan tradisi jahiliah dan kekhawatiranku bahwa
mereka tidak akan bisa menerima, tentu akan aku masukkan Hijir
Ismail ke dalam bagian Baitullah dan pintunya akan aku rendahkan
sampai ke tanah'." (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhlak L,,


-

IJerdasarkan hadis ini, jika seseorang memiliki pendapat tertentu


tentang satu masalah, dan pendapatn.ya itu termasuk aneh bagi masya-
rakat, maka dia harus melaksanakan pendapatnya itu. Dengan catatan
tidak sampai membuat masyarakat resah karena perbuatannya itu.
I)an ini, tentunya, harus rnenghindar dari padangan masyarakat.
Contohnya adalah wudl-runya Abu Hurairah karena dia berpen-
dapat l-rahwa anggota tubuh yang disunnahkan untuk dibasuah adalalt
dua tangan sampai ketiak. Dasarnya adalah hadis, "Cahaya putih pada
orutlg rrrttkrnin. ahan tampah pada anggota tubu.h yang terkena wudhu."
(HR. tsukhari dan Muslim) Akan tetapi, kemudian dia sadar bahwa
pendapat ini tidak populer. Sehingga, ia pun wudhu dengan sembunyi-
sembunyi. I)an akhirnya, masyarakat pun tahu ia berwudhu. Karena
terlanjur diketahui, rnaka Abu Hurairah berkelit, "Jika aku menyadari
kalian ada di sini, tentu aku tidak akan berwudhu seperti itu."
Jika dengan menghindarkan diri dari dipastikan akan ada dosa
yang harus dilakukan dengan menghindarkan diri dari gosip masya-
rakat, maka tidak perlu menghin-darkan diri dari gosip itu. Meninggal-
kan dosa lebih wajib daripada menghindarkan diri dari gosip masyara-
kat, karena taat kepada Allah dan Rasul-Nya itu lebih utama dari
segalanya. Rasulullah s.a.w. bersabda,

,t
. I o, 1,
r--9 c ,Jl
JJ I>-9
a;uJr u*i1

"Sesungguhrtya taat itu hanya dalam perhara kebaihan. (al-


ma'rfrfl." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ber'firman, "Kentttdian Kami jadikan enghau di atas sebuah
syariat dari urusart (aganru). Ihutilah syariat itu dart. jangan mengi,ku.ti
nafsu orang-orclng yang tidak nrcngerti. Sesttngguhnya mereka tidak
ahan rLarrLpu meli.rudurtgimu sedihitpurt. dari (sihsa) Allah." (QS AI-
JAtsiyah: 18-19)
Menghindarkan diri dari celaan manusia kadangakala menyeret
seseorang ke dalam neraka karena telah mengorbankan kebenaran.
Contoh seperti itu adalah kasus paman Nabi Muhammad s.a.w., Abi

218 Fikrh Akhtak


Thali[:, ketika Rasulullah berkata kepadanya, "Katakanlah,,Ticlak ada
Tuhan selaian Allah,'maka aku akan bersaksi clengannya unl,ukrnu
pada hari Kiarnat." Abi rhalib berkata, "Andai orang-orang euraisy
tidak mencelaku dengan mengatakan, 'dia berbuat itu karena keta-
kutan,' aku aka. bersaksi atas itu (syahadat) di hadapan engkau.',
Kemudian Allah berfirman, "sesunggultnya engkatt tidah ahan ntantpu
ntemberi petttrtjuk kepada orang yang engkau cintai. Attah rnernberihan
petunjuk kepada orong yang Ia hehendaki. Dia Mahatahu ahan orang-
orang yang mendapat peturlalr." (QS. Al-eashsash: E6)ae
Rasulullah s.a.w. bersabda,

t'"f AA'^;L.* €y',i )*.c :a: , .-6,- o/o


G

qi.! ,-l ;Jl


J
n
JLJI
// k ir"St

"Bahaya dua ekor srigala lapar yang dilepas d.i tengah sekau.ru-
nan kambing tidale lebih dahsyat daripada bahaya urrtbisi
seseora,ng akan harta dan penghormatan bagi agamanya.', (HP..
Ahmad dan Tirmidzi)
Lihatlah, apa yang dilakukan oleh ambisi akan harta dan peng-
hormatan terhadap agama! Ambisi itu akan merusak dan rnenghan-
curkan agama, sebagaimana srigala lapar akan mengoyak-oyak scka-
wanan kambing!
Jangan Anda berambisi mendapatkan harta dan penghormatan
dengan mengorbankan agama! Ambisi terhadap harta akan menyeret
orang melakukan perbuatan haram dan merampas hak orang lain.
Dan ambisi terhadap penghormatan akan membuat orang bungkam
dari kebenaran, jatuh ke dalarn sikap pamer (riyd.,) dan cenderung
berbasa-basi!

Fikih Akhlak I ,r,


f

MENEMPATI(AN ORA}IG LAIN SESUAI


POSISINYA

Sebagai tambahan dari penjelasan di atas, kami menegaskan


bahwa manusia memiliki posisinya masing-masing. Ada yang diting-
gikan oleh Allah dan ada yang direndahkan oleh-Nya. Allah membe-
rikan pangkat dan jabatan kepada orang tertentu dan mencopotnya
dari orang lainnnya. Allah meberikan harta dan anak kepada orang
tertentu dan tidak memberikan kepada yang lain. Allah meberikan anak
wanita kepada orang tertentu, memberikan anak laki-laki kepada yang
lain dan memberikan kemandulan kepada orang tertentu. Semua itu
adalah nikmat dan ujian yang disediakan oleh Allah bagi hamba-
hambaNya. Allah menjadikan sebagian hamba-Nya sebagai ujian bagi
hamba yang lainnya. Orang kaya menjadi ujian bagi orang miskin
dan orang miskin menjadi ujian bagi orang kaya. Orang kuat menjadi
ujian bagi orang lemah dan orang lemah menjadi ujian bagi orang
kuat. Rakyat menjadi ujian bagi pejabat dan pejabat menjadi ujian
bagi rakyat. Semua itu sesuai dengan firman Allah, "Dan Kami jadikan
sebagian halian menjadi ujian bagi sebagian yang lain. Apakah halian
bersabar?" (QS. Al-Furq6n: 20)
Allah berfirman, "Dan Karni rnengangkat sebagian mereka
beberapa d.erajat di atas sebagian yang lain agar sebagian mereka bisa
menjadikan sebagian yang lain sebagai bawahan. Dan rahmat Tuhan-
mu lebih baik dari apa yang kalian kumpulkan " (QS. Az-Zukhruf:
32) Semua golongan manusia memiliki hak dan kewajiban masing-
masing.

28o I ritin Akhrak


Seorang hamba hendaknya memperhatikan hak-hak orang lain
dan memenuhinya. Dengan demikian dia akan mendapatkan ridha
Tuhannya dan cinta hamba-hamba yang lain. Semoga Allah membantu
kita dalam memenuhi hak-hak orang lain.
Berikut ini sebagian sikap Rasulullah s.a.w. dalam menjelaskan
bagaimana beliau menempatkan orang lain sesuai posisinya:
Abu Bakar r.a. bersama ayahnya, Abi Quhafah, datang kepada
Rasulullah s.a.w., kemudian beliau berkata kepada Abu Bakar, "Jika
enghau biarkan orang tua ini di rurnahnya, tentu kami akan mendata-
nginya, harena penghormatan kepada Abu Bahar." (HR. Ahmad)
Rasulullah s.a.w. menempatkan Abu Sufyan sesuai dengan
kedudukannya sebagai tokoh Quraisy. Beliau berkata ketika terjadi
pembebasan kota Mekah (Fathu Mahkah),

... t ',- otA ,i


6/
'1. . o .
ttt I>) .'-c ...
:,Je

"Barangsiapa masuk he rumah Abu Sufyan, maka dia ahan


anlan." (HR. Muslim)
Demikian pula Rasulullah menempatkan Sa'ad ibn Mu'adz sesuai
dengan kedudukannya sebagai tokoh suku Aus. Ketika Sa'ad ibn
Mu'adz datang untuk memimpin orang-orangYahudi Bani Quraizhah,
Rasulullah berkata kepada orang-orang Anshar, "Berdirilah (karena
penghormatan) kepada tokoh kalian." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Rasulullah s.a.w. mengirim surat kepada Heraclius, dalam
surat itu beliau berkata,

a
6/ t o
1
)l 4-r
(Jr
I zz

t) .lJl + J^---.
6,.
q t')l ;*|r ^tst
o

f,
pr'# ,Pf
,o

"Dengan nanld Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penya-


yang. Dari Muhamrnad, hamba Allah dan utusan-Nya, kepada
Heraclius, pembesar Romawi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhtak Ltt


Adakalanya Anda tidak layak menerima kedatangan orang lain
hanya dengan memakai pakaian sehari-hari. Sebaiknya Anda memakai
pakaian yang bersih dan dan bagus dalam menyambut tamu-tamu
Anda dan dengan keceriaan. Pakaian yangAnda pakai dalam menerima
tamu dapat mempengaruhi perasaan tamu Anda. Oleh karenanya,
gunakanlah pakaian yang bagus di hadapan mereka agar kesan mereka
terhadap Anda bagus pula.
Adapun terhadap orang-oran gyang sering bertemu dengan Anda
sebagai teman berbincang-bincang dalam keseharian, maka Anda tidak
perlu memoles diri dengan pakaian yang bagus di hadapan mereka.
Mereka lebih tahu tentang kepribadian Anda di balik berbagai pakaian
yang Anda kenakan.

Menghormati Anak Kecil


Dari Aisyah r.a., "Aku bermain anak-anakan wanita di sisi
Rasulullah. Bersamaku ada teman-teman wanita yang ikut bermain.
Jika Rasulullah masuk, mereka berqembunyi di balik tabir. Kemudian
Rasulullah justru memerintahkan mereka untuk bermain bersamaku
dengan santai." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullh s.a.w. juga memperhatikan orang-orang yang kurang
normal (safih). Jangan Anda memberi harta kepada orang yang tidak
normal yang kemudian dia akan menggunakan harta itu sekehendak
hatinya. Dia akan menggunakan harta itu dengan sia-sia. Anda juga
jangan menghalanginya untuk menikmati kehidupan seperti orang
lain. Allah berfirman, "Jangan memberikan harta kalian kepada ordng-
orang kurang normal; harta yang Allah jadihan kalian sebagai
penanggung jawabnya. Berikanlah rezki rnereka dari harta itu dan
berikanlah mereha pakaian. Ucaphanlah kepada mereha kata-kata
yang baik." (QS. An-Nis6': 5)

2s2 L,n,n Akhtak


HAK ORANG TUA

Orang tua punya hak. Hak mereka adalah dihargai dan


dihormati. Inilah ajaran yang datang dari Sunnah Rasulullah s.a.w.
Rasulullah s.a.w. bersabda,

u:*; fr;u;,f U;'l';L';


"Tidah termasuh golongan kami orang yang tidak menghargai
hak orang tuadantidah menyayangi anah muda." (HR.Ahmad
dan Bukhari dalam ol-Adab al-Mufrad.)
Perhatikan kalimat tidak termasuk golongan kami (laisa minA).
Kalimat ini biasa digunakan untuk orang yang melakukan dosa-dosa
besar. Rasulullah bersabda, "Tidah termasuh golongan kami, orang
yang ntenampar-nampar pipi, mengoyah-oyak baju dan teriah dengan
teriahan jahiliah (karena ditinggal rnati oleh salah satu heluarganya)."
(HR. Bukhari dan Muslim) Kalimat tidah termasuk golongan kami
(laisa minA) digunakan untuk orang yang tidak menghormati orang
tua, sebagaimana digunakan untuk orang yang menampar-nampar
pipi ketika ditinggal mati oleh seseorang yang dicintai. Ini termasuk
dosa besar.
Rasulullah s.a.w. berkata, "Aku bermimpi bersiwakan, kemudian
datang dua orang kepadaku. Yang satu lebih tua dari yang lain. Aku
memberikan siwak kepada orang yang lebih muda. Namun ada suara
yang mengatakan,'Dahulukan yang tua!' Maka aku memberikannya
kepada yang lebih tua." (HR. Bukhari)

Fikih Akhlak Lt,


Rasulullah s.a.w. bersabda,

oljt,b+At&
"Anak muda harus lebih dahulu memberi salam kepada orang
tua." (IIF-. Bukhari)
Hadis-hadis di atas, dan banyak lagi yang lainnya, sangat jelas
menunjukkan hak orang tua atas orang muda. Sayangnya, adab ini
banyak kita lupakan. Padahal, sudah berapa kali orang tua bersujud
kepada Allah? Berapa banyak mereka mengucapkan tahlil dan tasbih?
Berapa banyak mereka telah mengantarkan jenazah? Berapa banyak
mereka menjenguk orang sakit? Berapa banyak kesabaran mereka
dalam menghadapi ujian? Berapa banyak mereka bersyukur atas
nikmat? Cukup bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk
menghormati mereka.
Anda, wahai orang tua... Tempatkan diri Anda pada posisi yang
Allah tentukan untuk Anda. Anda orang yang lebih tua, lebih matang
dan lebih banyak pengalaman dalam kehidupan. Anda adalah orang
yang lebih berwawasan dan lebih sabar.
Inilah yang seharusnya terjadi pada diri Anda, wahai orang tua.
Jadilah orang yang berakhlak sesuai dengan kelebihan di atas.
Perlakukan anak muda dengan kasih sayang dan kesabaran. Jadilah
ayah yang hangat dan guru yang penyayang bagi mereka. Bimbinglah
mereka kepada kebaikan dan kebenaran.

Tahu Diri
Dari Sahal ibn Saidi r.a., "Rasulullah s.a.w. pergi menuju Bani
Amru ibn Auf untuk mendamaikan mereka. Ketika datang waktu shalat,
seorang tukang adzan mendekati Abu Bakar r.a. dan berkata, ,Apakah
engkau akan mengimami shalat orang-orang?, Abu Bakar menjawab,
'Ya.'Kemudian Abu Bakar shalat bersama mereka. Di tengah shalat
mereka, Rasulullah datang dan berhenti di dekat barisan makmum.
Para makmum menepuk tangan (untuk mengingatkan Abu Bakar akan

2U I
I

Fikih Akhtak
kedatangan Rasulullah), namun Abu Bakar tidak menoleh. Ketika
semakin banyak makmum yang menepuk tangannya, Abu Bakar baru
menoleh dan melihat Rasulullah. Lalu Rasulullah memberikan isyarat
kepada Abu Bakar untuk tetap di tempatnya (tetap jadi imam). Abu
Bakar lalu mengangkat kedua tangannya dan memuji Allah atas
perintah Rasulullah kepadanya. Namun Abu Bakar mundur sampai
sejajar dengan barisan makmum, dan Rasulullah maju mengimami
shalat. Setelah selesai dari shalat, Rasulullah bertanya kepada Abu
Bakar,'Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak tetap di tempatmu
ketika aku perintahkan?'Abu Bakar menjawab, 'Tidak pantas bagi
seorang anak Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) untuk shalat mengimami
Rasulullah!"' (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah ucapan Abu Bakar, tidak pantas bagi seorang
an.ah Abu Quhafah untuk shalat m.enginxdmi Rasulullah!
Demikian halnya ucapan Umar ib Khaththab r.a., "Jika aku
maju, kemudian engkau penggal leherku, itu lebih aku sukai daripada
aku harus memimpin sebuah masyarakat yang di dalamnya ada Abu
Bakar." (Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannafl

Fikih Akhtak L,t


MEMPERHATII(AN KONDISI DALAM
MEMILIH TOPIK PEMBICARAAN

Sebagaimana dikatakan, setiop topik pembicaraan memitiki


tempatnya masing -masing.
Dalam acara pernikahan, jangan Anda berbicara dengan orang
lain tentang kematian dengan alasan mengikuti perintah Rasulullah
s. a.w., " S e r i ng s e ring lah me ng ing at p e ng hanc ur hel ez at a n ( mat i). " (Id.P-.
-

Nasai)
Ali ibn Abi Thalib r.a. berkata, "Aku adalah laki-laki yang sering
keluar madzi.'' Aku malu bertanya kepada Rasulullah soal itu karena
posisi putrinya (istri Ali). Maka aku memerintahkan Miqdad ibn Aswad
untuk bertanya kepada beliau. Beliau menjawab, ,(Katakan kepada
Ali,) basuhlah kemaluannya'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bertanya tentang sesuatu yang dibutuhkan adalah dianjurkan.
Akan tetapi, jika pertanyaan itu bisa disampaikan dengan cara yang
tidak menyinggung rasa malu, maka lebih baik lagi. Ali adalah suami
Fatimah putri Rasulullah. oleh karena itu, dia merasa maru untuk
bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan persetubuhan
kepada beliau.
Dari hadis ini para ulama menyimpulkan bahwa suami tidak
diperkenankan berbicara tentang persetubuhan dengan istrinya di
depan keluarga istrinya. Hal ini tidak diperkenankan karena akan
mgnyinggung rasa malu keluarganya. Akan tetapi jika ada kemas-
lahatan dalam menyebutkan perkara yang berkenaan dengan
persetubuhan di hadapan kaum wanita, maka hal itu diperbolehkan.

286 I ritin Akhtak


JANGAN MEMANDANG KESALAHAN ORANG
LAIN

Setiap manusia pasti pernah berdosa. Beberapa dalil menun-


jukkan hal itu.
Allah berfirman, "Andai Allah menghukum manusia sebab
kezaliman mereka, maka tidak akan ada lagi satu makhluk pun di
muka bumi ini." (QS. An-Nahl: 61)
Allah berfirman, "Manusia diciptakan dalam. keadaan lernah."
(QS. An.Nis6': 28)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

tgrl c .9 tl t.i . ) 2, tgl


€--l) i-r;l q::J) c .. . 7 t,- ., , '.
l, ! f ) Jl:=:r! lr l J*r.Et
tt@l o ',. r,a'
A;U'r"ab$i itl LF:t
,

"Adam menentang, maha keturunannya rnenentang. Adam lupa,


maka keturunannya lupa. Adam bersalah, nxaka keturunannya
bersalah." (HR. Tirmidzi)
Rasululllah s.a.w. bersabda,

;;r) &rilt';,i t;,7'l'l :y. d €!t,


r+l
'# ^t)t ;t1'.;14 ui,'* i.,'.
o t7

Fikih Akhlak Lf,


"Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggam.an-Nya, Andai
halian tidah berdosa, Allah akan memusnahkan halian dan
mendatangkan makhluk baru yarug berdosa. Kemudian mereka
mohon dmpun kepada Allah dan Allah akan mengampuni
mereka." (HR. Muslim)
Jangan beranggapan ada orang tertentu yang tidak pernah
berdosa. Orang yang bertakwa pun pernah berdosa, bahkan dosa besar.
Allah berfirman, "Cepat-cepatlah kepada o,nxpundn dari Tuhan kalian
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumiyang disediahan untuk
orang-orang yang bertaktDa." (QS. Ali Imran: 133) Kemudian Allah
menyebutkan sebagian dari sifat-sifat orang-orang yar:g bertakwa,
"Orang-orang yang jika melakukan perbuatan heji atau rnenzalimi diri
sendiri, mereha ingat Allah dan mohon afiLpun kepada-Nya. Tidak
ada yang menga.m.puni dosa, kecuali Allah. Mereha tidah terus berbuat
demikian (kekejian dan kezaliman) dan mereha mengetahui (sadar)."
(QS. Ali Imran: 135)
Jadi orang yang bertakwa pun pernah melakukan dosa. Hanya
saja mereka segera ingat Allah, bertobat, memohon ampun kepada-
Nya dan tidak mengulangi perbuatan keji lagi.
Jika seseorang jatuh pada perbuatan dosa besar, jangan Anda
membuatnya merasa putus asa dari rahmat Allah dan jangan Anda
menjadi pembantu setan dalam menghancurkannya. Ketika ada
seseorang berkata kepada laki-laki peminum khamr yang dihukum,
"Semoga Allah menghinakan engkau!" Rasulullah berkata kepada para
sahabatnya, "Jangan kalian menjadi penolong setan untuk menghan-
curkan saudara kalian!" (HR. Bukhari)
Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang, walau itu dosa besar,
jangan sampai membuat Anda lupa pada perbuatan baik yang pernah
dia lakukan. Allah adalah hakim yang adil yang menimbang segala
perbuatan dengan keadilan. Allah tidak akan pernah berbuat zalim
sedikit pun!
Saya yakin Anda setuju bahwa menuduh wanita mukminah yang
. menjaga diri melakukan perbuatan keji adalah dosa besar. Bahkan
tuduhan zina terhadap wanita baik-baik merupakan dosa yang akan

288 I
I

Fikih Akhtak
menghancurkan. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jauhilah tujuh dosa
besar yang menghancurkan!" Beliau ditanya, "Apa itu, wahai Rasulu-
llah?" Beliau menjawab, "...menuduh wanita-wanita baik dan mukmi-
nah." (HR. Bukhari)
Saya yakin Anda pasti setuju bahwa menuduh wanita yang lebih
baik dan lebih mulia, dosanya lebih besar pula. Dan Anda harus setuju
bahwa menuduh istri Rasulullah, Aisyah r.a., merupakan kejahatan
dan dosa yang sangat besar. Apalagi penuduh tidak memiliki bukti
yang memperkuat tuduhannya itu dan Allah membuktikan keboho-
ngan tuduhan itu dan menyatakan kesucian Aisyah dalam Kitab yang
dibaca di masjid-masjid, di jalan-jalan, di rumah-rumah... Benar, penu-
duh seperti itu telah melakukan kejahatan yang besar dan dusta yang
sesungguhnya.
Sebagian dari orang-orang yang menuduh Aisyah adalah Misthah
ibn Utsasah, kerabat Aisyah dan kerabat Abu Bakar, ayah Aisyah.
Misthah adalah orang miskin yang dibiayai oleh Abu Bakar karena
hubungan kerabat dan kemiskinannya. Mengapa dia menuduh Aisyah
yang masih kerabatnya? Dia tidak melihat sesuatu yang bisa dijadikan
bukti kebenaran tuduhannya. Dia tidak memiliki bukti itu. Sedang
Aisyah adalah wanita yang suci dan bertakwa. Dia adalah istri
Rasulullah s.a.w. Misthah menuduhnya melakukan perbuatan keji
dengan seorang laki-laki saleh, yaitu Shafivan ibn Mu'thal r.a.
Siapa yang membebaskan Aisyah dari tuduhan itu? Dialah Allah
yang membebaskan Aisyah dan menegaskan kebohongan para
penuduh itu.
Walau kejahatan itu telah merendahkan harga diri Aisyah, Abu
Bakar, Rasulullah, dan bahkan kaum muslimin seluruhnya, karena
Misthah menuduh istri Rasulullah, tapi Misthah memiliki kebaikan yang
tidak bisa dilupakan begitu saja. Dia adalah seorang muslim, dia ikut
berhijrah di jalan Allah dan dia ikut dalam perang Badar bersama
Rasulullah. Walau dia telah melakukan satu keasalahan dan dosa
besar, namun kebaikan dan haknya tidak akan dilupakan, ketika
kebebasan Aisyah telah terbukti dan Misthah telah mengakui kesala-
hannya. Pintu tobat dan ampunan akan selalu terbuka untuknya.

Fikih Akhlak L,,


Allah berkata kepada orang-orang beriman dan Abu Bakar yang
putrinya dituduh, "Orang-orang yang memilihi kelebihan dan
kemudahan (dalam harta) jangan bersumpah untuk tidak memberi
bantuan hepada kerabat, orang-orang miskin dan orang-orang ye,ng
hijrah di jalanAllah. Maafkanlah dan lupakanlah (kesalahan mereha).
Bukankah kalian senang Allah mengampuni kalian? Dan Attah Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang." (QS. An-NOr: 22)
Itulah rahmat, keadilan dan bimbingan dari Allah kepada
kemuliaan dan kelapangan dada. Laki-taki itu (Misthah) adalah masih
kerabat Abu Bakar. Dia orang miskin. Dia seorang yang ikut hijrah.
Mengapa engkau tidak memaafkannya, wahai Abu Bakar, sedang
engkau adalah orang mulia dan orang mampu? Maafkanlah dia, wahai
Abu Bakar! Bukankah engkau suka Allah mengampunimu, wahai Abu
Bakar? Putrimu telah dibebaskan oleh Allah dari tuduhan itu. Maka
maafkanlah dan berlapang dadalah!
Ketika ayat di atas belum turun, Abu Bakarberkata, "DemiAllah,
aku tidak akan memberi biaya kepada Misthah, sejak hari ini!,,
Kemudian turunlah ayat di atas. Mendengar ayat itu, Abu Bakar
berkata, "Demi Allah, aku tidak akan berhenti membiayai Misthah!,,

Nabi Musa a.s.


Dia membunuh orang yang tidak diperintahkan untuk dibunuh.
Dia melempar dan memecahkan lembaran firman Atlah (at-atwdh).
Dia mencengkeram dan menarik kepala saudaranya (Harun). Walau
demikian, dia termasuk rasul-rasu,l Ulul Azmi. Dia sabar, sebagaimana
dirindukan Rasulullah s.a.w. ketika disakiti,

F tu ,4k'trq\f'r3 d-f
t)
Axt
ei
"Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari ini dan
dia sabar." (HR. Bukhari dan Muslim)
Musa diuji dengan Firaun, penguasa yang menyembelih kaum
laki-laki, mempermalukan kaum wanita, menyiksa orang-orang yang

2m I I

Fikih Akhtak
menentangnya dengan menyalibnya di batang pohon kurma dan
memotong tangan dan kaki mereka secara menyilang. Musa sangat
disakiti oleh Bani Israel. Ibunya terpaksa melepasnya di sungai ketika
dia masih kecil. Musa mengajak kembali dan mengesakan Allah. Dia
mengalami kr.sulitan yang sangat berat dalam dakwahnya.
Semua rtu merupakan sejarahnya yang tidak bisa dilupakan. Itu
merupakan gunung-gunung kebaikan dan lautan kemuliaan yang tidak
mungkin diabaikan,

"Jika seorang kekasih melakukan satu kesalahan,


maka kebaikan-kebai kannya a kan menjadi penghapus kesalahannya"

Musa dimaafkan dari kesalahan membunuh. Musa dimaafkan


dari kesalahan melempar lembaran wahyu (al-alwd,h). Musa dimaafkan
dari perbuatan kasarnya terhadap saudaranya. Musa adalah hamba
Allah yang sangat serius menghadap kepada-Nya. Allah mengajaknya
berbicara secara langsung. Allah memilihnya sebagai pembawa risalah
dan firman-Nya di tengah masyarakatnya.

Tutupi Kesalahan Orang lain!


Membeberkan kesalahan orang lain adalah perbuatan dosa.
Menutupi kesalahan orang lain adalah perbuatan yang akan
mendapat pahala dan penutup bagimu pada hari Kiamat. Harga diri
mereka adalah harga dirimu. Membuka aib mereka sama dengan
membuka aib dirimu sendiri. Orang-orang Islam adalah satu jasad.
Hati-hatilah, jangan membukan aib orang lain dan menyebarkannya.
"Sesungguhnya orang-orang yang senang membeberkan aib orang-
orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan
akhirat. Allah Maha Mengetahui dan kalian tidak mengetahui." (QS.
An-Nflr: 19)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

yqt{, ,ist ip, UI'r'ffu' 3.J (t" \:t :U t


,

Fikih Akhlak L,,


"Orang yang ffLenutupi aib orang lain di dunia, Allah ahan
menutupi (aib)nya pada hari Kiamat." (HR. Muslim)

Tutuplah Aib Anda!


Jika Anda melakukan maksiat karena Ialai, maka
sembunyikanlah dan jangan bicarakan kepada orang lain.
Membicarakan maksiat yang Anda lakukan kepada orang lain adalah
suatu dosa. Apalagi jika kemudian membuat Anda terkenal dengan
kemaksiatan itu. Yang demikian itu akan menjadi penghalang pintu
menuju Allah.
Rasulullah s.a.w. bersabda,

tf ;,lt;Jjr A o{-t al.a$ rit 6,tiJ ,if k


t' iut f, 3i') '?+:-,; t3 ..11lU b"St'$;
i,,u'ot:. $:) t*i ;* r rn, t' iui' o i
o-/. t
X
,*yt f *-ry_)A;)
)o. {,. ., ,' c .tz .t&.

"Semu.a umatku (yang bersalah) pasti dimaffian, kecuali orang-


orang yang nxeffLbeberkan (kesalahannya kepada masyarakat
tanpa perasaan bersalah). Orang yang membeberkan
kesalahannya adalah orang yang melahukan satu perbuatan
(dosa) di malam hari, hemudiaiz masuk pagi hari dan Allah
menutupi kesalahannya itu. Namun kemudian dia bercerita
kepada ord,ng lain,'Wahai Fulan, aku telah melahukan ini dan
itu tadi malam.' Allah menutupi perbutannya itu dan dia
membuka tutup itu di pagi hari." (HR. Bukhari dan Muslim)

292 L,n,n Akhrak


MENGAJAK MANUSIA UNTUK BERBUAT
BAIK

Bab ini berbicara tentang sesuatu yang sangat positifdan sangat


mempengaruhi pertumbuhan potensi baik dalam diri manusia dan
mendorongnya melakukan kebaikan. Dan untuk melakukan perbu-
atan baik akan ditemukan banyak jalan.
Kadangkala upaya mengajak manusia untuk melakukan
perbuatan baik bisa dilakukan dengan mengingatkan kebaikannya,
kebaikan orangtuanya dan kebaikan nenek moyangnya. IJmpamanya,
Anda ucapkan kepada seseorang, "Wahai anak ulama, Ayahmu seorang
ulama, kakekmu seorang ulama dan rumahmu adalah rumah ilmu.
Lanjutkanlah jejak nenek moyangmu membawa ilmu." Atau Anda
katakan kepada orang yang diharapkan untuk tampil dalam berjuang,
"Wahai anak pahlawan, maju dan berjuanglah!" Atau Anda katakan
kepada seseorang yang diharapkan untuk memberi santunan kepada
orang miskin, "Wahai anak orang pemurah, bersedekahlah. Ayahmu
dulu membangun masjid, pamanmu membangun rumah sakit dan
kakekmu selalu berbuat kebaikan." Dengan kata-kata seperti itu orang
akan tersentuh untuk berbuat baik.

Contoh-contoh dalam al-Qur'an


"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menda-
hului Altah d.an Rasul-Nyo." (QS. AJ-IIujurAt: 1) Wahai kalian yang
beriman kepada Allah, percaya terhadap Rasul-Nya, akhirat dan al-
Qur'an, janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya!

Fikih Akhlak L,,


"(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-
sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba yang banyak bersyuhur."
(QS. Al-Isr6': 3) Maksudnya, "Wahai keturunan orang-orang saleh,
yang ditumpangkan oleh Allah dalam perahu bersama Nuh, ingatlah
akan kesalehan ayah-ayah kalian. Semua orang yang ikut dalam perahu
Nuh adalah orang beriman. Jadilah kalian orang-orang yang bersyukur
seperti Nuh yang merupakan hamba yang sangat bersyukur.
"Wahai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku
anugerahkan kepada kalian dan (ingatlah) bahwa Aku telah melebih-
kan halian atas segalanyo." (QS. Al-Baqaraht 4T) Wahai putra-putra
nabi yang saleh, Israel (Ya'kub), jadilah orang-orang yang saleh seperti
ayah kalian. Aku (Allah) telah memberi keutamaan kepada kalian
melebihi umat-umat lain di dunia ini.
Juga ucapan kaum Maryam kepada Maryam, "Hai saudara
perernpuan Harun, ayahmu bukan orang jahat dan ibumu bukan
seorang pelacur." (QS. Maryam: 28) Maksudnya, "Wahai saudara
perempuan orang baik (Harun), saudaramu itu adalah orang baik,
ayahmu termasuk orang baik, bukan orang jahat, dan ibumu bukan
seorang pelacur. Sepatutnya engkau menjadi wanita yang beriman,
terhormat dan baik. Engkau tidak pantas melakukan perbuatan dosa
kecil, apalagi dosa besar!"
Demikianlah cara mengajak orang lain untuk berbuat baik,
dengan menyebut kebaikan yang pernah dilakukan oleh nenek moyang
mereka.
Jika Anda berkata tentang hal-hal buruk dan jahat yang pernah
dilakukan oleh nenek moyang mereka, tentu mereka tidak akan pernah
mendengar dan mengikuti apa yang Anda perintahkan. Jika itu Anda
lakukan, apakah mungkin mereka akan mencintai Anda?!
Ketika Ibnu Abbas r.a. datang kepada Jabir r.a. untuk menuntut
ilmu, dia berkata, "Wahai sepupu Rasulullah, apa (ilmu) yang datang
kepadamu?" Jabir berkata kepadanya, "Mengapa engkau tidak mengu-
tus seseorang agar aku datang kepadamu?" Ibnu Abbas menjawab,
"Aku lebih pantas untuk datang kepadamu." (HR. Darimi) Inilah adab!

294 I
I

Fikih Akhlak
Oleh karena itu, Anda harus memperingati orang yang Anda
ajak berbicara akan hubungan yang mengikatmu dengannya dan
menyatukan Anda dengannya. Ia akan mengingat hubungan itu,
kemudian orang itu menjadi lunak di hadapanmu, insya Allah. Para
nabi dan orang-orang mulia menggunakan cara-cara itu dalam berbi-
cara dengan orang. Oleh karenanya, Anda menemukan para nabi
mengucapkan, "Wahai kaumku, wahai kaumku."
Harun berkata kepada Musa, "Wahai putra ibuku, jangan engkau
memegang (merenggut) jangguthu dan jangan pula kepalahu." (QS.
Thdha:94)
Al-Khalil Ibrahim a.s. berkata kepada ayahnya, "Wahaibapakku,
janganlah enghau menyernbah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya
ahu khawatir engkau akan ditimpa sihsa dari Tuhan Yang Maha
Pemurah, maha englzau menjadi hawan bagi setan." (QS. Maryam:
44-45)
Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kaumnya dari orang-orang
Quraisy, "Katahanlah,'Aku tidah meminta upah hepada halian atas
seruanku, hecuali hasih sayang dalam heheluargaon'." (QS. Asy'
Syffrd:23) Yakni kecuali kalian memelihara hubungan kekeluargaan
yang ada antara aku dan kalian dan kalian mengasihi aku sehubungan
dengan kekeluargaan itu.
Beliau mengatakan tentang Sa'ad ibn Abi Waqqas r.a., "Ini
adalah pamanku, maha hendaklah orang menunjukkan kepadaku
akan pamannya."
Dan Nabi Yusuf a.s. menggunakan ikatan persahabatan di
penjara dalam berbicara dengan orang-orang yang bertanya. Beliau
berkata kepada mereka berdua, "Wahai dua penghuni penjara, adakah
tuhan-tuhan yang berrnacam-ntacaffL itu lebih baik, ataukah Allah
Yang Maha Esa lagi Mahaperka.so." (QS. Yusuf: 39) Kemudian Yusuf
berkata lagi, *Hai kedua penghuni peniara, adapun salah seorang di
antara halian berdua, maka akan memberi minum tuannya dengan
hhamr; adapun yang seorang lagi, maka ia akan disalib, lalu burung

Fikih Akhlak | ,rt


mem.ahan sebagian dari hepalanya. Telah diputuskan perkara yang
halian berdua menanyakannya (hepadaku)'." (QS. Yusuf: 41)
Peringatan kepada orang kadang kala perlu diiringi dengan
menyebutkan kebaikan dan kebajikan mereka atau kebajikan yang
dilakukan oleh ayah-ayah mereka. Oleh karena itu, Rasulullah
bersabda kepada Abbas saat perang Hunain, "Hai Abbas, panggillah
orang-orang Surnrah." Arti Sumrah sendiri adalah pohon tempat kaum
Anshar berbaiat kepada Nabi, yang kemudian terkenal dengan nama
Baiatur Ridhwan.
Peringatan juga perlu dengan menyebut kebajikan atau
perbuatan terpuji orang yang diingatkan. Bukhari meriwayatkan dari
Abu Hurairah, ketika Abu Hurairah bertanya kepada beliau, "Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu
padahari Kiamat?" Rasulullah menjawab, "Aku pikir, haiAbu Hurairah,
tak ada orang yang lebih dahulu bertanya tentang hal ini daripada
engkau, setelah aku melihat kesungguhanmu (dengan pertanyaan itu).
Sungguh orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari
Kiamat adalah orang yang mengucapkan, 'Ld ildha illa-lld,h'dengan
ikhlas dari dalam jiwanya." (HR. Bukhari)

296 L,o,n Akhrak


o RAN G *HIf ,ffi i5ffi ;f'YttHKE
Seorang mukmin seharusnya menjadi orang yang cerdas, baik
dan pandai. BiIa ia terjerumus dalam satu kesalahan atau kekeliruan,
maka tidak akan terjerumus sekali lagi. Nabi s.a.w. bersabda,

;;:; bt);J'ur*It Ltd


"seorang muhmin tidak akan tersengat (oleh binatang yang
terdapat) dalam satu lubang dua kali." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam hadis ini ada peringatan bagi seseorang agar tidak lalai.

Fikih Akhlak L,,


JANGAN MERENDAHI(AN ORANG LAIN!

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum n'Leren-


dahkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang direndah-
han) lebih baik dari mereka (yang merendahkan)..." (QS. Al-Ilujur6t:
11) Yakni, jangan merendahkan orang atau kaum tertentu. Meremeh-
kan dan memandang hina orang lain termasuk kesombongan.
Rasulullah s.a.w. bersabda,

) lc o/
ii t-.Jltp[r,t
c, o -z
t, -
-4.
u W. os
;S oii Ju:" dli ,J t)
, a / , . ./

*Tidak ahan rnasuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat


sebutir debu dari kesombongan." (IJR,. Muslim)
Kesombongan, walau hanya sebesar sebutir debu, akan mengha-
langi orang untuk masuk ke dalam surga. Rasulullah s.a.w. bersabda,

,t6t L:e)'pt p $lt


"Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain."
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim
dan dosa. Jika Anda meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan
Anda akan hilang dan Anda akan mendapatkan murka Allah.
Ingatlah sabda Rasulullah kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar
mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan

298 | ritit'' Akhrak


Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, "Sesungguhnya enghau
seora.ng yang di dalam dirimu m.asih ada sifat jahiliyah." (HR.
Bukhari)
Bukhari membuat bab tersendiri, dalam bukunya, yang memba-
has tentang ayat, "Hai orang-ordng yang beriman, janganlah suatu
haum merendahkan kaum yang lain (harena) boleh jadi mereka (yang
direndahkan) lebih baik dari mereka (yang merendahkan) dan jangan
pula wanita-wanita (merendahhan) wanita-wanita lain (harena) boleh
jadi wanita-wanita (yang direndahhan) lebih baih dari wanita (yang
merendahhan) dan janganlah halian mencela diri halian sendiri dan
jangan panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-
buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang-
siapa tidah bertobat, maka mereka itulah orang-ordng yang zalim."
(QS. Al-Ilujur6t: lf) Di dalam bab ini Bukhari menyebutkan dua
hadis:
1. Dari Abdullah ibn Zama'ah, "Rasulullah melarang orang rrlener-
tawahan (orang lain) karena sesuatu yang heluar dari dalam
tubuhnya." (HR. Bukhari)
2. Dari Abdullah ibn lJmar, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya
Allah mengharamkan (untuk dilanggar) atas kalian darah-darah
kalian, harta kalian dan harga diri kalian, sebagairnana haram-
nya hari kalian ini, dalam bulan ini, di hota ini." (HR. Bukhari) I

Termasuk bentuk meremehkan orang lain adalah meremehkan


I
mereka karena dosa dan kesalahan yang mereka lakukan. Apalagi jika
ternyata mereka telah bertobat dari dosa dan kesalahannya.
Firman Allah, "Bisa jadi mereka yang dirernehkan itu lebih baih
daripada merekayang meremehkan." (QS. N-IIdurAt: 11) Betul sekali,
mereka yang diremehkan bisa jadi lebih baik dan lebih mulia di sisi
Allah daripada mereka yang meremehkan. Orang yang paling mulia
di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Bisa jadi seorang sahaya lebih baik daripada tuannya di sisi Allah.
Bisa jadi rakyat lebih baik daripada pejabat. Bisa jadi pegawai lebih
baik daripada komisaris...

Fikih Akhlak L,
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang yang termulia di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Mahapandal." (QS. Al-Hujurdt: 13)
"sesungguhnya orang yd.ng datang hepada Tuhannya dalam
keadaan berdosa, baginya neraha Jahanam. Ia tidak mati dan tidak
hidup di dalamnya. Sedang orang yang datang kepada Tuhannya
dalam keadaan beriman dantelahberbuat berbagai kebaiikan, mereka
itulah orang-orang yang nTernperoleh posisi-posisi yang tinggi (mulia).
(Yaitu) surga Aden yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka
kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang member'
sihhan diri (dari hekafiran dan kemaksiatan)." (QS. ThAhdz 74'76)
"Orang-orang kafir itu jangan menyangh,a bahwa penangguhan
Kami untuh mereha adalah kebaihan bagi mereka. Sesungguhnya Kami
menangguhhan mereka supaya dosa mereha bertambah, dan mereka
mendapatkan siksa yang menghinakan." (QS. Ali Imran: 178)
*Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-
orang hafir. Mereka mernandang remeh orang'orang yang beriman.
Padahal, orang-orang yang bertahwa lebih mulia daripada mereha
pada hari Kiamat.' (QS. Al-Baqarah: 2L2)
Rasulullah s.a.w. ditanya, "Siapakah orang yang paling mulia?"
Rasulullah menjawab, "Orang yang paling bertakwa kepada Allah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Sahal ibn Sa'ad as-Saidi, "Seorang
laki-Iaki lewat di depan Rasulullah. Rasulullah berkata kepada seseo-
rang yang duduk di sisi beliau, "Bagaimana pendapatmu tentang orang
ini?" Orang yang di sisi Nabi itu menjawab, "I'a adalah orang dari
golongan terhormat. Demi AIIah, jika ia meminang, ia pasti diterima;
jika ia meminta bantuan, pasti dibantu." Rasulullah diam. Kemudian
lewat orang yang lain. Dan Rasulullah pun bertanya kepada orang di
sampingnya tadi, "Bagaimana pendapatmu tentang yang ini?" Orang
itu menjawab, "Wahai Rasulullah, dia orang dari golongan muslim yang
miskin. Jika ia meminang, pasti ditolak;jika ia minta bantuan, pasti
tidak ada yang membantu; jika ia berkata, pasti tidak ada yang
I

300 | ritin Akhtak


mendengarkan ucapannya." Kemudian Rasulullah berkata, "orang ini
(yang miskin) lebih baik daripada bumi dengan segala isinya dan orang
yang tadi (yang dari golongan terhormat)." (HR. Bukhari)
Dalam hadis ini mungkin orang miskin itu lebih baik agamanya
daripada orang yang dari golongan terhormat.
Dalam shahtbMuslim disebutkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda,

it k',5:e;$ €:* ;v P ri iirr o\

'5lc;Y,k)t
\' , J\- 7

"sesungguhnya Altah tidah melihat kepada rupa kalian, tidak


pula rnelihat harta kalian. Tetapi Allah melihat hati dan
perbuatan kalian."
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda,

' ,o 16 t
i:i,: ^)tt ;"'#l'IJ qt;.'ir,
Llu f^Jl ,-'J

"Banyak orang yang berpenampilan kumal, tah dipersilahkan


masuh dihadapan pintu-pintu rumah. Padahal iika ia
bersumpah, niscaya Allah ahan menerimanya."
Perhatikanlah bayi kecil yang bisa berbicara untuk mengukuhkan
kebenaran. Bukhari dan Muslim meriwatkan dari Abu Hurairah, "Nabi
s.a.w. bersabda, 'Hanya ada tiga bayi yang bisa berbicara ketiha rnasih
d.alam buaian...' Kemudian lanjutan hadis itu adalah, 'Ketika seorang
bayi sedang menyusu pada ibunya, lewatlah seseorang dengan
menunggang kud.a yang gagah dan berpenampilan menarik. sang ibu
berkata, 'Ya Allah, jadihanlah anakhu seperti orang ini.' Anak itu
sontah melepaskan mulutnya dari puting susu ibunya, melihat orang
itu d.an berhata, Ya Allah, jangan Engkau jadikan ahu seperti orang
itu!' Kemud.ian bayi itu hembali menyusu.' Aku (Abu Hurairah) berkata,
,Aku melihat Rasulullah menceritakan kisah itu dengan penuh
penghayatan. sampai-sampai, ketika berkata'bayi itu men5rusu" beliau

Fikih Akhlak Lo,


tanpa sadar mengisap jari jempol tangannya.' 'Kemudian (di hadapan
ibu dan bayi tadi) lewat banyak orang menggiring seorang sahaya
sambil memukuli dan memakinya, 'Engkau berzina dan mencuri!'
Sedang sahaya itu berkata,

c
/ o / \,
ts',Jt ti?--.
,,x
eJ ^'
'Allah mencukupi aku dan Dialah Pelindung yang paling baik'
Melihat itu sang ibu berucap, Ya Allah, jangan Engkau jadikan anakku
seperti dia.' Bayi yang digendong tersebut segera melepaskan puting
ibunya, menatap ke arah sahaya itu dan berkata, Ya Allah, jadikanlah
aku seperti dia.'Sang ibu bertanya kepada bayinya tentang apa yang
baru saja ia alami.6l Sang bayi menjelaskan kepada ibunya bahwa
sahaya wanita itu tidak berzina dan tidak mencuri. Sedang laki-laki
dengan kendaraan yang gagah itu adalah seorang penindas."
Firman Allah, "...dan jangan pula wanita-wanita (meremehkan)
wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diremehkan) lebih baik dari wanita (yang meremehkan)." (QS. A-
Hujur6t: 11) Ini berisi peringatan terhadap kaum wanita agar tidak
menyombongkan diri. Para wanita adalah "kurang daya nalarnya dan
agamanya",u'dan saling menyombongkan diri itu sering terjadi di
kalangan kaum wanita. Itulah alasan mengapa mereka disebut secara
khusus dalam ayat ini.

Ancaman Keras bagi Orang yang Melukai Perasaan


Orang Lain
Ketika Aisyah menyindir dengan, "Cukuplah bagimu Shafiah
seperti ini-bahwa Shafiah ini pendek-", Rasulullah menjawab,
"Engkau telah mencclntpur (perbuatanmu) dengan satu kata, yang jiha
engkau m.enca.rnpurkannya dengan air laut, niscaya air laut itu akan
berubah warnanya.'63
"Jangan kalian merendahkan diri sendiri dan jangan kalian
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk ..." (QS. Al-

3U2 I rimn Akhrak


Hqiurdt: 11) Ayat ini menjelaskan bahwa kalian tidakboleh menjelek-
jelekkan dan menghina saudara-saudara kalian, karena kalian dengan
mereka adalah ibarat satu tubuh. Orang yang menghina saudaranya
berarti menghina dirinya sendiri. Pengibaratan kaum mukminin itu
sebagai satu tubuh terdapat dalam firman Allah, "Ketika kalian mende-
ngar berita bohong itu, hendahnya orang-orang mukminin dan mukmi-
nah bersangha baih terhadap diri mereha sendiri dan (hendaknya)
berhata,'Ini adalah berita dusta yang jelas'." (QS. A'Nffr: 12)
Intinya, mereka harus berprasangka baik terhadap saudara-
saudara mereka.

Jangan Mengutuk!
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Seseorang tidak pantas menjadi
pengutuh (bagi kawannya).' (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

,.ri ,z o.t . .i o .
4Ir5 )# v3" P ,f
"Barangsiapa mengutuk seorang mukmin, maka ia seperti
me mb unu hny a. " (H'B,. Muslim)

Dalam Shahtbain disebutkan, dari Abu Dzar.Ia pernah mende-


ngar Rasulullah bersabda,

y'i {s 94'r\)-:t 'tr; q\r


o 6zo
o ot o

()liJl ut ;(lu
'aiy Gv"6;'f r.r! 4, O/

"setiap orang yang menuduh orang lain sebagai fasik dan kafir,
pasti tuduhan itu ahan berbalih hepadanya, jika yang dituduh
tid.ah seperti (yang dituduhkan) itu." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Suatu ketika pernah Rasulullah mendoakan keburukan atas
suatu kaum dan mengutuk mereka. Kemudian turun ayat, "Tidak

Fikih Akhlak LO,


-t

sedikitpun caffLpur tanganmu dalam urusan itu. Apakah Allah ntene-


rima tobat mereka atau mengazab mereka. Sesungguhnya mereka itu
orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran: 128)
Ibnu Umar mendengar bacaan Rasulullah s.a.w. ketika bangkit
dari ruku pada rakaat pertama shalat Fajar, "Ya Allah, kutuklah si
Fulan dan si Fulan", setelah membaca, "Sami'allah li man bamidah
rabband. laka al- bamd." Dankarenanya, turunlah ayat, "Tidak sedikit-
pun cam.pur tanganmu dalam urusan mereka itu. Apakah Allah
menerima tobat mereha atau mengazab mereha. Sesungguhnya mereha
itu orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran: 128)
"Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar yang
buruk." (QS. Al-IlujurAt: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa kita tidak boleh saling menyapa dan
memanggil dengan panggilan yang tidak disukai oleh yang bersang-
kutan. Sapaan dan panggilan itu harus yang menyenangkan hati yang
dipanggil. Misalnya, seseorang memanggil sesamanya dengan, "Hai,
kafir" atau "Hai munafik." Atau memanggil sesama muslim, "Hai
Yahudi" atau "Hai Nasrani." "Hai anjing","Hai babi", "Hai bego", "Hai
buntet", "Hai pincang", atau sapaan-sapaan yang menyinggung orang
yang bcrsangkutan. Jelas semua ini tidak diperkenankan!
Tirmidzi mcri'*'ayatkan dari Abu Jubairah ibn Dhahhak, "Seseo-
rang dari karni pun-va dua atau tiga nama, dan dipanggil dengan nama
yang paling tidak ia sukai, Ialu turunlah ayat di atas.
"Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah
irnan." (QS. Al-Ilujurdt: 11)
Adalah buruk sekali seseorang disebut kafir atau pezina setelah
ia menyatakan keislaman dan tobatnya.
Sejumlah ulama mengartikan ayat di atas sebagai "Orang yang
menggelari saudaranya dengan gelar yang menyinggung hati, yang
menyombongkan diri, atau yang menghinanya, adalah orang keji yang
seharusnya menyandang gelar keji itu." Jika gelar itu kemudian disan-
dang oleh orang yang telah menyatakan keimanannya, maka itu
sebuah tragedi yang sangat menyedihkan, tentunya.

ru I ritin Akhtak
Di sini penulis tegaskan bahwa Nabi s.a.w. pernah menyatakan,
,,Mencaci maki sesama muslim adalah heji, dan mentbunuhnya adalah

kehufuran." (HR. Bukhari dan Muslim)


Menurut Ibnu Hajar, hadis di atas menjelaskan betapa besar hak
seorang muslim, dan menerangkan bahwa orang yang mencaci maki
tanpa dasar yang benar adalah keji.
oleh karena itu, wahai hamba Allah, jangan pernah sekali-kali
mencaci, menghardik, mengejek dan memanggil dengan gelar yang
buruk. Yang demikian itu akan menyeretmu ke jurang kekejian setelah
kalian masuk dalam rombongan kaum mukminin. "Dan barangsiapa
(QS. Al-
tid.ak bertobat, maha mereka itulah orang-orang yang zalim."
Hujur6t:11)
Ayat ini merupakan harapan akan terbukanya pintu tobat setelah
(seseorang) berkutat di dalam lumpur kesalahan dan dosa. Ayat ini
seakan menyeru, "Hai orang yang sombong, yang menghina sauda-
ranya, yang memanggilnya dengan gelar-gelar yang menyinggung "',
ini pintu tobat, masih terbuka untuk kembali kepada Tuhan kalian,
melepaskan diri dari dosa, dan untuk memperbaiki tingkah laku kalian."
sedangkan yang menolak untuk kembali dan melepaskan diri
dari dosa, maka dialah orang zalim.
"Hai orang'orang yang beriman, jauhilah hebanyakan dari
prasangha, karena sebagian dari prasangha adalah dosa' Dan jangan
mencari-cari hesalahan orang lain. Jangan nlenggunjing sebagian
yang lain. Sukakah salah seordng di antara kalian memakan daging
saud.aranya yang sudah mati? Tentu halian n'Lerasa jiiilz melakuhan
itu. Dan bertahwalah kepada Allah. sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang."
Kata Nabi s.a.w.,

?ytiki,.,at"y ,po itt


"Jauhilah olehmu prasangka (buruh), karena prasangka
(buruk) itu pembicaraan yang paling d,usta."

Fikih Akhrak LOt


\

Itulah sebabnya, Anda harus berprasangka baik kepada sesama


mukminin. Inilah perintah dari Tuhanmu.,"Mengapa di waktu kalian
mendengar berita bohong itu orang-orang muhminin dan mukminah
tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (rnengapa tidah)
berhata,'Ini adalah berita yang jelas bohong'." (QS. An-Nfir: 12)

Jangan Berprasangka Buruk terhadap Kaum Mukminin


Allah berflrrman, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah keba-
nyakan dari prasangha, karena sebagian dari prasangha itu adalah
dosa." Perhatikan kata, "Jauhilah kebanyakan dari prasangka" dan,
"Karena sebagian prasangka itu adalah dosa." Allah tidak mengatakan,
"Jauhilah sejumlah prasangka" tapi, "Jauhilah hebanyahan dari pra-
sangka." Yang demikian itu agar orang menghindarkan diri dari
berprasangka buruk.
Sejumlah ulama mengatakan bahwa prasangka itu ada dua
macam: yang dosa, yaitu jika Anda berprasangka dan mengatakannya.
Sedang yang tidak dosa adalahjika Anda berprasangka dan Anda tidak
mengatakannya. Sebagian ulama berkata tentang firman Allah,
"Sesungguhnya sebagicln prasangka itu adalah dosa", yaitu berpra-
sangka buruk terhadap orang baik. Adapun orang-orang yang suka
melakukan keburukan dan kekejian, maka kita boleh berprasangka
buruk kepada mereka sesuai penampakan mereka. Banyak para ulama
yang berpendapat bahwa prasangka buruk terhadap orang yang
menampakkan kebaikan adalah tidak boleh, dan tidak ada halangan
berprasangka buruk terhadap orang yang menampakkan keburukan.
Ulama yang lain mengatakan, "Perbedaan prasangka yang merupakan
dosa dengan prasangka yang tidak merupakan dosa adalah karena
adanya sebab-sebab dan tanda-tanda. Jika sebab-sebab dan tanda-
tanda keburukan tidak ada pada seseorang, maka beprasangka buruk
terhadapnya adalah dosa dan harus dihindari. Jika terdapat sebab-
sebab dan tanda-tanda buruk pada seseorang, maka berprasangka
buruk terhadapnya bukan suatu dosa.
Firman Allah, "Janganlah kalian mencari-cari kesalahan ordng
lain." Jangan memata-matai oranglain, dan jangan menguntit mereka,

306 I
I

Fikih Akhtak
karena akhirnya mereka akan menjauhimu. Di samping itu Tuhanmu
dan Nabi-Nya telah melarang perbuatan itu. Nabi juga menyatakan,

t 7 , , .7. )
't z ,
|
"^-.*.*i U. l_".---:-j tt)
"Jangan mencari-cari dan memata-matai (hesalahan orang
lain)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Nabi s.a.w. yang lain, "Dan barangsiapa m.enguping
pembicaraan suatu kelompok yang nnereha tidak suka atau rnereka
sengaja agar (pembicaraannya) tidak didengar oleh orang lain, maha.
kelak di hari Kiamat di telinganya (orang yang rnenguping) akan
dituangkan cairan timah panas." (HR. Bukhari)

oa
,Jl as "te
)l '&'t*i ,/6t / o/4.
(}ril
?tr'rL

"Sesungguhnya bila enghau mengikuti (terlalu ingin tahu)


rahasia orang, maka enghau telah merusah mereha atau hampir
merusah nxereka." (HR. Abu Daud)

Fikih Akhtak L*
GHIBAH (MENGGUNJING)

Jangan Mengguniing Orang-orang Mukmin


"Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang
lain." (Al-Qur'an)
Ghibah adalah menggunjing orang lain dengan sesuatu yang ia
tidak suka, meski yang dibicarakan itu benar adanya. Rasulullah s.a.w.
menjelaskan, "Tahukah kalian, apakah ghibah itu?" Orang-orang men-
jawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu'" Nabi menjelaskan, "Pembi-
caraanmu tentang saudaramu yang ia tidak suka." Seseorang bertanya,
"Bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan itu benar-benar ada
dalam diri saudaraku?" Nabi menyatakan, "Jika padanya ada sesuatu
seperti yang engkau bicarakan itu, maka enghau telah mengguniing'
nya. Namun bila tidak ada, maka enghau telah memfitnahnya." (IJB,.
Muslim)
Allah berfirman, "sukahah salah seoro.ng di antara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian nxerasa
jijik melahuhan itu" (QS. Al-Huitrdtz L2)54

Jangan Sia-siakan Kebaikan Anda


Jangan sampai setan membawa dan menjerumuskanmu untuk
menggunjing orang-orang muslim dan membuatmu senang melaku-
kannya. Pada hari (khutbah) Idul Adha, Nabi s.a.w. menyatakan,
"sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian itu haram (suci)
di antara kalian, seperti sucinya hari kalian ini, di bulan kalian ini,
dan di wilayah kalian ini; dan hendaknya yang datang menyampaihan

308 |
I

Fikih Akhlak
(pesanhu) ini hepada yang tidah datang. Orang yang datang bisa jadi
ahan menyampaihan kepada orang lebih mengerti daripada dirinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
itu ialah orang yang tida.k nxeng-
"(YanE disebut) orang muslim
ganggu orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu, hati-hatilah agar jangan sampai menjelek-jelekkan
kehormatan saudaranya sesama muslim, "Karend riba yang paling
parah adalah (merusah) kehormatan orang muslim." (HR. Hakim)
Dalam M usnad Ahmad, dari Anas: Rasulullah bersabda, "Ketika
Tuhanku mengangkatku (mi'rdj), aku melewati sekelompok orang yang
mempunyai kuku-kuku dari kuningan, yang mencakar muka dan dada
mereka sendiri. Kemudian aku bertanya,'Siapa mereka itu, Jibril?'Jibril
menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang mema-kan daging sesama
manusia dan menjelek-jelekkan kehormatan mereka'."
Jika Anda mendengar seseorang menggunjing seorang muslim,
maka Anda harus membela saudaramu sesama muslim itu. Dari Abu
Darda, "seseorang memaki orang lain di depan Nabi. Kemudian seorang
yang lain lagi bersaksi membela. Kata Nabi, 'Barangsiapa bereaksi
membela kehormatan saudaranya, ia akan memiliki penutup dari api
neraka'." (Abdu Humaid dalam al'Muntahhab)
Hadis yang lain, "Tolonglah saudaramu yang menzalimi atau
yang dizalimi." Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, "Kami tahu
bagaimana menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana kita meno-
long orang y ang zalim?" Rasulullah menjawab, "(Dengan) mencegahnya
melakukan kezaliman."
Ada kata-katayangtidak secara tegas berarti menggunjing, tapi
bermakna menggunjing. Misalnya, "Semoga Allah memberinya petun-
juk." Maksudnya untuk menyinggung yang bersangkutan. Atau lagi,
"semoga Allah menyehatkan kita", "Kita memohon keselamatan kepada
Allah", atau "semoga Allah memudahkannya." Tapi maksudnya untuk
menyakiti perasaan. Kata-kata ini akan menyebabkan dosa bila dimak-
sudkan untuk menyinggung orang yang bersangkutan.

Fikih Akhlak L,
-

Ada kata-katayang baik tapi diucapkan pada waktu yang tidak


tepat. Misalnya, "Bertakwalah kepada Allah." Ini adalah kata-kata yang
baik. Tetapi ketika al-Khariji menegur Nabi, "Bertakwalah kepada
Allah, wahai Muhammad!" Rasulullah menimpali, "Lalu siapa yang
akan taat kepada Allah kalau aku mendurhakai-Nya? Bukankah Dia
yang telah menjagaku dari ancaman seluruh penghuni bumi, sedang
kalian tidak pernah menjagaku." (HR. Muslim)
Juga diriwayatkan bahwa seseorang pernah berkata kepada
Rasulullah s.a.w., "Wahai Rasulullah, bertakwalah kepada Allah!" Nabi
menjawab, "Celaka engkau, bukankah aku lebih berhak untuk
bertakwa kepada Allah daripada seluruh penghuni bumi?" (HR.
Muslim)
Kata "Bertakwalah kepada Allah" adalah baik. Tetapi yang
mengatakan itu bermaksud menegur Muhammad karena dianggap
tidak adil. Tentu marahlah Rasulullah, kemudian terucaplah kata-kata
di atas.

310 L,n'n Akhtak


MENGADU DOMBA (NAMIMAH)

Mengadu domba berarti menyampaikan ucapan sekelompok


orang kepada kelompok yang lain dengan tujuan untuk merusak
hubungan di antara mereka. Termasuk dalam kategori adu domba ini
adalah menggunjing dan menjelek-jelekkan orang lain untuk
menjatuh-kannya.
Adu domba adalah dosa besar. Banyak dalil yang menjelaskan
hal itu:
Firman Allah, "Dan janganlah engkau ikuti setiap orang ydng
banyah bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari
menghambur fitnah." (QS. Al-Qalam: 10-11)
Sabda Nabi s.a.w.,

.6,
,1

pt; ,Zir ;;U u

"Tidak ahan masuk surga orcr.ng yang suka menyebarhan


fitnah."
Dalam riwayat lain,

L,tk'ALit ;;U u
"Tidak akan masuh surga orang yang suka mengadu domba."
Disebutkan dalam S hahibain,dari Hammam ibn al-Harits, "Kami
pernah duduk bersama Hudzaifah di masjid. LaIu datang seseorang

Fikih Akhlak L,,


dan duduk di dekat kami. Kemudian ada orang mengatakan kepada
Hudzaifah, 'Orang ini sering mengadukan banyak hal kepada sultan''
Kata Hudzaifah-dengan maksud agar orang tersebut mendengar-,
'Aku pernah mendengar Rasulullah berkata,'Tidak akan pernah masuk
surga orang yang suka menyebarkan fitnah'."
Sedangkan dalam riwayat Muslim dari sumber yang sama
(Hudzaifah),

b,6'\Lir ;lU ti

"Tidak akan masuh surga orang yang suha mengadu domba."


Mungkin ada baiknya kami menyampaikan pesan Nawawi dalam
SyarhMuslim-nya."Katapara ulama, adu domba itu berarti menyam-
paikan ucapan sekelompok orang kepada sekelompok yang lain dengan
maksud untuk merusak hubungan baik di antara mereka. Sedang kata
Abu Hamid al-Ghazali dalam lhyd.' Ulfi,mi ad-Dtn, 'Ketahuilah bahwa
adu domba itu, umumnya, menyampaikan pembicaraan orang lain
kepada pihak yang dibicarakan. Misalnya, si A membicarakanmu begini
dan begitu.'Ia menambahkan,'Adu domba tidak terbatas pada penger-
tian ini, tetapi batasan pengertian adu domba adalah menyebarkan
sesuatu yang orang tidak suka jika hal itu disebarluaskan, terlepas
yang tidak suka itu orang yang dijelek-jelekkan, orang yang diadukan,
dan orang lain, dan terlepas apakah penyebarluasan itu dengan kata-
kata sindiran maupun isyarat.'
Prinsip adu domba adalah menyebarkan rahasia dan membe-
berkan aib, dan yang bersangkutan tidak suka jika disebarluaskan,
sampaipun, misalnya, seseorang melihat tetangganya menyembunyi-
kanharta miliknya, kemudian membicarakannya itu kepada orang lain
maka itu sudah termasuk adu domba.'
Kepada orang yang diadukan dan dikatakan kepadanya, "Si
Fulan menjelek-jelekkanmu (atau menghinamu) begini", maka,
1. jangan mempercayainya, karena orang yang mengadu-ngadu
adalah orang yang keji.

312 I .ritin Akhtak


2. harus mencegahnya melakukan semua itu, menasehatinya, dan
menjelaskan kepadanya bahwa yang ia lakukan itu tidak baik.
3. harus marah kepadanya karena Allah, karena perbuatan seperti
itu sangat dibenci Allah, dan sesuatu yang dibenci-Nya harus pula
dimarahi.
4. jangan ikut menyangka buruk kepada saudaranya yang dijelek-
jelekkan itu.
5. yang dikatakan kepadanya itu jangan membuatnya mencari-cari
kesalahan yang bersangkutan.
6. jangan sampai menelan semua yang dikatakan oleh si pengadu-
adu itu. Ia tidak boleh menceritakan yang disampaikan oleh si
pengadu-adu itu: Si Fulan menceritakan tentangmu begini, karena
dengan demikian ia telah menjadi pengadu-adu baru dan
melakukan sesuatu yang dilarang.'
Demikianlah pendapat Ghazali.
Semua yang dijelaskan berkaitan dengan adu domba, tidak boleh,
jika itu jalan satu-
selama tidak dibenarkan oleh agama. Lain cerita
satunya. Misalnya, mengadukan kepada seseorang yang ingin
dicelakakan dan dirampok. Atau, mengadukan kepada penguasa bahwa
ada seseorang yang melakukan atau membuat sebuah kekacauan , agar
si penguasa menyelesaikan permasalahan itu dan menyelamatkan
umat yang lebih luas. Ini, dan yang sifatnya menyelamatkan orang
banyak, tidak dilarang. Bahkan memarahinya menjadi wajib dan
dianjurkan sesuai dengan situasi dan kondisi."
Setelah larangan agar tidak menggunjing dan mengadu domba
ini, apakah Anda, wahai hamba Allah, pantas untuk menjadi
penggunjing dan pengadu domba? Apakah Anda, wahai pembawa Kitab
Allah, pantas memakan daging saudaramu yang telah mati? Apakah
Anda, wahai pengusung Sunnah Rasulullah, pantas untuk menjelek-
jelekkan saudaramu di depan orang lain? Apakah Anda, wahai orang
yang berpikir, rela melepaskan begitu saja kebaikan-kebaikan Anda
dibawa orang lain? Apakah Anda, wahai pewaris dan pengusung ilmu
para nabi, pantas sedemikian menjijikkan kelak di hari Kiamat: kuku

Fikih Akhlak Lt,


Anda panjang dan sekeras tembaga, kemudian mencabi-cabik wajah
dan dadamu? Sungguh itu adalah pemandangan yang menjijikkan.
Karena itu, wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan
jangan kotori pandanganmu dengan cabikan-cabikan kuku ke arah
wajahmu sendiri kelak di hari Kiamat.
Jangan penuhi perutmu dengan potongan-potongan daging
busuk orangyang sudah mati. Ingat, dan ingat, yang dijanjikan kepada
kalian pasti tiba, dan kalian tidak akan dapat lari darinya.

Kapan Dibolehkan Ghibah?


Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fath al-Bdrt bahwa pada situasi
tertentu kita dibolehkan menggunjing. Katanya, "Menurut para ulama,
menggunjing sah-sah saja jika tujuannya baik secara syar'i dan alasan-
nya pun jelas, seperti membela diri dari perlakuan lalim, bahu membahu
untuk mengagalkan kebejatan, untuk mengeluarkan sebuah fatwa
atau keputusan, dan untuk menjaga diri dari keburukan.
Termasuk di antaranya, mencacatkan seorang perawi atau saksi,
melaporkan perilaku seseorang kepada penguasanya, menjawab
pertanyaan seseorang tentang calon mempelainya, atau sebuah transaksi.
Juga orang yang melihat seseorang ulama yang sering mondar-
mandir menemui dan berhubungan dengan orang yang suka mela-
kukan bid'ah atau orang yang fasik, boleh digunjing, karena takut
jangan-jangan hubungannya yang terlalu dekat itu akan menyeretnya
menjadi menyimpang. Begitu juga boleh menggunjing orang yang
terang-terangan berbuat fasik, zalim dan bid'ah."

Dalil-dalil
Dalam membahas sebuah fatwa. Hindun datang menemui Rasu-
lullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah seorang
yang kikir, dan tidak mencukupi kebutuhanku dan anakku. Berdosakah
jika aku mengambil sedikit dari miliknya tanpa sepengetahuannya?"
Rasulullah menjawab, "Ambillah secukup kebutuhanmu dan anakmu
dengan baik." (HR. Bukhari)

314 I ritin Akhrak


I
Jika saja penjelasan Hindun, "Abu Suffan adalah seorang yang
kikir", merupakan ghibah, tentu Rasulullah tidak akan pernah menye-
tujuinya. Tapi karena maksudnya untuk sebuah fatwa, maka Nabi
pun tidak pernah melarangnya untuk berterus terang tentang suaminya
demi sebuah fatwa.
Pendapat penulis, "Jelas, si suami akan tidak suka dibeberkan
segala kekurangannya oleh istrinya sendiri. Tetapi karena maksudnya
untuk meminta fatwa, maka keberatan suami tersebut bukan pengha-
lang dalam meminta pendapat orang lain)
Fatimah binti Qais datang menemui Rasulullah meminta
pendapatnya tentang orang yang meminangnya. Saat itu Fatimah dipi-
nang oleh dua orang, yaitu Muawiyah dan Abu Jahm. Kata Nabi,
"Muawiyah adalah seorang yang miskin, tidak punya apa-apa. Sedang-
kan Abu Jahm adalah seorang yang tidak pernah meletakkan tong-
katnya dari bahunya. Kemudian Rasulullah menawarkan seorang
kepada Fatimah, yaitu Usamah ibn Zaid, dan berkata, "Nikahilah
IJsamah!" (HR.Muslim)
Dalam kaitan memberi peringatan atau menjelaskan. Di muka
telah kami sebutkan tentang penuturan Nabi tentang seseorang,
"(Sungguh) seburuk-buruk orang dari kaumnya." (IJB,. Bukhari dan
Muslim)
Juga ucapan Rasulullah tentang dua orang, "Aku pihir dia dan
dia itu tidak memahami sedihit pun tentang agarna kita ini." (ItR,.
Bukhari) Atau seperti dalam riwayat yang berbeda, "Wahai Aisyah,
aku pikir dia dan dia itu tidak memahami sedikit pun tentang agama
kita ini."
Dalam Shahth Muslim, dari Salamah ibn al-Akwa, "Kami
bersama Rasulullah menjenguk seorangyang sakit demam. Kemudian
aku meletakkan tanganku di atas tubuhnya seraya berkata,'Sungguh,
aku tidak pernah melihat orang yang badannya panas seperti hari
ini.'Nabi menimpali, 'Maukah kalian aku beritahu yang lebih panas
darinya kelak di hari Kiamat? Dialah dua orang yang mengendarai
kendaraannya untuk kabur.'Kalimat terakhir ini menunjuk dua orang

Fikih Akhlak Ltt


sahabat beliau waktu itu. (Kata sahabat dimiringkan karena bukan
hanya menjelaskan hubungan ruang dan waktu hidup yang sama,
tetapi juga, menukil dari pendapat Nawawi, karena mereka membantu
Islam dan bersahabat dengan orang-orang muslim).
Dalam Musnad Ahmad disebutkan dari Ibnu Abbas: Rasulullah
bersabda, "Ada di antara halian seorang yang melihat dengan satu
atau kedua mata setan."

Dalam Kaitan dengan Kepentingan Umum Kaum


Muslimin
Memberitahukan sesuatu demi kepentingan kaum muslimin.
Misalnya, seperti Zaid ibn Arqam yang mengadukan ucapan Abdullah
ibn Ubay ibn Salul kepada Rasulullah. Ucapan Abdullah itu adalah
"Sesungguhnya jika kita telah kembali he Madinah, sungguh orang
yang mulia akan mengusir orang-orang yang lebih rendah
daripadanyo." (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga tentang ketidakpuasan seorang sahabat terhadap jatah
yang diberikan oleh Rasulullah, dengan mengatakan, "Pembagian ini
tidak didasari mencari keridhaan Allah." Ucapan itu kemudian
diadukan kepada Rasulullah oleh Ibnu Mas'ud. Sikap semacam ini harus
dipahami secara tidak berlebihan.
Ibnu Hajar mengatakan bahwa para ulama sepakat, untuk
tujuan periwayatan, kita dibolehkan menceritakan keburukan-kebu-
rukan perawi yang sudah mati maupun masih hidup. Dalam hal ini,
ghibah ini merupakan satu dari sekian banyak cara membela Sunnah
Rasulullah, menasehati dan saling memberi peringatan dari orang-
orangkeji, pendusta dan suka mengada-ada. Jika ghibah dalam kaitan
apapun tidak dibolehkan, niscaya orang-orang yang keji akan leluasa
menghujat Sunnah dan bahkan menyusupkan hal-hal yang bukan
Sunnah. Di situlah kemudian agama ini akan kehilangan nilainya dan
jati dirinya; yang benar dan yang salah akan menjadi tidak jelas.
Boleh menceritakan cacat orang tertentu kepada orang lain jika
orangyang cacat itu diketahui tidak akan tersinggung. Misalnya Anda

316 I
I

Fikih Akhtak
mengenalkan seseorang dengan, "Si buta", "Si pincang", "Si pesek", dan
lain-lain. Semua ini dengan satu syarat yang bersangkutan tidak
tersinggung.
Firman Allah, "Dia (Muhammad) bermuka masanl dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya." (QS. Abasa: 1-2) Di
ayat ini Allah menggambarkan orang yang datang kepada Muhammad
(Abdullah ibn Ummi Maktum) dengan sebutan si buta. Dan banyak
pula ulama Salaf yang bergelar si pincang, si pesek, si juling, dan lain
sebagainya.

Jangan Menggunjing Orang yang Sudah Mati


Nasai meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah, "Ada seseorang
yang mengungkit keburukan orang yang sudah mati, maka serta merta
Nabi memperingatkan,

tr!'xts
"a&FKh
'Jangan menceritakan tentang orang-orang yang sudah mati,
hecuali kebaikannya'."
Sedangkan Tirmidzi meriwayatkan, dalam Sunan-nya, sebuah
hadis dari Aisyah: Rasulullah bersabda

,*u, d J.- (r, *u. d -':- d -'i-


o lto. o )ro. o'-ro,
|>V t;l:
t t,i o2t ,,
o-fJo f\'tl

"Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang


paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang
paling baik di antara halian terhadap heluargaku. Jika seorang
sahabatmu meninggal dunia, maka jangan ceritakan keburu-
hannya."
Kecuali jika yang meninggal itu adalah seorang tokoh yang suka
berbuat bid'ah dan menyesatkan, dan dikhawatirkan banyak orang

Fikih Akhlak I ,r,


-l

yang akan simpati kepadanya. Dalam kondisi seperti ini, maka


menggunjingnya dibolehkan, bahkan diharuskan.
Firman Allah tentang Firaun dan pengikutnya, oKami ihutkan
laknat kepada mereka di dunia ini. Dan pada hari Kiamat mereka
termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS. Al-
Qashash: 42)
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binaso." (QS. Al-Masad: 1) Kata Nabi s.a.w.,"Aku melihat Amru
ibn Luhay, di neraka, menarih ususnya, karena dia adalah orang yang
pertama hali menjadikan hewan ternak sebagai berhala (maka hewan
itu tidak boleh dikendarai)." (HR. Bukhari dan Muslim)

318 L,n,n Akhrak


KEBERANIAN ITU TERPUJI, TETAPI...

Sifat ini merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi dan orang-
orang yang mulia, dan merupakan nilai lebih dari seorang pahlawan.
Keberanian berbicara dan berbuat, keberanian menyuarakan kebena-
ran, keberanian di medan perang keberanian menentukan pilihan dan
keputusan, dan keberanian dalam setiap hal yang memerlukan kete-
guhan nyali. I(arena itu, sifat yang baik ini harus Anda sandang,
sebagaimana para nabi dan Ulul Azmi.
Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, jiha terasa
berat bagi kalian tinggal (bersamahu) dan peringatanhu (kepada
kalian) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah lah aku befiawa-
hal. Karena itu, bulathanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah)
sehutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). Janganlah merahasia-
han keputusan halian. Lakuhanlah terhad,ap diriku, dan jangan kalian
rnenunda-nu.nda." (QS. Yunus: 71)
Ibrahim bersumpah kepada kaumnya, "Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu d.aya (menghancurkan)
terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggal-
kannya." (QS. Al-Anbiy6': 57) Dan Ibrahim pun mewujudkan
ucapannya itlu, "Maka lbrahim membuat berhala-berhala itu hancur
berkeping-heping, hecuali patung yang terbesdr, agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya." (QS. Al-Anbiy6': E8)
"(Ibrahim) berkata,'Apahah kalian menyembah patung-patung
yang halian pahat itu? Allah lah yang menciptakan halian dan apa
yang kalian perbuat itu'." (QS. Ash,Sh6ff6t: g5-96)

Fikih Akhtak I ,t,


Israel-' Firaun bertanya, 'Siapa Tuhan sentesta alam itu?' Musa
menjawab,'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang ada
di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jiha kalian menlpercayainya.'
Berkata Firaun kepada ordng-orang di sehelilingnya,'Apahah halian
tidah mendengar?!' Musa berkata (pula),'Tuhan halian dan Tuhan
neneh moyang kalian yang dahulu.' Firaun berkata,'Sesungguhnya
rasul halian yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila.' Musa
berkata,'Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada
di antara heduanya, (itulah Tuhan kalian) jika kalian berpihir'." (QS-
Asy-Syu'ar6': 16-28)
Perhatikan cara bicara Musa, keberaniannya dan kekuatan kata-
kata Musa saat mendebat Firaun. Bahkan Musa berani menjawab ketika
Firaun berkata kepadanya, "Sesungguhnya ahu pihir enghau, hai
Musa, adalah seorang yang kena sihir." (QS. Al'Isr6': 101) Musa
menimpalinya dengan kata-kata yang penuh kekuatan, "Sesungguh'
nya engkau telah mengetahui, bahwa yo.ng m.enurunkan mukjizat-
mukjizat itu hanya Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai
bukti-buhti yang nyata. Sesungguhnya aku pikir engkau, hai Firaun,
adalah seorang yang ahan binasa." (QS. Al'Isr6': 102)
Sungguh, jawaban Musa itu adalah keberanian dalam sebuah
ajang perdebatan, namun tetap menaati kaidah-kaidah kehalusan
bertutur, konsisten dan penuh keyakinan.
Perhatikan setelah itu, keberanian para tukang sihir Firaun yang
telah mendapatkan hidayah dan keimanan dari Allah' Mereka tetap
teguh dengan ketetapan hati mereka, meski Firaun mengancam dan
menekan mereka, "Apakah kalianberiman kepadanya (Musa) sebelum
ahu memberi izin hepada kalian? Sesungguhnya ia adalah pemimpin
kalian yang nlengajarkan sihir hepada kalian. Oleh harenanya,
sungguh ahu ahan memotong tangan kaki kalian secara menyilang
dan ahu akan menyalib kalian di atas panghal pohon kurma. Sesung-
guhnya halian akan mengetahui, siapa di antara hita yang lebih pedih
dan lebih lzehal sihsanyo." (QS. Thdh6: 7f)
Apa jawaban mereka? "'Kami tidah ahan memilih enghau dan
meninggalhan bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telo,h datang kepada

322 I
I

Fikih Akhlak
kami. Demi ruhan yang telah menciptakan kami, putuskanrah (tetap-
kanlah keputusan) apa yang hendak engkau putushan. Sesungguhnya
engkau hanya memutuskan dalam kehidupan dunia ini saja. Kami
telah beriman kepada Tuhan kami, agar (semoga) Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan
kepada kami.' Allah lebih baik (pahala-Nya) dan rebih kekal (azab-
Nya). Barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan berd,osa, maka
baginya neraka Jahanam; ia tidak mati di dalamnya dan tidak (puta)
hidup. Barangsiapa datang hepada-Nya dalam keadaan beriman, d,an
telah berbuat berbagai kebaikan, maha mereha itulah orang-ordng yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia); surgd Aden yang
sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereha kehal di dalamnya. Dan
itu adalah balasan bagi orang yang membersihkan diri (dari kekafiran
dan kemaksiatan)." (QS. ThahA; 72-76)
Perhatikan pula bagaimana pernyataan para tukang sihir itu,
"Tidak ada mudarat (bagi hami). Sesungguhnya kami ahan kembali
kepada Tuhan kami. Kami sangat menginginkan Tuhan kami mengam-
puni kesalahan hami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-
tama berimoz." (QS. Asy-Syu'ar6': E0-81)
Sungguh sebuah keberanian, keberanian para pengikut rasul,
keberanian orang-orang yang beriman kepada rasul dan keberanian
orang-orang yang percaya pada janji Allah!
Allah memuji para nabi-Nya,"Dan berapa banyaknya nabi yang
berperang, yang bersama mereka ada sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah. Mereka tidak lesu dan tidak (pula)
ntenyerah (kepada musuh). Allah menyukai ord,ng-orang yang sabar.
Mereka hanya berkata, Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
dan tindakan-tindahan hami yang berlebihan dalam urusan hami.
Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dalam menghad.api
kaum yang kafir'." (QS. Ali Imranz I4G-147) ,,(Yaitu) orang-orang
yang nlenyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya
dan mereka tidak merasa takut kepada seorang pun selain Allah.
Cukuplah Allah sebagai Pembuat perhiiungan." (QS. Al-Ahz6b: Bg)

Fikih Akhlak I ,r,


Muhammad s.a.w. telah menyanjung Nabi Daud a.s. dengan,
'Tang tidak lari jika bertemu (musuh)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah s.a.w. adalah orang yang paling berani. Bukhari dan
Muslim meriwayatkan hadis dari Anas r.a., "Nabi s.a.w. adalah orang
yang paling baik hati, paling dermawan dan paling berani. Pada suatu
malam, penduduk Madinah ketakutan. Mereka berbondong-bondong
menuju arah suara, tapi Nabi telah berada di tempat itu terlebih dahulu.
'Jangan takut, jangan takut!' kata Nabi dari atas kuda milik Abu
Talhah, tanpa pelana. Hanya sebilah pedang tergantung di leher kuda
itu. Kemudian beliau berkata lagi, 'Suara itu hanyalah suara kuda
yang berlari kencang!"'
Ahmad meriwayatkan hadis dari Ali r.a., "Jika perang yang kami
hadapi telah berkobar, dan masing-masing pihak telah berhadap-
hadapan, kami justru berlindung di belakang Rasulullah. Dialah yang
paling dekat dengan pihak musuh."
Di samping itu, Rasulullah juga seorang yang berani bicara apa
adanya. Juga ketika menyatakan, "Tiada Tuhan selain Allah", di
tengah-tengah kekafiran dan kemusyrikan, penyembahan dan penga-
gungan berhala. Sebagai konsekuensinya, ia harus menghadapi berba-
gai halangan. Namun ia tetap sabar, berani, bernyali, dan hanya meng-
harap pahala dari Allah. Di jalan Allah, ia tidak pernah kecut mengha-
dapi makian dan hardikan sesama.
Syariat yang ia bawa adalah ajaran yang lunak dan mudah
selunak dan semudah pribadinya. Nilai-nilai itulah yang dianjurkan
oleh agama ini,"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu
dengan ora.ng-orang kafir yang sedang nxenyerang halian, maka jangan
kalian membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa membelahangi
mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang
atau hendah menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan mernbauta kemurhaan dari
Allah. Tempatnya ialah neraha Jahanam. Dan amat buruklah tempat
hembalinya. " (QS. Al-Anfdl: 15-16)
Oleh Nabi, lari dari perang dikategorikan sebagai hal yang
merusak. "Katakanlah,'Lari itu tidak akan berguna bagi halian, jika

324 I
I

Fikih Akhlak
kalian melarikan diri dari hematian atau pembunuhan, d.an jika
&alian terhindar dari kematian) kalian tidah juga aharu mengecap
kesenangan, kecuali sebentar saja'." (QS. Al-Ahz6b: 16)
Karena itu Allah berkata, "Jangantahut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku." (QS. Al-M6'idahz 44)

Nabi Selalu Berlindung kepada Altah dari Sifat


Pengecut
Disebutkan dalam shahthBukhari dari jalan Mushab ibn sa'ad,
"sa'ad pernah memerintahkan lima hal, dan ia mengaku bahwa Nabi
yang memerintahkannya, yaitu:

i,.,JtU+',;ii "1ilir uUi;f J4t


'-uo,r:'/"-'
e ,y & ilf:, j5t |,irf JL i:rf 'ot 'e., ilf;
t t /
,o' '.,
c.

,ir,+t:L i +i;fiJ*tur y 4 t;'at


Na Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, d,ari
sifat pengecut, dari hepikunan, dari cobaan dunia (fitnah
Dajjal) dan dari sihsa kubur.l"
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Anas ibn Malik r.a.,
"Rasulullah selalu berdoa,

??6
o
4ti F, ;ir ,4+i;i
/O
;y $:t
$--tt A:Je
// dJ r.c.Jl ql-!e d

[Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan,


hemalasan, pengecut, pikun, dan kikir. Dan ahu berlind.ung
hepada-Mu dari azab kubur dan cobaan hehid.upan d.an
hematian.J"

Fikih Akhtak I art


-l

Demikianlah para sahahabat belajar keberanian dan bernyali


besar dari Rasulullah s.a.w.
Sekelumit cerita tentang seorang Anas ibn Nadhr' Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Anas: "Syahdan, pamanku, Anas ibn
Nadhr, tidak ikut dalam perang Badar. Ia berkata kepada Rasulullah,
'Wahai Rasulullah, aku tidak mengikuti perang pertama melawan
orang-orang musyrik. Jika Allah menghadirkanku dalam perang
melawan orang-orang musyrik itu, niscaya Dia akan melihat apa yang
aku lakukan.' Ketika perang Uhud, saat pasukan muslimin kocar-
kacir, ia memohon, 'Ya Allah, aku minta maaf atas tindakan para
sahabat, dan aku tidak ada sangkut pautnya dengan orang-orang
musyrikin itu.' Lalu ia maju dan sempat berkata kepada Sa'ad ibn
Mu'adz. Katanya,'Hai Sa'ad ibn Mu'adz, demi surga dan Tuhannya
Nadhr, aku mencium bau surga di Uhud.'Sa'ad pun menceritakan
itu kepada Rasulullah, 'Aku tidak bisa melakukan (seperti yang ia
Iakukan), wahai Rasulullah.' Anas (perawi) menambahkan,'(Seusai
perang,) di tubuhnya kami temukan delapan puluh lebih tebasan
pedang, tusukan tombak, atau hujaman mata panah. Anas (ibn Nadhr)
telah gugur. Oleh orang-orang musyrik itu, tubuhnya dicintang,
hingga tak seorang pun mengenalinya, kecuali saudara perempuannya
yang mengenalnya dari jari-jarinya.'Kata Anas,'Menurut kami, ayat
berikut turun dengan latar belakang kisah Nadhr atau setidaknya
tentang keberanian seperti itu:'Di antara ord.ng-orang muhmin itu
ada orang-oro.ng yang menepati apa yang telah mereha janjikan
kepada Atlah; maka di antara mereha ada yang gugur. Dan di antara
mereka ad,a (pula) yang nlenunggu-nunggu dan rnereha sedikit pun
tidak mengubah Qanjinya)'." (QS. Al'Ahzdbz 23)

Ja'far r.a. dan Keberaniannya


Bukhari meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar: "Dalam perang
Mu'tah, Rasulullah mengangk at zaid ibn Haritsah sebagai komandan.
Lalu Rasulullah berpesan, 'Jika Zaid gugur, maka Jakfar (yang
menggantikannya). Dan jika Jakfar juga gugur, maka Abdullah ibn
Rawahah'." Abdullah ibn Umar menambahkan, "Dalam perang itu, aku

326 |
I

Fikih Akhlak
mencari-cari Jakfar (ibn Abi Thalib). Ternyata ia telah gugur dengan
tujuh puluh lebih bekas tikaman tombak dan mata panah."
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umarjuga,yangtersebut dalam
Shahth Bukhari, "Ia berdiri di samping tubuh Jakfar yang telah
tergolek kaku. Menurut hitunganku, ada lima puluh tikaman tombak
dan tebasan pedang yang semuanya di bagian depan tubuhnya."

Si Pedang Allah, Khalid ibn Walid


Di sini penulis hanya akan mengutip sebuah riwayat dari
Bukhari, "Dalam perang Mu'tah, sembilan bilah pedang telah patah di
tanganku. Terakhir aku menggunakan pedang lebar buatan Yaman."
Keberanian Khalid tiada terhingga.

Abu Dujanah
Dalam Shahth Muslim ada sebuah hadis dari Anas r.a., "Pada
waktu perang Uhud, Rasulullah mengambil sebilah pedang seraya
bertanya, 'Siapa yang mau mengambil ini dariku?' Orang-orang
membentangkan tangan mereka berebut,'Aku, aku!' Tapi Rasulullah
menegaskan lagi, "Siapa yang mau mengambilnya dengan menjaga
haknya?'Seketika orang-orang mundur. Hanya Simak ibn Kharasyah
Abu Dujanah yang berani mengatakan, 'Aku mau mengambilnya
dengan menjaga haknya!'Dan, Abu Dujanah pun mengambilnya,
untuk menghancurkan rencana busuk orang-orang musyrikin."

Tsabit ibn Qais ibn Syammas


Dia menebarkan kain kafannya di medan perang. Thabrani dan
Hakim menurunkan hadis dari Anas, "Tsabit ibn Qais, pada perang
Yamamah, pernah menggelar kain kafannya di medan perang, seraya
berdoa, 'Ya Allah, aku tak ikut campur atas tindakan mereka (orang-
orang kafir), dan aku minta maaf atas perbuatan mereka (orang-orang
muslim).'Dan setelah itu, ia tewas."

Fikih Akhlak I ,r',


Miqdad ibn Aswad r.a. (Putra Amir r.a.)
Ahmad menurunkan hadis dari Abdullah ibn Mas'ud r.a., "Aku
pernah menyaksikan tempat Miqdad gugur, dan aku lebih memilih
menjadi orangyangjuga gugur di tempat tersebut daripada mendapat-
kan kenikmatan dunia. Miqdad datang kepada Nabi dengan menung-
gang kuda dan berkata, 'Bergembiralah, wahai Nabi Allah. Kami tidak
akan berkata kepadamu seperti yang pernah dilakukan Bani Israel
kepada Musa, 'Pergilah bersama Tuhanmu, dan berperanglah, kami
tetap di sini duduh-duduk.'Tetapi, demi Zatyangmengutusmu dengan
kebenaran, kami akan berada di sampingmu, di sebelah kananmu,
kirimu, dan belakangmu, sampai Allah memberikan kemenangan
kepadamu'."
Dan masih banyak lagi sahabat yang bisa diteladani keberanian
dan kepahlawanannya, seperti Hamzah, Ali, Talhah dan lainnya.
Seseorang harus mengetahui kekuatan dirinya dan musuhnya.
Dia harus jeli melihat situasi dan kondisi, sehinga tahu kapan harus
berhenti dan kapan harus maju. Benar, berani adalah sifat yang terpuji.
Tapi, tidak berarti harus selalu menghadapi apa saja tanpa perhitu-
ngan. Ada saatnya sikap frontal harus ditangguhkan untuk memikir-
kan alternatif lain yang lebih baik. Mempersiapkan diri, menahan diri
dari risiko yang fatal dan menghindari pertumpahan darah adalah
lebih baik. Bahkan, memaafkan musuh itu merupakan pilihan terbaik.
Maju dengan keberanian pada kondisi yang mengharuskan
bersikap hati-hati, akan menjadi semacam pembinasaan dan peng-
hancuran diri sendiri. Sebaliknya, terlalu lamban dalam kondisi harus
cepat dan berani, bisa dianggap pengecut dan kehinaan. Dan itu
menjadi sasaran musuh Anda, dan memberi jalan bagi orang yang
ingin berbuat keji. "Sehiranya Allah tidah menekan (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan
biara-biara, gereja-gereja, rumah-rurnah ibadah orang Yahudi dan
masjid-masjid, yang di dalamnya banyah disebut nanl.a Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahahuat lagi Mahaperkasa." (QS.
Al-Hajj:40)

328 I
I

Fikih Akhlak
"Seandainya Allah tidak menekan (keganasan) sebagian manusi
dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
rnernpunyai karunia (yang dicurahhan) kepada semesta alam." (QS.
Al-Baqarah: 251)
Musa a.s. pernah berkata kepada seorang Bani Israel, "Sesung-
guhnya engkau benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)."
Menurut kalangan ahli tafsir, pernyataan Musa ini bisa dipahami
sebagai celaan kepada orang Israel itu karena dia menyerang orang
kuat yang termasuk dalam keluarga Firaun. Dan kekuasaan ketika
itu berada dalam genggaman dinasti Firaun. Dengan kekuasaan itu,
dinasti Firaun berlaku sewenang-wenang dengan membunuh setiap
bayi laki-laki, mempermalukan kaum perempuan, dan menyiksa orang-
orang Israel. Dalam kondisi seperti itu, seorang dari kalangan Bani
Israel berani menyerang seorang Mesir Koptik dari keluarga Firaun,
dan kemudian orang Israel itu meminta perlindungan kepada Musa,
"Lolu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya ifu." (QS. Al-
Qashash: 15)
Selang sehari kemudian, seorang Israel lainnya membunuh
seorang Mesir Koptik lainnya, yang kemudian melaporkan itu kepada
Musa untuk meminta pertolongannya. Saat itulah Musa berkata kepada
orang Israel itlu,"Sesungguhnya engkau benar-benar orang sesat yang
nyata (kesesatannyo)." (QS. Al-Qashash: 18) Atau, "Gegabah sekali
engkau ini, karena keinginanmu membunuh orang yang tidak mungkin
engkau lawan!'
Cerita lain yang terkait dengan tema ini adalah ketika Rasulullah
menggali parit. Jika saja pilihan menghadapi tentara sekutu itu baik,
tentu Rasulullah akan menghadapi musuh-musuh itu satu lawan satu.
Akan tetapi, jumlah tentara muslimin tidak sebanding dengan tentara
musuh, sehingga diisyaratkan kepada Rasulullah untuk menggali parit.
Dan karena itulah, Rasulullah bersama para sahabat mulai menggali
parit dan mempersiapkan perang dari seberang parit.
Adalah Abdullah ibn Mas'ud r.a. tidak sampai hati melihat Nabi
selalu ditekan oleh orang-orang Quraisy, tapi dia harus diam, karena

Fikih Akhlak L,n


kalau saja ia bereaksi, taruhannya Nabi terbunuh. Posisi Ibnu Mas'ud
sangat lemah di tengah-tengah kaum Quraisy.
Muslim meriwayatkan dari Sa'ad ibn Abi Waqqas r.a.;"Dan jangan
hau usir orang-orang yang nxenyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang
hari, sedang mereka menghendahi kerendahan-Nya. Enghau tidah
rnemikul tanggung jawab sedihit pun terhadap perbuatan mereha dan
mereka pun tidah rnemikul tanggung iawab sedikit pun terhadap
perbuatanmu, yang .menyebabkan enghau (berhak) mengusir mereka,
sehingga engkau termasuh orang-orang yang zalim", (QS. Al'An'am:
52) turun lantaran aku. Ayat itu turun kepada enam orang, aku dan
Ibnu Mas'ud termasuk di dalamnya, dan orang-orang musyrik berkata
kepadanya, "Engkau mendekati mereka (pengikut Muhammad)?!"
D alam M us nad -rry a, Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r. a.,

"Ia sedang mengambil siwak dari pohon Arak. Kedua betisnya kecil
sekali, tubuhnya bergoyang ketika diterpa angin. Orang-orang menerta-
wakannya. Kata Rasulullah, 'Apa yang kalian tertawakan?' Mereka
menjawab,'Karena betisnya, wahai Nabi Allah.' Kemudian Rasulullah
menambahkan,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan'Nya, kedua betis
itu kelak di timbangan lebih berat daripada gunung Uhud'."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibn Mas'ud r.a., "Ketika
Rasulullah shalat di sekitar Kabah, Abu Jahal dan orang-orangnya
sedang duduk di tempat yang lain. Sehari sebelumnya, telah disembelih
beberapa ekor unta. Kata Abu Jahal, 'Siapa di antara kalian yang mau
mendekat ke arah tumpukan jeroan unta si Fulan (yang telah disem-
belih) itu, kemudian mengambilnya dan meletakkannya di atas kedua
bahu Muhammad pada saat sujud?'Maka bangkitlah seseorang yang
memang sangat membenci Muhammad, mengambil jeroan unta itu.
Ketika Nabi sujud, ia meletakkannya di atas kedua bahunya. Mereka
pun terkekeh-kekeh bangga, sambil saling berangkulan. Saat itu, Aku
(Ibnu Mas'ud) melihat sendiri. Kalau saja aku punya kekuatan, pastilah
aku akan menyingkirkan kotoran itu dari pundak Rasulullah. Nabi
tetap sujud, tidak mengangkat kepalanya, sampai seseorang bergegas
mengabarkan kepada Fatimah, yang kemudian datang melihat keada-
an bapaknya.

330 |
I

Fikih Akhlak
Fatimah, yang saat itu masih kanak-kanak,langsung menying-
kirkan kotoran itu dari Rasulullah, kemudian memaki orang-orang
musyrik sejadi-jadinya. Ketika shalatnya selesai, Rasulullah mengang-
kat suaranya, kemudian mendoakan orang-orang musyrik itu agar
celaka. Seperti biasanya, setiap berdoa beliau selalu berdoa tiga kali,
dan setiap memohon beliau selalu memohon tiga kali, dan dilanjutkan
membaca, 'Ya Allah, kuserahkan kepada-Mu urusan orang-orang
Quraisy.'(Tiga kali). Ketika mendengar suaranya, mereka langsung
terdiam dan takut dengan doanya. Kemudian beliau juga berdoa,'Ya
Allah, kuserahkan kepada-Mu urusan Abu Jahal ibn Hisyam'."

Berbeda Halnya dengan Abu Bakar r.a.


Abu Bakar adalah seorang dari suku Quraisy dan dari keluarga
yang dihormati di Quraisy. Posisinya lebih tinggi daripada Ibnu Mas'ud
di mata orang-orang Quraisy, karena kekuatan imannya dan keyaki-
nannya. Karena itulah, ia langsung membela Rasulullah, dan ketika
itu kaum muslimin dalam keadaan tertindas di Mekah.
Bukhari meriwayatkan dari Urwah ibn Zubair, "Aku meminta
kepada Ibnu Amru ibn Ash,'Katakan kepadaku perlakuan paling keji
orang-orang musyrik terhadap Nabi!'Kata Ibnu Amru,'Ketika Nabi
shalat di sudut Ka'bah, tiba-tiba Uqbah ibn Abi Mu'ith mendekati
Rasulullah, kemudian mengalungkan bajunya di leher Nabi dan melilit-
kannya kuat-kuat. Kemudian Abu Bakar datang, ditariknya badan
Uqbah dan mendorongnya menjauhi Nabi, seraya berkata, 'Apakah
kalian akan membunuh seorang yang mengucapkan, 'Allah adalah
Tuhanku?"'

Amru ibn Abasah r.a.


Amru pernah menemui Nabi s.a.w. untuk menyatakan keisla-
mannya. Nabi pun menasehatinya untuk pulang sampai suatu saat
nanti ketika mendengar kemenangan Nabi, dan pada saat itulah ia
diminta kembali menemui Rasulullah (untuk menyatakan keimanan-
nya).

Fikih Akhlak I ,r,


Muslim meriwayatkan dari Amru ibn Abasah as-Silmi r.a., "Di
masajahiliah, aku berpikir bahwa orang-orang di sekitarku telah sesat.
Mereka tidak punya keyakinan apa-apa, mereka menyembah berhala-
berhala. Kemudian aku mendengar ada seseorang di Mekah yang
membawa berita. Segera aku naik kendaraanku dan menemuinya yang
saat itu sedang bersembunyi karena ditekan oleh kaumnya. Dengan
bersembunyi-sembunyi aku bisa masuk Mekah. Aku bertanya kepada-
nya,'Siapa engkau ini?'
Beliau menjawab,'Aku seorang Nabi.'
'Apa itu Nabi?'
'Allah mengutus aku.'
'Dengan membawa apa engkau diutus?'
"Allah mengutusku untuk menganjurkan menjalin silaturahmi,
menghancurkan berhala-berhala, mengesakan Allah dan tidak menye-
kutukan-Nya dengan apapun.'
Aku bertanya lagi,'Bersama siapa engkau melakukan misi ini?'
Beliau menjawab, 'Semua orang merdeka dan budak.'(Ketika
itu, beliau bersama Abu Bakar dan Bilal, dua orang yang telah beriman
kepadanya).
Kemudian aku menyatakan,'Aku menjadi pengikutmu!'
Tapi beliau menjawab, 'Tapi engkau tidak bisa melakukannya
sekarang. Tidakkah engkau melihat keadaanku dan orang-orang yang
bersamaku? Pulanglah! Nanti, ketika engkau mendengar aku telah
punya kekuatan, datanglah kepadaku.'
Dan aku pun pulang."

Berbeda Halnya dengan Abu Dzar r.a.


Abu Dzar adalah seorang pemberani, dari suku Ghifar, suku yang
terkenal suka merampok dan membegal. Secara geografrs, wilayah suku
ini sangat strategis, karena terletak dijalur IaIu lintas perdagangan ke
Syam. Meski dengan segala keburukan sukunya, di hati Abu Dzar telah
tertanam keimanan yang kuat, dan ia tidak bisa menyembunyikan
itu.

332 | ritin Akhrak


Perhatikan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dari Ibnu Abbas r.a., "Ketika berita tentang diutusnya Muhammad
sampai kepada Abu Dzar, ia berkata kepada saudaranya,'Pergilah ke
lembah ini, kemudian cari tahu tentang orang yang mengaku sebagai
Nabi yang membawa berita dari langit. Perhatikan ucapannya. Setelah
itu beri tahukan kepadaku!'Dan saudara Abu Dzar pun pergi untuk
menemui dan mendengar ucapannya. Kemudian kembali kepada Abu
Dzar, menceritakan, Yang aku lihat darinya, ia menyuruh kepada
keluhuran budi dan ucapannya yang tidak seperti syair.'
Kata Abu Dzar, 'Engkau tidak memuaskan keinginanku.'Maka
ia pun membawa bekal dan tempat berisi air, dan pergi ke Mekah.
Setelah sampai di masjid, ia mencari Nabi. Tapi ia tidak mengenal
Muhammad, dan enggan untuk bertanya. Sampai suatu malam ia baru
mengenal orang yang bernama Muhammad. Ali melihatnya dan tahu
bahwa ia adalah orang jauh. Dan ketika Abu Dzar juga melihat Ali, ia
mengikutinya, namun keduanya saling diam sampai pagi.
Hari itu Abu Dzar membawa kantong air dan bekalnya ke masjid.
Tapi hingga sore hari, ia tidak melihat Nabi. Dan ia pun pergi ke
penginapannya. Ali menghampirinya dan bertanya,'Apakah ia telah
menemukan orangyangia cari dan tahu rumahnya?'Ali pun mengajak-
nya dan pergi bersamanya. Di jalan, mereka pun tidak saling berbicara.
Sikap seperti itu, berulang hingga tiga hari lamanya. Dan AIi pun
kembali menghampirinya dan mengajaknya lagi. Baru kemudian Ali
membuka pertanyaan, 'Apakah engkau memang tidak ingin mengata-
kan apa tujuanmu kemari?'Abu Dzar menjawab, 'Jika engkau berjanji
kepadaku akan memberi tahu, maka aku akan mengatakannya.'Ali
pun berjanji. Maka Abu Dzar pun menjelaskan apa tujuannya. Ali
membenarkan, 'Itu benar. Dia adalah utusan Allah. Ikutlah dengan
aku besok pagi. Nanti, jika aku melihat sesuatu yang membahayakan-
mu aku akan berhenti seolah-olah aku menuangkan air. Dan jika aku
berjalan lagi, ikuti aku sampai aku masuk ke sebuah tempat.'
Abu Dzar melakukan semua yang dikatakan Ali itu. Ia pergi
mengikutinya sampai akhirnya bertemu dengan Nabi. Ia duduk di
hadapan Nabi, mendengar apa yang dikatakannya, dan langsung

Fikih Akhlak | ,r,


menyatakan keislamannya. Kemudian kata Nabi kepadanya,
'Pulanglah, dan beri tahu kaummu sampai datang perintahku.'
Abu Dzar pun bersumpah,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan-
Nya, aku akan menyerukannya di tengah-tengah kaumku.'Setelah
itu ia keluar menuju ke masjid (Ka'bah). Sesampainya di masjid, ia
berteriak keras, 'Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah.'Mendengar itu, orang-orang Quraisy
serentak berdiri dan memukulinya hingga lunglai. Untung, Abbas
datang dan melindunginya, seraya berkata kepada orang-orang
Quraisy itu, 'Celaka kalian! Tidakkah kalian tahu, bahwa dia dari suku
Ghifar, suku yang kalian lewati dalam perjalanan dagang kalian ke
Syam?'Abbas pun menyelamatkan nyawanya. Tapi keesokan harinya,
ia kembali berteriak-teriak seperti itu, dan kontan orang-orang Quraisy
memukulinya dan menghajar sekenanya. Dan kembali Abbas
melindunginya."

Kenyataan Hidup Kita


Ada seseorang yang berbadan besar, kekar, bodoh, bertampang
menyeramkan dan kejam datang kepada seseorang yang lemah,
menampar dan memukul orang tersebut. Bagaimana pendapatmu,
apakah lebih baik orang yang lemah tersebut membalas perlakuan
semena-mena saat itu juga? Jika ia melakukannya, mungkin saja ia
akan dibunuh sekalian. Hanya dipukul sekali lebih baik daripada
dipukul sepuluh kali. Saat itu Iebih tepat ia mencari jalan terbaik untuk
menyelamatkan diri.
Atau, jika orang terhormat melewati sebuah pasar, tiba-tiba
dihardik atau dimaki-maki oleh orang berandal. Jika ia berhenti dan
membalas makian itu, maka orang lain akan memakinya lebih banyak.
Mendengar satu kali makian tentu lebih baik daripada harus mendengar
seratus kali, dan kemudian dihujat. Dalam keadaan seperti itu, yang
terbaik adalah bersikap terhormat sebagaimana diceritakan oleh Allah
tentang orang-orang yang terhormat,"Apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya."

3Y I ritin Akhrak
(QS. Al-Furqan: 72) Atata,, "Apabila orang-orang bodoh nlenyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al'Furq6n:
73) Atau jtga, "Apabila mereha mendengar perkataan yang tidah
bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkatg,'Bagi kami
perb uatan - p erb uatan kami dan b agi kalian p erb uatan- perb uatan.
Kesejahteraan atas kalian, kami tidak ingin bergaul dengan orang-
orang bodoh'." (QS. Al-Qashash: 55) Pahamilah dan pikirkan, wahai
hamba Allah, jika Anda berakal!
Selain harus menimbang kekuatan fi siknya di hadapan kekuatan
lawan-lawannya, orang juga harus melihat posisinya dari berbagai
sudut yang berbeda; apakah pada saa itu dia bersama Allah? Apakah
dalam posisi penindas atau yang tertindas? Jika dirinya salah, ia harus
menarik sikapnya itu, harus menerima kebenaran dan mengembalikan
hak kepada pemiliknya. Orang yang diperlakukan sewenang-wenang
pasti akan menang, cepat atau lambat. Allah berfirman, "Barangsiapa
dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah rnemberi
hehuasaan kepada ahli warisnya. Tapi janganlah ahli waris itu
melarnpaui batas dalarn membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolo-ngan." (QS. Al-IsrO': 33)
"Demikianlah, barangsiapa membalas seimbang dengan
penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian ia dianiaya (lagi),
pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampup." (QS. Al-IIajj: 60)
Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata kepada orang yang
dizalimi,

o zotolz ,,O,1 c(i d

i,i- J+ -)S $t*u G:,


a/
*Demi
hemuliaan-Ku, Aku pasti menolongmu meski nanti." (IIR..
Ibnu Majah)

it; fit;rti:;;6p r@t;?:, iil


Fikih Akhlak L,,
*Takutlah terhadap doa orang yang
teraniaya, karena doanya
hepada Allah tidak ahan terhambat." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ia juga harus menimbang apa yang akan ia dapatkan setelah
permusuhan itu, kebaikan atau keburukan? Atau ia justru dapat
melindungi kehormatan dirinya dan orang lain? Atau, apa hasil yang
akan ia raih kelak? Jika ia akan mendapat hasil yang baik dan
bermanfaat di dunia dan akhirat, lakukan. Tetapi jika yang didapat
adalah hasil yang pahit, maka ia harus segera menyadarinya. Hanya
Allah lah tempat meminta pertolongan.

336 L,n,n Akhtak


NASEHAT KEPADA SESAMA KAUM
MUSLIMIN

Ini adalah salah satu keharusan seorang muslim terhadap sesama


muslim lainnya. Bahkan Nabi sendiri telah membaiat sejumlah saha-
batnya untuk mengingatkan sesama muslim. Dalam ash-shahtbain
dari Jarir ibn Abdillah al-Bajali r.a. disebutkan, "Aku membaiat
Rasulullah untuk mendirikan shalat, mengeluarkanzakat, dan mengi-
ngatkan sesama muslim."
Sedangkan dalam ShahihMuslim, dariTamim ad-Dari r'a', dari
Nabi s.a.w.,

'p at*tt iy\t


v!: lir; *.6i.il iE 63
o tt,.. , 1o ll,
14..V, tt^Ji,-^Jl
| ,u a a

"Agama itu adalah nasehat (rnengingatkan)'" Kami bertanya,


"IJntuk siapa?" Nabi menjawab, "[Jntuk Allah, Kitab-Nya,
(Itusan'Nya, para pemimpin, dan seluruh kaum rnuslimin'"
Ketika orang-orang Israel melanggar ketentuan hari sabat,
melanggar larangan berburu pada hari yang oleh Allah diharamkan
berburu, dan satu golongan terketuk untuk mengingatkan, namun
golongan yang lain justru mengatakan, "Mengapa kalian mensehati
h,aum yang Altah akan membinasakan tnereka atau mengazab mereka
d.engan azab yang amat kera.s?" (QS. Al'ArAf: 164) Golongan yang

Fikih Akhlak | ,r,


-:

menasehati menjawab, "Agar kami m.enxpunyai alasan (pelepas


tanggung jawab) kepada Tuhan kalian, dan supaya mereka bertakwa.',
(QS. Al-.arlref: 1 64) Dan apa lacur? All ah menimpak an azab y ang berat
kepada orang-orang yang melanggar ketentuan itu, dan menyela-
matkan mereka yang menahan diri dari perbuatan keji.
Oleh karena itu, setiap muslim harus mengedepankan prinsip
saling mengingatkan ini kepada sesamanya dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan urusan agama maupun dunia. Jika prinsip saling
mengingatkan ini tidak dipegang kuat, maka yang akan terjadi adalah
kehancuran besar. Dan jika prinsip ini baru disadari kelak ketika
segalanya sudah terlambat, maka yang tedadi adalah kehancuran lebih
besar. Saat itu orang baru akan menyadari pentingnya saling mengi-
ngatkan. Allah tidak menyukai kehancuran.
Allah berfirman, "Oleh karena itu, berikanlah peringatan karena
peringatan itu berrnanfaof." (QS. Al-A,ld: g)
Usahakan agar tidak menyinggung perasaan orang lain ketika
mengingatkan. Misalnya, jangan mengingatkan seseorang di depan
orang banyak dan jangan pula dengan cara membuka seluruh aibnya.
Carilah tempat, waktu dan situasi yang tepat agar orang yang Anda
peringatkan itu menerima. Jangan mengingatkan seseorang yang
sedang marah, karena ia tidak akan bisa membedakan siapa orang
yang ada di depannya. Pilihlah kesempatan dan waktu yang tepat,
ketika hatinya sedang tenang. setelah itu, memohonlah kepada Allah.
Dengan pilihan kesempatan dan momen yang tepat, peri-
ngatanmu itu akan bisa diterima dan berguna. Setelah itu jelaskan
kepada saudaramu itu tentangkomitmen baikmu kepadanya, keinginan
baikmu demi kebaikannya, dan bahwa yang Anda lakukan itu bukan
karena mengharap sesuatu, jika perlu dijelaskan.

338 I ,,n,n Akhtak


PERTAUTAN ANTARA BUDI PEKERTI,
MAWAS DIRI DAN IMAN

Memang benar, keimanan harus semakin meningkat seiring


dengan meningkatnya rasa mawas diri terhadap Allah. satu lagi yang
harus disadari bahwa pengawasan Allah itu sangat ketat, sehingga ia
harus merasa bahwa Allah dan orang lain selalu mengawasinya.
Dari sudut mana saja, budi pekerti itu sejalan dengan tuntutan
iman kepada, pemahaman terhadap, dan perasaan diawasi oleh Allah.
sehingga, semakin kuat keimanan seorang hamba kepada Allah dan
semakin kuat perasaan mawas dirinya, maka budi pekertinya akan
semakin halus.
Sebaliknya, semakin lemah keimanan seorang hamba, semakin
berkurang rasa takut dalam dirinya dan mawas diri itu, maka akan
semakin kurang aiat. Na'udzubillah.
Budi pekerti yang baik, umumnya' merupakan petunjuk tentang
tingkat keimanan dan mawas diri seseorang. sebaliknya, budi pekerti
yang buruk adalah petunjuk tentang tingkat mawas diri dan keyaki-
nannya yang lemah.
Pertanyaannya, apakah seorang pendusta merasa diawasi oleh
Allah dan percaya bahwa Dia mendengar apa yang ia lakukan dengan
terang-terangan dan sembunyi-sembunyi? Apakah penipu yang keji
yakin bahwa AIIah mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati,
mengetahui semua yang diniatkannya, dan kelak akan menuntut per-
janjiannya? Apa pendapat Anda tentang seorang pencuri yang men-
julurkan tangannya yang penuh dosa itu mengambil harta orang lain,

Fikih Akhlak L,,


apakah ia beriman kepada Allah saat mengambil itu?Apakah ia takut
kepada Allah? Apakah seorang suka memfitnah memahami sabda
Rasulullah bahwa,

r t|; a*St ,yU U

Tidak akan masuk surga orang yang suka memfitnah,, (HR.


Muslim)?
Apakah orang yang sudah berani melakukan sumpah palsu
menyakini sabda Nabi bahwa

',4
*'f it'J6 4r'* * *,*',)L ;
L,+r d-e iiut Ora

"Barangsiapa bersumpah yang sumpahnya digunahan untuk


mengambil harta seorang muslim, maka kelah ia akan bertemu
dengan Allah dan Dia marah kepadanya'(HB. Bukhari dan
Muslim)?
Atau, dengan sabdanya yang lain, "Barangsiapa menjarah hak
orang muslim dengan sumpahnya, maka Allah telah menentukan
baginya neraka dan mengharamkan surga atasnya" (HR. Muslim)?
Atau sabdanya yang lain, "Dosa besar itu adalah menyekutukan Allah,
durhaka kepada kedua orangtua, membunuh manusia dan bersumpah
untuk melakukan keburukan" (HR. Bukhari)?
Apakah orang yang berlagak suci dan sering mengagungkan
dirinya di dalam forum-forum, ingat akan firman Allah, *Maka jangan
mengatakan diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orclng yang bertakwa." (QS. An-Najm: B2)?
Apakah orang yang kikir itu meyakini firman Allah, uDan apa
saja yang halian dermakan, rnaka Allah ahan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezki yang terbaik." (QS. Saba': Bg)?

3q L,n,n Akhtak
Apakah orang yang selalu ingin dipuji, percaya kepada firman
Allah, "Apa saja nihm.at yang ada pada kalian, maha dari Allah lah
(datangnya)." (QS. An-Nahl: 53)?
Apakah orang yang banyak bicara untuk hal yang tak berguna,
menyadari sabda Nabi,

"&.)1t;"i:i frt i-fitt!r.4'i rs ,y


"Barangsiapa beriman hepada Allah dan hari ahhir, rnaka ia
harus mengatahan yang baik atau (lebih baih) diam." (HR.
Bukhari dan Muslim)?
Apakah orang yang suka menyakiti hati orang lain, suka meng-
hardik dan suka melakukan perbuatan yang keji dan hina, adalah
seorang yang benar-benar beriman?
Jawaban dari semua pertanyaan ini adalah: tidak, tidak, dan
tidak! Iman kepada Allah akan menghalangi semua keburukan, dan
sikap mawas diri akan menghindarkan dari segala hal yang keji dan
perangai yang buruk.
Dalam al-Qur'an Allah pernah menjelaskan tentang seorang yang
bertindak kelewat batas dan menyebalkan, "Ketahuilah, sesungguhnya
manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya
serba cuhup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanlah kembali(rnu).
Bagaimana pendapatmu tentang orang yong melarang seorang hamba
hetika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jiha orang
yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau. dia menyuruh
bertahwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatm.u jika orang yang
melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakhah dia rnengetahui
bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?" (QS. AI'
'Alaq:6-14)
Ya. Kalau saja ia sadar bahwa Allah melihatnya, pasti ia tidak
akan berbuat seperti itu dan tidak akan melarang hamba Allah
melakukan shalat. Ya. Kalau saja ia sadar bahwa Allah melihatnya,
tentu ia tidak akan berdusta, tidak akan berpaling dari kebaikan, tidak

Fikih Akhlak LO,


mengumbar fitnah, dan tidak akan membuat kerusakan di muka bumi.
Kalau saja seseorang itu menyimak firman Allah dan tahu posisinya,
tentu ia tidak akan menggunjing sesama dan hanya akan mengucapkan
yang benar saja. Tapi ternyata, keyakinannya lemah sekali dan suka
mengabaikan.

Iman dan Budi Pekerti


Iman kepada Allah dan sikap mawas diri akan menghalangi
seseorang untuk berdusta, berbicara yang tidak berguna, menipu,
berbuat curang dan menjerumuskan. Sebaliknya, keimanan dan sikap
itu akan mendorong untuk jujur, menepati janji dan berbicara benar.
Perhatikan, bagaimana penyesalan Ka'ab ibn Malik ketika ia tidak mau
ikut perang Tabuk, padahal tidak ada alasan untuk tidak ikut. Perha-
tikan bagaimana penyesalannya yang diungkapkan kepada Rasulullah,
"Sungguh, jika bukan engkau yang aku hadapi, pasti aku akan berkelit
mencari alasan agar tidak mendapatkan kemarahannya. Ahan tetapi
aku sangat sadar, jiha aku berbohong hepadamu demi kerelaanrrlu,
Allah ahan membuatmu marah kepadaku. Aku merruilih berkata jujur
k e p ada mu, da n a ku b er harap amp u nan Al la h dalam kej uj uranhu. D emi

Allah, aku tidak punya alasan. Sungguh, aku tidah nlerasa senang
dan bahagia." (IJR,. Bukhari dan Muslim)
Lalu apa yang menyebabkan Ka'ab begitu jujur mengakui kesala-
hannya? Sebabnya, sikap mawas diri dan rasa takutnya kepada Allah.
Apa pula yang mendorong orang yang sedang punya hasrat
(seksual) menggebu ini, rela mengorbankan hartanya dan memendam
dalam-dalam hasrat tersebut? Yang menghalanginya untuk melakukan
semua itu adalah keimanannya kepada Allah dan sikap mawas dirinya.
Hadis berikut adalah petikan dari riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang sebelum kalian... ", Salah seorang
dari mereka mengatakan,'Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa ahu
punya sepupu perenxpuan yang sangd.t ahu cintai, pernah aku rayu
tapi menolak kecuali jika ahu memberinya seratus dinar, dan setelah
berusaha aku mendapatkannya, kemudian menemuinya dan
memberikannya hepadanya, kemudian dia menyerahkan tubuhnya

342 I
I

Fikih Akhtak
hepadaku. Tapi, ketiha hendah ahu setubuhi, ia berkata,'Takutlah
kepada Allah dan jangan menembus cincin, kecuali dengan jalan yang
benar!'Aku langsung tersentah, berdiri dan pergi meninggalhan uang
seratus dinar itu."
Juga pengakuan seorang lainnya, yang terjebak di dalam gua.
Apa yang mendorongnya untuk mengembangkan upah buruhnya
hingga menjadi ribuan ekor kambing dan menyerahkan kambing-
kambing itu kepada buruhnya itu? Hanya sikap mawas dirinya kepada
Allah. Petikan dari hadis selanjutnya, "Salah seorang dari tiga orang
dimaksud mengatakan, Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku punya
buruh yang beherja untukhu dengan perjanjian mendapatkan bagian
beras, tapi dia pergi dan meninggalkan bagiannya. Kemudian ahu
bermaksud baik kepada bagian tersebut dan aku pun tnenandtnnya.
Dari hasil padi yang aku tanam itu ahu belikan sapi. Kemudian ia
datang h,epadaku dan meminta upahnya (yang ia tinggalkan). Lalu
ahu katakan,'Ahu wujudkan dalam bentuk sapi itu. Bawalah
(pulang).'Tapi ia meminta,'Ahu hanya punyo, bagian beras padamu.'
Dan aku hatakan sehali lagi,'Ahu wujudhan dalarn bentuk sapi itu.
Sapi itu dari bagianmu itu. Bawalah pulang ...'."
Lain lagi dengan alasan yang mendorong orang yang ketiga untuk
berdiri dan tidak beranjak dari pintu kamar kedua orangtuanya hingga
fajar menyingsing dengan tangan tetap memegang susu, tidak memi-
numnya sendiri atau memberikannya kepada anak-anaknya, sampai
kedua orangtuanya yang telah renta itu bangun dan meminumnya.
Petikan dari hadis selanjutnya, "Sedangkan yang ketiga rnengatakan,
'Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku punya dua orangtua yang
sudah renta, dan setiap malam ahu selalu membawakan susu ham-
bingku, tapi suatu malam ahu terlambat dan hetiha aku datang mereka
sudah tidur, sementara istri dan anah-anakku mengerang kelaparan,
tapi ahu tidak memberikan susu itu kepada mereka sampai kedua
orangtuaku minurn. Ahu tidak mau membangunkannya atau mening-
galkannya. Aku tetap menunggunya hingga fajar menyingsing. Jika
Engkau tahu bahwa aku melakukan sem'ua itu karena rasa takutku
kepada-Mu, maha ringanhan beban kanli ...'."

Fikih Akhlak Lo,


Yang mendorong mereka berbuat seperti itu adalah keimanan
mereka kepadaAllah, sikap mawas diri mereka dan rasa takut mereka.
Dalam keimanan kepada Allah, keyakinan akan janji dan
ancaman-Nya, dan keyakinan bahwa Dia mendengar dan melihat, ada
semacam pelipur hati atas perlakuan sewenang-wenang orang-orang
yang zalim. Pengetahuannya akan Allah, mawas dirinya, dan keyaki-
nannya bahwa Dia mendengar dan melihat, membuatnya bersabar
menghadapi perlakuan keji orang lain; menjadikannya bisa berpaling
dari orang-orang yang tidak mengerti; dan menjadikannya selalu ber-
harap pahala dari semua itu. Dalam konteks itulah turun ayat-ayat
yang menghibur Rasulullah . " Dan Kami sungguh- sungguh rnengetahui
bahwa dadam.u menjadi sempit d,isebabkan apayang rnereka ucapkan."
(QS. Al-IIli rz g7 ) " D an s e su ngg u hny a Kami me ng et a hui b a hw a mereka
berkata,'Sesungguhnya al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia
hepadanya (Muhammad)." (QS. An-Nqbl: LOB)'Dan bertawakallah
hepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Yang
melihat enghau ketika enghau berdiri (untuk sembahyang)." (QS. Asy-
Syu'arA': 217-zLB)
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah itu melihat semua-
nya. Oleh karena itu, kayakinan ini akan menghibur orang yang
tertimpa bencana dan melipur hati yang sedih.
Dan kepada setiap muslim, kapan pun, yakinlah bahwa Allah
itu selalu melihat dan mendengar. Allah Mahatahu atas apa yang Anda
katakan, kerjakan dan niatkan. Dengan kesadaran seperti itu, budi
pekerti akan selalu baik dan hati selalu bersih.
Itulah sebabnya, di banyak tempat dalam al-Qur'an, peringatan
untuk mengingat Allah sering disebutkan: ketika menjelaskan tentang
hukum, kisah-kisah, dan pengabaran sesuatu yang kelak akan datang,
dan di permulaan surah, pertengahan surah atau penghujung surah.
Banyak peringatan bahwa Allah itu Maha Mendengar, Maha
Mengetahui, Maha Melihat, Maha Memahami, Maha Mengawasi,
Mahadekat, dan pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Semua ini
menunjuk kepada sesuatu dan menganjurkan kita untuk memper-

344 I
I

Fikih Akhlak
hatikannya. Semua menegaskan satu hal pokok: bahwa Allah melihat,
mendengar, dan tak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya. Tapi pola
penyampaian yang digunakan oleh ayat-ayat tersebut berbeda-beda,
struktur bahasanya beragam, dan pilihan kata-katanya sangat berva-
riasi dengan maksud agar umat manusia belajar darinya dan menjadi
peringatan. Dengan demikian, situasi kehidupan menjadi lebih
terkendali dan perilaku umat manusia menjadi lebih baik.
Perhatikan, misalnya, ayat-ayat tentang perceraian dan bagai-
mana penghujung setiap ayat itu. "Dan jika mereka berazam (bertetap
hati untuk) cerai, maka sesungguhnya Allah Maha Mende-ngar lagi
Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarahz 227)
"Apabila kalian rnencerai istri-istri kalian, dan mereka hampir
mendekati ahhir iddahnya, maka tahanlah mereka dengan cara. yang
baik, atau ceraikanlah mereka dengan cara ydng baih (pula). Jangan
menahan mereka untuk ffLenyengsdrakan mereka, karena dengan
demihian kalian rnenganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian,
maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Jangan
jadikan huhum-hukumAllah sebagai permainan. Dan ingatlah nikmat
Allah pada kalian dan apayang telah diturunkan Allah kepada kalian,
y ait u Kit ab (al - Q ur' an) dan Hihma h ( il mu p e ng et a h u an). All a h memb e -

ri pengajaran hepada kalian dengan apa yang diturunhan-Nya itu.


Bertahwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Menge-
tahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 231)
Ayat-ayat yang menegaskan bahwa Allah Maha Melihat, Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui, jumlahnya begitu banyak.

Kontrol yang Lain


Anda harus yakin bahwa selain Allah ada hal lain yang selalu
mengontrol Anda. Malaikat selalu mengontrol, mengawasi gerakan,
ucapan dan tindakan Anda dan mencatatnya. "Sesungguhnya bagi
halian ada (malaihat-m.alaikdt) yang mengawasi (perbuatan kalian).
Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatan halian).
Mereha mengetahui apa yang halian kerjakan." (QS. Al-Infith6r: 10-
12)

Fikih Akhtak I ,ot


"Setiap diri pasti ada penjaganyo." (eS. Ath-Th6riq: 4)
"Diutus-Nya hepada halian malaikat-malaikat penjaga." (eS. Al-
An'6m:61)
oBenar (Kami rnendengar),
dan utusan-utusan (malaikat-
rrualaihat) Kami selalu mencatat di sisi mereha." (eS. Az-Zukhruft
80)
"Tiada suatu ucapanpun yang diucaphannya melainkan ad,a di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.,'(eS. e6f: fg)
Anggota tubuh Anda juga merupakan pengontrol dan saksi atas
apa yang Anda kerjakan. "Apakah dia menyangka tidak ada seorang-
pun yang rnelihatnya? Buhanhah Kami telah menrberikan hepad.anya
dua buah rnd.ta, lidah dan dua buah bibir?,'(eS. Al-Balad: 7-g)
*Pada
hari (ketiha),lidah, tangan dan kaki mereha menjad.i saksi
yang nten'tberatkan mereha akibat apa ya,ng dahulu mereka lakukan.,'
(QS. An-Nfirz 24)
"Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah d,igiring ke
dalam neraha lalu mereka dikumpulhan (semuanya). sehingga apabila
mereka sampai he neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka
menjadi saksi yang mernberatkan mereka tentang apa yang telah mereka
kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereha,,Mengapa engkau
me nj adi s a k s i y a ng me mb e r at ka n ham.i?'
Kulit mere ka me nj aut ab,' Al I a h
yang menjadikan segala sesuatu pandai berhata telah menjadikan
kami pandai (pula) berhata, dan Dialah yang nlenciptakan kalian pada
hali pertama dan hanya kepada-Nyalah kalian dikembatikan.'Kalian
tidak akan bisa bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan
dan hulit kalian. Tetapi halian mengira bahwa Allah tid,ah mengetahui
h,ebanyahan dari apa. yang kalian herjakan. Dan yang d.emihian itu
adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhad,ap Tuhan
kalian. Prasangha itu telah membinasahan kalian, maka jad,ilah halian
termasuk orang-ord,ng yang nlerugi." (QS. Fushshilat: 19-28)
Diriwayatkan dalam shahtL Muslim, dari Anas ibn Malik r.a.,
"Kami sedang bersama Rasulullah dan beliau tertawa. Beliau kemudian
bertanya, 'Apakah kalian tahu apa sebabnya aku tertawa?,Kami

346 I
I

Fikih Akhtak
menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Rasulullah menjawab,
'Salah satu dari pembicaraan antara hamba dan Tuhannya. Hamba
berkata,'Wahai Tuhanhu, tidakkah Engkau lindungi aku dari
lzetidakbenaran?' Tuhan menjawab,'Benar.' Hamba berkata,'Aku
hanya memperkenanhan seorang saksi dari diriku sendiri.' Tuhan
menjawab,'Cukup bagimu hari ini, seorarug saksi atas dirimu dan
para pencatat yang mulia.' Setelah itu, hedua bibirnya dihunci, dan
dikatakan kepada seluruh anggota tubuhnya,'Berbicaralah!' Dan
berbicaralah tentang semua perbuatannya. Kemudian hamba itu diberi
hesempatan untuh berbicara, dan berkata,'Kalian telah menjauhihu,
padahal dulu aku selalu membela halian'."
Bagaimana mungkin seorang hamba bisa menyangkal, melaku-
kan maksiat dan kezaliman, sementara pengawasan di sekitar dirinya
sangat ketat? Semua tindakan dan ucapan yang ia lakukan selalu
dicatat. Allah itu Mahadekat, Maha Menyaksikan, Maha Mendengar,
Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Para malaikat yang mulia itu
adalah saksi, dan seluruh anggota tubuh kelak akan berbicara tentang
apa yang dikerjakannya:
Apakah yang seperti itu akan mampu mengangkat derajat Anda
di akhirat? Pelajarilah, pikirkan dan pahamilah! Setelah itu, ber-
takwalah kepada Allah dalam menghadapi diri sendiri dan orang lain.

Surat kepada Penanggung Jawab


Yang penulis maksud dengan penanggung jawab di sini bukan
hanya raja, pemimpin, penguasa, menteri atau direktur. Tapi semua
pengembala. Semua bertanggung jawab terhadap gembalaannya.
Sebagaimana sabda Nabi s.a.w.,"Ingatlah, setiap halian adalah peng'
gembala, dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalaanya.
Pemimpin adalah pengembala dan bertanggung jawab terhadap
rakyatnya; seorang suami adalah penggembala anggota heluarganya,
dan bertanggung jawab terhadap mereha; seorang istri adalah
penggembala rumah suaminya dan anak-anaknya, dan bertanggung
jawab terhadap mereha; seoro,ng budak adalah penggembala harta
tuannya dan bertanggung jawab atas harta tersebut. Ingatlah, setiap

Fikih Akhlak LO,


kalian adalah penggembala dan setiap harian bertanggung jawab atas
gembalaannya." (IJ.B,. Bukhari dan Muslim)
Jika Anda adalah orang yang bertanggung jawab, maka ini pe-
sanku kepada Anda:
Pertama-tama Anda harus memanjatkan puji syukur kepada
Allah atas semua yang telah Dia berikan kepada Anda, dan melebihkan
Anda atas banyak makhluk-Nya. Merupakan nikmat Allah ketika Dia
menjadikan Anda punya wewenang; menjadikan Anda bertanggung
jawab, bukan yang selalu meminta; menjadikan Anda sebagai
orang
yang memberi, dan tangan Anda adalah tangan yang di atas bukan
tangan yang meminta yang di bawah.
Bentuk nikmat-Nya yang lain adalah Anda dijadikan punya
kelebihan, yang dengannya Anda dapat menentukan pekerjaan yang
harus dikerjakan dan yang tidak harus dikerjakan. Anda harus ber-
syukur karenanya. Jika Anda tidak mensyukurinya, nikmat-nikmat
itu akan dicabut; Allah akan menjadikan Anda bawahan setelah
sebelumnya Anda memimpin, menjadikan Anda orang rendahan sete-
lah sebelumnya Anda orang terhormat, dan menjadikan Anda orang
suruhan setelah sebelumnya Anda seorang penguasa. semua itu bisa
terjadi dengan mudah, karena Allah telah berfirman, ,,Dan (ingatlah
juga), tathala Tuhanrnu memaklurnkan, 'sesungguhnya jika kalian
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepad.a halian; jika
halian hufur terhadap (nihmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedilr." (QS. Ibrahim: Z)
Ya, jika kalian bersyukur, niscaya Alrah akan menambahkan
nikmat kepada kalian. Allah telah berjanji, dan Dia tidak akan menging-
kari janji-Nya. Dia akan meluaskan nikmat tersebut, akan menjadikan
kalian semakin menerima, akan menambahkan keimanan, dan akan
melapangkan hati. Allah akan meninggikan kedudukan kalian di
akhirat, menambahkan pahala, melindungi dari cobaan, dan meng-
hindarkan dari keburukan. "...jika kalian kufur terhad.ap (nikmat_Ku),
maha sesungguhnya azab-Ku. sangat ped.ilr.. (eS. Ibrahim: Z)
Ya, azab Allah sangat pedih bagi orang yang ingkar. Semua
nikmat yang diterimanya akan lenyap dan ia berubah menjadi seorang

348 | ririn Akhtak


peminta-minta. Ibaratnya, ia melihat pohon nikmat tersebut telahjatuh
menimpanya. Kekuasaan yang pernah dinikmatinya lenyap, dan kini
ia menjadi bawahan; istana yang pernah dimilikinya lenyap dan kini
ia menjadi rakyat jelata;dan dulu tangannya yang suka memberi, kini
berubah menjadi peminta-minta. Semua itu adalah kekuasaan Allah.
Sering terjadi bahwa nikmat yang ia rasakan itu tak memberikan
pengaruh positif di hatinya; sering pula terjadi bahwa nikmat yang ia
miliki justru menjadikan bencana baginya. Harta yang dimilikinya
justru membuatnya gelisah, selalu ketakutan, khawatir hartanya
dijarah orang dan selalu kebingungan hingga tak bisa tidur nyenyak.
Lebih pahit lagi adalah azab pedih yang telah disiapkan di akhirat
kelak bagi orang yang tidak pernah bersyukur dan tidak mengakui
karunia Allah. Itu artinya, kita harus bersyukur.
Tidakkah Anda memperhatikan bahwa Musa a.s. pernah berkata
kepada para pengikutnya, "Hai kaumku, ingatlah nihmat Allah kepada
kalian hetika Dia menganghat nabi-nabi di antara kalian, dan
dijadikan-Nya kalian orang-orang merdeka, dan diberihan-Nya kepada
kalian apa yang tidak diberikan-Nya hepada seorang'pun di antara
umat-umat yang lain." (QS. Al-M6'idah: 20) Musa mengajak para
pengikutnya untuk mensyukuri nikmat Allah.
Adalah Sulaiman a.s. ketika melihat singgasana Ratu Saba dan
sudah berada di depannya, ia bergumam,"Initermasuh haruniaTuhan-
hu untuh mengujihu; apahah aku bersyukur atau ingkar (akan nikmat-
Nya). Barangsiapa bersyuhur, maha sesungguhnya diabersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri; barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'(QS. An-Naml: 40) Dan
gumamannya ketika Allah memahamkannya bahasa semut, "Maka dia
tersenyum tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa, 'Ya Tuhanku, berilah ahu ilham untuk tetap mensyuhuri
nihmat-Mu yang telah Engkau anugerahhan kepadaku dan hepada
kedua orangtuaku, dan untuh mengerjakan amal saleh yang Engkau
ridhai. Masukkanlah aku, dengan rahmat-Mu, ke dalam golongan
hamba-hambaMu yang saleh." (QS. An-Naml: 19)

Fikih Akhlak l|O,


Ketahuilah, kedudukan dan kehormatan yang Anda nikmati itu
adalah ujian. Allah juga menjadikan seseorang sebagai ujian bagi
sesamanya: Pemimpin adalah ujian bagi rakyat dan rakyat adalah ujian
bagi pemimpin; yang kuat adalah ujian bagi yang lemah dan yang
lemah adalah ujian bagi yang kuat; yang kaya adalah ujian bagi yang
miskin dan yang miskin adalah ujian bagi yang kaya; yang tampan
adalah ujian bagi yang jelek dan yang jelek adalah ujian bagi yang
tampan; semua orang adalah ujian bagi sesamanya ."Dan Karni jadikan
sebagian kalian ujian bagi sebagian yang lain." (es. Ar-Furq6n: 20)
"Apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Karni. Kemud.ian
apabila Kami berikan kepadanya nihmat dari Kami, ia berkata,
'sesungguhnya aku diberi nikmat itu kerena kepintaranku.' sebe-
narnya itu adalah ujian, tetapi kebanyahan mereha itu tidak nxenge-
tahui." (QS. Az-Zumar: 49)
"Apakah mereha y ang membagi-b agi rahmat (nikmat) Tuhanmu?
Kami yang mebagi-bagikan di antara mereha kebutuhan hid.up mereka
dalam dunia. Kami telah meninggikan derajat sebagian mereka atas
sebagian yang lain, agar sebagian mereka dapat manjadikan sebagian
yang lain sebagai bawahan. Rahmat (nikmat) Tuhanmu tebih baih
dari apa yd,ng mereha kumpulhan.'(QS. Az-Zukhruf: 82)
"Dialah yang menjadikan halian sebagai penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan derajat sebagian kalian atas sebagian (yang
lain), untuk menguji kalian atas apa yang diberikan-Nya kepad.a
kalian." (QS. Al-An'Am: 165)
setelah memahami ayat-ayat di atas, bertakwalah kepada Allah
terhadap kedudukanmu, bertakwalah kepada-Nya dalam menghadapi
orang-orang bawahanmu, dan bertakwalah kepada Allah dalam meng-
hadapi dirimu sendiri.
Ingatlah, Anda pasti melepaskan dan meninggalkan jabatan
Anda, cepat atau lambat, dengan kematian atau sebab yang lain.
"sesungguhnya halian datang h,epada Kami sendiri-sendiri, sebagai-
mand Kami ciptakan kalian pertama kati. Kalian tinggalhan di
belakang halian (di dunia) apa yd.ng telah Karni karuniahan kepada

350 |
I

Fikih Akhtak
kalian. Kami tidah melihat penolong-penolong yang kalian anggap
bahwa mereha adalah sekutu-sehutu kalian. Sungguh telah terputuslah
(hubungan) antara halian dan apa yang kalian anggap (sebagai sehutu
kalian) telah lenyap." (QS. Al-An'Om: 94)
Anda harus ingat itu, harus ingat bahwa orang lain sebelum
kalian yang telah meninggal dan meninggalkan kehidupan ini, bahkan,
pernah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan
Anda. Coba bandingkan diri Anda dengan Qarun, Firaun dan Haman.
Coba bandingkan diri Anda dengan para nabi Allah. Oleh karena itu,
berbuatlah untuk hari ketika Anda harus meninggalkan kedudukan
itu dan ketika Anda harus meninggalkan semua milik Anda, seperti
para pendahulu kalian meninggalkan semua milik mereka.
Ingatlah firman Allah, "Bermegah-megahan telah melalaikan
kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur-hubur." (QS. At-
Takdtsur:1-2)
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaihan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagunxkan para
petani. Tanaman itu kemudian menjadi kering dan kalian lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang heras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan hehidupan dunia ini tidah lain hanyalah hesenangan yang
menipu." (QS. Al-Hadid: 20)
Anda juga harus ingat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Anas r.a., "Di hari Kiamat helak, para penghuni neraka
yang senxasa di dunia diberi kenikmatan yd,ng melimpah, didatangkan,
kemudian dicelupkan sekali ke dalam neraha. Kemudian dikatakan,
'Wahai anak Adam, apahah enghau pernah melihat kebahagiaan?
Apahah engkau pernah merasakan henihmatan?' Manusia pun
menjawab,'Sungguh, tidak pernah, Tuhanku.' Kemudian para peng-
huni surga yang merupahan orang paling menderita hetika di dunia,
didatanghan, kemudian dimasuhhan sehali he dalam surga. Kemudian
dikatakan,'Wahai anah Adam, apahah engkau pernah ntelihat

Fikih Akhlak I ,r,


penderitaan? Apakah enghau pernah merasakan kesusahan?' Manusia
pun menjawab,'Sungguh, tidah pernah, Tuhanku. Aku tidak pernah
merasakan penderitaan dan tidak pernah melihat hesusahan sekali-
plrn'."

Sifat-sifat Penanggung Jawab


Hendaknya orang yang bertanggung jawab harus bersifat:
7- Bertakwa kepada Allah dan menjaga diri dari hat-har syubhat.
Kedua sifat ini adalah kunci kebaikan dan jalan keluar dari segala
ujian. Di samping itu, kedua sifat tersebut merupakan cara untuk
mendapatkan rezki dan keluar dari tekanan, cara untuk meninggikan
kedudukan dan menghapuskan kesalahan, cara untuk menarik hati
Allah dan sesama. "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
ahan (selalu) memberinya jalan heluar dan memberinyarezki dari proses
yang tidah terpihirkan " (QS. Ath-Thalaq: 2-3) "Barangsiapa bertakwa
kepada Allah, niscaya Allah memberinya kemudahan dalam urusan-
nya." (QS. Ath-Thal6q: 4) "Barangsiapa bertahwa kepad.a Allah,
niscaya Dia akan menghapus hesalahan-kesalahannya dan akan
melipatgandahan pahala baginya." (QS. Ath-Thal6q: E)
"Hai orang-orang yang beriman, jiha kalian bertahwa hepada
Allah, niscaya Dia akan memberihan furqAn (kemampuan membed.akan
yang benar dan yang salah) kepada kalian dan menghapushan segala
kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-d.osa) kalian.,
(QS. Al-Anfdl:29)

adil dan bijaksana. Orang yang bertanggung jawab


2. Bersihap
harus berlaku bijaksana. Pemimpin yang bijaksana termasuk tujuh
golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan kerak pada
hari ketika hanya ada perlindungan-Nya. Demikian ditegaskan oleh
Rasulullah,

6 ;Le 'c:b*;!t ,:t


6. .o 6 o/ t o

*)t r4,nl ,ftyLlJl//


o/,
"c zl 6
t z ,,,|,i -, o,2
#rrry-
,o1, o
,)oJ-rLi'.,jir
l> J -L)-
z
L^.*r_ 4r-+ Lils J ,-ts S
-z / / //

352 I
I

Fikih Akhtak
t;, (.:,
*Orang-orang yang
adil berdiri di atas panggung-panggung
dari cahaya, berada di sisi kananYang Maha Penyayang, kedua
tangan-Nya hanan''. Mereka adalah orang-orang yang adil
dalam memberi keputusan di antara keluarga mereka dan di
antara orang -orang yang berada di b aw ah wew enangnyo.,' (HR.
Muslim)
3. Memilihi heberaninn, kecerdasan dan baih b udi.Apakah pantas
seorang suami yang mendengar suara menyeramkan dari arah ruangan
lain di rumahnya, malah menyuruh istrinya, "Lihat sana, apa yang
sedang terjadi!"? Jika ia melakukan seperti itu, maka itu akan memberi
kesan di hati istrinya bahwa ia seorang penakut. Ia seharusnya menjadi
orang pertama yang melihat dan memastikan suara menyeramkan itu.
Dalam ShahthBukhari diriwayatkan dari Anas r.a., ,,Nabi s.a.w.
adalah orang yang paling baik budi pekertinya dan paling pemberani.
Suatu malam, seluruh penghuni Madinah ketakutan, lalu mereka
keluar bersama-sama menuju tempat suara itu. Ternyata mereka mene-
mukan Nabi dan menjelaskan tentang suara itu. Nabi duduk di atas
kuda Abu Thalhah tanpa pelana dengan pedang menggantung di leher.
Nabi berkata,'Jangan takut, jangan kaget!'setelah itu Nabi menjelas-
kan, 'Suara itu adalah suara kuda yang berlari kencang'.,'
4. Harus ramah dan sayang. Nabi pernah bersabda,
zl//
'ba,*
lLWUW 1l ir q,)Ja trir
c t.
.o ,. c
, !.i ,to..
\Jfsv ry)dlw q'/'q G) U'
al o , t. o4

*Ya
Allah, Barangsiapa mengatur urusdn umatku dan menyulit-
h,an mereka, maka persulitlah urusannycr; Barangsiapa rnenga-
tur urusan umathu dan ramah hepada mereka, rnaka kasihilah
ia." (HR. Muslim)
Prinsip dasar dalam berhubungan dengan rakyat adalah ramah
dan sayang kepada mereka. Allah menjelaskan tentang Nabi-Nya,

Fikih Akhlak L,,


"Sebab rahmat dariAllah lah enghau berlahu lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati hasar, tentu
mereka ahan menjauhhan diri darimu. Karena itu, maafkanlah mereha,
mohonhanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan
mereha dalam urusan irrz." (QS. Ali Imran: 159)
Sabda Nabi,
4
UIt
O ,.
9G'd
0

,.f
J zo)
9',
)zz | .
tJj atl) V! tg*
.

q, rk t: 6'StLY,
,.
dV
"Jiha kelembutan itu ada pada sesuatu, maha ia akan menjadi
penghiasnya; jika tidak ada, maka sesuatu itu menjadi buruh."
(HR.Muslim)
Jangan mengubah kelembutan menjadi sikap kasar, kecuali jika
Anda berhadapan dengan orang yang layak untuk diperlakukan
dengan kasar. "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa buhti-buhti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereha Kitab dan neraca (headilan), supaya manusia dapat
melaksanahan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia."
(QS. Al-Hadid: 25)

Jika al-Qur'an dan keadilan belum menyetuh hati mereka, dan


penjelasan maupun nasehat belum mampu melunakkan sikap hati
mereka, maka kekuatan besi lah yang dapat meluruskan ketidakbe-
naran mereka dan kekerasan lah yang akan menjadi penawarnya.
Perhatikan bagaimana karamahan, kelembutan dan ketegasan
terdapatpada satuwaktu dalam pernyataanYusuf a.s. kepada saudara-
saudaranya, "Baualah kepadaku saudara kalian yang seayah
(Bunyarnin). Bukankah kalian melihat aku telah menyenxpurnakan
timbangan (untuk kalian) dan ahu adalah penerima tamu yang paling
baik? Jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka halian tidak
akan mendapat sukatan (bantuan) lagi dariku dan jangan kalian
mendekati aku.' (QS. Yusuf: 59-60)

354 I ntirr Akhtak


5. Sabar dan kuat menghadapi tehanan. Setiap pemimpin harus
mempunyai sifat sabar dan kuat menghadapi tekanan. Mengapa?
Karena jika ia berbeda prinsip dengan rakyatnya dalam satu hal yang
mereka remehkan, maka akan banyak rakyat yang tidak menerima
yang kemudian akan mencela, memaki dan mencacinya jika keinginan
mereka tidak terwujud.
Pemimpin memang selalu berada di antara dua hal: antara ia
harus mewujudkan keinginan rakyatnya yang tak berkesudahan atau
berbuat adil sesuai dengan tuntutan kemaslahatan umum. Tapi di sini,
ia harus berbuat adil dan melakukan apa saja yang mendekatkan
dirinya kepada Allah.
Syahdan, nabi-nabi itu selalu ditekan dan disakiti-padahal
mereka makhluk pilihan dan terbaik ."Dan di antara mereka ada orang
yang m"encelamu tentang (pembagian) sedekah; jiha mereha diberi
sebagian dari padanya, mereha bersenang hati dan jiha mereka tidah
diberi sebagian dari padanya, dengan serta merta mereha menjadi
ntarah." (QS. At-Taubah: 58)
Di samping itu, seorang pemimpin harus banyak belajar dari
kesabaran dan shalat. "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
"Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu
menjadi sempit sebab apa yang mereka ucapkan. Bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan jadilah engkau tern'tasuk orang-orang yang
bersujud (shalat)." (QS. Al-Hijr: 97-98)
Shalat sangat menolong semua kesulitan yang dihadapi oleh
seorang pimimpin. Dan doa kepada Tuhan akan meringankan segala
beban dan akan menghilangkan semua tekanan. Karena hanya Allah
lah yang harus dimintai pertolongan.
6. Seorang pemimpin harus berbudi luhur, bertutur kata santun
dan murah senyuffL. Semua yang tersebut dalam subjudul di atas akan
membuat Anda dicintai oleh sesama dan Tuhan. Secara tidak langsung,
Anda harus bertindak positif. Adakalanya, Anda memergoki sejumlah

Fikih Akhlak I ,r,


pegawai Anda melakukan kesalahan. Anda harus tetap menyapanya
dengan senyum dan kemudian menjelaskan kesalahan yang
dilakukannya agar mereka bisa menyadari dan kemudian mengoreksi
diri.
Sebaliknya, Anda (mungkin pernah) memuliakan seseorang dan
memberinya banyak uang tapi dengan sikap yang sangat ketus dan
wajah yang tidak ramah, maka ia (mungkin) akan menerima uang itu
dengan berat hati, benci, dan mendoakan agar semua harta yang Anda
miliki tidak berkah. "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang m.enyakitkan
(perasaan si penerimo)." (QS. Al-Baqarah: 263)
7 . Kuat mental dan tidak emosional. Anda harus bermental kuat

dan tidak emosional. Kedua sifat ini sangat disukai Allah. Demikian
kata Nabi kepada Asaj ibn Qais.
Tidak emosional sendiri mengacu kepada makna cermat dalam
menentukan dan memberikan keputusan, tidak gegabah. Sedangkan
kuat mental berarti tidak mudah menyerah atau membalas. Tapi, pelan,
jangan gegabah, dan jangan mudah menyerah. Jika menurut Anda
kesalahan seseorang itu harus dimaafkan, maka Anda harus memaaf-
kan. Dan jika menurut Anda ia harus dijatuhi hukuman, maka hukum-
lah ia sekadarnya dan jangan berlebihan.
Allah pernah memuji Ibrahim, "Sesungguhnya lbrahim itu benar'
benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suha kembali kepada
Allah." (QS. HOd: 75)
8. Seorang pernimpin harus memudahkan dan tidak menyulit-
ftoz. Nabi s.a.w. pernah berwasiat kepada para sahabatnya,

e"l
l, ol o 7, z9zl

Lry
tt-
z I zl o tc t -r
t-n+; ls
"sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan tidak
untuk menyulitkan (orang lain)." (HR. Bukhari)
Pesannya juga kepada Abu Musa dan Mu'adz,

356 L,n,n Akhrak


ry vtqw, tkvr(#.: .,9 .t.1, ..9 .
lr,^; V1l1*-
"Permudahlah dan jangan dipersulit, beri kabar gembira dan
jangan membuat orang tahut, membaurlah dan jangan rnenjaga
jarak." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Shahtbain diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi s.a.w.
pernah bersabda,

t
lzl
ts-P u;tk; lr*u . t9 ,t.7,
V j
t9 ,
lgle_

"Permudahlah dan jangan dipersulit, tenanghan dan jangan


memb uat mereka menghindar."
Kalau disuruh memilih, Rasulullah selalu memilih yang paling
mudah selama itu tidak mengandung dosa. Bila mengandung dosa,
maka Rasulullah adalah orang yang paling anti. Dalam ShahthMuslim
diriwayatkan dari Jabir r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah tidak
mengutusku untuk rnenyusahkan dan tidak pula untuk membuat
bingung, tetapi Allah mengutusku untuk mengajarkan dan memudah-
kan."
9. Anda harus memuliakan herabat. Tak sedikit orang yang,
setelah meraih kedudukan, lupa dengan sanak kerabatnya. Tak sedikit
leluhur kita yang mati-matian mengejar dan menaikkan kedudu-
kannya, namun Setelah mendapatkannya, mereka lupa. dan enggan
mengakui sanak kerabat dan kedua orangtua mereka sendiri; bahkan
malu jika ketahuan bahwa orangtuanya adalah si A.
Di mana pgsi'si anak seperti ini jika dibandingkan dengan Yusuf
a.s.? Dengan kekayaan yang dimilikinya, ia justru bersikap hangat
kepada kedua orangtua dan saudara-saudaranya. "Maka tatkala
mereka rnasuk ke.(tempat) Y1,rsuf, Yusuf meranghul ibu bapaknya dan
dia berkata,'Masuklah kalian ke negeri Mesirl insyaallah dalam heada-
an arnan.' Dan ia menaikkan ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan
mereka (semuanya) merebahkan d,iri sera.ya sujud kepada Yusuf. Dan
berkata Yusuf,'Wahai ayahku, inilah arti mirnpiku yang dahulu itu.

Fikih Akhlak Lt
Sesungguhnya Tuhanhu telah menjadihannya sebagai kenyataan. Dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik hepadaku, ketika Dia
membebashan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kalian
dari dusun padang pasir, setelah setan merusakhan (hubungan) antara
ahu dan saudara-saudaraku'." (QS. Yusuf: 99-100)

Jauhilah Sifat-sifat yang Buruk


Salah satunya adalah dusta. Seorang pemimpin tidak boleh
seorang yang pendusta.

A q+ r@t cL: ,it Jt q4 q;6JtLp'l7J


.;> .;JSil 6-P.s t)"< ilt'iti
d, , .'-.? o, .i.
I.>
)6, 6z O
/C . .2t
titj-f
'a
o,ut Je rrj!

Karena dusta akan menunjukkan Aabn) kepada hekejian, dan


hekejian akan menunjukhan (jalan) kepada neraka. Seorang
yang selalu berdusta dan lebih memilih dusta, maka Allah akan
menulishannya sebagai seorang pendu.sta," sebagaimana sabda
Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari dan Muslim)
Semakin tinggi kedudukan Anda, maka akan semakin besar dosa
dari dusta Anda itu. Kelak di hari Kiarnat, Allah tidak akan pernah
melihat, mensucikan dan berbicara kepada seorang penguasa yang
pendusta. Ia akan menanggung siksa yang pedih. Demikian sabda
Rasulullah s.a.w. (HR. Muslim)
Orangyangberdusta dan dikenal di mana-mana sebagai pendus-
ta, maka ia akan mengiris rahangnya hingga tengkuknya dan hidung-
nya hingga tengkuknya pula (di hari Kiamat)56. Kemudian dengan
dustanya kepada bawahannya, wibawa dan harga dirinya akan jatuh.
Seorang pemimpin tidak boleh seorang yang pengecut. Pengecut
adalah sifat yang buruk. Nabi selalu memohon agar dijauhkan dari
sifat ini. Diriwayatkan dari jalan Mush'ab ibn Sa'ad, "Sa'ad pernah
menganjurkan lima hal dan itu katanya dari Nabi s.a.w.,

358 I ritirr Akhtak


,ijjr U
c
't;i, Pir a., i;i jt,ct
e'l
o

,i:i u U i;l; n:r ,l'rf jr ':rl'of e; ii?,

,?, 7,b ,4 +ll| ,l,eitt * 4r;'nt


'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir,
berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku berlindung
hepada-Mu agar tidah dijadihan pikun, aku berlindung
kepada-Mu dari cobaan dunia-cobaan Dajjal-dan aku
berlindung kepada-Mu dari siksa hubur." (HR. Bukhari)
Seorang pemimpin harus menjauhi sifat pelit. Orang yang
melindungi dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung. Nabi s.a.w. selalu memohon kepada Allah agar
dilindungi dari kekikiran. Diriwayatkan dari Umar ibn Khaththab r.a.,
"Rasulullah pernah membagi sesuatu kepada.beberapa orang.
Kemudian aku mengingatkan,'Sungguh, wahai Rasulullah, ada orang
yang lebih pantas menerima pembagian itu selain mereka.'Rasulullah
menjawab, 'Mereka menempatkanku dalam posisi memilih, apakah
mereka meminta kepadaku dengan hardikan atau mengatakan aku
kikir. Padahal aku bukan seorang yang kikir'." (HR. Muslim)

Dosa Pemimpin yang Culas


Bukhari meriwayatkan dari al-Hasan, "Ubaidillah ibn Ziyad
menjenguk Ma'qal ibn Yasar ketika sakit yang menghantarkannya
kepada kematiannya. Ma'qal berkata, 'Aku menurunkan hadis yang
pernah aku dengar dari Rasulullah. Aku mendengar Nabi pernah
mengatakan, 'Seorang hamba yang diberi tanggung jawab oleh Allah
untuk mengurus rakyat, kemudian tidak menganjurkan kebaikan
kepada mereka, maka ia tidak akan pernah mendapatkan bau surga'."
Riwayat lain berbunyi, "Seorang pemimpin rahyat muslim yang
mati dalam keadaan culas, maka Nlah akan mengharamkan surga
atasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhtak I ,t,


INTERAKSI PEMIMPIN TERHADAP RAKYAT

Wahai pemimpin, Anda harus punya teman baik yang selalu


menemani dan tidak pernah meninggalkanmu. Sebaliknya, jangan
pernah punya teman yang selalu mengajak kepada kekejian.
Teman di sini berarti orang-orang yang selalu diajak untuk
berdiskusi dan mencurahkan rahasia hatinya. Mereka adalah orang-
orang dekatnya dalam segala permasalahan yang dihadapinya, yang
tentunya haruslah orang-orang yang baik dan benar.
"Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian ambil menjadi
teman kepercayaawnu orang-orang yang d,i luar halangan kalian,
(karena) rnereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan
bagi kalian. Mereka menyukai apa lang menyusahhan kalian. Telah
nyata kebencian dari mulut mereka. Dan apa yang disembunyikan oleh
hati mereka lebih besar lagi.'(QS. Ali Imran: 118)
Mungkin, arti ayat di atas adalah, wahai orang yang mengimani
Allah, mempercayai-Nya, janji dan ancaman-Nya, yarLg mengakui
syariat-Nya, dan yang mengimani para utusan-Nya, jangan pernah
manjadikan orang-orang dekat kalian dari orang-orang di luar kalian.
Karena jika mereka berasal dari orang-orang yang di luar kalian-
baik orang Yahudi, Nasrani atau orang musyrik-maka mereka akan
selalu menyesatkan dan mengajak kepada yang tidak benar; mereka
selalu senang jika kalian mendapatkan kesulitan. Mereka selalu
menunjukkan pennusuhan, melontarkan kata-kata yang menyakitkan,
dan apa yang ada di hatinya lebih buruk dari apa yang terlontar dari
lisan mereka.

3@ I
I

Fikih Akhtak
Nabi s.a.w. menegaskan,

liurs 6t-&';r'*H-ttiA,1 ilt L;. 11

;;is itut'^lt ';a;, *l!iu. ;;;is i:u curb;/


l.,r:.,,,
stk
I tt&Ao,', t o,l.'1 o(, rl ,"
?beu ^l;;LXt Pu
"setiap Allah mengutus seorang nabi atau khalifah, pasti selalu
ada dua teman dehat: temanyang menyuruh dan mendorongnya
untuk melahukan kebaikan dan teman yang menyuruh dan
mendorongnya untuh melahukan hehejian. Orang yang terjaga
adalah orang yang dijaga oleh Allah." (HR. Bukhari)
Di antara para sahabat, teman Rasulullah adalah orang-orang
yang terbaik, seperti Abu Bakar,lftsman, dan Ali. Nabi sendiri sering
mengatakarr, "Aku keluar bersama Abu Bahar dan Umar; dan masuh
bersama Abu Bahar."
Rasulullah sering menemui Abu Bakar, IJmar dan Utsman.
Sementara Ali yang masih keponakan, menantu dan rekan diskusinya
lebih sering lagr. Para sahabat yang lain juga punya kebiasaan mene-
mui Nabi seperti itu. Sepeninggal Nabi, kebiasaan para sahabat untuk
mengambil teman dekat seperti itu juga berkembang subur. IJmar,
misalnya, adalah teman dekat Abu Bakar.
Umar punya teman dekat dari kalangan orang-orang yang sering
diajaknya diskusi dan ahli al-Qur'an. Bukhari meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, "Para qurra (pembaca al-Qur'an) adalah orang-orang yang
sering diajak berdiskusi oleh Umar, baik sudah tua maupun masih
muda."
Teman yang baik adalah teman yang menyuruh dan mendorong
kepada kebaikan dan mengingatkan akan Allah. Sedangkan teman
yang jahat adalah teman yang membantunya melakukan dan membu-
kakan pintu kejahatan dan melupakan Allah.
Nasai meriwayatkan dari Qasim ibn Muhammad, "Aku mendengar
bibiku mengatakan bahwa Rasulullah pernah mengatakan,

Fikih Akhlak LU,

_l
u t
g /g
.,
l-t_t)
z lt t//
d J"* lr.> -lo/
q ilr ;tr\i u3 r*Gs'.
/ t/ o /

dz
'o
i,loi yi'ol1 or)
4ota:e
'Barangsiapa m.emangku jabatan dan Allah menginginkan
jabatan itu baih baginya, maha Dia akan menciptakan seorang
menteri yang baih baginya; jika ia lupa, si menteri itu mengi-
ngatkannya, dan jika ia ingat, si menteri itu membantunya
untuh selalu ingat'."

362 L,n,n Akhtak


JADILAH ORANG YANG TERPERCAYA DAN
BERMANFAAT

Wahai orang mukmin, jadilah seorang yang terpercaya dan


bermanfat di mana pun Anda berada. Berdoalah selalu kepada Allah
agar menjadi demikian. Jangan menjadi orang yang suka membuat
kejahatan, bencana dan kegelisahan. Berusahalah agar orang-orang
merasakan kebaikan dan dapat memetik cinta kasih Anda.
Coba, ingat-ingat lagi ucapan Rasulullah ketika disembuhkan
oleh Allah dari sakit,

, / ' ,.t o/
1,,
t? .a, o
--i
t),gt} ob ";t dl ;;itd.w'& 'iit t1i

"Sungguh, Allah telah menyembuhkanku, dan ahu tidak


berniat membuat orang lain melahukan hejahatan." (IIR,.
Bukhari dan Muslim)
Bercerita kepada teman-teman dan orang-orang yang paling
Anda cintai tentang karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada
Anda sangat bermanfaat dan membantu untuk menguatkan ikatan-
ikatan dan nilai-nilai cinta kasih di dalam hati. Allah berfrrman,"Dan
terhadap nikm.at Tuhanmu, maha hendaklah engkau menceritakdnnyct
(dengan bersyukur)." (QS. Adh-Dhuha: 11)
Perintah ini dianjurkan kepada orang-orang yang menyukaimu
karena keberuntungan yang Anda dapat. Jangan menceritakannya
kepada orang-orangyang tidak suka pada Anda dan akan iri melihat
keberuntungan Anda. Ya'kub a.s. pernah berkata kepada Yusuf a.s.,

Fikih Akhtak I ,U,


"Hai anahhu, jarugan engkau ceritahan mimpimu itu kepada saudara-
saudaramu. (Jika mereka tahu,) mereka ahan membuat makar (untuh
membinasahan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuhyang nyata
bagi manusio." (QS. Yusuf: 5)
Nabi s.a.w. juga pernah mengatakan,

lt
crYI
zl
q drJ.-J ),r;6*Li I' sit t.:l9

"Jiha salah seseorang melihat sesuatu yang menyenanghannya,


maka ia hanya boleh menceritakannya kepada orang yang
dicintainya." (HR. Bukhari dan Muslim)
JikaAnda diberi nikmat atau rezki dari Allah, maka ceritakanlah
kepada saudara-saudara yang Anda cintai dan mencintai Anda.
Bahagiakan hati mereka dengan nikmat yang Anda peroleh itu, agar
mereka juga ikut merasakan kebahagiaan Anda, sebagaimana mereka
juga ikut merasakan kesedihan Anda. Jangan hanya membagi kese-
dihan saja kepada orang lain. Berbagilah dalam nikmat yang Allah
berikan kepada Anda!
Rasulullah telah mencontohkan bagaimana membahagiakan para
sahabatnya dan menyuruh mereka untuk menceritakan nikmat Allah
yang telah diberikan kepada beliau, berupa berkah makanan yang
telah disentuh oleh tangan beliau. Bukhari meriwayatkan dari Jabir
bin Abdullah r.a., "Ayahku meninggal dan meninggalkan utang.
Kemudian aku menemui orang-orangyang mengutangi ayahku untuk
memberikan kurma miliknya (sebagai pembayaran utangnya), tapi
mereka menolak. Menurut mereka, kurma tidak cukup untuk membayar
utang. Kemudian aku menemui Nabi dan menceritakan kejadian ini
kepada beliau. Beliau berkata, 'Jika engkau telah menebang pohon-
pohon kurma itu dan meletakkannya di atas lapak, maka engkau harus
memanggil Rasulullah." Maka Rasulullah pun datang bersama Abu
Bakar dan Umar. Rasulullah duduk di dekat lapak dan mendoakan
agar kurma tersebut berkah. Kemudian Rasulullah berkata,'Panggillah
semua orang yang mengutangi ayahmu dan lunasi utangnya.'Setelah

3U I
I

Fikih Akhtak
itu, semua utang ayahku bisa aku lunasi, dan kurmanya masih tersisa
tiga belas wasaq: tujuh wasaq untuk yang sudah ditumbuk dan enam
wasaq untuk yang sudah jadi pasta. (Atau, enam yang ditumbuk dan
tujuh yangjadi pasta). Kemudian aku menemui Rasulullah pada shalat
Maghrib dan menceritakan semuanya kepadanya. Beliau tertawa dan
berkata,'Temui Abu Bakar dan lJmar, dan ceritakan kepada mereka.'
Mereka berkata, 'Kami sudah menduga akan seperti ini-karena
Rasulullah juga pernah melakukan yang seperti itu.'
Perhatikan ucapan Rasulullah, "Temui Abu Bakar dan lJmar,
dan ceritakan kepada mereka." Jawaban seperti itu menunjukkan
bahwa yang mengucapkan adalah seorang utusan Allah, seorang
pengajar,'pendidik dan kawan. Ia berbagi kebahagiaan kepada Abu
Bakar dan Umar agar mereka semakin yakin dengan kenabiannya,
Nabi mereka. Mereka ikut merasakan kesedihan yang beliau rasakan,
dan turut merasa bahagia karena berkah yang baliau terima. Dan kita
seharusnya juga seperti itu.
Jangan membagi kesedihan kepada ibu dan teman-teman Anda
setiap hari. Jangan hanya biarkan mereka mendengar keluh kesah
Anda. Giliran Anda mendapat nikmat Allah, orang-orang itu Anda
lupakan. Jika Anda pernah mengalami kerugian dalam satu hari dalam
berdagang, sesungguhnya Anda telah beruntung dalam beberapa hari
dan beberapa tahun. Jika Anda sakit satu hari saja, sesungguhnya
Anda sehat selama beberapa bulan dan beberapa tahun. Karenanya,
berbagilah cerita tentang nikmat Allah yang Anda terima, agar dampak
dari nikmat itu terlihat pada dirimu, dan orang-orang yang mencintaimu
dapat menyaksikan nikmat Allah itu pada diri Anda. Tunjukkanlah,
perlihatkanlah dan peringatkan mereka akan karunia Allah itu.

Fikih Akhrak LUt


BERMUSYAWARAHLAH!

Inilah yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya, *Karena itu


maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan berrnusya-
warahlah d,engan mereha dalam uruscln i/2." (QS. Ali Imran: l5g)
Dan Allah juga memuji hamba-hamba-Nya yang beriman, "(Jntsan
mereka (diputuskan) dengan nxusyawara,h antara rnereka." (QS. AsV-
Syffr6:38)
Adalah kebiasaan Nabi s.a.w. yang selalu mengajak para sahabat-
nya bermusyawarah ketika menghadapi hal-hal rumit maupun mudah.
Sebagai seorang pemimpin, tradisi musyawarah adalah wajib.
Adalah wajar seseorang berkonsultasi kepada kalangan ahli di
bidangnya dalam menghadapi hal-hal yang memang perlu dikonsul-
tasikan. Tentunya, tidak benar seorang polisi diajak konsultasi masalah-
masalah kedokteran atau perencanaan bangunan;juga seorang dokter
diajak konsultasi masalah-masalah teknik berperang dan logistik; juga
seorang pengajar bahasa Inggris diajak berkonsultasi masalah-masalah
pertanian, pengolahan tanah dan lain sebagainya. Seorang ahli harus
diajak berbicara dalam masalah-masalah yang dikuasainya.
Pada waktu perang Badar, Rasulullah selalu berdiskusi dengan
para sahabatnya. Nabi tidak terlalu banyak mendengarkan ide-ide
orang-orang Muhajirin, justru beliau lebih banyak berkonsultasi
dengan orang-orang Anshar. Mengapa Nabi melakukan demikian?
Karena Nabi punya alasannya tersendiri.
Muslim meriwayatkan dalam dari Anas, "Rasulullah membuka
forum musyawarah ketika mendengar keberangkatan Abu Sufyan (ke

36 I ritir' Akhtak
Syam). Ketika Abu Bakar menyampaikan idenya, Nabi hanya diam.
Ketika Umar melakukan hal yang sama, ia juga diam. Kemudian Sa'ad
ibn Ubadah berdiri dan berkata,'Engkau menghendaki kami, Rasulu-
llah? Demi Zatyangjiwaku ada di tangannya, kalau saja engkau meme-
rintahkan kami untuk menenggelamkan rombongan Abu Sufyan ke
dasar lautan, maka kami akan menenggelamkannya; kalau saja engkau
memerintahkan kami untuk memukul musuh hingga ke Barkul Ghimad,
maka kami akan melakukannya."
Ketika terjadi kisah dusta (badtts al-ifki), Rasulullah s.a.w.
berkonsultasi dengan orang-orang dekatnya: Ali, Usamah ibn Zaid dan
Zainab.Ia juga berkonsultasi dengan Barirah, orang yang sangat
mengenal Aisyah. Beliau juga berkonsultasi dengan sebagian besar
sahabatnya berkenaan dengan orang-orang munafik yang:selalu ingin
merusak nama baiknya. Kata Rasulullah kepada orang-orAng ittt,"Apa
pendapat kalian tentang sekelompok orang yang poling benci hepada
istriku. Sungguh, yang ahu tahu, istrihu ini orang baik-baik." Semua
ini terjadi dalam peristiwa kisah dusta dimaksud.
Ketika rnenyelesaikan permasalahan tawanan perang Badar,
Rasulullah juga melibatkan banyak sahabat untuk meminta pendapat
mereka. Kebiasaan demikian sering dilakukan oleh para sahabat. Abu
Bakar selalu berbicara dengan para sahabatnya ketika menghadapi
permasalahan yang sulit; sementara Umar lebih sering lagi melakukan
hal yang sama.
Namun, tidak setiap tindakan harus meminta pendapat setiap
orang terlebih dulu. Cukuplah bahwa Anda yakin akan kebenaran
sikap Anda, Setelah itu tinggal tawakal.
Jika ada seoran gyangmengemukakan pendapatnya tentang satu
masalah dengan dukungan dalil-dalil al-Qur'an, Sunnah atau ijma',
maka tidakboleh mengabaikan dalil-dalil al-Qur'an, Sunnah atau ijma'
tersebut.
Berbeda halnyp, jika permasalahan yang dihadapi itu masih
diperdebatkan. Maka pilihannya adalah pendapat yang paling positif,
mendapat dukungan dalil paling kuat dan lebih mengacu kepada
kemaslahatan umum.

Fikih Akhtak L*
Menerima Masukan dari Orang Muda
Di muka telah dijelaskan bahwa pemimpin harus selalu berkon-
sultasi dengan rakyatnya, bertindak di atas pendapat yang paling kuat,
meski yang mengeluarkan pendapat tersebut orang yang masih muda.
Rasulullah s.a.w. sendiri pernah membenarkan ucapan Abu
Hurairah tentang perayataan setan kepadanya berkenaan dengan ayat
Kursi, bahwa Allah akan menjaga orang yang membaca ayat tersebut
sampai pagi tiba.
Beliau juga pernah melarang para sahabatnya untuk menga-
takan, "Jiha Allah menghendahi, juga Muhammad", atart,,Demi
Ka'bah. . .", karena ucapan orang-orang Yahudi yang berkata, ,.(Dengan
mengucapkan itu) kalian telah menyekutukan dan mensejajarkan Allah
dengan yang lain." (HR. Nasai)
Ahmad meriwayatkan dari Abdurrahman ibn Abi Umarah al-
Anshari, "Ayahku pernah menuturkan bahwa dia pernah bersama
Rasulullah dalam sebuah peperangan. Karena mereka kelaparan
karena kehabisan bekal, mereka mengusulkan kepada Nabi untuk
menyembelih sebagian kendaraan logistik,'semoga dengan itu Allah
menghantarkan kita kepada tujuan kita!'Tapi Umar ingat bahwa Nabi
juga pernah melarang untuk menyembelih sebagian kendaraan logistik
mereka. Kemudian Umar mengingatkan, 'Wahai Rasulullah, bagai-
mana mungkin kalau besok kita harus berhadapan dengan tanpa
kendaraan? Bagaiaman jika engkau mendoakan sisa perbekalan yang
telah kita kumpulkan, mendoakan agar diberkahkan, karena Allah
akan mengabulkan permohonan kami sebab doamu-akan member-
kahkan perbekalan itu sebab doamu.'Maka Nabi pun segera mendoa-
kan sisa perbekalan mereka itu, dan menyuruh setiap orang untuk
menyerahkan sisa makanannya. Mereka hanya mampu menyerahkan
sepotong atau lebih sedikit. Yang paling banyak adalah yang menye-
rahkan satu sha' gandum. Kemudian Rasulullah mengumpulkannya,
lalu berdiri dan berdoa. setelah itu, dia menyuruh setiap anggota tenta-
ranya untuk mengisi kantong perbekalan mereka dan memenuhinya.
Ketika semua anggota telah mengisi penuh kantong perbekalan mereka,
tumpukan sisa perbekalan itu masih tersisa, dan tampak belum
I

368 I rimr' Akhtak


berkurang. Rasulullah pun tersenyum hingga gerahamnya terlihat,
seraya berkata,'Aku bersaksi bahwa tidak Tuhan selain Allah dan aku
adalah utusan Allah. Dengan dua kalimat tersebut, seorang hamba
yang beriman akan bertemu Allah pada hari Kiamat kelak dan dirinya
akan terlindungi dari api neraka'. "
Nabi s.a.w. juga pernah menerima pendapat Umar ketika Nabi
berbicara kepadanya agar merahasiakan bahwa orang yang mengu-
capkan tidak ada Tuhan selain Allah akan masuk surga. Nabi minta
untuk merahasiakan agar nantinya orang tidak bergantung dengan
ucapan tersebut.
Menyatakan kebenaran adalah sebentuk keadilan. "Dan
janganlah sekali-hali kebencian kalian terhadap suatu haum,
mendorong halian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat hepada tahwa. Dan bertakwalah kepada Allah."
(QS. Al-Me'idah: 8)
Perhatikan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah
berikut: Aisyah pernah mengatakan, "Salma, sahaya perempuan
Rasulullah, atau istri Abi Rafi, sahaya laki-laki Rasulullah, datang
menemui Rasulullah untuk mengadukan bahwa suaminya, Abi Rafi,
telah memukulnya. Maka Rasulullah langsung menegur Abi Rafi,'Apa
yang engkau iakukan dan apa salah dia, wahai Abu Rafi?'Abu Rafi
membela diri,'Dia telah menyakitiku, wahai Rasulullah.' Rasulullah
menegaskan kepada Salma,'Dengan apa engkau menyakitinya, wahai
Salma?' Salma menjawab,'Aku tidak menyakitinya, Rasulullah. Dia
berhadats, tapi tetap shalat. Kemudian aku katakan kepadanya,'Wahai
Abu Rafi, Rasulullah memerintahkan kepada kaum muslimin yang
kentut agar berwudhu', tapi dia malah memukulku.'Rasulullah hanya
tersen5rum dan berkata, 'Wahai Abu Rafi, istrimu itu menyuruhmu
kepada kebaikan'."

Fikih Akhlak L*
MEMILIH PEKERJA (PEGAWAI)

Allah berfriman, "Sesungguhnya orang yang paling baih yang


engkau jadikan sebagai pekerja (pada kita) adalah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya." (QS. Al-Qashash:26)
Demikianlah, seharusnya memilih orang yang dipekerjakan:
yang punya kekuatan dan terpercaya. Berikut sejumlah dalil pengu-
atnya:
Firman Allah, "Salah seorang dari kedua wanita itu berhata,
'Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang beherja (pada kita).
Sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau jadihan sebagai
pekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (eS.
Al-Qashash: 26) Kriterianya adalah: kuat (al-qawt) dan dapat
dipercaya (al-amtn).
Ifrit, jin yang menawarkan diri kepada Sulaiman untuk memba-
wakan singgasana, berkata, "Ahu akan datang kepadamu dengan
rnembawa singgasana itu sebelum engkau berdiri dari tempat duduk-
mu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuh mernbautanya lagi
dapat dipercaya." (QS. An-Naml: 39) Ifrit menyebut dirinya sebagai
yang kuat dan dapat dipercaya.
Allah menjelaskan tentang Jibril sebagai "yang mempunyai
kekuatan, ya.ng m.en'tpunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi terper-
caya." (QS. At-Takwir: 2O-2L)
Allah juga menjelaskan tentang Musa, "Dan setelah Musa cukup
umu.r dan sempurna akalnya, Kanti berikan hepadanya hikmah

370 I
I

Fikih Akhtak
(kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kam.i memberi balasan
kepada ordtlg-orang yang berbuat baih." (QS. Al-Qashashj 14) Allah
menggabungkan kriteria kuat dalam "Dan setelah Musa cukup unlur
dan sempurna ahalnya" dant hikmah, pengetahuan, dan moral yang
positif dalam "Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan
pengetahuan. Dan demihianlah Kami mernberi balasan kepada orang-
orang ydng berbuat baih." Dalam kriteria ini juga tercakup pengertian
dapat dipercaya.
Dalam menjelaskan tentang para nabi, Allah mengatakan,oDan
ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya'kub yang mem-
punyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
Sesunggwhnya Kami telah mensucihan mereka dengan (menganu'
gerahkan hepada mereha) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingat-
han (manusia) kepada negeri akhirat." (QS. Shedz 45-46) Di ayat ini,
Allah menggambarkan "yang nxenxpunydi perbuatan-perbuatan yang
besar", penggambaran yang sebenarnya bermaksud mendeskripsikan
kemampuan mereka. Sedangkan penggambatan "ilmu-ilmu" mengacu
kepada pengertian ilmu, kekuatan memahami dan dapat dipercaya.
Terlebih jika dikaitkan dengan pernyataan "Sesungguhnya Kami telah
mensucikan mereka dengan (m,enganugerahhan kepada mereha) akhlak
yang tinggi, yaitu selalu mengingathan (manusia) hepada negeri
ahhirat."Dengan kata lain, Kami khususkan dengan satu kriteria, yakni
selalu mengingatkan kepada negeri akhirat. Orang yang telah mencapai
kualitas mengingatkan orang lain ini tentunya orangyang mempunyai
keimanan dan taat terhadap ajaran agama.
Allah juga menjelaskan tentang Yusuf, "Dan tatkala dia cukup
dewasa, Kami berikan hepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS.
Yusuf: 22) Dan pernyataan penguasa Mesir kepada Yusuf, "Sesung'
guhnya enghau (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi l.agi dipercaya di sisi kami." (QS. Yusufz 54)
KetikaYusuf menawarkan diri untuk menjadi bendahara negara,
ia menjelaskan tentang dirinya, "Jadikanlah aku bendaharawan
nego,ra (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga

Fikih Akhlak L'r,


lagi berpengetahuan." (QS. Yrrsuf: 55) Di sini, kalimat "orang yang
pandai menjaga" mengandung pengertian dapat dipercaya. Sedangkan
kalimat "berpengetahuan" mengandung pengertian kemampuan untuk
mengemban tugas itu.
Selanjutnya kita harus menjelaskan pengertian kuat dan terper-
caya apa yang dimaksud dengan kuat itu? Yang dimaksud dengan
kuat di sini adalah mampu menjalankan tugas yang dibebankan. Keku-
atan seorang kuli untuk mengangkut barang-barang, membawa-nya
ke sana ke mari, dan melindunginya dari jarahan orang, terletak pada
kekuatan fisiknya. Sehingga kriteria seorang kuli haruslah orang yang
berbadan kuat.
Kekuatan seorang ilmuwan terletak dalam kekuatan hafalannya,
kecerdasannya memahami sesuatu, kekuatannya nalar, ketepatan
menilai dan menyimpulkan.
Kekuatan seorang dokter terletak pada kemampuannya mendi-
agnosa penyakit dan merekomendasikan obat yang tepat.
Kekuatan seorang koki terletak pada kemampuan membuat lezat
makanan yang dimasak.
Kekuatan seorang pengajar terletak pada keberhasilan mengajar
anak didiknya dan kemampuannya menyampaikan materi pelajaran.
Kekuatan seorang arsitek terletak pada kematangan perencanaan
dan keterampilannya menjalankan rencana tersebut.
Kekuatan seorang petani terletak pada kekuatan fisiknya, kelu-
asan wawasannya tentang teknik pertanian, dan pengolahan tanah.
Kekuatan seorang pemimpin perang terletak pada kekuatan
fisiknya, penguasaan teknik berperang dan nyalinya yarLg besar.
Setiap pengrajin menyimpan kemampuan teknis dan keteram-
pilannya membuat kerajinan.
Ibnu Mas'ud adalah seorang dengan fisik yang lemah, tapi ia
adalah salah satu sahabat yang pandai dalam bidang tafsir al-Qur'an.
Khalid ibn Walid adalah pedang yang Allah hunuskan kepada kaum
musyrikin, sehingga ia jarang sekali meriwayatkan hadis. Abu Dzar
ad4lah seorang yang selalu dan berani berkata benar. Sungguh, dari

372 I ritin Akhtak


jaman dulu hingga nanti, tak banyak orang yang sejujur Abu Dzar.
Walau demikian ia lemah ketika berhadapan dengan kepemimpinan.
Bahkan Nabi pernah berkata, "Wahai Abu Dzar, menurutku engkau
lemah, tapi aku menyukaimu seperti aku menyukai diriku sendiri.
Jangan pernah memimpin (walau hanya di atas) dua orang dan jangan
pernah mengelola harta anak yatim!" (HR. Ahmad)
Penjelasan kami di atas akan kami kuatkan dengan dukungan
pendapat dari Ibnu Taimiyah dalamos-Siyd,sah asy-Syar'iyyah fi Ishld.h
ar-Rd.'i wa ar-Ra'iyyah, "Kekuatan dalam setiap bidang berbeda-beda.
Kekuatan dalam memimpin sebuah pertempuran mengacu kepada
keberanian, kemahiran teknik berperang dan tipuan-karena perang
adalah tipuan. 'Dan siapkanlah, untuk menghadapi rnereka, kekuatan
apa saja yang kalian sanggup dan dari huda-huda yang ditambat
untuk berperang.' (QS. Al-AnfAh 60)
Pesan Nabi s.a.w.,'(Belajarlah) memanah dan menunggang kuda.
(Belajar) memanah lebih aku suhai daripada (belajar) menunggang
kuda. Barangsiapa telah (belajar) memanah kemudian melupakannya,
maka ia tidak terrnasuk golongan hami.'(HR. Muslim)
Kekuatan mengatur masyarakat mengacu kepada pemahaman
tentang prinsip keadilan, seperti yang telah diajarkan al-Qur'an dan
Sunnah, dan kemampuan untuk menjalankan keputusan yang telah
dibuat.
Sedangkan kriteria dapat dipercaya mengacu kepada rasa takut
kepada Allah, tidak mengobral ayat-ayat-Nya, dan tidak takut terhadap
tekanan siapapun. Ketiga kriteria inilah yang Allah wajibkan kepada
orang yang memimpin masyarakat.'Karena itu, jangan kalian takut
pada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan jangan halian
menukar ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barangsiapa tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereha itu
adalah orang-orang yang hafi.r.'(QS. Al-M6'idahz 44)"
Nabi juga pernah mengatakan, "Hakim itu ada tiga macam: dua
orang hakim berada di neraka dan seorang hakim berada di surga.
Orang yang tahu akan kebenaran, tapi memutuskan hukum yang

Fikih Akhlak L,t


sebaliknya, maka orang ini ada di neraka. Orang yang memberikan
keputusan hukum asal-asalan, maka orang ini di neraka. Dan orang
yang tahu akan kebenaran dan memutuskan hukum berdasarkan
kebenaran tersebut, maka orang ini ada di surga." (HR. Ashdbu
Sunan)
Hakim di sini adalah orang yang memutuskan perkara di antara
dua orang, apakah orang tersebut seorang khalifah, penguasa, menteri,
penanggung jawab, atau orang yang diberi mandat untuk itu. Demikian
pendapat para sahabat, dan ini pendapat yang kuat."
Ibnu Taimiyah mengatakan, "Bersatunya kekuatan dan keima-
nan dalam diri seseorang sangat sedikit sekali. Oleh karena itu,lJmar
ibn Khaththab pernah berkata, Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu
tentang kekuatan orang keji dan tentang kelemahan orang yang terper-
caya. Yang harus dilakukan adalah menempatkan seseorang sesuai
dengan kemampuannya. Jika ada dua orang, yang satu dapat dipercaya
dan yang lain punya kekuatan, maka yang dipilih adalah yang paling
dibutuhkan orang yang sesuai dengan tempatnya, sehingga dapat
terhindar dari bahaya. Dalam masalah pengaturan perang, misalnya,
yang dipilih haruslah orang yang punya kekuatan dan bernyali besar,
meski yang bersangkutan tidak taat."
Ahmad pernah ditanya tentang siapa yang harus memimpin
perang; apakah orang yang punya kekuatan tapi tidak taat atau yang
taat tapi tidak punya kekuatan? Jawabnya, orang yang tidak taat tapi
kuat. Kekuatannya untuk kaum muslimin dan ketidaktaatannya untuk
dirinya sendiri. Sedangkan orang yang taat tapi tidak kuat, maka keta-
atannya untuk dirinya dan kelemahannya untuk kaum muslimin.
Dengan demikian, perang harus dipimpin oleh orang yang punya
kekuatan, meski tidak taat (beragama).
Nabi s.a.w. pernah berkata,

ru.;lt h)'ru-lJ: lJ-a -tJ !


'J'
41Jl rllI

"Allah rnenguatkan agaffLa ini dengan orang yang pernah


Bukhari dan Muslim)
berbuat keji." (H'B,.

374 | ,,n,n Akhtak


Atau menurut riwayat lain:

fijarr t'*\
"... dengan kelompok-kelompoh yang tidak bermoral." (Ibnu
Hiban d alarn M aw d.rid. az h- Z h am' d.n)
Jika orang itu tidak berbuat maksiat, tentu akan lebih berhak
memimpin perang daripada orang taat tapi tidak punya kekuatan.
Oleh karena itulah Nabi s.a.w. mengangkat Khalid ibn Walid
untuk memimpin perang sejak ia memeluk Islam. Katanya, *Khalid
adalah pedang yang Allah hunuskan kepada orang-orang musyrik",
meski Khalid sendiri pernah melakukan sesuatu yang tidak disukai
oleh Nabi, sampai sekali waktu beliau pernah menengadah ke langit
dan berucap,'Ya Allah, ahu tidak bertanggung jawab atas apa yang
dilahuhan Khalid." (HR. Bukhari) Pasalnya, ketika itu Khalid diutus
ke Bani Judzaimah, tapi ia malah menghabisi mereka dan merampas
harta mereka dengan cara yang tidak benar. Satu tindakan yang tidak
dibenarkan oleh Islam.
Ketika itu, orang-orang yang ikut bersamanya sudah menentang
tindakannya itu. Akhirnya Nabi membayar ganti rugi dan mengemba-
likan harta mereka yang dirampas. Meski demikian, Nabi tetap memilih
Khalid untukmemimpin perang, karena memang hanya dia yang punya
kelebihan dalam perang ketimbang sahabat yang lain. Sedang dia
melakukan apa yang telah ia lakukan itu karena salah paham.
Dibandingkan Khalid, Abu Dzar lebih taat dan jujur. Namun
demikian, Nabi pernah berkata, "Wahai Abu Dzar, menurutku, engkau
lemah. Tapi aku menyukaimt seperti aku menyukai diriku sendiri.
Jangan pernah memimpin dua orang, dan jangan pernah mengelola
harta anah yatim." (HR. Muslim) Nabi melarang Abu Dzar untuk
menjadi seorang pemimpin dan pengelola, karena, menurut Nabi, ia
orang yang lemah, walau beliau pernah berkata, "Di bawah langit dan
di atas permukaan bumi ini orang yang paling jujur tutur katanya
adalah Abu Dzar."

Fikih Akhlak L'rt


Pada perang Dzatus Salasil, Nabi mengangkat Amru ibn Ash
sebagai pemimpin pasukan karena Nabi mempertimbangkan hubungan
kekeluargaan Amru dengan pihak yang akan diserang. Padahal dalam
pasukan tersebut banyak yang lebih baik daripadanya. Sementara,
ketika mengangkat Usamah lbnZaid,lebih karena pertimbangan untuk
melunaskan dendam bapaknya Usamah (terhadap pihak yang
diserang).
Jadi, adanya Nabi menyuruh seseorang untuk melakukan suatu
hal punya pertimbangannya sendiri, meski dalam pekerjaan itu ada
orang yang lebih berilmu dan beriman.
Pengganti Rasulullah, Abu Bakar, juga menjadikan Khalid ibn
Walid sebagai pemimpin pasukan untuk melawan orang-orang murtad
dan untuk menaklukkan wilayah Irak dan Syam, yang meskipun ia
melakukan banyak kesalahan. Namun, kesalahan-kesalahan itu punya
alasan tersendiri. Meski banyak laporan yang menyatakan bahwa
Khalid bertindak berdasarkan kepentingannya sendiri, tapi itu bukan
alasan untuk mencopotnya dari jabatannya itu. Bahkan Abu Bakar
justru tidak menggubris laporan-laporan itu karena ia melihat masih
lebih baik jika dikendalikan oleh Khalid dan belum tentu lebih baik
jika dikendalikan oleh yang lain. Seorang pemimpin yang besar, jika
ia berkarakter lunak, maka wakilnya haruslah seorang yang
berkarakter keras. Sebaliknya, bila ia berkarakter kasar, maka wakilnya
harus seorang yang berkarakter lunak, agar seimbang.
Itulah alasannya, mengapa Abu Bakar cenderung mengangkat
I(halid. Berbeda dengan Umar ibn Khaththab yang lebih cenderung
menggantikan Khalid dengan Abu Ubaidah ibn Jarrah; karena Khalid
dan Umar sama-sama berkarakter keras. Sementara Abu Llbaidah lunak
seperti Abu Bakar. Yang terbaik, antara seorang pemimpin dengan
wakilnya harus orang yang dapat mengimbangrnya, agar bisa berjalan
normal. Demikianlah para wakil Rasulullah itu, selalu orangyang bisa
diimbanginya. Sampai, ia sendiri mengataka n, "Aku. adalah Nabi kasih
sayang, tapi juga Nabi yang keras." (HR. Muslim) Umatnya sendiri,
sebagaimana difirmankan Allah, adalah umat pertengahan (moderat).
*Dan orang-orang yang
bersama dia adalah orang-orang yang keras

376 I
I

Fikih Akhtak
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesarna mereka.
Engkau lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keri'
dhaan-Nya" (QS. Al-Fath: 29) "Rendah hati di hadapan orang'orang
mukmin, dan anghuh di hadapan orang-orang kafir." (QS. Al-
M6'idah:54)
Dengan prinsip seperti ini, ketika Abu Bakar dan Umar meme-
rintah, maka mereka menjadi pemimpin yang sempurna dan seimbang
jika dibandingkan dengan Nabi ketika masih hidup: yang satu keras
dan yang satu lagi lunak. Tentang dua orang ini, Nabi pernah berkata,
"Ikutilah dua orang sepeninggalku: (yakni) Abu Bahar dan Uman"
(HR. Tirmidzi) Yang menonjol dari diri Abu Bakar adalah keberanian-
nya untuk memerangi orang-orang yang murtad. Kelebihan ini
mengungguli sikap para sahabat yang lain.
Jika yang dibutuhkan adalah ketaatan seorang pemimpin, maka
yang diangkat harus seorang yang dapat dipercaya. Misalnya, untuk
menjaga harta negara atau kepentingan lain yang seperti itu. Semen-
tara, jika yang dibutuhkan adalah untuk mengatur sirkulasi keuangan,
maka yang ditunjuk adalah orang yang punya kekuatan dan terper-
caya. Yang menjadi pemimpin adalah orang yang kuat, sedangkan
yang menjadi wakilnya adalah orang yang dapat dipercaya.
Demikian pula dengan pemimpin perang, jika yang diangkat
orang yang dengan kriteria punya wawasan luas dan kuat pemahaman
agamanya, maka orang yang punya dua kriteria tersebut lah yang
harus ditunjuk. Demikian pula dengan kepemimpinan-kepemimpinan
yang lain, jika kriteria yang harus dipenuhi tidak terdapat dalam satu
orang, maka yang diangkat menjadi pemimpin bisa lebih dari satu orang.
Tentunya, yang dipilih haruslah orang yang benar-benar tepat, atau
malah dengan alternatif kepemimpinan kolektif.
Jika yang dibutuhkan adalah seorang yang dapat mengangkat
pamor hukum, maka yang diangkat haruslah seorang yang paling luas
wawasannya, paling kuat karakternya, dan paling memahami bidang
hukum. Jika ada dua orang, yang satu luas rvawasannya dan yang
lain kuat karakternya maka yang diangkat-jika yang dihadapi adalah
hal-hal yang sudah jelas hukumnya dan ditakutkan akan terjadi

Fikih Akhlak L',,


penyalahgunaan-adalah yang kuat karakternya. Namun jika perma-
salahan yang harus dipecahkan rumit dan menyangkut yang syubhat,
maka kriteria yang paling luas wawasannya harus dikedepankan. Nabi
sendiri pernah mengatakan, "Allah itu menyukai (karakter) yang jeli,
jika berhadapan dengan hal-hat yang syubhat; d,an menyukai
(karakter) yang cerdas, jiha berhadapan dengan tuntutan harus tegas
dengan kepentingan pribadi."
Kedua kriteria di atas harus dikedepankan daripada kriteria yang
ketiga, paling memahami bidangnya, jika posisi hakim hanya rekanan
saja, terlepas dari urusan perang dan strategi pembangunan. Namun
kriteria paling memahami bidang hukum ini harus dinomorsatukan
jika permasalahan hukum yang harus dihadapi memerlukan kemam-
puan dan wibawa hakim. Karena seorang hakim, dalam pengertian
sebenarnya, harus seorang yang pandai, b[jaksana, dan kuat; kriteria
yang juga harus dimiliki oleh setiap pemimpin kaum muslimin. Jika
salah satu kriteria ini tidak terpenuhi, maka pemecahan permasalahan
akan terhambat oleh kekurangan ini. profesionalitas dalam bidang
hukum ini kemudian bisa merumuskan cara bagaimana membangun
superioritas hukum, baik dengan cara mendisiplinkan individu dan
memberi tekanan moral atau dengan perlakuan yang baik dan
menyentuh kesadaran. Dan ini, harus.
Dalam wacana seperti ini, yang terpenting adalah bagaimana
memahami kriteria yang terbaik, yakni dengan memahami tujuan
sebagai seorang pemimpin dan memahami cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika tujuan dan permasalahannya sudah dapat dipahami,
maka selesailah. Di sinilah letak masalahnya, banyak penguasa yang
hanya memahami tujuan duniawi saja, tanpa pernah menghiraukan
tujuan agama. Mereka selalu memprioritaskan orang-orang yang dapat
membantu mencapai tujuan-tujuan tersebut. orang yang berambisi
menjadi seorang pemimpin, tentunya akan memprioritaskan kepenti-
ngan orang-orang telah berjasa mengantarkannya mencapai ambisi
hatinya.

378 I ,,n,n Akhtak


Bolehkah Mempekerjakan Orang Kafir?
Yang pasti, dalam keadaan terpaksa, hal itu sah-sah saja selama
yang dipekerjakan itu mampu dan dapat dipercaya. Rasulullah s.a.w.
pernah mempekerjakan seorang kafir sebagai penunjuk jalan dalam
hijrahnya.
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang menceritakan
tentang hijrah, "Rasulullah pun mempekerjakan seseorang dari Bani
Abdiddiil sebagai penunjuk jalan-seorang yang terbebani sumpah
kepada keluarga Ash ibn Wail as-Sahmiy, dan memeluk agama orang-
orang kafrr Quraisy. Baik Abu Bakar dan Rasulullah sangat memper-
cayainya, sehingga kendaraan mereka diserahkan kepadanya untuk
menyusulkannya ke guaTsurtiga malamkemudian, tepatnya pada pagi
buta hari ketiganya. Rasulullah dan Abu Bakar bersama Amir ibn
Fuhairah dan penunjukjalan itu berangkat dan mengambiljalan pesisir."
Bukhari juga meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., "Rasulullah
memberikan opsi kepada orang-orang Yahudi Khaibar untuk meng-
garap tanah Khaibar dan memberikan setengah dari hasilnya untuk
mereka."

Jangan Sombong dan Angkuh terhadap Bawahan!


Jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Semua nikmat yang
Anda rasakan itu adalah dari Allah, dan Allah tidak menyukai orang
yang sombong lagi amngkuh. Jangan pernah merasa tersanjung ketika
orang-orang berdiri menghormatimu pada saat Anda keluar dan masuk
pintu rumah. Nabi s.a.w. pernah mengatakan,

iv}' d ,Ji^4 0l
ztd o. t
o 1...c-. lA ,.rl,i t. )6, c/
oJr-a,e lJAg t1t3 ,y
)8, U
O)-l

"Barangsiapa merasa senang bila orang-orang berdiri menghor-


matinya, maha ia harus mempersiapkan tempatnya di neraha."
(HR. Bukhari)
Nabi s.a.w. menegur para sahabatnya yang shalat berdiri di
*Tadi halian
belakangnya ketika Nabi sendiri shalat dengan duduks?,

Fikih Akhlak L'r,


hampir melakukan apa yang pernah dilahukan oleh orang-ora.ng
Persia dan Romawi: Mereha berdiri di hadapan raja-raja merek:a yang
sedang duduk. Jangan pernah melakukan itu, ikutilah imam kalian,
jika ia shalat berdiri maka shalatlah berdiri,
jika ia shalat dengan
dan
duduk maka shalatlah dengan duduk pula." (HR. Muslim)

Iringi Perbuatan Baik ltu dengan Tutur Kata Baik


Allah berfirman, "Perkataan yang baik dan pernberian maaf lebih
baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang nxenyakitkan
(perasaan si penerirna). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun. Hai
orang-orang yang berirnan, jangan halian menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan rnenyahiti (perasaan si
penerima)." (QS. N.Baqarabz 268.264)
Nabi s.a.w. berkata,

ik;ur'&t'h.t, L.QI iiitr'"i,3i-tihtfr


"' ilt ,* "ut J;,
'-,
t'l' .,
LAI .49i" A Utt;'&,
'*ecr 4*i
o, c ,
t;G \t ;) i6 tlrQ,>v &1
.;riu t:tu ikit, ot ":t, j;ijr Ju rtr J;,
fgJt
"Ada tiga orang lang, kelak pada hari Kiarnat, tidak akan
diajak bicara, tidak dilihat, tidak disucikan (dari dosa) oleh
Allah, dan ahan mendapatkan siksa yang pedih." Rasulullah
mengulang-ulangnya hingga tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mere-
ka juga merugi dan bangkrut. Siapa mereka itu, wahai Rasulu-
llah?" Rasulullah menjelaska rt, o Orang yang nxenxanjangk an
pakaiannya (harena sombong), ordng ya.ng sering mengunghit-
unghit kebaikannya dan orang yang menawarhan barang
dagangannya dengan sumpah dusta." (HR. Mustim)

380 I Fikih Akhlak


Jangan Menganiaya Orang Lain!
Umumnya, orang yang memegang kekuasaan atas sesuatu dan
merasa tidak ada orang lain yang mengawasinya, ia akan cenderung
menyimpang dan memperturutkan keinginan nafsunya. Dan biasanya,
kemungkinan untuk tidak adil terhadap sesama sangat besar sekali.
Inilah yang benar-benar harus diwaspadai.
Nabi s.a.w. pernah berpesan kepada Mu'adz ibn Jabal sebelum
keberangkatannya sebagai utusan ke Yaman,

i4L; frtn"W;6p r$ti?', dil

"Takutlah akan doa orang yang teraniaya, karena doa tersebut


tak terhalang untuk sampai kepada Allah."
Doa orang yang teraniaya itu akan terkabulkan. Berhati-hatilah!
Pesan serupa juga sering disampaikan oleh Umar ibn Khaththab.
Bukhari meriwayatkan dari Zaid ibn Aslam, dari bapaknya, "IJmar ibn
Khaththab pernah mengangkat budaknya yang bernama Hunaiy
manjadi penjaga sebuah tempat terlarang. Kata Umar kepadanya,
'Wahai Hunaiy, rendahkan hatimu di hadapan kaum muslimin, dan
takutlah akan doa orang yang teraniaya, karena doanya akan terka-
bulkan'."
Nabi s.a.w. juga pernah mengatakan,

c t, aE

tQt lo
P4)
/
Lav iur
*Tindakan zalim itu adalah
hegelapan di hari Kiamat.' (If,R,.
Bukhari dan Muslim)
Allah menegaskan bahwa kezaliman itu bukan bagian danZat-
Nya, dan Dia melarangnya menjadi bagian dari kehidupan hamba-
Nya. Sebuah hadis qudsy menegaskan,

'& ;*;i *; j,'fut .;? j\ q:? t:-

Fikih Akhrak L*t


-l6z I
t-.lltl: w Vr>-t
"Wahai hamba-hamba-Ku, Aku menghard,mkan kezaliman atas
diri-Ku, dan Ahu juga menjad.ikannya terlarang atas halian.
M ak a, j a nga n p e r nah b erb uat se w enang - w enang. " (HR. Muslim)
Allah menyatakan, "Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang
yang berbuat zalim hepada manusia dan melampaui batas di muka
bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih." (QS. Asy-
Syffr6:42)
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-
Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyedia-
kan baginya siksa yang tnenghinahan." (QS. Al-Ahzdb:57)
Renungkan ayat berikut, "Dan janganlah sekali-hali engkau
(Muhammad) rnerugira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh
orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada
mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalah.
Mereha datang bergegas memenuhi panggild.n dengan menganghat
hepala, sedang mata rnereha tidah berkedip-kedip dan hati mereha
k osong." (QS. Ibrahirn: 42-43)
Dan tidak ada salahnya bila kita mengingat kembali cerita
tentang Sa'ad dan Said berikut:
Bukhari meriwayatkan dari Jabir ibn Samurah, "Orang-orang
Kufah mengadukan Sa'ad ibn Abi Waqash kepada Umar ibn Khath-
thab. Umar kemudian mencopot jabatannya, dan menggantikannya
dengan Ammar ibn Yasir sebagai pejabat bagi penduduk Kufah. Namun
orang-orang itu kembali mengadukan Ammar dan mengatakan bahwa
shalat Ammar tidak benar. Umar pun mengirim utusan untuk menegur
Ammar, 'Wahai Abu Ishaq (ulukan Ammar karena anak pertamanya
bernama Ishaq), orang-orang berkata bahwa engkau tidak shalat
dengan benar.'Ammar menjawab, 'Sungguh, aku shalat bersama
mereka seperti yang dilakukan oleh Rasulullah, tidak mengurangi
kualitasnya sedikit pun. Ketika shalat Isya, aku memanjangkan dua
rakaat yang pertama, dan memendekkan dua rakaat yang terakhir.'

382 I
I

Fikih Akhtak
Kata Umar menyimpulkan,'Berarti itu hanya dugaan mereka kepada-
mu, wahai Abu Ishak.'Dan Umar pun segera mengirimkan seorang
(atau beberapa orang) utusan. Sang utusan berjalan bersama Sa'ad
menemui penduduk Kufah untuk meyakinkan perihal pengaduan
mereka itu. Setiap kali sang utusan melihat masjid, dia pasti bertanya
tentang Sa'ad kepada jamaah masjid. Dan mereka memuji Sa'ad dengan
baik. Ketika sang utusan masuk masjid milik Bani Abbas, seseorang
yang bernama lJsamah ibn Qatadah yang biasa dipanggil Abu Sa'dah,
berdiri dan berkata, 'Sungguh, jika engkau memaksa kami untuk
berterus terang, (maka kami katakan) bahwa Sa'ad tidak pernah ikut
dalam pasukan, tidak pernah membagi secara merata dan tidak pernah
adil dalam keputusannya.'Sa'ad membela diri, 'Aku hanya bisa berdoa
tiga hal: Ya Allah, jika hambamu ini berdusta, hanya ingin pamer dan
mencari nama, maka panjangkan umurnya, panjangkan kemiskinan-
nya dan selalu ditimpa cobaan.' Lama setelah itu, jika Abu Sa'dah
ditanya, dia menjawab "Aku (kini menjadi) seorangtua renta dan hidup
merana. Aku termakan doa Sa'ad.'Abdul Malik (orang yang meriwayat-
kan dari Jabir) mengatakan,'Di kemudian hari, aku melihat kedua
kelopak matanya turun hampir menutupi kedua bola matanya karena
tua umurnya. Sekarang, kerjaannya menggoda sahaya-sahaya perem-
puan di jalanan, sambil memandang mereka dengan katayang lemah'."
Sedangkan cerita tentang Said sebagai berikut: Muslim meriwa-
yatkan dari Hisyam ibn Urwah dari bapaknya, "Arwa binti Uwais
menuduh Said ibn Zaid telah mengambil sedikit tanahnya, dan
memperkarakannya kepada Marwan ibn Hakam. Said membela diri,
'Mungkinkah aku mengambil tanahnya setelah aku mendengar sabda
Rasulullah?!'Marwan bertanya, 'Apa yang engkau dengar dari Rasulu-
llah?' Said menjawab,'Aku mendengar Rasulullah mengatakan,
'Barangsiapa mengambil tanah sejengkal secara keji, maka akan
dikalungkan (ke lehernya) tujuh kali lipat bumi!'Kata Marwan kepada
Said,'Setelah ini, aku tidak akan meminta bukti lagi kepadamu.'
Kemudian Marwan berdoa, 'Ya Allah, jika wanita ini berdusta, butakan
matanya dan matikan ia di tanahnya! Lama setelah itu, Marwan
mengatakan, 'Sebelum meninggal dunia, mata wanita itu buta terlebih

Fikih Akhlak Lt,


dahulu. Ketika ia berjalan di atas tanahnya, kakinya terjerumus ke
dalam sebuah lubang yang menghantarkannya kepada kematiannya'."
Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Said ibn Zaid, "Aku
pernah mendengar Rasulullah berkata

iy ';'rrtlt
, ,'a '., / o ,
oa
El i.r
J*)t t? f'ritVtt
siapa b erb uat sew enang -w enang dalam urusan tanah,
" Barang
maka (kelak) akan dikalungkan (ke lehernya) tujuh bumi."
Sedangkan menurut Bukhari dan Muslim, dari Muhammad ibn
Ibrahim, "Abu Salamah pernah menurunkan hadis bahwa pernah
terjadi perselisihan antara dirinya dengan sejumlah orang. Kemudian
ia menceritakannya kepada Aisyah, dan Aisyah berkata,'Wahai Abu
Salamah, jauhi tanah itu, karena Nabi pernah berkata, 'Barangsiapa
berbuat sewenang-wenang dengan mengambil sejenghal tanah, maha
(kelah) akan dihalungkan (ke lehernya) tujuh bunxi'."

Balasan Kezaliman
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

liii*ii ,';:, sl u;f ,y +fu;ib d uts ;


k ti ors oy i'r,'uriri-,' o'k 6Li ,t:i i'-Qt L
'. lo./// ,1 oL,'o:o,',,o., o' to'. !o,..'
-r>l srL--> d,_rs d il; y
)y::, dy
Y'Forb:e'1
*Barangsiapa pernah berlahu heji terhadap kehormatan
atau
apapun dari saudaranya, maka sekarang bayarlah sebelum
datang hari ketika dinar dan dirham (harta) tidak lagi berhar-
ga. (Pada hari itu,) jika ia punya amal kebaihan, maka darinya
akan dibayarkan sebesar kekejiannya; jika tidak punya

3U I
I

Fikih Akhrak
hebaihan, maka hepadanya ahan diberihan keburuhan sauda-
ro.nya itu untuk ditanggungnya.'
Muslim meriwayatkan, Nabi pernah bersabda, "Kelak pada hari
Kiamat, engkau pasti ntenyerahkan hah-hak (yang engkau abaihan)
itu hepada yang berhah menerimanya, sampaipun seehor kambing yang
tanduhnya patah ahan mendapat tebusan dari kambing bertanduh
(yang mematahhan tanduknya)."
Jangan pernah, sekali lagi, jangan pernah, memperlakukan
pegawaimu sewenang-wenang, mengurangi haknya atau, apalagi,
tidak membayar gajinya!

Berikan Upah Pekerja Sebelum Keringatnya Kering


Demikian Rasulullah memerintahkanmu. Pegawaimu sangat
membutuhkan makan dan minum, juga anak-anaknya. Tegakah Anda
menunda atau menghanguskan upahnya yang akan dia gunakan
untuk membeli makanan dan minumannya itu?!
Kesewenang-wenangan, bagaimanapun, akan dibalas, entah
ketika di dunia maupun di akhirat. Nabi s.a.w. mengatakal, oOrang
nxantpu yang tnenunda pembayaran utang adalah zalirn, dan boleh
dimaki dan dihukurz." (HR. Abu Daud)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

;LU'M
"Orang haya yang menunda pembayaran utang adalah
kezaliman." (HR. Bukhari dan Muslim)

Contoh Mulia dalam Menjaga Hak Orang Lain


Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah s.a.w.,
bahwa,

-r', t'
i *reLi b, ..;';lt .o / g t t o ,
t-i-r1;7 tii;itl-?
"
fr' jt;

Fikih Akhtak I ,tt


t;i ;V, ,trr3'#|f"e f7 tt ,yr, ):r&
. o 1t / / a // z n /

, ctol. ,o '.or,

5lt:
l, a 'l
o-Fl e"*u
Allah berfi.rman,'Ada tiga orang yang kelak pada hari Kiamat
aku menjadi musuhnya: Orang yang bersumpah atas namahu
kemudian mengingharinya; orang yang menjual orang merdeka
hemudian m.ernahan hasilnya; orang yang berjanji mengupah
seseorang, hemudian memanfaathan orang itu, tapi ternyata
tidak pernah memberikan upahnya'."
"Orang yang punya hah (di hadapan orang lain yang mengambil
hahnya) punya hak untuh bicara," demikian kata Nabi s.a.w. Jika Anda
berbuat salah kepada seseorang dengan melanggar haknya, kemudian
ia berkata seenaknya kepadamu dan menghinamu, maka bersabarlah,
karena Anda bersalah. Dalam menghadapi hinaan itu, Anda harus
mengoreksi diri Anda, sebelum mencaci orang lain. Benahi kesalahan
Anda sendiri, sebelum mengharap maaf dari orang lain.

Memperhatikan Pegawai dan Kondisi Rakyat


Pesan ini lebih didasarkan pada pertimbangan demi kelancaran,
kebaikan dan keberhasilan sebuah pekerjaan. Ketika kondisi pegawai
sangat diperhatikan, secara tidak langsung, itu berarti menolong
mereka. Dan menolong orang yang zalim adalah dengan mengha-
langinya dari perbuatan zalim. Hal ini sering dilakukan oleh para nabi.
Nabi Sulaiman a.s. selalu mengecek, mengatur dan membenahi
kondisi pegawainya, "Dan dikumpulhan di hadapan Sulaiman
tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur
dengan tertib (dalam barisan)." (QS. An-Namh 17)
Ketika menginspeksi gerombolan burung, "Dan dia m.emerihsa
burung-burung lalu berkata,'Mengapa ahu tidak melihat Hudhud?
Apahah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku akan mengazab-
nya dengan azab yang keras atau menyembelihnya, hecuali jiha dia
datang hepadaku dengan alasan yang benar'." (QS. An-Naml: 20-21)

386 I
I

Fikih Akhlak
Perhatikan bagaimana ketegasan Sulaiman, "sungguh aku akan
mengazabnya dengan azab yang heras atau menyembelihnya, kecuali
jiha dia datang hepadahu dengan alasan yang benar." (eS. An-Naml:
21) Perhatikan pula ucapan sulaiman ketika Hudhud datang terlambat
dan meminta maaf, "Ahan kami lihat, apakah engkau benar atau
berdusta." (es. An-Namlz27) Tidak semua alasan bisa diterima. Ada
alasan-alasan yang tidak masuk akal dan tidak bisa diterima.
Perhatikan ketegasan firman Allah kepada jin, "Dan Barangsiapa
menyimpang, di antara rnereka, dari perintah Kami, maka Kami ahan
timpakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala." (eS.
Saba': 12)
Sulaiman turun tangan sendiri untuk mengawasi pekerjaan yang
dilakukan jin ketika jin"membuat untuk Sulaiman a.pa yang dihehen-
dakinya dari gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-
piring yang (besarnya) seperti holam dan periuk yang tetap (berada di
atas tunghu)." (QS. saba': l3) Ia mengawasi pekerjanya sambil berdiri
bersandar di atas tongkatnya.
Di samping langsung mengawasi, seorangyang punya pemimpin
juga harus baik hati dan tegas; harus tahu kapan waktunya meng-
hukum dan kapan waktunya memaafkan. Ia harus teliti, yang tidak
hadir dalam pekerjaannya, apakah karena alasan yang benar atau
karena meremehkan pekerjaan. Dengan demikian, ia mampu bertindak
tepat.
Allah pernah berkata kepada Zulkarnairt, *Engkau boleh
menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.'(QS. Al-Kahfi: g6)
Jawab Zulkarnain, "Adapun orang yang aniaya, maha kami akan
ntenyiksanya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, laru Tuhan
menyihsanya dengan siksa yang tidak ada taranya. Adapun ordng-
orang yang beriman dan berbuat baik, rnaka baginya pahala yang
terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahhan kepadanya (perintah)
yang mudah dari perintah-perintah hami." (QS. Al-Kahfi: 8Z-89)
Rasulullah selalu mengontrol para pekerjanya yang ia kirim ke
berbagai wilayah. Bukhari meriwayatkan dari Abi Humaid as-saidi,

Fikih Akhtak I ,t,


"Rasulullah mempekerjakan seseorang dari Bani Usd untuk menarik
sedekah Bani Sulaim. Orang ini bernama Ibnu Lutbiyah. Ketika orang
itu selesai melakukan tugasnya, Rasulullah langsung mengecek peker-
jaannya."
Nabi s.a.w. sendiri sering mengontrol dan menanyakan keadaan
(tiga) sahabatnya yang tidak ikut perang. Demikian diriwayatkan oleh
Ka'ab ibn Malik tentang kisah pengampunan dari Allah untuknya.
Ketika itu Nabi s.a.w. sedang duduk bersama orang-orang di Tabuk,
beliau bertanya, "Apa yang dilakukan oleh Ka'ab?" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Jangan menuruti semua keinginan pegawai Anda. Jika keinginan
mereka benar, ikutilah dan akuilah. Sedangkan jika mereka ingin
kepada kemungkaran, maka tidak boleh dituruti. Semua itu harus
dengan cara yang bijaksana dan ramah.

Ibnu Taimiyah Mengatakan :


Komitmen berbuat baik kepada rakyat bukan berarti mengikuti
apa yang mereka inginkan. "Jika kebenaran itu menuruti hawa nafsu
mereka, pastibinasalah langit,bumi dan senxuayang ada di dalam.nya."
(QS. Al-Mu'min0n: 71)
"Ketahuilah oleh halian bahwa di kalangan kalian ada
Rasulullah. Jika ia menuruti (kemauan) kaliandalambanyak perkara,
halian ahan kesulitan." (QS. Al-IlujurAt: 7)
Berbuat baik untuk mereka harus dalam hal-hal yang berman-
faat dalam agama dan dunia, meski dibenci oleh orang yang tidak
menyukainya. Dalam hal-hal yang mereka tidak menyukainya, seorang
pemimpin harus bersikap ramah kepada mereka.
*Allah itu Maharamah
dan menyukai keramahan. Allah menyediahan sesuatu (dampak positifl
pada heramahan yang tidak Ia berikan pada sikap kasar." (H.R,.
Muslim)
Umar ibn Abdul Aziz pernah mengatakan, "Sungguh, aku ingin
sekali memberikan kebenaran yang pahit kepada mereka, tapi aku takut
mereka akan menjauhinya. Aku bersabar hingga datang kenikmatan

388 I ritir, Akhtak


dunia, dan aku menyampaikan kebenaran yang pahit bersama kenik-
matan dunia. Ternyata, mereka menjauh dari yang ini (kebenaran
yang pahit), dan merasa tenang dengan yang lain (kenikmatan dunia).,,
Demikianlah Nabi s.a.w., jika ada orang minta sesuatu kepada
beliau, pasti beliau memberinya. Jika tidak memberi, maka akan
mengucapkan kata-kata yang menyenangkan.
Suatu hari, sejumlah kerabatnya minta untuk diangkat menjadi
petugas sedekah dan mendapatkan bagian dari sedekah itu. Jawaban
Nabi, "Sedehah itu tidak dibolehkan bagi Muhammad dan keluarga
Muhammad." (IJR^ Muslim) Nabi melarang mereka untuk makan
sedekah, dan memberinya jatah harta rampasan perang.
Ali,Zaid, dan Jakfar meminta Nabi untuk memutuskan tentang
anak perempuan Hamzah. Namun kepada mereka bertiga, Nabi tidak
memberi satu keputusan pun. Keputusan itu justru diberikan kepada
bibi (dari ibunya). Kepada mereka bertiga, Nabi menjawab dengan
sangat diplomatis. Kepada Ali, Nabi menj awab, " E ngkau b agian dariku,
dan ahu bagian darimu." Kepada Jakfar, Nabi menjawab, "Engkau
mirip dengan perawahan dan pembawaanku." Sedangkan kepada Zaid,
"Engkau adalah saudara dan penolongh.u." (HR. Bukhari)
Demikianlah seharusnya sikap seorang pemimpin dalam membagi
sesuatu atau memutuskan. Rakyat akan selalu menuntut keuntungan
pribadi, uang, prioritas, keringanan-keringanan dalam hukum, dan
lain sebagainya. Terhadap permintaan-permintaan seperti itu, Nabi
mengganti dengan yang lain, selama ia bisa. Atau menjawabnya
dengan diplomatis, selama tidak perlu kekerasan. Jawaban untuk orang
yang meminta, jangan sampai menyakiti hatinya, terutama bila orang
yang meminta itu harus disentuh hatinya. Kata Allah,"Adapun orang
yang nxeminta, maha janganlah engkau rnenghardiknya." (QS. Adh-
Dhuh6: 9) "Dan berikanlah hak itu kepada keluarga-keluarga dehat,
kepada orang miskin dan orang yang dalam. perjalanan. Jangan
engkau menghambur-hamburkan (harta) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu
sangat inghar kepada Tuhannya. Jika enghau berpaling dari mereka

Fikih Akhtak Lt,


untuk nlenxperoleh rahmat d,ari Tuhanmu y ang engkau harapkan, maha
hatahanlah hepada mereka ucdpan yang nTenyenanghan." (QS. Al'
Isr6':26-28)
Ketika diutus kepada Firaun, Allah pernah berkata kepada Musa,
"Maka berbicaralah halian kepadanya dengan kata-kata yang ramah.
Mudah-mudahan ia ingat atau takut " (QS. Th6ha: 44)
Kepada Mu'adz ibn Jabal dan Abu Musa a1-Asy'ari, yang diutus-
nya ke Yaman, Nabi mengatakan, "Permudahlah dan jangan menxper'
sulit; buat hati mereka senang dan jangan buat mereka menghindar;
ikuti (budaya) mereha dan jangan menyalahi rnereha." (Hadis Sahih)
Suatu hari, seorang Arab badui kencing di masjid, dan oleh para
sahabat orang itu dikerumuni. Kata Nabi, "Jangan hentikan (kencing-
nya)!" Kemudian Nabi memerintahkan untuk mengambil seember air
dan mengguyurnya. Kata Nabi,

z 9 z! z I zl o ro t.r6.
cJ*tP
r'rotol,
etJ-fr *ol
"sesungguhnya kalian diutus untuk tnetnperm.udah, buhan
untuk mempersulir." (Hadis Sahih)
Sikap seperti inijuga harus diterapkan oleh setiap orang terhadap
dirinya, keluarganya, dan bawahannya. Hati manusia hanya akan
menerima kebenaran dengan keuntungan-keuntungan yang ia
dapatkan. Dengan demikian, keuntungan-keuntungan itu merupakan
bentuk ibadahnya kepadaAllah dan amal baktinya kepada-Nya dengan
niat yang tulus. Pernahkah Anda berpikir bahwa makan, minum dan
berpakaian itu wajib hukumnya? Ketika seseorang dalam keadaan
terpaksa dan harus makan bangkai, maka ia, menurut ulama, harus
makan. Jika tidak makan dan ia mati, maka ia akan masuk neraka.
Dengan kondisi yang lemah, apa pun bentuk peribadatan, tentunya,
tidak akan pernah bisa dilaksanakan. Sesuatu yang menyempurnakan
amalan yang wajib akan menjadi wajib pula (hukumnya). Dan itu
artinya, memberi makan diri sendiri dan keluarga harus dinomor-
satukan daripada berbagai bentuk sedekah kepada orang lain. Abu

390 | ririn Akhtak


Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
"Bersedekahlah." Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, (kalau) aku
punya satu dinar." Kata Rasulullah, "Bersedekahlah kepada dirimu
sendiri." Kata orang itu lagi, "(Kalau) aku punya yang lain?" Kata
Rasulullah, "Bersedekahlah kepada istrimu." Tanyanya lagi, "(Kalau)
aku punya yang lain?" Kata Rasulullah, "Bersedekahlah kepada anak-
mu." Tanyanya lagi, "(Kalau) aku punya yang lain?" Kata Rasulullah,
"Bersedekahlah kepada pembantumu." Tanyanya lagi, "(Kalau) aku
punya yang lain?" I{ata Rasulullah, "Engkau lebih tahu."
Muslim juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda, "(Ada) satu dinar yang enghau salurkan di jalan Allah; (ada)
satu dinar yang engkau salurkan kepada budah; (ada) satu dinar yang
harus enghau sedekahkan kepada orang miskin; dan (ada) satu dinar
yang harus enghau salurhan kepada keluargamu. Yang paling besar
pahalanya adalah yang engkau salurhan kepada heluargamu."
Muslim meriwayatkan lagi dari Abu lJmamah, Rasulullah
bersabda,

'; l*'ofi u ;,Wt J.,;'ci :liL i;t u.t g


ioz ?.o.
-t Vit 4t: Jy; r l-trl q ;lL;9 *i*t,u
,J'\t -rJl ,-r
"Wahai anak Adam, jikaengkau memberikan kelebihan
hebutuhan(mu), maha lebih baik bagimu; jika engkau pelit,
maka itu buruk bagimu. Adalah tidah hina untuk hidup seder-
hana; mulailah (sedekah itu) kepada orang yang enghau tang-
gung (makannya); tangan yang di atas itu lebih baik daripada
tangan yang di bawah."
"Dan mereka bertanya hepadamu apa yang nxereka nafkahkan.
Katahanlah, Yang lebih dari keperluan'." (QS. Al-Baqarah: 2lg)
Nafkah kepada diri sendiri dan keluarga hukumnya fardhu ain.
Berbeda dengan belanja yang diberikan untuk persiapan perang dan

Fikih Akhlak I ,r,


orang-orang miskin, yang pada hakikatnya, bisa fardhu kifayah dan
bisa pula sunnah. Memberi makan orang yang kelaparan hukumnya
menjadi wajib jika tak ada orang lain yang bisa melakukannya.
Demikian pendapat Ibnu Taimiyah.

3gz L,n,n Akhtak


JANGAN MENTTLITI{AN RAI{YAT

Allah berfirman, "Allah tidak rnembebani seseorang melainkan


sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 28G)
Bukhari meriwayatkan dari al-Ma'rur, "Aku bertemu Abu Dzar
di Rabdzah dengan mengenakan sorban, demikian pula dengan
budaknya. Aku bertanya kepadanya tentang alasan mengapa memakai
sorban tersebut. Jawabnya, '(Ceritanya,) aku memaki seseorang dengan
menghina ibunya. Lalu Nabi berkata kepadaku, 'Wahai Abu Dzar,
engkau menghina ibunya? Engkau adalah orang yang dalam dirimu
terdapat unsur jahiliyah. Saudara-saudaramu adalah pembantu dan
pemberian Allah kepadamu yang Ia jadikan berada di bawah kekuasa-
anmu. Barangsiapa saudaranya berada di bawah kekuasaannya, maka
ia harus memberinya makan dari yang ia makan, memberinya pakaian
dari (bahan yang sama) yang ia pakai. Jangan membebani mereka
dengan yang tidak mampu mereka lakukan. Kalaupun harus membe-
bani mereka, maka bantulah."
Ketika membaiat para sahabatnya, Rasulullah menuntun
sebagian mereka dengan mengataka n "... sebatas kernampu,annu.t.o
Abu Daud meriwayatkan dari Utsman ibn Abil Ash ats-Tsaqafi,
"Wahai Rasulullah, jadikanlah aku imam shalat bagi kaumku." Kata
Rasulullah, "(Kalau) engkau menjadi imam. m,ereka, ikuti yang paling
lemah dari rnereka. Jadikanlah seorang muazin yang tidak pernah
memungut upah."
Dalamal-Muntakhab, Abdu ibn Hamid meriwayatkan dariAmru
ibn Harits, Rasulullah s.a.w. bersabda,

Fikih Akhlak L,,


?1 '$oky
o o, .d
I->
I
U *:G .'9 t>-ai.> t-.

4/;
*Meringankan pekerjaan pembantumu
adalah pahala di timba-
nganrnlt,."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar, "Aku berta-
nya, 'Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling baik?' Rasululah
menjawab, 'Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya.' Aku
bertanya lagi, 'Pembebasan yang bagaimana yang paling baik?'
Rasulullah menjawab, '(Pembebasan budak) yang paling disukai oleh
keluarganya dan yang paling mahal harganya.'Aku bertanya lagi,
'Jika aku tidak bisa melakukannya?'Jawab Rasulullah, 'Membantu
orangyang membuat suatu (pekerjaan) atau membuatkan (pekerjaan)
untuk orang yang tidak bisa berbuat apa-apa.' Aku bertanya lagi,
'Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan
apa-apa?' Rasulllah menjawab, 'Jangan berbuat jahat kepada orang
lain, karena itu adalah sedekahmu bagi dirimu.'

Pemimpin Harus Menguji Kesabaran Bawahannya


Allah berkata, " M aha tathala Thalut keluar me mb aw a te ntarany a,
ia berkata,'Sesungguhnya Allah ahan menguji kalian dengan sungai:
Barangsiapa meminum darinya, maka bukan termasuh pengihuthu;
barangsiapa tidak meminumnya, rnaka dia adalah pengikutku. Kecuali
orang menciduk seciduk tangan, (maka ia tetap pengikutku)'." (QS.
Al-Baqarahz 249)

Pemimpin Harus Memilih Bawahan yang Terbaik


"Sulaiman berkata, 'Siapakah d.i antara kalian yang sanggup
membawa singgasananya hepadaku sebelurn mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah diri?'Ifrit (yang cerdik) dari golo-
ngan jin berkata, 'Aku akan membawa singgasana itu hepadamu
sebelum engkau berdiri dari tempat d,uduk. Sesungguhnya ahu benar-

394 | ririn Akhtak


benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya., Berkatalah
seorang yang nxenxpunyai ilmu dari Kitab,'Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip,." (eS. An-Naml:
39-40)

Pemimpin Harus Membuat Kriteria bagi pengikutnya


Khidhir pernah berkata kepada Musa, ,Jika engkau mengiku-
tiku, m.aha jangan bertanya tentang apapun, sampai aku sendiri
me nj el a s ka n ny a ke p adan1.u. " (QS. Al-Kahfi : Z0)

Jangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lainl


Abu Daud meriwayatkan dari Muawiyah: *Aku mendengar
Rasulullah bersabda,

'Ji c,rr ji '&'t*i /6t ?tr:F '.i!t'J! ;t:y


c t/ ot
JJ*it
I

'Jika engkau mencari-cari hesalahan orang lain, maka enghau


telah menghancurhan mereka atau ahan menghancurkan
rnereka'.'
Jika seseorang telah terkenal jdhat dan perusak, maka Anda boleh
mencari tahu kejahatan dan kerusakan orang tersebut untuk dicarikan
cara menghilangkannya dan mencegahnya. sesungguhnya Allah tidak
menyukai kerusakan.
Berikut adalah contoh bagaimana Rasulullah mencari tahu
kejahatan Ibnu Shayyad agar dapat menemukan cara mencegahnya.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., "Rasulullah
pergi menemui Ibnu shayyad bersama ubay ibn Ka'ab. Ketika itu Ibnu
shayyad sedang bersandar di batang pohon kurma. Ketika mendekati
pohon kurma itu, Rasulullah bersembunyr di balik pohon tersebut untuk
mendengarkan dari dekat apa yang digumamkan Ibnu Shayyad di
atas kain tebalnya itu. Tapi Ummu shayyad melihat Rasululah di

Fikih Akhtak L,t


persembunyiannya itu dan berkata kepada Ibnu Shayyad, TVahai Shaf,
ada Muhammad.'Dan Ibnu Shalyad pun melompat k aget.IlataRasulu-
llah,'Kalau saja dia membiarkannya (tidak tahu kedatanganku), maka
semuanya akan menjadi jelas'."

396 L,n,n Akhtak


PARA PENANGGLING JAWAB DAN BAIVTUAI\i

Orang yang bertanggung jawab harus memperhatikan bantuan


yang datang kepadanya. Yang dimaksud adalah bantuan orang kepa-
danya. Jika bantuan itu tidak melanggar syariat, maka boleh diterima;
jika bantuan itu adalah bantuan yang haram, maka harus ditolak.
Menerima bantuan orang lain dapat menyenangkan hatinya dan
dapat mepermudah tugas yang dijalankan. Dengan demikian ia akan
mendapatkan simpati dari orang lain.
Jika ada orang yang butuh datang menemui Rasulullah, beliau
selalu membawanya kepada para sahabatnya dan mengatakan,
"Bantulah, agar kalian mendapat pahala. Semoga Allah menurunkan
heputusan melalui Nabi-Nya tentang apa yang Dia kehendaki." (IilB.
Bukhari dan Muslim)
Bantuan yang haram harus ditolak dan tidak boleh diterima. Nabi
pernah berkata kepada Usamah yang membantu seorang perempuan
dari Bani Makhzum yang ketahuan mencuri, "Apakah enghau,
Usamah, akan membela orang yang dijatuhi hukuman dari Allah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Awas Suap (Risywah)/


Berikut adalah cerita tentang Nabi Sulaiman a.s. yang menolak
pemberian karena itu dimaksudkan sebagai suap terhadap agama.
Demikian penuturan Allah tentang Ratu Saba dengan Sulaiman, "Doz
sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
(membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa

Fikih Akhlak L,
kembali oleh utusan-utusan itu. Tatkala utusan itu sarnpai kepada
Sulaiman, Sulaiman berkata,'Apakah (patut) kalian memberi harta
kepadaku? Apa yang diberikan oleh Allah kepa.daku tebih baik daripada
apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Herannya, kalian nlerasa
bangga dengan hadiah kalian. Kernbalilah kepada mereka. Sungguh
kami akan datang hepada mereka dengan balatentara yang mereka
tidah kuasa melawannya. Kami pasti akan mengusir mereka dari negeri
itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan)
yang rendalr'." (QS. An-Naml: 35-37)
Suap akan merusak perbuatan Anda, menghancurkan kemas-
lahatan dan menumbuhkan dendam di hati orang lain terhadap Anda.
Apalagi jika suap itu membuat banyak orang kehilangan haknya dan
membuat Allah murka.
Ibnu Taimiyah berkata, "Tidak boleh menerima hadiah-baik
untuk kepentingan umum, apalagi kepentingan pribadi-dari pezina,
pencuri, pemabuk, pembegal, koruptor atau lainnya, yang membuat
hukuman bagi mereka bisa dibatalkan. Harta yang dipungut untuk
membatalkan hukuman adalah terlarang dan keji. Jika ada penguasa
yang melakukan itu, maka ia telah melakukan dua kesalahan besar:
membatalkan hukuman dan memakan barang haram. Itu artinya, ia
telah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang penguasa dan
melakukan yang dilarang.
"Jiha orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka tidak
melarang mereha mengucaphan perkatan bohong d,an memakan yang
haram, maha mereka akan rnelakuhan yang lebih buruk lagi." (eS. Al-
M6'idah: 63) Allah berkata tentang orang-orang Yahudi"Adalah orang-
orang yang suka rnendengar berita bohong dan banyak memakan yang
haram." (QS. Al-M6'idah: 42) Mereka makan suap yang disebutnya
dengan bhirthtl (sogokan), atau sekali waktu disebut hadiah.
Jika penguasa telah makan uang haram, maka ia akan terdorong
untuk mendengarkan sumpah palsu. Rasulullah s.a.w. mengutuk
penyuap (rdsyt), penerima suap (murtasyi) dan yang menjadi perantara
bagi keduanya (rd|isy). Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud dan
Tirmidzi.

398 I ririrr Akhtak


I
Bukhari dan Muslim menyebutkan, "Ada dua orang mengajukan
perkara mereka kepada Nabi. Kata salah satu dari mereka, 'Wahai
Rasulullah, putuskan (perkara) kami ini dengan Kitab Allah.'Dan kata
lawannya-yang lebih pandai darinya-juga,'Wahai, Rasulu1lah,
putuskan (perkara) kami dengan Kitab Allah, dan izinkan aku
(mengatakan sesuatu).' Kata Rasulullah,'Katakan!' Dan ia pun
berkata, 'Anakku bekerja di keluarga orang ini dan berzina dengan
istrinya. Kemudian aku membayar denda seratus kambing dan seorang
pelayan. Aku juga pernah menanyakan hal itu kepada orang-orang
pandai. Kata mereka anakku hanya harus dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama setahun. Sedangkan istri orang ini harus dirajam.,
Kata Rasulullah,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan-Nya, aku akan
memutuskan perkara kalian dengan KitabAllah. Seratus kambingdan
seorang pelayan harus dikembalikan kepadamu. Anakmu harus
dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun.' Kemudian beliau
berkata kepada lJnais,'Hai Unais, temuilah istri orang ini dan tanya-
kan. Jika ia mengakuinya maka rajamlah.'Unais pun bertanya
kepadanya dan ia (istrinya) mengakuinya. Wanita itu kemudian
dirajam.
Hadis ini menjelaskan bahwa jika orang yang bersalah menye-
rahkan harta untuk membatalkan hukuman, Nabi memerintahkan
untuk mengembalikan semua yang dikeluarkan itu kepadanya dan
hukuman harus tetap ditegakkan. Harta seperti itu juga tidak boleh
diambil untuk kaum muslimin, baik untuk mujahidin maupun untuk
orang-orang miskin.
Orang-orang muslim sendiri telah sepakat bahwa membatalkan
hukuman karena tawaran uang tidak diperbolehkan. Mereka sepakat
bahwa harta yang dipungut dari seorang pezina, pencuri, koruptor,
pembegal atau apapun, dengan maksud membatalkan hukuman adalah
harta haram.
Pelanggaran dan kejahatan yang merebak saat ini lebih banyak
disebakan oleh uang dan jabatan yang bisa membeli hukuman itu.
Inilah penyebab terbesar hancurnya masyarakat di manapun mereka
berada. Baik di pedesaan atau di perkotaan. Ini merupakan penyebab

Fikih Akhtak I ,*
runtuhnya kehormatan dan wibawa penguasa di mata rakyat. Jika
seorang penguasa sudah bisa disuap untuk membatalkan hukuman,
maka ia sudah kehilangan kemampuan untuk menjatuhkan hukuman
berikutnya.
Birthtl (suap) berarti batu lonjong, dan disebut sebagai suap
karena batu itu menyuap orang agar tidak mengatakan yang benar.
Dikatakan, "Jika suap masuk dari pintu, maka sifat amanah akan
keluar dari lubang angin."

Memilih Wakil
Jika Anda mengutus seseorang kepada satu masyarakat sebagai
wakil Anda, maka pilihlah orang yang dicintai oleh mereka. Dengan
demikian, mereka akan lebih mudah menerimanya dan mengikuti
segala perintahnya. cara seperti ini pernah dilakukan Rasulullah s.a.w.
ketika mengutus utsman untuk menemui orang-orang Mekah pada
saat Baiatur Ridhwan (Pembaiatan di Ridhwan) untuk berunding
dengan mereka. Mengingat utsman adarah salah satu tokoh orang-
orang Mekah.
Ibnu umar pernah menjelaskan alasan ketidakhadiran Utsman
pada Baiatur Ridhwan, "...Adapun ketidakhadiran utsman dalam
Pembaiatan di Ridhwan, karena kalau saja ada orang lain yang lebih
berwibawa di Mekahdaripada IJtsman, makaNabi pasti akan mengutus
orang tersebut. Akhirnya Nabi memilih utsman untuk pergi ke Mekah.
Pembaiatan di Ridhwan dilakukan setelah usman perg ke Mekah. Kata
Nabi, seraya mengangkat tangan kanannya, "Ini adalah tangan
utsman." Kemudian ia memukul tangannyayanglain seraya berkata,
"Ini untuk Lltsman." OfB. Bukhari)

Pemimpin Harus Mementingkan Akhirat dan


Terhindarnya Bawahan dari Neraka
Ini hal yang lebih penting daripada kebahagiaan mereka di
dunia. Dan Nabi s.a.w. sangat mementingkan akhirat. Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari sa'ad ibn Abi waqash, Basulullah memberi

m I
I

ritin Akhtak

A.
sesuatu kepada beberapa orang dan Sa'ad duduk bersama mereka.Kata
sa,ad, ,,Rasulullah membiarkan satu orang dan tidak memberinya.
Orang itu adalah orang yang menurutku paling mengagumkan.
Kataku,'Wahai Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si Fulan?
sungguh, aku tahu benar bahwa dia itu orang beriman.'Rasulullah
menjawab, '... atau telah memeluk Islam.'Aku terdiam sebentar,
kemudian dorongan rasa ingin tahu begitu kuat dalam dadaku. Aku
bertanya lagi,'Wahai Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si
Fulan. Sungguh, aku tahu benar bahwa dia itu orang beriman."
Rasulullah menjawab, '...atau telah memeluk Islam.'Aku terdiam
sebentar, kemudian mendadak ingin tahu. Aku bertanya lagi,'wahai
Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si Fulan. Sungguh, aku
tahu benar bahwa dia itu orang beriman.'Rasulullah menjawab sama,
,...atau telah memeluk Islam. sesungguhnya aku memberi sesuatu
kepada seseorang, sedang selain orang yang kuberi itu lebih aku sukai.
Aku takut nanti ia dijungkalkan ke neraka'."

Ramah kepada Pembantu


Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w. bersabda,
"Jika pernbantu halian datang menghidangkan makanan, maka jika
kalian tidah mengajaknya makan bersama, berilah barang sepotong
atau sesuap dari makanan itu, karena dialah yang nxengurus makanan
itu." (IilR,. Bukhari)
Sementara Muslim meriwayatkan dari Abu Mas'ud al-Badri, "Aku
pernah mencambuk hamba sahayaku kemudian aku mendengar suara
dari arah belakangku, 'Ketahuilah, wahai Abu Mas'ud!'Aku tidak
mengenal suara itu karena aku sedang marah. Ketika suara itu
mendekat, ternyata itu adalah suara Rasulullah,'Ketahuilah, wahai
Abu Mas'ud. Ketahuilah, wahai Abu Mas'ud." Segera kubuang cambuk
yang masih aku pegang. Katanya lagi,'Ketahuilah, wahai Abu Mas'ud,
Allah lebih perkasa untuk melakukan itu kepadamu daripada engkau
melakukan itu kepada budak ini.'setelah itu, aku bersumpah tidak
akan pernah memukul budak lagi."

Fikih Akhlak I *,
Jangan Memukul Wajah pembantu atau pegawail
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi
s.a.w. pernah berkata,

c
,rry ui
,o-)l iL;i iLi ;u tiy
"Jika kalian berkelahi, maka hindari bagian wajah."
Muslim meriwayatkan dari lJmair, sahaya Abi Lahm, *Tuanku
memerintahkan aku untuk mendendengkan daging. Kemudian seorang
miskin datang kepadaku dan aku memberi sebagian daging tersebut.
Tuanku mengetahui apa yang aku lakukan itu dan ia rangsung memu-
kulku. setelah itu, aku menemui Rasulullah dan menceritakan apa
yang telah terjadi. Rasulullah memanggil tuanku itu dan berkata,
'Mengapa engkau memukulnya?' Jawabnya,,(Karena) dia memberikan
makananku tanpa aku perintahkan.' Kata Rasurulrah,'Masing-masing
kalian mendapat pahala'." Maka tidak perlu terjadi pemukulan!

Mendidik Pembantu
Awas, jangan pernah memukul dengan keras dan menampar
muka. Muslim meriwayatkan dari Muawiyah ibn suwaid, "Aku menam-
par salah seorang budak kami dan aku langsung kabur. Menjelang
Zhuhur, aku kembali dan shalat di belakang ayahku. Ayahku memang-
gil budak itu dan aku. Kemudian ayahku berkata (kepada budak itu),
'Lakukan seperti dia (memukulmu)!' kemudian ayahku memaafkannya.
setelah itu ia mengatakan, 'Pada masa Rasulullah, kami-Bani
Muqarrin-punya seorang pembantu perempuan. sarah seorang dari
kami memukulnya dan berita itu sampai kepada Nabi. Beliau berkata,
'Bebaskan ia!' Mereka berdalih, ,Hanya dia pembantu yang kami
punya.'Kata Nabi lagi, '(Kalau begitu) manfaatkanlah dia (sebagai
pembantu). Bila sudah tidak membutuhkannya lagi, bebaskanlah dia!,"

w2 I ,,n,^ Akhtak
Berat Ringannya Balasan
Dengan mempertimbangkan kondisi, balasan yang akan diterima
oleh setiap orang akan beragam. Orang yang mampu dan pandai,
kemudian sengaja melakukan satu kesalahan, maka ia harus menerima
hukuman yang lebih berat daripada orang yang lemah dan bodoh yang
melakukan kesalahan.
Jika orang yang lemah semangat, berbuat dengan penuh
semangat dan ketekunan, maka ia akan dihargai lebih besar daripada
yang lain, demi meningkatkan semangatnya.
Banyak dalil yang menunjukkan itu. Salah satunya adalah sabda
Nabi s.a.w.,

lie ik;,:,'y?'iirtt 'WJ.tihv


u,
.a!
j.r rLu
t
a.
Lt-rr !rL:,
:\ t* A *r*'9, r#t v)
G)

"Ada tiga orang yang pada hari Kiamat tidak diajah bicara
oleh Allah, tidah dibersihkan, tidak dilihat dan mereka menda-
pathan siksa yang pedih: Orang tua yang berzina, penguasa
yang pendusta dan orang miskin yang sombong." (HR. Muslim)
Orang yang berzina harus dihukum. Bila yang melakukannya
seorang yang sudah tua, maka hukumannya di akhirat lebih pedih
dari orang muda. Sebab, orang tua seharusnya lebih mampu menjauh-
kan diri dari perbuatan keji ini dan mampu menahan diri darinya,
karena usianya yang tua dan pengetahuannya yang cukup tentang
hukum-hukum Allah, terutama hukum-hukum Allah terhadap orang-
orang yang berbuat keji. Dengan semua pertimbangan itu, maka
hukumannya harus diperberat.
Kedua, tentang penguasa yang berdusta. Sebagai seorang
penguasa, tak ada lagi yang dapat menekannya untuk melakukan
dusta, karena semua rakyat adalah rakyatnya, yang akan patuh
terhadap perintah dan larangannya; tak ada yang berani menekannya,

Fikih Akhtak I *
bahkan dialah yang menekan mereka. Semua bawahannya tidak kuasa
melawannya. Maka, jika ia berdusta dan menipu orang-orang yang
tidak punya kekuasaan, hukumannya akan dilipatgandakan dan
diberatkan.
Kesombongan itu tercela. Jika kesombongan itu dilakukan oleh
seorang yang miskin, maka dosanya menjadi lebih berat. Allah
menjelaskan tentang istri-istri Nabi, "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa
di antara kalian mengerjakan perbuatan kejiyang nyata, niscaya akan
dilipatgandakan siksaan baginya dua kali lipat. Yang demikian itu
mudah bagi Allah. Barangsiapa di antara kalian (istri-istri Nabi) tetap
taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal baik, niscaya
Kami memberihan pahala dua kali lipat baginya, dan Kami sediakan
baginya rezki yang mulia." (QS. Al.Abzdb: 30-31)
Wanita-wanita yang mendapat nikmat sebagai istri Nabi dan
menjadi ibu bagi orang-orang mukmin, jika mereka mensyukuri nikmat
tersebut dan berbuat baik, maka Allah akan memberikan pahala dua
kali lipat. Sebaliknya, Jika mereka tidak mensyukuri nikmat itu dan
berani melakukan kekejian yang nyata, maka siksanya pun akan
digandakan.
Contoh lain adalah penggandaan pahala orang-orangAhlul Kitab
yang beriman kepada nabi mereka dan beriman pula kepada Nabi
Muhammad. Nabi bersabda, "Ada tiga orang yang pahalanya diberikan
dua kali lebih banyak: (1) Seorang Ahlul Kitab yang berinxan hepada
nabinya dan mengalami masa Nabi Muhamrnad, kemudian beriman
kepadanya, mengihutinya dan rnembenarkannya. Dia akan mendapat
dua pahala. (2) Seorang budak yang mengerjakan hak Allah dan hah
tuannya, berhah rnendapat dua pahala. (3) Seorang yang pernah punya
budak perenxpuan, rnemberinya makan dengan baik, mendidiknya
dengan baik, d,an m.ernbebashannya, kemudian mengawininya. Dia
berhak rnendapatkan dua pahala pula." (HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk dalam pembahasan ini adalah keringanan hukuman
zina bag1 budak perempuan. Budak perempuan tidak sama dengan
wanita merdeka. Allah berfirman, "Jika mereka (para sahaya
perempuan) mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka mereka

M I
I

Fikih Akhlak
m.endapatkan separuh huhuman dari hukurnan wanita-wanita merde-
ha yang bersuami." (QS. An-Nis6': 25)

Fikih Akhtak I oot


PRINSIP PENGHARGAAN DAN HUKUMAN

Wahai pemimpin, Anda harus menghargai orangyangtekun dan


giat dalam bekerja, dan memberi hukuman kepada orang yang malas
dan meremehkan.
Nabi Sulaiman yang selalu berdiri memegang tongkatnya
mengawasi para pekerjanya. Dia tidak terlalu menekan dan tidak pula
terlalu membiarkan. Penjelasan Allah tentangjin yang bekerja kepada
Sulaiman, "Para jin itu membuat untuh Sulairruan apa yang dikehen-
dakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring ya.ng (besarnya) seperti holam dan periuk yang tetap
(berada di atas tunghu). Bekerjalah, wahai keluarga Daud, untuh
bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sehali dari hamba-hambaKu
yang berterima hasih. Maka tatkala Kami telah menetaphan kematian
Sulaiman, tidak ada yang nTenunjukkan kepada mereka kematiannya
itu kecuali rayap yang nlenxakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah
tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang
gaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan."
(QS. Saba':13-14)
Kekuasaannya tidak membuatnya larut dalam kesenangan,
kemewahan, dan mengabaikan kemaslahatan umum dan berbuat
kebaikan. Sebelumnya Allah juga telah menjelaskan, "Dan sebagian
dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya)
dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka
dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya
menyala-nyalo." (QS. Saba': 12)

M I ririn Akhtak
Hukuman itu bertujuan membuat orang jera dan tidak mengu-
langi perbuatan jahatnya. Allah menjelaskan tentang pencuri, ,,Lahi-
lahi yang mencuri dan perempuan ya.ng mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka herjakan d,an
sebagai siksaan dari Allah." (QS. Al-M6'idah: 88)

Fikih Akhtak I *
JANGAN MARAH!

Marah itu tercela dan berasal dari setan. "Jika engkau ditimpa
godaan setan, rnaka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-ordng
yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat
hepada Allah. Ketika itu juga mereka melihat kesalahan-hesalahannya.
Dan teman-teman mereha (orang-orang kafir dan fasik) membantu
setan-setan dalam rnenyesatkan dan rnereha tidah henti-hentinya
(menyesatkon). " (QS. Al-A'rAf: 2OO-2O2)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sulaiman ibn Shard r.a.,


"Ada dua orang yang saling memaki di hadapan Nabi. Makian itu
membuat salah seorang dari keduanya marah dan merah mukanya.
Nabi melihatnya dan berkata, 'Aku tahu kalimat yang jika diucap-
kannya, maka (marah) ini akan pergi darinya: A'Adzu billdhi mina
asy-syaithd.ni ar-rajtm (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang
terkutuk)."
Ahmad meriwayatkan dari Nabi s.a.w.,

tiyj ,rir u',* otY!::t\,


'/ ctA:t:t o |.*lsrLy
\b:#l.€Ll* rp ,riU ;6r
aaa
f*i
"Marah itu dari setan, setan diciptakan dari api, dan api (bisa)
dipadamkan dengan air. Jika salah seorang dari kalian marah,
berwudhulah."

408 I Fikih Akhtak


Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seseorang
pernah memohon kepada Nabi, "Berpesanlah kepadaku!" Nabi pun
berpesan kepadanya, "Jangan marah!" Orang itu memohon lagi beru-
lang kali, dan Nabi berpesan yang sama, "Jangan marah!"
Kata Nabi,

'rb i^ri
,o t-t,r,.o. .?.t n,..,a
:rJL-.5"rJt 4-r?Jt LII *A\
,,1 ,. .t 6...
,,_r-iJt :.J
'

*at
"Orang yang kuat itu bukan ordng yang selalu m.enang dalam
bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai
dirinya pada saat ntarah." (HR. Bukhari)
Wahai hamba Allah, perangilah nafsumu untuk meredam marah,
karena Allah selalu menyanjung orang-orang yang berhasil meredam
marah. "(Yaitu) orang-orang yang mendermakan (hartanya), baik di
utahtu lapang fiLaupun sempit, dan orang-ordng yang menahan
amarahnya dan memaafhan (kesalahan) orang. Allah menyukaiorang-
orang ydng berbuat kebajihan." (QS. Ali Imran: 134)
Secara umum marah itu merupakan tercela. Tapi ada marah yang
terpuji, yaitu marah karena larangan Allah dilanggar. Itu artinya,
marah karena larangan Allah dilanggar, tidak tercela, bahkan terpuji.
Nabi sendiri pernah marah beberapa kali.
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, "Ketika Rasulullah meme-
rintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan amalan-yang
sebenarnya bisa mereka lakukan-namun mereka berkilah,'Kami tidak
sepertimu, wahai Rasulullah, karena Allah telah mengampuni dosamu
yang dulu dan akan datang.'Wajah Rasulullah langsung berubah
karena marah, dan berkata, 'Orang yang paling bertakwa dan paling
mengenal Allah adalah aku!"'
Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Amru, "Suatu hari, pagi-
pagi buta, aku menemui Rasulullah. Saat itu, terdengar suara gaduh
dua orang yang berselisih pendapat tentang sebuah ayat. Dengan
wajah penuh kemarahan, Rasulullah menemui kami, dan berkata,

Fikih Akhlak I *
"Orang-orang sebelum kalian binasa karena m.emperselisihkan kitab
n7ereha."

Nabi Musa juga pernah marah, "Dan tathala Musa telah kembali
hepada haumnya dengan marah dan sedih hati, berhatalah d.ia,
'Alanghah buruknya perbuatan yang k,alian kerjahan sesudah
hepergiankzl"' (QS. Al-A'rdf: 150)
Tidak hanya Nabi, para sahabat dan tabiin juga pernah marah.
Jika marah itu karena Allah dan dalam kebenaran, maka tidak tercela.

Jangan Mengeluarkan Keputusan ketika Anda Sedang


Marah, Lelah dan Tidak Menguasai permasalahan
Di atas telah dijelaskan bahwa marah itu berasal dari setan.
Ketika orang sedang marah, ia tidak boleh mengeluarkan keputusan,
karena keputusan itu akan dipengaruhi oleh setan.
Disebutkan dalam hadis,

ao
c+b-e li$'.5-v i-',+i, ti{r'.5-G .*,e sy,
,/
LJI,U
"Jika enghau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah.
Jika enghau marah, diamlah!" (HR. Ahmad dan Bukhari
d,alarn al- Ad ab al M u fr a d.)
-

Di samping merupakan bisikan setan, marah juga menutup nalar


sehat dan menghalangi nalar untuk berpikir jernih. sejumlah ulama
tidak mengesahkan cerai karena marah. Mereka beralasan dengan
sebuah hadis,

Vr llub
!u'\6}V u

*Tidak sah perceraian


dan tidak sah pernbebasan budak ketika
orang sedang tertutup pikirannya." (HR. Abu Daud)
Meski hadis ini masih harus dijelaskan, namun menurut para
ulama, "tertutup pihirannya" mengacu kepada makna adanya paksaan.

410 I
I

Fikih Akhtak
Hanya saja, beberapa ulama lain mengartikannya sebagai "sesuatu
yang menutup pikiran dan menghalanginya untuk berbuat benar
seperti yang bisa diperbuatnya pada saat normal, dan itu disebabkan
oleh kondisi sangat marah."
Mereka beralasan bahwa Musa pernah membuang lembaran-
lembaran firman AIIah ketika sedang sangat marah kepada kaumnya
yang menyembah anak sapi. Allah berfirman, "Tatkala Musa telah
kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati ia berkata,
'Alanghah buruknya perbuatan yang kalian herjakan setelah
kepergianhu! Apakah kalian hendak mendahului janji Tuhan halian?'
Dan Musa pun rnelemparkan lembaran-lembaran (Taurat) itu dan
nxernegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menarihnya
ke arahnya." (QS. Al-A'rAf: 150) Meski Musa marah, Tuhannya tidak
mencelanya.
Di muka telah dinyatakan bahwa ketika orang mengeluarkan
sebuah keputusan pada saat marah, maka ia mengeluarkan keputusan
itu pada waktu kehadiran setan dan pada waktu nalar tidak maksimal
melakukannya. Keputusan yang dikeluarkannya pun sangat gegabah
dan sering tidak benar. Oleh karena itu, Nabi menegaskan,

L6 -*i,y,t';i& ,c/
".: )i tJ'

"Seorang hakim tidak boleh memutuskan perhara di antara dua


orang dalam keadaan nlarah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Lebih jelasnya, bisa Anda saksikan dalam hadis Salman bersama
Hudzaifah berikut ini: Abu Daud meriwayatkan dari Amru ibn Abi
Qurrah, "Hudzaifah sedang berada di Madain. Ia menyampaikan hal-
hal yang pernah disampaikan oleh Rasulullah ketika beliau dalam
keadaan marah. Kontan, orang-orang yang mendengarnya kabur
meninggalkannya dan menemui Salman. Mereka menceritakan apa
yang dikatakan Hudzaifah itu dan sikapnya ketika itu. Kata Salman,
'Hudzaifah lebih tahu apa yang ia katakan.'
Orang-orang pun kembali kepada Hudzaifah dan berkata, Yang
engkau sampaikan itu telah kami ceritakan kepada Salman, dan ia

Fikih Akhtak I ort


tidak membenarkanmu dan tidak pula menyalahkanmu.'Maka Hudza-
ifah pun menemui Salman yang sedang di kebun sayurannya-Katanya,
"Wahai Salman, apa alasanmu untuk tidak membenarkan apa yang
aku dengar dari Rasulullah?'Jawab Salman,'Jika Rasulullah marah,
maka beliau akan berkata kepada kaumnya dengan marah, dan jika
hatinya sedang senang, maka beliau akan berkata kepada kaumnya
dengan hati yang senang. Berhentilah mengatakan itu, hingga engkau
bisa menyampaikan kepada orang lain akan kesenangan orang lain,
dan bisa menyampaikan kemarahan orang lain kepada orang lain. Atau
memamg engkau menginginkan perbedaan dan perpecahan?
Aku pernah mendengar Rasulullah berkhutbah,'siapapun dari
umatku yang aku maki atau kutuk ketika aku marah, maka (maklumi-
lah bahwa) aku adalah anak Adam yang bisa marah seperti mereka.
Pada hakikatnya aku diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. Semoga
Allah menjadikan (makian dan kutukanku) itu sebagai rahmat bagi
mereka di hari Kiamat.'Sungguh, engkau berhenti melakukan itu atau
aku akan melaporkanmu kepad a Umar?"
Nawawi mengatakan, "Selain marah, ada banyak kondisi yang
bisa membuat seorang penguasa tidak bisa berpikir jernih dan bersikap
rasional, seperti terlalu kenyang, terlalu lapar, terlalu sedih dan
gembira dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti semua itu, seorang
hakim tidak dibenarkan mengambil keputusan, karena dikhawatirkan
akan membuat keputusan yang salah."
Menurut penulis, jika seseorang ingin membuat satu keputusan,
maka harus dengan tenang, tidak emosional dan selalu minta bantuan
kepada Allah. Selain itu, ia juga harus bertukar pikiran dengan kala-
ngan ahli. Selanjutnya bertawakal lah kepada Allah. Insyaallah, kepu-
tusan yang diambil dengan cara demikian akan bisa diterima, tidak
akan menimbulkan penyesalan, bahkan justru mengantarkan kepada
ketenangan hati.
Selain marah, kondisi lelah dan kurang mengerti akan masalah
juga membuat seseorang tidak diperkenankan membuat janji atau
membuat keputusan. Kondisi seperti itu juga tidak diperbolehkan bagi
seseorang untuk berfatwa.

412 I
I

Fikih Akhtak
"JANGAN MINTA JABATAN!"

Disebutkan dalam ash-Shahtbain dari Abdurrahman ibn


Samurah, Rasulullah pernah berkata kepadaku, "Wahai Abdurrahman
ibn Samurah, jangan tergoda untuk menjadi pem.impin, karena jika
enghau mendapatkannya karena ambisimu, maka engkau justru akan
terbebani olehnya. Sedanghan jiha engkau mendapatkannya bukan
karena ambisimu, maka enghau akan dibantu. Jika enghau bersumpah
untik melahukan sesuatu' dan enghau melihat bahwa selain yang
enghau sumpahhan itu lebih baik, maka kerjakanlah yang lebih baik
itu, dan bayarlah kafarat buat sumpahmu (yang buruk) itu."
Dalam Shahth Bukhari disebutkan, dari Abu Hurairah, dari
Nabi, "Sungguh kalian akan gila jabatan, dan pada hari Kiamat kelak
akan menjadi penyesalan. Nikmat di dunia dan sengsara di akhirat."

Fikih Akhtak I OB
"I(AMI TIDAK MEMBERII(AN JABATAN
KEPADA ORANG YANG BERAMBISI."

Dalam ash-shahtbain, dari Abu Musa, "Aku datang menemui


Nabi s.a.w. bersama dua orang dari kaumku. Kata salah satu dari
mereka, 'Beri kami jabatan, wahai Rasulullah?'Dan yang satunya lagi
juga meminta hal yang sama. Rasulullah lalu berkata,

* n" i V: t;It:- n tta ;ri u ti1


[Kami tidak akan memberi jabatan kepada orang yang
memintanya dan ambisil."

414 I ,,0,n Akhtak


MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR SEMUA
RAKYAT BERSATU

Masalah menyatukan rakyat adalah masalah yang hanya bisa


dilakukan oleh Allah. "(Allah) me.mpersatukan hati mereha (orang-
orang yang beriman). Walaupun engkau mendermakan semua
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya engkau tidah dapat
mempersatuhan hati mereka. Allah lah yang rnempersatukan hati
mereka." (QS. Al-Anfdl: 63)

Fikih Akhtak I ort


DAMAI ITU INDAH

Seorang pemimpin harus mendamaikan rakyatnya, menyatukan


hati mereka dan memadukan semua kemampuan mereka. Orangyang
mengupayakan kedamaian di antara umat manusia akan diberi pahala
yang besar oleh Allah. "Tidak ada dosa bagi keduanya untuk mengada-
kan perdamaian yang sebenar-benarnya. Perdamaian itu rebih baih
(bagi mereko)." (QS. An-Nisa': 128) Meski ayat ini turun dengan latar
belakang berbeda, tapi pesannya bersifat umum.

Bermusuhan adalah Tercela dan Dibenci


Dalam ash-Shahthain diriwayatkan dari Abu Hurairah,
Rasulullah bersabda,

ui t
;: u,
-pr,*,tEi,pt Ly,.,W; iel
$ ueq u, :JLG; t:, t;6 r:, t#;
6rL ,lt ;v t;;i t):;.t:rJ

"Hindari prasanglza, karena (ucapan yang berdasarkan)


prasangha itu adalah ucapan paling dusta. Jangan suka
menguping pembicaraan orang lain, jangan nTencari-cari
keburuhan orang lain, jangan bersaing dalam keduniaan,
jangan saling mendengki, jangan saling memusuhi dan jangan
saling membelakangi. Jadilah (katian) hantba-hamba Altah
yang bersaudara."

416 I
I

Fikih Akhtak
Dalam kitab yang sama juga diriwayatkan dari Anas ibn Malik,
Rasulullah s;o.w. berkata,

oljt
d
;t+" t;;i rrlj.ri ui t)Lt;; t)3 ri*$ d
G',u i;.i
''Lil' Li g7.ryorsrrL.
)q :6
'Jangan saling bermusuhan, jangan saling mendengki, jangan
saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslirn itu tidak boleh menjauhi saudara-
nya lebih dari tiga hari."
Dalam kitab itu pula diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari,
Rasulullah berkata, "Seorang muslim tidak boleh menjauhkan
saudaranya lebih dari tiga malam; mereka bertemu, yang satu mema-
lingkan muka dan lain memalingkan mukanya. Orang terbaik dari
keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam."
Dalam SDo hihMuslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulu-
llah berkata,

iZ:rr *tri g
"gl'rl5 ,*"At i"i-: ;*ut i7
',

*tu_t e Js ;-r.J:.# ^irL, i)Hu +


'
, o,, ;,.,'.

:..,, r, o( ..,i o, a,'",,'r, r.'.,ra t.: .


.;J-o l:-Fl l2Jba_ *"- ;*.ta l:-);li JU} r.U,l-i
..' ,1 o . 'oz o'., ,l ., .. ,I c . 6,

"Pintu-pintu surga itu terbuha pada hari Senin dan Kamis.


(Dari pintu-pintu itu) semua hamba yang tidak menyekutukan
Allah akan diampuni, hecuali orang yang sedang bermusuhan
dengan saudaranya. Dan dikatakan,'Tangguhkan pengampu-
nan kedua orang ini, sampai mereka saling bertegur sapa.
Tangguhkan pengampunan kedua orang ini, sampai mereka
saling bertegur sapa. Tangguhkan pengampunan kedua orang
ini, sampai mereka saling bertegu.r sapa'."

Fikih Akhtak I Ofi


Ayat-ayat yang Menganjurkan perdamaian
Banyak sekali ayat yang menganjurkan kepada perdamaian dan
menjelaskan besarnya pahala orang-oran g yang mengusahakan perda-
maian. "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berpe-
rang' maka damaihanlah heduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maha damaihanlah keduanya dengan adil, dan berlaku
adil lah. sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlahu ad.il.
sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah kedua saudara halian dan bertahwalah kepad.a Ailah
supaya halian mendapat rahmaL" (QS. Al-tlujur6t: g-10)
"Tidak ada hebaihan pada kebanyakan bisikan rnereka, kecuali
bisikan dari orang yang tnenyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat baih, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, helak
Karni memberi kepadanya pahala yang besar." (eS. An-Nis6': ll4)

Usaha Nabi s.a.w. dalam Mendamaikan


Nabi s.a.w. sangat giat dalam usaha kepada perdamaian. Dalam
ash-shahih diriwayatkan dari sahal ibn sa'ad, "Ada beberapa orang
dalam keluarga Amru ibn Auf yang sedang mengalami ketegangan.
segera Nabi berangkat bersama beberapa sahabatnya untuk menda-
maikan mereka. Ketika sudah masuk waktu shalat, Nabi belum juga
kembali. Maka Bilal pun segera mengumandangkan azan untuk
memulai shalat. sampai azan selesai pun, Nabi belum kembali.
Kemudian Bilal datang kepada Abu Bakar, dan Bilal berkata, 'Nabi
masih tertahan dan waktu shalat sudah tiba, apakah engkau akan
berkenan meng'imami shalat?'..."
Dalam Shahth Bukhari diriwayatkan dari Sahal ibn Sa,ad,
"Orang-orang Quba' tengah berperang dan salin! melempar batu. Hal
ini disampaikan kepada Rasulullah, lalu beliau berkata, *Mari, kita
berangkat untuk mendamaikan mereka."

418 I
I

Fikih Akhtak
Keseriusan Para Sahabat dalam Menciptakan
Perdamaian
Bukhari meriwayatkan dari Auf ibn Malik ibn Thufail, "Aisyah
diberi tahu bahwa ketika Aisyah menawarkan barang dagangan atau
memberikan sesuatu kepada Abdullah ibn Zubair, Abdullah ibn Zubair
berkata,'Sungguh Aisyah harus berhenti atau aku akan mencegahnya.'
Aisyah meyakinkan,'Benarkah ia mengatakan seperti itu?' Orang-orang
menjawab, 'Benar.'Kata Aisyah lagi, 'Aku juga bernazar, dengan nama
Allah, tidak akan berbicara kepada Ibnu Zubaft selamanya.' Setelah
sekian lama Aisyah menjaga jarak dengan Ibnu Zubair, Ibnu Zubair
minta maaf kepadanya. Tapi kata Aisyah,'Tidak. Sungguh, aku tidak
akan pernah memaafkannya sampai kapanpun dan tidak akan pernah
menarik nazarku.'Ibnu Zubair merasa tidak enak didiamkan begitu
lama. Akhirnya ia menceritakan hal itu kepada Miswar ibn Makhramah
dan Abdurrahman ibn Aswad ibn Abdu Yaghuts-keduanya dari Bani
Zuhrah-,'Dengan nama Allah, aku memohon dengan sangat kepada
kalian berdua untuk mempertemukan aku dengan Aisyah. Seharusnya
ia tidak boleh bernazar untuk memutuskan hubungan persaudaraan
denganku.'Setelah itu, dengan pakaian lengkap, Miswar dan Abdur-
rahman membawa Ibnu Zubair menemui Aisyah. Mereka minta izin
kepada Aisyah, 'As-Sald.mu'alaikum wa rafumatullah wa barakdtuh.
Bolehkah kami masuk?' Aisyah menjawab,'Masuklah.' Mereka
bertanya,'Semua?' Aisyah menjawab, Ya. Masuklah semua-Aisyah
tidak tahu bahwa salah satu dari mereka adalah Ibnu Zubair.'Ketika
mereka masuk, Ibnu Zubair langsung menyelinap ke balik tabir dan
merangkul bibinya itu, memohon maaf kepadanya dan menangis.
Miswar dan Abdurrahman juga memohon kepadanya, tapi Aisyah tidak
mengajak Ibnu Zubair bicara, dia hanya menerimanya. Kedua orang
itu menjelaskan,'Sesungguhnya Nabi pernah melarang untuk mendi-
amkan orang lain, karena seorang muslim tidak boleh mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga malam.' Setelah banyak yang mengingatkan,
Aisyah merasa sesak dan sambil terisak ia berkata, 'Aku memang
bernazar, dan nazar itu keras.'Mereka tetap di sisiAisyah sampai Aisyah
mengajak bicara Ibnu Zubair. Karena nazarnya itu, Aisyah membebas-

Fikih Akhtak I Op
kan empat puluh budak. Ia mengingat-ingat kembali nazarnya, dan
langsung menangis sampai kerudungnya basah oleh air matanya."
Di tengah orang-orang yang beriman harus ada satu golongan
yang selalu mendamaikan, selalu mengatakan yang benar, memu-
tuskan dengan benar, menunjukkan kepada yang benar dan berlaku
adil. "Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan kebenaran, dan dengan hebenaran itu (pula)
mereha menjalanhan keadilan." (QS. Al-A'rAf: 181)
Ada golongan yang rela mengorbankan waktu mereka, bahkan
harta mereka, untuk menciptakan kedamaian dan mencegah terjadinya
kejahatan di antara umat manusia.
Ada juga golongan lain yang selalu menghabiskan malamnya
untuk dan melibatkan diri dalam upaya menciptakan kedamaian di
antara umat manusia, dan mendekatkan hati orang-orang yang ber-
tikai. Dengan adanya golongan ini, Allah mencegah terjadinya kejaha-
tan di antara kaum muslimin.
Tujuan semua ini adalah Allah; untuk kedamaian mencapai
keridhaan-Nya dan selanjutnya untuk mencegah terjadinya kejahatan
di antara umat manusia.

Dibolehkan Berbohong untuk Mendamaikan


Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ummi Kultsum binti
Uqbah. Ia pernah mendengar Rasulullah berkata,

, o.
IJ--.->

"Tidak (bisa dikatahan) pem,bohong, orang yang mendamaihan


di tengah masyarahat dengan melebih-lebihkan kebaihan atau
mengatakan hebaihan."
Ada orang yang membicarakan tentang kejelekan seseorang,
kemudian ada orang lain yang menceritakan hal itu apa adanya kepada
orang yang dibicarakan kejelekannya. Kemudian ada orang lain lagi

420 I ritin Akhtak


yang berkata sebaliknya kepadanya, "Fulan selalu mengatakan tentang
kebaikanmu. Ia selalu menyanjungmu dan mengatakan begini dan
begitu." Menurut pendapatmu, siapa yang benar? Apakah orang yang
menceritakan apa adanya dan kemudian menyebabkan kehancuran
dan terputusnya hubungan keluarga, atau orang yang berbohong dan
membumbui ceritanya hingga menjadi baik?
Yang pasti, yang terakhir lah yang benar. Inilah yang dimaksud
oleh hadis di atas. Coba bayangkan, orang yang pertama menyampai-
kan secara apa adanya, tapi telah melakukan kesalahan dengan
mengadu-adu yang menyebabkan rusaknya hubungan persaudaraan!
Dan yang kedua menyampaikan bukan sebenarnya, tapi untuk
menciptakan kedamaian di antara manusia dan usahanya itu akan
mendapatkan pahala.
Allah berfirman, "Janganlah kalian jadikan (nama) Allah dalam
sumpah halian sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa
dan mengadakan perbaihan di antara manusia. Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah:224)
Sebagian ahli tafsir mengartikan ayat ini sebagai berikut, "Jangan
jadikan Allah sebagai penghalang berbuat baik! Seseorang kadangkala
bersumpah dengan nama Allah untuk tidak berbuat baik. Ketika ia
dituntut untuk berbuat baik, maka ia akan beralasan, 'Aku telah
bersumpah dengan nama Allah.'Jadi, jangan bersumpah dengan nama
Allah untuk tidak melakukan kebaikan. Langgarlah sumpah seperti
itu dengan membayar kafarat (denda) dan kerjakanlah kebaikan.
Wallahu a'lanx."

Orang-orang yang Rela Mengorbankan Hak Mereka


untuk Kedamaian
Ketahuilah bahwa demi kedamaian orang boleh mengorbankan
sebagian haknya atau seluruhnya. Orang yang mendamaikan boleh
menganjurkan salah satu pihak untuk mengalah dengan mengorban-
kan sebagian haknya atau seluruhnya.
Sebagai contoh, seseorang punya utang sebesar satujuta Rupiah.
Lama kemudian, yang punya piuang datang menagih, tapi yang ditagih

Fikih Akhlak I O^
belum punya uang sebesar itu untuk mengembalikan. Dalam keadaan
seperti ini, orang yang punya niat untuk mendamaikan boleh menyu-
ruh kepada orang yang punya uang untuk merelakan sebagian
uangnya yang dipinjam itu. Misalnya, ia mengatakan, "Terimalah
seadanya dan relakan sisanya!" Dengan ucapan seperti ini, hak untuk
menagih sudah selesai dan ia mendapatkan pahala yang disimpan di
sisi Allah.
Disebutkan dalam ash-Shahifoain d.ari Aisyah, Rasulullah
mendengar suara orangbertengkar di depan pintu. Suara mereka keras
sekali. Ketika salah satu pihak meminta lawan bicaranya untuk
merendahkan suara dan melunak, pihak lawan justru mengerang,
"Demi Allah, aku tidak akan melakukan!" Rasulullah pun menemui
mereka dan berkata, "Siapa yang bersumpah atas nama Allah untuk
tidak melakukan kebaikan?" Katanya, *Aku, wahai Rasulullah. Aku
telah meringankannya dan ia boleh memilih apa yang ia suka."
Dalam kitab yang sama juga disebutkan dari Ka'ab ibn Malik,
bahwa ia minta Ibnu Abi Hadrad untuk melunasi utang padanya pada
masa Rasulullah di dalam masjid. Baik Ka'ab maupun Ibnu Abi Hadrad
bersuara kerasa. Saking kerasnya, sampai Rasulullah mendengar suara
keduanya dan beliau berada di rumahnya. Beliau keluar dan membuka
tabir rumahnya memanggil Ka'ab ibn Malik. Beliau berkata, "Wahai
Ka'ab." Ka'ab menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah
memberi isyarat dengan tangannya agar Ka'ab merelakan sebagian
tagihannya. Kata Ka'ab, "Aku patuhi, wahai Rasulullah." Kata Rasulu-
llah, "Lakukanlah."
Dalam Shahth Bukhari diriwayatkan dari Zubair, dan dalam
Muslim dari Abdullah ibn Zubafu, "Seseorang dari kaum Anshar
bertengkar dengan Zubaft di hadapan Rasulullah tentang aliran air di
tanah berbatu yang menuju ke kebun kurma. Kata orang Anshar itu,
'Biarkan air itu mengalir!' Zu,bair menolak permintaan orang Anshar
yang mewakili sejumlah orang yang lain. Dan mereka pun bertengkar
dengan Zubair di hadapan Rasulullah. Kata Rasulullah kepada Zttbair,
"}IaiZubair, airi (tanamanmu), kemudian biarkan air itu mengalir ke
tetanggamu." Orang Anshar itu marah. Katanya, "Wahai Rasulullah,

422 I
I

Fikih Akhtak
apakah engkau melakukan demikian karena ia anak bibimu?" Wajah
Nabi langsung berubah, dan berkata lagi, "Hai Zttbair, airi (tanaman-
mu), kemudian tahan air itu sampai kembali ke hilirnya." Kata Zubafu,
"Sungguh, menurutku ayat berikut turun berkaitan hal ini, "Maha demi
Tuhanmu, mereha (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan engkau sebagai hakim dalam perkara yang mereka
perselisihhan, kemudian mereka tidak ffLerasa keberatan terhadap
pu.tu.san." (QS. An-Nis6': 65)
Contoh lainnya adalah, "Jika seorang wanita khawatir akan
nusyuz atau sikap acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi
heduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan
perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)." (QS. An-Nis6': 128)
Namun, jikayangmereka damaikan itu sesuatu yang menyalahi
Kitab Allah, maka perdamaian itu tertolak. Demikian ditunjukkan
dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dan Zaid ibn
Khalid, "Seorang badui datang menemui Rasulullah dan berkata,
'Wahai Rasulullah, aku memohon dengan sangat kepadamu,
putuskan perkaraku dengan Kitab Allah.'Lawannyayang lebih pandai
berkata, 'Ya, putuskan perkara kami berdasarkan Kitab Allah. Tapi,
sebelum itu, izinkan aku bicara.'Kata Rasulullah, 'Katakan!' Ia
kemudian menjelaskan, 'Anakku memang bekerja pada orang ini, dan
berzina dengan istrinya. Ketika aku dikabari bahwa anakku harus
dirajam, segera aku bayar denda sebesar seratus kambing dan seorang
budak perempuan. Setelah itu, aku bertanya kepada orang-orang
pandai. Kata mereka, anakku harus dihukum cambuk seratus kali
dan diasingkan selama setahun, sedangkan istri orang ini harus
dirajam.'Kata Rasulullah,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan-Nya,
aku akan memutuskan perkara kalian berdua dengan (ketentuan di)
Kitab Allah. Budak perempuan dan kambing harus dikembalikan.
Anakmu harus dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun.
Dan engkau, IJnais, temui istri orang ini. Jika ia mengaku, rajamlah."
Dan Unais pun pergi menemuinya. Wanita itu mengaku (telah berzina
dengan anak orang itu), dan langsung Rasulullah membawanya,
kemudian dirajam."

Fikih Akhrak I OU
Kesimpulannya, perdamaian dengan sesama kaum mukminin itu
mengandung banyak kebaikan dan usaha ke arah itu sangat diharap-
kan. Karenanya, segeralah lakukan kebaikan. Banyak nash yang
menunjukkan hal itu:
"Dan bersegeralah kalian kepada arnpundn dari Tuhan kalian
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disedia-
kan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
" Berlomb a-lombalah dalam berb uat berb agai keb aj ikan." (QS.
Al-M6'idah: 48)
"Mereka itu bersegera untuh mendapat kebaikan-hebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. At-
Mu'min0n: 61)
Manusia kadang kala menerima untuk berbuat baik. Tapi
kemudian ia merasa ragu melakukannya dan setan menggodanya untuk
mengejar dunia dan meninggalkan perbuatan baik. Sering juga terjadi
perselisihan, namun orang-orang yang berselisih segera melakukan
perdamaian karena sadar akan manfaat kedamaian.
Jika setiap orang mengetahui semua manfaat ini, niscaya hatinya
akan terbuka untuk berbuat baik. Hatinya akan berkata, "Aku akan
menemui si Fulan yang pernah aku musuhi. Aku akan memperbaiki
hubunganku dengannya." Tapi sebentar kemudian, ia menjadi enggan
melakukan semua kata hatinya itu. Dan setan pun datang,
membisikkan segala keburukan yang pernah dilakukan saudaranya
itu. Kemudian membuat hatinya tertutup dan urung memperbaiki
hubungan.
Jika Allah telah membukakan pintu kebaikan untukmu, wahai
hamba Allah, segera masuk dan jangan pernah ragu atau menunda
hingga esok.

Lakukan Perdamaian Selagi Anda Berkuasa atas


Urusan Anda
Lakukanlah kebaikan selagi Anda masih berkuasa atas urusan
Anda. Ini lebih baik daripada Anda melakukannya karena tekanan

4U I rikn Akhtak
I
atau Anda tidak bisa melakukannya sama sekali. Seorang badui yang
menjadi tawanan pernah menemui Nabi s.a.w. dan berkata, "Wahai
Muhammad, aku menyatakan diri sebagai seorang muslim." Nabi
menjawab, "Kalau saja engkau ntengucaphannya ketika engkau bebas,
engkau akan sangat beruntung." (HR. Muslim)
Saya tegaskan di sini bahwa sayatidakbermaksud menganjurkan
menunda niat untuk menciptakan perdamaian dan melakukan
kebaikan sampai Anda benar-benar mampu. Tapi maksud saya, selama
Anda punya kesempatan, segera ciptakan perdamaian dan lakukan
kebaikan itu agar pahala yang Anda miliki besar dan sempurna.
Apakah orang yang masuk Islam setelah penaklukan sama
dengan yang masuk Islam sebelum penaklukan? Tentu tidak! "Tidak
sanla di antara halian orang yang mendermakan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya
dibanding orang-orang yang menderm.ahan (hartanya) dan berperang
sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka
(balasan) kebaihan." (QS. Al-Hadid: 10)
Kata Nabi s.a.w.,

uit:'St '.-:;-;lJr
J r_;._ gitr ,blt th Jr:;'riu
\),. ,?_ ts)r(.
s. .: ,
g, tls ui tl'i ,*'rf f;ts
.rol,. o
q:;
./
tr"::,
tz
tjJll ;* ,f-* dc'_)

" S eg e ral a h aikan s eb elum d.atang U rrlr"r, ; r":,


b e rb uat ( heb
" "
bencana itu bagaihan saat malam yang gulita. Pada saat itu,
ordng beriman di pagi hari, dan sore harinya ia telah menjadi
kafir. Atau ia beriman di sore hari, dan pagi hari ia telah
menjadi kafir; m.enjual agamanya dengan kenikmatan
duniawi." (HR. Muslim)
Menurut Nawawi, maksud dari hadis ini adalah perintah untuk
bersegera melakukan perbuatan kebaikan sebelum Anda tidak sempat
melakukannya karena banyaknya bencarra, yang diibaratkan bagaikan

Fikih Akhrak I Ort


malam yang gulita dan menghalangi pandangan siapa saja dari
kebaikan.
Wahai hamba Allah, segera ciptakan kebaikan dan hindarilah
kejahatan dengan cara yang jitu. "Dan tidahlah sanxa kebaihan dan
kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan sesuatu yang lebih baik;
(dengan begitu) orang yang memushirnu tiba-tiba rnenjadi teman yang
sangat setid." (QS. Fushshilat: 34)

Perdamaian antara Kaum Muslimin dan Orang-orang


Kafir
Perdamaian di antara kaum muslimin dan orang-orangkafir pada
dasarnya boleh berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat.
"Jika mereha merendah untuk berdamai, maka merendahlah
hepadanya dan bertawahal lah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-AnfdL 61)
Nabi s.a.w. pernah mengadakan perdamaian dengan orang-orang
musyrik pada Perdamaian Hudaibiyah yang terkenal. Sementara
Bukhari meriwayatkan dari Auf ibn Malik, "Pada saat perang Tabuk,
aku pernah menemui Nabi yang sedang berada dalam tenda dari kulit
yang telah tersamak. Kata Nabi,'Hitunglah enam (tanda) Kiamat...
(kemudian Nabi meneruskan hadis sampai) kemudian perjanjian
gencatan senjata antara halian dan BaniAsfar (orang-orang Romawi)'."
Gencatan senjata yang dimaksud dalam hadis ini adalah gencatan
senjata yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariat dan sesuai
kebutuhan kaum muslimin.

Mempermudah Orang yang Punya Utang


Jika orang yang berutang dalam kesulitan, maka berilah waktu
tangguh sampai Allah memudahkan dan melapangkan rezkinya.
Bersyukurlah kepada Allah, wahai hamba Allah, jika Ia menjadikan
Anda sebagai orang yang memberi utang, bukan orang yang mengu-
tang; sebagai orang yang memberi, bukan orang yang meminta; sebagai
orang yang menuntut (karena punya hak), bukan orang yang dituntut
(karena punya tanggung jawab).

426 I
I

Fikih Akhtak
Beban utang memang sangat berat dirasakan oleh seseorang.
Utang bisa membuat orang berdusta dan mengingkarinya. Kata
Rasulullah s.a.w.,

' . to i,
s,o.lrt9 uil ;i<rL:L is. Bt'.JL')t o\
"Orang itu jika sudahterlilit utang akanberdusta dalambicara
dan ntengingkarinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tekanan-tekanan dari pemilik uang bisa memaksa orang yang
punya utang lari dari rumah dan meninggal masalah dalam keluar-
ganya. Karena utang, orang dibuat tidak bisa tidur, gelisah di tempat
tidur, enggan naik ke tempat tidur dan enggan mencumbui istrinya.
Keluarga yang berutang akan membuat rumahnya penuh dengan
tangisan bingung dan gelisah karena tagihan si pemilik uang. Orang
yang berutang juga kesulitan mendapatkan sesuap nasi atau apa saja
yang bisa mengganjal perutnya.
Karena itu, jadilah orang yang murah hati kepada mereka yang
terbebani utang. Ringankan kesulitan mereka dan tangguhkan utang
mereka sampai mereka dimudahkan oleh Allah untuk bisa membayar.
Banyak sekali nash-nash al-Qur'an maupun Sunnah yang memerin-
tahkan sikap seperti itu. Dalam ash-Shahthdiriwayatkan dari Aisyah,
"(Suatu ketika) Rasulullah mendengar suara dua orang bertengkar
ribut sekali di depan pintu rumah. Ketika salah satu dari mereka minta
untuk diringankan beban utangnya dan minta keringanan dalam hal
yang lain, yang satu lagi menjawab ketus,'Demi Allah, tidak akan aku
lakukan.' Tiba-tiba Rasulullah keluar (dari rumah) dan berkata,'Mana
orang yang bersumpah dengan nama Allah untuk tidak melakukan
kebaikan?'Orang itu menjawab,'(Ini,) aku Rasulullah. Kalau begitu,
biarkan ia memilih apa yang ia kehendaki (aku mempermudahnya)'."
Muslim meriwayatkan dari Abi Yusr, sahabat Rasulullah s.a.w.,
Kata Rasulullah, "Barangsiapa mendngguhkan (waktu pembayaran
utang) orang yang kesulitan atau merelakannya, maka Allah akan
memasukhdnnya dalam perlindungan-Nya."

Fikih Akhlak I on
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Hudzaifah,
Rasulullah berkata, "Paramalaikat pernah menemui ruh salah seorang
sebelum kalian. Para malaikat itu bertanya,'Apakah engkau pernah
melakukan sedikit kebaikan?' Ruh itu menjawab,'Tidak.' Para malaikat
itu bertanya lagi, '(Coba,) ingat-ingat!' Kata ruh itu, 'Aku memang
pernah meminjamkan uang kepada orang-orang. Kemudian aku
menyuruh anak buahku untuk menangguhkan utang orang yang
kesulitan dan memberikan keringanan kepada orang yang mampu
membayar .' Kata Allah (kepada para malaikat),'Ringankanlah dia!'."

Wahai Orang yang Berutang!


Bayarlah utang-utang Anda dengan segera, karena di akhirat
utang Anda itu akan ditagih. Jika Allah telah memudahkan Anda,
maka bayarlah utang. Jangan makan harta orang lain dengan cara
tidak benar, karena orang-orang yang uangnya Anda pinjam itu, di
hari Kiamat, akan mengambil kebaikan-kebaikan Anda.
Ingat baik-baik sabda Nabi s.a.w.

u'ntdf/,+1 ,f #iX
oSemua
dosa orang yang (rnd.ti) syahid ahan diampuni, kecuali
utang." (HR. Muslim)
Ingat baik-baik ketika sekujur tubuh jenazah dihadapkan kepada
Nabi, Nabi langsung bertanya, "Apakah ia punya utang?" Orang-orang
menjawab, "Ya.' Nabi bertanya lagi, "Apakah ia meninggalkan
pembayaran utang itu?" Mereka menjawab, "Tidak." Kata Nabi,
"Pergilah dan shalatkan sahabat kalian itu." (HR. Bukhari)
Ingat, Nabi pernah menjelaskan tentang (hakikat) orang yang
bangrut,

LV 'Fi u, L,qt
1r; 6V it
$; 11t5 aa Jt1
o
;*
'.
r.-t it*'$';t$
I tr-,.
, o .'o
AiL; .y tS:
" ,il*'u,
' ' 'u ' '/ '
428 L;^ Akhrak
)ste'r/'iy*p€.V
'Yakni orang yang pada hari Kiamat helak datang sebagai
orang yang telah makan harta ordngini, kernudian orang yang
telah dimakan hafianya itu rnengambil dari kebaikannya dan
mengambil lagi dari hebaikannya. Jika hebaikannya telah
habis maka keburukan ordng yang telah diarnbil hartanya
ditimpakan kepadanya, dan kemudian ia dilemparkan ke
nerdka." (HR. Muslim)
Ingat juga firman Allah, "Dan janganlah kalian saling menzakan
harta kalian dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian mernbawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kalian dapat memakan
sebagian harta orang lain dengan cara dosa (dengan memanipulasi
hukum), padahal kalian mengetahuil" (QS. Al-Baqarah: 188)
Ketahuilah, bahwa hak-hak orang mukmin yang ada padamu,
cepat atau lambat, akan diambil. Kata Nabi,

;&"u tq ,F L,@t t; q'i Gt o$t


"0",J5

,6;Jlt;*^tr , rt;Lir
'Kelah d.i hari Kiamat, sernu(r non onon aier*UoUno, Orrob,
pemiliknya, sampaipun kambing yang bertanduk akan
dibalaskan atas kembing yo,ng tanduknya dipatahkannya." (EfR.
Muslim)
Ingatlah bawa menunda pembayaran utang, sedangAnda sudah
mampu membayarnya, adalah tindak kezaliman yang akan
mengucilkan Anda dan menjadi bahan gunjingan di belakang Anda.
Kata Nabi,

i;G'A''JA
-/
"Penundaan (pembayaran utang) ordng yang kaya adalah
kezaliman." (HR. Bukhari dan Muslim)

Fikih Akhtak I OD
Karenanya, jangan biarkan setan membisiki Anda dan merayu
untuk menunda pembayaran utang itu. Sebab, bisa saja, saat Anda
mati, tidak ada anak maupun ahli waris Anda yang mampu melunasi
utang Anda. Jangan biarkan setan membujuk Anda untuk berpikir,
"Toh, yang punya uang adalah orang kaya dan aku tidak berdosa jika
harus makan hartanya." Hati-hati, ini adalah bisikan setan!
Jangan pernah mengambil harta orang lain dengan maksud
untuk merusaknya. Orang yang melakukan itu akan dihancurkan oleh
Allah!
Mohonlah pertolongan kepada Allah, berusahalah untuk
membayar utang dan, sekali lagi, mintalah bantuan-Nya. Orang yang
meminjam uang orang lain dan berniat untuk mengembalikannya, pasti
Allah akan membantunya untuk mengembalikan uang tersebut.
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata,

*f n', ^- {ist a'rf ait;f L.j u6t Jt;i bi';


iiilt {*f Wuut +j
"Barangsiapa meminjam harta orang lain dengan niat ahan
mengembalikannya, maka Allah akan membantunya untuk
mengembalikannya. Dan Barangsiapa merninjam harta itu
dengan niat untuk merusaknya (dengan tidak ntengemba-
likannya), maka Allah ahan menghabisinya."

430 L,n,n Akhtak


DAMPAK POSITIF PERCAYA (IMAN) KEPADA
TAKDIR

Di muka telah kami jelaskan bahwa antara budi pekerti luhur


dan keimanan kepada Allah memiliki hubungan yang kuat. Semakin
tebal iman seseorang kepada Allah, semakin mulia budi pekertinya.
Demikian halnya rukun iman yanglain juga memiliki pengaruh positif.
Di muka telah kami singgung dampak keimanan kepada hari
Akhir terhadap keluhuran budi pekerti. Dan dalam bab ini, kami akan
membahas sedikit tentang dampak keimanan kepada takdir (qadar)
terhadap budi pekerti luhur dan berbagai bentuk interaksi sesama
mukmin.
Iman kepada takdir akan menumbuhkan ketenangan batin,
keteduhan hati, kepercayaan diri, keberanian mengambil tindakan,
dan keberanian membenarkan yang benar dan menyalahkan yang
salah.
Dalil yang menyatakan bahwa keimanan kepada Allah dapat
memberikan keteduhan hati dan ketenangan batin adalah, "Tidakada
satu musibah pun yang menirnpa seseorang kecuali dengan izin Allah.
Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesu.atu.'
(QS. At-Taghdbun: 11)
"Tiada satu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula)
pada diri kalian, melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang d,emikian itu
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian

Fikih Akhtak I Ort


tidak putus asa terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian
tidah bangga terhadap apa yang diberikan-Nya hepada kalian. Allah
tidak menyuhai setiap orang yang sombong lagi membanggahan diri."
(QS. Ar-Iladid:22-23)
Ketika hati teduh dan tenang, maka akan tercermin dalam
perilaku terhadap sesama. Coba bedakan dengan perilaku orang yang
hatinya sedang gundah dan ketakutan. Tentu, yang pertama lebih
mampu mengambil keputusan yang benar dan baik. Sedangkan yang
kedua kacau.
Perhatikan kondisi psikologis orang-orang kafir saat Perdamaian
Hudaibiyah dengan Nabi. Demikian dijelaskan dalam surah al-Fath,
"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati rnereha kesom-
bongan, (yaitu) kesombongan jahiliyah." (QS. Al-Fath: 26)
Sebaliknya, perhatikan kondisi psikologis Rasulullah dan kaum
mukmin, "Lalu Allah menurunkan hetenangan kepada Rasul-Nya, dan
kepada orang-orang muhmin dan Allah menetaphan kalimat tahwa
kepada mereka dan rnereha lebih berhak dengan kalimat takwa itu
dan orang-ordng yang bertaku)a." (QS. Al-Fath: 26) Perhatikan pula
arah kecenderungan suasana perjanjian itu. Alhamdulillah, akhirnya
keuntungan memihak kepada takwa. Padahal ketika itu para sahabat
sangat keras menolak dan menentang penawaran-penawaran orang-
orang kafir yang saat itu masih kuat. Karena, "Allah mengetahui apa
yang tidak kalian hetahui dan Dia memberikan kemenangan yang
dekat setelah lrz." (QS. Al-Fath: 27)
Perhatikan pula penyesalan yairg Allah tanamkan di hati orang-
orang kafir yang tidak tahu apa-apa karena memang tidak memper-
cayai takdir.*Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian seperti
orang-orang hafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan hepada
saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di
muka bumi atau mereka berperang,'Kalau mereka tetap bersanla-sanla
hita, tentulah mereka tidah mati dan tidak dibunuh.' Akibat (dari
perkataan dan keyakinan rnereka) yang demikian itu, Allah menimbul-
kan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
menghidupkan dan mematihan. Dan Allah Maha Melihat apa yang

432 I
I

Fikih Akhlak
halian kerjakan." (QS. Ali Imran: 156) Jika orang meyakini hal-hal
seperti ini, meyakini bahwa segala permasalahan itu telah ditentukan
dan meyakini permasalahan rezki sebagaimana dinyatakan oleh Allah,
"Dan apa saja yang halian dermahan, pasti Allah menggantinya dan
Dialah Pemberi rezhi yang sebaik-baiknya", maka ia akan dengan rela
menyediakan makan bagi orang-orang miskin, akan menjamu semua
tamunya dan akan membantu semua orangyang membutuhkan. Pada
saat itu, ia akan berperilaku luhur yang akan dihormati oleh Pencip-
tanya dan sesama.

Malaikat Diperintahkan Menuliskan Rezki Seseorang


Sejak di dalam Perut lbunya
Kata Nabi s.a.w. kepada Ummu Habibah, "Enghau menanyakan
hepada Allah tentang ajal yang sudah dipastikan, hari yang sudah
ditentukan, dan rezhi yang telah dibagi. Dia tidah akan memajukan
atau menunda sesuatu dari waktunya." (HR. Muslim)
oDan tidah ada apapun melainhan pada sisi Kamilah
simpanannya. Karni tidah menurunhannya melainkan dengan uhuran
yang tefienrz. " (QS. A-Hijn 2l) "Kepunyaan Allah lah perbendaharaan
langit dan bumi." (QS. Al-Mun6fiqffn: 7) Kepada-Nya lah segala
sesuatu kembali. "Sesungguhnya kepada Tuhanmu lah akhir (segala
sesuatu)." (QS. An-Najmz 42) Jika orang muslim menyadari semua
itu, niscaya ia akan merendahkan diri kepada Allah dan tidak sombong
terhadap sesama. Namun ia juga tidak menjatuhkan harga dirinya,
tidak minder dan tidak menghambur-hamburkan hartanya untuk
orang lain.
Ketika Bilal ketiduran, Rasulullah tidak memarahinya. Demikian
ceritanya: Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah,
"Sepulang dari Perang Khaibar, pasukan Rasulullah s.a.w. kemalaman.
Mereka sudah sangat mengantuk. Rasulullah berpesan kepada Bilal,
'Jaga kami malam ini!'Setelah itu, Bilal shalat seperti yang ditakdirkan.
Rasulullah dan para sahabatnya sudah tidur. Menjelang fajar, Bilal
bersandar pada kendaraannya menghadap ke arah terbitnya fajar.
Mata Bilal terpejam dengan tubuh bersandar pada kendaraannya.

Fikih Akhlak I o$
Semua tertidur sampai sorot cahaya matahari membangunkan mereka.
Rasulullah yang pertama kali terbangun. Rasulullah tergagap dan
memanggil Bilal, "Hei Bilal!" KataBilal, "Sumpah, aku juga mengalami
apa yang engkau alami, wahai Rasulullah." Rasulullah menyeru,
"Rapikan (kendaraan kalian)!" Mereka langsung merapikan kendaraan
mereka sedikit ke pinggir. Setelah itu, Rasulullah berwudhu dan
menyuruh Bilal untuk menyerukan qamat. Rasulullah menunaikan
shalat Shubuh berjamaah. Seusai shalat, Rasulullah mengatakan,
"Barangsiapa lupa shalat, maka ia harus menunaikannya ketika ingat,
karena AIlah pernah mengatakan,'Dirikanlah shalat untuh
mengingat-Ku.'."

Jangan Mencela Orang yang Pernah Melakukan


Perbuatan Dosa yang Bertobat
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w.
berkata, "Adarn dan Musa saling berbantahan. Kata Musa kepada Adam,
'WahaiAdam, engkau adalahbapah Aefuhur) kami. (Tapi) engkau telah
menggagalkan dan mengeluarhan kami dari surga.' Kata Adam kepada
Musa,'Kau Musa, Nlah telah memilihmu dengan firman-Nya secara
langsung dan menuliskan perintah-Nya untukmu dengan tangan-Nya
sendiri. Apakah engkau masih tnernper-salahkan aku atas sesuatu yang
telah ditahdirkan atas dirihu sejak empat puluh tahun sebelum aku
diciptahan?' Adam. membantah Musa. Adam membantah Musa",
Rasulullah mengulang-ulang pernyataannya.
Jika seorang istri yakin akan takdirnya, maka budi pekertinya
akan baik. Ia tidak akan menuntut suaminya untuk menceraikan
madunya. Kata Nabi s.a.w.,

dV ti:tLb a#,Li*f uG Jlx{,}u,k6


ti)'r'i t1 Q
istri tidak boleh meminta (suaminya) untuk mencerai-
" seorang
han saudaranyo. (madunya) agar hubungannya putus, karena

4v L,n,n Akhrak
ia punya bagian yang telah ditekdirkan untuhnya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Seseorang menjanjikan sesuatu kepada orang lain. Ketika waktu
yang sudah dijanjikan datang, tiba-tiba orang itu tidak bisa menepati
janjinya karena ada halangan yang tidak ia kehendaki. Ia (orang yang
berjanji) minta maaf karena tidak bisa menepati janjinya. Jika orang
yang dijanjikan itu percaya pada takdir, pasti ia akan menerima alasan
itu dan bisa mengerti bahwa ketidaktepatan janji itu adalah sesuatu
yang telah Allah tetapkan. Dengan demikian, ia tidak akan menghardik
dan mengumpat saudaranya, bahkan bisa menerima dengan lapang
dada.
Jika saja orang yakin bahwa keturunan itu sudah ditakdirkan,
dan bahwa subur atau mandul itu dari Allah, "Kepunyaan Allah lah
kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yo,ng Dia kehendaki,
Dia memberikan anah-anak perempudn hepada orang yang Dia
kehendahi dan mernberihan anak-anah lelaki kepada orang yang Dia
kehendahi, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-lahi dan
perenxpuan (kepada orang yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan
mandul orang yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Mahakuasd." (QS. Asy-Syffra: 49-50), maka ia tidak
akan iri pada orang lain atas karunia Allah yang diberikan kepadanya
dan menerima apa yang telah Allah berikan. Dia tidak akan iri melihat
anak orang dan tidak pula sombong jika diberi keturunan laki-laki
maupun perempuan.
Demikian seharusnya seseorang bersikap dalam kondisi apapun.
Keimanan kepada takdir (qadar) akan memberikan dampak yang
sangat positif terhadap sikap seseorang kepada sesama. Orang yang
diberi karunia adalah orang yang oleh Allah diberikan karunia-Nya
dan orang yang diberi petunjuk adalah orang yang oleh Allah diberikan
petunjuk-Nya.

Fikih Akhrak I ort


SILATURAHMI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
HUBUNGAN KERABAT DAN ORANG LAIN

Silaturahmi memberikan imbas positif terhadap hubungan


dengan kerabat dan sanak saudara. Orang yang menjalin tali persau-
daraan tidak seperti orang yang memutuskannya. Di samping pahala,
kebaikan dan berkah, silaturahmi juga berimbas positif terhadap
hubungan kita dengap kerabat, bahkan semua orang. Silaturahmi juga
melunakkan hati dan membuat ucapan dan nasehat orang yang
menjalin tali persaudaraan lebih mengena di hati. Oleh para ulama
dijelaskan bahwa persaudaraan itu bagaikan kulit yangjika dibiarkan
kering, akan sulit menggerakkannya. Jika dibasahi terus menerus
dengan air, maka akan menjadi lunak dan mudah digerakkan. Demi-
kian pula hubungan persaudaraan, jika Anda selalu menjalin
hubungan dengan kerabat-kerabat Anda, memberi mereka, selalu
bertegur sapa dengan mereka dan turut merasakan duka mereka, maka
mereka akan mendengar ucapan dan akan menerima nasehat Anda.
Mereka sadar bahwa Anda begitu santun, menyayangi dan selalu
menjalin tali persaudaraan dengan mereka.
Sebaliknya, jika Anda menjauhi dan memutuskan tali persau-
daraan, mereka tidak akan perhatian dan tidak akan mempedulikan
ucapan Anda. Mereka tidak akan mengindahkan nasehat Anda. Dari
penjelasan ini tampak nilai lebih orang yang menjalin hubungan
persaudaraan.
Tidak hanya sampai di sini, dampak silaturahmi sangat positif
bagi hubungan dengan kaum mukminin, bahkan dengan seluruh umat

436 I ririn Akhtak


manusia. Orang yang membuat Pencipta mencintainya, maka oleh-
Nya, dalam dirinya, akan diciptakan sesuatu yang membuatnya dicintai
oleh sesama. Sebaliknya, orang yang membuat-Nya murka kepadanya,
maka oleh-Nya, dalam dirinya, akan diciptakan sesuatu yang membuat-
nya dibenci oleh semua hamba. Pahala silaturahmi akan dibalas dengan
hal serupa, dan Allah juga mengganjar dampak positif yang mempe-
ngaruhi hubungannya dengan semua umat manusia. Allah akan
memperbaiki keadaan hidup hamba dan meluruskan ucapan dan
tindakannya sebagai pahala atas kebaikan yang pernah ia lakukan
dan hubungannya dengan kerabat yang ia jalin.
Sebaliknya, orang yang memutuskan tali persaudaraan akan
diberi hukuman;hukuman yang bisa ditimpakan kepada dirinya atau
kepada orang-orang di sekitarnya, yakni dengan sikapnya yang kasar,
bersikap masa bodoh, suka memaki dan sering menghardik apa saja
yang membuatnya jengkel. Kata Nabi,
t
f+
,U
6/
l-' 6" uifur
't,-,'J i U JL Jfti
',9 .to / t.o
il Jr.*l
/ 9. o
?) d./ u
ru

r')t ^;+tt /tt)]11'.- utAt t;v-,


*Tidak ada dosa yang paling pantas
hukuman dunianya, di
samping yang telah dipersiapkan untuk pelakunya di hari
Kiamat, daripada perlakuan sew enang senang dan pernutusan
-

hubungan persaudaraan.' (IJadis Sahih)


Dalam hubungan dengan masyarakat luas, silaturahmi juga
memberi dampak lain: Jika masyarakat terkesan dengan Anda yang
selalu supel dan terbuka, mereka akan mencintai Anda. Ucapan Anda
akan lebih banyak didengar dan nama Anda selalu harum di mata
mereka, yang merupakan modal dasar Anda untuk berhubungan
dengan mereka. Namun, jika Anda angkuh dan tertutup, dan kemudian
Anda menyatakan sesuatu kepada mereka, mereka akan mengatakan,
"Apa maksud orang ini menyuruh kami melakukan kebaikan, padahal
dia sendiri orang yang angkuh kepada kerabatnya sendiri? Dan apa
maksudnya menyuruh kami melakukan kesalehan, padahal dia sendiri

Fikih Akhlak I Or',


tidak pernah melakukannya?" Sikap Anda akan selalu dibalas dengan
kesombongan, kebencian dan Anda dijauhi.
Sebagai contoh, jika ada seorang pemuda yang durhaka kepada
kedua orangtuanya, angkuh dan suka menyakiti hati kerabatnya,
datang menemui Anda untuk melamar anak perempuan Anda, apakah
Anda langsung menerimanya atau menimbang seratus kali untuk
menerimanya? Besar kemungkinan, orang seperti dia akan terpental
dari kalangan keluarga yang terhormat dan baik-baik. Mungkinkah
seseorang dari keluarga baik-baik akan mengawinkan anak perem-
puannya dengan seorang pemuda yang ketus dan terkutuk menurut
Allah dan Rasul-Nya?
Ada baiknya kita mengingat perintah untuk menjalin tali persau-
daraan. Allah berfirman dalam memuji orang-orang yang memiliki
kecerdasan ,"(Yaitu) orang-orang yang rlenxenuhi janji Allah dan tidak
merusak perjanjian, dan orang-orang yang nxenghubunghan d.pa-apa
yang Allah perintahhan supaya dihubungkan, dan mereka takut
kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk " (QS. Ar-Ra'd:
20-21)
Allah memerintahkan untuk memenuhi hak orang-orang dekat
kita, "Maka berikanlah kepada herabat yang terdekat akan haknya,
demihian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan. Itulah yang lebih baih bagi orang-orang yang mencari
keridhaan Allah. Dan mereka itulah ora,ng-orang beruntung." (QS.
Ar-Rffm:38)
"Sembahlah Allah dan jangan kalian mempersekutukan-Nya
dengan apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat,
anak-anah yatim, orang-orang miskin, tetangga ydng dehat dan
tetangga yang jauh." (QS. Anis6': 36)
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel,
(yaitu) jangan kalian menyembah selain Allah, dan berbuat baihlah
kepad,a ibu-bapak, kaum kerabat,...." (QS. Al-Baqarah: 83)
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' dari
Nabi s.a.w.,

438 I
I

Fikih Akhtak
C{'L;-"oi';i;
;;i
'Barangsiapa ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan
urnurnya, maka ia harus menjalin tali persaudaraan."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas secara
marfL', "Abu Sufyan menyampaikan kepada Ibnu Abbas bahwa
Heraklius menyuruh seseorang untuk bertanya kepadanya, 'Apa yang
ia (Muhammad) suruh?'Abu Sufyan menjawab,'Dia menyuruh shalat,
memberi sedekah, bisa membawa diri, dan menjalin tali persaudaraan'."
Rasulullah juga pernah meminta kepada Khadijah,

'ri- ?J-_jt J.
...,o /.
"'.-"'.ll lc-
Lnr'.>t; C*) ,l,Y)
r2- .e.*-Jl
J.
. 1".

,
uft t1 dJtj w 4b ULil** t-.-.-->
lt
-L.

$r;<ir
'
|p, .-!t JA ,tit:.. t:rJ.l ,'lfr
-'6tJt
v. l.
4r; ,*1. *s';iz\t
r lz . :" ,
,$rtr) i-,i:jr
"selimuti onu. S"ti*'uti ahu.' Set',"lah itu, beliau menceritakan
perihal wahyu (yang diturunhan kepadanya). Katanya, "Aku
takut kepada diriku sendiri." "Jangan takut," kata Khadijah,
"Sungguh, Allah tidak ahan pernah menyahitimu, harena
engkau selalu menjalin tali persaudaraan, membantu orang
yang kesulitan, memberi orang yang tidak punya, menjamu
tamu dan membantu orang yang tertekan harena membela
hebenaran." (IIR. Bukhari dan Muslim)
Dalam ash-Shahtbain dfuiwayatkan dari Hakim ibn Hizam,

-/ t i, ,6 , ;l
,4bet,l k ''r/o
c.-t*il l:_t'\ llrl *t J;, (
/,
i6 til',4 t13 )
"'. ?,
rtt v6 ,JJr
49J..a
,,
49tF r 4-a
,/

Fikih Akhlak Io'


;. q'& (, Je'.*i ar Ji,
["Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu perbuatan menjalin
tali persaudaraan, membebaskan budak dan memberi sedekah yang
aku niatkan untuk beribadah pada masa jahiliyah dulu, apakah aku
mendapat pahala karenanya?" Rasulullah menjawab, "Engkau telah
menjadi seorang muslim karena kebaikan yang telah lalu."l
Dalam ash-Shahtbaiz diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari
secara marftt', "Seseorang pernah bertanya,

"n l. I ot
ti c;i 6 Jv aje.Jl ,p 6ti it'Jy", i
,v .;l+-t_

V, $r \X;i t; i+:ri *3 de, ilt &U'tui


6,/

, 6, | .!z ,'o, t, o ,

fj',Fs its'1t C.g, ii*st ^ii JJ


q k^! a, g .:j

'Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang dapat


memasukkan aku ke dalam surga?' Orang-orang berkata, 'Ada apa
dengannya? Ada apa dengannya?'Kata Nabi,'Dia perlu sekali (tampak-
nya). Sembahlah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu,
dirikan shalat, keluarkan zakat, dan jalinlah tali persaudaraan."
Dalam ash-Shahthdiriwayatkan dari Abdullah ibn Amru secara
marffi', dari Nabi s.a.w.,

'.et rit .Ei p;ut '"A,, i*K:j! 'p;t;lt j;


t
w)
t' l/ /

"Orang yang menjalin (persaudaraan) bukanlah orang ydng


rnembalas menjalin (persaudaraan dengan ordng yang telah
menjalin persaudaraan), tapi orang yang menjalin persaudaraan
adalah orang yang diputuskan tali persaudaraan, dan tetap
menjalinnya."

un L'n,n Akhrak
Menjalin Persaudaraan dengan Orang yang Memutus-
kannya
Diriwayatkan dalam ShahtbBukhari dari Abu Hurairah secara
marftt', "Ada orang pernah berkata kepada Nabi, 'Wahai Rasulullah,
aku bersilaturahmi kepada kerabat, tapi mereka justru memutuskan
silaturahmiku itu; aku perlakukan mereka dengan baik, tapi mereka
justru memperlakukanku buruk; aku bersabar terhadap perilaku
mereka, tapi mereka justru tidak peduli.' Kata Nabi, 'Jika benar apa
yang kau katakan, maka engkau telah menyuapi mereka dengan debu
yang panas. Dan jika engkau tetap bersikap seperti itu, pertolongan
dari Allah akan selalu bersamamu'."
"Allah ti.dah melarang kalian untuh berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang ti.dah memerangi halian karena agama dan
tidak (pula) mengusir halian dari kampung halaman kalian. Sesung-
guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlahu adil. Sesung-guhnya
Allah hanya melarang kalian menjadikan orang-orang yang mernerangi
halinn harena agdn'La, mengusir kalian dari kampung halaman kalinn
dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian sebagai pemimpin.
Dan barangsinpa menjadikan mereka sebagai peminpin, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Mumtahanah:8-9)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar,
"Pada masa Rasulullah, ibuku yang masih musyrik datang menje-
ngukku. Kemudian aku minta pendapat Rasulullah (tentang hal itu),
'Ibuku datang menjengukku dan ia sayang kepadaku, apakah aku
harus menjalin hubungan dengan ibuku?'Rasulullah menjawab dengan
tegas, "Ya, jalin (hubunganmu dengan) ibumu!"
"Dan jika
keduanya memahsamu untuh mempersekutuhan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentdng itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik." (QS. Lukman: 15)
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Amru ibn Ash, "Aku pernah
mendengar Nabi terang-terangan mengatakan,'Keluarga bapakku
tidak bisa menolongku. Yang bisa menolongku hanyalah Allah dan
orang-orang mukmin yang saleh'."

Fikih Akhlak I *,
Riwayat lain dari jalur Anbasah agak berbeda, "Aku pernah
mendengar Nabi mengatakan, 'Tapi mereka adalah keluarga, yang
akan aku jalin hubungannya'."
Dalam ash-Shahtfualn disebutkan bahwa Umar pernah mema-
kaikan saudaranya yang masih musyrik-yang di Mekah-perhiasan
yang pernah Rasulullah berikan kepada Umar.
Namun jika hubungan denga orang kafir itu berdampak negatif,
maka hubungan itu harus dihentikan sampai hal yang negatif itu bisa
dihindari sejauh-jauhnya. Jika hubungan persaudaraan itu akan
menyebabkan hasil yang negatif, misalnya ketika pergi menemui
kerabat-kerabat, Anda harus berduaan saja dengan seorang wanita
yang bukan mahram Anda, maka untuk menghindarkan kemungkinan
berduaan itu, hubungan itu boleh tidak dilestarikan. Atau, hubungan
itu bisa diwujudkan dalam bentuk lain, misalnya, saling memberikan
hadiah, berhubungan di telepon, bersurat-suratan, atau sekadar
menyampaikan salam saja.
Apa yang akan didapatkan oleh orang yang memutuskan
hubungan persaudaraan? Apakah mereka akan mendapat pahala dari
Allah? Apakah mereka akan mendapat pujian dari masyarakat? Tentu
tidak! orang seperti itu hanya akan mendapat hukuman dari Allah
karena memutusa jalinan persaudaraan. Dia akan mendapatkan laknat
akibat perbuatannya. Tidakkah orang seperti itu takut dengan ancaman
Allah yang akan membuatnya bisu, tuli dan buta? Orang seperti ini
akan mendapat perlakuan sinis masyarakat sekitarnya agar ia
menyadari.
Lebih dari itu, memutuskan hubungan persaudaraan adalah dosa
besar. Kepada mereka yang dilalaikan oleh kekayaan, dibutakan oleh
kenikmatan duniawi, menjadi kurang ajar dan suka memutuskan
hubungan persaudaraan, berikut kami kutipkan nash-nash peringatan
yang berisi ancaman dan penjelasan tentang besarnya kejahatan dalam
pemutusan hubungan persaudaraan.
"Maka apakah jika kalian berkuasa, kalian akan rnembuat
herusahan di muka bumi dan rnemutuskan hubungan persaudaraaa?
Mereka itulah ora.ng-ordng yang dilaknati Attah dan ditutikan-Nya

42 I
I

Fikih Akhtak
telinga mereha dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS.
Muhammad:22-23)
"Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarhan
dengan teguh dan memutushan hubungan yang Allah perintahkan
supaya dijalin dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang
itulah yang m.enlperoleh kutukan dan bagi mereka ternpat kediaman
yang buruk (Jahanam)." (QS. Ar-Ra'd: 25)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah secara
marffi', Nabi s.a.w. berkata, "Ketika Allah sudah menciptakan seluruh
ciptaan-Nya, Persaudaraan berkata, 'Ini adalah tempat orang yang
berlindung kepada-Mu dari memutus hubungan persaudaraan.' Allah
menj awab, Ya.' dan Allah bertanya kepadanya (Persaudaraan),'Tidak-
kah engkau rela jika Aku sambungkan orang yang menjalinmu dan
memutuskan orang yang memutuskanmu?' Persaudaraan menjawab,
'Benar, Tuhanku.' Kata Allah,'Itu untukmu.' (Kemudian Nabi menga-
takan,) bacalah sesukamu, 'Maka apakah jika engkau berkuasa,
engkau ahan membuat herusakan di muka bumi dan memutushan
hubungan persaudaraan?'"
Dalam ash-Shabibaini dari Jubair ibn Math'am, Rasulullah
berkata,

ibi'^%r
L-g Er y
"Orang yang memutuskan hubungan persaudaraan tidah akan
masuk sltrga."
Orang tidak boleh sewenang-wenang terhadap kerabatnya. Ia
harus menjalin hubungan persaudaraan dengan orang yang telah
memutuskannya, dan memberi kepada orang yang enggan memberi.
Lakukanlah kebaikan yang dulu tidak pernah Anda lakukan terhadap
saudara Anda.
Pujian dalam, "Dan orang-orang yang menjalin apa yang Allah
perintahkan untuk dijalin", tidak hanya diarahkan kepada orang-
orang yang menjalin tali persaudaraan. Karena ayat ini, walau yang

Fikih Akhtak I *t
dimaksud adalah menjalin persaudaraan dengan kerabat, tapi menurut
pendapat kebanyak ulama juga mencakup menjalin hubungan kepada
siapa saja yang Allah perintahkan. Maka menjalin persaudaraan atas
dasar keimanan, termasuk dalam ayat ini.
Allah menyatakan, " Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara." (QS. Al-Hujur6t: 10)
Dan Nabi s.a.w. mengungkapkan,

,yir ;i'#t
"Orang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya." (HR.
Bukhari)
Ini artinya, kita harus menjalin tali persaudaraan atas dasar
keimanan, seperti tali persaudaraan atas dasar kekerabatan.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan halian yang
telah menciptakan halian dari jiwa yang satu, dan dari padanya Allah
menciptahan pasangannya. Dari heduanya Allah mengembangbiahkan
laki-laki dan perempuan yang banyak." (QS. An-Nis6': 1)
"Hai manusia, sesungguhnya Karni menciptakan kalian dari
seorang lahi-lahi dan seorang perenxpuan " (QS. Al-Ilujur6t: 13)
Maksud dari semua ini adalah agar setiap manusia saling
menyayangi, berjiwa sosial dan saling memberi agar ikatan-ikatan di
antara mereka menjadi semakin kuat dengan cinta dan kedekatan.

4u L,n,n Akhtak
SALING MENGHIBI.IR DAN TURUT
MERASAKAN DUKA SESAMA

Menghibur adalah satu hal yang berpengaruh besar dalam


pembangunan jaringan persaudaraan dan menciptakan cinta kasih di
antara sesama. Pengertian menghibur, pada prinsipnya, mencakup
pengertian mengobati luka hati, memperbaiki sikap dan meringankan
beban hati. Orang yang menghibur berarti orang yang mengobati dan
menawarkan kepedihan hati orang yang dihibur. Bentuknya bisa
dengan turut merasakan keberatan yang dipikulnya dan memban-
tunya untuk meringankan beban yang telah dipikul saudaranya sesama
muslim.
Caranya bisa dengan memberikan bantuan uang, bisa dengan
bantuan tenaga, bisa dengan nasehat dan petunjuk, bisa dengan doa
dan mohon diampunkan, bisa dengan turut merasakan kepedihannya,
bisa dengan membuat lelucon untuk membuatnya tertawa kembali,
dan seterusnya. Prinsipnya, orang selalu membutuhkan saudaranya.
Menghibur sesama adalah bukti da buah keimanan seseorang.
semakin kuat keimanan seseorang, maka akan semakin tinggi naruri
menghiburnya. Sebaliknya, semakin lemah keimanan itu, maka semakin
lemah naluri itu. Itu sebabnya, Rasulullah adalah orang yang paling
bisa menghibur para sahabatnya.
Begitu pula dengan para sahabat yang mulia. Mereka adalah
orang yang paling bisa menghibur Rasulullah s.a.w. dan orang lain.
Dan orang-orang Anshar punya kelebihan menghibur Rasulullah dan
saudara-saudara Muhaj irin mereka.

Fikih Akhtak I *t
Salah satu bentuk hiburan itu adalah menjenguk orang yang
sakit, mengantarkan jenazah, melayat, membantu orang yang tidak
mampu, membebaskan utang orang yang kesulitan, turut ambil bagian
dalam memecahkan permasalahan bersama, menyingkirkan kesulitan
yang mungkin akan terjadi dan lain sebagainya.

Menyenangkan Orang dengan Memberi Uang


Ini salah satu bentuk hiburan yang paling penting dan menjadi
tujuan utama ditetapkannya kewajibanzakat: untuk menghibur orang-
orang yang kekurangan, orang-orang yang tak bisa membayar utang
dan lain sebagianya. Jika saudaramu ditimpa kekurangan atau
hartanya ludes oleh sebuah bencana, maka segera datangi mereka
dengan sedikit harta milikmu untuk mengganti milik mereka yang ludes
itu. Dan yakinlah bahwa Allah akan memberikan pahala kepada Anda
atas semua yang Anda berikan itu dan akan membuka dada Anda.
"Adapun orang yang rnenxberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertahwa, dan rnembenarhan adanya pahala yang terbaik (surga),
maka Kami kelak ahan menyiaphan baginya jalan yang mudah." (QS.
Al-LaiL 5-7)
"Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuh diri kalian,
niscaya kalian memperoleh (balasan)nya, di sisi Allah sebagai balasan
yang paling baik dan yang paling besar pahalanya." (QS. Al-
Muzammil:20)
"Apa saja yang halian dermakan, maha Allah ahan
menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang terbaih." (QS. Saba':
3e)
Diriwayatkan dalam ash-Shahthain dari Abu Hurairah,
Rasulullah berkata,

/. !1 zl
, .o7, o of o
Jl+ &t
o1 ,/-
Gi:l ;iT
\
/ o.z
:.;( ,\tfi',J
iJ'-t'z
z/,
!',$ /3il JE
/.,

"Allah berfirrnan, 'Hai anak (keturunan) Adam, keluarkan


sedekah, niscaya Aku akan memberikan sedekah untltkn'tlt'."

M I ritin Akhrak
Dalam Shahth Muslint. diriwayatkan dari Abu Umamah, kata
Rasulullah,

? ;s; Jtj'J F
i. l'., o I o 1, . ' lo,
/
,6
lo

)+;sl J,r$'ir:t efly,i;i u.t 6


iti? ;. irt t, i
"Wahai anak (keturunan) Adam, jiha engkau memberikan
kelebihan harta milikmu, akan baik bagimu; jika enghau
enggan memberikannya, ahan buruh bagimu. Tidak akan
terhina jika engkau hidup sederhana."
Disebutkan dalam oslz- Shabibain dari Abu Hurairah, Nabi s.a.w.
pernah berkata,

irr$luf otiri q y1?' rydit,


*f'"gt:t ?rr ii; te d, t l "4r GLf
t*t*
"Setiap pagi ada dua malaikat yang turun kepada harnba. Yang
satu mendoakan, Ya Allah, berihan pengganti kepada orang
yang nlemberihan sedekah', dan yang satu lagi berdoa, 'Ya
Allah, berihan kehancuran hepada orang yang enggan nxenl-
beri'."
Niatkan sedekah atau hiburan yang Anda berikan itu semata-
mata mencari keridhaan Allah. "Sesungguhnya kami memberi mahanan
hepada kalian semata mengharaphan keridhaan Allah. Kami tidak
menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima
kasih." (QS. Al-InsAn: 9)
"Dan apa yang kalianberikanberupa zahat yang kalian mahsud-
kan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang menlipatgandakan (pahalanya).' (QS. A"-
ROm:39)

Fikih Akhtak I *,
Sejumlah Hadis yang Menganjurkan Kita untuk
Menghibur Sesama
Dalam ash-ShahtLalz diriwayatkan dari Abu Hurairah secara
marfO', Rasulullah bersabda,

/ /lA zzC /

?rist
.itt aitl:Jl
ff*V t //
a;r}Jr v, )\{ ;|tt:) lva
"Makanan untuh dua orang cukup untuh tiga orang; mahanan
untuh tiga orang cuhup untuh empat orang."
Muslimjuga meriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah secara marfA',
Kata Nabi, "Makanan satu orang cukup untuh dua orang; makanan
untuh dua orang cuhup untuk empat orang; dan makanan untuk empat
orang cuhup untuk delapan orang."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdurrahman ibn Abi
Bakr, "Para penghuni Shuffah adalah orang-orang yang kekurangan,
dan suatu kali Nabi pernah berkata,'Barangsiapa, punya makanan
untuh dua orang, maka panggillah orang ketiga; barangsiapa punya
makanan untuh empat orang, maka panggillah orang kelima atau
keenant...."'
Dalam Shahth-nya, Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-
Khudri secara marft', "Ketiha hami sedang dalam sebuah perjalanan
bersama Nabi, seseorang datang dengan hendaraannya. Orang itu
tengak-tengoh ke hiri dan ke kanan. Kata Nabi,'Barangsiapa punya
kelebihan beban di kendaraannya, hendahlah memberihannya hepada
orang yang tidak punya sesuatu yang ia bawa di kendaraannya.
Barang siap a p unya kelebihan perbehalan, hendaklah memberikanny a
kepada orang yang tidak punya perbekalan.' Kemudian beliau
menyebuthan tingkatan-tinghatan harta yang belum pernah ia
sebutkan sampai ahhirnya harni berpendapat bahwa tah seorangpun
dari hami yang punya kelebihan."
Di jaman kita ini, masih adakah orang yang melakukan semua
ini? Adakah seorang yang saleh dan punya sejumlah mobil yang
berkenan masuk ke pagar rumah seorang muslim dan memberikan

M8 I
I

Fikih Akhlak
_l

satu mobilnya untuk dijadikan sebagai mata pencahariannya? Adakah


seorang yang mempunyai sejumlah tanah dan berkenan memberikan
sebidang tanahnya kepada seseorang untuk diolah dan hasilnya ia
berikan kepada orang miskin? Rasulullah s.a.w. bersabda, "Barangsiapa
punya sebidang tanah, hendahlah menanaminya atau menguasakan-
nya kepada saudaranya. Jika ia tidah berkenan, tahanlah tanah itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Saat ini, adakah seorangjuragan tanah yang suka menyewakan
tanah-tanahnya, sebulan kemudian mengatakan kepada para penye-
wanya, aku bebaskan kalian atas uang sewa bulan ini?Adakah seorang
dokter yang pasiennya seorang miskin, kemudian membebaskan pasien
itu dari biaya pengobatan? Adakah seorang apoteker membebaskan
resep seorang miskin?
Membebaskan tanggungan utang orang yang dililit utang atau
menangguhkannya sampai ia mampu melunasi utangnya, merupakan
salah satu bentuk menghibur.
Nabi s.a.w. pernah mengatakan,

cl c.( 16,
o

q ill
)z
utSl t'" +T
' \J'
4.t-iJ Jl oJ(J
.-,
o.
-.-c

,r, g, ,of ot
4;e
eb- Sl .*
,.
"Barangsiapa ingin diselamatkan oleh Allah dari hesulitan
hari Kiamat, maha hendahnya ia meringanhan orang yang
kesulitan membayar utang atau sekalian membebaskannya."
(HR. Muslim)
Kata Nabi lagi, "Barangsiapa memberi tangguh kepada orang
yang hesulitan atau membebaskan tanggungan utangnya, maka Altah
akan melindunginya di bawah perlindungan-Nya." (HR. Muslim)
Rasulullah juga pernah menyuruh orang-orang yang memberi
utang kepada Jabir untuk membebaskan sebagian dari keseluruhan
beban utangnya.
Bukhari meriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah, "Setelah
bapaknya mati syahid pada perang Uhud, banyak orang yang menagih

Fikih Akhtak I *,
utang kepada Jabir. Kata Jabir, 'Kemudian aku menemui Rasulullah
dan menjelaskan masalahku kepadanya.' Rasulullah pun membantu
memohon kepada para pemberi utang itu untuk mau dibayar dengan
buah-buahan hasil kebunku, agar utang bapakku terbayar. Tapi
mereka tidak mau menerima ...."58
Abu Qatadah juga pernah menanggung utang orang yang telah
meninggal. Bukhari meriwayatkan dari Salamah ibn Akwa', "Kami
sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba sejumlah orang dengan
membawa jenazah meminta Rasulullah, 'Shalatkan jenazah ini!'
Rasulullah bertanya, 'Apakah ia punya utang?' Mereka menjawab,
'Tidak.' Rasulullah bertanya lagi,'Apakah ia meninggalkan sesuatu?'
Mereka menjawab, 'Tidak juga.' Maka Rasulullah menshalatkannya.
Setelah itu, sejumlah orang lagi membawa jenazah yang lain dan
meminta, 'Wahai Rasulullah, shalatkanlah jenazah ini.' Rasulullah
bertanya, 'Apakah ia punya utang?'Ada yang bilang, 'Ya.'Rasulullah
bertanya lagi, 'Apakah ia meninggalkan sesuatu?'Mereka menjawab,
'Tiga dinar.' Rasulullah pun menshalatkannya. Kemudian sejumlah
orang lagi datang dengan membawa jenazah yang lain dan meminta,
'Shalatkanlah jenazah ini.' Rasulullah bertanya, 'Apakah ia mening-
galkan sesuatu?' Orang-orang itu menjawab, 'Tidak.' Rasulullah
bertanya lagi, Apakah ia punya utang?'Orang-orang itu menjawab,
'Tiga dinar.' Rasulullah menyuruh mereka,'Shalatkanlah saudaramu
ini.'Abu Qatadah mengatakan,'Wahai Rasulullah, shalatkan ia dan
aku yang akan melunasi utangnya.' Dan Rasulullah pun mensha-
latkannya."
Hiburlah orang yang sedang mengalami kerugian harta. Orang
yang mengalami kondisi seperti ini, jika ia meminta-minta, maka
diperbolehkan. Muslim meriwayatkan dari Qabishah ibn Mukhariq al-
Hilali, "Aku dibebani utang (karena pernah menyelesaikan perkara
orang lain yang beban keuangannya aku yang menanggung). Kemu-
dian aku menemui Rasulullah untuk bertanya perihal tersebut. Kata
Rasulullah, 'Berusahalah, sampai ada sedekah datang kepada kami,
dan kami akan memerintahkan agar sedekah itu diberikan kepadamu.'
Kemudian Nabi berkata,'Wahai Qabishah, meminta-minta itu diboleh-

450 I ritin Akhtak


kan hanya bagi tiga orang: orang yang menanggung beban utang
(karena kepentingan orang lain), dibolehkan baginya meminta-minta
sampai ia bisa membayar utangnya, kemudian berhenti meminta-minta;
orang yang tertimpa bencana yang meludeskan hartanya, dibolehkan
baginya meminta-minta sampai ia bisa menanggung hidupnya (atau
menurut satu riwayat, sampai mencukupi kehidupannya); dan orang
yang kekurangan sampai ada tiga orang dari kalangan kaumnya yang
menyatakan bahwa si Fulan memang kekurangan. Ia dibolehkan
meminta-minta sampai ia bisa menanggung hidupnya (mencukupi
kehidupannya). selain bagi tiga orang itu, wahai eabishah, meminta-
minta hukumnya haram, dan orang yang tetap meminta-minta berarti
memakan harta haram."
Orang-orang Anshar adalah golongan yang paling banyak
melakukan kehaikan dan menghibur. Tentunya mereka berhak atas
pahalanya.
"Dan orang-orang yang telah menernpati kota (Mad.inah) dan
telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereha mencintai orang yang berhijrah kepada mereha. Dan mereka
tiada menaruh keingingan dalam hati mereha terhadap apa-apa yang
diberihan kepada mereka (orang Muhajirin). Mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, warau mereka
memerluhan (apa yang mereha berihan itu). Dan siapa yang d,ipelihara
dari hehikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr:9)
Bukhari meriwayatkan dari Ibrahim ibn Sa,ad, dari bapaknya,
dari kakeknya, "Ketika orang-orang Muhajirin tiba di Madinah,
Rasulullah langsung mempersaudarakan Abdurrahman ibn Auf dan
Sa'ad ibn Rabi'. Kata Sa'ad kepada Abdurrahman, ,Aku adalah orang
Anshar yang kaya. Aku akan memberikan separuh hartaku kepadamu.
Dan aku juga punya dua orang istri. Yang mana yang menarik bagimu,
katakan kepadaku. Akan aku ceraikan, aku berikan untukmu dan bisa
engkau nikahi setelah habis masa iddahnya.' Kata Abdurrahman,
'semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu. Di mana pasar
kalian?' Orang-orang Anshar menunjukkan pasar Bani eainuqa.

Fikih Akhtak I ot,


Sekembalinya dari pasar, ia membawa keuntungan keju dan samin.
Dan pada hari-hari kemudian, ia berdagang di pasar tersebut. Suatu
hari, Abdurrahman datang dan ada tanda kekuningan di keningnya.
Nabi bertanya,'Apa-apaan ini?' Abdurrahman menjawab,'Aku sudah
nikah.'Tanya Nabi lagi,'Berapa mahar yang engkau berikan kepada-
nya?'Abdurrahman menjawab,'Sebiji emas, atau emas seberat itu.'
Bukhari juga meriwayatkan dari Anas ibn Malik, "Nabi pernah
berdoa agar orang-orang Anshar diberikan dua lautan. Tapi mereka
menolak, 'Tidak, kecuali jika diberikan pula kepada saudara-saudara
Muhajirin kami hal yang sama.'Kata Nabi, 'Jika tidak mau, maka
bersabarlah sampai nanti kalian bertemu denganku, karena sepening-
galku nanti akan ada orang-orangyang egois'."
Dalam Musnad-nya, Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah,
Nabi s.a.w. bersabda, "Kalau saja orang-orang Anshar itu melewati
lembah atau jalan setapak, maka aku akan mengikuti jalan lembah
atau jalan setapak mereka. Kalau bukan karena alasan hijrah, maka
aku menjadi orang Anshar." Abu Hurairah menambahkan, "Sumpah,
ia tidak pernah dizalimi, dan mereka selalu membantu dan menolong
beliau."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Zaid ibn
Ashim, "Ketika Allah memberikan rampasan perang Hunain kepada
Rasul-Nya, beliau membagikannya kepada orang-orang yang baru
memeluk Islam. Rasulullah tidak memberi jatah kepada orang-orang
Anshar. Orang-orang Anshar merasa bahwa mereka tidak diberi seperti
yang lain. Segera Rasulullah berdiri dan berkata, "Wahai orang-orang
Anshar, bukankah dulu kalian tersesat dan Dia memberi petunjuk
kepada kalian melaui aku? Dulu kalian saling bermusuhan kemudian
Dia menyatukan kalian melalui aku? Dan dulu kalian kekurangan,
kemudian Allah mencukupi kalian melalui aku? Setiap Nabi menga-
takan sesuatu, orang-orang Anshar itu mengatakan, 'Allah dan Rasul-
Nya sangat pemurah.'Kemudian Rasulullah bertanya lagi,'Apa yang
menghalangi kalian untuk menerima seruan Rasulullah?'Setiap Nabi
mengatakan sesuatu, orang-orang Anshar mengatakan, 'Allah dan
Rasul-Nya sangat pemurah.'Kata Rasulullah, 'Jika kalian ingin,

452 I rititr Akhtak


katakanlah,'Engkau datang kepada kami dalam keadaan begini dan
begitu.'Tidakkah kalian senang orang-orang itu pergi bersama kambing
dan unta, sementara kalian pergi bersama Nabi menuju tempat tinggal
kalian? Kalau bukan karena alasan hijrah, tentu aku akan menjadi
salah satu orang Anshar. Andai orang-orang pergl melewati jalan
lembah atau jalan setapak, maka aku akan mengikuti jalan lembah
dan jalan setapak yang dilewati orang-orang Anshar. Orang-orang
Anshar adalah lambang dan manusia adalah selimutnya. Sepening-
galku kelak, kalian akan menemukan orang-orang egois, dan bersabar-
lah menghadapi mereka sampai kalian kelak menemuiku di Telaga'."

Kebaikan Orang-orang Anshar yang Selalu Dikenang


Rasulullah
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, "Rasulullah keluar
rumah dengan mengenakan selimut yang menggantung di kedua
pundaknya dan kepalanya dibebat dengan kain hitam. Ia duduk di
atas mimbar memuji Allah, kemudian berkata ,'An'tn1.a ba'd. Wahai umat
manusia, jumlah umat manusia bertambah banyah dan jumlah orang-
orang Anshar berkurang sampai pada batas di mana orang-orang
Anshar itu seperti garafii dalam mahanan. Barangsiapa menjalankan
suatu perkara ydng membahayakan atau memberikan manfaat kepada
seseorang, maha ia harus menerima kebaihan mereka dan melupakan
heburukan ntereha."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas, Nabi s.a.w.
bersabda,

o I c z )-zrz zz o o , o

tr,t'tiltv;Jffq
*Orang-orang Ansh", ,OrrrO teman pribad.iku tempat
menyembunyikan dan menjaga rahasiahu. Jumlah umat
manusia semakin banyak dan jumlah mereka semakin berku-
rang. Terimalah kebaikan mereha dan lupakanlah keburukan
mereka.'

Fikih Akhrak I Ot
Dalam riwayat Bukhari yang lain dari Anas: "Abu Bakar dan
Abbas berjalan melewati sekumpulan orang-orang Anshar yang sedang
duduk dan menangis. Abu Bakar bertanya,'Mengapa kalian menangis?'
Orang-orang Anshar itu menjawab, 'Kami teringat saat duduk bersama
Nabi.'KemudianAbu Bakar menemui Nabi dan menceritakan apayang
dilakukan orang-orang Anshar itu. Segera Nabi keluar dari kamarnya
dengan kepala yang masih dibebat dengan sal musim dingin' Nabi naik
ke atas mimbar untukterakhirkalinya, memuji dan menyanjungAllah,
kemudian berkata, 'Aku wasiatkan kepada kalian orang-orang Anshar;
mereka adalah teman pribadiku tempat menyembunyikan dan menjaga
rahasiaku. Mereka telah melaksanakan apa yang menjadi kewajiban
mereka, dan menyisakan apa yang menjadi hak mereka. Karenanya,
terimalah kebaikan mereka dan lupakan keburukan mereka''"
Rasulullah s.a.w. pernah mengatakan, "Orang-ora.ng Anshar
tidak pernah marah kepada seorang yang beriman hepada Allah dan
hari Akhir."
Katanya lagi, "Salah satu tanda heimanan adalah rnencintai
orang-orang Anshar, dan salah satu tanda hemunafikan adalah n'Lern'
benci mereka."

Orang-orang Muhajirin pun luga Melakukan Kebaikan


Abu Bakar r.a. selalu menghibur Rasulullah s.a.w' dengan
kebaikan hati dan hartanya. Dan Rasulullah akan tetap mengingat
kebaikan hati Abu Bakar itu.
Abu Daud meriwayatkan dari Umar r.a., "Suatu,hari Rasulullah
memerintahkan kami untuk bersedekah. Kebetulan saat itu aku punya
uang. Kataku di dalam hati,'Hari ini aku akan menyaingi Abu Bakar,
kalau hari ini memang harinya.'Kemudian aku membawa setengah
dari kekayaanku. Tanya Rasulullah, 'Berapa yang engkau sisakan
untuk keluargamu?'Jawabku, 'sebesar itu.' Kemudian Abu Bakar
datang dengan membawa semua yang dimilikinya. Tanya Rasulullah,
'Berapa yang engkau sisakan untuk keluargamu?'Jawab Abu Bakar,
'Aku hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.'Kataku
di dalam hati,'Aku memang tidak akan pernah bisa menyainginya'."

454 I
I

Fikih Akhlak
Bukhari meriwayatkan dari Abu Darda, "Aku sedang duduk
bersama Nabi. Ketika Abu Bakar datang dengan menjinjing ujung
bajunya sampai lututnya kelihatan, Kata Nabi, 'Mengapa sahabat
kalian tampak gelisah?'Abu Bakar mengucapkan salam dan berkata,
'Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnu Khaththab pernah terjadi
masalah dan aku membuatnya marah. Kemudian aku menyesalinya
dan meminta maaf kepadanya. Tapi ia menolak permohonanku.
Akhirnya aku menemuimu. Kata beliau, "Allah telah mengampunimu,
wahai Abu Bakar (tiga kali)." Kemudian Umar menyesali sikapnya dan
mendatangi rumah Abu Bakar, dan bertanya,'Apa ada Abu Bakar?'
Dijawab, 'Tidak ada.' Mendengar jawaban itu, Umar segera pergi
menemui Nabi. Raut muka Nabi langsung berubah, sampai akhirnya
Abu Bakar menenangkannya dengan bersimpuh seraya berkata,
'Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berbuat sewenang-wenang (dua
kali).'Kata Nabi, 'Ketika Allah mengutusku kepada kalian, kalian
bilang, 'Engkau berdusta!'Hanya Abu Bakar yang berkata, 'Benar.'
Ia menghiburku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan
meninggalkan sahabatku ini?'Setelah peristiwa itu, Abu Bakar tidak
pernah disakiti oleh seorang pun."
Khadijah juga selalu menghibur hati Rasulullah dan beliau selalu
mengenang kebaikannya. Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari
Aisyah, "Wah;ru pertama yang diberikan kepada Rasulullah adalah
mimpi nyata. Mimpi itu bagaikan sorot fajar pagi yang kemudian
membuatnya senang menyendiri. Ia sering menyendiri di gua Hira
untuk beribadah beberapa malam. Sebelum meninggalkan istrinya,
beliau mempersiapkan perbekalan selama di gua. Setelah beberapa hari,
beliau pulang kepada istrinya untuk mengambil perbekalan selanjut-
nya, sampai akhirnya datang kebenaran. Ketika itu, beliau sedang
berada di gua Hira, tiba-tiba seorang malaikat datang menemuinya
dan berkata,'Bacalah!'Jawab Rasulullah, 'Aku tidak bisa membaca.'
Beliau berkata,'Malaikat itu meraihku dan mendekapku erat sampai
aku lemas. Setelah itu, ia melepaskan tubuhku dan berkata, lagi,
'Bacalah!'Jawabku, 'Aku tidak bisa membaca.'Dan kembali ia meraih
tubuhku dan mendekapku erat untuk kedua kalinya sampai aku lemas.

Fikih Akhlak I O$
Setelah itu ia melepaskan tubuhku dan berkata lagi, 'Bacalah!
Jawabku, 'Aku tidak bisa membaca.' Malaikat itu kembali meraih
tubuhku dan mendekapku erat untuk ketiga kalinya, kemudian
melepaskanku dan membacakan untukku, 'Bacalah dengan (menye-
but) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah.'
Kemudian Rasulullah pulang dengan membaca bacaan itu dengan hati
berdebar, dan langsung menemui Khadijah binti Khuwailid, istrinya.
Dengan suara bergetar beliau memintanya,'Selimuti tubuhku, selimuti
tubuhku!' Dan keluarganya pun menyelimuti tubuhnya rapat-rapat
sampai ketakutannya mereda. Setelah itu, beliau berbicara kepada
Khadijah dan menceritakan apa yang terjadi. 'Aku khawatir akan
diriku.' Khadijah menenangkan,'Jangan takut. Sungguh, Allah tidak
akan menyakitimu, karena engkau selalu menjalin persaudaraan,
membantu kesulitan orang lain, memberi orang yang tidak punya,
menjamu tamu dan membantu semua orang yang tertekan karena
membela kebenaran.' Segera Khadijah membawanya menemui
Waraqah ibn Naufal ibn Asad ibn Abdul Uzza-sepupu Khadijah-
yang memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyah. Sepupu Khadijah
ini menguasai aksara Ibrani dan menuliskan Injil dengan bahasa Ibrani
sesuasi dengan kehendak Allah. Ia seorang yang sudah lanjut usia,
dan bahkan penglihatannya berkurang. Kata Khadijah kepadanya,
'Wahai sepupuku, dengarkan pengalaman ponakanmu (tentu bukan
dalam arti yang sebenarnya) ini.'Tanya Waraqah,'Wahai ponakanku,
apa yang terjadi padamu?' Rasulullah pun menceritakan apa yang
dialaminya. Waraqah memotong,'Sosok ini adalah'kepercayaan' Allah
yang juga Ia turunkan menemui Musa. Andai saja aku masih muda,
andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.'Rasulullah
memotong, 'Apakah mereka akan mengusirku?'Jawab Waraqah, Ya.
Setiap orang yang menerima seperti itu, pasti akan dimusuhi. Andai
saja pada saat itu aku masih mengalaminya, aku akan menolongmu
sekuat tenaga.'Dan ketika Waraqah belum bisa berbuat apa-apa, ia
keburu meninggal, dan turunnya wahyu tertunda."

4s6 L,n,n Akhrak


Rasulullah Memuji Kabilah Asy'ari Karena Mereka
Saling Peduli
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari,
Rasulullah bersabda, "Kebiasaan orang-ora.ng Asy'ari ketika hehabisan
perbekalan dalam perang atau hetika cadangan makanan keluarga
menipis di Madinah, mereka mengum.pulhan semuayang mereha miliki
dalam satu kain, hemudian mereka membagi di antara mereka satu
mangkuk secara rata. Mereka bagian dariku dan aku bagian dari
mereka,"
Disebutkan dalam ash-Shahthdari Salamah ibn Akwa', "Perbe-
kalan perjalanan suatu kelompok telah menipis dan mereka takut
kehabisan. Ketika hendak menyembelih unta, mereka menemui Nabi
untuk bertanya, dan Nabi pun memberi izin. Kemudian datang Umar
dan mereka menceritakan keadaan mereka. Tanya lJmar, 'Setelah
unta itu, apa yang tersisa?'Mereka tidak menjawab dan Umar pun
segera menemui Nabi dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, setelah
mereka menyembelih unta mereka, apa yang tersisa?'Nabi berdiri
dan berkata,'Suruh mereka mengumpulkan kelebihan bekal mereka.'
Nabi menggelar selembar kulit dan mereka meletakkan bekal itu di
atasnya. Kemudian Nabi berdiri, berdoa dan memberkahinya. Setelah
itu, Nabi menyuruh mereka mengambil mangkuk mereka. Mereka
segera meraup makanan itu sampai habis. Kemudian Rasulullah
berkata, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku
adalah utusan Allah'."

Menyenangkan Orang-s7zng yang Lemah dan Miskin


Orang-orang lemah dan miskin punya,hak untuk dihibur.
"Apabila ordng-orang yang beriman hepada ayat-ayat Kami itu datang
hepadam'u i katahanlah,,tKeaejehterwn bua6- halian. Tuhan kalian telah
menetapkan kasih sayang (rahrnat) atas,diri-Nya. Sesungguhnya,
barangsiapa, di antara halian, berbuat hejahatan lantaran kebodohan,
hemudian ia.bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaihan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-An'6m: 54)

Fikih Akhtak I 451,


"Dan bersabarlah enghau bersama orang-orang yang tnenyeru
Tuhannya d.i pagi d.an senja hari dengan mengharap kerid.haan-Nya.
Jangan enghau palinghan hedua matamu dari mereka, (karena) engkau
menginginkan perhiasan hehidupan dunia." (QS. Al-Kahfi: 28)
"Apabila pada waktu pernbagian (harta waris)'itu ada h:erabat,
anak yatim dan orang-orang miskin yang hadir, maka berilah mereka
dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah perkataan yang baik
kepada mereha.'(QS. Arr-Nis6': 8)
Diriwayatkan dalam Shabth Muslirn dari Aidz ibn Amru, "Abu
Sufyan menemui Salman, Shuhaib dan Bilal dalam rombongan. Mereka
berkata kepada Abu Sufyan, 'Demi Allah, pedang-pedang Allah tidak
menebas leher musuh Allah pada tempatnya.'Abu Bakar berkata
kepada mereka, 'Kalian mengatakan itu kepada seorang pembesar dan
tokoh Quraisy?'Segera Abu Bakar menemui Nabi dan menceritakan
apa yang terjadi. Kata Nabi, 'Wahai Abu Bakar, jangan-jangan engkau
telah membuat mereka marah. Jika engkau membuat mereka marah,
maka engkau telah membuat marah Tuhanmu.'Dan Abu Bakar pun
kembali menemui mereka, seraya berkata,'Saudara-saudaraku, apakah
aku membuat kalian marah?'Mereka menjawab, 'Tidak. Semoga Allah
mengampunimu, wahai saudara kami'."

Menyenangkan Orang-orang yang Singgah, Orang


Asing dan Orang-orang yang Sedang dalam Perjalanan
Orang yang sedang dalam perjalanan berhak dihibur. "Bukanlah
kebaikan itu dengan menghadapkan wajah kalian ke arah timur dan
barat. Tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari a k hir, mal aikat - mal aikat, kit ab - hit ab, nab i - n ab i da n me mb eri ka n
harta yuang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, orang-orang terlantan...." (QS. Al-Baqarahz 177)
Jika ada orang asing singgah di wilayahmu, tinggal dan menyewa
tempat tinggal, maka ia pasti rikuh, tidak kenal siapa-siapa dan tidak
punya saudara. Orang seperti ini harus dihibur, diterima apa adanya
dan sering-sering dikunjungi, sebagai ganti saudara-saudaranya yang

I
458 I Fikih Akhtak
ditinggalkan di negaranya. Itu semua sebagai hak yang harus diberikan
kepadanya dan sebagai perlakuan baik sebagaimana yang diperintah-
kan.
Jika orang asing yang singgah ini sengaja meninggalkan kelu-
arganya untuk menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah,
maka harus dimuliakan dan dibuat senang. Jangan disikapi masa
bodoh dan dihardik. "Dan janganlah enghau mengusir orang-orang
yang nxenyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari, sedang mereka
menghendahi keridhaan-Nya. Engkau tidak memihul tanggung jawab
sedihit pun atas perbuatan mereka dan merekd pun tidak memihul
tanggung jawab sedihit pun atas perbuatanmu, yang menyebabkan
engkau (berhah) rnengusir mereha, sehingga enghau termasuk orang-
orang yang zalim." (QS. AI-An'6m: E2)
Nabi Nuh a.s. berkata "Dan aku tidak meigusir orang-orang yang
beriman.' (QS. Asy-Syu'ar6': ll4)

Berku nju ng Ka rena Ai,l la h


Mengunjungi sesama muslim sangat besar nilainya dalam
mendidikhati, menciptakan kebahagiaan di hati dan melupakan segala
duka. Di samping itu, telah disediakan pahala yang besar bagi yang
melakukannya.
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsy,
, 6-. . gr. .)c11 c_,
a ,.,rrtt11
,|.d.)w.f _72 z c
ri>) €urw-* d., , 6z t o
j;>
A . z ,r.)o11 trz z o 4_. .
t>j>)
€ 4)'j:.ll,
"Cinta-Ku telah ditetapkan untuk orang-orang yang saling
mencintai kaiena Ahu; cinta-Ku telah ditetapkan untuh orang-
' orang yang saling berhorban demi Ahu; dan cinta-Ku telah
ditetapkan untuk orang-orang yo,ng saling ntengunjungi
dengan niat karena Aku.'(HR. Ahmad)
diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulu-
D alam S haht h M u slim
llah bersabda,,"Seseorang mengunjungi saudaranya yang berada di

Fikih Akhtak I otn


kampung lain. Kemudian Allah mengutus satu malaikat untuk
mencegatnya di tengah perjalanannya. Malaikat itu mendekatinya dan
bertanya, 'Hendak ke mana engkau?'Jawab orang itu, 'Aku hendak
ke tempat saudaraku yang di kampung sebelah.'Tanya malaikat itu
lagi,'Apakah ada sesuatu yang engkau inginkan darinya?'Jawabnya,
'Tidak ada. Aku hanya mencintainya karena Allah. Kemudian malaikat
itu membuka jati dirinya, 'Aku adalah utusan Allah yang diutus kepa-
damu untuk menyatakan bahwa Allah mencintaimu seperti engkau
mencintai saudaramu itu karena-Nya'."
Oleh karenanya, Nabi s.a.w. sering mengunjungi para sahabat-
nya dan para sahabat pun selalu mengunjungi beliau. Nabi sering
mengunjungi Abu Bakar. Aisyah mengatakan, "Ketika aku sudah
mengerti, kedua orangtuaku sudah memeluk Islam, dan setiap hari,
pagi atau sore, Rasulullah selalu mengunjungi kami" (lIR. Bukhari)
Nabi s.a.w.iuga selalu mengunjungi Ummu Sulaim. Muslim
meriwayatkan dari Anas, "Wanita yang selalu dikunjungi Nabi hanya-
lah istri-istrinya. Tapi Ummu Sulaim lain, beliau selalu mengunjungi-
nya. Kata beliau,'Aku menyayanginya karena saudaranya terbunuh
(ketika) bersamaku.'
Nabi juga sering mengunjungi Ummu Aiman. Dalam Shahih
Muslirn diriwayatkan dari Anas, "sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar
pernah berkata kepada LJmar, 'Ikutlah bersamaku menemui Ummu
Aiman. Kami akan mengunjunginya karena dulu Rasulullah selalu
mengunjunglnya." Ketika mereka sampai di rumahnya, ia menangis.
Mereka berdua bertanya kepadanya, 'Apa yang menyebabkan engkau
menangis, padahal apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-
Nya?" Jawabnya, Yang membuatku menangis adalah bukan karena
aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-
Nya. Tapi aku menangis karena rangkaian wahyu telah terputus dari
langit.'Jawaban Ummu Aiman itu membuat mereka menangis bersama."

Cara dan Etika Berkunjung


Jangan berkunjung pada waktu-waktu yang akan mengganggu
orang yang dikunjungi. Nabi tidak suka segera tidur sebelum shalat

@ | ritir, Akhtak.
Isya dan ngobrol-ngobrol sesudah shalat lsya. "Hai orang-orang yang
beriman, hend,aklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kalian
milihi, dan orang-orang yang belum baligh di antara kalian, meminta
izin kepada halian tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum
sembahyang Subuh, ketika kalian menanggalkan pakaian (luar)mu
di tengah hari dan sesud.ah sembayang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi
kalian. Tidak ada dosa atas kalian dan tidak (pula) atas rnereka selain
dari (tiga waktu) itu." (QS. An-NOr: 58)
Kesibukan orang memang tidak sama, dan ini perlu pemahaman
tentang waktu kapan seseorang bekerja, istirahat, santai dan punya
waktu untuk menerima tamu tanpa harus mengganggunya dan
membuatnya lupa akan kewajibannya kepada Allah. Pembahasan tema
ini akan diuraikan dalam bab Minta Izin. Orang yag minta izin, harus
meminta izin sebanyak tiga kali. Jika diizinkan, maka boleh masuk;
jika tidak diizinkan, maka ia harus pulang. "Jika salah seorang dari
kalian minta izin sebanyak tiga kali dan tidak diizinkan, maka ia harus
pulang."
"Dan jika dikatakan kepada kalian,'Kembali (saja)lah', maka
hendaklah kalian kernbali. Itu lebih bersih bagi halian dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian herjahan.'(QS. An-Nffr: 28)

Hukum Seorang Laki-laki Mengunjungi Perempuan


Agama memperbolehkan kunjungan laki-laki terhadap
perempuan dalam even-even tertentu. Ini disyaratkan terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan melakukan hal-hal negatif. Di muka telah
kami kemukakan bagaimana Rasulullah selalu mengunjungi Ummu
Sulaim dan Ummu Aiman. Nanti juga akan disinggung bagaimana
Nabi mengunjung Ummu Saib. Sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar
dan.Umar selalu mengunjungi Ummu Aiman. Sementara Sahal ibn
Sa'ad, sahabatnya, selalu mengajak teman-temannya untuk mengun-
jungr wanita-wanita yang sudah jornpo, setiap hari Jumat.
Alasan terpenting mengapa harus diatur sedemikian rupa adalah
untuk menghindarkan kesempatan berduaan dan hal-hal negatif yang

Fikih Akhrak I OUt


bisa dilakukan pada saat dua orang lawan jenis berduaan. seorang
pemuda tidak boleh mengunjungi seorang perempuan dan berduaan
dengannya. Sekadar mengunjungrnya saja sudah bisa membuka pintu
kemungkinan perbuatan negatif yang besar sekali. Apalagi hanya
berduaan atau bersalaman, tentu diharamkan. Kata Nabi s.a.w. ,"Menu.-
sukkan jarum besi he kepala salah seorang halian lebih baik baginya
daripada harus menyentuh pererlpuan yang tidak dibolehkan (untuk
menyentuhnya)." (HR. Thabrani)
Jika ada dua orang laki-laki yang hendak menemui seorang teman
mereka, tapi yang ada di rumah hanya istrinya, bolehkan sang istri
menerima dua laki-Iaki itu untuk masuk ke rumahnya?
Jika istri itu tahu bahwa suaminya tidak akan marah jika ia
menerima dua orang laki-laki itu masuk ke rumahnya, maka diperboleh-
kan, selama tidak terjadi khalwah (hanya ada dua orang yang
berlainan jenis di dalam rumah).
Rasulullah s.a.w. bersama Abu Bakar dan Umar pergi ke rumah
seseorang sahabat Anshar. Ternyata sahabat Anshar itu tidak ada di
rumah. Ketika istrinya melihat Rasulullah beserta kedua sahabatnya
itu, dia langsung menyambutnya, "silahkan. Masuklah!" Rasulullah
kemudian bertanya, "Ke mana si Fulan?" Kata sang istri, "Pergi mencari
air tawar.,, Dan ketika sahabat Anshar itu melihat mereka bertiga,
hatinya senang sekali, "Alhamdulillah, hari ini tak ada orang yang
kedatangan tamu seistimewa tamuku." Setelah menyapa mereka, ia
langsung pergi dan mengambil kurma ranum, kurma segar dan kurma
masak.
Sabda Nabi yang menunjukkan itu,
l,'

bt
,
ai 4/. , t t/
a--i', . l-e
Ul,.-(.
,./
l.t o
€';'*. "bt Pu
ti

,sti3t'rf

"Sejak hari ini, seseorang laki-laki jangan pernah ffLenerrlut'


seorang perempuan yang sedang ditinggal suaminya, hecuali
jika ia bersama satu atau dua orang lainnya." (HR. Muslim)

4A I
I

Fikih Akhlak
Menghormati Tuan Rumah
Jika Anda sedang bertamu ke rumah seseorang, kemudian tiba
waktu shalat, maka tuan rumah lebih berhak untuk menjadi imam.
Dalilnya, riwayat Muslim dalarn Shahifu-nya dari Abi Mas'ud al-
Anshari, Rasulullah bersabda, "Yang harus menjadi imam adalah
seorang yang paling baik bacaan al-Qur'annya. Jika secara bacaan
sebanding, maka yang paling mengerti Sunnah. Jika pengetahuan
tentang Sunnah sebanding juga, rnaka yang paling awal rnelakukan
hijrah. Jiha tak ada yang paling awal hijrah, maka yang paling awal
memeluk Islam. Dan seseorang tidak boleh menjadi imarn di wilayah
hekuasaan orang lain, dan tidak pula duduk di tempat tidurnya
hecuali atas izinnya."

Jangan Menyulitkan Tuan Rumah


Tuan rumah jangan menghalang-halangi tamunya untuk pami-
tan pulang jika sudah terpenuhi maksud bertamunya. Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Ibnu Syihab, "Anas ibn Malik mengabarkan
kepadaku bahwa ketika dirinya berusia sepuluh tahun, ia turut pergi
hijrah bersama Rasulullah ke Madinah. Kata Anas 'Aku mengabdi
kepada Rasulullah sepuluh tahun sepanjang hidupnya. Dan aku
adalah orang yang pdling mengerti tentang hijab ketika diturunkan.
Ubay ibn Ka'ab juga pernah bertanya kepadaku tentang hijab ini.
Pertama kali turunnya ayat tentang hijab adalah ketika Rasulullah
hendak mencampufi Zainab binti Jahsy. (Ceritanya begini.) Pagi itu
Rasulullah berbulan madu dengan Zainab. Rasulullah mengundang
para sahabatnya untuk makan-makan. Selesai acara, para sahabat
pulang dan tinggal beberapa orang saja yang berdiam diri. Mereka
lama duduk di tempat. Rasulullah keluar dan aku mengikutinya dengan
rnaksud agar orang-orang itu ikut keluar. Rasulullah berjalan dan aku
mengikutinya hingga akhirnya sampai di depan kediaman Aisyah.
Rasulullah memperkirakan bahwa orang-orang itu sudah keluar, dan
ia pun kembali. Aku mengikutinya, hingga sampai di kediamanZainab.
Tetapi orang-oftlng itu masih duduk di sana, belum beranjak dari tempat
duduknya. Rasulullah kembali lagi dan aku mengikutinya sampai di

Fikih Akhtak I *,
depan pintu kediaman Aisyah. Ketika memperkirakan orang-orang itu
sudah pulang, Rasulullah kembali bersamaku (ke kediamanZainab).
Tapi orang-orang itu masih di sana. Dan turunlah ayat tentang hijab.
Kemudian Rasulullah memasang hijab antara aku dan dirinya."

Menjenguk Orang Sakit


Ada pahala yang besar dalam perbuatan yang mulia ini dan
menjenguk orang sakit sangat dianjurkan. Sentuhannya di hati sangat
terasa. Rasulullah bersabda,

!,'J;:, t;_'J,]
Fti" G'J7 I -a o ,
l*r-f .:b dr^
6tL Jti
^Uti?c,
"Barangsiapa menjenguk orang sakit, maha ia akan selalu
berada dalam kebun surga.' Orang-orang bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa yang dimahsud dengan kebun surga itu?"
Rasulullah menjawab, " B uah-b uahnya." (IIR. Muslim)
Dalam ash-Shahtbain diriwayatkan dari Barra ibn Azib,
"Rasulullah pernah memerintahkan tujuh hal dan melarang tujuh hal
kepada kami. Beliau memerintahkan kami untuk (1) mengantarkan
jenazah (hingga ke kuburnya), (2) menjenguk orang yang sakit, (3)
memenuhi undangan, (4) menolong orang yang teraniaya, (5) bersum-
pah dengan baik, (6) menjawab salam dan (7) mendoakan orang yang
bersin. Beliau juga melarang kami (1) menggunakan mangkuk dari
perak, (2) cincin dari emas, (3) kain sutra, (4) kain sutra yang mahal,
(5) kain yang ada unsur sutranya dan (6) kain sutra yang tebal."
Nabi s.a.w. menjelaskan bahwa menjengukrorang sakit adalah
kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim.
Disebutkan dalam ash-Shahtbain dafi Abu Hurairah,

,r; .o r?. l,
W
o/
i:rv,, d.--Jl & rt,..^tr F
.6 , .

.Jr\ rfur, i/
'o' tc t ..r.. ,i
*6t4-Lr3ir1t:t i.cp l.Qt LeUl'Ju''Jr -bJJl
I

4& | rimn Akhrak


"Ahu mende ngar Ras ulullah mengatakan,' Kew aj ib an seorang
muslim terhadap seorang rnuslim lainnya ada lima: menjawab
salant, menjenguk orang sahit, mengantarhan jenazah, rnenlenu-
hi undangan dan m.endoakan ordng yang bersin."
Dalam ShabthBuhhari diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari,
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Beri mahan orang yang kelaparan, jenguk
orang yang sakit dan bebaskan orang yang tertawan."
Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Umar, "Kami sedang
duduk bersama Rasulullah ketika seorang Anshar menemuinya dan
mengucapkan salam kepadanya, dan langsung pergi. Rasulullah
bertanya, 'Wahai saudara Anshar, bagaimana keadaan saudaraku,
Sa'ad ibn Ubadah?' Orang itu menjawab,'Baik-baik.' Kata Rasulullah,
'Siapa di antara kalian yang pernah menjenguknya?'Rasulullah berdiri
dan kami mengikutinya. Saat itu jumlah kami kurang dari dua puluh
orang. Tak ada yang pakai sandal, alas kaki, tutup kepala atau baju.
Kami melewati tanah yang tandus untuk sampai kepada Sa'ad (ibn
Ubadah). Orang-orang yang sedang mengerumuni Sa'ad langsung
mundur untuk memberi jalan kepada Rasulullah dan para sahabatnya
mendekatinya."
Kelak pada hari Kiamat Allah akan mengatakan,

':)t;( |"5 ';, U ,Sv .o,11 c


.rJru +f9 tU
tt
I o. //-
-t ,)l
/
.rlO .
L
v,ti \ L,/'

,-"; 6d q* Ll '*l;// ci'Jv ',idl:t '*; Ui,


//
,, o
;rb///jsr*J'iu ")',$t'AL
,o. ,l ,,o t o7 , ,.i , o ,/ .,/ to ,,
6i ;-l.; ,li
*Wahai anak Adam, dulu
Aku sahit tapi enghau tidak menje-
nguk-Ku." Anah Adam bertanya,'Wahai Tuhan, bagaimana
rnungkin aku menjenguk-Mu, sedang Engkau adalah Tuhan
semesta alarn?' Tuhan menjawab,'Bukankah engkau tahu
bahwa hamba-Ku, Fulan, sahit, tapi enghau tidak menjenguk-
nya. Bukanhah enghau tahu bahwa jika engkau rnenjenguknya,
maka engkau akan rnenemukanAku di sisinya?"' (HR. Muslim)

Fikih Akhtak I out


Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
Disebutkan dalam ShabthMuslim, dari Abu Hurairah, Rasulu-
llah bertanya, "Siapa di antara kalian yang pagi ini berpuasa?" Abu
Bakar menjawab, "Aku." Rasulullah bertanya lagi, "Siapa di antara
kalian yang hari ini mengantarkan jenazah?', Abu Bakar menjawab,
"Aku." Rasulullah bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang hari ini
telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab, ,,Aku.,,
Rasulullah bertanya lagi, "siapa di antara kalian yang hari ini sudah
menjenguk orang yang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Aku.,, Rasulullah
menegaskan, "Jika semua itu dilakukan oleh seseorang, maka ia akan
masuk surga (karenanya)."
salah satu tujuan menjenguk orang sakit adalah melipur kesedi-
han keluarganya. Dan karenanya, orang yangjatuh pingsang juga
harus dijenguk, meskipun ia sedang tidak sadar.
Ada banyak nilai positif dalam menjenguk orang:yang pingsan.
Di antaranya: mendoakannya, mendapatkan pahala dari menjenguk-
nya, terutama dalam menghibur keluarganya. Bukhari meriwayatkan
dari Jabir ibn Abdillah, "Aku sedang sakit dan Rasulullah bersama
Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki. Ketika itu aku sedang
pingsan. Nabi segera mengambil air wudhu kemudian meneteskan sisa
air wudhunya itu kepadaku. Ketika tersadar, ternyata itu Nabi.,,

Hukum Seorang Laki-laki Menjenguk perempuan


Di muka telah kami kemukakan bahwa laki-laki boleh menjenguk
perempuan, dan sebaliknya. Dengan catatan tidak menimbulkan
dampak negatif. Muslim meriwayatkan dalam shahtfu-nya dari Jabir
ibn Abdullah, "Rasulullah menemui ummu saib (atau Musayyib).
Katanya,'Kenapa engkau menggigil, wahai Ummu Saib (Musayyib)?,
Jawabnya, 'Demam yang tidak diberkahi Allah.' Kata Rasurullah,
'Jangan pernah mengumpat demam, karena demam menghapuskan
kesalahan-kesalahan anak Adam seperti amplas menghilangkan karat
besi'."
wanita dibolehkan menjenguk laki-laki selama tidak berduaan
saja atau dan tidak menimbulkan dampak negatif. Aisyah pernah

46 L,n,n Akhtak
mengunjungiAbu Bakar dan Bilalyang sakit ketika Rasulullah sampai
di Amdinah. (HR. Bukhari)
Ketika menjenguk orang sakit dianjurkan menasehati, mendoa-
kan dan mengarahkannya kepada sesuatu yang bermanfaat. Muslim
meriwayatkan dalam Shahth-nya, dari Anas: "Rasulullah pernah
menjenguk seseorang yang sudah terkulai lemas seperti anak ayam.
Kemudian Rasulullah bertanya,'Apakah engkau pernah berdoa untuk
atau meminta sesuatu kepada-Nya?' Orang itu menjawab, 'Ya. Aku
pernah berdoa, Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat,
maka majukan siksa itu ketika aku masih di dunia.'Kata Rasulullah,
'Mahasuci Allah, engkau tidak akan mampu! Mengapa tidak membaca,

C g,#
,c,
ql-e 6.rGr,7s, er# rJfur

)$
['Ya Allah, beri kami kebaikan di dunia dan
akhirat dan lindungi
kami dari azab neraka.'l? Kemudian ia berdoa dengan doa tersebut,
dan Allah menyembuhkannya."

Menganjurkan Orang Sakit untuk Bersabar


Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Atha ibn Abi Rabbah:
"Ibnu Abbas mengatakan kepadaku,'Maukah engkau aku tunjukkan
seorang perempuan penghuni surga?' Jawabku,'Tentu.' Ia menjelas-
kan,'Perempuan itu berkulit hitam, datang menemui Nabi dan menga-
ku, 'Ayanku kumat dan secara tak sadar auratku terbuka. Mohonkan
kepada Allah untukku.'Kata Nabi,'Jika mau, bersabarlah, dan engkau
akan mendapatkan surga. Atau, aku akan memohon kepada Allah untuk
menyembuhkanmu.'Wanita itu memilih, 'Aku akan bersabar. Tapi
bagaimana dengan auratku? Mohonkan kepada Allah agar auratku
tidak terbuka.'Dan Nabi pun mendoakannya."
Orang yang sakit harus sering-sering diingatkan untuk berdoa.
"Dan Tuhan kali,an berfirman,'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagi kalian'." (QS. Al-Mu'min: 6O)

Fikih Akhtak I *
ila hamb a hamb aKu b e rtany a k ep ada m u t e nta ng Aku,
" D a n ap ab -

maka (jawablah), bahwa Ahu dekat." (QS. Al-Baqarah: 18G)


Nabi juga pernah menyatakan, "Semua doa hamba akan
dikabulkan selama tidak memohon agar diberi kesempatan untuk
melakukan dosa, memutuskan tali persaudaraan, dan tidak bersabar."
Orang-orang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
tidak bersabar?" Rasulullah menjelaskan, 'Yakni mengatakan, 'Aku
sudah sering berdoa, tapi aku merasa tidak pernah dikabulkan', karena
itu akan membuatnya menyesal dan kemudian tidak mau berdoa lagi."
(HR.Muslim)
Ingatkan bahwa orang yang sakit tidak boleh meminta untuk
dimatikan karena sakitnya. Disebutkan dalam oslz- Shahtbain dari Qais,
"Aku pernah menemui Khabab telah tertusuk besi sebanyak tujuh kali.
Katanya, 'Kalau saja Rasulullah tidak pernah melarang kita memohon
agar aku dimatikan saja, pastilah aku sudah memohon itu'."
Dalam kitab yang sama juga diriwayatkan dari Anas, Rasulullah
bersabda,

T $ ok 'o$
*.'Ji p -r":t Ft Li,.iA t)

C,,:#iV;,Ue 6,*l 6t:r Jrit:'_#,W


C.t:;iu;r'c,,;tt tit qi,
"Kalian jangan mengharapkan kematian lantaran penyakit
yang diderita, Jika harus mengharapkannya, maka berdoalah,
Ya Allah, hiduphan aku jika kehidupan itu lebih baik bagiku,
dan matihan aku jika kematian itu lebih baik bagiku'.'
Menghibur orang sakit dengan mengingatkannya akan pahala
dari Allah jika ia sabar menghadapi ujian yang diturunkan Allah dan
tetap mengharapkan pahala dari-Nya. Semua yang Allah turunkan
itu hanyalah ujian dari-Nya dan itu merupakan penghapus dosa dan
kesalahan.

M8 I
I

Fikih Akhtak
Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, Rasulullah menjenguk
seseorang (yang sakit), seraya berkata, "Tidak apa-apa. (Sakit)
itu akan
membersihkan, insya Allah." Orang itu berkata, "Tidak, ini adalah
demam yang menjangkiti seorang lanjut usia sampai mengan-
tarkannya ke kuburan." Kata Nabi, 'Kalau demikian, itulah yang
terbaik."
Disebutkan dalam a s h -S hahtfuain d,aiAisyah, Rasulullah s. a.w.
berkata,

& ^iLi; iuts 6l';r.Jjt i; yiu


a{a-k'.bt
"setiap rnusibah yang menimpo seorang muslim, ahan menjad,i
sebab Allah tnengatnpuninya, walau hanya duri yang menusuk-
nya.t'
Diriwayatkan dalam Shahth Muslim dari Aswad, "seorang
pemuda Quraisy menemui Aisyah yang ketika itu sedang berada di
Mina, dan orang-orang pun menertawakannya. Kata Aisyah, 'Apa yang
membuat kalian menertawakannya?' Mereka mengatakan,'Si Fulan
tercekik tali tenda, dan hampir saja pundaknya dan matanya hilang.,
Aisyah berkata,'Jangan menertawakannya, karena aku pernah mende-
ngar Rasulullah mengatakan,'Setiap muslim yang tertusuk duri atau
lebih dari itu, maka telah dituliskan satu derajat baginya, dan dihapus-
kan dosanya."'
Dalam ash- S hahthdiriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah
mengatakan,

tc c t,rol A loz
4;. La^a)
.-J-
I -> al dlJ I ).r'J
a aa

"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki baik, maka Allah


ahan mengujinya."
Kata Nabi juga,

Fikih Akhtak I *,
Lr u3'Pt ek';t'iwt(i{ist';1 61

LFt 4i
"Jika Allah mencintai sekelompok orang, maka Dia ahan
menguji mereha. Bagi yang bersabar, ahan mendapathan pahala
h,esabarannya, dan Barangsiapa berang, maka ia a,han mend.a_
patkan balasan keberangannya itu." (HR. Ahmad)
Sedangkan menurut riwayat Bukhari dari Anas ibn Malik, ,,Aku
pernah mendengar Nabi mengatakan, 'Allah pernah berkata,,Bila Ahu
menguji harruba'Ku dengan (menghilangkan) hedua matanya, d,an d.ia
bersabar, maha Aku akan mengganti keduanya dengan surga'.',
Ingatkan orang yang sakit itu bahwa kondisi orang mukmin di
dunia berada di sekitar garis sabar dan s5rukur. Demikian dinyatakan
oleh para ulama bahwa separuh iman adalah sabar dan separuhnya
yang lain adalah syukur. "sesungguhnya pada yang demikian itu terd.a-
pat tanda-tand.a (kehuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersa-
bar dan banyak bersyukur." (QS. Asy-Syffr6: BB) Artinya, seorang
mukmin adalah orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur:
bersabar atas bencana, sakit, dan tekanan mental dan banyak bersyu-
kur karena nikmat. Begitulah seorang mukmin seharusnya, seperti yang
telah ditegaskan oleh Rasulullah,

ul J;fu ':)ti ',);3


,, ?k iyf oy uilt
'ri.
;fu 6L
{ r; u*'i,:a o.' .,
it*'o.
o
1o... /
4lLpt J f, '9lt-' lgtLal

{t; rK tg ,/. l,a,


*ltb
"Sangat m,enyenangkan ihwal orang mukmin itu; semuanya
baik dan hanya bisa dimiliki oleh orang mukmin: ketika mend,a-
patkan kesenangan, ia riang dan bersyukur dan ketika d,itimpa
kesusahan ia bersabar, dan itu baik baginya.,
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:
Rasulullah pernah mengatakan,

470 I ritin Akhtak


I
"Perumparnaan seorang mukmin itu seperti tanaman yang
selalu digoyang oleh angin karena orang mukmin itu ahan
selalu ditimpa bencana. Dan perumparnaan orang kafir adalah
seperti batang berair yang berdiri tegak di atas pangkalnya,
tidak ada yang n'Lenggerakkannya, nan,rn dengan sehari cabut
batang itu sudah tercabut."
Ingatkan juga tentang orang-orang mulia yang juga diuji oleh
Allah dengan ujian yang lebih berat, tapi mereka tetap bersabar dan
meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah.
Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Mush,ab ibn Sa,ad, dari
ayahnya, "Aku pernah bertanya,'Wahai Rasulullah, siapa orangyang
paling berat mendapat ujian?' Rasulullah menjawab, ,para nabi,
kemudian orang-orangyang lebih meniru mereka, kemudian orang-
orang yang lebih meniry mereka. seseorang itu diuji berdasarkan
kualitas agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya berat; jika
kualitas agamanya rendah, maka diuji berdasarkan kadar agamanya
itu. Hamba itu selalu ditimpa ujian sampai akhirnya ia meninggalkan
ujian itu dan berjalan di atas bumi dengan tanpa satu kesalahan
pun'."
Allah sendiri pernah mengingatkan kita tentang Ayub,*Dan
(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, ,(ya Tuhanku),
sesungguhnyd aku telah ditimpa penyakit dan Enghau adalah ruhan
Yang Maha Penyayang di antara senlua penyayang.'Maka Kami pun
memperhenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang
ada padanyad,an Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami
lipat gand.akan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat d,ari sisi Kami

Fikih Akhtak I oT
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah."
(QS. Al-Anbiy6': 83-84)
Allah mencerita tentang Ayub sebagai "peringatan bagi semua
yang menyembah Allah." Dan Anda kemudian berkewajiban
mengingatkan umat manusia akan cerita itu dan hadis Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Abu Ya'Ia dari Anas ibn Malik, Rasulullah
bersabda, "Ayub adalah nabi Allah yang diuji selama delapan belas
tahun. Orang dekat maupun saudarajauhnya menghindarinya, kecuali
dua orang teman dekatnya yang selalu menemuinya pagi dan sore
hari. Kata salah satu dari kedua orang itu kepada temannya, 'Tahukah
engkau bahwa sebenarnya Ayub telah melakukan satu dosa yang tidak
pernah dilakukan oleh seorangpun.' Temannya menimpali,'Apa itu?'
Katanya, 'Sejak delapan belas tahun Allah tidak menyayanginya, dan
Allah membuktikannya.'Ketika kedua orang itu pergi menemui Ayub,
salah satunya keceplosan membocorkan yang pernah dikatakan salah
satu temannya itu kepada Ayub. Kata Ayub,'Aku tidak tahu apa yang
ia katakan. Hanya saja Allah tahu bahwa aku pernah menyuruh dua
orang yang sedang bertengkar sampai akhirnya keduanya mengingat
Allah. Setelah itu aku pulang ke rumah dan memaafkan keduanya
karena aku tidak mau mereka mengingat selain kebaikan Allah. Suatu
hari Ayub pergi hendak buang air besar. Setelah selesai, istrinya
menuntunnya hingga ke rumah. Ketika suatu hari istrinya dibuat tidak
bisa membantunya dan diwahyukan kepada Ayub'Hantamkan hakimu.
Inilah air yang sejuh untuk mandi dan untuh minum.'(QS. ShAd: a2)
Istrinya menyuruhnya untuk menunggu, dan benar Ayub pun masih
menunggunya. Ketika istrinya itu menemuinya dan menghadap ke
arahnya, tiba-tiba Allah telah menghilangkan semua ujian itu dan
badan Ayub kembali bagus seperti seperti semula. Dengan ketakju-
bannya, si istri mengucapkan setengah tidak percaya, 'Semoga Allah
memberkahimu, benarkah aku melihat nabi Allah yang selalu diuji?
Sungguh, aku tidak pernah melihat orang yang sepertimu ketika sehat.'
Jawab Ayub, 'Ini aku.'
Diceritakan pula bahwa Ayub punya dua tumpukan, satu
tumpukan gandum dan satu tumpukan jewawut. Kemudian Allah

472 I
I

Fikih Akhlak
mengirimkan dua awan. Ketika salah satu dari kedua awan tersebut
telah berada di atas tumpukan gandum, awan itu memuntahkan
butiran emas sampai meluap, dan awan lainnya yang di atas jewawut
memuntahkan dedaunan sampai meluap pula."
Dalam ash-Shahtbain dfuiwayatkan dari Aisyah, "Aku tidak
pernah melihat seorangpun yang lebih berat penderitannya selain
Rasulullah."
Jika Anda menjenguk orang sakit, maka ingatkan kepadanya
akan penderitaan orang lain agar ia semakin bisa menahan penderi-
taannya itu. Ketika Anda masuk rumah sakit karena kakimu patah,
mungkin Anda mengerang kesakitan dan mengira bahwa di dunia ini
hanya Anda yang merasakan sakit yang seperti itu. Tapi, beberapa
saat kemudian, Anda melihat ada orang lain yang menderita sakit lebih
parah dari yang Anda derita.
Mungkin beberapa saat lagi ada orang lain yang kedua kakinya
patah, dan sesaat kemudian ada orang lain lagi yang kedua kaki dan
tangan patah. Setelah itu, masuk lagi seorang yang kepalanya pecah,
lehernya patah, dan salah satu atau kedua matanya buta. Mungkin
saat itu Anda akan menertawakan diri Anda sendiri, dan melihat bahwa
Anda masih diberi yang lebih baik, yang tentunya kenikmatan yang
harus Anda syukuri.

Bolehkah Makan atau Ninum Ketika Menjenguk Or-


ang Sakit?
Tidak ada kabar yang pasti tentang hal ini. Yang menjadi
permasalahan di sini adalah si sakit itu sendiri. Banyak orang sakit
yang tidak mau lama-lama banyak orang menjenguknya dan tidak
suka disuguhi makanan. Tapi ada juga yang justru senang dikunjungi.

Fikih Akhlak I OT
MENGHIBUR ORANG YANG DITINGGAL MATI

Kematian adalah musibah yang paling besar. Allah befirman,


"Maka rnereka tertimpa musibah hematian." (QS. Al-M6'idah: 106)
Orang yang ditingggal mati oleh salah satu keluarganya hendaknya
dihibur dengan mendampinginya saat terjadi kematian itu. Ketika itu
kita menghiburnya dengan kata-kata yang meringankan kesedihan-
nya. Yang demikian itu bisa dengan mengingatkannya akan Allah,
sebagaimana difirmankan, "setiap jiwa pasti akan merasahan mati."
(QS. Ali Imran: 185) dan frrman-Nya,"Kamitidah menjadihan keaba-
dian untuk satu manusia pun sebelum enghau." (es. Al-Anbiy6': B4)
Menghibur orang yang sedang berduka karena kematian bisa
juga dengan mengingatkannya akan takwa dan sabar atas musibah
yang menimpanya. Rasulullah s.a.w. berkata kepada seorang wanita
yang sedang menangis karena ditinggal mati, "Bertakwalah kepada
Allah dan bersabarlah."
Ingatkan juga akan firman Allah, "Berbahagialah orang-orang
yang sabar. Orang-orang yang jika ditimpa tnusibah, mereka berhata,
'Sesungguhnya kami milih Allah dan sesungguhnya kami akan
kembali kepada-Nya'. Merekalah orang-orang yang mendapat penghor-
matan dan rahmat dari ruhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang mendapat bimbingan." (QS. Al-Baqarah: lEE-186)
Muslim meriwayatkan dari Ummu Salmah r.a., ,,Aku mendengar
Rasulullah bersabda,

;;-t*.t: 4!
/// Vt y.tyl*;#;:i ,'? u Y

474 |
I

Fikih Akhtak
1.,
o
/
--.l q.q .l oz
I -.->
c.'*ft
t t .
d irt
.ot?at1,,
,4stt
k, tr+ ';'&|yertt
-/ o -l o/

'Setiap muslim yang tertimpa nxusibah, kemudian berkata akan


apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu'sesungguhnya kami
milikAllah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya.
Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku ini dan gantikan-
lah dengan yang lebih baik,' Maha Allah pasti menggantikan
dengan yang lebih baik untuknya.''
Ketika Abu Salmah meninggal dunia, Ummu Salmah menga-
takan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah, kemudian dia menda-
patkan pengganti yang lebih baik daripada Abu Salmah, yaitu Rasulu-
llah s.a.w.
Kemudian, kelurga yang ditinggal mati oleh seseorang kadang
kala membutuhkan bimbingan dan arahan. oleh karena itu, hadir ke
tengah-tengah keluarga yang sedang berduka sangat bermanfaat.
Muslim meriwayatkan bahwa ummu salmah berkata, Rasulullah s.a.w.
berkata, "Jika kalian datang kepada orang sakit atau orang yang
berduka karena kematian, maka katakanlah kebaikan. Sesungguhnya
malaikat mengamini apa yang kalian katakan." IJmmu salmah berkata
lagi, "Ketika Abu Salmah meninggal dunia, aku datang kepada Rasulu-
llah dan berkata,'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Salmah telah
meninggal dunia.'Kemudian beliau berkata, 'Ucapkanlah, ya Allah,
ampunilah aku dan dia (orangyangmeninggal dunia), dan ganti-kanlah
yang lebih baik untukku.'Kemudian Ummu Salmah berkata, ,Maka
Allah memberikan pengganti yang lebih baik darinya (Abu salmah)
untukku, yaitu Muhammad s.a.w.'.'
Abu Bakar pernah menghiburkaum muslimin yang sedih karena
wafatnya Rasulullah s.a.w. Abu Bakar mengajak mereka untuk
bersabar dan mengingatkan mereka akan Allah. Bukhari meriwa-
yatkan bahwa Abu Bakar keluar rumah dan Umar sedang berbicara
dengan masyarakat. Abu Bakar berkata kepada lJmar, ,,Duduklah!,,
tapi Umar tidak mau. Abu Bakar berkata lagi, "Duduklah!,,dan Umar

Fikih Akhtak I ort


tetap tidak mau. Kemudian Abu Bakar bersaksi dan masyarakat
mengerumuninya dan meningglkan Umar. Abu Bakar berkata, ,,Anlma
ba'du, barangsiapa menyembah Muhammad s.a.w., maka sesungguh-
nya Muhammad s.a.w. telah meninggal dunia. Barangsiapa menyem-
bah Allah, maka Allah Mahahidup dan tidak akan mati.,,Kemudian
Abu Bakar membacakan ayat,"Muhammad hanyalah seorang utusan
(rasul). Sebelumnya sudah ada utusan-utusan. Apakah jika d,ia
meninggal d,unia atau terbunuh, kal)ian ahan kembali ke belakang
kalian (menjadi kafi.r)? Barangsiapa kembali he belahang, maka tidak
akan membahayakan Allah sarna sekali. Dan Allah akan membaras
(kebaihan) orang-orang yang bersyukur.o (QS. Ali Imran: 144)
Menghibur orang yang ditinggal mati bisa juga dengan menyebut
kebaikan orang yang mati. Anas r.a. berkata, "Haritsah terbunuh pada
perang Badar dan dia masih anak-anak. Kemudian ibunya datang
kepada Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau tahu
sayangku kepada Haritsah. Jika dia berada di surga, maka aku sabar
dan rela. Jika dia berada di selalin surga, maka engkau akan tahu apa
yang aku lakukan.'Kemudian Rasulullah berkata, ,Kasihan engkau.
Apakah engkau pikir surga itu cuma satu? Surga itu banyak dan
Haritsah berada di surga Firdaus'." (HR. Bukhari)
Jika engkau datang kepada orang yang sedang ditinggal mati,
maka kerjakanlah apa yang harus dikerjakan oleh kelurga jenazah,
seperti menyediakan kain kafan, menyiapkan tanah kuburan dan lain-
lain. Hendaknya ada orang yang membuat makanan buat orang yang
ditinggal mati, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah s.a.w. ketika
Jakfar ibn Sarah meninggal dunia, "Buatlah makanan untuh heluarga
Jahfar." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Selanjutnya dianjurkan untuk mengiringi jenazah sampai ke
makamnya dan berdoa untuknya. Semua ini masuk dalam kategori
takziah.
Jika Anda menemukan perbuatan yang tidak benar terjadi pada
keluarga yang ditinggal mati, maka larang dan berilah penjelasan yang
baik. Jika Anda melihat mereka teriak-teriak, menampar-nampar pipi
dan merobek-robek baju, maka ingatkanlah bahwa hal itu tidak

476 I
I

Fikih Akhtak
dibenarkan. Dari Ibnu Mas'ud r.a., dia berkata, "Rasulullah s.a.w.
berkata,

.o/ . tr?.,.--
6-f+ VrJ qy--St &S ,)JJr.Jl
,to,..11o.
P i
,C
u,.
. ,(

:. 'r#
iJ,"t.ljt
'Bukan termasuh golongan kami orang-orang yang nTenantpdr-
nanxpar pipi, merobeh-robek baju dan teriah-teriah dengan
jeritan jahiliah'." (HR. Bukhari)
Rasulullah s.a.w. berkata,

€ ,-nt *;X d .iut*ir u G:,.1


al . t,o(
G r:;I
ldt, i,t4u1, .-'tiijr € tUt: ,-(*Lir
t; ?w q'; "Fl # | t;1 lu.;lt 'Jti) a;6r:.t ,'

q-f,t?fS
/. o d I /
U:p u,yt?ta,d6]r
,r-- l,

"Ada empat perkara jahiliah yang tidak ditinggalkan oleh


umathu: (1) membanggakan nenek moyang, (2) mencela ketu-
ru,nan, (3) meminta hujan pada bintang-bintang dan (4) mena-
ngis dan berkata-kata hotor dengan berulang-ulang ketika
ditinggal mati. Orang yang rlenangis dan berkata-kata kotor
dengan berulang-ulang hetika ditinggal mati, dan dia belum
bertobat sebelum mati, maka pada hari Kiantat dia ahan banghit
dengan pakaian panjang yang terbuat dari benda hitam yang
lengket dan m.emakai baju besi yang berharat." (HR. Muslim)
Contoh nasehat kepada orang-orang yang ditinggal mati:
Dari Ummu Salmah r.a., dia berkata, "Rasulullah menemui
jenazah Abu salmah dan mata Abu salmah dalam keadaan terbelalak.
Kemudian Rasulullah memejamkan matanya dan berkata, ,sesung-
guhnya ketika ruh diangkat, mata mengikutinya.' Mendengar ucapan

Fikih Akhtak I OT
beliau, orang-orang menjadi gaduh. Kemudian beliau berkata,'Jangan
mendoakan diri kalian, kecuali dengan kebaikan. Sesungguhnya
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.' Selanjutnya beliau
berdoa,'Ya Allah, ampunilah Abu Salmah dan angkatlah derajatnya
ke dalam orang-orang yang terbimbing. Gantikankanlah dia dengan
orang-orang yang tersisa. Ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan
semesta alam. Luaskanlah kuburan baginya dan terangilah'." (HR.
Muslim)
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda,

&i t;yit;, Lsrb u'i)t q'r..,J 6 j6 ilt JA


o u
.., '..o1
;*jr
'. ,/, .o ,
a*:>'l t' UJJI J'al A AJ-P
Uta
,o/ o t/d .

"Allah berfirman,'Seorang mukmin yang ditinggal mati oleh


salah satu keluarganya, kemudian ia rela, maka baginya tidah
ada balasan di sisi-Ku selain surga'." (HR. Bukhari)
Rasulullah s.a.w. menghibur putrinya, Fatimah, ketika beliau
merasa sudah dekat dengan kematian. Dari Aisyah r.a., ia berkata,
"Rasulullah s.a.w. memanggil purinya, Fatimah, kemudian membisik-
kannya. Fatimah menangis karena bisikan itu. Maka Rasulullah
membisikkannya lagi, dan Fatimah tertawa karena bisikan itu."
Kemudian aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah, "Apa yang dibisik-
kan Rasulullah kepadamu, yang membuatmu menangis kemudian
beliau membisikkan lagi dan engkau tertawa?" Fatimah menjawab,
"Rasulullah membisikkan aku tentang dekatnya kewafatan beliau,
maka aku menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi bahwa aku
adalah orang pertama dari keluarganya yang akan mengikuti beliau,
maka aku tertawa."'(HR. Muslim)
Jadi, yang dimaksud dengan takziah adalah menghibur orang-
orang yang sedang terkena musibah, memenuhi kebutuhannya dan
membimbing mereka jika mereka membutuhkan. Dan takziah tidak
dibatasi hanya tiga hari. Hadis yang berbunyi,

478 | ,,n,n Akhtak


,r>l
I
x.itV Y
"Tahziah tidak boleh dilakukan setelah tiga hari,,
adalah hadis yang lemah (dha'tfl. Rasulullah pernah menund.a
datang kepada keluarga Jakfar setelah Jakfar terbunuh. selanjutnya
beliau baru mengunjunginya... (Hadis)
Jadi masalah ini tergantung pada kondisi keluarga si mayit. Jika
keluarga mayit termasuk orang-orang yang harus dikunjungi, walau
setelah tiga hari dari kematian, maka kunjungilah. Jika kunjungan
setelah tiga hari itu akan membuat kesedihan lagi, maka lebih baik
takziah jangan dilakukan.
Dalam takziah tidak diharuskan mengucapkan kata-kata khusus.
ucapkanlah kata-kata yang Anda yakini akan menyenangkan hati
orang-orang yang berduka dan meringankan kesedihan mereka.

Fikih Akhtak I OD
MENYENANGI(AN PARA JANDA DAN ANAK
YATIM

Orang yang membutuhkan untuk disenangkan dan dihibur


adalah para janda dan anak yatim. Mereka telah kehilangan orang
yang menjadi pelindung dan perawat mereka. Mereka kehilangan
orang yang memperhatikan kepentingan mereka; orang yang bergem-
bira karena kegembiraan mereka dan bersedih karena kesedihan
mereka. Mereka kehilangan kehangatan dan kasih sayang. Oleh
karenanya, mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang.
Dan nash-nash dari al-Qur'an dan Sunnah banyak yang menganjurkan
kita untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka.
Di antaranya adalah:
Dari Sahal ibn Sa'ad as-saidi r.a., dari Nabi s.a.w., beliau berkata,

$k 4:*Jl -! Jr tsret
-o
-t/ t,
.
(.>
c

"Ahu dan ordng yang mer&wat anak yatim bagaikan ini."


Beliau mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari tengah dan jari
telunjuk. (HR. Bukhari)
Allah berfirman dalam menjelaskan sasaran dalam berinfak,
"Mereka bertanya tentang apa yang mereka dermakan. Katahanlah,
'Kebaihan yang kalian dermakan adalah untuk kedua orangtua,
kerabat, anah-anak yatim, orang-orang miskin dan para gelandangan.'
Allah Maha Mengetahui akan hebaihan yang halian dermahan." (QS.
Al-Baqarah: 215)

480 I ritin Akhrak


Allah menjadikan derma kepada anak yatim sebagai pokok
kebaikan. Allah berf.rman, "Kebaikan itu bukan kalian menghadaphan
wajah kalian he timur dan barat. Ahan tetapi kebaihan itu adalah
orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, Kitab
dan para nabi, dan mendermakan harta yang d,icintai hepada kerabat
dan anak-anak yatim." (QS. Al-Baqarabz 177) Dan banyak lagi ayat
dan hadis yang mejelaskan akan keharusan menyantuni anak yatim.
Bahkan Rasulullah berkata,

yt,E e :ak rs:;6 "at


\fit.k,;tt
"Orang yang menyantuni janda dan orang-orang miskin
b ag aika n p ej ua ng di j alan Alla h. " (IfR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan,

,6tfAt JJ f.t
)t \f
"Bagaihan orang yang berpuasa di siang hari dan shalat d,i
malam hari." (HR. Bukhari)
Orang yang lemah tidak diperkenankan untuk menjadi penang-
gung jawab akan harta. Rasulullah berwasiat kepada AbtDzar,'"Wahai
Abu Dzar, aku melihatmu sebagai orang yang lernah. Aku mencintai
untukmu apd yang ahu cintai untuk aku. Jangan engkau rnenjad,i
pernimpin dua orang dan jangan engkau menjadi penanggung jawab
harta anah yatim." (HR. Muslim)
Banyak nash-nash yang secara tegas melarang bebrbuat zalim
dan menyakiti anak yatim. Allah berfirman, "Adapun anak yatim, maka
jangan engkau membentaknya." (qS. Adh-Dh'hA: g)
*Tidak, bahhan kalian
tidak memuliakan anak yatirn. Kalian
tidak memberi makan orang miskin. Kalian mernakan harta dengan
serakah. Kalian sangat mencintai harta." (QS. Al-Fqin L7-2O)
Karakter khusus orang yang mendustakan agama adalah orang
yang menzalimi anak yatim dan menindas mereka. Allah berfirman,

Fikih Akhtak I ot,


"Tahukah enghau akan orang yang mendustai agama? Diatah orang
yang m.enyia-nyiakan anak yatirn dan tidak memberi makan orang
miskin." (QS. Al-M6'rin: 1-B)
Allah mengancam orang yang memakan harta anak yatim
dengan ancaman keras. "orang-orang yang mernakan harta anak yatirn
secara zalim, sesungguhnya mereka mernasukhan api ke d.alam perut
mereka. Dan mereka ahan masuk neraka Sa,'ir." (eS.An-Nis6.: l0)
Allah berfirman, *serahkanlah
kepada anak yatirn harta-harta
mereka. Jangan kalian menukar yang buruk (dari harta hatian)
dengan yang baik (dari harta anak yatim). Jangan karian memakan
harta-harta mereka seperti harta-harta kalian. yang d.emikian itu
sungguh dosa besar." (QS. An-NisA': 2)
Rasulullah s.a.w. berkata,

iC "ol t.r yt J;,


Stt+t U 6v ?v,lt
',;.tu. -irr
ti1
i? C,- "*tr "W:;hri i! lkr J
t.o.1 Jo z
J>JI ii ;'1r,, dt Jc ;r'r)'tflt 1l,1,
o 6, r zlz ..8 ,
!9Jt J
?-f-
/o c o

:96' :2F,otiloL5t
" H i ndarilah t uj u hp e urkan., p ara sa hab at
rkara y ang me ng hanc
bertanya, "Apa saja, wahai Rasulullah?', Beliau menjawab,
"Syirik kepada Allah, sihir, membunuh, memakan riba, mema-
h,an harta anak yatim, lari dari pertempuran, dan rnenuduh
berzina u.tanita mukminah yang baik.'

482 L,n,n Akhtak


MENGHIBIIR WANITA YANG DICERAI

Wanita yang dicerai hatinya pasti hancur. Oleh karenanya dia


harus dihibur. Allah berfirman, "Wanita-wanita yang dicerai memilihi
hak hiburan dengan baik. Itu merupakan hewajiban orang-orang yang
bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 241)
Allah berfirman, *Wahai orang-orang yang beriman, jika halian
menikahi wanita-wanita muhminah, kemudian kalian rnenceraikan
mereha sebelum kalian menyentuhnya (menyetubuhinya), maka tidak
ada kewajiban iddah mereka untuk kalian. Hiburtah mereka dan
ceraihanlah mereka dengan baik.'(QS. Al-Ahzilbz 4g)
Demikianlah, wanita-wanita yang dicerai itu hendaknya dihibur
hatinya, baik oleh suaminya maupun oleh orang lain. Ketika seseorang
mencerai istrinya, maka ucapkanlah kata-kata yang baik. Seperti,
"Semoga perceraian ini menjadi baik bagimu. Semoga engkau menda-
patkan keturunan yang baik dari laki-laki lain." Dan seterusnya.

Fikih Akhtak I ot,


MENGHIBUR MANUSIA DENGAN PAIIALA
AKHIRAT

Semua musibah akan menjadi ringan jika tempat kembali orang


yang ditimpa musibah adalah surga. Surga yang akan Allah berikan
kepada hamba-hamba yang bertakwa. Di dalamnya mereka
mendapatkan rezki mereka pagi dan sore. Oleh karena itu, setiap kali
Rasulullah menjenguk orang sakit, beliau selalu berkata,

hr ,rr ofi*;:t \
"Tidak apa-apa, (sakit itu akan) membersihkan (dosa-dosamu),
insyaallah."

4u L,n,n Akhtak
TENTANG MINTA IZIN

Minta izin merupakan etika yang harus dipegang oleh seorang


muslim dalam bergaul dengan masyarakat. Allah berfirman, "Wahai
orang-orang yang beriman, jangan kalian rnasuk runtah-rumah yang
bukan rumah-rumah kalian, sampai kalian meminta izin dan
mengucapkan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih
baih bagi halian agar kalian mengambil pelajaran. Jika kalian tidak
menemukan seseorang ada di dalamnya, maka jangan rnasuk, sampai
kalian diizinkan. Jiha dikatakan kepada kalian agar kembali, maka
hembalilah. Yang denrihian itu lebih suci bagi kalian. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan. Tidah ada dosa atas kalian
jika kalian masuk ke dalam rumah yang tidak ada penghuninya yang
d.i d.alamnya ad.a hiburan buat kalian. Allah Maha Mengetahui apa
yang halian tarnpakhan dan apayang kalian sembunyikan." (QS. An-
NOr:27-29)
Dalam meminta izin pun ada etika yang harus diperhatikan:
Salah satu etika dalam minta izin adalah tiga kali dalam melaku-
kannya. Jika Anda meminta izin tiga kali dan Anda tidak diizinkan
masuk, maka pergilah. Dari Anas r.a., dari Rasulullah s.a.w., sesung-
guhnya jika beliau berbicara, beliau selalu mengulanginya tiga kali,
hingga dapat dipahami. Jika beliau datang kepada sekelompok orang,
beliau mengucapkan salam tiga kali kepada mereka. (HR. Bukhari)Ee
Yang dimaksud dengan salam dalam penjelasan di atas adalah
salam untuk minta izin. Sebagian ulama berpendapat, "Jika seseorang
mengucapkan salam kepada orang lain, dan orang itu tidak mendengar,

Fikih Akhtak I ots


maka dianjurkan untuk mengulangi salam yang kedua dan ketiga.
Tidak lebih dari itu."
"Jika dikatakan kepada kalian untuk pergi, maka pergilah.
Yang demikian itu lebih rnensucikan halian." (es. An-Nffr: 2g)
Maksudnya, jika pemilik rumah tidak mengizinkan Anda masuk dan
dia mengatakan kepada Anda, "pergilah!", maka pergilah. Itu lebih
baik bagi Anda, karena dengan demikian Anda telah melaksanakan
perintah Allah. Ketika itu, bisa jadi di dalam rumah itu ada sesuatu
yangpemiliknya tidak ingin Anda melihatnya. Jika Anda memaksakan
diri untuk melihatnya, maka Anda berdosa. Di dalam rumah ada
rahasia dan pemiliknya tidak bisa menerima tamu di setiap waktu. Bisa
jadi dia sedang marah, sedih, sakit dan rain-lain yang membuatnya
tidak nyaman untuk menerima tamu. oleh karenanya, jika Anda
diminta untuk pergr, maka pergilah.
Anda tidak boleh merasa susah dengan ketentuan Allah ini. Anda
harus menerima dan mengikutinya dengan ikhlas. Allah berfirman,
"Jika Allah telah menentukan perhara, maka tid.ak d,iperkenankan bagi
seorang muhmin atau mukminah memilih perkara yang mereka
inginkan." (QS. N-AhzAb: 86)
Keharusan meminta izin ditetapkan agar kita menjaga panda-
ngan. Jika seseorang masuk ke sebuah rumah tanpa izin pemiliknya,
dia pasti akan melihat hal-hal yang tidak diperkenankan untuk dilihat.
oleh karena itu, ada perintah untuk menjaga pandangan. Allah berfir-
man,oKatakanlah kepada orang-orang beriman agar mereka menjaga
pandangan mereka...'(QS. An-Nffr: B0) "Katakanlah kepada utanita-
wanita beriman agar mereka rnenjaga pand.angan mereka... " (eS. An-
Nffr:31)
Di dalam al-Adab al-Mufrad, Bukhari meriwayatkan hadis dari
Abi Hurairah r.a.,

o\1x fir 1*; ti1


"Ketika pandangan sud,ah rnasuk, rnaka izin tidak berarti lagi."

486 I Fikih Akhlak


Maksudnya izin sudah tidak ada artinya lagi jika mata telah
memandang ke dalam rumah.
Rasulullah s.a.w. bersabda,

oi;"n;t2i,t ii6 g\\ h* *t'trtL( i


LG"!lL'6i're
'Jika seseorang n"engintip Anda, kemudian Anda rnelempar
matanya dengan kerikil dan mencukilnya, maka Anda tidak
' berdosa." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Anda bertamu dan memintaizitkepada tuan rumah, dan
tuan rumah bertanya, "Siapa Anda?" maka tidak boleh menjawab
dengan "Aku/saya." Sebutkanlah nama Anda ketika tuan rumah
bertanya. Dari Jabir ibn Abdullah r.a., ia berkata, "Aku datang kepada
Nabi s.a.w. karena urusan utang ayahku. Aku mengetuk pintu, dan
Nabi bertanya, 'Siapa itu?'Aku menjawab, ,Saya.,Kata Nabi, ,Saya,
saya!' seolah beliau tidak suka dengan jawaban itu." (rrR. Bukhari
danMuslim)
Ketidaksukaan Nabi s.a.w. akan kata usaya, dalam hadis di atas
disebabkan oleh beberapa kemungkinan:
Pertama, kata "saya" tidak menjelaskan secara pasti tentang
seseorang, sehingga bisa terjadi kebingungan.
Kedua, Jabir ibn Abdullah tidak mengucapkan salam sebelum
kata "saya". Seharusnya dia mengucapk an,' as - S al6, rnu, alaikunt, s ay a
Fulan".
Ketiga, kata "saya" mengandung keangkuhan. Seolah dia
berkata, "sayalah orang yang tidak perlu menyebut nama dan nasab.
saya sudah terkenal!" Namun tidak selamanya orang mengucapkan
kata "saya" berarti angkuh.
Pendapat ini dinukil oleh Ibnu Hajar dari Ibnul Jauzi. Dan
menurut Ibnul Janzi, kemungkinan yang ketiga tidak mungkin terjadi
pada Jabir. Wallahu a'lam.

Fikih Akhtak I Ow
Jika orang yang meminta izin adalah orang yang suaranya sudah
terkenal, maka mengucapkan kata'saya' tidak dilarang.

Contoh kalimat minta izin:


Abu Daud meriwayatkan bahwa seseorang dari Bani Amir
meminta izin kepada Rasulullah yang sedang berada di dalam rumah.
Orang itu berkata, "Apakah aku boleh masuk?" Maka Rasulullah
berkata kepida palayannya, "Temui orang itu dan ajarkan dia cara
meminta izin. Katakan kepadanya,'IJcapkan,'As-sold,mu'alaikum,
apakah aku boleh masuk?!'Orang itu mendengar ucapan Rasulullah,
kemudian dia mengucapkan, 'As-sald.rnu'alaikum, apakah aku boleh
masuk?' Rasulullah kemudian mengizinkannya untuk masuk."
Ketika meminta izin, hendaknyaAnda tidakmenghadap ke pintu.
Jika Rasulullah s.a.w. berdiri di depan pintu untuk meminta izin, beliau
tidak menghadapkan wajahnya ke pintu. Beliau berdiri dan pintu
berada di sebelah kanan atau sebelah kiri beliau. Jika dizinkan, beliau
masuk;jika tidak, maka beliau pergr. (HR. Bukhari dalam al-Ad.ob
al-Mufrad)

Jangan Menguping!
Rasululllah s.a.w. bersabda,

urv'tfL;rk t7ct. o1
d e: l;p d+-t- JL'&tu "'
. lqti\ erit y.!l e'".)'^L
"... barangsiapa rnenguping pembicarad,n sekelompok orang
yang rnereka tidak suka didengar, rnaka akan d,ituangkan
cairan panas ke telinganya pada hari Kiama, ... " (HR. Bukhari.
Lihat juga Abdu ibn Hamid,, al-Muntokhab)
Jika Anda diundang untuk datang ke rumah seseorang, kemudian
Anda datang bersama beberapa teman Anda, maka Anda harus
meminta izin kepada orang yang mengundang berkenaan dengan
teman-teman Anda. Bisa jadi dia mengundang Anda untuk membica-

488 I rititr Akhtak


I
rakan sesuatu yang rahasia, atau rumahnya sedang tidak dipersiapkan
untuk menerima orang banyak. Oleh karena itu, Anda harus meminta
izin kepada orang yang mengundang Anda, jika Anda datang ke
rumahnya tidak sendirian.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abi Mas,ud al-
Anshari r.a., ia berkata, "Ada seseorang dari Anshar yang bernama
Abu Syuaib, dan dia memiliki seorang budak penjual daging. Abu
syuaib melihat Rasulullah dan dari wajah beliau tampak beliau sedang
lapar. Maka Abu Syuaib berkata kepada budaknya, .Buatkanlah
makanan untuk lima orang untuk kami. Aku ingin mengundang
Rasulullah sebagai orang kelima.'Budak itu membuatkan makanan,
kemudian Rasulullah datang berlima dan ada orang lain yang ikut
bersama mereka. Ketika mereka sampai di pintu, Rasulullah berkata
tentang orangyang ikut itu,'Orang ini ikut bersama kami. Jika engkau
mengizinkan, dia boleh masuk; iika engkau tidak mengizinkan, dia
akan kembali.'Abu Syuaib menjawab,'Aku izinkan dia, wahai Rasulu-
llah'."
Namun jika Anda tahu persis bahwa orang yang mengundang
tidak akan merasa keberatan jika Anda datang ke rumahnya dengan
membawa teman-teman, maka Anda boleh datang bersama mereka
tanpa minta izin.
Jika seseorang sudah di izinkan masuk ke sebuah rumah oleh
tuan rumah, maka dia harus menjaga pandangannya. Dia tidak boleh
melepas pandangannya keberbagai tempat di dalamrumah itu. Apalagi
melakukan "penelitian" terhadap apa yang ada di dalam rumah terse-
but. Akan tetapi, jika rumah itu memang disediakan untuk para tamu
dan tuan rumah tidak merasa keberatan jika para tamu melihat-lihat
apa yang ada di dalamnya, maka melihat-lihat isi rumah itu menjadi
diperbolehkan.
Umar r.a. pernah meminta izin dan masuk ke dalam rumah
Rasulullah. Kemudian r]mar melihat beliau sedang berbaring di atas
pasir yang berbekas di lambung beliau. Kata Umar, ,,Aku berkata,
'wahai Rasulullah, apakah engkau mencerai istri-istrimu?' Rasulullah
mengangkat wajahnya mengarah kepariaku dan menjawab, ,Tidak,.

Fikih Akhtak I Ot,


Aku berkata, 'Allahu Akbar'..." selanjutnya dalam hadis ini umar
berkata, "Aku minta izin kepada Rasulullah untuk duduk, dan beliau
mempersilahkan aku. Aku duduk dan mengangkat kepalaku di dalam
rumah itu. Dan demi Allah, aku tidak melihat apapun, kecuali tiga
kulit. Maka aku berkata kepada beliau,'wahai Rasulullah, berdoalah
kepada Allah agar Allah memberikan rezki yang banyak kepada
umatmu. Bukankah Allah telah memberikan rezki yang banyak kepada
bangsa Persia dan Romawi, sedang mereka tidak menyembah Allah...','
(HR. Bukhari dan Muslim)
Meminta izin juga harus dilakukan kepada ibu, saudara
perempuan dan anak perempuan. Ini karena dikhawatirkan aurat
mereka terlihat oleh kita (kaum laki-laki) jika kita tidak meminta izin
kepadanya ketika hendak masuk ke rumah atau ke kamarnya.
Atha pernah berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,,Apakah
aku harus meminta izin kepada saudara perempuanku (iika hendak
masuk)?'Ibnu Abbas menjawab, Ya.'Aku kembali lagi dan berkata,
'Dua saudara putriku berada di kamarku. Aku orang yang melindungi
mereka dan membiayai hidup mereka. Apakah aku harus minta izin
mereka, jika aku ingin masuk?' Ibnu Abbas menjawab, ,ya. Apakah
engkau ingin melihat mereka dalam keadaan telanjang?!'Kemudian
Ibnu Abbas membaca ayat,'Wahai orang-orang yang beriman, pelayan-
pelayan kalian dan orang-orang yang belum baligh dari karian
hendaknya meminta izin tiga hati (dalam satu hari), yaitu sebelum
shalat subuh, hetika kalian melepaskan pakaian karian pada waktu
zhuhur dan setelah shalat Isya. Itulah tiga aurat bagi karian ' (es.
An-Nffr: 58) Kemudian Ibnu Abbas berkata, ,Mereka (para pelayan
dan orang-orang yang belum baligh) tidak diharuskan meminta izin,
kecuali pada tiga waktu tersebut'." (HR. Bukhari dalam at-Ad.ab al-
Mufra.d.)
Allah berfirman, "Jika anak-anah dari hatian sudah mencapai
usia baligh, maka hendaknya mereka meminta izin sebagaimana
orang-orang sebelum nl.ereka." (QS. An-NOr: E9)
Ibnu Abbas bahkan berkata bahwa meminta izin wajib atas
semua orang.

4n I
I

Fikih Akhtak
Dalam al-Adab al-Mufrad Bukhari meriwayatkan dari Muslim
ibn Nazhir, dia berkata, "seseorang bertanya kepada Khudzaifah,
'Apakah aku harus minta izin terhadap ibuku?'Maka Khudzaifah
berkata, 'Jika engkau tidak meminta izin kepadanya, engkau akan
melihat apa yang tidak ia sukai (untuk dilihat)'."
MEMULIAI(AN TAMU

Memuliakan tamu merupakan akhlak yang baik dan perilaku


yang baik. Ia juga merupakan akhlaknya para nabi. sedangkan sifat
bakhil adalah akhlak yang buruk dan perilaku yang tercela. Barang-
siapa dirinya dijaga dari sifat bakhil, maka termasuk orang yang
beruntung. Ketahuilah bahwa sesungguhnya, "Allah tidak suka pad,a
orang yang bangga diri dan sombong. Yaitu orang-orang yang bakhit
dan memerintahhan orang lain untuh bakhil, dan menyembunyikan
anugerah yang Allahberikan hepada mereka. Dan Kami menyediakan
azab yang pedih bagi orang-orang kafir." (QS. An-Nis6': 86-8Z)
Jadi, memuliakan tamu merupakan akhlak para nabi dan orang-
orang beriman. Apalagi jika dalam memuliakan tamu didorong oleh
niat mendapatkan ridha dan pahala dari Allah dan mengikuti petunjuk
Rasulullah s.a.w.
Ibrahim a.s. men)ruguhkan daging sapi panggang ketika tamu-
tamu datang kepadanya. Allah berfirrnan, "Telah datang utusan-
utusan Kami kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira. Mereha
berkata, 'Selamat' dan lbrahim menjawab,'Selamat.' Tidak lama
hemudian lbrahim menyuguhkan daging sapi panggang. Ketika
Ibrahim melihat tangan mereka tidak menyentuhnya, Ibrahim nT.erasa
h,eanehan mereka dan merasa takut pada mereka. M aka mereka berkata,
'Jangan tahut. Kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada
h,aum Luth'. Dan istrinya (Ibrahim) berdiri, kemudian tertawa. Maka
Kami sampaikan kabar gembira tentang (ketahiran) Ishak dan d,ari
Ishak (akan lahir putranya) Ya'kub." (QS. HOd: Gg-21)

492 | ririn Akhtak


Ibrahim pernah menasehati putranya, Ismail, untuk mencerai
istrinya karena Ibrahim melihatnya sebagai wanita yang bakhil dan
tidak memuliakan tamu.
Yusuf a.s. berkata kepada saudara-saudaranya, "Apakah kalian
tidah rnelihat bahwa ahu telah menunaikan takaran dan aku adalah
tuan rumah yang paling baih?!" (QS. Yusuf: 59) Yakni, Yusuf adalah
orang yang sangat memuliakan tamu, menempatkan mereka di tempat
yang baik dan menyuguhkan hidangan yang enak kepada mereka.
Nabi kita s.a.w. sangat memuliakan tamu, baik ketika beliau
belum menjadi Nabi atau sesudahnya. Rasulullah s.a.w. telah diciptakan
sebagai manusia yang memiliki karakter yang baik. Ketika beliau
menerima wahyu pertama kali dan beliau kembali kepada Khadijah,
Khadijah berkata, "Tidak, demi Allah, Allah tidak akan menyakitimu
selamanya. Engkau telah menjalin persaud araan,engkau menanggung
orang lemah, engkau membantu orang miskin, engkau memuliakan
tamu dan engkau membantu orang-orangyang benar." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Rasulullah s.a.w. menganjurkan kita untuk memuliakan tamu.
Beliau bersabda,

o ,u lt.t
OK tt') osV
|i " f-rt rQ\ lrr u
4i os
i# f\t
t.
I cl
r'-
U," dt5
o .,
L-f J {"b d6 !r, q'i
c I st o o o
"c-:"bl
c to ., o/.1 o,

/
)i t;-.,|.c*lc ,*IJl
,a
f
/
lt: "UUa
a

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari ahhir, maha


jangan menyakiti tetangganya. Barangsiapa beriman hepada
Allah dan hari ahhir, maha muliakanlah tarnunya. Barang-
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, rnaka berhatalah
yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah berkata kepada Abdullah ibn Amru t.d., "...
sesungguhnya tamumu punya hah atas enghau..." (HR. Bukhari dan
Muslim)

Fikih Akhlak I o%
Watak manusia cenderung tidak menyukai orang yang tidak
memuliakannya dan tidak berbuat baik kepadanya. Musa dan Khidir
pernah masuk ke sebuah kampung yang penduduknya tidak mau
memberi makanan kepada mereka. Di kampung itu mereka mene-
mukan sebuah dinding yang hampir roboh. Kemudian Khidir mene-
gakkan dinding itu tanpa upah dari penduduk kampung. Oleh karena
itu Musa berkata kepadanya ,"Jiha engkau mau, engkau bisa menuntut
upah dari kerja itu." (QS. Al-Kahfiz77) Ini adalah balasan bagi orang
yang bakhil yang tidak mau berbuat baik kepada orang lain.
Mengapa Khidir menegakkan dinding di kampung itu, sedang
penduduknya tidak mau memberi makanan kepada mereka berdua?
Khidir membangun dinding itu agar mereka, orang-orang bakhil itu,
tidak mengetahui ada harta yang merupakan milik anak yatim di
bawah dinding itu. Jika mereka mengetahui, pasti mereka akan meng-
habiskan harta itu. Khidir berkata, "Adapun dinding itu, maha ia mitik
dua anak yatirn di kota itu. Dan di bawah dinding itu ada harta
simpanan m.ilik mereka (dua anak yatim), dan ayah rnereka ad,alah
orang saleh. Maka Tuhanmu rnenghendahi mereha sampai dewasa dan
rnereka mengeluarkan harta sirnpanan mereka, sebagai rahntat dari
Tuhanmu. Jadi, aku rnelahukan itu (meneggakkan dinding) bukan
atas dasar hemauanhu sendiri." (QS. Al-Kahfi: 82)

Bahkan Tamu yang Kafir pun Punya Hakl


Ini disimpulkan dari hadis-hadis Nabi di atas yang dalam
menganjurkan berbuat baik kepada tamu iidak membatasi kepada tamu
yang muslim saja. Hadis-hadis di atas menganjurkan berbuat baik dan
memuliakan tamu secara mutlak.
Anda boleh memenuhi undangan orang kafir jika Anda diundang
dalam sebuah jamuan. Nabi s.a.w. diundang oleh seorang wanita
Yahudi dalam sebuah jamuan, dan beliau menerima undangan itu.
(Lihat HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah besarnya hak tamu dalam hadis-hadis berikut:
Dari Uqbah ibn Amir, dia berkata, "Kami berkata kepada Nabi
s.a.w., 'Engkau mengutus kami kepada kaum yang tidak menyuguhkan

I
I

494 ritirr Akhtak


i

kami. Bagaimana pendapat engkau?'Kemudian beliau berkata kepada


kami,'Jika kalian mampir dalam satu kaum, kemudian mereka mela-
kukan apa yang layak bagi tamu, maka terimalah. Jika mereka tidak
melakukan itu, maka ambillah hak tamu dari mereka.,, (HR. Bukhari)
Bukhari meletakkan hadis ini dalam bab al-Mazhd,lirn (Kezaliman-
kezaliman). Dan ini seolah mengisyaratkan bahwa jika tuan rumah
tidak memuliakan tamu, maka ia termasuk orang yang zalim.
Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. berkata,

'.t ?. o /
J-l+ ,-tt i e r?; a*ar'db:tt t?. J7,ib *-l
.' ' .'
^)L;'i
(:-/ Vs ir; ,'-r;;
"Barangsiapa singgah pada suatu kaurn d,an d.ia tid,ak mend,a-
patkan hahnya sebagai seorang tanl.u, maka ia boleh rnengambil
jamuan sesuai hadarnya. Dalarn kondisi seperti ini d,ia tid,ak
berdosa." (HR.Ahmad)
Dalam menerima tamu, manusia terbagi menjadi dua gorongan:
Pertama, golongan manusia yang senang menerima tamu dan nampak
kegembiraan di wajah dan ucapannya dalam melayani mereka. Kebai-
kan ini tumbuh dari rasa cinta yang ada di hati. Mereka ini sangat
menyadari bahwa segala kebaikan yang ada padanya adalah datang
dari Allah. Mereka yakin betul akan hadis Rasulullah,

jr{j )ui
) lz /
Jt y 1?'
:*
# ,;4 L;

*f nal'?-urii;;fufu. *f n;l'uJ.Lt
vktU
"setiap pagi hari, d,ua rnalaikat d.atang hepada poro no*Oo.
Malaikat yang satu berkata, ,ya Allah, berilah pengganti
kepada orang yang berderma'. Dan malaihat yarry lainberkata,
Ya Allah, berilah kehancuran kepada orang yang bakhil'." (E/F..
Bukhsri danAhmad)

Fikih Akhtak I Ort


Mereka juga yakin sekali akan firman Allah, ,,Apapun yang
kalian dermahan, maha Allah pasti menggantinya. Dialah pemberi
rezhi yang paling baik." (QS. Saba': B9)
Menghadapi manusia seperti ini, tentunya para tamu harus mem-
berikan penghormatan atas kebaikan mereka, walau hanya dengan
ucapan, "Semoga Allah membalas kebaikan Anda.',
Kedua, golongan manusia yang merasa susah jika ada tamu yang
datang kepada mereka. Mereka tidak akan menghormati tamu dengan
suguhan yang selayaknya. Wajahnya akan tampak cemberut dalam
menghadapi tamu. Kami berlindung kepada Allah dari sifat bakhil dan
kami berlindung kepada Allah dari orang-orang yang bakhil. Jangan
sampai Anda dikumpulkan bersama mereka, wahai hamba-hamba
Allah!
Apakah Anda pantas disebut sebagai orang bakhil? Apakah Anda
rela disebut sebagai orang bakhil? Bisa jadi Anda tidak peduli dengan
ucapan manusia. Tetapi, apakah Anda, dengan sifat bakhil Anda, terpuji
di hadapan Allah?! Apakah Anda merasa sebagai pengikut Rasulullah,
sedangkan Anda orang yang bakhil? Tidak Mungkin! Sesungguhnya
Allah berfirman, "Barangsiapa dilindungi dari kebahhilan dirinya,
mereka lah orang-orang yang beruntung.'(QS. At-Tagh6bun: 16)
Abu Bakar r.a. pernah berkata bahwa penyakit yang paling
berbahaya adalah sifat bakhil. (Lihat HR. Bukhari dan Ahmad)
Selamat, bagi orangyang memuliakan tamunya dengan berbagai
jamuan dan senyuman. Selamat, bagi mereka yang suka menyenang-
kan hati tamunya, sehingga mereka akan memujinya ketika mereka
keluar dari rumahnya. Mereka akan medoakan orang yang memuliakan
tamu dengan doa berikut ini,

o lo t o z o li e .o,., o t.o-., ,, . o ti
f.F-tll &ry't#tt"drd
'YaAllah, berilah keberkahan kepada mereka dalam rezki yang
Engh,au berihan kepada mereka. Arnpunilah rnereka dan
sayangilah nLereka."

496 I
I

Fikih Akhtak
Namun, perlu diingat bahwa Allah berfirman, *Hendaknya orang
yang kaya mendermakan dari kehayaanya. Dan orang yang rezkinya
telah ditentukan, maka berdermalah dengan apa yang telah Allah
berikan hepadanya. Allah tidah memaksahan seseorang, kecuali sesuai
dengan apa yang telah Ia berikan hepadanya. Altah akan menjad,ikan
kemudahan setelah hesulitan., (eS. Ath-Thal6q: 7) Oleh karena itu,
orang yang miksin tidak perlu memaksakan diri dalam memuliakan
tamu. Lakukanlah apa yang bisa ia lakukan, karena Allah tidak memak-
sakan manusia untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Jadi, muliakanlah tamu dengan apayangmudah. Suguhkanlah
tamu dengan apa yang ada. Memuliakan tanpa berrebihan dan mem-
beri tanpa kemubaziran. Dan iringilah setiap kebaikan dengan keinda-
han akhlak dan keceriaan di wajah Anda. Terakhir, ucapkanlah kata-
kata perpisahan yang baik kepada tamu Anda. Ucapkanlah kata-kata
yang berpengaruh secara positif bagi mereka dan menyenangkan hati
mereka.

Hukum Menyuguh Tamu


Pertama, para ulama sepakat bahwa memuliakan tamu merupa-
kan bagian dari kemuliaan akhlak. Kemudian mereka berbeda penda-
pat dalam hukum menyuguhkan tamu: wajib atau tidak?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyrguhkan tamu sangat
di anj urkan ( mu st a babb a h), tid,ak waj ib. Dalil ketidakwaj iban menJru-
guhkan tamu adalah ucapan Rasulullah s.a.w., "Barangsiapa beriman
hepada Allah dan hari akhir, rnaka muliakanlah tamunya d,engan
jA'izah (jamuannya)." Ditanvakan, "Apa yang dimaksud dengan
jd.' izah-Nya, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab,,, (Jamuan) satu hari
satu malam."
Mereka (para ulama yang berpendapat bahwa menyuguhkan
tamu tidak wajib) berkata bahwa yang dimaksud dengan jd,izah adalah
jamuan. Dan ini tidak wajib. sebagaim anajd,'izah(pemberian) itu tidak
wajib, maka menerima tamu (dhiy0.fah)juga tidak wajib.
Mereka juga berdalil bahwa dalam sebuah hadis memuliakan
tamu digandengkan dengan memuliakan tetangga. Hukum memulikan

Fikih Akhtak I On',


tetangga tidak wajib, maka begitu juga dengan hukum memuliakan
tamu. Ini menurut mayoritas ulama. Mereka beralasan dengan hadis
Nabi s.a.w.,

4f c, ^r),, ri ii,e3 f, i;u airfust


/ o. otl
Jr.r d9

i,tvi
4z
4cJ.,a

"Bertan'u.t batasnya adalah selama tiga hari dan suguhdnnya


selama satu hari satu malam. Adapun yang lebih dari itu, maka
sedehah." Hukum dasar dari pemberian dan suguhan adalah
sunah. (Al-Qurthubi)
Adapun ulama-ulama yang berpendapat bahwa hukum
memuliakan tamu adalah wajib, mereka berdalil dengan hadis-hadis
yang telah kami sebutkan di atas, seperti hadis,

t>i# l-rtirlrjuu 'u"i Jg ,i'


"Barangsiapa beriman hepada Allah dan hari ahhir, maha
hendaknya ia rnemuliakan tamunyo." (Iladis Sahih)
Dan ucapan Nabi s.a.w.,

Aza
tJ;':))b !i:J.;:l:
"Sesungguhnya tamumu memiliki hak atas engkaz." (Hadis
Sahih)
Dan hadis dari Uqbah ibn Amir, dia berkata, "Kami berkata
kepada Nabi s.a.w.,'Engkau mengutus kami kepada kaum yang tidak
menyuguhkan kami. Bagaimana pendapat engkau?' Kemudian beliau
berkata kepada kami,'Jika kalian singgah dalam satu kaum, kemudian
mereka melakukan apa yang layak bagi tamu, maka terimalah. Jika
mereka tidak melakukan itu, maka ambillah hak tamu dari mereka."
(IIR. Bukhari) Dan hadis-hadis lainnya.

498 I
I

Fikih Akhtak
Kepada orang yang bertamu, hendaknya Anda tidak mempersulit
saudara Anda yang Anda kunjungi. Anda punya hak pada saudara
Anda. Hari ini Anda menjadi tamu, dan bisa jadi besok Anda menjadi
penerima tamu. Jangan Anda meresahkan hati saudaramu, bahkan
senangkanlah hatinya. Makanlah apa yang dekat denganmu.
Jangan Anda mengeluarkan kata-kata yang membuatnya menja_
di sedih. Hiburlah tuan rumah dengan kata-katamu yang santun. Jadi-
kanlah kehadiranmu sebagai kebaikan bagi tuan rumah. Lebih baik
lagi jika Anda datang dengan membawa hadiah untuk tuan rumah.
Rasulullah pernah bersabda,

$.r;rslV
"Saling memberi hadiahlah kalian, rnaka kalian akan saling
mencintai." (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.)
Jika tuan rumah menyediakan makanan, maka makanlah. Jika
Anda tidak memakannya, bisa jadi akan membuat perasaan tuan
rumah menjadi tidak nyaman. Makan di daram rumah saudaramu
adalah tanda adanya cinta di antara kalian.
Jangan Anda menjadi seorang thufailt. Apakah Anda tahu apa
yang dimaksud dengan thufailt? Thufaiti adarah bukan tamu. Dia
dalah orang yang datang tanpa diundang yang masuk ke dalam suatu
kaum tanpa izin. Dia adalah orang yang sengaja mencari waktu makan
untuk bertamu ke rumah orang, hingga tuan rumah menjadi tidak
nyaman dengan kehadirannya. Allah berfirman, "wahai orang-orang
yang beriman, jangan kalian masuk ke rumah-rumah Nabi, kecuali
jiha kalian diizinkan untuk makan tanpa menunggu-nunggu wahtu
masaknya. Tapi jika halian diundang, maha masuklah. Dan selesai
mahan, keluarlah dan jangan kalian asyik ngobrol.,, (eS. Al-Ahz6b:
5i|)
Bolehkah bertanya kepada tuan rumah berkenaan dengan
makanan yang dihidangkan? Hadis-hadis yang bercerita tentang hal
ini kebanyakan lemah. contohnya adalah hadis yang diriwayatkan

Fikih Akhtak I O,
oleh Ahmad melalui jalur Muslim ibn Khalid az-Zanji, dari Suma, dari
Abi Shaleh, dari Abu Hurairah, di berkata, "Rasulullah s.a.w. berkata,

'ik\ 6A" +-J' ^+i ,*'€Li'11,', tiy


t:.Ju;:tt
,o
/a

!,tF n 6t; ;t;, o,u ;b


to. t1(o, ,1,
ilt;_ $'J a.t7b U
)cz tl(o , ,i, r,,, o" o ,". *
{9 4Jt*.l_ V1 $/ y qH
aa a

'Jiha salah seorang dari halian masuk ke dalam rumah sauda-


ranya, kemudian disuguh ntahanan, maka makanlah dan
jangan bertanya tentang mahanan itu; jika disuguh minuman,
maka minumlah dan jangan bertanya tentang ntinu.ntdnnya'."
Muslim ibn Khalid adalah perawi yang lemah.
Banyak kisah (atsar) yang berbicara tentang masalah ini. Ada
yang sahih ada juga yang tidak sahih. Baihaki, dalam asy-Sya'bu,
meriwayatkan beberapa atsar tentang masalah ini. Di antaranya
adalah atsar yang diriwayatkan dengan sahih dari Ali ibn al-Azadi,
"Aku berkata kepada Ibnu Umar,'Kami pergi berjalan dan melewati
dua orang pengembala, seorang bocah dan seorang wanita. Kemudian
mereka memberi kami daging (makanan) yang kami tidak tahu
jenisnya. (Bagaimana pendapatmu tentang makanan itu)?'Ibnu lJmar
menjawab, "Jika engkau dihidangkan makanan oleh orang muslim,
maka makanlah'." Dan banyak lagi atsar lainnya berkenaan dengan
hal ini.
Karena dalam hal ini tidak ada kabar yang sahih dari Rasulullah
s.a.w., maka kita perlu melihat masalah ini secara rasional: Jika
seseorang berada di sebuah wilayah yang penduduknya baik, wara',
religius dan makanan mereka umumnya halal, maka tidak boleh
bertanya tentang makanan atau minuman mereka: halal atau haram?
Dalam kondisi seperti ini, pertanyaan tentang makanan bisa jadi akan
meresahkan tuan rumah, bahkan dia akan merasa tertuduh.
Namun, jika kondisi satu wilayah berbeda dengan kondisi di atas;
penduduknya tidak perhatian dengan makanannya, apakah halal atau

5m I
I

Fikih Akhtak
haram, maka Anda boleh bertanya tentang makanan yang dihi-
dangkan kepada Anda. Tentunya, Anda bertanya dengan santun dan
cerdas. Wallahu'alam.
Bolehkah seorang tamu mengusulkan makanan yang ia sukai
kepada tuan rumah? Ada seseorang yang diundang oleh orang lain
untuk makan. Orang yang diundang tidak suka makan ikan, umpa-
manya, dan tuan rumah tidak tahu akan hal itu. Kemudian tuan
rumah menyediakan hidangan ikan. Orang yang diundang tahu akan
itu. Apakah ia boleh mengabarkan kepada tuan rumah tentang
makanan yang ia suka, agar tidak dihidangkan makanan yang tidak
mungkin ia makan?
Sebagaimana kita ketahui, seorang tuan rumah, jika menghi-
dangkan makanan kepada tamunya dan tamunya tidak menyantap
hidangan itu, maka ia pasti akan kecewa. Oleh karena itu, jika tidak
akan menyebabkan kekecewaan tuan rumah, seorang tamu boleh
memberitahukan tentang makanan yang ia sukai. Ini sama sekali tidak
dilarang selama seorang tamu tidak memberatkan tuan rumah dengan
permintaannya. Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada seorang
Anshar yang akan menyembelih hewan ternak untuk Rasulullah dan
sahabat lainnya, "Jangan menyembelih hewan perahan." (HR.
Muslim)
Rasulullah berpesan seperti itu agar susu hewan perahan tetap
bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini Rasulullah tidak memberatkan orang
yang akan menyediakan hidangan untuk mereka. Jadi, jika seseorang
menginginkan makanan tertentu dari tuan rumah, maka katakanlah
sesuatu yang tidak merepotkan tuan rumah. Wallahu a'lam.

Fikih Akhrak I tO,


MENJAGA DARAH, HARTA DAN
KEHORMATAN ORANG MUSLIM

Darah, harta dan kehormatan orang muslim tidak boleh dilang-


gar, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.,

'i:,iiirrlciG Ft Je f;^ItJ?
"Orang muslim tidak boleh melanggar orang muslirn: darahnya,
hartanya dan kehormatannya..." (HR. Muslim)
Tetang kehormatan, kami telah membicarakannya dalam bab
ghtbah. Jangan kalian memenuhi rongga dan perut kalian dengan
daging mayit. Yaitu daging orang-orang beriman. Allah berfirman,
"Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah
seseorang dari kalian senang memakan daging rnayit saudaranya?
Tentu kalian tidah suka.'(eS. N-Hujur6tz I'Z)
Jangan Anda merusak kehormatan orang lain dengan menyebut-
kan sesuatu yang tidak baik tentang dirinya di hadapan orang lain.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-ordng yang senang menyebar-
kan isu negatif di tengah-tengah orang-orang berirnan, bagi mereka
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui
dan kalian tidah mengetahui." (QS. An-Nffr: 1g)
Tentang harta, jangan mencarinya dengan cara yang tidak benar
secara syariat. Allah berfirman, "Jangan kalian mengambil harta
dengan carcl yang batil; kalian mengajukan hasus harta kepad.a para
hakim agar kalian'rnendapatkan sebagian harta orang lain dengan

542 I
I

Fikih Akhtak
cara berdosa, dan kalian dengan sadar melakukan i/2.,, (eS. Al-
Baqarah: 188)
Allah berfirman, "Pencuri lahi-lahi dan pencuri perempuan, maka
potonglah tangan mereha sebagai balasannya. Itutah siksa dari Ailah.
Allah Mahaperkasa dan Mahabijahsana." (QS. Al-M6'idah: B8)
Mangambil harta dari seseorang harus dengan kerelaan hati
orang tersebut.
Selain itu, memakan harta dengan cara yang tidak benar akan
menjadi penghalang bagi diterimanya doa Anda. Bagaimana mungkin
Anda mengangkat tangan Anda yang kotor, meminta kepada Tuhan-
mu yang Mahasuci?! Allah berfirman, "Allah hanya menerima d,ari
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Md'idah: 27)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. berkata,

'itt o{t,5 4,p 6 & ilr oy urit ,A*)


o

U trts
,prt 1i.,5 G. Jt,, e,qnt +/ti,}f
n JGi t;,:r: e, jyt3,v
* 'ir",L :fu,
Tt ; €*t, t; :6 ,4 tlt tr;r ult te*)
6_,tAt JLi*"X*i',*i j;t Jb-.,y';r
'.
i,tt tt .1,,, stzt tDo- zz i,z- tt.? .. l .. I
ltf 4l ltf at.t"-t1 7lt> &J qs t, ?l
'e::s
it -il" Ju fta\ Gija/2

"Wahai rnanusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan hanya


menerima yang baik. Allah memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman akan apa yang Dia perintahhan hepada para
ut u s an (mur s ali n). D ia b erfirrnan,'W ahai para rasul, makanlah
dari yang baik-baik dan berbuatlah kebajikan. Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui akan apa yang kalian kerjakan.,(eS.
Al-Mu'minffn: 51) Dia juga berfirman,,Wahai orang-orang

Fikih Akhtak LO,

l
yang beriman, makanlah dari rezki yang baik-baik yang telah
Kami berikan kepada kalian.' (QS. Al-Baqarah: l7Z) Kemudian
beliau bercerita tentang seorang laki-laki yang melakukan
perjalanan jauh. Tubuhnya lusuh berdebu dan dia mengangkat
hedua tangannya ke arahlangit, berdoa,Wahai Tuhaku, wahai
Tuhanku!' Sedangkan makanannya haram, rninumannya
haram dan pakaiannya haram. Jiha demikian, bagaimana
mungkin doanya akan dihabulkan?!" (HR. Muslim)
Dari Abi Said al-Khudri r.a., Rasululllah s.a.w. bersabda,

i;:fr t# )gt ,y ,:*/t'*)t r;l


-o
tiar
$fur i W'uts ltb, or:"ri$ )6L
"Setelah orang-oro,ng beriman selamat dari nereha, mereka akan
ditahan di sebuah tempat antara surga dan nereka. Di tempat
itu mereka menyelesaihan kasus-hasus kezaliman yang terjadi
di antara mereka di dunia." (HR. Bukhari)
Hati-hati, jangan sampai Anda menipu orang lain. Rasulullah
s.a.w. bersabda,

,'*)'6;
"Barangsiapa menipu karni, maka bukan termasuk golongan
hami." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan,

dr/-,
z o1, O . , o .

€,-*u,-f U
*Barangsiapa
menipu, rnaka bukan golonganku." (HR. Muslim)
Tentang darah, maka jangan sekali-kali Anda menyentuhnya,
kecuali dengan alasan yang benar. Allah mengancam keras orang yang
berani melukai orang lain, apalagi sampai membunuh.

t.
5u I ritit Akhtak
LARANGAN MENTEROR ORANG.ORANG
BERIMAN

Rasulullah s.a.w. melarang orang menteror orang-orang yang


beriman. (HR. Abu Daud)
Rasulullah s.a.w. juga melarang orang mengambil barang orang
lain, baik serius atau main-main. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Abdu
Abi Daud dalam al-Muntokhab)
Jangan Anda menakuti orang lain dengan pedang. Jangan Anda
mengejutkan orang lain. Jangan menampar pipi orang lain jika Anda
berkelahi dengannya. Rasulullah s.a.w. bersabda,

olr':*k- 6i iai:€Li gst;y


"Jika seseorang berkelahi dengan saudaranya, maka jangan
rnemukul wajahnya!" (Hadis Sahih)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

)6t e l$t, Jt.6ri Wror.-uJr ..s*.Jr tiL


{!t'lu JHt Jt; t3 ir j;, t:- U-
r"ri
"lruir
t ta

+V ,lLt 6-; ok
,

"f"
"Jiha dua orang muslim bertempur dengan pedangnya, maka
yang nt,embunuh dan yang terbunuh sanxcl-sanla masuh

Fikih Akhtak I tot


neraha." Ditanyakan kepada beliau,'Yang membunuh masuk
neraha, itu wajar. Tapi yang terbunuh juga masuh neraka,
bagaimana itu?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya ia juga
sangat ingin membunuh saudaranyo." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

fr
I
. c'
s/tl-l
I
L) -a.)
o. z
frk q,J-, l-f*} l)

"Jangan kembali kafir sepeninggalku nanti dan hemudian


berbahu bunuh!" (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain)

Siksa dan Balasan bagi Pembunuh


Allah berfirman, "Barangsiapa rnembunuh seorang mukmin
dengan sengaja, maha balasannya adalah jahandn'u Ia kehal di dalam-
nya. Dia mendapatkan murha dan laknat Allah. Dan Allah menyedia-
kan siksa yang besar baginya." (QS. An-Nis6': 93)
Rasulullah s.a.w. bersabda,

,? fgiu;i*r:ir ?a
"Mencaci orang muslim adalah hefasikan dan membunuhnya
adalah hehufuran." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a.: Rasulullah s.a.w. juga menegaskan dengan
senada,

tltYl(' 4r)..r
/a a
o

a
,o
lg+-^9
a
t
q. q$t'Jti J
(,(;

"Seorang rnukmin akan tetap berada di wilayah agatnanya


selama dia tidak membunuh." (HR. Bukhari)
Dari Baridah r.a.: Rasulullah s.a.w. bersabda,

506 | ,'n,n Akhtak


t;'^st Str; qyt +&f a4t,F
"Membunuh orang mukmin itu tebih berat d,i sisi Attah
daripada hilangnya dunia.,, (HR. Nasai, dengan sanad
Sahih)
Dari Ibnu Mas'ud r.a.: Rasulullah s.a.w. bersabda,

,6!;)t q.f6t';,#_(, J')f

"Perkara yang pertama diselesaikan d.i antara manusia ad.alah


urusan darah." (HR. Bukhari dan Muslim)
oleh karena itu, hidarilah segala permusuhan. Jauhkan diri Anda
dari hal-hal yang akan menyeret Anda kepada pertengkaran dan
pembunuhan. Hindarilah segala bentuk peperangan. perhatikanlah
kata-kata indah yang terdapat dalam syair berikut ini, yang dikutip
oleh Bukhari dari Ibnu Uyaynah, dari Khalaf ibn Khusyab:

"Perang pada awalnya adarah seorang gadis cantik yang berrenggok


dengan perhiasannya di hadapan orang-orang pandir. -
Ketika ia sudah menyalakan apinya, dia akan menjadi lemah tanpa
suami. Dia menjadi lusuh, kusam, bau dan tidak menarik untuk dicium.,,

selanjutnya renungkanrah, apakah dalam perang melawan


saudara-sauadara Anda terdapat kebaikan? Apakah dalam perang
melawan saudara-sauadara Anda terdapat manfaat? Apakah perang
seperti itu akan meniggikan derajat di akhirat? Renungkan perta-
nyaan-pertanyaan ini dengan baik! Bertakwalah kepada Allah dalam
diri Anda. Bertakwalah kepada Allah dalam darah, kehormatan dan
harta orang lain!

Fikih Akhtak I *

Anda mungkin juga menyukai