ir
rum rt
fl
W nw* fI \
FI
Musthafa al-'Adawy
DAFTAR ISI
Fikih Akhtak I *
. PEMBUKAAN YANG SESUAI DENGAN ISI PEMBICARMN -- 181
. MENYENANGKAN ORANG LAIN DENGAN MEMBERI
PETUNJUK YANG LEBIH BAIK -- 182
. ETIKA MEMBERI NASEHAT -- 183
. SEJUMLAH CARA UNTUK MEYAKINKAN ORANG LAIN -- 185
Contoh Kongkret dalam Pergaulan -- 187
Menyenangkan Hati Lawan Bicara -- 188
. MEMILIH KATA-KATA (YANG DIUCAPKAN) -- 190
. MEMANGGIL DENGAN PANGGILAN YANG
MENYENANGKAN -- 193
. MEMPERTIMBANGKAN KADAR NALAR ORANG LAIN -- 194
Rahasiakanlah Sebagian Pembicaraan Anda -- 195
. MENJAGA KEHORMATAN WAKTU, TEMPAT DAN MANUSIA -- 196
. RENDAHKAN SUARAANDA KETIKA BERBICARA DENGAN
ORANG YANG TERHORMAT.- 198
. JANGAN MENGULANGI KATA-KATA YANG MENGGUGAH
KESEDIHAN -- 199
. ETIKA BERBICARA TENTANG ALLAH -- 2OO
. MENARIK PERHATIAN PENDENGAR -- 2OI
Menarik Perhatian dengan Melontarkan Pertanyaan -- 201
. ]ANGAN MEMBUAT ORANG LAIN ]AHAT KARENA UCAPAN
ANDA -- 205
. JANGAN MENGERASKAN UCAPAN BURUK -- 206
. ]ANGAN BIASAKAN LISAN.ANDA DENGAN CACIAN DAN
LAKNAT -- 208
. ]ANGAN MENDAHULUI OMNG TUA DALAM BERBICAM -- 210
. BERPALINGLAH DARI ORANG-OMNG BODOH -- zTL
. KONSISTEN DALAM BERSIKAP -- 2T2
. PEMILIK HAK PUNYA HAK BICARA -- 214
. BERSABARTERHADAP KATA.KATA PEDAS ORANG YANG
MULIA -- 2T6
. MENGULANGI PEMBICARAAN -- 217
. INSYAALLAH -- 2L9
x I
I
Fikih Akhlak
. JANGAN MEMPERSULIT DIRII -- 227
. JANGAN SERING BERSUMPAH -- 223
. JANGAN MEMINTA DENGAN CARA MENDESAK -- 225
. JANGAN MELARANG SESUATU, TAPI ANDA JUSTRU
MELAKUKANNYA! -- 226
. JANGAN MENGUMBAR KATA-KATA KETIKA ANDA SEDANG
MARAH -- 229
. MENGHIBUR KETIKA DIBUTUHKAN -. 231
. JADIKANLAH KEJUJURAN SEBAGAI KEBIASAAN! -- 232
. TENTANG SINDIRAN -- 235
. MEMAHAMI KATA-KATA ORANG LAIN -- 238
. MEMBACA KITABULLAH UNTUK MENCARI PENJELASAN
TENTANG ETIKA BERINTERAKSI -- 240
. ARGUMENTASI YANG MEMUKAU -- 245
. ETIKA BERBICARA DENGAN WANITA -- 247
. UCAPAN YANG BAIK ADALAH HIDAYAH DARI ALLAH -- 257
. xerAmru AL-MAJrls (pENGHApus DosA DALAM
PERTEMUAN) -- 252
. JADIKAN HADIS-HADIS BERIKUT SEBAGAI PEDOMAN ANDA
BERGAUL DENGAN ORANG LAIN -- 253
. MEMPERHATIKAN KONDISI DAN KAMKTER MASYAMKAT -- 256
Cara Berinteraksidengan Ulama -- 257
. ORANG ALIM -- 258
. CARA BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG LEMAH DAN
ORANG-ORANG MISKIN -- 263
. PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG TAKWIL AYAT KHUDZ
AL-AFWA WA U'MUR BI AL-'URFI WA A'RIDH 'AN AL-
ilntfiN (es. AL-A'RAF: L99) -- 27o
. BERSIKAP RAMAH -- 274
. MENGHINDARI GOSIP -- 276
. MENEMPATKAN ORANG LAIN SESUAI POSISINYA -- 280
Menghormati Anak Kecil -- 282
. HAK ORANG TUA -- 283
I
I
Fikih Akhlak xi
Tahu Diri -- 284
. MEMPERHATIKAN KONDISI DALAM MEMILIH TOPIK
PEMBICARAAN -- 286
. JANGAN MEMANDANG KESALAHAN ORANG LAIN -- 287
Nabi Musa a.s. -- 290
Tutupi Kesalahan Orang lain! -- 291
Tutuplah Aib Anda! -- 292
. MENGA]AK MANUSIA UNTUK BERBUAT BAIK -- 293
Contoh-contoh dalam al-Qur'an -- 293
. ORANG MUKMIN TIDAK AKAN TER]ERUMUS DUA KALI
DALAM SATU LUBANG -- 297
. JANGAN MERENDAHKAN ORANG LAIN! -- 298
Ancaman Keras bagiOrang yang Melukai Perasaan Orang
Lain -- 302
Jangan Mengutuk! -- 303
Jangan Berprasangka Buruk terhadap Kaum Mukminin '- 306
. GHIBAH (MENGGUNIING) -- 308
Jangan Menggunjing Orang-orang Mukmin -- 308
Jangan Sia-siakan Kebaikan Anda -- 308
. MENGADU DOMBA (NAMIMAH) -- 311
Kapan Dibolehkan Ghibah? -- 314
Dalil-dalil-- 314
Dalam Kaitan dengan Kepentingan llmum Kaum Muslimin -- 316
Jangan Menggunjing Orang yang Sudah Mati -- 317
. KEBERANIAN ITU TERPU]I, TETAPI ... -- 319
Nabi Selalu Berlindung kepada Allah dariSifat Pengecut -- 325
Ja'far r,a. dan KeberaniannYa -- j26
Si Pedang Allah, Khalid ibn Walid -- 327
Abu Dujanah -- 327
Tsabit ibn Qais ibn SYammas -- 327
Miqdad ibn Aswad r.a. (Putra Amir r.a.) -- 328
Berbeda Halnya dengan Abu Bakar r.a. -- 331
Amru ibn Abasah r.a. '- 331
Berbeda Halnya dengan Abu Dzar r.a. -- 332
Kenyataan HiduP Kita -- 334
xii I
I
Fikih Akhlak
. NASEHAT KEPADA SESAMA KAUM MUSLIMIN -.337
. PERTAUTAN ANTARA BUDI PEKERTI, MAWAS DIRI DAN
IMAN --339
Iman dan Budi Pekerti -- 342
Kontrolyang Lain -- 345
Surat kepada Penanggung Jawab -- 347
Sifat-sifat Penanggung Jawab -- 352
Jauhilah Sifat-sifat yang Buruk -- 358
Dosa Pemimpin yang Culas -- 359
. INTERAKSI PEMIMPIN TERHADAP RAKYAT -- 360
. JADILAH ORANG YANG TERPERCAYA DAN BERMANFMT -- 363
. BERMUSYAWARAHLAH! -- 366
Menerima Masukan dariOrang Muda -- 368
. MEMILIH PEKERJA (PEGAWAI) -- 370
Bolehkah Mempekerjakan Orang Kafir? -- 379
Jangan Sombong dan Angkuh terhadap Bawahan! -- 379
Iringi Perbuatan Baik ltu dengan Tutur Kata Baik -- 380
Jangan Menganiaya Orang Lain! -- 381
Balasan Kezaliman -- 384
Berikan Upah Pekerja Sebelum Keringatnya Kering -- 385
Contoh Mulia dalam Menjaga Hak Orang Lain -- 385
Memperhatikan Pegawaidan Kondisi Rakyat -- 386
Ibnu Taimiyah Mengatakan: -- 388
. JANGAN MENYULITKAN RAKYAT -- 393
Pemimpin Harus Menguji Kesabaran Bawahannya -- 394
Pemimpin Harus Memilih Bawahan yang Terbaik -- 394
Pemimpin Harus Membuat Kriteria bagi Pengikutnya -- 395
Jangan Mencari-cari Kesalahan Orang Lain! -- 395
. PARA PENANGGUNG JAWAB DAN BANTUAN -- 397
Awas Suap (Risywah)! -- 397
Memilih Wakil -- 400
Pemimpin Harus Mementingkan Akhirat dan Terhindarnya
Bawahan dari Neraka -- 400
Ramah kepada Pembantu -- 401
Jangan Memukul Wajah Pembantu atau Pegawai! -- 402
Fikih Akhlak I
ingin menjadi orang yang terhormat di dunia dan di akhirat. Dia
berkeinginan untuk menjalani hidup dengan baik di dunia, sehingga
dapat menuai pahala di akhirat sebaik perbuatan yang dia kerjakan'
Seorang mukmin mendambakan karunia lidah yang jujur,
sebagai-mana yang disabdakan oleh Nabi Ibrahim a.s, "Jadikanlah
untukku lisan yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian
hari." (QS. Asy-Syu'ar6': 48)
Seorang mukmin mengharapkan selalu disanjung di dunia oleh
manusia dan menuai pahala besar dan sanjungan yang baik di akhirat.
Seorang mukmin mendambakan kebaikannya dikenang di bumi dan
disebut-sebut di akhirat. Semua ini bukan hal yang tercela bagi seorang
mukmin dalam kehidupan beragamanya, bahkan ini merupakan
kebajikan yang ada dalam agama ini.
Orang-orang yarrg beriman mengatakan, "Wahai Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di d.unia dan kebaikan di ahhirat dan
lindungilah kami dari siksa neraka." (QS. Al.Baqarah: 201) Isa a.s.
adalah, "Orang terkemuka di dunia dan akhirat d,an termasuk orang
yang didekatkan (kepada Allah). (QS. Ali Imran: 46). Ibrahim a.s.
berkata, "Jadikanlah untukku lisan yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kernudian." (QS. Asy-Syu'ar6': 48)
Allah mencintai sebagian hamba-Nya itu. Begitu pula Jibril dan
para penghuni langit mencintai mereka, sehingga Allah melimpahkan
cinta bagi mereka dan akan mereka akan memperoleh sambutan yang
hangat di bumi.
Semua itu dapat diperoleh dengan karunia Allah dan budi pekerti
luhur yang dilimpahkan oleh Allah kepada seorang hamba. Dengan
demikian, dia akan mendapatkan posisi tertinggi pada hari Kiamat dan
meqjadi pemimpin bagi anak-anak Adam. Dialah Rasulullah s.a.w.,
sosok manusia yang memiliki budi pekerti paling luhur.
Allah telah menegaskan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. memiliki
budi pekerti agung Img, "NOn. Demi pena dan apa yang mereka tulis.
Berkat nikmat Tuhanrnu, enghau (Muhammad) sekali-kali bukan gila.
Sesungguhnya bagi enghau pahala yang besar yang tidak putus putus.
L,*n Akhrak
ji'r
o
Engh,au benar-bena) berbudi pekerti yang luhur." (QS. N'Qalam: 1-
4)
Allah juga sangat memuji Nabi Muhammad s.a.w. dalam firman-
Nya, "Sebob rahmat dari Allah lah enghau berlaku lemah-lembut
terhadap mereha. Jika engkau kasar dan keras hati, niscaya rnereka
akan nteninggalkanmu." (QS. Ali Imran: 159)
Dijelaskan juga oleh Allah tentang keluhuran kasih sayang Nabi
*sesungguhnya telah datang hepada kalian
s.a.w. terhadap umatnya,
seorang Rasul dari kaum halian sendiri. Berat serasa olehnya
penderitaan kalian. Dia sangat menginginkan (keimanan dan
heselamatan) bagi kalian dan dia amat belas kasihan lagi pengayang
terhadap orang-orang mukmin." (QS. At'Taubah: 128)
Allah menggambarkan sosok Nabi s.a.w. dan pengikutnya dalam
frrman-Nya, "Muhanl,mad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersarnanya adalah orong-orang yang keras terhadap or@ng-ora'ng
h,afir dan sayang terhadap sesarna mereha.'(QS. Al'Fath: 29)
Allah menganjurkan agar Nabi bersikap rendah hati terhadap
orang-orang mukmin, "Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang tnengiku-timu, yaitu orang-orang yang berimaz." (QS. Asy'
Syu'ar6':48)
Dalam diri Rasullullah sudah tprkumpul sifat-sif4t b-1k, seperti
rasa malu, murah iati, keberanian, kejujuran, kesungguhan,
keramahan, kelembutan, kebersihan, dan lain-lain. "
Fikih Akhlak I
Allah tidak akan menyisipkan kesia-siaan di dalamnya. "Sesungguhnya
al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia yang tidak tersentuh oleh
kebatilan, baik dari depan rnaupun d.ari belahang. (Dia) yang
diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji." (QS.
Fushshilah 4l-42)
Kitab suci ini telah merangkum dengan baik seluruh dimensi
akhlak mulia dan merangkainya dalam rangkaian yang sempurna, di
mana Rasu-lulllah s.a.w. telah menjalankannya dan menerapkannya
dengan sebaik-baiknya.
Wajib bagi kita untuk mememahami dan menghayati isi Kitab
Suci ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, "Ini adalah Kitab
yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah, agar orang-
orang yang berahal memperhatikan dan menghayati ayat-ayatnya."
(QS. ShAd:29)
L,n,n Akhrak
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abu Dzar berkata
kepada saudaranya ketika mendengar misi kenabian Muhammad
s.a.w., "Naiklah ke lembah ini dan dengarkanlah apa yang dia katakan."
Kemudian saudaranya itu kembali dan berkata, "Aku melihatnya
menyuruh untuk berbudi pekerti yang luhur."
Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah juga berkata,
t'.6t fu,
u r'' * *r! :,4 q'Ft Lr.
"sesungguhnya derajat orang yang berbudi pekerti luhur
mencapai derajat ahli puasa dan shalat."
Abu Daud meriwayatkan dari Aisyah r.a. yang berkata, "Aku
men-dengar Muhammad s.a.w. bersabda,'Sesungguhnya orang
mukmin, dengan budi pekerti luhurnya, akan mencapai derajat orang
yang puasa dan shalat."
Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
"Perbuatan baik adalah budi peherti yang baik."
Rasulullah s.a.w. bersabda pula,
Fikih Akhlak I
a
,
i$f o
l--La. q
-l
r*:/'J
oz
UY'&tA oL
,tjff.it Ju..r
"sesungguhnya orang yong poiing aku cintai di antara halian
d.an y;ng paling d,ekat tempat d.ud,uknya ilenganku pad.a hari
Kiarnat adalah orang yang paling .luhur budi pekertinya.
Sedangkan orang yang paling tidak aku sukai dan paling jauh
tempat duduknya denganku pada hari Kiam.at adalah orang
yang banyak bicara, lebar mulutnya dan yang sombong. " Mereka
berkata, "'\Mahai Rasulullah, kami mengerti maksud orang yang
banyak bicara (ats-tsartsd,rtr.n) dan bermulut besar (al-
mutasy addiqtt n). Namun, apa arti al mutafay hiqtt n? Beliau
-
mej awdb, " O rang - orang y ang so mb o ng." Hadis ini diriwayatkan
olehTirmidzi.' '
Tirmidzi mengatakan bahwa tiartsd,r artinya adalah banyak
bicara darr mutasyaddiq artinya "adalah yang bermulut besar di
"
hadapan orang lain. ' n .
**"d meriwayatkan dari Aisyah r.a. , "Rasulullah bersabda,
., or,
o, ol? / /..o1 oot' ll, ,. ol o, to
f q b dbet $t ,ylt U U 4h.*
GPet
uL
?. t o t .It t o t , o,. a", t'
ttrlr:;;r dl'.Jt ;;;i f )t ila, ;/-$\ $!nr
l;fir €. )tn"/, ,l3tr lt:,:X
'Barangsiapa rnemberikan kelembutan, berarti dia telah
diberikan kebaikan di dunia dan akhirat.
-'*.1
Menjalin persauda-
r
L,*n Akhrak
raan, budi pekerti luhur dan bertetangga dengan baik, akan
mensejahterahan rnasya-rakat dan rnemperpanjang u,rnur'.'
Dalam Bukhari dan Muslim, Nabi menjelaskan bahwa kebajikan
itu-setelah ketakwaan kepada Allah-terdapat dalam budi pekerti
yang luhur, "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang
yang paling baih budi pekertinya.
Nabi s.a.w. ditanya, "Wahai Basulullah, apakah yang paling baik
dari apa yang diberikan kepada manusia?" Beliau menjawab, "Budi
pekertiyang luhur." Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Budi pekerti memiliki pengaruh yang besar dalam dakwah di
jalan Allah dan sangat berpengaruh positif pada diri orang yang
menjadi obyek dakwah. Apabila seseorang memiliki modal keluhuran
budi pekerti, maka dakwahnya akan lebih bermanfaat dan lebih mudah
diterima oleh masyarakat. Karena itulah Rasulullah s.a.w. menanam-
kan modal akhlak pada awal dakwahnya, yaitu berupa kejujuran dalam
berbicara. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, beliau berkata kepada
kaum musyrikin, "Bagairnana pendapat kalian jika aku mengatakan
bahwa ada pasukan berkuda yang akan muncul dari belakang gunung
ini, apakah kalinn percaya padaku?" Mereka menjawab, "IGmi tidak
pernah menemukan engkau berbohong."
Allah pun telah berfirman, "Andai engh,au bersikap kasar dan
kerasa hati, niscaya mereka akan rnenjauhkan diri darimz." (QS. Ali
Imran:169)
Muslim menceritakan bahwa Anas ibn Malik r.a. berkata, "Ketika
kami sedang bersama Muhammad s.a.w., seorang badui datang lalu
kencing di masjid. Para sahabat mengusirnya. Rasulullah s.a.w.
kemudian berkata, 'Jangan halian hentikan dia, biarkanlah!'Mereka
membiarkannya hingga menyelesaikan kencingnya. Rasulullah
memanggil orang badui itu dan berkata kepadanya,'Sesungguhnya
rnasjid-masjid tidak dibenarkan untuk dikencingi atau dikotori,
karena rnasjid-rnasjid itu untuk menyebut narrla Allah, shalat dan
membaca al-Qur'an.' Kemudian Rasullah memerintahkan seseorang
untuk mengambil seember air lalu menyiramnya."
Fikih Akhlak I
Perhatikan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Muawiyah
ibn al-Hakam as-Silmi r.a., ia berkata, "Ketika aku shalat bersama
Rasulullah s.a.w., tiba-tiba seseorang dari kaum bersin. Lalu aku
berkata, Yarbamukallah.' Kaum tersebut memandang ke arahku.
Akupun berkata,'Celakalah aku! Mengapa kalian melihatku?' Mereka
lalu memukulkan tangan mereka ke paha. Ketika aku melihat mereka,
mereka menyuruhku diam, dan aku pun diam. Sungguh, aku tidak
pernah melihat orang yang lebih baik dari Nabi dalam mengajarkan
sesuatu; tidak membentak, tidakmemukul dan tidakjuga menghardik.
Beliau berkata, 'Sesungguhnya di dalam shalat tidak dibenarkan
adanya kata-kata, kecuali tasbih, takbir dan bacaan al-Qur'an'."
Heraclius bertanya kepada Abu Suftan tentang Rasulullah s.a.w.,
"Apa yang dia perintahkan kepada kalian?" Abu Sufyan menjawab,
"Beliau meme-rintahkan, 'Sembahlah Allah semata dan jangan
menyekutukan-Nya. Tinggal-kan ajaran nenek moyang kalian.' Beliau
juga memerintahkan kami untuk melaksanakan shalat, jujur, menjaga
harga diri dan menjalin persaudaraan."
Sebelumnya Heraclius bertanya kepada Abu Suftan, "Apakah
kalian menuduhnya berbohong sebelum dia mengatakan apa yang
telah ia katakan?" Abu Sufran menjawab, "Tidak pernah!" "Apakah
dia berkhianat?" Dia menjawab, "Tidak pernah!"
Lalu Heraclius berkata kepada Abu Sufran, "Seandainya apa
yang engkau katakan adalah benar, tidak lama dia akan menguasai
tempat kakiku ini. Aku tahu bahwa dia akan datang, namun aku tidak
mengira dia berasal dari kalian. Seandainya aku mengetahui bahwa
aku akan selamat sampai kepadanya, maka aku memilih untuk
menemuinya. Jika aku berada di sampingnya, niscaya aku akan
membasuh kakinya." Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari.
Lihatlah pengaruh dari budi pekerti yang luhur, yaitu tauhid,
shalat, kejujuran, menjaga harga diri dan menjalin persaudaraan!
Karena keutamaan dan pahala besar yang ada dalam budi pekerti
luhur, maka ibadah, pergaulan dan tradisi selalu dihiasi dengan akhlak
yang baik. Setiap ibadah yang hanya untuk mendekatkan diri kepada
L,*,n Akhrak
Allah, pasti dihiasi dengan budi pekerti yang luhur. Begitu juga dalam
interaksi dengan orang lain, juga dianjurkan untuk berbudi pekerti
yang luhur. Dan tradisi yang disahkan oleh Islam, pasti dimahkotai
dengan budi pekerti luhur pula.
Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda tentang
shalat,
a /O
#t cte /
4:.\*JtJ ;tiLst iy l;:"-v aluur
I
p.'c-r) litI
I
)v
jtj
"Jika kalian mendengar iqamat, rnaka pergilah untuk shalat
dengan tenang."
Dalam hadis lain dari Bukhari, "Jiha kalian pergi shalat, maka
lahu-kanlah dengan penuh ketenangan."
Pengaruh positif dari shalat ditegaskan oleh Allah dalam firman-
Nya, "Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan
mungkar." (QS. Al-Ankab0t: 45)
Sedangkan dalam puasa, Allah berfirman, "Wahai orang'orang
yang bbriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, seperti telah
d,itetapkan atas orang-orang sebelurn kalian, agar kalian bertakusa."
(QS. Al-Baqarah: 183)
Dari Bukhari dan Muslim, Nabi s.a.w. bersabda,
lz z. z
4^rt.} 'J'otil ttcI
)-fl o{t'Jix- tr)
ot
q19 ,r tnLibt
t
f.G;\ib
c16
Fikih Akhlak I
Dari Bukhari dan Muslim, Nabi s.a.w. juga bersabda,
'tf
q.i;v ^!,'Ai i, F$ :rlt i'r, L4 t
!t,zz z t.-,1
;
*t-is urr! f{
"Barangsiapa enggan untuk tidak berkata bohong dan rnasih
rnelakukannya, maka Allah tidak akan ped,uli ahan usahanya
meninggalkan makan dan rninurn (puasanya)."
Dalam pelaksanaan haji, Allah berfirman, "Barangsiapa
menetapkan niat haji dalam bulan itu, maka tidak boleh berkata yang
tidak senonoh, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam nlasa
rnengerjakan haji." (QS. N-Baqarah: lg8)
Sedangkan dalam zakat, Allah berfirman, "Arnbilah zakat dari
sebagian harta mereha, yang dengan zakat itu engkau metnbersihkan
dan mensucikan rnereka." (QS. At-Taubah: l0B)
Allah berfirman, "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesu,atu yang
menyakitkon. " (QS. Al-Baqarah: 263)
Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
h,alian rnenghilanghan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerirna." (QS. Al-Baqarah:
2tt4)
Dalam hubungan rumah tangga, Allah berfirman, "Tdhanlah
dengan baik atau ceraikanlah dengan baik." (QS. N-Baqarah: 229)
Allah berfirman, "Pergaulilah istri-istri kalian dengan baik.,, (eS.
An-Nise':19)
Dalam hal jual beli, Rasulullah s.a.w. bersabda,
q"*fu d aa
,; I Fikih Akhlak
Dan beliau bersabda lagi,
t!,qoy
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam
menunai-han.t'
Dan begitu seterusnya dalam segala aspek kehidupan.
Dalam riwayat Muslim, Nabi s.a.w. bersabda,
t*L'i* l:lp / /
t'\J?
,t
,F
//glAO
Fikih Akhlak Lt
Terkadang seseorang beranggapan bahwa dirinya adalah
pemberani. Padahal sejatinya dia adalah orangyang nekat dan ngawur.
Ada juga orang merasa dirinya jujur dalam ucapan dan selalu berbicara
benar. Padahal dia sering menebar isu dan mengadu domba.
Ada juga orang yang terlalu lembut dan terlalu merend.ah,
sehingga menjadi orang yang kalah, lemah dan tak berdaya.
Bersikap keras dalam kondisi yang dibutuhkan sikap kelembutan,
termasuk sikap sembrono dan kasar. Bersikap lembut dalam kondisi
yang membutuhkan ketegasan, termasuk dari kelemahan.
Kadangkala kedermawanan seseorang sampai pada sikap boros.
Dia termasuk orang yang boros, namun dia merasa sebagai orang yang
demawan dan terpuji.
Ada juga orangyangmenganggap telah memberi manfaat kepada
orang lain dengan pujian berlebihan. Padahal sejatinya dia telah
memenggal leher orang lain dan menyembelihnya tanpa pisau.
Sebagian orang ada yang cukup dengan isyarat untuk
mencegahnya dari apa yang dia lakukan. Ada juga sebagian orang
yang membutuhkan penjelasan melalui pena dan lisan untuk
mencegahnya dari apa yang dia lakukan. Ada juga sebagian orang
yang tidak bisa dicegah, kecuali dengan pukulan dan pecutan.
Allah berfirman, "Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-
rasul Kami dengan rnernbawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keaditan) supaya manusia
dapat rnelaksa-nakan keadilan. Dan kami cipatakan besi yang yang
padanya terdapat kekuatan dan berbagai rnanfaat bagi manu.slo.,, (eS.
Al-Iladid:25)
Manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan cara yang
berbeda dalam berinteraksi dengan mereka. Agar seseorang dapat
beradaptasi dalam interaksinya dengan orang lain, maka ia harus
memahami penyakit dan obatnya. Sebisa mungkin dia harus
memahami al-Qur'an, Sunnah, sejarah hidup Rasulullah s.a.w. dan
para sahabatnya dan cara bergaul dengan Rasulullah dan dengan
orang banyak. Dia juga harus memahami kondisi orang lain dan
t2 L,n,n Akhrak
mampu meletakkan dalil dari al-Qur'an dan Sunnah secara tepat. Dia
harus mampu menyikapi setiap peristiwa dengan sikap yangbaik. Inilah
yang disebut dengan hikmah. Dan bagian dari hikmah adalah
meletakkan dalil yang benar pada tempat yang benar.
Berapa banyak orang yang cukup mengerti tentang al-Qur'an
dan Sunnah, tapi tidak mampu meletakkan dalil tertentu sesuai pada
tempatnya. Ini mirip dengan seorang apoteker yang memiliki banyak
obat, tapi dia memberikan obat yang salah kepada orang yang sakit.
Tentu orang yang sakit itu tidak akan sembuh, bahkan akan
bertambah parah penyakitnya.
Jika obat digunakan sesuai dengan petunjuk dokter yang
menguasai bidangnya, maka obat tersebut akan mampu menyembuh-
kan penyakit, dengan izin AIIah. Demikianlah orang yang mengerti
tentang al-Qur'an dan Sunnah, dia harus meletakkan dalil pada
tempatnya yang tepat. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w.
dalam riwayat Bukhari, "Berapa banyak rnuballig (orang yang
nxenyanxpaihan) yang menyampaikan (sesuatu) kepada orang yang lebih
paham (akan sesuatu itu) daripada dirinya." Dalam riwayat Bukhari
dam Muslim terdapat,
t.
,c - -t tl ,. o ) c z
,lcl
a-eJa- l_,,; q ,JJl ,J LJ
/'nt e
"Jika Allah menginginkan hebaihan pada diri seseorang, maha
dia akan diberikan hepahaman dalam aga,nla."
Mahabenar Allah yang berfirman, "Allah memberikan hikmah
kepada ordng yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah,
sungguh telah diberi hebajikan yang banyah. Dan tah ada yang tnarnpu
mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal." (QS. N-
Baqarah: 269) Orang yang tidak mengerti al-Qur'an dan Sunnah,
bagaimana ia akan mengobati manusia, sedangkan dia tidak memiliki
obat?
Kadangkala ada orang yang berpendapat dengan hasil
pikirannya dan salah. Maka dia akan menyesatkan. Ini sering terjadi'
Fikih Akhlak I 13
Ayat-ayat al-Qur'an dan Sunnah adalah mata yang digunakan oleh
seorang hamba untuk melihat segala sesuatu. Dia bagaikan cahaya
yang menerangi mata manusia dari kegelapan. Kemampuan
meletakkan dalil pada tempatnya adalah kemampuan yang diberikan
oleh Allah kepada orang yang Ia kehendaki. Kadangkala ada orang
yang mampu memahami al-Qur'an dan Sunnah dengan baik, tetapi
dia tidak mampu meletakkannya secara tepat. Ada juga orang yang
memahami kondisi masyarakat, tetapi dia tidak mengerti sedikit pun
tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah s.a.w. Oleh sebab itu, dia
tidak akan mampu mengetahui cara bersikap. Ketika demikian adanya,
dia akan menuruti apa yang menjadi keinginan akalnya dan akan
mungkin jatuh dalam kesalahan, karena jauh dari bimbingan al-
Qur'an dan Sunnah.
Oleh karena itu, sudah menjadi satu keharusan untuk mengerti
al-Qur'an dan Sunnah dan memahami kondisi manusia, sambil
mengharap petunjukdari Allah agar mampu memposisikan dalil sesuai
pada tempatnya. Oran g yangmemperhatikan para sahabat Rasulullah
s.a.w. akan menemukan bahwa di antara mereka ada yang dikaruniai
pengetahuan yang banyak tentang hadis-hadis Rasulullah, seperti Abu
Hurairah r.a. Ada juga yang diberi pengetahuan yang luas tentang
al-Qur'an, seperti Ubay ibn Ka'ab r.a. Ada juga yang diberi penge-
tahuan tentang halal dan haram, seperti Mu'adz. Dalam riwayat
Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, "Ketika aku tidur, aku
bermirnpi meminum susu, hingga aku melihat pemandangan yang
indah keluar dari kuku-kuhuku, kemudian ahu serahkan helebihannya
kepada Urnar.' Mereka bertanya, "Menurut engkau, apa takwil mimpi
itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ilnu.L."
Lalu ilmu apakah yang diberikan kepada Umar r.a.? Itulah
kemampuan dalam bidang politik, hingga di masanya, Islam meluas
dalam kondisi yang relatif stabil dan terkendali. Keadilan dan keamanan
benar-benar dirasakan oleh masyarakat. IJmar mampu menjadi pemisah
antara kaum muslim dengan fitnah (kekacauan), seperti yang
diisyaratkan oleh Hudzaifah r.a. dalam hadisnya dari Rasulullah s.a.w.
Kemudian kekacauan terjadi setelah terbunuhnya Umar r.a., dan
14 L,n,n Akhrak
kekacauan inimenyebabkan terbunuhnya Ustman r.a. Begitulah
kekacauan terus. berlanjut.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ilmu yang diberikan kepada
Umar r.a. adalah ilmu politik dan kepemimpinan. Dalam menghadapi
berbagai masalah, Uniar selalu mampu bersikap secara tepat. Dialah
seorang khalifah yang baik dan cerdas. Semua itu ia dapatkan karena
karunia yang diberikan oleh Allah melalui pergaulan yang lama
dengan Rasulullah s.a.w.
Kita kembali lagi. Untuk bisa bergaul secara tepat dengan
masyarakat, kita harus memahami al-Qur'an dan Sunnah, dan
memahami kondisi manusia, kemudian berusaha keras untuk
memposisikan ayat-ayat secara benar dalam kehidupan. Kepada Allah
kita meminta petunjuk, pertama dan terakhir.
Keutamaan berbudi luhur dan kebutuhan mendesak akan
adanya aturan (fikih) tentang akhlak, mendorong saya untuk
mengumpulkan beberapa ayat al-Qur'an dan hadis Rasulullah dalam
pembahasan ini, kemudian menjelaskan hukum fikih yang berkenaan
dengan ayat-ayat tersebut. Tujuannya adalah untuk meletakkan
berbagai dalil yang ada dengan tepat dalam kehidupan.
Alhamdulilah, keinginan saya semakin bertambah untuk memper-
sembahkan kepada pembaca sebagian besar Sunnah Rasulullah dan
sejarahnya, berdasarkan sanad yang sahih, dalam bentuk yang bagus
dan rangkaian kata yang indah, sebagai bukti mengikuti hadis
Rasulullah s.a.w.,
Fikih Akhlak I 15
tafsiran itu akan saya cantumkan. Ini saya lakukan agar hati para
pembaca penuh dengan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis-hadis
Rasulullah s.a.w. Begitu juga dengan pendapat-pendapat para ulama
yang mulia. Aku telah mengutip sebagian besar pendapat-pendapat
para sahabat dan ulama-ulama terkemuka. Hanya kepada Allah kami
memohon pertolongan.
Pada hakikatnya saya tidak ingin berpanjang lebar dalam
pembahasan yang saya kemukakan ini. Tetapi saya hanya ingin
memberikan peringatan agar para pembaca memiliki satu kemampuan
berpikir tentang fikih akhlak, mengetahui cara berg'aul dengan
masyarakat, cara menggali hukum-hukum dari nash-nash yang ada
dan cara meletakkan dalil agar tepat dengan kenyataan yang ada. Ini
merupakan usaha untuk membuka pemikiran dan menambah
wawasan. Hanya kepada Allah kami berserah diri.
Dengan petunjuk Allah, aku berharap agar buku ini mudah
dicerna oleh kaum Muslimin dan banyak memberi manfaat. Semoga
buku ini jauh dari keruwetan dan terhindar dari hal-hal yang
menjenuhkan.
Sebenarnya, saya telah menyusun sebuah buku yang hampir
sama modelnya dengan buku ini. Namun buku itu lebih khusus berbi-
cara tentang Fiqh at-Ta'd,mul baina az-Zaujaini (Fikih fAturan]
Pergaulan Suami-istrj). Oleh karena itu, dalam buku ini saya tidak
banyak membicarakan aturan pergaulan antara suami dan istri.
Adapun buku yang ada di tangan pembaca sekarang ini, saya
memberinya judul Fiqh al-Akhld,q wa al-Mu'dmald,t ma'a al-Mu'mintn.
Buku ini telah dicetak berulang kali dengan bentuk berjilid-jilid. Sedang
untuk sekarang ini, buku ini saya kumpulkan menjadi dua jilid. Semoga,
selanjutnya akan ada jilid ketiganya.
Saya memohon kepada Allah semoga buku ini menjadi penentram
hati kaum mukminin, penyelemat mereka dari kegelapan, pelepas
kesusahan mereka dan pengangkat derajat mereka.
Semoga Allah senantiasa memperbaiki akhlak kita semua,
sebagaimana dikatakan,
L6 I ,,n,n Akhrak
"Kelangsungan hidup suatu bangsa tergantung pada akhlaknya;
jika tidak ada akhlaknya, hancurlah mereka."
Fikih Akhlak L7
PRINSIP DASAR KEBERHASILAN DALAM
BERGAUL DENGAI{ I(AUM MUKMIN
Sedekah
Firman Allah, "Mereka memberikan makanan yang disukainya
h,epada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.'sesung-
guhnya kami memberikan mahanan kepada kalian hanya mengharap
keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian d,an
tidak pula ucapan terimakasifr'." (QS. Al-InsAn: 8-g)
Allah berfirman, "Orang yang menderrnakan hartanya (di jalan
Allah) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorang pun
memberikan suatu nikmat hepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi
(dia memberihan itu sernata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan-
ny a Yang M a hatingg i dan kelak dia b e nar -b e nar me ndap at kep uasaan.'
(QS. Al-Lail: 18-21)
L,n,n Akhrak
Allah berfirman, "Kalian tidak bersedekah, kecuali demi
menggapai ridha Allah." (QS. Al'Baqarahz 272)
Allah berfirman, "sesuatu riba (tambahan) yang halian berihan
agar d.ia berhembang pada harta manusia, maka riba itu tidak berkem'
bang di sisi Attah. Dan apa yang kalid.n berikan berupa zakat yang
halian mahsud.han untuk mencapai keridhaan Allah, maha (yang
berbuat demikian) itulah orang-oro.ng yang melipatgandahan (paha-
lanya)." (QS. Ar-Rffm: 39)
Perdamaian di MasYarakat
Jangan mendamaikan masyarakat karena ingin mendapat
julukan sebagai juru damai. Lakukanlah untuk menggapai keridhaan
Allah. Allah berfrman, "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-
bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang rnenyuruh
(manusia) memberi sedekah atau berbuat baik atau mengadakan
perdamaian antara manusia. Barangsiapa berbuat demihian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan mernberi kepadanya
pahala yang besar.'(QS. An'Nis6': 114)
Hendaknya Anda berbicara kebaikan untuk menggapai ridha
Allah. HendaknyaAnda menyuruh bersedekah dan berbuatbaik untuk
menggapai ridha Allah. Hendaknya Anda mengadakan perdamaian
di antara masyarakat untuk rnenggapai ridha Allah. semua itu agar
Anda memperoleh anugerah pahala yang besar.
Fikih Akhlak I 19
i
I
zo L,"n Akhrak
o , 2-:
J$U',+ti'JvAii;t{:i
d" tt) )t Y
u.k',su uW;iful '&"ri*;;
. t.
'i*
Yi:
'sesungguhnya orang yang pertama kali disidang pada hari
Kiamat adalah ordng yang mati syahid. Dia akan dihadapkan
pada nihmat-nihmatnya dan dia mengenalnya. Allah) berhata,
'Apa yang engkau lahukan dengan itu sentua?' 'Ahu telah
berperang demi Engkau, hingga ahu mati syahid. (Allah)
berkata,'Enghau bohong! Engkau berperang agar disebut
sebogai seorang pemberani.' Kernudian orang itu diseret ke
dalam api neraha. Kemudian orang yang belaiar ilrnu,
mengajarka.nnya dan membaca al-Qur'an. Dia dihadapkan
kepada nikmat-nikmatnya dan dia mengenalnya. (Allah)
berkata,'Apa yang engkau lakukan dengan sernua ini?"Aku
telah belajar ilmu, rnengajar-kannya dan membaca al'Qur'an
demi Engkau,' jawabnyq. (Allah) berkata, 'Enghau bohong!
Enghau belajar agar dikatakan sebagai orang yang pintar dan
enghau membaca al-Qur'an agar dikatakan sebagai seorang
qdri' (pembaca al-Qur'an). Kemudian orang itu diseret ke dalarn
api neraka. Kemudian orang yang diluashan rezhinya oleh
Allah. Dia dihadaphan kepada nihrnat-nikmatnya dan dia
mengenalnya. (Allah) berkata,'Apa yang enghau lahukan
dengan ini semua?"Aku selalu mendermahannya demi Engkau
di jalan yang Engkau suka.' 6ltah) berkata,'Enghau bohong!
Enghau berderma agar dikatakan sebagai seorang dermawan.'
Kemudian orang itu diseret ke dalam api neraka."
Jadikanlah shalatmu, ibadahmu, kehidupanmu dan kematianmu
hanya untuk Allah. "Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak
ada sekutu bagi-Nya dan demihian itulah aku diperintahkan dan aku
Fikih Akhlak I 2r
adalah yang pertanxa nxenyerahkan diri (kepada Allah)." (eS. Al-
An'6m:162-163)
Hadis-hadis yang berhubungan dengan perkara di atas:
Rasulullah s.a.w. bersabda tentang orang yang dimasukkan ke
dalam perlindungan Allah pada hari ketika tak ada lagi selain
perlindungan-Nya, "Yaitu dua orang yang rnencintai karena Allah,
berkumpul karena Allah dan berpisah harena Allah." Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim.
Abu Daud dan Ahmad meriwayatkan,
)$e
"Ada tiga hal yang jika ketiganya ada dalarn diri seseorang
maka ia pasti merasakan manisnya iman: (1) Atlah dan
Rasulnya lebih dicintai d,ari segalanya. (2) Mencintai atau tid.ak
mencintai, karena Allah. (il Tidak mau hembali kepada
hekufuran, seperti halnya tidak mau untuk dilemparkan ke
neraka."
Sabdanya yang lain, dalam riwayat Abu Daud dan Ahmad,
"Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, mcmberi
karena Allah dan melarang karena Allah, maka telah sempurnalah
imannya."
Dalam hadis yang lain, "Sesungguhnya setiap derma yang engkau
keluarkan karenaAllah, enghau akan mendapathan pahala karenanya,
bahkan dermo yang enghau berihan kepada istrirnu." (HR. Bukhari
danMuslim)
Nabi s.a.w. juga bersabda,
22 L,n,n Akhrak
'i* { ut< ti#J-'}:r,rli ;',;:3t a:f $y
Fikih Akhlak I U
mencintaimu karena Allah.'Aku mendekatinya lagi dan dia berkata.
'Apa yang engkau katakan?'Aku berkata, 'Aku mencintaimu karena
Allah.' Dia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah bercerita tentang
Tuhannya yang berkata, 'Orang-orang yang saling mencintai karena
Allah akan berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan
Arsy pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah.'Kemudian
aku keluar sampai bertemu dengan Ubadah ibn Shamit dan aku
menceritakan kepadanya tentang apa yang dikatakan oleh Mu'adz ibn
Jabal. Ubadah ibn Shamit kemudian berkata,'Aku mendengar Rasul-
ullah s.a.w. bersabda tentang Tuhannya yang berkata, 'Cinta-Ku pasti
untuk orang-orang yang saling mencinta karena Aku. Cinta-Ku pasti
untuk orang-orang yang saling memberi karena Aku. Orang-orang
yangsalingmencintai karenaAllah akan berada di atas mimbar-mimbar
dari cahaya di bawah naungan Arsy pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan Allah." (HR. Ahmad)
Dalam riwayat Tirmidzi ada hadis, "Allah berhata,
a . 1o . .. )o.o.
l.->l uf e o--Jl
a | ,,n'n Akhrak
Allah Selalu Melihat Perbuatan Anda
Nabi s.a.w. bersabda,
t (,:
4J lJ
I
I zz
ol; '3, 'r |.2 z
Ly olj 'Afk ollt 't]3',tf ,ttL-pt
l]l J-.,
Fikih Akhlak I 25
!r
l
il
il
ii
i
,,.) a //
-b*-'l d) ,"6r hr ;t;t /6tF.?'r Ari U
it h' 'tk, :r6t e,, ,irt
"Barangsiapa berusaha rnenggapai ridha Allah dengan
hemurkaan rnanusia, maka Allah akan menjadi pelindungnya
dari manusia; barangsiapa rnembuat Attah murka dengan
n'Lenyenangkan manusia, maka Allah akan menyerahkannya
h,epada rnanu.sia." (Abdullah ibn Hamid, ol.Muntakhob)
Jika engkau meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah karena
Allah. Nabi s.a.w. bersabda,
.a ol
l-> 'lir t$,i 6 ,y: ? yt irtt .'o,
t.:-l
/ / / . 1-
Lrry d-Iil
.a
tc
:
"Sesungguhnya jiha enghau meninggalkan sesuatu karena
hepada Allah, maka Allah akan menggantinya d,engan yang
lebih baih." (HR. Ahmad)
26 L,n'n Akhrak
Agar Anda Tidak MenYesall
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Anda harus menjaga
dengan ketat agar pemberian yang Anda lakukan hanya karena Allah
(ikhlas), larangan yang Anda lakukan hanya karena Allah, cintamu
hanya karena AIIah, bencimu hanya karena Allah dan seterusnya.
semua itu harus dijaga dengan ketat agar Anda tidak akan menyesal
atas kebaikan yang telah Anda perbuat.
Manusia memiliki karakter dan watak yang berbeda-beda. Bisa
jadi Anda akan menemukan manusia yang membalas perbuatan baik
Anda kepadanya dengan balasan yang sebaliknya, yaitu keburukan.
Agar Anda tidak gundah dengan perbuatan buruk orang lain, maka
ikhlaskanlah seluruh perbuatan Anda hanya untuk Allah'
saya mengingatkan Anda, wahai saudaraku, akan cerita tentang
seseorang yang berderma kepada seorang pencuri, pezina, dan orang
kaya. Tetapi dia tidak mengetahui hal itu. Meski demikian, seluruh
sedekahnya tetap diterima oleh Allah yang mengetahui akan niatnya
dan semangatnya untuk menggapai ridha Tuhannya.Inilah kisahnya:
Dari Abu Hurairah r.a.,?,asulullah s.a.w. bersabda, "Seseorang
berkata,'sungguh aku akan bers.edehah.' Lalu dia memberikan sede-
h.ahnya kepada seorang pencuri. Orang-orang kernudian membicara-
kannya,'(Derma itu) disedekahkan kepada seorang pencuri!' Dia
berkata, Ya Allah, segala puji bagi-Mu.' (Dia berkata lagi) 'Sungguh
aku akan b e r sedekah.' Lal u dia tnemb aw a sedehahny a dan me mb er ikan
kepad,a s eorang p elacur. o rang orang kemudian mernb icarahanny a,
-
Fikih Akhlak I n
lalu mendermakan apa yang diberikan oteh Allah kepad,anya,." (HR.
Bukhari)
Seperti yang telah dijelaskan di atas, manusia mempunyai
karakter yang berbeda-beda. walau mereka adalah orang-orang Islam,
tetapi banyak di antara mereka yang tidak berkepribadian Islami dan
tidak berakhlak Islami. Ada orang baik dan ada orang yang jahat. Ada
orang yang mengusung kedamaian dan ada yang membuat kerusakan.
Ada orang yang mencari orang miskin dan lemah untuk dibantu, ada
juga orang yang mencari mereka untuk ditindas dan dikuasai. Ada
orang yang merawat anak yatim, ada juga orang yang memakan harta
anak yatim. Dan seterusnya... Sebagaimana dikatakan,
28 L,n,n Akhrak
al-Qur'an dan hadis-hadis Rasulullah banyak yang berbicara soal itu,
yaitu prinsip persaudaraan antar orang-orang beriman.
Allah berfirman, "Maka Allah menjinakhan antara hati kalian,
lalu, karena nikrnat Allah, halian menjadi sau.dara." (QS. Ali Imran:
103)
"sukahah salah seorang di antara kalian memakan daging
saudaranya ya.ng sudah mati? Tentu kalian tidak suka." (QS. Al'
l[ujurAh 12)
"Barangsiapa mendapat maaf dari saudaranya, hendaknya (yang
memaafhan) mengiringi (maafnya) dengan cara yang baih dan
hendaklah (yang diberimaafl membayar (denda) kepadayang memberi
maaf dengan cara yang baih." (QS. Al-Baqarah: 178)
"Jika merekabertobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka (rnereka itu) adalah saudara-saudara kalian dalam agama." (QS.
At-Taubah: 11)
"Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshar) berdoa,'Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-
saudara karni yang lebih dahulu dari kanti dengan inl.a.n'." (QS. Al-
Hasyr:10)
Nabi s.a.w. bersabdq,
(tf\ o
4ljt iG t;;j
"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara." (IJR,. Bukhari
danMuslim)
Fikih Akhlak I 29
Nabi s.a.w. bersabda, "Orang rnuslirn adalah saudara bagi
muslim lainnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda,
u*'d'+l!"ie,'c*
ilz .
i,*,r!)cl ti;
"(Ghibah) adalah ketika engkau menggunjingkan saudaramu
tentang hal yang tidak ia sukai." (HR. Muslim)
Nabi s.a.w. bersabda tentang pembantu,
A;Ertot
"Mereka adalah saud,ara saudara kalian d,i bawah rr;r;
jawab kalian." (HR. Bukhari)
30 L,n,n Akhrak
Nabi s.a.w. bersabda tentang jual beli,
t9
o
a->l
-I-.
oa
.r.-r
,!' Jll' U Y
"seseorang jangan n'Leniual (kepada ordng lain) barang yang
sedang ditawarkan kepada saudaranyo." (HR. Bukhari)
Nabi s.a.w. bersabda tentang meminang,
^*1
a+- *t+x.u
"seorang laki-laki jangan meminang wanita yang telah
dipinang oleh saudaranya." (HR. Bukhari)
Bahkan dalam berkelahi Rasulullah s.a.w. bersabda,
Fikih Akhlak I 3l
'*l )" ora,:"st ;l'ro trir* 'l
"Jangan menjadi penolong setan untuk mencelahahan saudara
halian." (HR. Muslim)
Dan banyak lagi hadis-hadis Rasulullah dan ayat-ayat al-Qur'an
yang berbicara tentang prinsip persaudaraan ini. Semoga Allah
memberikan taufrk dan pertolongan kepada kita.
32 L'n,n Akhrak
banyak. Tidak ada yang mengambil pelajaran kecuali orang-orarug
yang berakol." (QS. Al'Baqarah: 269)
Benar, apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w., "Barangsiapa
d.iinginhan oteh Atlah ahan kebaikannya, maka Allah akan memberi-
h,annya kepahaman dalam a.garna." (HR. Bukhari)
Allah berfirman, "Allah akan mengangkat orang-orang beriman
d,i antara kalian dan orang-ordng yang diberi ilmu beberapa deraiat."
(QS. Al-Mujadilah: 11) Nabi s.a.w. bersabda, "Dihatakan hepada para
pembaca al-Qur'an pada hari Kiamat,'Bacalah dengan tartil dan naik'
lah, seperti enghau nrernbacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya
d.eraj at mu b erada p ada ahhir ay at y ang e ng ho.u. b ac a. " (HR. Abu Daud)
A riyl.SC '3:k q? (
,olc ,'. ,to., o /
+:r-J.o
G tJ.eL.V
H*f
Fikih Akhlak L,
"Wahai hamba-harnba-Ku, kalian semua tersesat, hecuali orang
yang Aku beri petunjuk. Mintalah petunjuk kepad.a-Ku, niscaya
Aku beri petunjuk." (HR. Muslim)
Nabi syuaib berkata, "Tidak ada pertolongan (taufih) melainkan
dengan (pertolongan) Allah." (QS. HOd: 88)
Allah berfirman, "Bersabarlah, (ya Muhammad.). Dan tiada
h,esaba-ranmu melainkan dengan pertolongan Allah." (eS. An-Nahl:
127)
Allah berfirman, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapdn yang teguh dalam hehidupan d,i d.unia d.an
di ahhiraL" (QS. Ibrahim: 27) Firman Allah, ,,Dan jika Kami tid,ak
memperkuat hatimu, niscaya engkau hampir condong sedikit kepad,a
mereka." (QS. Al-Isrd' z 7 4)
Seluruh nikmat dari Allah, "setiap nihmat yang ad,a pad.arnu
dari Allah lah (datangnya)." (QS. An-Nahl:127)
Akhlak yang baik merupakan anugerah Allah. Nabi s.a.w.
bersabda,
6 (.
.
,t't. G.yt.
,OE ,, o .,
Y! L#---U €+_ Y oYitrr
'ui ,ty4
3,H'\11* tufi,
"Ya Allah, berilah aku petunjuk kepada akhlak yang baik. Ti"d.ak
ada yang memberi petunjuk kepada akhlak yang baik, hecuali
Engkau. Singkirkanlah keburuhan akhlah dariku. Tid,ak ad,a
y ang b is a m e ny ing kirkan ny a, ke cu ali. E ng kau.,, (Id.R^ Muslim)
v L,n,n Akhrak
Allah, hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, pekeria-
"Ya
a.n ydng buruk, nafsu yang buruk dan penyakit." (IJR,-
Thabrani dan Hakim)
Dalam riwayat yang lain, "Ya Allah ahu berlindung hepada-Mu
dari keburukan budi pekerti, keburukan perbuatan dan keburukan
nafsu." (HR.Tirmidzi)
Doa Nabi s.a.w.,
!, t o !,.'?l
€Y c.:Pv,f :r{-r'"4t
'Ya Allah, sebagaimana Engkau rnernbaguskan rupaku, maka
bagushanlah budi pekertiku." (HR. Ahmad)
Maka dari itu, wahai hamba Allah, memohonlah agar Allah
memberi petunjuk kebaikan kepadamu dalam bergaul dengan kaum
mukminin, dan agar manusia mencintaimu. Allah berfirman tentang
Musa a.s., "Aku. telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang
datang dari Aku." (QS. Thah6: 39)l
Mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaiki budi pekertimu,
menunjukkan kebenaran dan melimpahkan kecerdasan.
Berapa banyak ucapan yang terlontar darimu yang Allah jadikan
sebagai pendamai di antara kaum muslimin. Berapa banyak kata yang
terucap yang menyebabkan terputusnya persaudaraan dan rusaknya
hubungan saudara. Berhati-hatilah dan mohonlah akan petunjuk dan
hidayah!
Fikih Akhlak I 35
"Tetapi mereka memilihi hubungan saudara yang akan aku lestarikan."
(HR. Bukhari)
Hubungan persaudaraan bagaikan kulit yang kering;jika basah,
maka akan mudah untuk membentuknya. Jika Anda melestarikan
persaudaraan dan Anda berbuat baik terhadap mereka, maka hati
mereka akan menjadi lembut. segala urusan dengan mereka akan
menjadi mudah dan mereka akan mendengarkan ucapanmu. sedang-
kan jika Anda memutuskan tali persaudaraan, maka bisa jadi mereka
tidak akan memperhatikanmu.
Demikian halnya dengan orang-orang yang tidak ada hubungan
saudara. Jika mereka melihat pada diri Anda adanya rasa,cinta dan
simpati kepada mereka, maka mereka akan mencintaimu. Dengan
begitu Anda akan berhasil bergaul dengan mereka, dengan izin Allah.
Inilah beberapa perkara yang akan menarik rasa simpati dan
cinta. Hanya Allah yang memberikan pertolongan kepadaku. Kepada-
Nya aku berserah diri dan kepada-Nya aku kembali.
36 L,n,n Akhrak
dan menghindari maksiat kepada-Nya. Allah yang akan menumpahkan
rasa cinta di hati manusia. Dia akan membentengi Anda dari segala
ganggu an manusia.
Allah berfirman, "(Allah) Yang menlpersatuhan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun jika engkau mendermakan
semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya engkau tidak dapat
m emp er s atuhan hati me re ka. Aka n tetapi Allah lah y ang me mp er s at u k an
nlereka." (QS. Al-AnfAh 63)
Allah berfirman, "Dialah yang nxenahan tangan mereha dari
(membinasakan) kalian dan (menahan) tangan kalian dari (membi'
nasakan) mereka." (QS. Al-Fatbt 24)
Allah berfirman, "Jiha Allah menghendahi, tentu Dia memberi
kehuasaan kepada mereha atas halian " (QS. An'Nis6': 90)
Perbaikilah hubungan Anda dengan Allah, niscaya Allah akan
memperbaiki hubungan Anda dengan orang-orang di sekitar Anda.
Berhati-hatilah terhadap dosa-dosa yang akan menguasai Anda dan
akan menyebabkan Anda gagaldalam bergaul dengan orang lain. Allah
berfirman, "setiap musibah yang menimpa kalian adalah ahibat dari
perbuatan kalian sendiri. Dan Allah rnernaafkan banyak hal." (QS.
Asy-Sy0'ar6': 3O)
Fikih Akhlak I 37
MENYEBARKAN SALAM
&t-i
//
uJtlW r,
o
. t o, 6z
t-t-F ,F a-:*Jl oj*'JJ l)
38 I ritin Akhrak
Dalam riwayat Bukhari dalamal-Adab al-Mufrad, dariAnas r.a.,
Rasulullah s.a.w. bersabda,
fr\r de' )*'J jr; i' ,ai i.r iLt iylr tt vl\
/a
'JJ+ivl' tt5b
Fikih Akhlak I 39
Rasulullah s.a.w. memberi salam kepada anak-anak kecil, seperti
disebutkan dalam ash-shahtbain dari Anas r.a. Beliau juga memberi
salam kepada para wanita, sebagaimana disebutkan dalam Sunan
Tirmidzi dan al-Adab al-Mufrad milik Bukhari dengan sanad hasan
dari Asma binti Yazid r.a., "Rasulullah s.a.w. melewatiku, dan aku di
samping teman-teman sebayaku, lalu beliau memberi salam kepada
kami."
Begitu juga jika dalam suatu perkumpulan terdapat muslimin,
musyrikin, penyembah patung dan Yahudi. Nabi s.a.w. mengucapkan
salam kepada perkumpulan seperti itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para sahabat Rasulullah, jika sedang berjalan kemudian
berhadapan dengan pohon atau semak belukar yang menyebabkan
mereka harus berpisah satu sama lain, mereka memberi saling salam
ketika bertemu lagi. (Ibnu Sunni dalam bukunya, ,Amal al-yaum
uaal-Lailah)
Yang juga akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih adalah
berkirim salam kepada orang lain. Dan ini bukan perkara yang berat.
Dari Aisyah r.a.: Rasulullah s.a.w. berkata, "Wahai Aisyah, Jibril
menyampaikan salam kepadamu." Aisyah r.a. berkata, "IJntuknya
salam dan rahmat Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. berkata,
q L,o'n Akhrak
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., dari Nabi s.a.w.,
Fikih Akhlak I 4l
'alikum wa rahmatullah.'Nabi menjawabnya, laru orang itu duduk
dan Nabi berkata, 'Dua puluh (kebaikan).,Kemudian orang yang lain
lagi datang dan mengucapkan, 'As-sald.mu'alaikum wa rahmatuttahi
wa barahd,tuh.' Nabi membalas salamnya lalu dia duduk dan Nabi
berkata, 'Tiga puluh (kebaikan)'." (HR. Abu Daud)
Dari Abu Hurairah r. a., dari Nabi s.a.w. beliau bersabda, *Allah
menciptakan Adam panjangnya enam puluh hasta, kemudian (Allah)
berkata kepadanya, 'IJcapkanlah salam kepada malaikat dan
dengarkanlah ucapan hormat mereka kepadamu, salam hormat
untukmu dan untuk keturunanmu., Dia (Adam) berkata, ,As-saldmu
'alaikum.' Mereka (para malaikat) menjawab,,As-sald,mu,alaika wa
ra h rn at ull afr .' Mereka men amb ahkan dengan " ut d. r a h m at ul lah. " (IdF..
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Dzar r.a. tentang kisah masuk Islamnya. Ia berkata,
"Aku mendatanginya (Rasulullah s.a.w.), dan akulah orang pertama
yang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam. Aku
berkata, 'As-sald.mu 'alaika, ya Rasulullah.' Beliau menjawab, ,Wa
'alaika as-sald.m, siapakah engkau?," (HR. Muslim)
Dari Umar r.a., dia mendatangi Rasulullah s.a.w. di tempat
minumnya, lalu dia berkata, "As-sald.mu,alihum, y0, Rasulullah, as_
saldmu'alaihum, apakah Umar boleh masuk?" (HR. Abu Daud)
Adab Salam
Allah berfirman, "Apabila kalian diberi penghormatan d.engan
suatu penghormatan, rnaka balaslah penghorma,tan itu dengan yang
lebih baik daripadanya atau balaslah penghormatan itu (d.engan yang
serupa)." (QS. An-Nis6': 86)
Nabi s.a.w. bersabda,
/ t /g lt
Fikih Akhlak I 43
E-
salam kepada beliau dan Rasulullah s.a.w. tidak menjawabnya.,,(HR.
Muslim)
Kadangkala mengucapkan salam kepada orang jahat bisa
mencegah kejahatannya. Nabi s.a.w. bersabda tentang seseorang,
"Orang yang jahat dari kaum tertentu." (HR. Muslim) Namun ketika
dia datang kepada Nabi, beliau tetap berbicara dengannya. Dalam
penjelasan hadis ini, orang tersebut disinyalir sebagai orang munafik.
Setelah Nabi wafat, dia menjadi murtad.
Pada prinsipnya mengucapkan salam atau tidak mengucap-
kannya, bergantung kepada adanya kemaslahatan umum. Jika
kemaslahatan itu justru dapat diperoleh dengan tidak mengucapkan
salam atau tidak men-jawabnya, maka tidak perlu melakukannya. Dan
ini harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh sembarangan.
Berjabat tangan merupakan kebiasaan para sahabat Nabi s.a.w.
Dari Qatadah r.a., dia berkata, "Aku bertanya kepada Anas r.a.,
Apakah berjabat tangan dilakukan oleh para sahabat?,Dia menjawab,
Ya'." (HR. Bukhari)
Beberapa ulamaa menganggap sahih hadis dari Barra,ibn Azib
r.a. yang berkata, "Rasulullah s.a.w. berkata,
L:6
,c
tJ '{,r
4 L,n,n Akhrak
Larangan Tidak Menyapa Lebih dari Tiga Hari
Nabi melarang orang tidak menyapa temannya atau saudaranya
lebih dari tiga hari. Dari Ayub al-Anshari r.a.: Rasulullah s.a.w.
bersabda,
o
4!l ;t* t;-t, tr'j.ri t:i IJJ-,I.>i r:, t*t; d
) z .z z
t,
Jq ?w G'e
,
iaf 'ru Li;7.
zl o z
lJ U'. tfr ir Q-JJ'
Fikih Akhrak I Ot
yang dibenarkan oleh syariat pula. Itu dilakukan bukan karena
dorongan nafsu dan bukan karena kedengkian terhadap orang lain.
Misalnya ada orang yang sering melakukan maksiat. Anda
melihat bahwa dengan tidak menyapanya lebih dari tiga hari akan
membuatnya sadar dan meninggalkan maksiat. Maka diperbolehkan
tidak menyapanya dalam kondisi seperti ini. Nabi s.a.w. pernah tidak
menyapa Ka'ab ibn Malik, Mararah ibn Rabi'dan Hilal ibn Umayah
selama lima puluh hari.
Dari Abdullah ibn Ka'ab, ia berkata, "Aku mendengar Ka'ab ibn
Malik berbincang ketika dia tidak ikut perang Tabuk,'Rasulullah s.a.w.
melarang berbicara dengan kami. Aku mendatangi Rasulullah s.a.w.
dan mengucapkan salam kepadanya. Aku berkata dalam hati, apakah
beliau menggerakkan bibirnya untuk menjawab salamku atau tidak?
Setelah genap lima puluh malam, Nabi mengizinkan kami dan meminta
kami bertobat kepada Allah ketika shalat Subuh'." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Yang perlu diperhatikan adalah kehati-hatian dalam masalah
ini, karena nafsu sering kali mendorong seseorang untuk tidak menyapa
saudaranya karena adanya rasa dengki akan urusan dunia. Dalam
keadaan seperti ini, seseorang bisa jadi tidak merasa bahwa setan
menyelinap dalam dirinya dan menyatakan bahwa sikapnya itu adalah
karena Allah. Maka, dia akan jatuh pada apa yang dilarang oleh
Rasulullah s.a.w., yaitu tidak menyapa saudaranya lebih dari tiga hari.
46 I .,n,n Akhrak
HADIAH
Fikih Akhlak I n
membaginya dan makan bersama mereka." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Para sahabat Anshar memberi hadiah kepada Rasulullah s.a.w.
Dari Aisyah r.a., ia berkata kepada Urwah, "Wahai ponakanku, kita
melihat bulan sabit tiga kali dalam dua bulan. Selama itu api tidak
pernah dinyalakan (karena tidak memasak) di rumah-rumah
Rasulullah s.a.w." Urwah berkata, "Wahai bibi, jadi apa yang kalian
makan sehari-hari?" Dia (Aisyah) menjawab, "Hanya kurma dan air
(al-aswadd,ni). Tapi Rasulullah memiliki tetangga dari kaum Anshar
yang memiliki kambing-kambing. Mereka menghadiahkan susunya
kepada Rasulullah s.a.w., maka kita meminumnya." (HR. Bukhari)
Dari Abdullah ibn Basar r.a.:
i:t*lt ,p \)
^i-ttt #,i a' J;i og
"Rasulullah s.a.w. menerima hadiah dan tidak menerima sedekah."
(HR-Ahmad)
Dari Aisyah r.a., ia berkata, "Nabi diberi hadiah perhiasan dari
Raja Najasyi yang di dalam perhiasan itu terdapat cincin emas dengan
mata cincin dari Habsyah. Lalu Rasulullah s.a.w. mengambilnya dengan
sebatang kayu atau dengan jarinya. Kemudian beliau memanggil
Amamah binti Abi al-Ash, cucu Rasulullah dari Zainab, dan berkata
kepadanya, 'Pakailah (cincin) ini, wahai anakku.'" (HR. Abu Daud
dan Ibnu Majah)
/
wj -l) e)t;,i,e ;t:F u .rrJj*lir i*.t:-
. o. cl,
ot-i
,
48 L,n'n Akhrak
"Wahai para wanita muslim.ah, ianganlah seorang tetangga
mernandang rendah pemberian tetangganya, walaupun hanya
kahi kambing. (HR. Bukhari)
Maksudnya adalah Nabi menganjurkan seorang wanita agar
memberikan hadiah kepada tetangganya dan bermurah hati dengan
sesuatu yang mudah. Walaupun hadiah yang diberikan hanya sedikit,
itu lebih baik daripada tidak memberi. Hadiah merupakan bukti adanya
cinta. Dalam hadis juga dianjurkan bagi yang diberi hadiah untuk
menerima hadiah, walaupun sedikit. Itu merupakan bukti penghargaan
orang yang diberi hadiah kepada orang yang memberi hadiah.
Diriwayatkan juga dari Nabi bahwa beliau bersabda,
Gu bt(4:
"saling memberi hadiah lah halian, maka kalian akan saling
mencintai." (HR. Bukhari, ol' Ad.ab al'Mufrod)
Fikih Akhlak I 49
sedangkan kaki kambing adalah bagian yang tidak berharga dan tidak
dipilih."
Jika Anda mengembalikan hadiah, maka jelaskanlah alasan
pengembaliannya, demi menjaga perasaan orang yang memberi hadiah.
Dari ash-sha'bu ibn Jatsamah r.a., dia memberi hadiah berupa keledai
liar kepada Rasulullah ketika beliau sedang berada di Abwa atau di
waddan. Kemudian Rasulullah mengembalikan keledai itu kepadanya.
Ketika melihat rona wajahnya, Rasulullah s.a.w. berkata, "Kami trleno-
laknya karena kami sedang ihrarn (bukan harena kami tid,ak mau)."
(IIR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Hajar bekata, hadis ini menun-
jukkan tidak boleh menerima hadiah yang tidak halal.
o- . t o /
, t.5) (^.>-J-r
4.2.9
*1x.t1Jt
50 I ,,n,n Akhrak
"Orang yang menarik hadiahnya bagaikan anjing yang meniilat
muntahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan mengungkit-ungkit hadiah di hadapan orang yang
menerima hadiah Anda. Allah berfirman, "Perhataan yang baih dan
pemberianmaaflebihbaihdaripadasedehahyangdiiringidengan
sesuatu yang nxenyalzitkan (perasaan penerima). Atlah Mahahaya
lagi
Maha Penyantun. Hai orang-orang yang berinxan, jangan halian
meng hilanghan (pahala) sed.ehah halian dengan meruy ebut - ny eb utny a
d.an menyahithan (perasaan penerima)."
(QS. Al-Baqarahz 263'264)
f6Jt
"Ada tiga orang yang tid.ah ahan disapa oleh Allah, tidak akan
d.ipand.ang dan tid.ak akan disucihan pada hari Kiamat;
dan
bagi mereka siksaan yang pedih'" Rasulullah s'a'w'
mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar berkata, "Mereka adalah
orang-oran g yarlgkalah dan merugi' Siapakah mereka' wahai
Rasulullah?" Nabi menjawab, "Orang yang rnernan'jangkan
pakaiannya karena sontbong, orang yang suha mengunghit'
ungkit pemberiannya dan orang yang menjual dagangannyd
d.engan sumpah palsu." (HR. Muslim)
Fikih Akhlak I 51
Pada riwayat yang lain dari Muslim, "Orang yang suka mengung-
kit-ngungkif (al-mannin) adalah orang yang selalu menyebut-nyebut
pemberiannya."
52 L,n'n Akhrak
pahala. Dari Aisyah r.a., ia berkata, "Aku berkata,'Wahai Rasulullah,
aku memiliki dua tetangga, kepada siapa aku memberikan hadiah di
antara mereka?' Rasulullah s.a.w. menjawab,
fi *,:,*;i:l iy
'Kepada tetangga yang pintunya lebih dehat'." (HR. Bukhari)
Dari dua hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kerabat
diutamakan daripada orang lain. Dari para kerabat diutamakan kerabat
yang rumahnya paling dekat. Ini semua jika mereka dalam kondisi
membutuhkan. Wallahu a'lam..
Fikih Akhlak I 53
untuh m.engusir kalian. Barangsiapa menjadihan mereha sebagai
hawan, maka mereha itulah orang-ord.ng yang zalim." (QS. Al-
Mumtahanah:8-9)
Dari Asma binti Abu Bakar r.a.,iaberkata, "Ibuku mendatangiku
dan dia adalah seorang wanita musyrik di masa Rasulullah s.a.w. Lalu
aku meminta pendapat Rasulullah s.a.w. Aku berkata bahwa ibuku
datang dan dia bersikap baik. Apakah aku bersikap baik kepadanya?
Rasulullah s.a.w. bersaMa, "Ya, bersikap baiklah terhadap ibumu."8
Umar r.a. memberikan hadiah pakaian kepada saudaranyayang
musyrik di Mekah, sebelum saudaranya masuk Islam. (HR. Bukhari)
Tapi, jika dengan diberi hadiah orang kafir menjadi kuat dan
akan menindas kaum muslim, maka jangan memberi hadiah, karena
itu akan membahayakan.
Keluarga Abdullah ibn Amr menyembelih seekor kambing
untuknya. Ketika dia datang, dia berkata, "Apakah kalian sudah
memberikan ke tetangga kita yang Yahudi? Apakah kalian tidak
mendengar sabda Rasulullah s.a.w.,
e:)l
v L,n,n Akhrak
"Barangsiapa ditawari wangi-wangian, maha jangan nLeno-
lahnya, harena itu ringan dibawa dan harum baunya." (IJR,.
Muslim)
Fikih Akhlak I 55
diterima. Begitupula jika hadiah ditujukan untuk para penguasae agar
mereka memberikan sesuatu yang bukan hak Anda (KKN), maka
haram hukumnya memberi hadiah dan menerimanya. Dalam kasus
seperti ini, Nabi menggunakan kata larangan yang keras.
Dari Abu Humaid as-Sa'idi r.a., "Nabi menjadikan seseorang dari
Bani Azad yang bernama Ibnu al-Lutbiah sebagai pejabat ft.rnil) untuk
mengumpulkan sedekah. Ketika dia datang, dia berkata, 'fni untuk
kalian dan ini dihadiahkan untuk aku.' Dia (Rasulullah) berkata,'J ika
dia tinggal diam di rumah orangtuanya (tanpa jabatan), apahah dia
ahan diberi hadiah atau tidak? Demi Zat yang jiwaku berada dalam
genggaman-Nya, setiap orang yang mengambil sesuatu,, pasti dia akan
mem.ihul sesuatu itu pada hari Kiamat. Jiha sesuatu itu adalah unta,
maka unta itu akan bersuara; jika sesuatu itu sapi, maha sapi itu akan
melenguh; jika sesuatu itu adalah kambing, maka kambing itu akan
mengernbik' Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya sampai
kami melihat rambut ketiaknya, Ya Allah, ahu telah rnenyampaikan.
Ya Allah, ahu telah tnenyarnpdikan.'(Diucapkan) sebanyak tiga kali."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Umar ibn Abdul Aziz,
s6 L,o,n Akhtak
Demikian juga halnya, hadiah dari barang curian atau barang
haram tidak boleh diterima, karena termasuk memakan barang haram
dan membantu berbuat dosa dan permusuhan.
Ahmad meriwayatkan bahwa Mughirah ibn Syu'bah berteman
dengan sekelompok orang musyrik. Dia mendapatkan kesalahan pada
mereka, sehingga dia memerangi mereka dan mengambil hartanya.
Kemudian Mughirah membawa harta itu kepada Rasulullah dan beliau
menolaknya.
Jika hadiah diberikan untuk mendapatkan keuntungan lebih
besar, dan jika tidak didapatkan akan melahirkan penyesalan, maka
hadiah tersebut tidak boleh diterima.
AIIah berfirman, "Riba (tambahan) yang kalian berikan agar
berkembang (menguntunghan bagi kalian) dalam harta orang lain,
maha dia tidak berhembang (menguntungkan) di sisi Allah." (QS. Ar'
Rffm: 39) Ini sama dengan orang yang memberi hadiah dengan
harapan mendapatkan keuntungan berlipat dari orang yang diberi
hadiah.
Jika orang yang memberi hadiah menganggap hadiahnya itu
sebagai utang Anda kepadanya dan Anda tidak mau menanggungnya,
maka jangan menerima hadiah seperti itu. Tolaklah hadiah itu dengan
sopan agar tidak melukai hati orang yang memberi.
Jika orang yang memberi hadiah adalah tipe orang yang suka
mengungkit-ungkit pemberiannya (al-mannd.n), maka Anda harus
menolaknya.
Anda tidakdibenarkan memberi hadiah kepada orang bodohyang
akan menggunakan pemberian itu untuk maksiat kepada Allah dan
berbuat kerusakan di bumi. Allah telah berfirman, "Sesungguhnya
Attah tidah rnenyuhai kerusakan." (QS. Al'Baqarah: 205) "Jangan
kalian serahkan harta kepada orang-orang yang belum sem.purna
ahalnya yang Allah menjadikan kalian sebagai penanggung jawabnya
(qiy6man). Penuhilah kebutuhan (makan) mereka, berilah mereka
pakaian dari harta itu dan ucaphanlah kepada ntereka kata-kata yang
baik." (QS. An-Nis6': 5)
Fikih Akhlak I 57
Yangperlu diperhatikan dalam memberi hadiah adalah kepastian
bahwa hadiah sepenuhnya berdampak positif. Jangan sampai hadiah
yang Anda berikan kepada seseorang menyebabkan kedengkian pada
orang lain. Kadangkala Anda memberi hadiah kepada salah satu anak
Anda dan itu iri anak Anda yang lain.
Nu'man ibn Basyir berkata, "Ayahku memberi sesuatu kepadaku,
lalu Amrah binti Rawahah berkata (kepada ayahku), Aku tidak rela
sampai engkau menanyakannya kepada Rasulullah s.a.w.' Kemudian
ayahku menemui Rasulullah dan berkata,'Aku memberi sesuatu dari
Amrah binti Rawahah kepada seorang anakku. Kemudian Amrah
menyuruhku untuk bertanya tentang itu kepadamu, wahai Rasulullah.'
Rasulullah bertanya,'Apakah engkau memberikan sesuatu itu kepada
semua anakmu?' Dia menjawab,'Tidak.' Rasulullah berkata,'Takutlah
kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu.'Kemudian
ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas, "Jika engkau memberi pinjaman kepada
seseorang, maka jangan menerima hadiah darinya, walaupun sekadar
kaki hewan atau tunggangan." (Abdur Razak, al-Mushannafl
Dari Salim ibn Abi al-Ja'ad, "Seorang laki-laki datang kepada
Ibnu Abbas dan berkata, "Kami memiliki seorang tetangga nelayan
lalu aku memberinya pinjaman lima puluh dirham. Kemudian dia
mengirim ikannya kepadaku.' Ibnu Abbas berkata,'Hitunglah (harga
ikan itu). Jika lebih banyak (dari utangnya), kembalikanlah; jika
seimbang, potonglah utangnya'." (Abdur Razak dalam oJ-
Mushannaf dan Baihaki)
Dari Alqamah, "Jika engkau mampir ke tempat orang yang
berutang kepadamu, kemudian engkau memakan sesutau di tempatnya,
maka hitunglah apa yang engkau makan itu. Namun Ibrahim berkata,
'Kecuali jika sudah diketahui bahwa mereka sudah biasa saling
memberi'." (Abdur Razak dalam al-Mushannafl Dan banyak lagi
hadis lain yang berbicara soal ini.
Akan tetapi jika Anda memberi pinjaman uang kepada seseorang,
lalu dia mengembalikan dengan tambahan (tanpa ada syarat dari Anda)
58 L,o,n Akhrak
dengan senang hati, maka tidak ada larangan bagi Anda untuk meneri-
manya. Dari Abu Hurairah, "Nabi memiliki utang unta kepada seseo-
rang, lalu orang itu menemui beliau untuk menyelesaikan urusan utang
itu. Nabi berkata (kepada para sahabat),'Bayarkan (utangku) kepadanya !'
Mereka mencari unta tapi tidak mendapatkan yang sebanding dengan
unta (pinjaman Nabi). Mereka hanya menemukan unta yang lebih bagus.
Nabi berkata, 'Berikanlah (unta yang lebih bagus itu) kepadanya!'
Kemudian orang itu berkata, 'Engkau telah menunaikannya untukku,
semoga Allah akan menunaikan untukmu.' Mendengar itu, Nabi berkata,
i'€tV ol
o
lai
'Orang yang paling baih di antara kalian adalah orang ydng
p aling b aih dalam rnenunaikan kew ai ib anny a'."
Fikih Akhlak I 59
Laki-laki boleh memberi hadiah kepada wanita dan sebaliknya,
seperti yang telah dijelaskan, jika tidak dikhawatirkan terjadi fitnah.
Jika hadiah dari seorang wanita kepada laki-laki, atau sebaliknya,
menyebabkan terjadi fitnah; wanita jatuh hati kepada sang lakiJaki
dan sebaliknya, lalu mereka terjerumus melakukan perbuatan yang
haram, maka dalam kondisi seperti ini hadiah menjadi terlarang. Bukan
karena hadiah itu haram, akan tetapi untuk menutup jalan menuju
sesuatu yang haram. Allah tidak suka kerusakan moral.
Tidak layak Anda membebani orang lain agar memberi hadiah
kepada Anda. Jika Anda lakukan itu, bisa jadi Anda tidak mendapat
berkah dari Allah sebab pemberian itu. Jika Anda diberi hadiah atau
mengambil sesuatu tanpa meminta-minta atau dorongan nafsu, maka
Anda akan mendapat berkah. Jagalah agar hati orang yang memberi
hadiah kepada Anda tetap dalam keadaan senang. Perhatikanlah hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari yang berisi tentang bagaimana
Rasulullah berusaha menyenangkan hati orang yang memberi:
Dari Marwan ibn Hakam dan al-Masur ibn Makhramah,'I(etika
utusan dari Hawazin datang kepada beliau dalam keadaan menyerah,
dan mereka meminta agar harta dan tawanan dari mereka
dikembalikan, Rasulullah berkata, 'Aku bersama orang-orang yang
kalian lihat. Ucapan yang paling aku suka adalah ucapan yang paling
benar. Pilihlah salah satu dari dua pilihan: tawanan perang atau harta.
Aku bersedia menunggu keputusan kalian.'Nabi menunggu mereka
sampai sepuluh malam lebih setelah beliau kembali dari Thaif. Ketika
mereka merasa bahwa Nabi hanya akan mengembalikan salah satu
saja (dari dua pilihan harta dan tawanan), mereka berkata, 'Kami
memilih tawanan kami.'Kemudian beliau berdiri di depan kaum
muslimin, memuji Allah dan berkata,'Amnl.a ba'du. Saudara-saudara
kalian ini datang kepada kita dalam keadaan bertobat. Aku bermaksud
mengembalikan tawanan mereka kepada mereka. Barangsiapa dengan
senang hati memberikannya, lakukanlah. Barangsiapa menginginkan
bagiannnya tetap berada di tangannya, sampai kami memberinya
bagian yang didapat dari pajak orang-orang kafir dan rampasan
perang, lakukanlah. Kaum muslimin kemudian berkata, 'Kami rela
@ L,n,n Akhrak
untuk mereka, wahai Rasulullah.'Rasulullah berkata kepada mereka,
'Kami tidak tahu siapa di antara kalian yang mengizinkan dan siapa
yang tidak mengizinkan. Kalian pulanglah, biar pemuka-pemuka
mereka akan menjelaskan kepada kami.'Kemudian mereka kembali
kepada Rasulullah s.a.w. dan melaporkan bahwa mereka rela dan
mengizinkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi bersabda,
Fikih Akhlak I 6I
BERBUAT BAIK DAN MEMAAFKAN
62 I ritirr Akhtak
Allah berfirman, "Orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafhan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat hebajikan." (QS. Ali Imran: 134)
Allah berfirman, "Jika kalian memaafkan dan tidah memarahi
serta mengam.puni (mereka), maha sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Tagh6bun: 14)
Allah berfirman, "Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang
setimpal. Barangsiapa memaafhan dan berbuat baik, maha pahalanya
atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syffr6: 40)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda,
',
t;c St,
i:ti-ru rtr t\ t4 Jtl y o !i..
, n un
fib'*io .'-
t1
6z /
[t:t i;;., 1ty,Li c,
"+t;
"Sedekah itu tidak akan mengurangi harta dan Allah akan
menambah seorang hamba yang memberi maaf dengan
keagungan. Orang yang rendah hati kepada Altah ahan
dianghat oleh Allah." (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,
/o/
Z,er>
o 4,,, 1,, ?. .a
J*
'Ji( aL? . ,, . .,
,f ,]>.-l ;e aJJl
LFU
dk !'*'iV'
Fikih Akhlak I 63
"Tidah ada sesuatu yang lebih mulia, di sisi Allah, yang ditelan
oleh seorang hamba daripada kemarahan yang dia tahan untuk
mendapat ridha Allah." (HR. Ahmad dan lbnu Majah)
,/Jz
\) ,et-lit e16, \L;k YiqU.FT
).o . , ,l .
l ',o ,. a O ,. o .
*-s-*-
-/.2
'Dia tidak keji, tidak berkata kotor, tidak berteriak keras di pasar-
pasar dan tidak membalas kejelekan. Dia adalah orang yang
memaafkan dan toleran'." (HR. Tirmidzi)
Fikih Akhlak I 65
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan setiap luha ada
qishasnya (balasan yang setimpol)." (QS. Al-M6'idah: 4E) Semuanya
mengacu kepada keadilan.
"Barangsiapa merelahannya (hah membalas), maka itu (menjadi)
penebus dosa baginya." (QS. Al-M6'idah: 4E) Ini bimbingan untuk
memberi maaf.
"Sesungguhnya Allah itu benar-benar Maha Pemberi rnaaf dan
Maha Pengampun." (QS. Al-Hajj: 60) Ini adalah keadilan. Diperbo-
lehkan bagi yang tertindas untuk membela diri sesuai ketertin-
dasannya.
"Atau mernaafhan hesalahan (orang lain). Sesungguhnya Ailah
Maha Pemaaf lagi Mahahu.asa." (QS. An-Nisd': l4g) Ini bimbingan
untuk memberi maaf dan berbuat baik.
"Demikianlah. Barangsiapa membalas seirnbang dengan
penganiayaan yang pernah ia derita, hemudian dia dianiaya lagi,
maka Allah pasti ahan menolongnyo. " (QS. A.I{qii : 60) yang dimaksud
adalah keadilan.
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemberi maaf lagi Maha
Pengampun." (QS. Al-IIqli:60) Bimbingan pemberian maaf.
Selamat untuk orang yang memberi maaf dan menempuh jalan
orang-orangyang berbuat baik. Selamat untuk orang yang mengambil
sikap mulia dalam segala urusan dengan kesabaran dan memaafkan
orang lain.
Selamat untuk orangyang menahan diri ketika marah dan tidak
membalas perlakuan saudaranya dengan kejelekan, bahkan memaaf-
kannya. Semua ini adalah kebaikan!
L,*n Akhrak
MEMBELA DIRI
Fikih Akhlak I *
E-
mereka, namun ini adalah didikan beliau kepada kita bahwa kita boleh
membela diri ketika diperlakukan dengan sesuatu yang tidak
menyenangkan, penj.)
Aisyah membela dirinya danZainabdi hadapan Rasulullah s.a.w.
ketika dia merasa bahwa Rasulullah membenarkan pembelaan dirinya:
Dari Aisyah r.a.: "Istri-istri Rasulullah mengutus Fatimah (putri
beliau) kepada Rasulullah. Fatimah meminta izin kepadanya,
sedangkan beliau sedang berbaring bersamaku di dalam selimut dari
bulu milikku. Beliau mengizinkannya. Fatimah berkata, "wahai
Rasulullah, istri-istrimu mengutusku untuk menuntut keadilan (cinta)
berkenaan dengan putri Abu Qahafah (Aisyah).'Aku diam saja. Kemu-
dian Rasulullah berkata kepada Fatimah,'wahai putriku, bukankah
engkau menyukai apa yang aku suka?' Fatimah menjawab, ,ya)
Rasulullah berkata,'Cintailah dia (Aisyah).' Ketika mendengar ucapan
Rasulullah itu, Fatimah berdiri dan pulang menuju istri-istri Rasulullah.
Fatimah menceritakan (kepada istri-istri Rasulullah) apa yang telah
dia katakan dan apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah kepadanya.
Mereka (istri-istri Rasulullah) berkata kepada Fatimah, ,Engkau tidak
memuaskan kami sedikit pun. Kembalilah kepada Rasulullah dan
katakan kepadanya bahwa istri-istrinya menuntut keadilan (cinta)
berkenaan dengan putri Abu Qahafah!'Lalu Fatimah berkata, ,Demi
Allah, aku tidak akan membicarakan kepadanya (Rasululah) tentang
dia (Aisyah) lagi.'Istri-istri Rasulullah kemudian mengutus Zainab binti
Jahsy, istri Rasululiah. Dialah yang menyamai aku (Aisyah) daram
kedudukan di sisi Rasulullah. Aku belum pernah melihat wanita yang
lebih baik dalam agamanya, lebih bertakwa kepada Allah, lebih benar
ucapannya, lebih sering menjalin persaudaraan, lebih banyak
sedekahnya, lebih giat dalam pekerjaan sosial dan mendeliatkan diri
kepada Allah dengan kegiatan itu, dibanding Zainab. Hanya saja dia
berperangai cepat marah dan cepat dingin. Kemudian zainab minta
izin kepada Rasulullah dan beliau sedang bersama Aisyah di selimut
bulunya. Sama dengan kondisi ketika Fatimah masuk menemuinya.
Dan Rasulullah mengizinkannya. Zainab berkata, ,Wahai Rasulullah,
istri-istrimu mengutusku untuk meminta keadilan berkenaan dengan
68 L,n,n Akhrak
putri Abu Qahafah.'Dia (Aisyah) berkata,'Kemudian dia menghardik
aku tanpa henti. Aku mengawasi Rasulullah apakah beliau mengi-
zinkan aku untuk melawannya . Zainab tidak meninggalkan tempatnya
hingga aku tahu bahwa Rasulullah tidak melarang aku untuk membela
diri. Aku membentaknya dan aku tidak berlaku ramah ketika aku
menentangnya. Kemudian Rasulullah berkata sambil tersenyum,
'Itulah Aisyah putri Abu Bakar'." (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka
diperlakukan dengan zalim, mereha boleh membela diri." (QS. Asy-
Syfird:39)
Firman Allah, "Demihianlah. Barangsiapa membalas seimbang
dengan penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian dia dianiaya
lagi, maka Allah ahan menolongnya." (QS. Af-IIajj: 60)
Firman Allah, "Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi wewenang kepada ahli warisnya.
Tetapi janganlah ahli waris itu melampui batas dalarn membunuh.
Sesungguhnya dia akan ditolozg." (QS. Al-Isr6': 33)
Amarah itu manusiawi. Penganiayaan adalah haram. Tidak
selamanya orang yang dianiaya sanggup bersabar dan orang yang
menganiaya bisa dimaafkan. Oleh karena itulah ditetapkan hukum
qishas di dunia. Bahkan Allah berfirman bahwa "Di dalam qishas itu
ada Qaminan kelangsungan) hidup bagi kalian, wahai orang-orang
yang berakal, agar kalian bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 179)
Berapa banyak penindas yang jika dibiarkan, dia akan terus
menindas dengan jahat dan merusak. Oleh karena itu sifat memaafkan
tidak selamanya dianjurkan. Kadangkala sifat memaafkan dipahami
oleh orang-orang pandir sebagai ketidakberdayaan. Bahkan
memaafkan dipahami sebagai meyerah diri kepada penindasan. Oleh
karena itu, para penindas akan terus menindas dan sewenang wenang.
Tidakkah Anda membaca firman Allah, "Jika ada dua golongan
dari orang muhmin berperang, maka damaihanlah keduanya. Jika
sulah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan
yang lain, maka perangilah golongan ya,ng berbuat aniaya itu sehingga
Fikih Akhlak I 69
E
golongan itu kembali (hepada perintah Allah). Damaihanlah keduanya
dengan adil. Berlakulah adil, sesungguhnya Allah ntenyuhai orang-
orang yang berlahu adil." (QS. Al-Hujur6t: 9)
Terkadang orang salah dalam memahami kisah Abu Bakar
bersama Misthah sehingga kesimpulannya menjadi rancu. Sebagai-
mana telah diketahui, Misthah telah menuduh Aisyah berbuat nista.
Kemudian Allah menjelaskan tentang kebersihan Aisyah dan
kebohongan Misthah dan orang-orang yang terlibat dalam menuduh
Aisyah.
Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan membiayai
Misthah, mulai hari ini!" Kemudian Allah berfirman,"Orang-orang yang
tnempunyai kelebihan rezki di antara kalian, janganlah bersurnpah
bahwa rnereha (tidak) akan mernberi (bantuan) hepada herabatnya,
oro,ng-orang yang hijrah di jalan Allah. Hend,ahlah mereha rnemaafkan
dan berlapang dada. Apahah halian tidah ingin Allah mengarnpuni
kalian? Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
An-Nffr:22)
Mendengar ayat ini, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak
akan menghentikan pemberianku kepada Misthah untuk selamanya!"
Inilah maaf dari Abu Bakar dan kelapangan dadanya.
Tapi, kapan pemberian maaf itu dilakukan? Untuk siapa
kelapangan dada itu? Itu terjadi setelah di dalam al-Qur'an Aisyah
dinyatakan bersih dari tuduhan bohong itu, yang dibaca di berbagai
tempat.12 Itu terjadi setelah kebohongan Misthah dipa-parkan. Itu
terjadi setelah pengakuan salah Misthah dan penjelasan al-Qur'an
akan kesalahan dan kebohongan orang-orang yang menuduh Aisyah.
Maka, pemberian maaf di sini memiliki alasan yang kuat dan jelas.
Banyak orang yang salah dalam memahami sifat pemaaf. Mereka
(biasanya para penguasa) terus menzalimi orang lain (biasanya rakyat
jelata) dan menyatakan bahwa mereka memiliki sifat mulia, yaitu rela
mendahulukan kepentingan umum. Seolah mereka menindas masya-
rakat secara kontinyu, sambil meminta masyarakat untuk sabar meng-
hadapi penindasan mereka; "Sabarlah kalian menerima penindasan
70 L,n'n Akhrak
ini, sabarlah kalian menerima kezaliman ini, sabarlah kalian
menghadapi pencurian ini, sabarlah kalian ...walau harga diri kalian
direndahkan!" Sungguh jauh perbedaan antara sifat pemaaf dengan
sifat lemah, pengecut dan menyerah. Pahamilah dan pikirkanlah,
semoga A,llah memberkahimu!
Jiwa manusia tidak selamanya sanggup bertahan menghadapi
penindasan, seperti yang telah dijelaskan. Begitu juga tidak semua
orang sanggup bersabar menghadapi penindasan. Rasulullah sendiri
berbeda-beda dalam bersikap: sikapnya terhadap Hindun tidak sama
dengan sikapnya terhadap Wahsyi ibn Harb, pembunuh Hamzah.
Padahal Wahsyi telah memeluk agama Islam, begitu pula Hindun.
Dari Aisyah r.a., "Hindun binti Utbah datang dan berkata, 'Wahai
Rasulullah, dulu tidak ada rumah di muka bumi ini yang paling aku
senangi untuk direndahkan, kecuali rumah engkau. Namun kini, tidak
ada rumah di muka bumi ini yang paling aku senangi untuk dimu-
liakan, kecuali rumah engkau.'Beliau (Rasulullah) berkata, 'Benar,
demiZatyang jiwaku berada dalam genggaman-Nya'." (HR. Bukhari
danMuslim)
Berikut ini contoh yang baik dalam menjelaskan pengaruh positif
dari pemberian maaf. Dalam kisah ini terdapat bukti bahwa Rasulullah
memiliki cara pandang yang jauh tentang seorang kafir yang diha-
rapkan kebaikannya. Inilah kisahnya dan perhatikanlah:
Dari Abu Hurairah r.a., "Rasulullah s.a.w. mengutus rombongan
berkuda menuju Najd. Kemudian mereka datang dengan membawa
seseorang dari Bani Hunaifah yang bernama Tsumamah ibn Utsal,
seorang pemuka penduduk Yamamah. Mereka mengikatnya di salah
satu pilar masjid. Rasulullah menemuinya dan berkata,'Apa yang ada
padamu, wahai Tsumamah?'Dia berkata, 'Aku memiliki kebaikan,
wahai Muhammad. Jika engkau membunuh, berarti engkau membu-
nuh orang yang pantas dibunuh. Jika engkau memberi, maka engkau
memberi kepada orang yang bersyukur. Jika engkau menginginkan
harta, mintalah, niscaya engkau akan diberi sesuai keinginanmu.'Lalu
Rasulullah membiarkannya sampai esok hari.
Fikih Akhlak I 7l
Rasulullah bertanya lagi, 'Apa yang ada padamu, wahai
Tsumamah?'Dia menjawab, 'Aku memiliki apa yang telah aku katakan
kepadamu: jika engkau memberi, maka engkau memberi kepada orang
yang bersyukur. Jika engkau membunuh, berarti engkau membunuh
orang yang pantas dibunuh. Jika engkau menginginkan harta,
mintalah, niscaya engkau akan diberi sesuai keinginanmu.,Lalu
Rasulullah membiarkannya sampai esok hari, seperti sebelumnya.
Rasulullah bertanya lagi,'Apa yang ada padamu, wahai Tsuma-
mah?'Dia menjawab, 'Aku memiliki apa yang telah aku katakan:jika
engkau memberi, maka engkau memberi kepada orang yang bersyukur.
Jika engkau membunuh, berarti engkau membunuh orang yang pantas
dibunuh. Jika engkau menginginkan uang, mintalah, niscaya engkau
akan diberi sesuai keinginanmu.' Rasulullulah lalu memerintahkan,
'Bebaskan Tsumamah!'
Setelah itu, dia (Tsumamah) pergi ke kebun kurma dekat masjid
dan mandi. Kemudian dia masukke masjid dan berkata,'Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muharnrnad adatah hamba-
Nya d,an utusan-Nyo. Wahai Muhammad, demi Allah. Dulu, tidak
ada wajah di bumi ini yang lebih aku benci daripada wajahmu. Kini
wajahmu adalah wajah yang paling aku cinta daripada semua wajah.
Tidak ada agama di bumi ini yang paling aku benci lebih dari
agamamu. Kini agamamu adalah agama yang paling aku cinta dari
semua agama. Tidak ada kampung di bumi ini yang paling aku benci
lebih dari kampungmu. Kini kampungmu adalah kampung yang
paling aku cinta dari semua kampung. Pasukan berkudamu telah
membawaku dan aku ingin melaksanakan umrah. Bagaimana
pendapatmu?' Rasulullah memberinya kabar gembira dan
menyuruhnya melakukan umrah. Ketika dia sampai di Mekah,
seseorang berkata kepadanya, 'Apakah engkau telah meninggalkan
agama lamamu? Dia menjawab,'Tidak.' (Tsumamah mengatakan
"tidak" karena menurutnya menyembah berhala bukanlah agama.
Jadi dia meninggalkan menyembah berhala berarti bukan
meninggalkan agama, penj.l,) Tetapi aku telah masuk Islam bersama
Rasulullah dan aku tidak akan kembali menyembah berhala. Demi
72 L,n'n Akhrak
Allah, setiap satu biji gandum pun yang datang dari Yamamah kepada
kalian, harus mendapatkan izin dari Rasulullah'."14
Fikih Akhlak I 73
E
iqttlrr
I
I
74 I ,,n,n Akhrak
Seperti yang telah dijelaskan, Abu Bakar memberi maaf kepada
Misthah yang telah menuduh putrinya, Aisyah, dan Allah menjelaskan
kebersiah Aisyah dari tuduhan itu.
Sedangkan Umar r.a. pernah kehilangan kontrolnya dalam
menghadapi ketidaktahuan seseorang: Dari Ibnu Abbas r.a., "(Jyainah
ibn Hushain ibn Huzhaifah datangdan mampirke rumah ponakannya,
al-Hur ibn Qais yang termasuk orang yang dekat dengan Umar. Dia
adalah termasuk sahabat yang alim dan taat yang merupakan anggota
dewan permusyawaratan Umar yang terdiri dari anggota senior dan
yunior. Uyainah berkata,'Wahai ponakanku, engkau cukup dipandang
oleh Amirul Mukminin. Mintakanlah izin bertemu dengannya untuk
aku.'Dia (al-Hur ibn Qais) berkata,'Aku akan memintakan izinnya
untukmu.' Kemudian al-Hur memintakan izin untuk Uyainah dan
Umar mengizinkannya. Ketika Uyainah bertemu dengan lJmar, ia
berkata, 'Wahai Ibnu Khaththab, demi Allah engkau tidak berteri-
makasih kepada kita dan engkau tidak adil.'Mendengar ucapan itu
Umar sangat marah sampai Umar hendak menyerangnya' Namun al-
Hur berkata kepadanya, 'Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya
Allah berfirman, 'Maafkanlah, perintahkan-lah ailan kebaikan, dan
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.' (QS. Al'A'rAf: 199)
Sesungguhnya dia ini (Uyainah) termasuk orang yang tidak tahu. Demi
Allah, Umar langsung mengontrol diri-nya ketika medengar ayat itu
dibacakan untuknya. Umar adalah orang yang sangat perhatian
terhadap Kitab Allah." (HR. Bukhari)
Fikih Akhlak I 75
Ishak berkata,'sumpah demi Allah, aku shalat bersama mereka seperti
shalat Rasulullah, tidak menyimpang darinya. Ketika aku shalat Isya,
aku melambatkan dua rakaat pertama dan mempercepatnya pada dua
rakaat terakhir.' utusan itu berkata,'Itulah dugaan terhadapmu, wahai
Abu Ishak.'Kemudian seseorang, atau beberapa orang, diutus bersama
sa'ad ke Kufah untuk bertanya kepada penduduk Kufah tentang sa'ad.
Setiap datang ke masjid, utusan itu bertanya tentang Sa,ad dan
mendapatkan jawaban pujian tentang sa'ad dari penduduk Kufah.
Namun ketika utusan itu masuk ke masjid Bani Abas, ada seorang
dari Bani Abas yang bernama Usamah ibn Qatadah, yang dijuluki
dengan Abu Sa'dah, berdiri dan berkata, ,Sumpah, jika engkau
meminta kami berkata tentang Sa'ad, maka bagi kami Sa,ad adalah
orang yang tidak ikut dalam pasukan tentara (tidak mau berjuang),
tidak merata dalam pembagian, dan tidak adil dan pemerintahannya.'
(Mendengar kata-kata itu, Sa'ad marah) dan berkata, ,Demi Allah,
sungguh aku akan mendoakan tiga hal: Ya Allah, jika hambamu ini
(Usamah ibn Qatadah) berbohong, pamer dan menjilat, maka
panjangkanlah umurnya dalam keadaan miskin dan timpakanlah
fitnah-fitnah kepadanya!'setelah peristiwa itu, setiap kali ditanya, dia
(Usamah ibn Qatadah) berkata, 'Aku orang tua yang sengsara. Doa
Sa'ad benar-benar menimpaku'." (HR. Bukhari)
Abdul Malik berkata (riwayat dari Abi Samrah juga), ..Di
kemudian hari aku melihatnya (usamah ibn Qatadah) dalam keadaan
kulit matanya turun karena tua. Dia berjalan menabrak para sahaya
di jalan-jalan dan meraba-raba mereka."
said ibn Zaid mendoakan (elek) urwa binti uwais ketika Urwa
menuduhnya telah mengambil sesuatu dari tanahnya secara zalim:
Dari Hisyam ibn Urwah, dari ayahnya, "lJrnva binti Uwais menuduh
bahwa Said ibn Zaid mengambil sesuatu dari tanahnya. Urwa
memperkarakan kasus itu kepada Marwan ibn Hakam. said berkata,
'Apakah mungkin aku mengambil sesuatu dari tanahnya setelah aku
mendengar apa yang diucapkan Rasulullah?'Marwan bertanya, ,Apa
yang engkau dengar dari Rasulullah?'Said menjawab, ,Aku mendengar
Rasulullah berkata,
76 I ,,,n'n Akhrak
. .1
i*)l
'Barangsiapa mengambil sejengkal tanah iu"oro zalim, maha d.ia
akan dibelenggu dengan tujuh lapis bumi.'Lalu Marwan berkata, 'Aku
tidak meminta bukti lagi darimu setelah (ucapan) itu.'Said berkata,
'Ya Allah, jika dia (Urwa) berdusta, butakanlah matanya dan matikan-
lah dia di tanahnya.'
Dia (Hisyam ibn lJrwah, perawi hadis) berkata, 'Dia (Urwa)
meninggal dunia dalam keadaan buta. Ketika berjalan di pekarangan-
nya, dia terperosok ke lubang, dan meninggal dunia'." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain, "Ya Allah, jika dia berdusta, butakanlah
matanya dan jadikanlah kuburannya di rumahnya!" (HR. Muslim)
Dia (Hisyam ibn IJrwah, perawi hadis) berkata, "Aku melihatnya
buta meraba-raba tembok ketika berjalan. Dia (Urwa binti Uwais)
berkata, 'Doa Said ibn Zaid menimpaku.' Ketika dia berjalan di
rumahnya, dia melewati sebuah sumur lalu terperosok ke 'dalamnya.
Sumur itulah yang menjadi kuburnya."
Perhatikanlah, kepada siapa Anda memaafkan? Apakah maaf
Anda menyebabkan kabaikan? Atau apakah maaf Anda akan membu-
atnyabertambah zalim kepada orang lain? Jika maaf Anda melahirkan
kebaikan, menghentikan fitnah dan menghentikan kejahatan, maka
tahanlah amarahmu dan maafkanlah orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat baik.
Namun, jika maaf membuat kezaliman dan kesewenang-
wenangan seseorang semakin bertambah, maka Anda harus mengambil
jalan qisha.s (alur hukum), agar sikap Anda ini dapat menghentikan
kezaliman dan kerusakannya. Sesungguhnya Allah tidak suka orang-
orang yang berbuat kerusakan.
Sunnah Rasulullah telah menjelaskan tentang itu semua.
Barangsiapa dikehendaki oleh Allah untuk menjadi orang yang baik,
maka Allah akan memberinya kepahaman dalam agama.
Fikih Akhlak I 77
Oleh karena itu, seseorang harus mengetahui secara tepat, kapan
harus memaafkan dan kapan harus menuntut; kapan harus
mewajarkan dan kapan harus membela diri. Dan jangan lupa memohon
pertolongan dari Allah dalam segala kondisi. Anda boleh membela diri
sesuai kadar kezaliman yang Anda terima. Tapi....
78 I ,,n,n Akhrak
TIDAK ADA KATA SALAH BAGI ORANG YANG
BERBUAT BAIK
to.ot?'
'rll:. a^lr*l.i t - i
oE.l '€Li'";iti1
"Jiha seorang di antara kalian mencintai saud,aranya, maka
beritahukanlah hal itu." (lbnu as-Suni, ,Amal al-yaum uta
al-Lailah)
80 I ,,n,n Akhrak
jenggotnya. Rasulullah berkata kepada Abbas,'Wahai Abbas, apakah
engkau tidak mengagumi cinta Mughits kepada Barirah dan rasa tidak
suka Barirah terhadap Mughits?'Lalu Nabi berkata (kepada Barirah),
,Alangkah baiknya jika engkau rujuk kepadanya.' Dia (Barirah) ber-
kata,,wahai Rasulullah, apakah ini perintah?' Rasulullah berkata,'Aku
hanya menolong., Dia berkata, 'Kalau begitu, rasanya tidak perlu'."
(HR. Bukhari)
Adapun hukuman, jika telah diajukan kepada seorang hakim,
maka hakim tidak boleh mengampuni, karena Rasulullah bersabda
kepada Usamah yang mengampuni seorang pencuri,
, . l'.o.
i.;u;l U irr ,)L ,y
<i
J->- , ) ,.-e-r,.;l
!/ lu
iljr
'"tW
ta djl1. >.J>
t t o l, ' , I !, ,/.2.
',r J> rJr) rJgV; uvu
"Barangsiapa pertolongannya justru menyebabkan jatuhnya
huhuman d.ari Atlah, maka dia telah melawan Allah'" (fIR,'
Abu Daud)
Menurut Qadhi Iyadhls orang yang terus melakukan kejahatan
tidak boleh diberi ampunan agar dia kapok
Adapun di luar pengadilan, orang yang diminta pertolongan
hendaknya memberikan pertolongan dan jangan ragu. walau perto-
longannya ditolak, dia tetap mendapat pahala, insyaallah'
Menolong orang untuk mendapatkan pekerjaan tertentu adalah
perbuatan yang baik dan akan mendapatkan pahala. Dengan catatan
perkerjaan itu bukanlah perkejaan yang haram, tidak melanggar hak
orang lain, sesuai dengan kemampuannya (right man on the right place)
dan pertolongan itu tidak merugikan orang lain.
Fikih Akhlak I 8l
TIDAK MENGHARAPKAN MILIK ORANG LAIN
Fikih Akhtak
oi f. o ,, o1,
,ol
lz
.t / tz
.,
1z t ol
Pt u P)t) lr; e.lbc l>l IJ'^be\
,.
'Apapun kebaihan yang dda padahu, ahu tidak ahan pernah
menyimpannya d.ari kalian. Barangsiapa menahan diri (dari mengha-
rap sesuatu yang ad.a pada orang lain), Allah ahan mencukupinya'
Barangsiapa kaya hati (tidak nLeraso. hurang sehingga tidak mengha-
rap bantuan orang lain), maka Allah akan membuatnya haya. Barang-
siapa berusaha sabar, Altah ahan menjadikannya orang sabar. Tidah
ad.a sesuatu yang d.iberihan hepada seseorang yang lebih baih dan lebih
luas d,aripad.a kesabaran'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan rakus terhadap dunia, maka Allah akan mencintai Anda.
Dan jangan mengharap sesuatu yang ada pada orang lain, maka orang
akan mencintai Anda!
Dari Hakim ibn Hizam r.a., "Aku meminta (sesuatu) kepada
Rasulullah, dan beliau memberi. Aku meminta lagi, dan beliau memberi
lagi. Aku meminta lagi, dan beliau memberi lagi. Kemudian beliau
bersabda, 'wahai Hahim, sesungguhnya harta itu hiiau dan manis.
Barangsiapa nl.engam'bitnya dengan hedermawanan hati, maka akan
d.iberkahi; barangsiapa rnenganxbitnya dengan keserakahan, maka
tid.ah ahan d.iberhahi. Uikd. tidah diberkahi, maka dia) seperti orang
yang makan, tapi tidak pernah kenyang. Tangan di atas (memberi)
tebih baih d,aripada tangan di bawah'." (HR. Muslim) Lalu aku
(Hakim) berkata, 'wahai Rasulullah, demi zat yartg mengutusmu
dengan kebenaran, aku tidak akan mengurangi milik orang lain sedikit
pun, setelah engkau, sampai aku meninggalkan dunia ini'
Abu Bakar r.a. pernah memanggilnya untuk diberi sesuatu, tetapi
dia menolak untuk menerimanya. Kemudian Umar hendak memberinya
lagi, dia tetap menolak. Lalu Umar berkata, "Aku bersaksi kepada kalian,
wahai kaum Muslimin, bahwa Hakim, ketika aku tawarkan haknya
dari harta rampasan perang, dia menolak untuk menerimanya. Hakim
tidak pernah mengurangi harta orang lain setelah (wafatnya)
Rasulullah sampai dia meninggal dunia."
Nabi s.a.w. bersabda,
Fikih Akhlak I 83
$
b:t
,l z z
"i';b:^;xt ,iX$ a;r gii
06A-,"
g '
n .,//,
,tjr:A "-UL',
't,
F,
to ,.
j"; '^'o o/o
qr,E +t 4, ?',
"-
)? 'i
"Penduduk surga itu ada tiga: penguasa adil yang memberi
derma yang tepat, orang yang penyayang berhati lembut
terhadap kerabatnya dan orang yang menjauhkan diri d.ari
meminta-minta pada orang lain." (HR. Muslim)
Nabi bersabda, "Beruntunglah orang yang nl.asuk Islam d,an
diberi rezki yang cukup, lalu diberi hepuasan dengan apa yang ada
padanya." (HR. Muslim)
Nabi bersabda,
u I o'n,n Akhrak
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Derni Zat yang jiwahu
berada dalam genggamannya. Seseorang membaw a tali, mengikat hay u
bahar dan memenggulnya (untuk mendapatkan rezki) itu lebih baik
daripada meminta-minta pada seseorang, baih diberi atau tidah." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Samurah ibn Jundab, Rasulullah berkata,
Fikih Akhlak I 85
Dari Abu Said al-Khudri, Umar berkata, .Wahai Rasulullah, aku
mendengar seseorang berkata tentang kebaikan. Dia menyebutkan
bahwa engkau telah memberinya dua dinar. Dia (Rasulullah) berkata,
'Tetapi si Fulan tidak berkata demikian dan dia tidak memuji. Aku telah
memberinya antara sepuluh sampai seratus-atau dia (Rasulullah)
berkata, 'Sampai dua ratus'. Sesungguhnya seseorang yang meminta
kepadaku dan aku memberinya, kemudian dia keluar dengan menge-
pitnya (dengan rakus), maka itu bagi mereka adalah api,.,,IJmar ber-
kata, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau memberi mereka?', Rasul-
ullah menjawab, "Mereka hanya bisa meminta kepadaku dan Allah
tidak ingin aku pelit." (HR. Ahmad)
Dari Auf ibn Malik, "Kami sedang berada di tempat Rasurullah
s.a.w. sekitar sembilan orang, delapan orang atau tujuh orang. Beliau
berkata, 'Apakah kalian tidak bersumpah setia kepada Rasurullah?'
Padahal baru saja kami melakukan sumpah setia. Laru kami berkata,
'Kita telah melakukan sumpah setia kepadamu, wahai Rasulullah!'
Beliau berkata, 'Apakah kalian tidak bersumpah setia kepada
Rasulullah?'Kami berkata, 'Kami telah melakukan sumpah setia
kepadamu, wahai Rasulullah!'Beliau berkata lagi, Apakah karian tidak
bersumpah setia kepada Rasulullah?' Maka kami membentangkan
tangan kami dan mengatakan,'Kami telah bersumpah setia kepadamu,
wahai Rasulullah! Atas apa lagi kami bersumpah setia?'Rasulullah
menjawab, 'Atas menyembah hanya kepada Allah, tidak menyeku-
tukan-Nya, shalat lima waktu, taat akan (beliau mengatakan dengan
lirih) dan jangan meminta-minta sesuatu dari orang rain.' Laru aku
melihat sebagian mereka tidak pernah meminta-minta sama sekali,
bahkan tidak menuntut haknya." (HR. Muslim)
Dari Qabishah ibn Mukhariq al-Hilali, "Aku menanggung utang
untuk kepentingan orang lain. Kemudian aku mendatangi Rasulullah
dan menanyakan hal itu. Beliau berkata, 'Laksanakanrah, sampai
sedekah.datang. Jika sedekah sudah datang, maka kami akan
memerintahhan untuk memberimz.' Kemudian beliau berkata,'wahai
Qabishah, meminta-minta itu tidak diperbolehkan, kecuali karena tiga
hal: (1) seseorang yang nxenanggung utang karena kepentingan orang
86 I ,'n,^ Akhrak
lain, sampai dia mendapatkan bantuan kemudian menahan diri (tidah
minta-minta lagi). (2) Seseorang yang tertimpa musibah yang
menghancurhan harta bendanya. Dia boleh meminta'minta sampai
d.ia m.endapathan hecukupan. (3) Orang yang bangkrut setelah
dibenarkan (kebangkrutannya) oleh orang-orang yang dapat dipercaya
dari masyarakatnya. Dalam hondisi seperti ini dia boleh meminta-minta
sampai mendapathan kecukupan' Selain itu, tidah boleh meminta-
minta,'wahai Qabishah. Jiha ada yang meminta-minta bukan karena
kondisi di atas, maka dia telah nremakan barang haram!"' (IIB,.
Muslim)
Adapun jika ada orang yang memberikan uang kepadamu tanpa
Anda mengharap apapun dan Anda tidak bersikap rakus terhadap
pemberian itu, maka boleh saja menerimanya. Hal itu bahkan dianjur-
kan, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Umar,
"Rasullah memberiku sesuatu, lalu aku katakan,'Berikanlah kepada
orang yang lebih membutuhkan.'Beliau berkata, 'Ambillah. Jika
datang sedikit bantuan dan engkau tidak rakus dan tidak meminta-
minta, maka ambillah. Jangan bersikap rakus terhadap bantuan itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun jikaAnda menduga bahwa sumber harta tersebut adalah
haram, maka tolaklah.
Ibnu Hajarl? berkata, "Pada prinsipnya orang yang diketahui
bahwa hartanya adalah halal, maka pemberiannya boleh diterima;
sedang orang yang diketahui bahwa hartanya adalah haram, maka
pemberiannya harus ditolak. Adapaun jika diragukan, maka lebih baik
menolaknya demi kehati-hatian. Ibnul Mundzir berkata,'Orang yang
bersikap longgar dalam masalah ini (menerima pemberian) beralasan
bahwa walau Allah berfirman tentang orang Yahudi, "Mereka itu
adalah orang-orang yang suha mendengar berita bohong, dan sering
rnemahan yang haram." (QS. Al-M6'idah 42), Nabi pernah mengga-
daikan baju besinya kepada seorang Yahudi sedangkan beliau
menyadarinya. Begitu juga Nabi mengambil pajak dari mereka, padahal
disadari bahwa sebagian besar harta mereka berasal dari hasil minuman
keras, babi dan bisnis tidak sah'."
Fikih Akhlak I 87
Dari Ibnu Sa'adi al-Maliki, "IJmar ibn Khaththab menjadikan
aku sebagai pegawai dalam menangani sedekah. Setelah aku
menyelesaikan tugasku dan melaporkan kepadanya, IJmar memberi
upah atas pekerjaan itu. Aku berkata kepadanya, 'sesungguhnya aku
melakukan tugas ini karena Allah dan balasannya hanya dari Allah.'
IJmar berkata, 'Ambillah (upahmu). Aku pernah bekerja pada masa
Rasulullah dan beliau memberikan upah kepadaku. Ketika itu aku
berkata kepada Rasulullah seperti yang engkau katakan. Namun
Rasulullah berkata,'Jika engkau diberi sesuatu tanpa meminta, maka
makanlah dan sedekahkanlah (lebihnya)'." (HR. Muslim)
Perhatikanlah dampak menahan diri dari meminta-minta dan
karunia Allah kepada orang yang menahan diri dari meminta-minta
kepada orang lain: Abdurrahman ibn Auf datang ke Madinah kemudian
Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa'ad ibn Rabi,. Sa,ad
menawarkan salah satu istrinya kepada Abdurahman ibn Auf dan
separuh hartanya. Namun Abdurrahman menolak tawaran itu. selang
beberapa hari, telah tampak kebahagiaan pada diri Abdurrahman, dan
dia telah menikah. Abdurrahman pun menjadi orang kaya.
Dari Anas ibn Malik r.a., "Abdurrahman ibn Auf datang ke
Madinah lalu Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa,ad ibn
Rabi' al-Anshari. Sa'ad adalah orang yang kaya. Sa,ad berkata kepada
Abdurrahman,'Aku membagi dua hartaku untukmu dan aku nikahkan
engkau.' Abdurrahman berkata,'semoga Allah memberkahimu,
keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja jalan ke pasar., Dia tidak
pulang (dari pasar) sampai mendapatkan keuntungan berupa keju dan
minyak samin dan membawanya kepada keluarganya. Kami (Anas dan
yang lain) menetap sebentar,lalu Abdurrahman datang dengan wajah
kotor. Nabi bertanya kepadanya,'Bagaimana keadaanmu?, Dia
menjawab,'Wahai Rasulullah, aku telah menikah dengan wanita dari
kaum Anshar.' Rasulullah bertanya lagi, 'Apa yang engkau
persembahkan untukriya?"Emas sebesar biji kurma,, jawabnya. Nabi
berkata, Adakanlah walimah, walau hanya dengan seekor kambing!,
(HR. Bukhari) Sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas, Allah
menjadikan Abdurrhman sebagai orang kaya.
88 L,n'n Akhrak
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Orang yang
paling baik di antara halian adalah orang yang paling baih kepada
heluargaku, setelah ahu (wafat)."Abdurrahman ibn Auf menjual kebun-
nya dengan harga empat ratus ribu, lalu dibagikan kepada istri-istri
Nabi. (Ibnu Abi Ashim, as-Sunnah)
Dari Aisyah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya
urusan halian adalah bagian dari urusan yang jadi pihiranku setelah
wafathu. Tidak ahan ada yang sabar rnenghadapi kalian, kecuali orang-
orang yang sabar." Kemudian Aisyah berkata kepada Abu Salmah ibn
Abdurrahman ibn Auf, orang yang meriwayatkan hadis ini dari Aisyah,
"semoga Allah menghidangkan minuman penghuni surga untuk
ayahmu (yang dia maksudkan adalah Abdurrahman ibn Auf)'" Istri-
istri Nabi menerima uang darinya sebanyak empat puluh ribu. (IIR.
firmidizi)
Begitu pula yang terjadi dengan Abu Mas'ud al-Badri. Ketika
turun ayat sedekah, dia berangkat ke pasar dan bekerja sebagai kuli.
Dari kerja itu dia memperoleh upah yang ia sedekahkan. Tidak lama
kemudian, Abu Mas'ud menjadi orang yang kaya.
Satu hal yang mengherankan adalah adanya sebagian orang
yang pergi tanpa bekal dan mereka berkeyakinan sebagai orang yang
bertawakal kepada Allah, walau kemudian mereka meminta-minta
kepada orang lain! Dari hadis Ibnu Abbas r.a., "Penduduk Yaman
berhaji dengan tidak membawa bekal. Mereka menganggap diri mereka
sebagai orang-orang yang tawakal. Namun ketika sampai di Mekah,
mereka meminta-minta kepada orang lain. Maka Allah menurunkan
firman-Nya, "Berbehallah, sesungguhnya sebaik'baik bekal adalah
tahwa." (QS. Al-Baqarah: 197)18
Fikih Akhlak I 89
MEREI(A JUGA MANUSIA!
90 I ,,n,n Akhrak
Mendengar suaranya, Nabi teringat akan Khadijah yang biasa meminta
izin kepadanya. Beliau agak gemetar karena itu dan berkata, Ya Allah,
Halah!'Aku merasa cemburu dan berkata, 'Mengapa engkau selalu
mengingat-ingat nenek tua dan ompong yang sudah mati dimakan
waktu? Bukankah Allah telah menggantikannya dengan yang lebih
baik?!"'
Lihatlah ucapan Aisyah tentang Khadijah, "Nenek tua yang
ompong!"
Aisyah pernah merasa tidak enak hati pada Ali r.a. Amirul
Mukminin.le Ketika Aisyah menceritakan tentang sakit dan wafatnya
Nabi, ia berkata, "Nabi keluar dengan dipapah oleh dua orang: Abbas
dan seorang lakiJaki lain." Subbanallah, bagaimana dia tega tidak
menyebut nama Ali, sedangkan dia mengenal Ali dengan baik? Ibnu
Abbas mengatakan kepada seorang tabi'in, "Apakah engkau tahu
siapakah laki-laki lain yang namanya tidak disebut oleh Aisyah? Dialah
Ali!" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir r.a., "Aku mendengar Nabi bersabda, 'Arsy bergetar
karena hematian Sa'ad ibn Mu'adz. Lalu seseorang berkata kepada
Jabir bahwa Barra' berkata, 'Dipan bergoyang.'Lalu dia (Jabir) berkata
bahwa Sa'ad ibn Mu'adz berada di antara dua kelompok yang saling
membenci. Aku mendengar Nabi berkata, 'Arsy bergetar harena kemat;ian
Sa'ad ibn Mu'adz'." (HR. Bukhari)
Coba perhatikan bagaimana kata-kata "yang bergetar adalah
dipan, bukan Arsy", yang katanya diucapkan oleh Barra'. Itu terjadi
karena kebencian antara dua suku: Aus dan Khazraj. Orang-orang
suku Khazraj tidak ingin kemuliaan ada pada tokoh suku Aus, hingga
mereka berkata bahwa yang bergetar adalah dipan, bukan Arsy. Kata-
kata itu dikatakan datang dari Bara' yang didengar oleh seseorang.
Kemudian Jabir berdiri membela kemuliaan Sa'ad ibn Mu'adz, padahal
Jabir dari suku I{hazraj. Dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah
berkata, 'Arsy (Allah) Yang Maha Pengasih bergetar harena hematian
Mu.'adz'."
Fikih Akhlak I 9r
Ada dari Mereka yang Gila Harta dan Suka Menimbun-
nya
Allah berfirman tentang para sahabat Nabi yang mati syahid
dalam perang Uhud, "Di antara kalian ada yang menginginkan dunia
dan di antara kalian ada yang menginginkan ahhirat." (QS. Ali Imran:
L52)
Dari Amru ibn Auf, Rasulullah s.a.w. mengutus Abu Ubaidah
ibn al-Jarrah ke Bahrain. Dia membawa pajak penduduk Bahrain.
Rasululullah telah berdamai dengan penduduk Bahrain dan menu-
gaskan Ala ibn al-Hadhrami menjadi penguasa bagi mereka. Abu
ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain. Kaum Anshar
mendengar kedatangan Abu ubaidah ketika mereka melaksanakan
shalat subuh bersama Rasulullah. setelah selesai melaksanakan shalat
Subuh bersama, mereka datang menghadap Rasulullah yang tersenyum
ketika melihat mereka. Beliau berkata, "Aku menduga kalian mendengar
bahwa Abu Ubaidah datang membawa sesuatu dari Bahrain.,,Mereka
berkata, "Benar, wahai Rasulullah." Beliau berkata, "Gembiralah dan
haraphanlah apa yang membahagiahan halian. Demi Allah, aku tidak
menghawatirkan hemishinan pada halian. Akan tetapi yang aku
khawatirhan pada kalian adalah bila dunia menguasai kalian, seba-
gaimana orang-orang sebelum kalian; kalian bersaing (mengejar
dunia) sebagaimana mereka bersaing dan dunia ahan menghancurkan
kalian, sebagaimana dunia rnenghancurkan mereho." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Perhatikan peristiwa di bawah ini:
Baridah r.a. melewati sebuah majlis dan mereka sedang
memperbincangkan Ali. Dia berhenti di depan mereka dan berkata,
"Di dalam hatiku ada ganjalan terhadap Ali, begitu pula dengan Khalid
ibn al-walid. Rasululllah mengutusku dalam suatu pasukan pejalan
kaki yang di dalamnya ada Ali. Kami berhasil menangkap tawanan,,.
Dia (Baridah) berkata, "Ali mengambil salah satu dari lima hamba
sahaya perempuan untuk dirinya sendiri. Khalid ibn al-walid berkata,
'Ambillah!'Ketika kami telah sampai kepada Nabi, aku menyampaikan
apa yang telah terjadi kemudian aku berkata, ,Ali telah mengambil
92 I .,n,n Akhrak
salah satu dari lima hamba sahaya perempuan.' Ketika itu aku
menundukkan kepala. Ketika aku mengangkat kepalaku, aku melihat
wajah Rasulullah telah berubah. Kemudian beliau berkata, 'Barang'
siapa aku menjadi pelindungnya, maka Ali adalah pelindungnya'."
(HR. Ahmad)
Bahkan sebagian mereka melarikan diri dari pertempuran
termasuk orang-orangyang berbudi mulia, tetapi Allah mengampuni
mereka. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berpaling
di antara kalian pada hari dua pasukan itu bertemu. Hanya saja
mereha digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan yang
telah mereha perbuat (di masa lampau). Sesungguhnya Allah Maha
Pengarnpun lagi Maha Penyantun " (QS. Ali Imran: 155)
Dari Ustman ibn Muhib, "Seorang penduduk Mesir datang dan
menuju Baitullah. Dia melihat sekelompok orang sedang duduk-duduk,
lalu dia berkata, 'Siapa mereka?'Dijawab, 'Mereka adalah kaum
Qurays.' Dia bertanya,'siapakah syaikh mereka?' Dijawab,'Abdullah
ibn Umar.' Dia berkata, 'Wahai Ibnu [fmar, aku bertanya tentang
sesuatu kepadamu; ceritakanlah kepadaku, apakah engkau menge-
tahui bahwaUtsman telah melarikan diri pada perang Uhud?'Dia (Ibnu
Umar) menjawab, 'Ya.'Dia berkata, 'Engkau mengetahui juga bahwa
dia (Utsman) tidak ikut dalam perang Badar dan tidak menyaksikan?'
Dia (Ibnu Umar) menjawab, 'Ya.' Dia berkata, 'Engkau tahu juga
bahwa dia tidak ikut dalam sumpah setia Ridwan(bai'atu ar-ridhwdn)
dan tidak menyaksikannya?' Ibnu Umar berkata, 'Ya.' Dia berkata,
'Mahabesar Allah.' Ibnu Umar berkata, 'Kemarilah, aku jelaskan
kepadamu: Adapun larinya (Utsman) pada perang Uhud, aku bersaksi
bahwa Allah telah mengampuni dan memaafkannya. Sedangkan
kealpaannya dari perang Badar, karena dia mendapat mandat menjaga
putri Rasulullah yang sedang sakit. Ketika itu Rasulullah berkata
kepadanya, 'Bagimu pahala seperti pahala orang yang ihut perctng
Badar dan andil di dalamnya.'Sedangkan ketidakhadirannya dari
sumpah setia Ridwan (Bai'atu ar-Ridhwd.n), seandainya ada orang
yang lebih mulia dari Utsman di Mekah, maka dia akan menggantikan
posisi Utsman. Rasulullah mengutus Ustman dan Sumpah Setia Ridwan
Fikih Akhlak I 93
terjadi setelah Ustman pergi ke Mekah. Lalu Rasulullah berkata, .Ini
adalah tangan lJstman.'Kemudian beliau memukulkan ke tangan
satunya dan berkata, 'Ini untuk Utsman. Kemudian Ibnu Umar berkata
kepadanya (laki-laki dari Mesir itu),'Itulah alasannya dan pergilah'."
(HR. Bukhari)
94 L,*n Akhrak
peninggalannya, mereka (mengaku) kehilangan sebuah gelas dari
perak yang dilapisi emas. Rasulullah menyuruh mereka berdua
bersumpah. Kemudian gelas tersebut ditemukan di Mekah dan mereka
(penduduk Mekah itu) berkata, 'Kami membelinya dari Tamim dan
Adi.'Kemudian dua orang kerabat laki-laki dari bani Saham itu berdiri
dan bersumpah, 'Persaksian kami lebih benar dibanding persaksian
mereka berdua (Tamim dan Adi). Sesungguhnya gelas tersebut milik
saudara mereka (dari Bani Saham).'Dia (Ibnu Abbas) berkata, 'Kepada
mereka lah ayat berikut ini diturunkan, "Wahai orang-orang yang
beriman, dirihanlah persaksian, apabila salah seorang di antara kalian
menghadapi kematian " (QS. Al-M6'idah: 106) (HR. Bukhari, Abu
Daud dan firmidzi)
Fikih Akhlak I 95
para tamu dengan mengatakan, "Makanlah dengan tidak menye-
nangkan." Dia pernah mencela anaknya dan sangat mencibirnya
dengan keras karena anaknya kurang memperhatikan hak tamu,
sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Adam a.s., istrinya ditipu oleh Iblis dengan harapan palsu. Allah
berfirman menceritakan bagaimana Iblis menipu Adam dan istrinya,
"Wahai Adam, maukah engkau ahu tunjukkan kepada pohon keaba-
dian dan kerajaan yang tidah akan binaso." (QS. Thdh6: 120)
Adam tertarik dengan rayuan kekekalan, kemudian Iblis
bersumpah membenarkan kebohongannya, seperti yang difirmankan
oleh Allah, "Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, 'Sesung-
guhnya saya adalah termasuk orang-ord,ng yang memberi nasehat
kepada kalian." (QS. Al-.trtdfz 2l) Adam dan istrinya memakan dari
pohon tersebut, seperti yang difirmankan Allah, "Kernudian heduanya
memakan dari pohon itu, maha nampaklah bagi heduanya aurat-
uratnya dan mulailah heduanyd nxenutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) su.rga." (QS. Theh6: 121) Dan firman Allah, "Maka setan
membujuk keduanya (untuh memakan buah itu) dengan tipu daya."
(QS. Al-A'rAfz 22) Begitulah yang dilakukan oleh Adam dan istrinya
yang tergiur dengan kekekalan.
Begitu juga dengan keturunannya. Rasulullah s.a.w. bersabda,
96 | ,,n,n Akhrak
"Jiwa ordng yang tua tetap selalu muda dalam dua hal: cinta
dunia dan panjang angan-o.ngan." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Nuh a.s. terbawa olah rasa sayangrrya kepada anaknya, karena
dia orangtua. Allah berfirman, "Dan Nuh berseru hepada Tuhannya
sambil berhata, 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
h,eluarga dan sesungguhnya janji Engkau adalah ianji yang benar.
Dan Engkau adalah Hakim yang paling adil." (QS. Hfld: 45) Allah
juga berfirman, "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk
keluargarnu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya
(perbuatan) dia adalah perbuatan yang tidak baih. Jangan engkau
mernohon kepada-Ku ahan sesuatu yang engkau tidak mengetahui
(hahikatnya). Sesungguhnya Aku menasehati engkau agar engh,au tidak
termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Hffd: 46)
Allah berfirman tentang Ibrahim a.s.,"Tathala rasa takut hilang
dari lbrahim dan berita gernbira telah datang kepadanya, dia mendebat
(malaikat-malaihat) Kami tentd,ng haum Luth." (QS. Hffd: 4)
Yusuf a.s. berkata kepada seorang tahanan, "Teranghanlah
headaanku kepada tu.anm.u.." (QS. Yusuf: 42) Dan saudara-saudara
Yusuf, sebelum itu berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kan'
dungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita, pada'
hal kita adalah satu golongan (lebih banyak). Sesungguhnya ayah
kita dalam kekeliruan yang nyata." (QS. Yusuf: 8)
Musa a.s., u Dan Musa melernparkan lemb aran -lemb aran Taurat
itu dan nxemegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil rnena'
rih ke arahnya." (QS. Al-Aref: 150)
Walau Khidhir telah berkata kepada Musa, "Jika enghau
mengikutiku, maka jangan bertanya tentdng a,papun, sampai aku
sendiri menerangkdnnya kepadamu." (QS. N-Kahfi: 70), dan Musa
berjanji dengan mengatakan, "Insyaallah enghau akan rnenemukan
aku sebagai orang yang sabar dan aku tiah akan melanggar
perintahmu." (QS. Al-Kahfi: 69), namun Musa tetap bertanya,
Mengapa enghau rnelubangi perahu itu yang akibatnya
menenggelamhan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat
Fikih Akhlak I
y7
suatu hesalahanyang besar." (QS. Al-Kahf:71) Pertanyaan itu mebuat
Khidir mengingatkannya, "Bukankah aku telah berkata bahwa enghau
tidah ahan sabar bersama aku?" (QS. N'Kahfi: 72) Selanjutnya
terjadilah apa yang terjadi dalam hati Musa. Namun Musa berkata
lagi kepada Ktridhir, "Mengapa engh,au membunuh jiwa yang bersih,
bukan harena dia rnembunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah
melakukan suatu yang tnung&or." (QS. Al-Kahf: 74) Maka Khidhir
mengingatkannya untuk kedua kali dengan lebih keras, "Bukankah
aku telah berkata bahwa engkau tidak akan sabar bersama o&2." (QS.
Al-Kahfi: 72) Mendengar peringatan itu Musa berkata, "Jiha ahu
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka jangan
engkau memperbolehkan aku menyertairnu. Sesungguhnya enghau
sudah cukup mernberikan maaf kepadahu." (QS. Al'Kahfi: 76). Tapi
kemudian Musa berkata lagi, "Jika engkau, rrla u, enghau bisa mengambil
upah dari perbuatanmu itu." (QS. Al'Kahfi: 77) Setelah Khidir
memperbaiki tembok yang hampir roboh di sebuah kampung yang
penduduknya tidak mau memberi makanan kepada mereka berdua
(Khidir dan Musa).
Bahkan Nabi kita, pemimpin manusia pada hari Kiamat,2l orang
pertama yang memberi ampunan dan yang pertama diberi ampunan,22
orang yang pertama masuk surga,2s pemilik tempat yang terpuji,2a Allah
berfirman tentang beliau, "Katakanlah,'sesungguhnya aku ini hanya
seora,ng rnanusia seperti kalion'." (QS. Al'Kahfi: 110) Beliau juga
menggambarkan dirinya dengan berkata,' "Se sungguhnya aku adalah
manusia biasa; rnerasa, rela sebagaimana manusia rnerasa rela, dan
marah sebagaimana rnanusia marah.n6
"Dia (Muhammad) bermuka tndsatrl dan berpaling karena telah
dntang seorang buta kepadanya." (QS. 'Abasa: 1'2)
Ini adalah realita bahwa mereka semua adalah manusia. Apa
yang terjadi pada manusia lain, tedadi pula pada mereka. Jika orang-
orang yang berkepribadian mulia dan baik, para nabi dan rasul yang
memiliki keteguhan hati sangat kuat (fi.lu al:azmi), kemudian para
ulama yang baik, mengalami apa yang dialami oleh manusia biasa,
maka selain mereka tentu lebih pantas mengalaminya.
98 L,n,n Akhrak
Manusia cenderung mencintai orang yang bersikap baik terhadap
mereka dan membenci orang yang bersikap buruk terhadap mereka.
Mereka menyukai orang yang menutupi aib mereka dan membenci
orang yang membeberkannya. Mereka mencintai orang yang bersikap
lembut terhadap mereka dan membenci orang yang kasar, galak dan
keras hati. Mereka mencintai orang yang mengharapkan kebaikan bagi
mereka dan membenci orang yang mengharapkan keburukan bagi
mereka. Mereka mencintai orang yang mendoakan kebaikan bagi
mereka dan membenci orang yang dengki kepada mereka. Mereka
mencintai orang yang rendah hati kepada mereka dan membenci orang
yang sombong kepada mereka. Mereka mencintai orang yang menjalin
persaudaraan dan membantu mereka dan membenci orang yang
memutuskan persaudaraan dan memusuhi mereka. Mereka mencintai
orang yang memberi hadiah kepada mereka dan memberi salam dan
membenci orang yang mencuri dan tidak memperhatikan mereka.
Mereka mencintai orang yang memuji mereka dan membenci orang
yang mencela mereka. Mereka mencintai orang yang menyebut
kebaikan-kebaikan mereka dan orangtua mereka.
Oleh karena itu, setiap orang harus memperlakukan orang lain
sesuai dengan kecenderungan manusiawinya. Mereka memiliki
kemampuan, bakat dan perasaan. Mereka membutuhkan orang yang
melindungi mereka dan menghilangkan keraguan mereka. Mereka
membutuhkan orang yang menyenangkan hati, memperkecil kesalahan
dan menutupi aurat.
Anda harus mencintai orang lain dan menutupi aib mereka. Anda
harus memperkecilkesalahan mereka dan menempatkan mereka sesuai
dengan tempatnya.
Fikih Akhlak I 99
MENYENAI{GI(AN HATI ORANG LAIN
I
I
lo2 I
I
Fikih Akhlak
Dua orang yang berseteru karena suatu kasus yang penting
datang kepada Rasulullah. Kemudian beliau menenangkan keduanya
dengan ucapannya,"DenTi Zat yang jiwahu berada dalam genggaman-
Nya. Aku akan menyelesaihan urusan kalian berdua dengan nxenggu-
nahan Kitab Allah yang mulia." (HR. Bukhari dan Muslim) Ucapan
ini membuathati mereka tenangdan mengetahui bahwa hukum adalah
hukum Allah. Kemudian mereka menerima dengan perasaan rela dan
taat. Sumpah dalarn kasus seperti ini tidak harus dilakukan. Namun
jika dirasa perlu, lakukanlah.
Begitulah para sahabat belajar dari Nabi s.a.w. Mereka
menyelesaikan masalah dengan kebenaran dalam pandangan mereka
dan mereka menyenangkan perasaan orang lain.
Inilah Abu Bakar r.a.: Fatimah mengirimkan surat kepada Abu
Bakar menanyakan warisannya dari Rasulullah. Sedangkan Abu
Bakar telah mendengar sabda Rasulullah, "Karni tidah mewariskan.
Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah," Lalu Abu Bakar berkata,
"... Demi Allah, aku tidak akan melakukan perubahan sedikit pun pada
sedekah Nabi yang pernah berlaku pada masa Nabi. Aku akan
melakukannya seperti yang dilakukan oleh Rasulullah,.." Meskipun
hukum dan keputusan ini berasal dari Abu Bakar, namun dia
menyertainya dengan ucapan baik yang ia katakan kepada Ali r.a.,
"Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh
kekerabatan dengan Rasulullah s.a.w. lebih aku cintai daripada aku
menjalin kekerabatanku (dengan selain Rasulullah)!" (HR. Bukhari
dan Muslim)
Inilah Amirul Mukminin Umar r.a. yang menyenangkan
perasaan anaknya, Abdullah ibn Umar, tetapi tidak dengan
mengorbankan kebenaran. Ketika orang-orang datang kepadanya
yang dalam keadaan sakit akibat tikaman (yang membuatnya
meninggal dunia), mereka berkata, "Berwasiatlah, wahai Amirul
Mukminin, dan tentukanlah penggantimu.' LJmar berkata, "Bagiku
tidak ada orang yang lebih berhak menerima urusan ini (khilafah)
daripada orang-orang yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan beliau
dalam keadaan rela." Kemudian Umar menyebutkan nama Ali, Utsman,
108 I
I
Fikih Akhlak
Dari Aisyah r.a., "Abu Bakar meminta izin untuk masuk kepada
Rasulullah s.a.w. dan beliau sedang berbaring di atas kasur menge-
nakan kain bulu milik Aisyah. Kemudian beliau mengizinkan Abu
Bakar masuk sedangkan beliau masih dalam keadaan seperti semula.
Setelah keperluannya kepada beliau selesai, Abu Bakar kembali pulang.
Kemudian Umar meminta izin untuk masuk. Dan beliau mengizin-
kannya dalam kondisi masih seperti semula. Umar menyampaikan
hajatnya kepada beliau, kemudian segera keluar. Utsman berkata,
'Kemudian aku meminta izin kepadanya untuk masuk, lalu beliau
duduk dan berkata kepada Aisyah,'Rapikanlah pakaianmu.' Kemudian
aku menyelesaikan keperluanku kepadanya dan lalu segera pulang.'
Aisyah berkata,'Wahai Rasulullah, mengapa aku tidak melihat engkau
berbenah dalam menghadapi Abu Bakar dan Umar, sebagaimana
engkau berbenah dalam menghadapi Utsman?' Rasulullah menjawab,
'IIstman adalah seorang pemalu. Aku khawatir, jika aku izinkan dia
masuk dalam kondisi aku seperti apa adanya (berbaring di atas kasur),
dia tidak akan menyampaikan hajatnya kepadaku'." (HR. Muslim)
Fikih Akhlak | ,,
L-_
kepalaku. Jaraknya sekitar tiga mil dari rumahku. Pada suatu hari,
ketika aku sedang berjalan dengan membawa biji kurma di atas
kepalaku, aku bertemu dengan Rasulullah s.a.w. dan beberapa sahabat
Anshar. Beliau memanggilku dan berkata kepada untanya untuk segera
minggir untuk memboncengku. Aku merasa malu untuk berjalan
bersama sekelompok orang laki-laki dan aku teringat akan Zubair dan
kecemburuannya (Zubair orang yang sangat pencemburu). Nabi
mengetahui bahwa aku merasa malu, maka beliau berlalu. Lalu aku
bertemu Zttbair dan aku katakan kepadanya,'Rasulullah dan beberapa
sahabatnya bertemu denganku dan aku sedang mengangkut biji kurma
di atas kepalaku. Lalu beliau mengajak aku untuk naik untanya. Aku
merasa malu untuk itu dan aku tahu kecemburuanmu.'Dia (Zubair)
berkata, 'Demi Allah, engkau membawa biji kurma lebih berat aku
rasakan daripada engkau naik unta bersama beliau!' Dia (Asma)
berkata, ,setelah peristiwa itu, akhirnya Abu Bakar mengirimkan
seorang pembantu kepadaku yang mengurus kuda. seolah-olah dia
(Abu Bakar) membebaskan aku'." (HR. Bukhari)
Di antara bentuk perhatian Nabi terhadap perasaan orang lain
adalah perhatian Nabi terhadap perasaan Abdullah ibn Abdullah ibn
Ubay ibn salul ketika ayahnya, Abdullah ibn ubay, meninggal dunia.
Dari Ibnu umar r.a., "Ketika Abdullah ibn ubay ibn salul meninggal
dunia, anaknya, Abdullah ibn Abdullah datang kepada Rasulullah.
Dia meminta agar Rasulullah memberikan bajunya untuk kain kafan
ayahnya. Maka Rasulullah memberikannya. Kemudian dia memohon
agar beliau menshalatkannya, maka Rasulullah menshalatkannya.
Melihat itu Umar berdiri memegang baju Rasulullah dan berkata,
,wahai Rasulullah, mengapa engkau menshalatkannya, sedangkan
Allah telah melarangmu untuk menshalatkannya?' Rasulullah berkata,
'Allah memberikan pilihan kepadaku dengan berkata, 'Engkau
memohon anlpun untuh mereka atau engkautidah memohonkan ampun
untuh mereha. Jika enghau memohonhan ampun sebanyah tujuh puluh
kali" danaku akan menambah sebanyak tujuh puluh kali.'Dia (Umar)
berkata,'Tapi dia adalah orang munafik?!' Rasulullah menshalatkannya
dan Allah menurunkan firman-Nyu, 'Jangan sehali-hali engkau
ll0 I
I
Fikih Akhlak
m.enshalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan
jangan engkau berdiri di atas kuburnya.'(QS. At-Taubah: 84)"
Abdullah ibn Ubay ibn Salul adalah pemimpin orang-orang
munafik di Madinah. Dialah yang bertanggungjawab atas cerita dusta
yang menuduh Aisyah berbuat tidak senonoh. Dia juga yang berkata,
"sesungguhnya jika kita telah hembali ke Madinah, orang yang kuat
pasti akan mengusir orang yang lemah darinya." (QS. Al-MunAfiq0n:
8) Dia banyak melakukan perbuatan melawan hukum dan melakukan
dosa besar. Dia juga pernah memaksa budaknya untuk berzina.
Meskipun demikian, ketika dia meninggal dunia, anaknya datang
kepada Rasulullah meminta baju beliau untuk dijadikan kain kafan
bagi mayit orangtu anya. Rasulullah pun memberikannya dan
memakaikannya, walau beliau mengetahui kejahatannya.
Sedangkan anaknya, Abdullah ibn Abdullah, adalah seorang
yang beriman dan Rasulullah tidak ingin membuatnya tersinggung,
selama tidak harus melakukan maksiat.
Di antara bentuk menjaga perasaan adalah apa yang ada dalam
sabda Rasulullah berikut, "Janganlah kalian mencaci orang-orang
yang sudah meninggal dunia, harena mereka telah mencapai apa yang
mereka lakukan." (HR. Bukhari)
Mengapa orang-orang yang sudah mati tidak boleh dicaci?
Karena mereka telah mencapai apa yang mereka lakukan; mereka
mendapatkan pahala sebab kebaikan yang mereka lakukan dan
mendapat siksa sebab kejahatan yang mereka lakukan.
Cacian terhadap orang yang sudah meninggal dunia akan
menggoreskan luka di hati kerabatnya yang masih hidup. Dari al-
Mughirah ibn Syu'bah (hadis marf0'),
L-_
-]
ll4 I
I
Fikih Akhtak
manusia dan penutup para nabi... Perhatikanlah, wahai hamba Allah,
dan berpikirlah, jika Anda orang yang berakal.
Salman pernah bertanya kepada lJmmu Darda tentang
kondisinya, ketika Salman melihatnya dalam keadaan lusuh dan tidak
memperhatikan pakaiannya. Salman bertanya mengapa lJmmu Darda
dalam kondisi seperti itu.
Dari Abu Juhaifah r.a., "Nabi s.a.w. mempersaudarakan Salman
dengan Abu Darda. Salman mengunjungi Abu Darda dan melihat
flmmu Darda dalam keadaan lusuh,2e lalu dia bertanya kepadanya,
"Megapa engkau dalam kondisi demikian?" Dia menjawab, "Saudaramu,
Abu Darda, tidak pernah memikirkan dunia." Kemudian Abu Darda
datang dan Salman membuatkan makanan untuknya. "Makanlah",
kata Salman kepada Abu Darda. Dia berkata, "Aku sedang puasa."
Dia (Salman) berkata, "Aku tidak akan makan jika engkau tidak
makan." Lalu dia (Abu Darda) memakannya. Ketika malam tiba, Abu
Darda siap-siap untuk melakukan ibadah malam. Dia (Salaman)
berkata kepadanya, "Tidurlah!" Abu Darda pun tidur. Kemudian Abu
Darda bangun untuk melakukan ibadah malam, dan Salman berkata
lagi, "Tidurlah!" Ketika akhir malam datang, Salman berkata,
"Bangunlah, sekarang!" Mereka berdua melaksanakan shalat, lalu
Salman berkata kepadanya, "Sesungguhnya Tuhanmu merniliki hak
atas dirimu, jiwamu memiliki hak atas dirimu dan keluargamu memiliki
hak atas dirimu. Berikanlah hak kepada setiap pemiliknya." Kemudian
dia (Abu Darda) datang kepada Nabi dan menceritakan peristiwa itu
kepada beliau. Mendengar cerita itu, Nabi berkata, "Salman benar!"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan pemahaman dan perhatian Salman terhadap
perempuan (istri Abu Darda) yang lusuh dan tidak berhias. Ia bertanya
tentang kondisi perempuan itu, mengapa begitu? Salman memahami
jawabannya dari penjelasan tidak langsung istri Abu Darda,
"Saudaramu, Abu Darda, tidak terlalu memikirkan dunia." Lalu Salman
mengingatkan Abu Darda tentang kekeliruannya dan Rasulullah
membenarkan apa yang dilakukan oleh Salman terhadap Abu Darda.
116 I
I
Fikih Akhtak
dan kepada Enghau lah tempat kembali'." (QS. Al-Baqarah: 285)
Ketika mereka melakukannya, Allah kemudian mencabut hukumnya
dengan menurunkan ayat, 'Allah tidah membebani seseorang melain-
kan sesuai dengan hesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan dia mendapat sihsa dari (keja-
hatan) yang dikerjakannya. Wahai Tuhan kami, janganlah Enghau
huhum kami jika kami lupa atau kami bersalah.'Dia (Allah) berkata,
\a.''Wahai Tuhan hami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat, sebagaimana Engkau bebankan hepada orang-orang
sebelum hami.'Dia (Allah) berkata, 'Ya.''Wahai Tuhan kami, jangan
Engkau bebanhan kepada kami apa yang tidak nxanxpu kami pikul.'
Dia (Allah) berkata, 'Ya.' 'Maafkanlah kami, ampunilah kami dan
rahmatilah kami. Enghaulah penolong kami, maka tolonglah kami
atas kaum yang kafir.' Dia (Allah) berkata,'Ya) (QS. Al-Baqarah:
286)" (HR. Muslim)
Allah berfirman, "Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya."
(QS. Ath-Thal6q: 7)
Firman Allah, "Bertahwalah kalian kepada Allah rnenurut
hesanggupan halian." (QS. At-Tagh6bun: 16)
Allah berfirman, "Dia tidah ahan menjadikan kesulitan bagi
kalian dalam agan';a." (QS. Al-Haii: 78)
Allah memperbolehkan memakan bangkai bagi orang yang dalam
kondisi terpaksa. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan atas kalian banghai, darah, daging babi dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barsangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya), sedang dia tidak
menginginhannya dan tid,ak (pula) melampui batas, maha tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 173)
Allah memperbolehkan orang mengucapkan kata-kata kafrr jika
dalam keadaan dipaksa. Allah berfirman, "Barangsiapa kafir kepada
Allah sesudah dia beriman (akan mendapatkan kemurkaan Allah),
Fikih Akhtak^ | n7
-t
Dalam Berbisik-bisik:
Nabi bersabda,"Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang
berbisik-bisik tanpa yang hetiga, sampai kalian berbaur dengan orang
banyak. Yang demikian itu agar tidak membuatnya sedih." (If,.R,.
Bukhari dan Muslim)
Ini adalah akhlak Nabi yang beliau ajarkan kepada umatnya.
Jika dua orang berbisik tanpa orang yang ketiga, setan akan merasuki
orang ketiga dengan mengatakan kepadanya, "Jangan-jangan mereka
berdua berniat mencelakanmu dengan ini dan itu."
Hukum ini juga berlaku bagi empat orang; tiga orang tidak boleh
berbisik-bisik dengan meninggalkan satu orang. Begitu juga dengan
lima orang, empat orang tidak boleh berbisik-bisik meninggalkan satu
orang... Intinya, semua yang akan menyebabkan kesedihan seorang
muslim, harus dihindari dan dijauhkan.
Jika terdapat beberapa orang: empat orang, lima orang atau lebih
dari itu, maka diperbolehkan dua orang di antara mereka berbisik-
bisik tanpa yang lain. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan menying-
gung perasaan orang lain sangat tipis, atau bahkan tidak ada. Ada
beberapa dalil yang tnenunjukkan kebolehannya:
o.
jl ,JGG
c o/ t
,**';:l
1.
JtJ - ll
C ,:,';r tr\i oi
.O
tz.z z ?l
,f\U 1., qt{ d|aJt
Fikih Akhlak LU
-!
Fikih Akhlak I ,U
SEGALA SESUATU PUNYA HAK
Tubuh punya hak, tamu punya hak, istri punya hak, mata punya
hak atas Anda. Berikut ini hadis yang berbicara tentang hal itu:
Dari Abdullah ibn Amru ibn al-Ash r.a., "Aku berpuasa setiap hari dan
membaca al-Qur'an setiap malam. Berita tentang apa yang aku
lakukan itu sampai kepada Rasulullah. Beliau berkata kepadaku,'Aku
mendengar bahwa engkau puasa setiap hari dan membaca al-eur'an
setiap malam?'Aku menjawab, 'Benar, wahai Nabi Allah. Dan aku,
dengan melakukan itu semua, hanya mengharap kebaikan.,Beliau
berkata,'sebenarnya cukup bagimu puasa tiga hari dalam setiap buran.'
Aku berkata,'Wahai Nabi Allah, aku mampu melakukan yang lebih
baik dari itu.'Beliau berkata,'sesungguhnya istrimu punya hak, tamu-
tamumu punya hak dan tubuhmu punya hak. Puasalah seperti puasa-
nya Nabi Daud. Dia adalah hamba yang sangat rajin beribadah.,Aku
bertanya, 'Wahai Nabi Allah, bagaimana puasa Daud itu?,Beliau
menjawab,'Daud berpuasa satu hari dan tidak puasa satu hari. Bacalah
(dengan mengkhatamkan) al-Qur'an satu bulan sekali.,Aku berkata,
'Wahai Nabi Allah, aku mampu melakukan yang lebih dari itu.,Beliau
berkata, 'Bacalah dua puluh hari sekali.'Aku berkata, .Wahai Nabi
Allah, aku mampu melakukan yang lebih baik dari itu.'Beliau berkata,
'Bacalah setiap tujuh hari sekali dan jangan tambah lagi. Sesungguh-
nya istrimu punya hak atas engkau dan tubuhmu punya hak atas
e4gkau.'Aku tetap mendesak untuk berbuat lebih, namun aku ditekan.
Beliau berkata kepadaku,'sesungguhnya engkau tidak tahu, bisa jadi
umurmu akan panjang (dan engkau menjadi tua).'Kemudian aku
melaksanakan petunjuk Nabi kepadaku. Ketika aku sudah tua dan
I
ii*'€fir e,
Fikih Akhlak I ,r,
-l
Fikih Akhlak I tI
E-
i:),"&$iit; i,y\ ,pj'"* ^ist;tri tiy
"Jiha Allah menginginkan kebaikan pada sebuah keluarga, Dia
ahan mengirimkan kelembutan hepada merekd." (HR. Ahmad)
y i\' v-":
o.n
. r r, L \",,
) 3 Jl i---->..r alll_r
o.n
|zo .1. r, ,/o , o /
Al I ,2r)- v3 JJl e gr-r 'r.
\J \J
132 I
I
Fikih Akhtak
Dari Aisyah r.a.: Nabi berdoa,
^5Lwu
'rt\ ,i;J * *-i;t u &U
.'o. et oi
4t
o
3tj,e$irq{;
)z
o .o .. o O /.
q dsv --A-t
E. ',Ja a
l'
L-.
Inilah cerita tentang sikap tegas Rasulullah s.a.w.:
Dari Abu Hamid as-Saidi r.a., "Nabi menjadikan Ibnu al-Lutbiyah
dari suku Azad sebagai pegawai yang bertugas mengumpulkan
sedekah. Dia kemudian membawa harta kepada Nabi dan berkata, 'Ini
hartamu dan ini hadiah yang diberikan kepadaku.'Rasulullah lalu
berkata kepadanya, 'Jika engkau tetap duduk di rumahmu, apakah
engkau akan diberi hadiah atau tidak?!'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi s.a.w. pernah berkata kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz,
apakah enghau ingin rnenjadi tukang fitnah?! (Nabi mengatakan itu
tiga kali) Ini terjadi gara-gara Mu'adz mengimami shalat berjamaah
dengan memperlama shalatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Amru ibn Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, "Sekelompok
orang duduk-duduk di depan pintu Rasulullah s.a.w., lalu sebagian
mereka berkata, 'Allah berfirman begini dan begitu.'Sebagian yang
lain berkata,'Bukankah Allah berfirman begini dan begitu.'(Mereka
saling mendebat) dan Rasulullah mendengar perdebatan mereka,
kemudian beliau keluar dan tampak marah sekali. Beliau berkata,
'Apakah seperti ini kalian diperintahkan?! Apakah seperti ini kalian
diutus?! Kalian saling mendebat dengan menggunakan Kitab Allah.
Sungguh, umat-umat sebelum kalian tersesat karena sikap seperti ini.
Kalian sama sekali tidak berada dalam kebenaran. Perhatikanlah apa
yang diperintahkan kepada kalian dan kerjakanlah. Apa yang dilarang
untuk kalian, tinggalkanlah!"' (HR. Ahmad)
Dari Sa'ad ibn Abi Waqash r.a., "Rasulullah s.a.w. mendapat
harta rampasan perangyang banyak. Di dalamnya ada sebuah pedang
dan aku mengambilnya. Kemudian aku membawanya kepada
Rasulullah, dan aku berkata,'Berikanlah pedang ini untukku. Engkau
tahu tentang aku, bukan?!'Beliau berkata,'Kembalikan pedang itu ke
tempatnya!'Aku kemudian pergi, sampai ketika aku akan melempar
pedang itu ke tempatnya, hasrat mendesakku (untuk tetap meminta
pedang itu). Maka aku kembali kepada Rasulullah dan berkata,
'Berikanlah pedang ini untukku.'Dengan suara keras beliau berkata,
'kembalikan pedang itu ke tempatnya!'..." (HR. Muslim)
E-
ETIKA PERGAULAN
dan berbuat kebaikan kelak Allah Yang Maha Pengasih ahan menja-
dihan kasih sayang untuh nlereka." (QS. Maryam: g6) Yaitu dengan
menanamkan kasih sayang di hati orang lain untuk orang-orangyang
beriman dan berbuat kebaikan.
Jadi, mengingatkan akan Allah sangat berguna bagi orang-orang
beriman. Orang yang hendak berbuat curang atau menipu, jika diingat-
kan akan Allah, sangat mungkin ia akan membatalkan niatnya itu,
136 I
I
Fikih Akhtak
jika dia masih beriman kepada Allah. Allah berfirman, "Dan tetaplah
memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan memberi
manfaat." (QS. Adz-Dzdriydtz 55)
Perhatikanlah ucapan Musa a.s. ketika mengadakan perjanjian
dengan seorang hamba saleh untuk menjadi pekerja. Musa berkata
kepadanya, "Itulah (perjanjian) antara aku dan enghau. Mana saja
dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnahan, maka tidak
ada tuntutan tarnbahan atas diriku. Allah adalah saksi atas apa yang
hita ucapkon." (QS. Al-Qashash: 28)
Ingatlah kisah seorang wanita yang terdesak oleh kebutuhannya
dan sepupunya memaksa untuk menyetubuhinya. Ketika itu sang
wanita mengingatkan sepupunya akan Allah dengan berkata,
"Takutlah kepada Allah. Jangan kau masukkan cincin (bersetubuh)
dengan cara yang tidak sah!" (IIR. Bukhari dan Muslim) Mendengar
peringatan itu, sang sepupu berhenti dan tidak jadi menggaulinya.
Perhatikanlah ucapan Rasulullah s.a.w., ketika beliau mengi-
ngatkan akan AIIah, "Katakanlah,'Tuhan kita akan mengumpulkan
kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara hita dengan
benar. Dan Dialah Maha Pernberi keputusan lagi Maha Mengetahui'."
(QS. Saba':26)
Perhatikanlah firman-Nya, "Allah lah Tuhan kami dan Tuhan
halian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-arnal kalian.
Tidak ada gunanya perdebatan antara kami dan halian. Allah akan
tnengurnpulkan kita dan hepada-Nya lah kita kembali." (QS. Asy-
Syffr6:15)
Kemudian bacalah firman Allah, "Dan jangan sekali-kali engkau
mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku (pasti) akan
mengerjakan itu besok.' Kecuali (dengan menyebut) insyaallah dan
ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa." (QS. Al-Kabrfrz 28-24)
Perhatikanlah ucapan Musa kepada Khidhir a.s., " M usa b erkata,
'Insyaallah enghau akan menemukan aku sebagai orang yang sabar
dan aku tidah akan menentangrnu dalam urusan apapu.n'." (QS. Al-
Kahfi:69)
L-.
Allah berfirman, "Ketika enghau berkata kepada orang yang
Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan engkau juga telah
memberi nihmat hepadanya, 'Tahanlah istrimu dan bertahwalah'." (QS.
Al.Ahz6b: 37)
Perhatikanlah firman Allah, "Jika kalian tidak m.enolongnya
(Muhammad s.a.w.), maha Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya (dari Mehah)
sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ked,uanya berada dalam
gua. Dia berhata hepada temannya,'Jangan bersedih, sesungguhnya
Allah bersama hita'." (QS. At-Taubah: 40)
Perhatikan sabda Nabi s.a.w. ketika mengingatkan Abu Bakar
akan perlindungan Allah untuk mereka berdua,
|
I
Im I
I
ritirr Akhtak
Jika Anda makan atau minum, sebutlah nama Allah.
Jika Anda selesai dari makan dan minum,baca, "Alhamdulillah"
Jika Anda melihat nikmat Allah pada diri, baca,"Md, syd'allah ld
quutwata illa billi.hi."
Ingatkanlah masyarakat dengan hadis-hadis berikut ini:
o ( .o, / / o .
. tc/1 \,,
ioi ;t"y {Jl Jtf 6 4! ,s'r2 ,,i .lli
a a a
",i
'a a a .
ea
{ir *;, Ur alj ,t,J>li L'JJ t:.
a
"ZrJ
"Orang yang merendahkan diri terhadap Allah, maka Allah
akan mengangkatnya." (HR. Muslim)
a
ilr ll z cz
4-e..> .l u;6t f; u;
"Siapa yang tidak menydyangi sesarnanya, niscaya Allah tidak
me ny ay anginy a. " (HR. Muslim)
Ingatlah Akhirat
Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang menjadi
sabar dalam menghadapi masyarakat, sabar menghadapi gangguan
mereka dan sabar menghadapi kebodohan mereka.
Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang banyak
melakukan kebaikan untuk dipersembahkan ke hadirat Allah. Di sisi
lain dia akan menghindarkan dirinya dari mengharap apa yang ada
di tangan orang lain.
Mengingatkan akan akhirat juga akan mendorong seseorang
untuk memaafkan orang lain, bersikap toleran, berkata baik dan
berakhlak baik. Semua itu merupakan buah dari mengingat akhirat.
Keyakinan yang benar akan mendorong kepada perbuatan baik
dan keyakinan yang salah akan mendorong kepada perbuatan salah.
Jika Anda yakin bahwa di sana ada surga dan neraka, maka Anda
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat Anda masuk
surga dan menghindarkan Anda dari neraka. Perbanyaklah mengi-
ngatkan akhirat dengan segala bentuk kedahsyatannya.
Allah mengkhususkan para nabi untuk lebih banyak mengi-
ngatkan akan akhirat. Allah berfirman tentang beberapa nabi,
"sesungguhnya Kami telah mensucikan mereha dengan (menganu'
gerahkan kepada mereka akhlak yang tinggi, yaitu) selalu mengingat-
han (manusia) kepada negeri akhirat." (QS. ShAd: aG)
Sebagian besar ayat-ayat dalam al-Qur'an di dalamnya terdapat
peringatan akan akhirat, baik di ujung ayat atau di tengah-tengah
ayat. Bahkan beberapa surah dikhususkan bercerita tentang akhirat
dan dinamakan dengan nama akhirat, seperti surah al-Qiydmah, al-
GhAsyiah, al-Wdqi'ah, al-H6qqah, al-Qdri'ah, alJfltsiyah, at-TaghAbun,
an-Naba', at-Takwir, al-InfithAr, al-Insyiqdq, dan al'Zilzalah.
Hukum-hukumyang ada di dalam al-Qur'an pun seringdiakhiri
dengan peringatan akan akhirat. Setelah Allah berfrrman tentang
"Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika enghau mempercoryakan
hepadanya harta yang banyah, pasti dikembalikannya kepadamu. Dan
di antara rnereka ada orang yang jika engkau nxenxpercayakan
hep adany a satu dinar, maka dia ti.dak akan mengemb alikan kepadamu,
144 I
I
Fikih Akhtak
kecuali jiha enghau selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran
mereka mengatahan,'Tidak ada dosa bagi hami terhadap orang-orang
yang tidah berperadaban 6tmiyyin).' Mereha berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereha mengetahui." (QS. Ali Imran: 75)
oj$it.t
"Sesungguhnyo, orang yang paling aku cintai dan paling dekat
tempat duduknya denganku pada hari Kiamat adalah orang
yang akhlaknya paling baih. Sesungguhnya orang yang paling
aku benci dan paling jauh tempat duduhnya darihu pada hari
Kiamat adalah orang yang banyah mengumbar kata (ats-
tsartsar0n), orang yang besar mulut (al-mutasyaddiqfrn) doz
orang yang sombong (al-mutafaihiqOn). Mereka berkata,'Wahai
Rasulullah, kami mengerti tentang ats-tsartsarin dan al-
mutasyaddiq0n. Lalu apa yang dimaksud dengan al-
mutafaihiq0n?' B eliau menj awab,' D iala h o ra ng y ang so nl.b o ng'. "
(HR. firmidzi)
Fikih Akhlak L*
SETIAP KATA ITU PASTI TERCATAT
150 |
I
Fikih Akhlak
(HR. Bukhari dan Muslim) shalawat dan salam bagi Nabi s.a.w.
yang memiliki budi pekerti yang luhur yang diutus sebagai pelengkap
kesempurnaan akhlak mulia.
152 I
I
Fikih Akhtak
Inilah Maryam a.s. ketika mengandung Isa a.s. Tuhannya
memerintahkan kepadanya, "Jika engkau melihat seorang manusia,
maka katakanlah, 'sesungguhnya ahu bernazar kepada Tuhan Yang
Maha Pengasih untuk berpuasa; Ahu tidak akan berbicara dengan
seorang pun pada hari ini'." (QS. Maryam: 20) Mengapa engkau
(Maryam a.s.) tidak berbicara dengan manusia?!
Sesungguhnya masyarakat pasti mengingkari kehamilannya,
bersalinnya dan kedatangannya dengan membawa bayi. Alasan
apapun darinya tidak akan bisa diterima oleh masyarakat' Oleh karena
itu, kata-kata dan alasan tidak ada gunanya lagi. Ketika itu, diam
adalah pilihan yang tepat dan hanya Allah lah pemilik segala hikmah.
Di antara hikmah itu adalah apa yang terjadi setelah kelahiran Isa
a.s., di mana Isa berbicara ketika masih berada dalam buaian.
Para pemuda Ashabul Kahfi bersitegang dalam menentukan
berapa lama mereka berdiam di dalam gua. Kemudian mereka
menghentikan perdebatan tersebut dan menyadari bahwa perdebatan
mereka tidak ada gunanya. Allah berfiman, "Tuhan kalian lebih
mengetahui berapa lama kalian (berada di sini)." (QS. Al'Kahfi: 19)
Benar, Tuhan kalian lebih mengetahui berapa lama kalian berada di
dalam gua itu. Kemudian apa gunanya lagi bertanya?
Begitu pula ketika terjadi perbedaan pendapat di antara orang-
orang setelah mereka (Ashabul Kahfr) tentang jumlah mereka. Allah
memerintahkan untuk tidak mempermasalahkan itu. Allah berfirman,
"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan Qumlah mereka) adalah
tiga dan yang keempat adalah anjingnya. (Yang lain) mengatahan
(jumlah mereka) adalah lima dan yang keenam adalah anjingnya,
sebagai terkaan tehadap sesuatu yang gaib. Dan (yang lain lagi)
mengatakan (jumlah mereka) tujuh orang dan yang kedelapan adalah
anjirugnya. Katahanlah,'Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereha.
Tidak ada orang yang mengetahui jumlah mereha, kecuali sedikit''
Karena itu janganlah engkau (Muhammad) bertenghar tentang hal
mereka kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan engkau menanya-
han tentang mereha (Ashabul Kahfil kepada seorung pun di antara
me re ka. " (QS. Al-Kahfi: 22)
,lrfur
"r'&L t** S;*"J,it u
'Yang ditanya tidak lebih tahu tentang Kiamat dibanding yang
bertanya." (HR. Muslim)
y6J6
'Ahu keluar untuk mengabarkan (datangnya Lailatul eadar)
hepada kalian (pada suatu malam),lalu Fulan d,an Fulan saling
berdebat dengan keras. Maka hal itu (Laitatul eadar) telah
dianghat. semoga menjadi kebaikan bagi kalian, maha carilah
hal itu pada malarn kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh
dan kedua puluh lima'." (HR. Bukhari)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Ketika Rasulullah s.a.w. menghadapi detik-
detik wafatnya dan di dalam rumah beliau terdapat beberapa orang
sahabat, di antaranya umar ibn Khaththab, beliau berkata,'Kemarilah,
aku akan tuliskan sebuah kitab (pesan) yang membuat kalian tidak
akan tersesat setelah ini.' Lalu Umar berkata, 'Rasulullah sedang
156 I
I
Fikih Akhtak
mengalami sakit keras dan di tangan kalian sudah ada al-eur'an.
cukuplah bagi kita Kitab Allah itu.'Kemudian para sahabat yang ada
saling berselisih. Di antara mereka ada yang berkata, 'Dekatkanlah,
biar Rasulullah menulis sebuah kitab (pesan) untuk kalian agar kalian
tidak akan tersesat.' Di antara mereka ada yang sependapat dengan
apa yang dikatakan oleh urnar ibn Khaththab. Ketika perdebatan
semakin tidak jelas di sisi Rasulullah, beliau kemudian berkata,
'Pergilah kalian!'Ubadillah berkata, 'Kemudian Ibnu Abbas berkata,
'Bencana di atas bencana. Rasulullah tidak jadi menuliskan sebuah
kitab (pesan) untuk mereka karena perselisihan mereka,.,,
158 I
I
Fikih Akhtak
KATA.KATA YANG BAIK
,*
a*b t trfrt
yj *thu+u"'llt,tAcTi
"Barangsiapa berteriak atau meminta bantuan dengan cara-
cara jahiliyah (yang di balik panggilan itu dia rnembanggakan
ayahnya), maka suruh dia menggigit kemaluan ayahnya." (HR.
Ahmad dan Nasai)
Begitu juga dengan ucapan Abu Bakar r.a. kepada Urwah ibn
Mas'ud ats-Tsaqafi. Abu Bakar berkata kepadanya pada Perjanjian
Damai Hudaibiyah (Shulhu al-iludaibiyah), "Pergi dan isaplah
helentit (bizhru) berhala Latta! ! !"35
Begitu juga dengan ucapan Hamzah r.a. kepada Siba, ,.Wahai
Siba', wahai anak ibu Anmar tukang potong kelentit, apa engkau
menantang Allah dan Rasul-Nya!"eo
Sama halnya dengan ucapan Musa a.s. kepada Firaun,
"Sesungguhnya aku yakin, wahai Firaun, bahwa engh,au akan binasa!'
(QS. Al-Isr6': 102)
Akan tetapi kami tegaskan sekali lagi bahwa kata-kata kasar itu
boleh diucapkan ketika dalam kondisi yang memaksa harus berkata
seperti itu. Dan ini dilakukan dengan kadar tertentu. Perintah dasarnya
tetap berakhlak baik dan berkata baik. Hanya kepada Allah kita
memohon pertolongan.
l@ I I
Fikih Akhtak
Diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Umar r.a. berkata, "Aku
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Jangan halian menghalangi
wanita-wanita kalian untuh pergi he masjid jiha rnereka meminta izin
kepada kalian untuk he masjid.' Kemudian Bilal ibn Abdullah berkata,
'Demi Allah, aku akan melarang mereka!' Medengar ucapan Bilal,
Abdullah ibn Umar berpaling kepadanya dan mencaci-makinya.
Kemudian Abdullah berkata kepadanya, 'Aku menyampaikan
kepadamu tentang (apa yang aku dengar dari) beliau, tapi engkau
justru berkata, 'Demi Allah, aku akan melarang mereka!'" (HR.
Muslim)
16 I ritin Akhlak
I
6,,
,)Lli') otjt -ri &--, 0
plt*
a0
,P*
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Dari Muharnmad, hamba Allah dan Utusan-Nya.
Kepada Heraclius Penguasa Romawi.'(HR. Bukhari dan
Muslim)
Begitu juga dengan Sulaiman a.s. yang menuliskan surat kepada
Ratu Saba' dan berkata, "Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman, dan
sesungguhnya (surat ini diawali) dengan na.nla Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah kalian berlaku sornbong
terhadapku dan datanglah hepadaku sebagai orang-ora.ng yang
berserah diri." (QS. An-Naml: 30-31) Oleh karena itu Ratu Saba'
menyebut surat itu dengan sebutan surat yang mu.lia,"Telah dijatuhkan
hepadaku sebuah surat yang mulia." (QS. An-Naml: 29)
Rendahkanlah hatimu ketika berbicara dengan orang lain.
Jangan bersikap angkuh. Rasulullah s.a.w. bersabda,
,uv.' ,
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
bersikap rendah hati, sehingga tidak ada orang yang
mernbanggahan diri di hadapan orang lain dan tidak ada orang
yang rlenzalimi ordng lain." (HR. Muslim)
Dan beliau bersabda, "Setiap orang yang rendah hati hepada
Allah, pasti Dia menganghat derajatnyo." (HR. Muslim)
or/,3
j)w
, lo a
a / z. z t O .z ol . lorl /42
a*y ljt-l ,,llj ot O rr*)l U
o
Ote>=t ri
,)L
168 I
I
Fikih Akhtak
perbuatan yang diherjakan oleh kedua tanganmu dahulu. Sesungguh-
nya Allah tidak ahan pernah menganiaya hamba-hambaNya." (QS-
Al-Hajj:8-10)
L--
JAI{GAN MENGANGGAP DIRI ANDA SUCI!
'qt)t
,et3jlt :t.'r C *'ofnulr S;l
"Rasulullah s.a.w. menyuruh kitp untuk menaburkan debu ke
wajah orang-orangyarrg suka memuji." (HR. Muslim)
seseorang memuji orang lain di hadapan Rasulullah s.a.w., lalu
beliau berkata, "celakalah engkau, enghau telah mentenggal leher
temanmu! (Beliau mengatakannya berulang-ulang) Jika seseorang
harus memuji, katakanlah, 'Menurutku begini dan begini,, iika d,ia
melihat (orang yang dipujil seperti itu. Dan Altah yang berhak menilai
dia. Jangan mensucikan seseorang seolah enghau lebih tahu dari Ailah
tentang orang itu." (llR. Bukhari dan Muslim)
Etika Menjawab
DariAisyah r.a., "Hindun binti Utbah datanglalu berkata,'Wahai
Rasulullah, dulu, di muka bumi ini tidak ada keluarga yang paling
aku inginkan untuk menjadi hina dari keluargamu. Tapi pada hari
ini, di muka bumi ini tidak ada keluarga yang paling aku inginkan
agar menjadi mulia dari keluargamu." Beliau menjawab, "Dan juga
(aidhan), d.emi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya.'
Jawaban Rasulullah "juga (aidhan)" mengandung kemungkinan dan
tidak memiliki arti yangjelas.
Etika Menolak
Rasulullah s.a.w. menyebut 20.000 orangyang akan masuk surga
tanpa hisab dan kata beliau mereka adalah, "orang-orang yang tidak
pesimis, tidak membanggakan diri, tidak meminta-minta pada orang
lain dan mereka adalah orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan
mereka." Mendengar itu, ukasyah ibn Muhshan berdiri dan bertanya,
"Apakah aku termasuk mereka, wahai Rasulullah?,,Beliau menjawab,
'Ya." Kemudian yang lain pun bertanya, 'Apakah aku termasuk mereka
(dalam riwayat lain,'Doakanlah agar aku termasuk mereka)?" Beliau
menjawab, "Engkau telah didahului oleh Ukasyah.,, (HR. Bukhari)
Dari Sahal ibn Sa'ad r.a., "Rasulullah pernah diberi minuman
dan beliau meminumnya. Di sisi kanan beliau ada seorang anak kecil
dan di sisi kiri beliau ada beberapa orang tua. Rasulullah berkata kepada
anak kecil itu, 'Apakah engkau mengizinkan aku memberi minuman
ini kepada mereka (orang-orangtua)?' Anak kecil itu menjawab,,Demi
Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan memberikan bagianku dari
engkau kepada seorang pun." (IIR. Bukhari)
Anak kecil ini menolak izin Rasulullah tidak dengan kata, *Aku
tidak mengizinkan," tapi dia menggunakan kata-kata yang menun-
jukkan rasa cintanya kepada Rasulullah. Ini penolakan yang
melahirkan rasa cinta.
I
I
.z lo
t--(-
a
.r., W)) q*j
i.;\1:ri i: ui* ,snt ;fii t-fir: ,trt tf J-)
'(HR. Abu Daud)
Dari Ibnu Abbas r.a., "Dhimad dari suku Azad Syanuah datang
ke Mekah. Dia membuat jimat untuk melidungi diri dari gila dan
176 I
I
Fikih Akhlak
gangguan jin. Dia mendengar orang-orang bodoh di Mekah berkata
bahwa Muhammad gila. Kemudian dia berkata, 'Jika aku bertemu
dengan orang ini, Allah akan menyembuhkannya melalui tanganku.'
selanjutnya dia bertemu dengan Rasulullah dan dia berkata,'wahai
Muhammad, aku membuat jimat untuk berlindung dari gila dan
gangguan jin. Allah menyembuhkan orang-orang yang Ia kehendaki
melalui tanganku. Apakah engkau tertarik untuk menerima jimatku?'
Rasulullah menjawab,
'j ")iw f, ., o /
aJJl oJ.6,r- y W)
tt le ,. )l z o t
oJ.o:..i
o
41J
j;ir tf
Jtits'oi W?, { q:6
o,.o I o tz
li it*', ^i:l
rli JP-as
ta..6/ rl .r,z ttez l6z I a/. t7,, /
& trl 4-f sj oP l-t^-.... dlj d C,-r|
t)
gtJ-a 4.4jt ?i ^isr
,-lg ,-\-*Jt p 4t
duI Jn
) oz
$
"^itrb qiti:^X t, , 62.,
tM I ,,n,n Akhrak
SEJUMLAH CARA UNTUK MEYAKINKAN
ORANG LAIN
188 I
I
rilirr Akhrak
dan diam. Umar berkata,'Aku akan mengatakan sesuatu yang akan
membuat Rasulullah tertawa.' Kemudian Umar berkata kepada
Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, jika engkau lihat istriku menuntut
nafkah (di luar kemampuanku) kepadaku, aku akan mendekatinya
dan aku cekik lehernya.'Mendengar ucapan Umar ini Rasulullah
tersen5rum dan berkata,'Mereka mengelilingi aku, sebagaimana engkau
lihat, menuntut nafkah.' Kemudian Abu Bakar berdiri mendekati Aisyah
dan mencekik lehernya. Begitu juga dengan lJmar, dia mendekati
Hafshah dan mencekik lehernya. Keduanya berkata,'Kalian meminta
kepada Rasulullah akan sesuatu yang tidak beliau miliki?!'Mereka (istri-
istri Rasulullah) berkata, 'Demi A1lah, kami tidak akan meminta kepada
Rasulullah akan sesuatu yang tidak beliau miliki, selamanya!'Kemudian
Rasulullah meninggalkan mereka selama satu bulan atau dua puluh
sembilan hari. Lalu, ayat berikut turun kepadanya, 'Wahai Nabi,
k at ak an ke p ada i stri - i st rirnz. ..' s amp a i' B agi w anita - w anit a y ang b aih
dari kalian ada pahala yang besar.' (QS. Al-AhzAb: 28'29) Kemudian
Rasulullah menemui istri-istrinya dan memulai dari Aisyah, 'Wahai
Aisyah, aku ingin menyampaikan sesuatu. Aku harap engkau tidak
cepat-cepat menjawabnya, sampai engkau berkonsultasi dengan
orangtuamu.'Aisyah berkata, 'Apa yang ingin engkau sampaikan,
wahai Rasulullah?'Rasulullah membacakan ayat di atas kepadanya.
Mendengar ayat itu, Aisyah berkata,'Apakah untuk memilih engkau
aku harus berkonsultasi dengan orangtuaku? Jelas, aku memilih Allah,
Rasul-Nya dan akhirat. Aku minta kepadamu untuk tidak menceritakan
apa yang aku katakan kepada seorang pun dari istri-istrimu.'Rasulullah
berkata, 'Jika seseorang dari istri-istriku bertanya tentang itu, pasti
akan kuberitahukan. Allah mengutus aku bukan untuk mempersulit
orang dan bukan untuk mengharapkan kesalahan orang. Akan tetapi
Allah mengutusku untuk menjadi pendidik dan untuk mempermudah
urusan'." (HR. Muslim)
190 I
I
Fikih Akhtak
lullah." Wanita itu berkata, 'Yang dikatakan sebagai orang yang pindah
agama (ash-shdbi')?" Mereka berdua menjawab, "Dia adalah yang
engkau maksud..." (HR. Bukhari)
j
194 I
I
Fikih Akhlak
sampaikan kepada masyarakat agar mereka senang?' Beliau menja-
wab,'Jika itu engkau lakukan, mereka akan malas berbuat.'Selanjut-
nya Mu'adz mengabarkan hal itu menjelang wafatnya, karena takut
berdosa (karena tidak menurunkan ilmu)." (HR. Bukhari dan
Muslim) Dalam riwayat lain, "Bolehkan aku menyenangkan masya-
rakat dengan berita ini?" Beliau menjawab, "Jangan, aku khawatir
mereka jadi malas berbuat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pilihlah pembicaraan yang bermanfaat bagi orang lain. Adapun
pembicaraan yang menyebabkan kesalahpahaman, hindarilah. Apalagi
pembicaraan yang bisa mengantarkan masyarakat kepada mudarat.
FikihAkhtak I t,
RENDAHKAN SUARA ANDA KETIKA
BERBICARA DENGAN ORANG YANG
TERHORMAT
Fikih Akhlak L,
ETII(A BERBICARA TENTANG ALLAH
2n I
I
Fikih Akhtak
MENARIK PERHATIAN PENDENGAR
Fikih Akhtak I
^,
'Kami tidak menginginkannya sama sekali. Apa yang bisa kami perbuat
dengan bangkai kambing itu?'Beliau berkata, 'Apakah kalian ingin
memilikinya dengan gratis?'Mereka menjawab,'Demi Allah, andai pun
kambing itu masih hidup, dia punya cacat, karena kupingnya pendek.
Apalagi dia sudah jadi bangkai!'Rasulullah berkata, 'Maka demi Allah,
sungguh dunia lebih remeh di hadapan Allah daripada keremehan
kambing ini di hadapan kalian!"'
Perhatikanlah bagaimana Rasulullah menarik perhatian para
sahabatnya, kemudian beliau menjelaskan tentang keremehan bangkai
kambing itu yang dibandingkan dengan keremehan dunia. Tujuannya
adalah mengajarkan kepada para sahabatnya agar mereka bersikap
tidak tamak pada dunia.
Ketika ingin menjelaskan hakikat orang-orang yang bangkrut,
Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Apakah
kalian tahu, siapakah orang yang bangkrut itu?" (HR. Muslim)
Kemudian Rasulullah menjawab pertanyaan itu setelah para sahabat
merasa penasaran dengan penjelasannya. Dengan demikian, jawaban
yang sekaligus penjelasan tentang hakikat orang bangkrut itu menjadi
begitu tertanam di hati para sahabatnya.
Pernah juga Rasulullah s.a.w. berkata, "Dan pada (penggunaan)
kemaluan seseorang dari kalian ada sedekah." Para sahabat bertanya,
"Apakah seseorang dari kami melampiaskan syahwatnya (dengan cara
yang sah) kemudian mendapatkan pahala?' Beliau menjawab,
"Bukankah kalian tahu, jika dia menggunakan kemaluannya di jalan
yang haram, dia akan mendapatkan dosa? Demikianlah, jika dia
menggunakan kemaluannya di jalan yang halal, dia mendapatkan
pahala." (HR. Muslim)
Kadangkala pertanyaan perlu dilontarkan, sedang penanya
sudah tahu jawabannya. Ini dimaksudkan,untuk memberikan
pemahaman dan pelajaran kepada para pendengar. Jibril pernah
bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang beberapa persoalan agama
dengan tujuan mengajarkan masyarakat tentanEf urusan agama. Dari
Umar r.a., "Pada suatu hari, ketika kami sedang bersama Rasulullah,
tiba-tiba seorang laki-laki berbaju sangat putih dan berambut sangat
I
I
l1
et$) t)l Ji, tfl
):!)t i;q+t ::lr J',;3 rl
::lr
"Hati-hatilah akan ucapan dusta dan kesaksian palsu. Hati-
hatilah ahan ucapan dusta dan hesahsian palsu!" (HR. Bukhari dan
Muslim)
Rasulullah terus mengulanginya, sehingga sebagian sahabat
bergumam, "Mengapa beliau tidak berhenti?"
Demikian juga sabda Rasulullah,
Fikih Akhlak L*
t J, o ',,
';i:rx"'tr: L::b ,-r ,GJu. #; &b Jt)6
"Jibril selalu mewasiatkan hepadahu akan tentangga, hingga
aku mengira bahwa dia akan meberikan hak waris kepada
tetangga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Menarik perhatian pendengar bisa juga dilakukan dengan
mengeraskan suara, jika dibutuhkan. Pernah terjadi, dalam satu
perjalanan, Rasulullah s.a.w. melihat para sahabatnya berwudhu dan
sebagian dari mereka tampak kurang perhatian dalam membasuh kaki
dan tumitnya. Kemudian Rasulullah berteriak dengan suara yang keras,
"Celakalah (dengan mendapatkan satu lembah di nereka) bagi orang-
orang yang lalai dalam membasuh tumitnya (dalam berwudhu)." (HR.
Bukhari dan Muslim) Beliau mengucapkan ini dua atau tiga kali.
Kemudian untuk menarik perhatian bisa juga dilakukan dengan
memintanya dari para calon pendengar. Rasulullah s.a.w. pernah
berkata kepada Jarir ketika melaksanakan haji wadd.', "Mintalah
perhatian kepada orang-orang!" Kemudian beliau bersabda, "Jangan
kalian kembali menjadi kafir setelah aku (wafat), dengan saling
memerangi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang
fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu kabar, maka
telitilah (kabar itu). Jangan sarnpai kalian menuduh suatu kaurn
tanpa pengetahuan yang pasti (tidak sesuai dengan fakta), yang
menyebabkan kalian rnenyesal atas apa yang kalian lakuhan.'(QS.
Al-llujurAt: 7)
2M L,n,n Akhtak
JANGAN MEMBUAT ORANG LAIN JAHAT
I{ARENA UCAPAN ANDA
Fikih Akhtak I *
:
2M I ritin Akhtak
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang senang
menyebarkan heburukan di kalangan orang-orang yang beriman akan
mendapatkan sihsa yang pedih di dunia dan akhirat. Allah
mengetahui dan halian tidah mengetahui." (QS. An-NOr: 19) Dan
sudah dipaparkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda,
c I ct
o to ,, ol.ro,
u4 )tt-;' J'=L
"Ucaphanlah kebaikan atau diam."
Ini akan mencegah tersebarnya keburukan. Wallahu a'lam.
Fikih Akhlak Lt
-l
,;,$tojd 1rj,;:ltc'_;*
"Karena kalian sering mencaci dan mengingkari suami." (IJB,.
Muslim)
Allah berfirman, uJangan saling memanggil dengan julukan
yang buruk. Seburuk-buruh nanla adalah narrla fasik setelah keima-
nan." (QS. Al-Ilujur6t: 11)
Jangan menanamkan rasa takut di kalangan orang-orang
mukmin dengan ucapan-ucapan Anda. Rasulullah s.a.w. melarang
menakut-nakuti orang lain dan beliau sendiri selalu berusaha menghi-
Iangkan rasa takut itu dan membuat masyarakat tidak gelisah. Ketika
Ibrahim bertemu dengan para malaikat, dia berkata, "Kami rnerasa
takut pada kalian." (QS.Al-Illirz52) Kemudian para malaikatberkata
kepadanya,"Jangan tahut." (QS. Al-Hiir: 53)
Berapa banyak orang yang bergurau dengan kebohongan dan
menyebabkan ketakutan kepada orang lain, namun mereka merasa
telah berbuat baik. Merekalah orang-orang yang berdosa.
Fikih Akhlak L*
JANGAN MENDAHULUI ORANG TUA DALAM
BERBICARA
Orang tua punya hak. Dari Ibnu Umar r.a.: Rasulullah s.a.w.
berkata, "Ada sebuah pohon yang karahternya mirip dengan harahter
orang mukmin." Mendengar itu aku ingin sekali mengatakan bahwa
pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi aku sadar bahwa aku paling
muda di antara orang-orang yang ada ketika itu, maka aku diam saja.
Kemudian Rasulullah berkata, "Pohon itu adalah pohon kurm.a." (IJ.B,.
Bukhari dan Muslim) Perhatikanlah ucapan Ibnu Umar, "Tetapi aku
sadar bahwa aku paling muda di antara orang-orang yang ada ketika
itu."
Dari Samrah ibn Jundab, "Pada masa Rasulullah s.a.w. aku masih
anak-anak. Aku banyak hafal dari beliau. Tidak ada yang menghalangi
aku untuk bicara, kecuali jika aku melihat di sana banyak orang-orang
yang lebih tua dariku." (HR. Muslim)
izi l't; oy
, a L o'c1 )
oL,-! o_9.h.cLi
tzo
o)-#l
'Belilah dan berikan hepadanya. Orang yang terbaih adalah
orang yang baik dalam membayar utangnya'." (HR. Bukhari)
Orang yang memiliki hak harus dimaklumi dan haknya harus
diberikan, tanpa diperdebatkan. Sikap seperti ini adalah sikap paling
tepat yang akan menghindarkan terjadinya perselisihan dan pekela-
hian.
Bagian dari contoh mengakui kebenaran orang yang benar
adalah firman Allah, "Mereka bertanya kepadamu tentang berperang
pada bulan suci. Katakanlah,'Berperang pada bulan ini adalah dosa
besar'." (QS. Al-Baqatah: 217)
Nabi Musa a.s. pernah membunuh seseorang, kemudian dia pergi
dari Mesir menuju Madyan. Beberapa lama kemudian dia kembali lagi
Jika orang yang Anda ajak bicara baru bisa memahami maksud
Anda dengan pengulangan pembicaraan, maka ulangilah pembicaraan
Anda agar dia mampu memahami kehendak Anda. sebagian ulama
berpendapat bahwa batas maksimal pengulangan adalah tiga kali.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa lebih dari tiga kali pun
diperbolehkan jika itu dibutuhkan. Akan tetapi, sebagian besar hadis-
hadis Rasulullah menegaskan tiga kali pengulangan.
Dari Anas r.a., "Jika Rasulullah s.a.w. berbicara tentang sesuatu,
beliau mengulanginya tiga kali, sampai maksudnya dipahami." (HR.
Bukhari) Ibnu Tin berkata, "Hadis ini menunjukkan bahwa tiga kali
merupakan batas maksimal dalam pemberian maaf dan penjelasan."
Rasulullah s.a.w. pernah berteriak dengan suaranya yang paling
keras, "celaka dari neraha bagi tumit-tunxit!" dtakali atau tiga kali."a3
Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada Usamah lbnZaid t-a.,
,,Apakah engkau bunuh dia setelah dia mengucapkan ld. ild,ha illallah?"
(i
:tlr i;t*t, ::1r J';i
[Hati-hatilah akan ucapan bohong,]hingga para sahabat berpikir
kapan beliau berhenti mengatakannya.
Yang jelas, pengulangan boleh dilakukan berkali-kali sesuai
dengan kadar pemahaman lawan bicara. Wallahu a'lam.
/t.o/
o to
A"-A) "):t o .lo
yu;{-rltyp ey.rs ,y
"Barangsiapa bersumpah, m.aha bersumpahlah dengan Allah
atau diam!" (HR. Bukhari dan Muslim)
Perselisihan seharusnya selesai dengan sumpah. Apa yang ada
di balik sumpah diserahkan kepada Allah. Nabi Isa a.s. pernah melihat
seseorang mencuri. Kemudian Isa bertanya kepadanya, "Apakah
engkau mencuri?" Orang itu menjawab, "Tidak, demi Allah yang tidak
ada Tuhan selain Dia." Mendengar jawaban itu, Isa berkata, "Aku
beriman kepada Allah dan aku mendustai mataku."s
Fikih Akhtak Ln
Rasulullah s.a.w. mencela orang-orang yang mengatakan apa
yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperin-
tahkan. Beliau berkata, "Setiap nabiyang diutus kepada umat sebelum
ahu, pasti ada sebagian umatnya yang menjadi penolongnya, menjadi
pengikutnya dan melakuhan apa yang diperintahhan. Setelah mereha,
pasti ada orang-ord,ng yang mengatahan d.pa yang tidak mereka
herjakan dan mengerjahan apa yang tidah diperintahhan. Barangsiapa
melawan mereka dengan tangannya, maka dia seorang mukmin.
Barangsiapa rnelawan mereha dengan lisannya, maka dia seorang
mukrnin. Barangsiapa melawannya dengan hati, maha dia seorang
rnuhrnin. Setelah itu (perlawanan dengan hati) tidak ada lagi iman
sekecil apapun." (HR. Muslim)
lz c
t2. -o
dtki -*tt)z ort,
'*.:r I
/ ea
r\- .,---a-0,) u
Fikih Akhlak L*
Jangan pernah meminta orang lain berhenti bicara untuk
mendengarkan ucapan Anda. Rasulullah berkata, "Jika engkau mengi-
ngatkan hadirin dengan, 'Dengarkan, dong, dengan serius!' sedang
mereka dalam keadaan berbicara, maka engkau telah menyia-nyiakan
dirimu." (HR. Ahmad)
Sikap seperti itu adalah salah satu bentuk egois dan menguta-
makan diri sendiri di atas orang lain. Ini bertentangan dengan sikap
rendah hati (tawadhu).
Akan tetapi, jika Anda seorang pejabat dan Anda ingin menyam-
paikan pesan kepada rakyat, maka ajaran Rasulullah telah dipaparkan
di atas, ketika beliau berkata kepada Jabir, "Mintalah perhatian dari
m.asyarakar." (HR. Bukhari) Demikian halnyajika ada urusan penting
yang harus disampaikan kepada masyarakat.
Jadi, jika orang-orang sedang berbicara, tundalah pembicaraan
Anda agar Anda mendengarkan pembicaraan mereka dan sampai
mereka selesai dari pembicaraanya. Jika Anda memiliki satu pesan yang
bermanfaat dan penting, majulah dan sampaikanlah kepada mereka.
Ketika itu mereka akan menerima apa yang Anda sampaikan.
Jika Anda hendak menyampaikan pidato kepada sebuah per-
kumpulan, maka Anda harus mengatur kata-kata sebelum mengucap-
kannya. Anda harus memastikan apa yang Anda inginkan dari orang-
orang dan apa yang ingin Anda sampaikan.
Umar ibn Khaththab r.a. berkata tentang apa yang dia lakukan
ketika dia pergi ke Saqifah Bani Saidah yang di sana terdapat perkum-
pulan orang-orang Anshar. Orang-orang Anshar berkata, "Dari kami
ada pemimpin dan dari kalian ada pemimpin." Maka Abu Bakar, IJmar
dan Abu Ubaidah ibn Jarah berangkat menemui mereka. Umar
langsung berbicara dan Abu Bakar menghentikannya. Umar berkata,
"Demi Allah, aku melakukan itu hanya karena aku telah mempersiap-
kan kata-kata yang mengagumkan dan aku khawatir Abu Bakar tidak
menyampaikannya." (HR. Bukhari)
zn L,n,n Akhrak
MENGHIBUR KETIKA DIBUTUHKAN
232 I
I
Fikih Akhtak
Kejujuran akan tampak di wajah dan lisan, seperti halnya
kebohongan. Allah berfirman, "Jika Karni berkehendah, maka Kami
akan perlihathan merekakepadamu danengkau ahan mengenali mereha
dari tanda-tanda mereka dan engkau akan mengenali mereka dari
ucapannya." (QS. Muhammad: 30)
Inilah cerita tentang Ya'kub a.s. ketika anak-anaknya datang
kepadanya dan berkat a, *Wahai ayah hami, kami pergi saling berlornba
dan kami tinggalkanYusuf dekat barang-barang kami, kemudian dia
dimakan oleh srigala. Engkau pasti tidak percayd hepada kami, walau
hami berhata apa adanya.' Mereka datang dengan membawa bajunya
Ausufl yang berlunTuran darah palsu. (Ya'hub) berhata,'Sebenarnya
nafsu halian yang nTenggoda kalian dalam hal ini. Maha kesabaran
yang baih (itulah kesabaranhu). Allah lah tempat nremohon pertolo'
ngan dari apa ydng kalian ceritakan'." (QS. Yusuf: 17-18) Ya'kub
menolak kebohongan mereka dengan ucapan, "Sebenarnya nafsu
kalian yang menipu kalian dalam hal ini."
Ketika mereka datang kembali kepada ayahnya setelah mereka
pergi membawa saudaranya (Bunyamin) dan kembali tanpa sauda-
ranya, mereka berkata kepada ayah mereka, "'Wahd.i ayah kami,
sesungguhnya putramu mencuri. Kamibersaksi dengan apa yang hami
lihat. Dan kami tidah mengetahui hal-hal yang gaib'." (QS. Yusuf:
81) Ya'kub membantah ucapan mereka, walau kali ini mereka benar,
"sebenarnya nafsu kalian yang menipu kalian dalam hal ini. Maka
kesabaran yang baik (itulah kesabaranku). Semoga Allah mengemba-
likan rnereha semua kepadahu." (QS. Yusuf:83)
Perhatikanlah bagaimana persepsi Ya'kub terhadap anak-
anaknya yang telah berdusta pada cerita pertama. Itu yang membuat-
nya membantah mereka ketika mereka datang kedua kalinya dengan
berita yang benar.
Sebagaimana telah kami jelaskan di atas, kebiasaan berbohong
menyebabkan kebenaran akan ditolak. Ini merupakan siksa yang cepat
bagi orang yang suka berbohong, sebelum siksa di akhirat. Selain itu,
kebohongan akan membuat orang menjadi hina dan tercela di mata
masyarakat. Kebohongan membuat Anda masuk dalam daftar orang-
Fikih Akhtak Lt
orang munafik. Tanda-tanda orang munafik adalah: Ketika berbicara,
dia berdusta; ketika berjanji, dia mengingkari; ketika dipercaya, dia
mengkhianati, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari
danMuslim)
Masih banyak ayat-ayat dan hadis-hadis yang menganjurkan
manusia untuk jujur dan menghindari kebohongan. Kejujuran akan
membuat Anda sukses di dunia dan di akhirat.
2y L,n,n Akhtak
TENTANG SINDIRAN
238 I
I
Fikih Akhtak
"sungguh aku dapat mengetahui kamarahanmu dan kerelaanmu."
Aisyah bertanya, "Bagaimana itu bisa, wahai Rasulullah?" Rasulullah
menjawab, "sesungguhnya engkau, jika dalam keadaan rela, akan
berkata, Ya, demi Tuhan Muhammad.'Dan ketika engkau sedang
marah, engkau akan berkata, 'Tidak, demi Tuhan Ibrahim'." Aisyah
berkata, "Benar, aku hanya meninggalkan namamu."
Ketika Abu Bakar mendengar Rasulullah khutbah, "Sesungguh-
nya Allah memberi pilihan kepada seora,ng harnba antara dunia dan
apa yang ada di sisi-Nya. Harnba itu mernilih apa yang ada di sisi
Allah, Abu Bakar menangis. Abu Said al-Khudri berkata dalam hati-
nya, "Apa yang membuat orang tua ini menangis ketika Allah membe-
rikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada
di sisi-Nya?Yangdimaksud dengan hamba dalam ucapan Rasulullah
tidak lain adalah Rasulullah sendiri. Abu Bakar adalah orang yang
paling cerdas di antara kita. Rasulullah kemudian berkata kepadanya,
"Wahai Abu Bakar, jangan menangis. Sesungguhnya orang yang
paling baik kepadaku dalam pergaulan dan hartanya adalah Abu
Bakar. Andai aku harus menjadikan seseorang sebagai kekasih (khal?l),
maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi
persaudaraan Islam dan cinta karena Islam adalah lebih utama." (HR.
Bukhari)
Agar pembicaraan Anda dapat dipahami dengan mudah, Anda
boleh mengubah gaya bicara Anda. Rasulullah s.a.w. masuk menemui
Aisyah r.a. ketika masyarakat telah termakan isu cerita dusta (hadits
al-ifki) yang disebarkan oleh orang-orang munafik. Aisyah berkata,
"Aku tidak merasa apa-apa berkenaan dengan isu yang menyebar di
masyarakat. Yang membingungkan aku, dalam kondisi sakitku, aku
tidak melihat keramahan dari Rasulullah yang biasanya aku temukan
ketika aku dalam keadaan sakit. Rasulullah hanya masuk, memberi
salam kepadaku dan bertanya,'Bagaimana keadaanmu?' kemudian
pergi. Itulah yang membuat aku bingung dan aku tidak merasakan
keburukan..." (HR. Bukhari)
242 I
I
Fikih Akhtak
orang-orang yang berinxan hepada ayat-ayat Kami datang hepadamu,
katahanlah,'Kesejahteraan untuk kalian. Tuhan kalian telah memas-
tihan rahmat atas Zat-Nya. Sesungguhnya orang yang melakukan
hesalahan karena tidah mengerti, hemudian bertobat dan memperbaiki
diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha
Penyayang," (QS. Al-An'6m: 54)
Yang seharusnya mengucapkan salam lebih dahulu itu orang
yang datang atau orang yang menyambut? Tentu orang yang datang.
Namun pada ayat di atas yang mengucapkan salam lebih dahlu adalah
justru orang yang menyambut. Inilah bentuk sambutan yang sangat
hangat dan perhatian yang lebih terhadap orang-orang beriman yang
Iemah dan miskin.
Selanjutnya perhatikanlah jawaban dan penolakan para nabi
terhadap tuduhan kaum-kaumnya. Kaum Nuh a.s. berkata, "Sesung-
guhnya kami melihat enghau dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al'
A'rdf:60) Nabi Nuh menjawab ucapan mereka dengan, "Wahai haum'
hu, aku tidah tersesat. Aku adalah utusan (rasul) Tuhan semesta aldnt."
(QS. Al-A'rAf:61)
Kaum Nabi Hud a.s. berkata, "Sesungguhnya kami melihat
engkau dalam kebodohan dan kami menduga enghau termasuh orang
yang berdu.s/o. " (QS. Al-^{r6f: 66) Nabi Hud menjawab mereka dengan
ucapan, "Wahai haumku, aku tidak bodoh. Aku adalah utusan (rasul)
Tuhan semesta alam.'(QS. Al-.afr6f: 67)
Firaun bertanya kepada Nabi Musa a.s. dengan tujuan menyu-
dutkan Musa di hadapan masyarakat dan menghasut masyarakat
untuk melawan Musa. Firaun bertanya kepada Musa tentang tempat
kembalinya orang-orang terdahulu dan nenek moyang masyarakat
ketika itu yang mati dalam keadaan musyrik. Firaun berkata kepada
Musa, "Bagaimana nasib generasi'generasi pertama (terdahulu)?" (QS.
Thdh6: 5l) Musa memberi jawaban yang benar, namun jawaban itu
tidak menimbulkan gejolak dan fitnah. Musa berkata, "Pengetahuan
tentang itu ada pada Tuhanku, dalam sebuah Kitab yang Tuhanhu
tidah salah dan tidak pernah lupa." (QS. Thahdz 52) Kemudian Musa
menjelaskan tetang nikmat-nikmat Allah dengan ucapannya, "Dialah
Fikih Akhlak I
^,
yang nlenjadikan bumi sebagai tempat berpijak untuk halian, mernbu-
atkan jalan-jalan di atasnya untuh kalian dan menurunkan hujan
dari langit. Dengan air itu Kami mengeluarkan banyah pasangan dari
tumbuhan yang bermacanl-rnacam. Makanlah dan gembalahanrah
ternak-ternak kalian. Pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berahol." (QS. Th6h6: 58-
54)
Jadi benar, pengetahuan tentang generasi terdahulu hanya ada
di sisi Allah, dalam sebuah Kitab yang Allah tidak akan salah dan
tidak pernah lupa. "Itulah umat yang telah lalu. Mereha mendapatkan
o,pa ya.ng mereka lakukan dan kalian mendapatkan dpa yang halian
lakuhan. Kalian tidak akan dituntut atas apa yd,ng fiiereha lakukan."
(QS. Al-Baqarah: 14L) Perdebatan tentang mereka tidak ada gunanya
lagi. Mereka telah melakukan perannya dan mereka akan mendapatkan
balasan dari apa yang mereka kerjakan.
2M L,n,n Akhtak
ARGUMENTASI YANG MEMUI{AU
Dari Ibnu Umar r.a., "Dua orang laki-laki datang dari timur
kemudian menyampaikan khutbah di hadapan masyarakat dan
masyarakat terkesima oleh argumentasinya. Rasulullah kemudian
berkata,
o trlaA
rto :
?*) o6r |a. o\'si t1;J J(Jt drl rrl
Fikih Akhrak I
^t
tujuan mempertegas kebenaran, maka perbuatannya itu sangat terpuji.
Jika itu dia lakukan dengan tujuan memperindah kejahatan atau
mengaburkannya, maka perbuatannya itu sangat tercela. Dan orang
yang melakukan hal itu sama dengan dukun, sebagaimana sabda
Rasulullah s.a.w. (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, hati-hatilah dalam menggunakan kemampuan
Anda dalam berargumentasi. Jangan sampai Anda menggunakannya
untuk mengaburkan kebenaran dengan retorika yang memukau.
Jangan sampai kemampuan berargumentasi orang lain membuat Anda
tertipu hingga Anda jatuh pada perbuatan haram atau membuat
keputusan yang merugikan orang lain.
Dari Abdullah ibn Amru: Rasulullah s.a.w. bersabda,
2M L,n,n Akhtak
ETIKA BERBICARA DENGAN WANITA
248 I
I
Fikih Akhlak
Hindun binti Utbah pernah juga bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu pelit. Dia tidak
memberikan nafkah yang cukup buat aku dan anakku, maka aku
mengambil sesuatu darinya tanpa pengetahuan dia." Beliau berkata,
"Ambillah apa yang cukup buat engkau dan anakmu dengan cara yang
baik (tidak berlebihan)." (HR. Bukhari da Muslim)
Dianjurkan untuk menasehati kaum wanita dan mengajarkan
mereka. Diriwayatkan dar"i Abi Said al-Khudri r.a.:
Vg:u )At
,riiv:s:t;*,
,g(
r:Jl ir { Y tr t.o
l{-il
7 .t o
J-L.>.JJ
aa,
u z ,z,z
ft-i:r JJib..*,
oJ
t,
t t/,
cDt qits ! j;b'l
zr) or'ro
o
.1 rt .. ,o I .t tzozt t), ,,, ? , t9, ',1. ?
u crk -".L L,('*J i ilFl i Jtl;t il
"
oLJ
'Jnl'-A',
' 9.t
ffl k
'Kehalalan telah jelas dan keharaman telah jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perhara syubhat yang tidah
diketahui oleh banyak rnanusia. Barangsiapa menghindarkan
dirinya dari perkara-perkara syubhat, maka dia ahan terhindar
dari celaan syariat dan celaan manusia. Barangsiapa jatuh
pada perhara-perhara syubhat, maka jatuh pada kaharaman,
Fikih Akhtak Lt
seperti pengembala yang m.engenxbalakan hewan ternaknya di
sekitar tanah larangan, kemunghinan besar hewan ternaknya
akan memalean tumbuhan yang ada di tanah larangan. Keta-
huilah, setiap penguasd memilihi wilayah larangan dan wila-
yah larangan Allah adalah perkara-perhara yang diharamkan-
Nya. Ketahuilah, dalam setiap jasad terdapat daging kempal.
Jika daging kempal itu baik, maka seluruh jasad ahan baik.
Jiha daging hempal itu rusah, maka seluruh jasad akan rusah.
Ketahuilah, daging kempal itu adalah hati'." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Segala sesuatu yang hukumnya samar dan meragukan, maka
tinggalkanlah dan bebaskanlah diri Anda dari celaan agama dan
masyarakat.
Nuwas ibn Sam'an r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.
tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah menjawab,
L;:u,'* a"tLst oy u; 66
4&i6 L'
,'
c/
a -O
*s q-6J1
254 I
I
Fikih Akhtak
Rasululllah s.a.w. bersabda,
6 t a. ol-rr/, ot.1
^*A; t
v o.--it) c? f J>l "*.;l u
at,
Fikih Akhlak Lt
ORANG ALIM
258 |
I
Fikih Akhtak
Mu'adz.' Mu'adz menj awab,'Ya, wahai Rasulullah.' Rasulullah berkata
lagi, 'Wahai Mu'adz.' Mu'adz menjawab lagi, 'Ya, wahai Rasulullah
(tiga kali). Beliau berkata,'Setiap orangyang bersaksi dengan kejujuran
hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, pasti Allah menghindarkannya dari api nereka.'Mu'adz
berkata,'Wahai Rasulullah, bolehkah kabar ini aku sampaikan kepada
masyarakat agar mereka gembira?'Rasulullah menjawab, 'Jangan. Aku
khawatir mereka akan menjadi malas berbuat'. Namun Mu'adz
menyampaikan kabar itu ketika menghadapi wafatnya, karena takut
berdosa sebab menyimpannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang alim tidak dibenarkan berbicara panjang lebar yang
membuat orang lain merasa bosan mendengarkannya. Abi Wa'il
berkata, "Abdullah ibn Mas'ud mengajarkan masyarakat setiap hari
Kamis. Seseorang berkata kepadanya, 'Wahai Abu Abdurrahman, aku
akan senang jika engkau mengajarkan kami setiap hari.' Abdullah
manjawab, 'Aku tidak melakukan itu karena aku khawatir akan
membuat kalian bosan. Aku memberi nasehat kepada kalian dengan
memperhatikan waktu, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah
kepada kami, agar kami tidak bosan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika Anda ditanya tentang sesuatu yang Anda tidak mengerti,
maka katakanlah, "Wallahu a.'ldn7..'Allah memberikan kepada setiap
hamba-Nya ilmu masing-masing. Tidak ada seorang pun yang mengu-
asai semua ilmu. Allah menentukan ilmu-ilmu tertentu yang hanya
diketahui oleh-Nya.
Ketika orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah s.a.w. dan
bertanya, "Wahai Abu Qasim, apakah ruh itu?" Rasulullah diam, kemu-
dian turun ayat, "Mereha bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,
'Ruh itu urusan Tuhanku. Aku tidak diberi pengetahuan tentangnya,
kecuali sedikit saja'.'(QS. Al-Isr6': 85)a7
Inilah Rasulullah, walau beliau adalah orang yang paling menge-
tahui tentang Allah dan paling bertakwa, namun beliau menyerahkan
jawaban dari pertanyaan di atas kepada Allah. Ketika beliau ditanya
tentang hari Kiamat, beliau menjawab, nOrang ydng ditanya tidak
lebih tahu dari orang yang bertanya." (E[R. Muslim)
Fikih Akhlak Lt
Allah memberikan ilmu kepada sebagian nabi-nabinya, tidak
kepada sebagian yang lain. Allah berfirman, 'Tang Maha Mengetahui
hal gaib. Dia tidah mengungkapkan kegaiban-Nya hepada seorang
pun. Kecuali utusan (rasul) yang Dia ridhaL Dia menjadikan penjaga-
penjaga (malaikat) di depannya dan di belahangnyo." (QS. Al-Jin:
26-27)
"Di atas setiap orang yang memilihi pengetahuan, ada Zat yang
Maha Mengetahui." (QS. Yusuft 76)
Para sahabat memiliki pengetahuan masing-masing. Di antara
mereka ada yang menguasai ilmu faraid, seperti Zaid ibn Tsabit. Ada
juga yang menguasai ilmu peradilan, seperti Ali ibn Abi Thalib. Ada
yang menguasai ilmu qira'at, seperti lfbay ibn Ka'ab. Ada yang mengu-
asai ilmu politik, seperti Umar ibn Khaththab. Ada yang menguasai
ilmu tafsir, seperti Ibnu Mas'ud. Dan seterusnya.
Orang alim tidak harus menolak ilmu dari orang yang lebih
rendah darinya. Dia harus menerima ilmu dari siapapun. Dia tidak
boleh merasa hebat dan angkuh. Musa a.s., walau dia termasuk dalam
Ulul Azmi, dia berkata kepada Khidir, "Bolehkah ahu ikut denganmu
untuk engkau ajarkan petunjuh yang engkau diajarkon." (QS. Al-
Kahfi:66)
Seorang pendeta Yahudi datang kepada Rasulullah dan berkata,
"Wahai Muhammad, kami menemukan Allah menciptakan langit di
atas satu jari, bumi-bumi di atas satu jari, pohonan di atas satu jari, air
dan tanah di atas satu jari, dan makhluk lainnya di atas satu jari.
Kemudian Allah berkata,'Aku adalah Penguasa.' Rasulullah tertawa
sampai gigi gerahamnya terlihat dan beliau membenarkan ucapan
pendeta itu. Kemudian beliau membaca, "Merekatidak mengagungkan
Allah semestinya. Bumi berada dalam genggaman-Nya pada hari
Kiamat. Dan langit-langit terlipat di tangan-Nya. Mahasuci Allah dan
Mahatinggi dari apa yang mereka sehutukan." (QS. Az-Zurnan 67)
Demikian halnya, perhatikanlah sabda Rasulullah tentang setan
yang datang kepada Abu Hurairah, dan setan itu berkata kepadanya,
"Ketika engkau berbaring di atas tempat tidur, maka bacalah ayat Kursi
zffi |
I
Fikih Akhtak
(Alld.hu ld,Ildha illa Huwa al-Hayyu al-QayyLm...). Allah akan selalu
menjagamu dan setan tidak akan mendekat kepadamu sampai pagr."
Rasulullah berkata kepada Abu Hurairah, "Dia benar, walau dia tukang
bohong." (HR. Bukhari)
Umar ibn Khaththab r.a., walau dia orang yang utama di antara
para sahabat, dia bertanya kepada para sahabat tentang sebuah hadis.
Dia berkata, "Sipakah yang hafal ucapan Rasulullah tentang fitnah?"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Demi Allah yang tidak ada Tuhan
selain Dia. Setiap surah dalam Kitab Allah yang di turunkan, aku pasti
tahu di mana surah itu turun. Setiap surah dari Kitab Allah yang
diturunkan, aku pasti tahu tentang siapa surah itu diturunkan. Andai
aku tahu ada orang lain yang lebih tahu dari aku tentang Kitab Allah,
dan untuk sampai kepadanya harus dengan menunggang unta, aku
akan datang kepadanya dengan menunggang unta." (HR. Bukhari
danMuslim)
Semua orang harus bersikap rendah hati terhadap ilmu. Dia
harus mengambilnya dari siapapun, baik dari orang muda atau dari
orang tua. Seorang alim tidak akan menjadi mulia sampai dia bersedia
mengambil ilmu dari orang yang di atasnya dan orang yang di bawah-
nya.
Anda harus menunjukkan orang lain kepada orang yang ahli di
bidang ilmu tertentu jika Anda ditanya tentang sesuatu yang Anda
bukan ahlinya. Amirul Mukminin Umar ibn Khaththab r.a. berkata,
"Orang yang paling ahli dalam peradilan adalah Ali dan orang yang
paling mengerti tentang qira'ah adalah lJbay." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Mu'adz ibn Jabal r.a. menunjukkan para sahabatnya kepada
orang-orang yang ahli di bidang ilmu-ilmu tertentu. Dari Yazid ibn
Amirah, "Ketika Mu'adz ibn Jabal mendekati ajalnya, para sahabatnya
berkata, 'Wahai Abu Abdurrahman, berpesanlah kepada kami.'Mu'adz
berkata,'Dudukkanlah aku.' Lalu Mu'adz berkata,'sesungguhnya ilmu
dan iman memiliki tempatnya masing-masing. Barangsiapa mencari
Fikih Akhtak I
^,
ada?' Mereka menjawab,'Tidak ada.' Umar menemui Rasulullah dan
wajah Rasulullah tampak marah hinggaAbu Bakar menjadi tidak tega.
Abu Bakar duduk bersila di hadapan Rasulullah dan berkata,'Wahai
Rasulullah, sungguh aku yang lebih dulu bersalah (dua kali).'Kemudian
Rasulullah berkata, 'Allah mengutusku kepada kalian, kalian berkata,
'Engkau berdusta.' Sedang Abu Bakar berkata, 'Engkau benar.'Abu
Bakar menghiburku dengan jiwa dan hartanya. Maka, apakah kalian
meninggalkan sahabatku?'" (HR. Bukhari)
Hadis kedua dari Aidz ibn Amru r.a., "Abu Sufran datang kepada
Salman, Shuhaib dan Bilal dalam sebuah kelompok. Mereka berkata,
'Demi Allah, pedang-pedang Allah belum menebas leher musuh Allah.'
Abu Bakar berkata kepada mereka,'Kalian berkata seperti itu kepada
tokoh Quraisy?'Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dan
menceritakan apa yang ia katakan. Rasulullah berkata, 'Wahai Abu
Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau
membuat mereka marah, berarti engkau telah membuat marah
Tuhamu!'Kemudian Abu Bakar mendatangi mereka dan berkata,
'Wahai saudara-saudaraku, apakah aku membuat kalian marah?'
Mereka menjawab,'Tidak. Semoga Allah mengampuni engkau, wahai
saudaraku'." (HR. Muslim)
Lihatlah bagaimana Rasulullah bersikap sangat keras terhadap
Umar yang membuat Abu Bakar bersedih pada hadis pertama.
Kemudian perhatikan hadis kedua, ketika Rasulullah berkata kepada
Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, apakah engkau membuat mereka
marah? Jika engkau membuat mereka marah, berarti engkau membuat
Tuhanmu marah!"
Perasaan orang-orang lemah, orang-orang miskin dan orang-
orang uzur sangat sensitif. Mereka sangat mudah terpengaruh oleh
kata-kata, pandangan dan gerak tubuh. OIeh karena itu, Anda harus
menjaga perasaan mereka dengan ucapan dan isyarat yang santun.
Anda harus menyenangkan perasaan mereka.
Ajaklah mereka menyantap hidangan yang Anda sediakan. Dari
Abu Hurairah r.a.:
2& |
I
ririn Akhtak
ir;at !i.: )ql;tt e ei "^^))t
;t* ,vat ';
"Makanan terburuk adalah rnakanan resepsi yang hanya orang-
ordng kaya yang diundang dan orang-orang miskin ditinggal-
han." (Bukhari dan Muslim)
Jenguklah orang sakit mereka. Rasulullah s.a.w. bersabda,
"Allah berhata pada hari Kiamat,'Wahai anak Adam, Aku sahit,
nxengapa engkau tidak menjenguk Aku?'Anak Adam bertanya,'Wahai
Tuhanku, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedang Engkau adalah
Tuhan semesta alam?'Allah berkata,'Seorang hamba,Ku, Fulan, sakit
dan enghau tidak menjenguknya. Apakah enghau tidak tahu, jika
engkau menjenguk-Nya, engkau akan temukan Aku berada di sisinya?
Wahai anak Adam, Aku meminta rnakan kepadamu, natnu.n engkau
tidak memberi Ahu makan.'Anak Adarn bertanya,'Bagaimana aku
memberi makan-Mu, sedang Engkau Tuhan sernesta alam?' Atlah
berkata,'Seorang hamba-Ku, Fulan, meminta makan dan enghau
tidak rnemberinya makan. Apakah enghau tidak tahu, jika engkau
memberinya makan, maha enghau akan temukan pemberianmu itu
di sisi-Ku? Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu,
narnun engkau tidak memberi minum kepada-Ku.'Anak Adam
bertanya,'Wahai Tuhanku, bagaimana aku mem.beri-Mu nTinurn,
sedang Engkau Tuhan semesta alam?'Allah berkata,'Seorang hamba-
Ku, Fulan, meminta minum kepadamu, narrlun engkau tidak memberi
minum kepadanya. Tidakhah enghau tahu, jika engkau rnemberi
rtinum kepadanya, engkau akan ternukan pemberianrnu itu di sisi-
Ku?'' (HR. Muslim)
Ketahuilah, sesungguhnya Anda dikaruniai rezki dan dihindar-
kan dari kejahatan karena orang-orang lemah dan orang-orang miskin.
Sa'ad ibn Abi Waqash, salah satu dari sepuluh orang yang dikabarkan
akan masuk surga, melihat dirinya memiliki kelebihan dibanding
orang-orang yang berada di bawahnya. Maka Rasulullah berkata
kepadanya,
zffi I
I
Fikih Akhtak
Jangan membebani mereka dengan sesuatu yang berada di luar
kepampuan mereka. Allah berfirman, "Tidak ada tekanan bagi orang-
orang lemah, orang-orsng sakit dan orang-orang yang tidak memiliki
harta untuk didermakan, jiha mereha berlaku ihhlas kepada Allah
dan Rasul-Nya. Tidak ada dosa bagi orang-orang yang berbtr.at baik.
Attah. Maha Pengantpun lagi Maha Penyayang." (QS. At-Taubah:91)
Sedangkan orang-orang yang lemah, orang-orang yang miskin
dan orang-orang uzur, hendaknya mereka bersikap menerima dengan
apa yang telah Allah berikan kepadanya. Anda tidak tahu, jika Allah
meniadikan Anda sebagai orang kaya, apakah Anda akan bersyukur
atau kufur. "J ika Allalt. memperluas rezki untuk hamba- hambaNy a, pasti
rnereha menyimpang di bumi. Malea dari itu Allah menurunhan rezki
dengan kadar yang Ia kelrcndaki. Sesungguhnya Dia Maha Merugetahui
dan Maha Melihat hantba-hambaNya." (QS. Asy-Syirdz 27)
Ketahuilah, sesungguhnya kekayaan, kekuatan dan kesehatan
adalah ujian bagi Anda. Hati-hatilah menyikapinya. Allah berfirman,
"Kami jadikan sebagian kalian sebagai ujian bagi sebagian yang lain.
Apakah kalian bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. Al'
Furq6n:20)
Jangan Anda katakan, "Allah telah menganugerahkan
kepadanya dan tidak kepadaku." Jangan pula Anda katakan, "Allah
telah melebihkan dia di atasku."
Anda harus membalas kebaikan dengan kebaikan. Jangan
mengingkari kebaikan dan keindahan. Allah berfirman, "Balasan
kebaiharu adalah hebailzan pula." (QS. Ar'Rahmdn: 60)
Rasulullah s.a.w. selalu membalas kebaikan dengan kebaikan.
Beliau bersabda,
I
I
o
/o t.
'-. 7.
b{) o /
'vo -.t.-1,
+,c\--aJl ?
/g 2 _l g/
{ 4J'.} aljt -ue _,Ul F jL e*iLt (
'
l)
o/
274
I
Fikih Akhlak
Makhramah berkata, 'Wahai putraku (Masur), rnari kita temui
Rasulullah.' Kami berangkat dan f)ia ( Makhramah ) berkata,'Masuklah
dan panggil dia (Rasulullah) agar rnenghadap aku!' Kemudian aku
memanggil beliau dan beliau keluar dengan membawa sorban
mendekati Makhramah. Beliau berkata, 'Aku berikan ini untuknru.'
Rasulullah melihat kepadanya dan berkata,'Makhramah telah merasa
puas'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Makhramah adalah orang
yang akhlaknya sedikit bermasalah.
Jadi sikap ramah terhadap orang yan€l memiliki akhlak yang
bermasalah sangat dianjurkan oleh Islam. Ini bukan berarti kita kehi-
langan etos pembeda antara yang benar dan yang salah. Orang fasik
tetap harus diluruskan dari kefasikannya, namun dengan sikap yang
ramah dan santun agar mereka lebih mudah menerima naserhat yang
diberikan.
Dari Anas ibn Malik r.a., "Aku berjalan bersama Rasulullah s.a.w.
dan beliau memakai sorban dari Najran yang kasar. Di tengan jalan
kami bertemu dengan seorang badui yang kemudian menarik sorban
Rasulullah dengan keras. Aku melihat leher beliau berbekas sorban
kasar karena tarikan keras.yang dilakukan oleh orang badui itu. Orang
badui itu berkata,'Wahai Muhammad, perintahkan agar harta Allah
yang ada padamu diberikan kepadaku!'Rasulullah menoleh kepadanya
dan tersenyum, kemudian memerintahkan untuk memberikan sesuatu
kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari flmar ibn Khaththab r.a., "Rasulullah membagikan harta
kepada beberapa orang. Aku berkata kepada beliau,'Derni Allah, Wahai
Rasulullah, orang-orang selain mereka lebih berhak mendapatkan
bagian itu.'Beliau berkata, 'Mcreka memaksa aku untuk memberikan
kepada mereka atau mereka akan menuduhku sebagai orang yan€l
kikir. Sedang aku bukan orang yang kikir'." (HR. Muslim)
MENGHINDARI GOSIP
,t
. I o, 1,
r--9 c ,Jl
JJ I>-9
a;uJr u*i1
"Bahaya dua ekor srigala lapar yang dilepas d.i tengah sekau.ru-
nan kambing tidale lebih dahsyat daripada bahaya urrtbisi
seseora,ng akan harta dan penghormatan bagi agamanya.', (HP..
Ahmad dan Tirmidzi)
Lihatlah, apa yang dilakukan oleh ambisi akan harta dan peng-
hormatan terhadap agama! Ambisi itu akan merusak dan rnenghan-
curkan agama, sebagaimana srigala lapar akan mengoyak-oyak scka-
wanan kambing!
Jangan Anda berambisi mendapatkan harta dan penghormatan
dengan mengorbankan agama! Ambisi terhadap harta akan menyeret
orang melakukan perbuatan haram dan merampas hak orang lain.
Dan ambisi terhadap penghormatan akan membuat orang bungkam
dari kebenaran, jatuh ke dalarn sikap pamer (riyd.,) dan cenderung
berbasa-basi!
a
6/ t o
1
)l 4-r
(Jr
I zz
t) .lJl + J^---.
6,.
q t')l ;*|r ^tst
o
f,
pr'# ,Pf
,o
oljt,b+At&
"Anak muda harus lebih dahulu memberi salam kepada orang
tua." (IIF-. Bukhari)
Hadis-hadis di atas, dan banyak lagi yang lainnya, sangat jelas
menunjukkan hak orang tua atas orang muda. Sayangnya, adab ini
banyak kita lupakan. Padahal, sudah berapa kali orang tua bersujud
kepada Allah? Berapa banyak mereka mengucapkan tahlil dan tasbih?
Berapa banyak mereka telah mengantarkan jenazah? Berapa banyak
mereka menjenguk orang sakit? Berapa banyak kesabaran mereka
dalam menghadapi ujian? Berapa banyak mereka bersyukur atas
nikmat? Cukup bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk
menghormati mereka.
Anda, wahai orang tua... Tempatkan diri Anda pada posisi yang
Allah tentukan untuk Anda. Anda orang yang lebih tua, lebih matang
dan lebih banyak pengalaman dalam kehidupan. Anda adalah orang
yang lebih berwawasan dan lebih sabar.
Inilah yang seharusnya terjadi pada diri Anda, wahai orang tua.
Jadilah orang yang berakhlak sesuai dengan kelebihan di atas.
Perlakukan anak muda dengan kasih sayang dan kesabaran. Jadilah
ayah yang hangat dan guru yang penyayang bagi mereka. Bimbinglah
mereka kepada kebaikan dan kebenaran.
Tahu Diri
Dari Sahal ibn Saidi r.a., "Rasulullah s.a.w. pergi menuju Bani
Amru ibn Auf untuk mendamaikan mereka. Ketika datang waktu shalat,
seorang tukang adzan mendekati Abu Bakar r.a. dan berkata, ,Apakah
engkau akan mengimami shalat orang-orang?, Abu Bakar menjawab,
'Ya.'Kemudian Abu Bakar shalat bersama mereka. Di tengah shalat
mereka, Rasulullah datang dan berhenti di dekat barisan makmum.
Para makmum menepuk tangan (untuk mengingatkan Abu Bakar akan
2U I
I
Fikih Akhtak
kedatangan Rasulullah), namun Abu Bakar tidak menoleh. Ketika
semakin banyak makmum yang menepuk tangannya, Abu Bakar baru
menoleh dan melihat Rasulullah. Lalu Rasulullah memberikan isyarat
kepada Abu Bakar untuk tetap di tempatnya (tetap jadi imam). Abu
Bakar lalu mengangkat kedua tangannya dan memuji Allah atas
perintah Rasulullah kepadanya. Namun Abu Bakar mundur sampai
sejajar dengan barisan makmum, dan Rasulullah maju mengimami
shalat. Setelah selesai dari shalat, Rasulullah bertanya kepada Abu
Bakar,'Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak tetap di tempatmu
ketika aku perintahkan?'Abu Bakar menjawab, 'Tidak pantas bagi
seorang anak Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) untuk shalat mengimami
Rasulullah!"' (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikanlah ucapan Abu Bakar, tidak pantas bagi seorang
an.ah Abu Quhafah untuk shalat m.enginxdmi Rasulullah!
Demikian halnya ucapan Umar ib Khaththab r.a., "Jika aku
maju, kemudian engkau penggal leherku, itu lebih aku sukai daripada
aku harus memimpin sebuah masyarakat yang di dalamnya ada Abu
Bakar." (Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannafl
Nasai)
Ali ibn Abi Thalib r.a. berkata, "Aku adalah laki-laki yang sering
keluar madzi.'' Aku malu bertanya kepada Rasulullah soal itu karena
posisi putrinya (istri Ali). Maka aku memerintahkan Miqdad ibn Aswad
untuk bertanya kepada beliau. Beliau menjawab, ,(Katakan kepada
Ali,) basuhlah kemaluannya'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bertanya tentang sesuatu yang dibutuhkan adalah dianjurkan.
Akan tetapi, jika pertanyaan itu bisa disampaikan dengan cara yang
tidak menyinggung rasa malu, maka lebih baik lagi. Ali adalah suami
Fatimah putri Rasulullah. oleh karena itu, dia merasa maru untuk
bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan persetubuhan
kepada beliau.
Dari hadis ini para ulama menyimpulkan bahwa suami tidak
diperkenankan berbicara tentang persetubuhan dengan istrinya di
depan keluarga istrinya. Hal ini tidak diperkenankan karena akan
mgnyinggung rasa malu keluarganya. Akan tetapi jika ada kemas-
lahatan dalam menyebutkan perkara yang berkenaan dengan
persetubuhan di hadapan kaum wanita, maka hal itu diperbolehkan.
288 I
I
Fikih Akhtak
menghancurkan. Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jauhilah tujuh dosa
besar yang menghancurkan!" Beliau ditanya, "Apa itu, wahai Rasulu-
llah?" Beliau menjawab, "...menuduh wanita-wanita baik dan mukmi-
nah." (HR. Bukhari)
Saya yakin Anda pasti setuju bahwa menuduh wanita yang lebih
baik dan lebih mulia, dosanya lebih besar pula. Dan Anda harus setuju
bahwa menuduh istri Rasulullah, Aisyah r.a., merupakan kejahatan
dan dosa yang sangat besar. Apalagi penuduh tidak memiliki bukti
yang memperkuat tuduhannya itu dan Allah membuktikan keboho-
ngan tuduhan itu dan menyatakan kesucian Aisyah dalam Kitab yang
dibaca di masjid-masjid, di jalan-jalan, di rumah-rumah... Benar, penu-
duh seperti itu telah melakukan kejahatan yang besar dan dusta yang
sesungguhnya.
Sebagian dari orang-orang yang menuduh Aisyah adalah Misthah
ibn Utsasah, kerabat Aisyah dan kerabat Abu Bakar, ayah Aisyah.
Misthah adalah orang miskin yang dibiayai oleh Abu Bakar karena
hubungan kerabat dan kemiskinannya. Mengapa dia menuduh Aisyah
yang masih kerabatnya? Dia tidak melihat sesuatu yang bisa dijadikan
bukti kebenaran tuduhannya. Dia tidak memiliki bukti itu. Sedang
Aisyah adalah wanita yang suci dan bertakwa. Dia adalah istri
Rasulullah s.a.w. Misthah menuduhnya melakukan perbuatan keji
dengan seorang laki-laki saleh, yaitu Shafivan ibn Mu'thal r.a.
Siapa yang membebaskan Aisyah dari tuduhan itu? Dialah Allah
yang membebaskan Aisyah dan menegaskan kebohongan para
penuduh itu.
Walau kejahatan itu telah merendahkan harga diri Aisyah, Abu
Bakar, Rasulullah, dan bahkan kaum muslimin seluruhnya, karena
Misthah menuduh istri Rasulullah, tapi Misthah memiliki kebaikan yang
tidak bisa dilupakan begitu saja. Dia adalah seorang muslim, dia ikut
berhijrah di jalan Allah dan dia ikut dalam perang Badar bersama
Rasulullah. Walau dia telah melakukan satu keasalahan dan dosa
besar, namun kebaikan dan haknya tidak akan dilupakan, ketika
kebebasan Aisyah telah terbukti dan Misthah telah mengakui kesala-
hannya. Pintu tobat dan ampunan akan selalu terbuka untuknya.
F tu ,4k'trq\f'r3 d-f
t)
Axt
ei
"Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari ini dan
dia sabar." (HR. Bukhari dan Muslim)
Musa diuji dengan Firaun, penguasa yang menyembelih kaum
laki-laki, mempermalukan kaum wanita, menyiksa orang-orang yang
2m I I
Fikih Akhtak
menentangnya dengan menyalibnya di batang pohon kurma dan
memotong tangan dan kaki mereka secara menyilang. Musa sangat
disakiti oleh Bani Israel. Ibunya terpaksa melepasnya di sungai ketika
dia masih kecil. Musa mengajak kembali dan mengesakan Allah. Dia
mengalami kr.sulitan yang sangat berat dalam dakwahnya.
Semua rtu merupakan sejarahnya yang tidak bisa dilupakan. Itu
merupakan gunung-gunung kebaikan dan lautan kemuliaan yang tidak
mungkin diabaikan,
294 I
I
Fikih Akhlak
Oleh karena itu, Anda harus memperingati orang yang Anda
ajak berbicara akan hubungan yang mengikatmu dengannya dan
menyatukan Anda dengannya. Ia akan mengingat hubungan itu,
kemudian orang itu menjadi lunak di hadapanmu, insya Allah. Para
nabi dan orang-orang mulia menggunakan cara-cara itu dalam berbi-
cara dengan orang. Oleh karenanya, Anda menemukan para nabi
mengucapkan, "Wahai kaumku, wahai kaumku."
Harun berkata kepada Musa, "Wahai putra ibuku, jangan engkau
memegang (merenggut) jangguthu dan jangan pula kepalahu." (QS.
Thdha:94)
Al-Khalil Ibrahim a.s. berkata kepada ayahnya, "Wahaibapakku,
janganlah enghau menyernbah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya
ahu khawatir engkau akan ditimpa sihsa dari Tuhan Yang Maha
Pemurah, maha englzau menjadi hawan bagi setan." (QS. Maryam:
44-45)
Rasulullah s.a.w. bersabda kepada kaumnya dari orang-orang
Quraisy, "Katahanlah,'Aku tidah meminta upah hepada halian atas
seruanku, hecuali hasih sayang dalam heheluargaon'." (QS. Asy'
Syffrd:23) Yakni kecuali kalian memelihara hubungan kekeluargaan
yang ada antara aku dan kalian dan kalian mengasihi aku sehubungan
dengan kekeluargaan itu.
Beliau mengatakan tentang Sa'ad ibn Abi Waqqas r.a., "Ini
adalah pamanku, maha hendaklah orang menunjukkan kepadaku
akan pamannya."
Dan Nabi Yusuf a.s. menggunakan ikatan persahabatan di
penjara dalam berbicara dengan orang-orang yang bertanya. Beliau
berkata kepada mereka berdua, "Wahai dua penghuni penjara, adakah
tuhan-tuhan yang berrnacam-ntacaffL itu lebih baik, ataukah Allah
Yang Maha Esa lagi Mahaperka.so." (QS. Yusuf: 39) Kemudian Yusuf
berkata lagi, *Hai kedua penghuni peniara, adapun salah seorang di
antara halian berdua, maka akan memberi minum tuannya dengan
hhamr; adapun yang seorang lagi, maka ia akan disalib, lalu burung
) lc o/
ii t-.Jltp[r,t
c, o -z
t, -
-4.
u W. os
;S oii Ju:" dli ,J t)
, a / , . ./
Fikih Akhlak L,
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang yang termulia di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui dan Mahapandal." (QS. Al-Hujurdt: 13)
"sesungguhnya orang yd.ng datang hepada Tuhannya dalam
keadaan berdosa, baginya neraha Jahanam. Ia tidak mati dan tidak
hidup di dalamnya. Sedang orang yang datang kepada Tuhannya
dalam keadaan beriman dantelahberbuat berbagai kebaiikan, mereka
itulah orang-orang yang nTernperoleh posisi-posisi yang tinggi (mulia).
(Yaitu) surga Aden yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka
kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang member'
sihhan diri (dari hekafiran dan kemaksiatan)." (QS. ThAhdz 74'76)
"Orang-orang kafir itu jangan menyangh,a bahwa penangguhan
Kami untuh mereha adalah kebaihan bagi mereka. Sesungguhnya Kami
menangguhhan mereka supaya dosa mereha bertambah, dan mereka
mendapatkan siksa yang menghinakan." (QS. Ali Imran: 178)
*Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-
orang hafir. Mereka mernandang remeh orang'orang yang beriman.
Padahal, orang-orang yang bertahwa lebih mulia daripada mereha
pada hari Kiamat.' (QS. Al-Baqarah: 2L2)
Rasulullah s.a.w. ditanya, "Siapakah orang yang paling mulia?"
Rasulullah menjawab, "Orang yang paling bertakwa kepada Allah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukhari meriwayatkan dari Sahal ibn Sa'ad as-Saidi, "Seorang
laki-Iaki lewat di depan Rasulullah. Rasulullah berkata kepada seseo-
rang yang duduk di sisi beliau, "Bagaimana pendapatmu tentang orang
ini?" Orang yang di sisi Nabi itu menjawab, "I'a adalah orang dari
golongan terhormat. Demi AIIah, jika ia meminang, ia pasti diterima;
jika ia meminta bantuan, pasti dibantu." Rasulullah diam. Kemudian
lewat orang yang lain. Dan Rasulullah pun bertanya kepada orang di
sampingnya tadi, "Bagaimana pendapatmu tentang yang ini?" Orang
itu menjawab, "Wahai Rasulullah, dia orang dari golongan muslim yang
miskin. Jika ia meminang, pasti ditolak;jika ia minta bantuan, pasti
tidak ada yang membantu; jika ia berkata, pasti tidak ada yang
I
'5lc;Y,k)t
\' , J\- 7
' ,o 16 t
i:i,: ^)tt ;"'#l'IJ qt;.'ir,
Llu f^Jl ,-'J
c
/ o / \,
ts',Jt ti?--.
,,x
eJ ^'
'Allah mencukupi aku dan Dialah Pelindung yang paling baik'
Melihat itu sang ibu berucap, Ya Allah, jangan Engkau jadikan anakku
seperti dia.' Bayi yang digendong tersebut segera melepaskan puting
ibunya, menatap ke arah sahaya itu dan berkata, Ya Allah, jadikanlah
aku seperti dia.'Sang ibu bertanya kepada bayinya tentang apa yang
baru saja ia alami.6l Sang bayi menjelaskan kepada ibunya bahwa
sahaya wanita itu tidak berzina dan tidak mencuri. Sedang laki-laki
dengan kendaraan yang gagah itu adalah seorang penindas."
Firman Allah, "...dan jangan pula wanita-wanita (meremehkan)
wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diremehkan) lebih baik dari wanita (yang meremehkan)." (QS. A-
Hujur6t: 11) Ini berisi peringatan terhadap kaum wanita agar tidak
menyombongkan diri. Para wanita adalah "kurang daya nalarnya dan
agamanya",u'dan saling menyombongkan diri itu sering terjadi di
kalangan kaum wanita. Itulah alasan mengapa mereka disebut secara
khusus dalam ayat ini.
Jangan Mengutuk!
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Seseorang tidak pantas menjadi
pengutuh (bagi kawannya).' (HR. Muslim)
Rasulullah s.a.w. bersabda,
,.ri ,z o.t . .i o .
4Ir5 )# v3" P ,f
"Barangsiapa mengutuk seorang mukmin, maka ia seperti
me mb unu hny a. " (H'B,. Muslim)
()liJl ut ;(lu
'aiy Gv"6;'f r.r! 4, O/
"setiap orang yang menuduh orang lain sebagai fasik dan kafir,
pasti tuduhan itu ahan berbalih hepadanya, jika yang dituduh
tid.ah seperti (yang dituduhkan) itu." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Suatu ketika pernah Rasulullah mendoakan keburukan atas
suatu kaum dan mengutuk mereka. Kemudian turun ayat, "Tidak
ru I ritin Akhtak
Di sini penulis tegaskan bahwa Nabi s.a.w. pernah menyatakan,
,,Mencaci maki sesama muslim adalah heji, dan mentbunuhnya adalah
306 I
I
Fikih Akhtak
karena akhirnya mereka akan menjauhimu. Di samping itu Tuhanmu
dan Nabi-Nya telah melarang perbuatan itu. Nabi juga menyatakan,
t 7 , , .7. )
't z ,
|
"^-.*.*i U. l_".---:-j tt)
"Jangan mencari-cari dan memata-matai (hesalahan orang
lain)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sabda Nabi s.a.w. yang lain, "Dan barangsiapa m.enguping
pembicaraan suatu kelompok yang nnereha tidak suka atau rnereka
sengaja agar (pembicaraannya) tidak didengar oleh orang lain, maha.
kelak di hari Kiamat di telinganya (orang yang rnenguping) akan
dituangkan cairan timah panas." (HR. Bukhari)
oa
,Jl as "te
)l '&'t*i ,/6t / o/4.
(}ril
?tr'rL
Fikih Akhtak L*
GHIBAH (MENGGUNJING)
308 |
I
Fikih Akhlak
(pesanhu) ini hepada yang tidah datang. Orang yang datang bisa jadi
ahan menyampaihan kepada orang lebih mengerti daripada dirinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
itu ialah orang yang tida.k nxeng-
"(YanE disebut) orang muslim
ganggu orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu, hati-hatilah agar jangan sampai menjelek-jelekkan
kehormatan saudaranya sesama muslim, "Karend riba yang paling
parah adalah (merusah) kehormatan orang muslim." (HR. Hakim)
Dalam M usnad Ahmad, dari Anas: Rasulullah bersabda, "Ketika
Tuhanku mengangkatku (mi'rdj), aku melewati sekelompok orang yang
mempunyai kuku-kuku dari kuningan, yang mencakar muka dan dada
mereka sendiri. Kemudian aku bertanya,'Siapa mereka itu, Jibril?'Jibril
menjawab, 'Mereka adalah orang-orang yang mema-kan daging sesama
manusia dan menjelek-jelekkan kehormatan mereka'."
Jika Anda mendengar seseorang menggunjing seorang muslim,
maka Anda harus membela saudaramu sesama muslim itu. Dari Abu
Darda, "seseorang memaki orang lain di depan Nabi. Kemudian seorang
yang lain lagi bersaksi membela. Kata Nabi, 'Barangsiapa bereaksi
membela kehormatan saudaranya, ia akan memiliki penutup dari api
neraka'." (Abdu Humaid dalam al'Muntahhab)
Hadis yang lain, "Tolonglah saudaramu yang menzalimi atau
yang dizalimi." Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, "Kami tahu
bagaimana menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana kita meno-
long orang y ang zalim?" Rasulullah menjawab, "(Dengan) mencegahnya
melakukan kezaliman."
Ada kata-katayangtidak secara tegas berarti menggunjing, tapi
bermakna menggunjing. Misalnya, "Semoga Allah memberinya petun-
juk." Maksudnya untuk menyinggung yang bersangkutan. Atau lagi,
"semoga Allah menyehatkan kita", "Kita memohon keselamatan kepada
Allah", atau "semoga Allah memudahkannya." Tapi maksudnya untuk
menyakiti perasaan. Kata-kata ini akan menyebabkan dosa bila dimak-
sudkan untuk menyinggung orang yang bersangkutan.
Fikih Akhlak L,
-
.6,
,1
L,tk'ALit ;;U u
"Tidak akan masuh surga orang yang suka mengadu domba."
Disebutkan dalam S hahibain,dari Hammam ibn al-Harits, "Kami
pernah duduk bersama Hudzaifah di masjid. LaIu datang seseorang
b,6'\Lir ;lU ti
Dalil-dalil
Dalam membahas sebuah fatwa. Hindun datang menemui Rasu-
lullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah seorang
yang kikir, dan tidak mencukupi kebutuhanku dan anakku. Berdosakah
jika aku mengambil sedikit dari miliknya tanpa sepengetahuannya?"
Rasulullah menjawab, "Ambillah secukup kebutuhanmu dan anakmu
dengan baik." (HR. Bukhari)
316 I
I
Fikih Akhtak
mengenalkan seseorang dengan, "Si buta", "Si pincang", "Si pesek", dan
lain-lain. Semua ini dengan satu syarat yang bersangkutan tidak
tersinggung.
Firman Allah, "Dia (Muhammad) bermuka masanl dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya." (QS. Abasa: 1-2) Di
ayat ini Allah menggambarkan orang yang datang kepada Muhammad
(Abdullah ibn Ummi Maktum) dengan sebutan si buta. Dan banyak
pula ulama Salaf yang bergelar si pincang, si pesek, si juling, dan lain
sebagainya.
tr!'xts
"a&FKh
'Jangan menceritakan tentang orang-orang yang sudah mati,
hecuali kebaikannya'."
Sedangkan Tirmidzi meriwayatkan, dalam Sunan-nya, sebuah
hadis dari Aisyah: Rasulullah bersabda
Sifat ini merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi dan orang-
orang yang mulia, dan merupakan nilai lebih dari seorang pahlawan.
Keberanian berbicara dan berbuat, keberanian menyuarakan kebena-
ran, keberanian di medan perang keberanian menentukan pilihan dan
keputusan, dan keberanian dalam setiap hal yang memerlukan kete-
guhan nyali. I(arena itu, sifat yang baik ini harus Anda sandang,
sebagaimana para nabi dan Ulul Azmi.
Nabi Nuh a.s. berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, jiha terasa
berat bagi kalian tinggal (bersamahu) dan peringatanhu (kepada
kalian) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah lah aku befiawa-
hal. Karena itu, bulathanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah)
sehutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). Janganlah merahasia-
han keputusan halian. Lakuhanlah terhad,ap diriku, dan jangan kalian
rnenunda-nu.nda." (QS. Yunus: 71)
Ibrahim bersumpah kepada kaumnya, "Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu d.aya (menghancurkan)
terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggal-
kannya." (QS. Al-Anbiy6': 57) Dan Ibrahim pun mewujudkan
ucapannya itlu, "Maka lbrahim membuat berhala-berhala itu hancur
berkeping-heping, hecuali patung yang terbesdr, agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya." (QS. Al-Anbiy6': E8)
"(Ibrahim) berkata,'Apahah kalian menyembah patung-patung
yang halian pahat itu? Allah lah yang menciptakan halian dan apa
yang kalian perbuat itu'." (QS. Ash,Sh6ff6t: g5-96)
322 I
I
Fikih Akhlak
kami. Demi ruhan yang telah menciptakan kami, putuskanrah (tetap-
kanlah keputusan) apa yang hendak engkau putushan. Sesungguhnya
engkau hanya memutuskan dalam kehidupan dunia ini saja. Kami
telah beriman kepada Tuhan kami, agar (semoga) Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan
kepada kami.' Allah lebih baik (pahala-Nya) dan rebih kekal (azab-
Nya). Barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan berd,osa, maka
baginya neraka Jahanam; ia tidak mati di dalamnya dan tidak (puta)
hidup. Barangsiapa datang hepada-Nya dalam keadaan beriman, d,an
telah berbuat berbagai kebaikan, maha mereha itulah orang-ordng yang
memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia); surgd Aden yang
sungai-sungai mengalir di bawahnya. Mereha kehal di dalamnya. Dan
itu adalah balasan bagi orang yang membersihkan diri (dari kekafiran
dan kemaksiatan)." (QS. ThahA; 72-76)
Perhatikan pula bagaimana pernyataan para tukang sihir itu,
"Tidak ada mudarat (bagi hami). Sesungguhnya kami ahan kembali
kepada Tuhan kami. Kami sangat menginginkan Tuhan kami mengam-
puni kesalahan hami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-
tama berimoz." (QS. Asy-Syu'ar6': E0-81)
Sungguh sebuah keberanian, keberanian para pengikut rasul,
keberanian orang-orang yang beriman kepada rasul dan keberanian
orang-orang yang percaya pada janji Allah!
Allah memuji para nabi-Nya,"Dan berapa banyaknya nabi yang
berperang, yang bersama mereka ada sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah. Mereka tidak lesu dan tidak (pula)
ntenyerah (kepada musuh). Allah menyukai ord,ng-orang yang sabar.
Mereka hanya berkata, Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
dan tindakan-tindahan hami yang berlebihan dalam urusan hami.
Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dalam menghad.api
kaum yang kafir'." (QS. Ali Imranz I4G-147) ,,(Yaitu) orang-orang
yang nlenyampaikan risalah-risalah Allah. Mereka takut kepada-Nya
dan mereka tidak merasa takut kepada seorang pun selain Allah.
Cukuplah Allah sebagai Pembuat perhiiungan." (QS. Al-Ahz6b: Bg)
324 I
I
Fikih Akhlak
kalian melarikan diri dari hematian atau pembunuhan, d.an jika
&alian terhindar dari kematian) kalian tidah juga aharu mengecap
kesenangan, kecuali sebentar saja'." (QS. Al-Ahz6b: 16)
Karena itu Allah berkata, "Jangantahut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku." (QS. Al-M6'idahz 44)
??6
o
4ti F, ;ir ,4+i;i
/O
;y $:t
$--tt A:Je
// dJ r.c.Jl ql-!e d
326 |
I
Fikih Akhlak
mencari-cari Jakfar (ibn Abi Thalib). Ternyata ia telah gugur dengan
tujuh puluh lebih bekas tikaman tombak dan mata panah."
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umarjuga,yangtersebut dalam
Shahth Bukhari, "Ia berdiri di samping tubuh Jakfar yang telah
tergolek kaku. Menurut hitunganku, ada lima puluh tikaman tombak
dan tebasan pedang yang semuanya di bagian depan tubuhnya."
Abu Dujanah
Dalam Shahth Muslim ada sebuah hadis dari Anas r.a., "Pada
waktu perang Uhud, Rasulullah mengambil sebilah pedang seraya
bertanya, 'Siapa yang mau mengambil ini dariku?' Orang-orang
membentangkan tangan mereka berebut,'Aku, aku!' Tapi Rasulullah
menegaskan lagi, "Siapa yang mau mengambilnya dengan menjaga
haknya?'Seketika orang-orang mundur. Hanya Simak ibn Kharasyah
Abu Dujanah yang berani mengatakan, 'Aku mau mengambilnya
dengan menjaga haknya!'Dan, Abu Dujanah pun mengambilnya,
untuk menghancurkan rencana busuk orang-orang musyrikin."
328 I
I
Fikih Akhlak
"Seandainya Allah tidak menekan (keganasan) sebagian manusi
dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
rnernpunyai karunia (yang dicurahhan) kepada semesta alam." (QS.
Al-Baqarah: 251)
Musa a.s. pernah berkata kepada seorang Bani Israel, "Sesung-
guhnya engkau benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)."
Menurut kalangan ahli tafsir, pernyataan Musa ini bisa dipahami
sebagai celaan kepada orang Israel itu karena dia menyerang orang
kuat yang termasuk dalam keluarga Firaun. Dan kekuasaan ketika
itu berada dalam genggaman dinasti Firaun. Dengan kekuasaan itu,
dinasti Firaun berlaku sewenang-wenang dengan membunuh setiap
bayi laki-laki, mempermalukan kaum perempuan, dan menyiksa orang-
orang Israel. Dalam kondisi seperti itu, seorang dari kalangan Bani
Israel berani menyerang seorang Mesir Koptik dari keluarga Firaun,
dan kemudian orang Israel itu meminta perlindungan kepada Musa,
"Lolu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya ifu." (QS. Al-
Qashash: 15)
Selang sehari kemudian, seorang Israel lainnya membunuh
seorang Mesir Koptik lainnya, yang kemudian melaporkan itu kepada
Musa untuk meminta pertolongannya. Saat itulah Musa berkata kepada
orang Israel itlu,"Sesungguhnya engkau benar-benar orang sesat yang
nyata (kesesatannyo)." (QS. Al-Qashash: 18) Atau, "Gegabah sekali
engkau ini, karena keinginanmu membunuh orang yang tidak mungkin
engkau lawan!'
Cerita lain yang terkait dengan tema ini adalah ketika Rasulullah
menggali parit. Jika saja pilihan menghadapi tentara sekutu itu baik,
tentu Rasulullah akan menghadapi musuh-musuh itu satu lawan satu.
Akan tetapi, jumlah tentara muslimin tidak sebanding dengan tentara
musuh, sehingga diisyaratkan kepada Rasulullah untuk menggali parit.
Dan karena itulah, Rasulullah bersama para sahabat mulai menggali
parit dan mempersiapkan perang dari seberang parit.
Adalah Abdullah ibn Mas'ud r.a. tidak sampai hati melihat Nabi
selalu ditekan oleh orang-orang Quraisy, tapi dia harus diam, karena
"Ia sedang mengambil siwak dari pohon Arak. Kedua betisnya kecil
sekali, tubuhnya bergoyang ketika diterpa angin. Orang-orang menerta-
wakannya. Kata Rasulullah, 'Apa yang kalian tertawakan?' Mereka
menjawab,'Karena betisnya, wahai Nabi Allah.' Kemudian Rasulullah
menambahkan,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan'Nya, kedua betis
itu kelak di timbangan lebih berat daripada gunung Uhud'."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ibn Mas'ud r.a., "Ketika
Rasulullah shalat di sekitar Kabah, Abu Jahal dan orang-orangnya
sedang duduk di tempat yang lain. Sehari sebelumnya, telah disembelih
beberapa ekor unta. Kata Abu Jahal, 'Siapa di antara kalian yang mau
mendekat ke arah tumpukan jeroan unta si Fulan (yang telah disem-
belih) itu, kemudian mengambilnya dan meletakkannya di atas kedua
bahu Muhammad pada saat sujud?'Maka bangkitlah seseorang yang
memang sangat membenci Muhammad, mengambil jeroan unta itu.
Ketika Nabi sujud, ia meletakkannya di atas kedua bahunya. Mereka
pun terkekeh-kekeh bangga, sambil saling berangkulan. Saat itu, Aku
(Ibnu Mas'ud) melihat sendiri. Kalau saja aku punya kekuatan, pastilah
aku akan menyingkirkan kotoran itu dari pundak Rasulullah. Nabi
tetap sujud, tidak mengangkat kepalanya, sampai seseorang bergegas
mengabarkan kepada Fatimah, yang kemudian datang melihat keada-
an bapaknya.
330 |
I
Fikih Akhlak
Fatimah, yang saat itu masih kanak-kanak,langsung menying-
kirkan kotoran itu dari Rasulullah, kemudian memaki orang-orang
musyrik sejadi-jadinya. Ketika shalatnya selesai, Rasulullah mengang-
kat suaranya, kemudian mendoakan orang-orang musyrik itu agar
celaka. Seperti biasanya, setiap berdoa beliau selalu berdoa tiga kali,
dan setiap memohon beliau selalu memohon tiga kali, dan dilanjutkan
membaca, 'Ya Allah, kuserahkan kepada-Mu urusan orang-orang
Quraisy.'(Tiga kali). Ketika mendengar suaranya, mereka langsung
terdiam dan takut dengan doanya. Kemudian beliau juga berdoa,'Ya
Allah, kuserahkan kepada-Mu urusan Abu Jahal ibn Hisyam'."
3Y I ritin Akhrak
(QS. Al-Furqan: 72) Atata,, "Apabila orang-orang bodoh nlenyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al'Furq6n:
73) Atau jtga, "Apabila mereha mendengar perkataan yang tidah
bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkatg,'Bagi kami
perb uatan - p erb uatan kami dan b agi kalian p erb uatan- perb uatan.
Kesejahteraan atas kalian, kami tidak ingin bergaul dengan orang-
orang bodoh'." (QS. Al-Qashash: 55) Pahamilah dan pikirkan, wahai
hamba Allah, jika Anda berakal!
Selain harus menimbang kekuatan fi siknya di hadapan kekuatan
lawan-lawannya, orang juga harus melihat posisinya dari berbagai
sudut yang berbeda; apakah pada saa itu dia bersama Allah? Apakah
dalam posisi penindas atau yang tertindas? Jika dirinya salah, ia harus
menarik sikapnya itu, harus menerima kebenaran dan mengembalikan
hak kepada pemiliknya. Orang yang diperlakukan sewenang-wenang
pasti akan menang, cepat atau lambat. Allah berfirman, "Barangsiapa
dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah rnemberi
hehuasaan kepada ahli warisnya. Tapi janganlah ahli waris itu
melarnpaui batas dalarn membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolo-ngan." (QS. Al-IsrO': 33)
"Demikianlah, barangsiapa membalas seimbang dengan
penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian ia dianiaya (lagi),
pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampup." (QS. Al-IIajj: 60)
Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata kepada orang yang
dizalimi,
',4
*'f it'J6 4r'* * *,*',)L ;
L,+r d-e iiut Ora
3q L,n,n Akhtak
Apakah orang yang selalu ingin dipuji, percaya kepada firman
Allah, "Apa saja nihm.at yang ada pada kalian, maha dari Allah lah
(datangnya)." (QS. An-Nahl: 53)?
Apakah orang yang banyak bicara untuk hal yang tak berguna,
menyadari sabda Nabi,
Allah, aku tidak punya alasan. Sungguh, aku tidah nlerasa senang
dan bahagia." (IJR,. Bukhari dan Muslim)
Lalu apa yang menyebabkan Ka'ab begitu jujur mengakui kesala-
hannya? Sebabnya, sikap mawas diri dan rasa takutnya kepada Allah.
Apa pula yang mendorong orang yang sedang punya hasrat
(seksual) menggebu ini, rela mengorbankan hartanya dan memendam
dalam-dalam hasrat tersebut? Yang menghalanginya untuk melakukan
semua itu adalah keimanannya kepada Allah dan sikap mawas dirinya.
Hadis berikut adalah petikan dari riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda, "Ada tiga orang sebelum kalian... ", Salah seorang
dari mereka mengatakan,'Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa ahu
punya sepupu perenxpuan yang sangd.t ahu cintai, pernah aku rayu
tapi menolak kecuali jika ahu memberinya seratus dinar, dan setelah
berusaha aku mendapatkannya, kemudian menemuinya dan
memberikannya hepadanya, kemudian dia menyerahkan tubuhnya
342 I
I
Fikih Akhtak
hepadaku. Tapi, ketiha hendah ahu setubuhi, ia berkata,'Takutlah
kepada Allah dan jangan menembus cincin, kecuali dengan jalan yang
benar!'Aku langsung tersentah, berdiri dan pergi meninggalhan uang
seratus dinar itu."
Juga pengakuan seorang lainnya, yang terjebak di dalam gua.
Apa yang mendorongnya untuk mengembangkan upah buruhnya
hingga menjadi ribuan ekor kambing dan menyerahkan kambing-
kambing itu kepada buruhnya itu? Hanya sikap mawas dirinya kepada
Allah. Petikan dari hadis selanjutnya, "Salah seorang dari tiga orang
dimaksud mengatakan, Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku punya
buruh yang beherja untukhu dengan perjanjian mendapatkan bagian
beras, tapi dia pergi dan meninggalkan bagiannya. Kemudian ahu
bermaksud baik kepada bagian tersebut dan aku pun tnenandtnnya.
Dari hasil padi yang aku tanam itu ahu belikan sapi. Kemudian ia
datang h,epadaku dan meminta upahnya (yang ia tinggalkan). Lalu
ahu katakan,'Ahu wujudkan dalam bentuk sapi itu. Bawalah
(pulang).'Tapi ia meminta,'Ahu hanya punyo, bagian beras padamu.'
Dan aku hatakan sehali lagi,'Ahu wujudhan dalarn bentuk sapi itu.
Sapi itu dari bagianmu itu. Bawalah pulang ...'."
Lain lagi dengan alasan yang mendorong orang yang ketiga untuk
berdiri dan tidak beranjak dari pintu kamar kedua orangtuanya hingga
fajar menyingsing dengan tangan tetap memegang susu, tidak memi-
numnya sendiri atau memberikannya kepada anak-anaknya, sampai
kedua orangtuanya yang telah renta itu bangun dan meminumnya.
Petikan dari hadis selanjutnya, "Sedangkan yang ketiga rnengatakan,
'Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku punya dua orangtua yang
sudah renta, dan setiap malam ahu selalu membawakan susu ham-
bingku, tapi suatu malam ahu terlambat dan hetiha aku datang mereka
sudah tidur, sementara istri dan anah-anakku mengerang kelaparan,
tapi ahu tidak memberikan susu itu kepada mereka sampai kedua
orangtuaku minurn. Ahu tidak mau membangunkannya atau mening-
galkannya. Aku tetap menunggunya hingga fajar menyingsing. Jika
Engkau tahu bahwa aku melakukan sem'ua itu karena rasa takutku
kepada-Mu, maha ringanhan beban kanli ...'."
344 I
I
Fikih Akhlak
hatikannya. Semua menegaskan satu hal pokok: bahwa Allah melihat,
mendengar, dan tak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya. Tapi pola
penyampaian yang digunakan oleh ayat-ayat tersebut berbeda-beda,
struktur bahasanya beragam, dan pilihan kata-katanya sangat berva-
riasi dengan maksud agar umat manusia belajar darinya dan menjadi
peringatan. Dengan demikian, situasi kehidupan menjadi lebih
terkendali dan perilaku umat manusia menjadi lebih baik.
Perhatikan, misalnya, ayat-ayat tentang perceraian dan bagai-
mana penghujung setiap ayat itu. "Dan jika mereka berazam (bertetap
hati untuk) cerai, maka sesungguhnya Allah Maha Mende-ngar lagi
Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarahz 227)
"Apabila kalian rnencerai istri-istri kalian, dan mereka hampir
mendekati ahhir iddahnya, maka tahanlah mereka dengan cara. yang
baik, atau ceraikanlah mereka dengan cara ydng baih (pula). Jangan
menahan mereka untuk ffLenyengsdrakan mereka, karena dengan
demihian kalian rnenganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian,
maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Jangan
jadikan huhum-hukumAllah sebagai permainan. Dan ingatlah nikmat
Allah pada kalian dan apayang telah diturunkan Allah kepada kalian,
y ait u Kit ab (al - Q ur' an) dan Hihma h ( il mu p e ng et a h u an). All a h memb e -
346 I
I
Fikih Akhtak
menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Rasulullah menjawab,
'Salah satu dari pembicaraan antara hamba dan Tuhannya. Hamba
berkata,'Wahai Tuhanhu, tidakkah Engkau lindungi aku dari
lzetidakbenaran?' Tuhan menjawab,'Benar.' Hamba berkata,'Aku
hanya memperkenanhan seorang saksi dari diriku sendiri.' Tuhan
menjawab,'Cukup bagimu hari ini, seorarug saksi atas dirimu dan
para pencatat yang mulia.' Setelah itu, hedua bibirnya dihunci, dan
dikatakan kepada seluruh anggota tubuhnya,'Berbicaralah!' Dan
berbicaralah tentang semua perbuatannya. Kemudian hamba itu diberi
hesempatan untuh berbicara, dan berkata,'Kalian telah menjauhihu,
padahal dulu aku selalu membela halian'."
Bagaimana mungkin seorang hamba bisa menyangkal, melaku-
kan maksiat dan kezaliman, sementara pengawasan di sekitar dirinya
sangat ketat? Semua tindakan dan ucapan yang ia lakukan selalu
dicatat. Allah itu Mahadekat, Maha Menyaksikan, Maha Mendengar,
Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Para malaikat yang mulia itu
adalah saksi, dan seluruh anggota tubuh kelak akan berbicara tentang
apa yang dikerjakannya:
Apakah yang seperti itu akan mampu mengangkat derajat Anda
di akhirat? Pelajarilah, pikirkan dan pahamilah! Setelah itu, ber-
takwalah kepada Allah dalam menghadapi diri sendiri dan orang lain.
350 |
I
Fikih Akhtak
kalian. Kami tidah melihat penolong-penolong yang kalian anggap
bahwa mereha adalah sekutu-sehutu kalian. Sungguh telah terputuslah
(hubungan) antara halian dan apa yang kalian anggap (sebagai sehutu
kalian) telah lenyap." (QS. Al-An'Om: 94)
Anda harus ingat itu, harus ingat bahwa orang lain sebelum
kalian yang telah meninggal dan meninggalkan kehidupan ini, bahkan,
pernah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan
Anda. Coba bandingkan diri Anda dengan Qarun, Firaun dan Haman.
Coba bandingkan diri Anda dengan para nabi Allah. Oleh karena itu,
berbuatlah untuk hari ketika Anda harus meninggalkan kedudukan
itu dan ketika Anda harus meninggalkan semua milik Anda, seperti
para pendahulu kalian meninggalkan semua milik mereka.
Ingatlah firman Allah, "Bermegah-megahan telah melalaikan
kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur-hubur." (QS. At-
Takdtsur:1-2)
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaihan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagunxkan para
petani. Tanaman itu kemudian menjadi kering dan kalian lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang heras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan hehidupan dunia ini tidah lain hanyalah hesenangan yang
menipu." (QS. Al-Hadid: 20)
Anda juga harus ingat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Anas r.a., "Di hari Kiamat helak, para penghuni neraka
yang senxasa di dunia diberi kenikmatan yd,ng melimpah, didatangkan,
kemudian dicelupkan sekali ke dalam neraha. Kemudian dikatakan,
'Wahai anak Adam, apahah enghau pernah melihat kebahagiaan?
Apahah engkau pernah merasakan henihmatan?' Manusia pun
menjawab,'Sungguh, tidak pernah, Tuhanku.' Kemudian para peng-
huni surga yang merupahan orang paling menderita hetika di dunia,
didatanghan, kemudian dimasuhhan sehali he dalam surga. Kemudian
dikatakan,'Wahai anah Adam, apahah engkau pernah ntelihat
352 I
I
Fikih Akhtak
t;, (.:,
*Orang-orang yang
adil berdiri di atas panggung-panggung
dari cahaya, berada di sisi kananYang Maha Penyayang, kedua
tangan-Nya hanan''. Mereka adalah orang-orang yang adil
dalam memberi keputusan di antara keluarga mereka dan di
antara orang -orang yang berada di b aw ah wew enangnyo.,' (HR.
Muslim)
3. Memilihi heberaninn, kecerdasan dan baih b udi.Apakah pantas
seorang suami yang mendengar suara menyeramkan dari arah ruangan
lain di rumahnya, malah menyuruh istrinya, "Lihat sana, apa yang
sedang terjadi!"? Jika ia melakukan seperti itu, maka itu akan memberi
kesan di hati istrinya bahwa ia seorang penakut. Ia seharusnya menjadi
orang pertama yang melihat dan memastikan suara menyeramkan itu.
Dalam ShahthBukhari diriwayatkan dari Anas r.a., ,,Nabi s.a.w.
adalah orang yang paling baik budi pekertinya dan paling pemberani.
Suatu malam, seluruh penghuni Madinah ketakutan, lalu mereka
keluar bersama-sama menuju tempat suara itu. Ternyata mereka mene-
mukan Nabi dan menjelaskan tentang suara itu. Nabi duduk di atas
kuda Abu Thalhah tanpa pelana dengan pedang menggantung di leher.
Nabi berkata,'Jangan takut, jangan kaget!'setelah itu Nabi menjelas-
kan, 'Suara itu adalah suara kuda yang berlari kencang'.,'
4. Harus ramah dan sayang. Nabi pernah bersabda,
zl//
'ba,*
lLWUW 1l ir q,)Ja trir
c t.
.o ,. c
, !.i ,to..
\Jfsv ry)dlw q'/'q G) U'
al o , t. o4
*Ya
Allah, Barangsiapa mengatur urusdn umatku dan menyulit-
h,an mereka, maka persulitlah urusannycr; Barangsiapa rnenga-
tur urusan umathu dan ramah hepada mereka, rnaka kasihilah
ia." (HR. Muslim)
Prinsip dasar dalam berhubungan dengan rakyat adalah ramah
dan sayang kepada mereka. Allah menjelaskan tentang Nabi-Nya,
,.f
J zo)
9',
)zz | .
tJj atl) V! tg*
.
q, rk t: 6'StLY,
,.
dV
"Jiha kelembutan itu ada pada sesuatu, maha ia akan menjadi
penghiasnya; jika tidak ada, maka sesuatu itu menjadi buruh."
(HR.Muslim)
Jangan mengubah kelembutan menjadi sikap kasar, kecuali jika
Anda berhadapan dengan orang yang layak untuk diperlakukan
dengan kasar. "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa buhti-buhti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereha Kitab dan neraca (headilan), supaya manusia dapat
melaksanahan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia."
(QS. Al-Hadid: 25)
dan tidak emosional. Kedua sifat ini sangat disukai Allah. Demikian
kata Nabi kepada Asaj ibn Qais.
Tidak emosional sendiri mengacu kepada makna cermat dalam
menentukan dan memberikan keputusan, tidak gegabah. Sedangkan
kuat mental berarti tidak mudah menyerah atau membalas. Tapi, pelan,
jangan gegabah, dan jangan mudah menyerah. Jika menurut Anda
kesalahan seseorang itu harus dimaafkan, maka Anda harus memaaf-
kan. Dan jika menurut Anda ia harus dijatuhi hukuman, maka hukum-
lah ia sekadarnya dan jangan berlebihan.
Allah pernah memuji Ibrahim, "Sesungguhnya lbrahim itu benar'
benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suha kembali kepada
Allah." (QS. HOd: 75)
8. Seorang pernimpin harus memudahkan dan tidak menyulit-
ftoz. Nabi s.a.w. pernah berwasiat kepada para sahabatnya,
e"l
l, ol o 7, z9zl
Lry
tt-
z I zl o tc t -r
t-n+; ls
"sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan tidak
untuk menyulitkan (orang lain)." (HR. Bukhari)
Pesannya juga kepada Abu Musa dan Mu'adz,
t
lzl
ts-P u;tk; lr*u . t9 ,t.7,
V j
t9 ,
lgle_
Fikih Akhlak Lt
Sesungguhnya Tuhanhu telah menjadihannya sebagai kenyataan. Dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik hepadaku, ketika Dia
membebashan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kalian
dari dusun padang pasir, setelah setan merusakhan (hubungan) antara
ahu dan saudara-saudaraku'." (QS. Yusuf: 99-100)
3@ I
I
Fikih Akhtak
Nabi s.a.w. menegaskan,
_l
u t
g /g
.,
l-t_t)
z lt t//
d J"* lr.> -lo/
q ilr ;tr\i u3 r*Gs'.
/ t/ o /
dz
'o
i,loi yi'ol1 or)
4ota:e
'Barangsiapa m.emangku jabatan dan Allah menginginkan
jabatan itu baih baginya, maha Dia akan menciptakan seorang
menteri yang baih baginya; jika ia lupa, si menteri itu mengi-
ngatkannya, dan jika ia ingat, si menteri itu membantunya
untuh selalu ingat'."
, / ' ,.t o/
1,,
t? .a, o
--i
t),gt} ob ";t dl ;;itd.w'& 'iit t1i
lt
crYI
zl
q drJ.-J ),r;6*Li I' sit t.:l9
3U I
I
Fikih Akhtak
itu, semua utang ayahku bisa aku lunasi, dan kurmanya masih tersisa
tiga belas wasaq: tujuh wasaq untuk yang sudah ditumbuk dan enam
wasaq untuk yang sudah jadi pasta. (Atau, enam yang ditumbuk dan
tujuh yangjadi pasta). Kemudian aku menemui Rasulullah pada shalat
Maghrib dan menceritakan semuanya kepadanya. Beliau tertawa dan
berkata,'Temui Abu Bakar dan lJmar, dan ceritakan kepada mereka.'
Mereka berkata, 'Kami sudah menduga akan seperti ini-karena
Rasulullah juga pernah melakukan yang seperti itu.'
Perhatikan ucapan Rasulullah, "Temui Abu Bakar dan lJmar,
dan ceritakan kepada mereka." Jawaban seperti itu menunjukkan
bahwa yang mengucapkan adalah seorang utusan Allah, seorang
pengajar,'pendidik dan kawan. Ia berbagi kebahagiaan kepada Abu
Bakar dan Umar agar mereka semakin yakin dengan kenabiannya,
Nabi mereka. Mereka ikut merasakan kesedihan yang beliau rasakan,
dan turut merasa bahagia karena berkah yang baliau terima. Dan kita
seharusnya juga seperti itu.
Jangan membagi kesedihan kepada ibu dan teman-teman Anda
setiap hari. Jangan hanya biarkan mereka mendengar keluh kesah
Anda. Giliran Anda mendapat nikmat Allah, orang-orang itu Anda
lupakan. Jika Anda pernah mengalami kerugian dalam satu hari dalam
berdagang, sesungguhnya Anda telah beruntung dalam beberapa hari
dan beberapa tahun. Jika Anda sakit satu hari saja, sesungguhnya
Anda sehat selama beberapa bulan dan beberapa tahun. Karenanya,
berbagilah cerita tentang nikmat Allah yang Anda terima, agar dampak
dari nikmat itu terlihat pada dirimu, dan orang-orang yang mencintaimu
dapat menyaksikan nikmat Allah itu pada diri Anda. Tunjukkanlah,
perlihatkanlah dan peringatkan mereka akan karunia Allah itu.
36 I ritir' Akhtak
Syam). Ketika Abu Bakar menyampaikan idenya, Nabi hanya diam.
Ketika Umar melakukan hal yang sama, ia juga diam. Kemudian Sa'ad
ibn Ubadah berdiri dan berkata,'Engkau menghendaki kami, Rasulu-
llah? Demi Zatyangjiwaku ada di tangannya, kalau saja engkau meme-
rintahkan kami untuk menenggelamkan rombongan Abu Sufyan ke
dasar lautan, maka kami akan menenggelamkannya; kalau saja engkau
memerintahkan kami untuk memukul musuh hingga ke Barkul Ghimad,
maka kami akan melakukannya."
Ketika terjadi kisah dusta (badtts al-ifki), Rasulullah s.a.w.
berkonsultasi dengan orang-orang dekatnya: Ali, Usamah ibn Zaid dan
Zainab.Ia juga berkonsultasi dengan Barirah, orang yang sangat
mengenal Aisyah. Beliau juga berkonsultasi dengan sebagian besar
sahabatnya berkenaan dengan orang-orang munafik yang:selalu ingin
merusak nama baiknya. Kata Rasulullah kepada orang-orAng ittt,"Apa
pendapat kalian tentang sekelompok orang yang poling benci hepada
istriku. Sungguh, yang ahu tahu, istrihu ini orang baik-baik." Semua
ini terjadi dalam peristiwa kisah dusta dimaksud.
Ketika rnenyelesaikan permasalahan tawanan perang Badar,
Rasulullah juga melibatkan banyak sahabat untuk meminta pendapat
mereka. Kebiasaan demikian sering dilakukan oleh para sahabat. Abu
Bakar selalu berbicara dengan para sahabatnya ketika menghadapi
permasalahan yang sulit; sementara Umar lebih sering lagi melakukan
hal yang sama.
Namun, tidak setiap tindakan harus meminta pendapat setiap
orang terlebih dulu. Cukuplah bahwa Anda yakin akan kebenaran
sikap Anda, Setelah itu tinggal tawakal.
Jika ada seoran gyangmengemukakan pendapatnya tentang satu
masalah dengan dukungan dalil-dalil al-Qur'an, Sunnah atau ijma',
maka tidakboleh mengabaikan dalil-dalil al-Qur'an, Sunnah atau ijma'
tersebut.
Berbeda halnyp, jika permasalahan yang dihadapi itu masih
diperdebatkan. Maka pilihannya adalah pendapat yang paling positif,
mendapat dukungan dalil paling kuat dan lebih mengacu kepada
kemaslahatan umum.
Fikih Akhtak L*
Menerima Masukan dari Orang Muda
Di muka telah dijelaskan bahwa pemimpin harus selalu berkon-
sultasi dengan rakyatnya, bertindak di atas pendapat yang paling kuat,
meski yang mengeluarkan pendapat tersebut orang yang masih muda.
Rasulullah s.a.w. sendiri pernah membenarkan ucapan Abu
Hurairah tentang perayataan setan kepadanya berkenaan dengan ayat
Kursi, bahwa Allah akan menjaga orang yang membaca ayat tersebut
sampai pagi tiba.
Beliau juga pernah melarang para sahabatnya untuk menga-
takan, "Jiha Allah menghendahi, juga Muhammad", atart,,Demi
Ka'bah. . .", karena ucapan orang-orang Yahudi yang berkata, ,.(Dengan
mengucapkan itu) kalian telah menyekutukan dan mensejajarkan Allah
dengan yang lain." (HR. Nasai)
Ahmad meriwayatkan dari Abdurrahman ibn Abi Umarah al-
Anshari, "Ayahku pernah menuturkan bahwa dia pernah bersama
Rasulullah dalam sebuah peperangan. Karena mereka kelaparan
karena kehabisan bekal, mereka mengusulkan kepada Nabi untuk
menyembelih sebagian kendaraan logistik,'semoga dengan itu Allah
menghantarkan kita kepada tujuan kita!'Tapi Umar ingat bahwa Nabi
juga pernah melarang untuk menyembelih sebagian kendaraan logistik
mereka. Kemudian Umar mengingatkan, 'Wahai Rasulullah, bagai-
mana mungkin kalau besok kita harus berhadapan dengan tanpa
kendaraan? Bagaiaman jika engkau mendoakan sisa perbekalan yang
telah kita kumpulkan, mendoakan agar diberkahkan, karena Allah
akan mengabulkan permohonan kami sebab doamu-akan member-
kahkan perbekalan itu sebab doamu.'Maka Nabi pun segera mendoa-
kan sisa perbekalan mereka itu, dan menyuruh setiap orang untuk
menyerahkan sisa makanannya. Mereka hanya mampu menyerahkan
sepotong atau lebih sedikit. Yang paling banyak adalah yang menye-
rahkan satu sha' gandum. Kemudian Rasulullah mengumpulkannya,
lalu berdiri dan berdoa. setelah itu, dia menyuruh setiap anggota tenta-
ranya untuk mengisi kantong perbekalan mereka dan memenuhinya.
Ketika semua anggota telah mengisi penuh kantong perbekalan mereka,
tumpukan sisa perbekalan itu masih tersisa, dan tampak belum
I
Fikih Akhlak L*
MEMILIH PEKERJA (PEGAWAI)
370 I
I
Fikih Akhtak
(kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kam.i memberi balasan
kepada ordtlg-orang yang berbuat baih." (QS. Al-Qashashj 14) Allah
menggabungkan kriteria kuat dalam "Dan setelah Musa cukup unlur
dan sempurna ahalnya" dant hikmah, pengetahuan, dan moral yang
positif dalam "Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan
pengetahuan. Dan demihianlah Kami mernberi balasan kepada orang-
orang ydng berbuat baih." Dalam kriteria ini juga tercakup pengertian
dapat dipercaya.
Dalam menjelaskan tentang para nabi, Allah mengatakan,oDan
ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya'kub yang mem-
punyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
Sesunggwhnya Kami telah mensucihan mereka dengan (menganu'
gerahkan hepada mereha) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingat-
han (manusia) kepada negeri akhirat." (QS. Shedz 45-46) Di ayat ini,
Allah menggambarkan "yang nxenxpunydi perbuatan-perbuatan yang
besar", penggambaran yang sebenarnya bermaksud mendeskripsikan
kemampuan mereka. Sedangkan penggambatan "ilmu-ilmu" mengacu
kepada pengertian ilmu, kekuatan memahami dan dapat dipercaya.
Terlebih jika dikaitkan dengan pernyataan "Sesungguhnya Kami telah
mensucikan mereka dengan (m,enganugerahhan kepada mereha) akhlak
yang tinggi, yaitu selalu mengingathan (manusia) hepada negeri
ahhirat."Dengan kata lain, Kami khususkan dengan satu kriteria, yakni
selalu mengingatkan kepada negeri akhirat. Orang yang telah mencapai
kualitas mengingatkan orang lain ini tentunya orangyang mempunyai
keimanan dan taat terhadap ajaran agama.
Allah juga menjelaskan tentang Yusuf, "Dan tatkala dia cukup
dewasa, Kami berikan hepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS.
Yusuf: 22) Dan pernyataan penguasa Mesir kepada Yusuf, "Sesung'
guhnya enghau (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi l.agi dipercaya di sisi kami." (QS. Yusufz 54)
KetikaYusuf menawarkan diri untuk menjadi bendahara negara,
ia menjelaskan tentang dirinya, "Jadikanlah aku bendaharawan
nego,ra (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga
fijarr t'*\
"... dengan kelompok-kelompoh yang tidak bermoral." (Ibnu
Hiban d alarn M aw d.rid. az h- Z h am' d.n)
Jika orang itu tidak berbuat maksiat, tentu akan lebih berhak
memimpin perang daripada orang taat tapi tidak punya kekuatan.
Oleh karena itulah Nabi s.a.w. mengangkat Khalid ibn Walid
untuk memimpin perang sejak ia memeluk Islam. Katanya, *Khalid
adalah pedang yang Allah hunuskan kepada orang-orang musyrik",
meski Khalid sendiri pernah melakukan sesuatu yang tidak disukai
oleh Nabi, sampai sekali waktu beliau pernah menengadah ke langit
dan berucap,'Ya Allah, ahu tidak bertanggung jawab atas apa yang
dilahuhan Khalid." (HR. Bukhari) Pasalnya, ketika itu Khalid diutus
ke Bani Judzaimah, tapi ia malah menghabisi mereka dan merampas
harta mereka dengan cara yang tidak benar. Satu tindakan yang tidak
dibenarkan oleh Islam.
Ketika itu, orang-orang yang ikut bersamanya sudah menentang
tindakannya itu. Akhirnya Nabi membayar ganti rugi dan mengemba-
likan harta mereka yang dirampas. Meski demikian, Nabi tetap memilih
Khalid untukmemimpin perang, karena memang hanya dia yang punya
kelebihan dalam perang ketimbang sahabat yang lain. Sedang dia
melakukan apa yang telah ia lakukan itu karena salah paham.
Dibandingkan Khalid, Abu Dzar lebih taat dan jujur. Namun
demikian, Nabi pernah berkata, "Wahai Abu Dzar, menurutku, engkau
lemah. Tapi aku menyukaimt seperti aku menyukai diriku sendiri.
Jangan pernah memimpin dua orang, dan jangan pernah mengelola
harta anah yatim." (HR. Muslim) Nabi melarang Abu Dzar untuk
menjadi seorang pemimpin dan pengelola, karena, menurut Nabi, ia
orang yang lemah, walau beliau pernah berkata, "Di bawah langit dan
di atas permukaan bumi ini orang yang paling jujur tutur katanya
adalah Abu Dzar."
376 I
I
Fikih Akhtak
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesarna mereka.
Engkau lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keri'
dhaan-Nya" (QS. Al-Fath: 29) "Rendah hati di hadapan orang'orang
mukmin, dan anghuh di hadapan orang-orang kafir." (QS. Al-
M6'idah:54)
Dengan prinsip seperti ini, ketika Abu Bakar dan Umar meme-
rintah, maka mereka menjadi pemimpin yang sempurna dan seimbang
jika dibandingkan dengan Nabi ketika masih hidup: yang satu keras
dan yang satu lagi lunak. Tentang dua orang ini, Nabi pernah berkata,
"Ikutilah dua orang sepeninggalku: (yakni) Abu Bahar dan Uman"
(HR. Tirmidzi) Yang menonjol dari diri Abu Bakar adalah keberanian-
nya untuk memerangi orang-orang yang murtad. Kelebihan ini
mengungguli sikap para sahabat yang lain.
Jika yang dibutuhkan adalah ketaatan seorang pemimpin, maka
yang diangkat harus seorang yang dapat dipercaya. Misalnya, untuk
menjaga harta negara atau kepentingan lain yang seperti itu. Semen-
tara, jika yang dibutuhkan adalah untuk mengatur sirkulasi keuangan,
maka yang ditunjuk adalah orang yang punya kekuatan dan terper-
caya. Yang menjadi pemimpin adalah orang yang kuat, sedangkan
yang menjadi wakilnya adalah orang yang dapat dipercaya.
Demikian pula dengan pemimpin perang, jika yang diangkat
orang yang dengan kriteria punya wawasan luas dan kuat pemahaman
agamanya, maka orang yang punya dua kriteria tersebut lah yang
harus ditunjuk. Demikian pula dengan kepemimpinan-kepemimpinan
yang lain, jika kriteria yang harus dipenuhi tidak terdapat dalam satu
orang, maka yang diangkat menjadi pemimpin bisa lebih dari satu orang.
Tentunya, yang dipilih haruslah orang yang benar-benar tepat, atau
malah dengan alternatif kepemimpinan kolektif.
Jika yang dibutuhkan adalah seorang yang dapat mengangkat
pamor hukum, maka yang diangkat haruslah seorang yang paling luas
wawasannya, paling kuat karakternya, dan paling memahami bidang
hukum. Jika ada dua orang, yang satu luas rvawasannya dan yang
lain kuat karakternya maka yang diangkat-jika yang dihadapi adalah
hal-hal yang sudah jelas hukumnya dan ditakutkan akan terjadi
iv}' d ,Ji^4 0l
ztd o. t
o 1...c-. lA ,.rl,i t. )6, c/
oJr-a,e lJAg t1t3 ,y
)8, U
O)-l
c t, aE
tQt lo
P4)
/
Lav iur
*Tindakan zalim itu adalah
hegelapan di hari Kiamat.' (If,R,.
Bukhari dan Muslim)
Allah menegaskan bahwa kezaliman itu bukan bagian danZat-
Nya, dan Dia melarangnya menjadi bagian dari kehidupan hamba-
Nya. Sebuah hadis qudsy menegaskan,
382 I
I
Fikih Akhtak
Kata Umar menyimpulkan,'Berarti itu hanya dugaan mereka kepada-
mu, wahai Abu Ishak.'Dan Umar pun segera mengirimkan seorang
(atau beberapa orang) utusan. Sang utusan berjalan bersama Sa'ad
menemui penduduk Kufah untuk meyakinkan perihal pengaduan
mereka itu. Setiap kali sang utusan melihat masjid, dia pasti bertanya
tentang Sa'ad kepada jamaah masjid. Dan mereka memuji Sa'ad dengan
baik. Ketika sang utusan masuk masjid milik Bani Abbas, seseorang
yang bernama lJsamah ibn Qatadah yang biasa dipanggil Abu Sa'dah,
berdiri dan berkata, 'Sungguh, jika engkau memaksa kami untuk
berterus terang, (maka kami katakan) bahwa Sa'ad tidak pernah ikut
dalam pasukan, tidak pernah membagi secara merata dan tidak pernah
adil dalam keputusannya.'Sa'ad membela diri, 'Aku hanya bisa berdoa
tiga hal: Ya Allah, jika hambamu ini berdusta, hanya ingin pamer dan
mencari nama, maka panjangkan umurnya, panjangkan kemiskinan-
nya dan selalu ditimpa cobaan.' Lama setelah itu, jika Abu Sa'dah
ditanya, dia menjawab "Aku (kini menjadi) seorangtua renta dan hidup
merana. Aku termakan doa Sa'ad.'Abdul Malik (orang yang meriwayat-
kan dari Jabir) mengatakan,'Di kemudian hari, aku melihat kedua
kelopak matanya turun hampir menutupi kedua bola matanya karena
tua umurnya. Sekarang, kerjaannya menggoda sahaya-sahaya perem-
puan di jalanan, sambil memandang mereka dengan katayang lemah'."
Sedangkan cerita tentang Said sebagai berikut: Muslim meriwa-
yatkan dari Hisyam ibn Urwah dari bapaknya, "Arwa binti Uwais
menuduh Said ibn Zaid telah mengambil sedikit tanahnya, dan
memperkarakannya kepada Marwan ibn Hakam. Said membela diri,
'Mungkinkah aku mengambil tanahnya setelah aku mendengar sabda
Rasulullah?!'Marwan bertanya, 'Apa yang engkau dengar dari Rasulu-
llah?' Said menjawab,'Aku mendengar Rasulullah mengatakan,
'Barangsiapa mengambil tanah sejengkal secara keji, maka akan
dikalungkan (ke lehernya) tujuh kali lipat bumi!'Kata Marwan kepada
Said,'Setelah ini, aku tidak akan meminta bukti lagi kepadamu.'
Kemudian Marwan berdoa, 'Ya Allah, jika wanita ini berdusta, butakan
matanya dan matikan ia di tanahnya! Lama setelah itu, Marwan
mengatakan, 'Sebelum meninggal dunia, mata wanita itu buta terlebih
iy ';'rrtlt
, ,'a '., / o ,
oa
El i.r
J*)t t? f'ritVtt
siapa b erb uat sew enang -w enang dalam urusan tanah,
" Barang
maka (kelak) akan dikalungkan (ke lehernya) tujuh bumi."
Sedangkan menurut Bukhari dan Muslim, dari Muhammad ibn
Ibrahim, "Abu Salamah pernah menurunkan hadis bahwa pernah
terjadi perselisihan antara dirinya dengan sejumlah orang. Kemudian
ia menceritakannya kepada Aisyah, dan Aisyah berkata,'Wahai Abu
Salamah, jauhi tanah itu, karena Nabi pernah berkata, 'Barangsiapa
berbuat sewenang-wenang dengan mengambil sejenghal tanah, maha
(kelah) akan dihalungkan (ke lehernya) tujuh bunxi'."
Balasan Kezaliman
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
3U I
I
Fikih Akhrak
hebaihan, maka hepadanya ahan diberihan keburuhan sauda-
ro.nya itu untuk ditanggungnya.'
Muslim meriwayatkan, Nabi pernah bersabda, "Kelak pada hari
Kiamat, engkau pasti ntenyerahkan hah-hak (yang engkau abaihan)
itu hepada yang berhah menerimanya, sampaipun seehor kambing yang
tanduhnya patah ahan mendapat tebusan dari kambing bertanduh
(yang mematahhan tanduknya)."
Jangan pernah, sekali lagi, jangan pernah, memperlakukan
pegawaimu sewenang-wenang, mengurangi haknya atau, apalagi,
tidak membayar gajinya!
;LU'M
"Orang haya yang menunda pembayaran utang adalah
kezaliman." (HR. Bukhari dan Muslim)
-r', t'
i *reLi b, ..;';lt .o / g t t o ,
t-i-r1;7 tii;itl-?
"
fr' jt;
, ctol. ,o '.or,
5lt:
l, a 'l
o-Fl e"*u
Allah berfi.rman,'Ada tiga orang yang kelak pada hari Kiamat
aku menjadi musuhnya: Orang yang bersumpah atas namahu
kemudian mengingharinya; orang yang menjual orang merdeka
hemudian m.ernahan hasilnya; orang yang berjanji mengupah
seseorang, hemudian memanfaathan orang itu, tapi ternyata
tidak pernah memberikan upahnya'."
"Orang yang punya hah (di hadapan orang lain yang mengambil
hahnya) punya hak untuh bicara," demikian kata Nabi s.a.w. Jika Anda
berbuat salah kepada seseorang dengan melanggar haknya, kemudian
ia berkata seenaknya kepadamu dan menghinamu, maka bersabarlah,
karena Anda bersalah. Dalam menghadapi hinaan itu, Anda harus
mengoreksi diri Anda, sebelum mencaci orang lain. Benahi kesalahan
Anda sendiri, sebelum mengharap maaf dari orang lain.
386 I
I
Fikih Akhlak
Perhatikan bagaimana ketegasan Sulaiman, "sungguh aku akan
mengazabnya dengan azab yang heras atau menyembelihnya, kecuali
jiha dia datang hepadahu dengan alasan yang benar." (eS. An-Naml:
21) Perhatikan pula ucapan sulaiman ketika Hudhud datang terlambat
dan meminta maaf, "Ahan kami lihat, apakah engkau benar atau
berdusta." (es. An-Namlz27) Tidak semua alasan bisa diterima. Ada
alasan-alasan yang tidak masuk akal dan tidak bisa diterima.
Perhatikan ketegasan firman Allah kepada jin, "Dan Barangsiapa
menyimpang, di antara rnereka, dari perintah Kami, maka Kami ahan
timpakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala." (eS.
Saba': 12)
Sulaiman turun tangan sendiri untuk mengawasi pekerjaan yang
dilakukan jin ketika jin"membuat untuk Sulaiman a.pa yang dihehen-
dakinya dari gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-
piring yang (besarnya) seperti holam dan periuk yang tetap (berada di
atas tunghu)." (QS. saba': l3) Ia mengawasi pekerjanya sambil berdiri
bersandar di atas tongkatnya.
Di samping langsung mengawasi, seorangyang punya pemimpin
juga harus baik hati dan tegas; harus tahu kapan waktunya meng-
hukum dan kapan waktunya memaafkan. Ia harus teliti, yang tidak
hadir dalam pekerjaannya, apakah karena alasan yang benar atau
karena meremehkan pekerjaan. Dengan demikian, ia mampu bertindak
tepat.
Allah pernah berkata kepada Zulkarnairt, *Engkau boleh
menyiksa atau berbuat kebaikan terhadap mereka.'(QS. Al-Kahfi: g6)
Jawab Zulkarnain, "Adapun orang yang aniaya, maha kami akan
ntenyiksanya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, laru Tuhan
menyihsanya dengan siksa yang tidak ada taranya. Adapun ordng-
orang yang beriman dan berbuat baik, rnaka baginya pahala yang
terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahhan kepadanya (perintah)
yang mudah dari perintah-perintah hami." (QS. Al-Kahfi: 8Z-89)
Rasulullah selalu mengontrol para pekerjanya yang ia kirim ke
berbagai wilayah. Bukhari meriwayatkan dari Abi Humaid as-saidi,
z 9 z! z I zl o ro t.r6.
cJ*tP
r'rotol,
etJ-fr *ol
"sesungguhnya kalian diutus untuk tnetnperm.udah, buhan
untuk mempersulir." (Hadis Sahih)
Sikap seperti inijuga harus diterapkan oleh setiap orang terhadap
dirinya, keluarganya, dan bawahannya. Hati manusia hanya akan
menerima kebenaran dengan keuntungan-keuntungan yang ia
dapatkan. Dengan demikian, keuntungan-keuntungan itu merupakan
bentuk ibadahnya kepadaAllah dan amal baktinya kepada-Nya dengan
niat yang tulus. Pernahkah Anda berpikir bahwa makan, minum dan
berpakaian itu wajib hukumnya? Ketika seseorang dalam keadaan
terpaksa dan harus makan bangkai, maka ia, menurut ulama, harus
makan. Jika tidak makan dan ia mati, maka ia akan masuk neraka.
Dengan kondisi yang lemah, apa pun bentuk peribadatan, tentunya,
tidak akan pernah bisa dilaksanakan. Sesuatu yang menyempurnakan
amalan yang wajib akan menjadi wajib pula (hukumnya). Dan itu
artinya, memberi makan diri sendiri dan keluarga harus dinomor-
satukan daripada berbagai bentuk sedekah kepada orang lain. Abu
4/;
*Meringankan pekerjaan pembantumu
adalah pahala di timba-
nganrnlt,."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar, "Aku berta-
nya, 'Wahai Rasulullah, amalan apa yang paling baik?' Rasululah
menjawab, 'Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya.' Aku
bertanya lagi, 'Pembebasan yang bagaimana yang paling baik?'
Rasulullah menjawab, '(Pembebasan budak) yang paling disukai oleh
keluarganya dan yang paling mahal harganya.'Aku bertanya lagi,
'Jika aku tidak bisa melakukannya?'Jawab Rasulullah, 'Membantu
orangyang membuat suatu (pekerjaan) atau membuatkan (pekerjaan)
untuk orang yang tidak bisa berbuat apa-apa.' Aku bertanya lagi,
'Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku tidak mampu melakukan
apa-apa?' Rasulllah menjawab, 'Jangan berbuat jahat kepada orang
lain, karena itu adalah sedekahmu bagi dirimu.'
Fikih Akhlak L,
kembali oleh utusan-utusan itu. Tatkala utusan itu sarnpai kepada
Sulaiman, Sulaiman berkata,'Apakah (patut) kalian memberi harta
kepadaku? Apa yang diberikan oleh Allah kepa.daku tebih baik daripada
apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Herannya, kalian nlerasa
bangga dengan hadiah kalian. Kernbalilah kepada mereka. Sungguh
kami akan datang hepada mereka dengan balatentara yang mereka
tidah kuasa melawannya. Kami pasti akan mengusir mereka dari negeri
itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan)
yang rendalr'." (QS. An-Naml: 35-37)
Suap akan merusak perbuatan Anda, menghancurkan kemas-
lahatan dan menumbuhkan dendam di hati orang lain terhadap Anda.
Apalagi jika suap itu membuat banyak orang kehilangan haknya dan
membuat Allah murka.
Ibnu Taimiyah berkata, "Tidak boleh menerima hadiah-baik
untuk kepentingan umum, apalagi kepentingan pribadi-dari pezina,
pencuri, pemabuk, pembegal, koruptor atau lainnya, yang membuat
hukuman bagi mereka bisa dibatalkan. Harta yang dipungut untuk
membatalkan hukuman adalah terlarang dan keji. Jika ada penguasa
yang melakukan itu, maka ia telah melakukan dua kesalahan besar:
membatalkan hukuman dan memakan barang haram. Itu artinya, ia
telah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang penguasa dan
melakukan yang dilarang.
"Jiha orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka tidak
melarang mereha mengucaphan perkatan bohong d,an memakan yang
haram, maha mereka akan rnelakuhan yang lebih buruk lagi." (eS. Al-
M6'idah: 63) Allah berkata tentang orang-orang Yahudi"Adalah orang-
orang yang suka rnendengar berita bohong dan banyak memakan yang
haram." (QS. Al-M6'idah: 42) Mereka makan suap yang disebutnya
dengan bhirthtl (sogokan), atau sekali waktu disebut hadiah.
Jika penguasa telah makan uang haram, maka ia akan terdorong
untuk mendengarkan sumpah palsu. Rasulullah s.a.w. mengutuk
penyuap (rdsyt), penerima suap (murtasyi) dan yang menjadi perantara
bagi keduanya (rd|isy). Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud dan
Tirmidzi.
Fikih Akhtak I ,*
runtuhnya kehormatan dan wibawa penguasa di mata rakyat. Jika
seorang penguasa sudah bisa disuap untuk membatalkan hukuman,
maka ia sudah kehilangan kemampuan untuk menjatuhkan hukuman
berikutnya.
Birthtl (suap) berarti batu lonjong, dan disebut sebagai suap
karena batu itu menyuap orang agar tidak mengatakan yang benar.
Dikatakan, "Jika suap masuk dari pintu, maka sifat amanah akan
keluar dari lubang angin."
Memilih Wakil
Jika Anda mengutus seseorang kepada satu masyarakat sebagai
wakil Anda, maka pilihlah orang yang dicintai oleh mereka. Dengan
demikian, mereka akan lebih mudah menerimanya dan mengikuti
segala perintahnya. cara seperti ini pernah dilakukan Rasulullah s.a.w.
ketika mengutus utsman untuk menemui orang-orang Mekah pada
saat Baiatur Ridhwan (Pembaiatan di Ridhwan) untuk berunding
dengan mereka. Mengingat utsman adarah salah satu tokoh orang-
orang Mekah.
Ibnu umar pernah menjelaskan alasan ketidakhadiran Utsman
pada Baiatur Ridhwan, "...Adapun ketidakhadiran utsman dalam
Pembaiatan di Ridhwan, karena kalau saja ada orang lain yang lebih
berwibawa di Mekahdaripada IJtsman, makaNabi pasti akan mengutus
orang tersebut. Akhirnya Nabi memilih utsman untuk pergi ke Mekah.
Pembaiatan di Ridhwan dilakukan setelah usman perg ke Mekah. Kata
Nabi, seraya mengangkat tangan kanannya, "Ini adalah tangan
utsman." Kemudian ia memukul tangannyayanglain seraya berkata,
"Ini untuk Lltsman." OfB. Bukhari)
m I
I
ritin Akhtak
A.
sesuatu kepada beberapa orang dan Sa'ad duduk bersama mereka.Kata
sa,ad, ,,Rasulullah membiarkan satu orang dan tidak memberinya.
Orang itu adalah orang yang menurutku paling mengagumkan.
Kataku,'Wahai Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si Fulan?
sungguh, aku tahu benar bahwa dia itu orang beriman.'Rasulullah
menjawab, '... atau telah memeluk Islam.'Aku terdiam sebentar,
kemudian dorongan rasa ingin tahu begitu kuat dalam dadaku. Aku
bertanya lagi,'Wahai Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si
Fulan. Sungguh, aku tahu benar bahwa dia itu orang beriman."
Rasulullah menjawab, '...atau telah memeluk Islam.'Aku terdiam
sebentar, kemudian mendadak ingin tahu. Aku bertanya lagi,'wahai
Rasulullah, ada apa antara engkau dengan si Fulan. Sungguh, aku
tahu benar bahwa dia itu orang beriman.'Rasulullah menjawab sama,
,...atau telah memeluk Islam. sesungguhnya aku memberi sesuatu
kepada seseorang, sedang selain orang yang kuberi itu lebih aku sukai.
Aku takut nanti ia dijungkalkan ke neraka'."
Fikih Akhlak I *,
Jangan Memukul Wajah pembantu atau pegawail
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi
s.a.w. pernah berkata,
c
,rry ui
,o-)l iL;i iLi ;u tiy
"Jika kalian berkelahi, maka hindari bagian wajah."
Muslim meriwayatkan dari lJmair, sahaya Abi Lahm, *Tuanku
memerintahkan aku untuk mendendengkan daging. Kemudian seorang
miskin datang kepadaku dan aku memberi sebagian daging tersebut.
Tuanku mengetahui apa yang aku lakukan itu dan ia rangsung memu-
kulku. setelah itu, aku menemui Rasulullah dan menceritakan apa
yang telah terjadi. Rasulullah memanggil tuanku itu dan berkata,
'Mengapa engkau memukulnya?' Jawabnya,,(Karena) dia memberikan
makananku tanpa aku perintahkan.' Kata Rasurulrah,'Masing-masing
kalian mendapat pahala'." Maka tidak perlu terjadi pemukulan!
Mendidik Pembantu
Awas, jangan pernah memukul dengan keras dan menampar
muka. Muslim meriwayatkan dari Muawiyah ibn suwaid, "Aku menam-
par salah seorang budak kami dan aku langsung kabur. Menjelang
Zhuhur, aku kembali dan shalat di belakang ayahku. Ayahku memang-
gil budak itu dan aku. Kemudian ayahku berkata (kepada budak itu),
'Lakukan seperti dia (memukulmu)!' kemudian ayahku memaafkannya.
setelah itu ia mengatakan, 'Pada masa Rasulullah, kami-Bani
Muqarrin-punya seorang pembantu perempuan. sarah seorang dari
kami memukulnya dan berita itu sampai kepada Nabi. Beliau berkata,
'Bebaskan ia!' Mereka berdalih, ,Hanya dia pembantu yang kami
punya.'Kata Nabi lagi, '(Kalau begitu) manfaatkanlah dia (sebagai
pembantu). Bila sudah tidak membutuhkannya lagi, bebaskanlah dia!,"
w2 I ,,n,^ Akhtak
Berat Ringannya Balasan
Dengan mempertimbangkan kondisi, balasan yang akan diterima
oleh setiap orang akan beragam. Orang yang mampu dan pandai,
kemudian sengaja melakukan satu kesalahan, maka ia harus menerima
hukuman yang lebih berat daripada orang yang lemah dan bodoh yang
melakukan kesalahan.
Jika orang yang lemah semangat, berbuat dengan penuh
semangat dan ketekunan, maka ia akan dihargai lebih besar daripada
yang lain, demi meningkatkan semangatnya.
Banyak dalil yang menunjukkan itu. Salah satunya adalah sabda
Nabi s.a.w.,
"Ada tiga orang yang pada hari Kiamat tidak diajah bicara
oleh Allah, tidah dibersihkan, tidak dilihat dan mereka menda-
pathan siksa yang pedih: Orang tua yang berzina, penguasa
yang pendusta dan orang miskin yang sombong." (HR. Muslim)
Orang yang berzina harus dihukum. Bila yang melakukannya
seorang yang sudah tua, maka hukumannya di akhirat lebih pedih
dari orang muda. Sebab, orang tua seharusnya lebih mampu menjauh-
kan diri dari perbuatan keji ini dan mampu menahan diri darinya,
karena usianya yang tua dan pengetahuannya yang cukup tentang
hukum-hukum Allah, terutama hukum-hukum Allah terhadap orang-
orang yang berbuat keji. Dengan semua pertimbangan itu, maka
hukumannya harus diperberat.
Kedua, tentang penguasa yang berdusta. Sebagai seorang
penguasa, tak ada lagi yang dapat menekannya untuk melakukan
dusta, karena semua rakyat adalah rakyatnya, yang akan patuh
terhadap perintah dan larangannya; tak ada yang berani menekannya,
Fikih Akhtak I *
bahkan dialah yang menekan mereka. Semua bawahannya tidak kuasa
melawannya. Maka, jika ia berdusta dan menipu orang-orang yang
tidak punya kekuasaan, hukumannya akan dilipatgandakan dan
diberatkan.
Kesombongan itu tercela. Jika kesombongan itu dilakukan oleh
seorang yang miskin, maka dosanya menjadi lebih berat. Allah
menjelaskan tentang istri-istri Nabi, "Hai istri-istri Nabi, barangsiapa
di antara kalian mengerjakan perbuatan kejiyang nyata, niscaya akan
dilipatgandakan siksaan baginya dua kali lipat. Yang demikian itu
mudah bagi Allah. Barangsiapa di antara kalian (istri-istri Nabi) tetap
taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal baik, niscaya
Kami memberihan pahala dua kali lipat baginya, dan Kami sediakan
baginya rezki yang mulia." (QS. Al.Abzdb: 30-31)
Wanita-wanita yang mendapat nikmat sebagai istri Nabi dan
menjadi ibu bagi orang-orang mukmin, jika mereka mensyukuri nikmat
tersebut dan berbuat baik, maka Allah akan memberikan pahala dua
kali lipat. Sebaliknya, Jika mereka tidak mensyukuri nikmat itu dan
berani melakukan kekejian yang nyata, maka siksanya pun akan
digandakan.
Contoh lain adalah penggandaan pahala orang-orangAhlul Kitab
yang beriman kepada nabi mereka dan beriman pula kepada Nabi
Muhammad. Nabi bersabda, "Ada tiga orang yang pahalanya diberikan
dua kali lebih banyak: (1) Seorang Ahlul Kitab yang berinxan hepada
nabinya dan mengalami masa Nabi Muhamrnad, kemudian beriman
kepadanya, mengihutinya dan rnembenarkannya. Dia akan mendapat
dua pahala. (2) Seorang budak yang mengerjakan hak Allah dan hah
tuannya, berhah rnendapat dua pahala. (3) Seorang yang pernah punya
budak perenxpuan, rnemberinya makan dengan baik, mendidiknya
dengan baik, d,an m.ernbebashannya, kemudian mengawininya. Dia
berhak rnendapatkan dua pahala pula." (HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk dalam pembahasan ini adalah keringanan hukuman
zina bag1 budak perempuan. Budak perempuan tidak sama dengan
wanita merdeka. Allah berfirman, "Jika mereka (para sahaya
perempuan) mengerjakan perbuatan yang keji (zina), maka mereka
M I
I
Fikih Akhlak
m.endapatkan separuh huhuman dari hukurnan wanita-wanita merde-
ha yang bersuami." (QS. An-Nis6': 25)
M I ririn Akhtak
Hukuman itu bertujuan membuat orang jera dan tidak mengu-
langi perbuatan jahatnya. Allah menjelaskan tentang pencuri, ,,Lahi-
lahi yang mencuri dan perempuan ya.ng mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka herjakan d,an
sebagai siksaan dari Allah." (QS. Al-M6'idah: 88)
Fikih Akhtak I *
JANGAN MARAH!
Marah itu tercela dan berasal dari setan. "Jika engkau ditimpa
godaan setan, rnaka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-ordng
yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat
hepada Allah. Ketika itu juga mereka melihat kesalahan-hesalahannya.
Dan teman-teman mereha (orang-orang kafir dan fasik) membantu
setan-setan dalam rnenyesatkan dan rnereha tidah henti-hentinya
(menyesatkon). " (QS. Al-A'rAf: 2OO-2O2)
'rb i^ri
,o t-t,r,.o. .?.t n,..,a
:rJL-.5"rJt 4-r?Jt LII *A\
,,1 ,. .t 6...
,,_r-iJt :.J
'
*at
"Orang yang kuat itu bukan ordng yang selalu m.enang dalam
bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai
dirinya pada saat ntarah." (HR. Bukhari)
Wahai hamba Allah, perangilah nafsumu untuk meredam marah,
karena Allah selalu menyanjung orang-orang yang berhasil meredam
marah. "(Yaitu) orang-orang yang mendermakan (hartanya), baik di
utahtu lapang fiLaupun sempit, dan orang-ordng yang menahan
amarahnya dan memaafhan (kesalahan) orang. Allah menyukaiorang-
orang ydng berbuat kebajihan." (QS. Ali Imran: 134)
Secara umum marah itu merupakan tercela. Tapi ada marah yang
terpuji, yaitu marah karena larangan Allah dilanggar. Itu artinya,
marah karena larangan Allah dilanggar, tidak tercela, bahkan terpuji.
Nabi sendiri pernah marah beberapa kali.
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, "Ketika Rasulullah meme-
rintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan amalan-yang
sebenarnya bisa mereka lakukan-namun mereka berkilah,'Kami tidak
sepertimu, wahai Rasulullah, karena Allah telah mengampuni dosamu
yang dulu dan akan datang.'Wajah Rasulullah langsung berubah
karena marah, dan berkata, 'Orang yang paling bertakwa dan paling
mengenal Allah adalah aku!"'
Muslim meriwayatkan dari Abdullah ibn Amru, "Suatu hari, pagi-
pagi buta, aku menemui Rasulullah. Saat itu, terdengar suara gaduh
dua orang yang berselisih pendapat tentang sebuah ayat. Dengan
wajah penuh kemarahan, Rasulullah menemui kami, dan berkata,
Fikih Akhlak I *
"Orang-orang sebelum kalian binasa karena m.emperselisihkan kitab
n7ereha."
Nabi Musa juga pernah marah, "Dan tathala Musa telah kembali
hepada haumnya dengan marah dan sedih hati, berhatalah d.ia,
'Alanghah buruknya perbuatan yang k,alian kerjahan sesudah
hepergiankzl"' (QS. Al-A'rdf: 150)
Tidak hanya Nabi, para sahabat dan tabiin juga pernah marah.
Jika marah itu karena Allah dan dalam kebenaran, maka tidak tercela.
ao
c+b-e li$'.5-v i-',+i, ti{r'.5-G .*,e sy,
,/
LJI,U
"Jika enghau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah.
Jika enghau marah, diamlah!" (HR. Ahmad dan Bukhari
d,alarn al- Ad ab al M u fr a d.)
-
Vr llub
!u'\6}V u
410 I
I
Fikih Akhtak
Hanya saja, beberapa ulama lain mengartikannya sebagai "sesuatu
yang menutup pikiran dan menghalanginya untuk berbuat benar
seperti yang bisa diperbuatnya pada saat normal, dan itu disebabkan
oleh kondisi sangat marah."
Mereka beralasan bahwa Musa pernah membuang lembaran-
lembaran firman AIIah ketika sedang sangat marah kepada kaumnya
yang menyembah anak sapi. Allah berfirman, "Tatkala Musa telah
kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati ia berkata,
'Alanghah buruknya perbuatan yang kalian herjakan setelah
kepergianhu! Apakah kalian hendak mendahului janji Tuhan halian?'
Dan Musa pun rnelemparkan lembaran-lembaran (Taurat) itu dan
nxernegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menarihnya
ke arahnya." (QS. Al-A'rAf: 150) Meski Musa marah, Tuhannya tidak
mencelanya.
Di muka telah dinyatakan bahwa ketika orang mengeluarkan
sebuah keputusan pada saat marah, maka ia mengeluarkan keputusan
itu pada waktu kehadiran setan dan pada waktu nalar tidak maksimal
melakukannya. Keputusan yang dikeluarkannya pun sangat gegabah
dan sering tidak benar. Oleh karena itu, Nabi menegaskan,
L6 -*i,y,t';i& ,c/
".: )i tJ'
412 I
I
Fikih Akhtak
"JANGAN MINTA JABATAN!"
Fikih Akhtak I OB
"I(AMI TIDAK MEMBERII(AN JABATAN
KEPADA ORANG YANG BERAMBISI."
ui t
;: u,
-pr,*,tEi,pt Ly,.,W; iel
$ ueq u, :JLG; t:, t;6 r:, t#;
6rL ,lt ;v t;;i t):;.t:rJ
416 I
I
Fikih Akhtak
Dalam kitab yang sama juga diriwayatkan dari Anas ibn Malik,
Rasulullah s;o.w. berkata,
oljt
d
;t+" t;;i rrlj.ri ui t)Lt;; t)3 ri*$ d
G',u i;.i
''Lil' Li g7.ryorsrrL.
)q :6
'Jangan saling bermusuhan, jangan saling mendengki, jangan
saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslirn itu tidak boleh menjauhi saudara-
nya lebih dari tiga hari."
Dalam kitab itu pula diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari,
Rasulullah berkata, "Seorang muslim tidak boleh menjauhkan
saudaranya lebih dari tiga malam; mereka bertemu, yang satu mema-
lingkan muka dan lain memalingkan mukanya. Orang terbaik dari
keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam."
Dalam SDo hihMuslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulu-
llah berkata,
iZ:rr *tri g
"gl'rl5 ,*"At i"i-: ;*ut i7
',
418 I
I
Fikih Akhtak
Keseriusan Para Sahabat dalam Menciptakan
Perdamaian
Bukhari meriwayatkan dari Auf ibn Malik ibn Thufail, "Aisyah
diberi tahu bahwa ketika Aisyah menawarkan barang dagangan atau
memberikan sesuatu kepada Abdullah ibn Zubair, Abdullah ibn Zubair
berkata,'Sungguh Aisyah harus berhenti atau aku akan mencegahnya.'
Aisyah meyakinkan,'Benarkah ia mengatakan seperti itu?' Orang-orang
menjawab, 'Benar.'Kata Aisyah lagi, 'Aku juga bernazar, dengan nama
Allah, tidak akan berbicara kepada Ibnu Zubaft selamanya.' Setelah
sekian lama Aisyah menjaga jarak dengan Ibnu Zubair, Ibnu Zubair
minta maaf kepadanya. Tapi kata Aisyah,'Tidak. Sungguh, aku tidak
akan pernah memaafkannya sampai kapanpun dan tidak akan pernah
menarik nazarku.'Ibnu Zubair merasa tidak enak didiamkan begitu
lama. Akhirnya ia menceritakan hal itu kepada Miswar ibn Makhramah
dan Abdurrahman ibn Aswad ibn Abdu Yaghuts-keduanya dari Bani
Zuhrah-,'Dengan nama Allah, aku memohon dengan sangat kepada
kalian berdua untuk mempertemukan aku dengan Aisyah. Seharusnya
ia tidak boleh bernazar untuk memutuskan hubungan persaudaraan
denganku.'Setelah itu, dengan pakaian lengkap, Miswar dan Abdur-
rahman membawa Ibnu Zubair menemui Aisyah. Mereka minta izin
kepada Aisyah, 'As-Sald.mu'alaikum wa rafumatullah wa barakdtuh.
Bolehkah kami masuk?' Aisyah menjawab,'Masuklah.' Mereka
bertanya,'Semua?' Aisyah menjawab, Ya. Masuklah semua-Aisyah
tidak tahu bahwa salah satu dari mereka adalah Ibnu Zubair.'Ketika
mereka masuk, Ibnu Zubair langsung menyelinap ke balik tabir dan
merangkul bibinya itu, memohon maaf kepadanya dan menangis.
Miswar dan Abdurrahman juga memohon kepadanya, tapi Aisyah tidak
mengajak Ibnu Zubair bicara, dia hanya menerimanya. Kedua orang
itu menjelaskan,'Sesungguhnya Nabi pernah melarang untuk mendi-
amkan orang lain, karena seorang muslim tidak boleh mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga malam.' Setelah banyak yang mengingatkan,
Aisyah merasa sesak dan sambil terisak ia berkata, 'Aku memang
bernazar, dan nazar itu keras.'Mereka tetap di sisiAisyah sampai Aisyah
mengajak bicara Ibnu Zubair. Karena nazarnya itu, Aisyah membebas-
Fikih Akhtak I Op
kan empat puluh budak. Ia mengingat-ingat kembali nazarnya, dan
langsung menangis sampai kerudungnya basah oleh air matanya."
Di tengah orang-orang yang beriman harus ada satu golongan
yang selalu mendamaikan, selalu mengatakan yang benar, memu-
tuskan dengan benar, menunjukkan kepada yang benar dan berlaku
adil. "Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan kebenaran, dan dengan hebenaran itu (pula)
mereha menjalanhan keadilan." (QS. Al-A'rAf: 181)
Ada golongan yang rela mengorbankan waktu mereka, bahkan
harta mereka, untuk menciptakan kedamaian dan mencegah terjadinya
kejahatan di antara umat manusia.
Ada juga golongan lain yang selalu menghabiskan malamnya
untuk dan melibatkan diri dalam upaya menciptakan kedamaian di
antara umat manusia, dan mendekatkan hati orang-orang yang ber-
tikai. Dengan adanya golongan ini, Allah mencegah terjadinya kejaha-
tan di antara kaum muslimin.
Tujuan semua ini adalah Allah; untuk kedamaian mencapai
keridhaan-Nya dan selanjutnya untuk mencegah terjadinya kejahatan
di antara umat manusia.
, o.
IJ--.->
Fikih Akhlak I O^
belum punya uang sebesar itu untuk mengembalikan. Dalam keadaan
seperti ini, orang yang punya niat untuk mendamaikan boleh menyu-
ruh kepada orang yang punya uang untuk merelakan sebagian
uangnya yang dipinjam itu. Misalnya, ia mengatakan, "Terimalah
seadanya dan relakan sisanya!" Dengan ucapan seperti ini, hak untuk
menagih sudah selesai dan ia mendapatkan pahala yang disimpan di
sisi Allah.
Disebutkan dalam ash-Shahifoain d.ari Aisyah, Rasulullah
mendengar suara orangbertengkar di depan pintu. Suara mereka keras
sekali. Ketika salah satu pihak meminta lawan bicaranya untuk
merendahkan suara dan melunak, pihak lawan justru mengerang,
"Demi Allah, aku tidak akan melakukan!" Rasulullah pun menemui
mereka dan berkata, "Siapa yang bersumpah atas nama Allah untuk
tidak melakukan kebaikan?" Katanya, *Aku, wahai Rasulullah. Aku
telah meringankannya dan ia boleh memilih apa yang ia suka."
Dalam kitab yang sama juga disebutkan dari Ka'ab ibn Malik,
bahwa ia minta Ibnu Abi Hadrad untuk melunasi utang padanya pada
masa Rasulullah di dalam masjid. Baik Ka'ab maupun Ibnu Abi Hadrad
bersuara kerasa. Saking kerasnya, sampai Rasulullah mendengar suara
keduanya dan beliau berada di rumahnya. Beliau keluar dan membuka
tabir rumahnya memanggil Ka'ab ibn Malik. Beliau berkata, "Wahai
Ka'ab." Ka'ab menjawab, 'Ya, wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah
memberi isyarat dengan tangannya agar Ka'ab merelakan sebagian
tagihannya. Kata Ka'ab, "Aku patuhi, wahai Rasulullah." Kata Rasulu-
llah, "Lakukanlah."
Dalam Shahth Bukhari diriwayatkan dari Zubair, dan dalam
Muslim dari Abdullah ibn Zubafu, "Seseorang dari kaum Anshar
bertengkar dengan Zubaft di hadapan Rasulullah tentang aliran air di
tanah berbatu yang menuju ke kebun kurma. Kata orang Anshar itu,
'Biarkan air itu mengalir!' Zu,bair menolak permintaan orang Anshar
yang mewakili sejumlah orang yang lain. Dan mereka pun bertengkar
dengan Zubair di hadapan Rasulullah. Kata Rasulullah kepada Zttbair,
"}IaiZubair, airi (tanamanmu), kemudian biarkan air itu mengalir ke
tetanggamu." Orang Anshar itu marah. Katanya, "Wahai Rasulullah,
422 I
I
Fikih Akhtak
apakah engkau melakukan demikian karena ia anak bibimu?" Wajah
Nabi langsung berubah, dan berkata lagi, "Hai Zttbair, airi (tanaman-
mu), kemudian tahan air itu sampai kembali ke hilirnya." Kata Zubafu,
"Sungguh, menurutku ayat berikut turun berkaitan hal ini, "Maha demi
Tuhanmu, mereha (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan engkau sebagai hakim dalam perkara yang mereka
perselisihhan, kemudian mereka tidak ffLerasa keberatan terhadap
pu.tu.san." (QS. An-Nis6': 65)
Contoh lainnya adalah, "Jika seorang wanita khawatir akan
nusyuz atau sikap acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi
heduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan
perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)." (QS. An-Nis6': 128)
Namun, jikayangmereka damaikan itu sesuatu yang menyalahi
Kitab Allah, maka perdamaian itu tertolak. Demikian ditunjukkan
dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dan Zaid ibn
Khalid, "Seorang badui datang menemui Rasulullah dan berkata,
'Wahai Rasulullah, aku memohon dengan sangat kepadamu,
putuskan perkaraku dengan Kitab Allah.'Lawannyayang lebih pandai
berkata, 'Ya, putuskan perkara kami berdasarkan Kitab Allah. Tapi,
sebelum itu, izinkan aku bicara.'Kata Rasulullah, 'Katakan!' Ia
kemudian menjelaskan, 'Anakku memang bekerja pada orang ini, dan
berzina dengan istrinya. Ketika aku dikabari bahwa anakku harus
dirajam, segera aku bayar denda sebesar seratus kambing dan seorang
budak perempuan. Setelah itu, aku bertanya kepada orang-orang
pandai. Kata mereka, anakku harus dihukum cambuk seratus kali
dan diasingkan selama setahun, sedangkan istri orang ini harus
dirajam.'Kata Rasulullah,'Demi Zatyang jiwaku ada di tangan-Nya,
aku akan memutuskan perkara kalian berdua dengan (ketentuan di)
Kitab Allah. Budak perempuan dan kambing harus dikembalikan.
Anakmu harus dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun.
Dan engkau, IJnais, temui istri orang ini. Jika ia mengaku, rajamlah."
Dan Unais pun pergi menemuinya. Wanita itu mengaku (telah berzina
dengan anak orang itu), dan langsung Rasulullah membawanya,
kemudian dirajam."
Fikih Akhrak I OU
Kesimpulannya, perdamaian dengan sesama kaum mukminin itu
mengandung banyak kebaikan dan usaha ke arah itu sangat diharap-
kan. Karenanya, segeralah lakukan kebaikan. Banyak nash yang
menunjukkan hal itu:
"Dan bersegeralah kalian kepada arnpundn dari Tuhan kalian
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disedia-
kan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
" Berlomb a-lombalah dalam berb uat berb agai keb aj ikan." (QS.
Al-M6'idah: 48)
"Mereka itu bersegera untuh mendapat kebaikan-hebaikan, dan
merekalah orang-orang yang segera memperolehnya." (QS. At-
Mu'min0n: 61)
Manusia kadang kala menerima untuk berbuat baik. Tapi
kemudian ia merasa ragu melakukannya dan setan menggodanya untuk
mengejar dunia dan meninggalkan perbuatan baik. Sering juga terjadi
perselisihan, namun orang-orang yang berselisih segera melakukan
perdamaian karena sadar akan manfaat kedamaian.
Jika setiap orang mengetahui semua manfaat ini, niscaya hatinya
akan terbuka untuk berbuat baik. Hatinya akan berkata, "Aku akan
menemui si Fulan yang pernah aku musuhi. Aku akan memperbaiki
hubunganku dengannya." Tapi sebentar kemudian, ia menjadi enggan
melakukan semua kata hatinya itu. Dan setan pun datang,
membisikkan segala keburukan yang pernah dilakukan saudaranya
itu. Kemudian membuat hatinya tertutup dan urung memperbaiki
hubungan.
Jika Allah telah membukakan pintu kebaikan untukmu, wahai
hamba Allah, segera masuk dan jangan pernah ragu atau menunda
hingga esok.
4U I rikn Akhtak
I
atau Anda tidak bisa melakukannya sama sekali. Seorang badui yang
menjadi tawanan pernah menemui Nabi s.a.w. dan berkata, "Wahai
Muhammad, aku menyatakan diri sebagai seorang muslim." Nabi
menjawab, "Kalau saja engkau ntengucaphannya ketika engkau bebas,
engkau akan sangat beruntung." (HR. Muslim)
Saya tegaskan di sini bahwa sayatidakbermaksud menganjurkan
menunda niat untuk menciptakan perdamaian dan melakukan
kebaikan sampai Anda benar-benar mampu. Tapi maksud saya, selama
Anda punya kesempatan, segera ciptakan perdamaian dan lakukan
kebaikan itu agar pahala yang Anda miliki besar dan sempurna.
Apakah orang yang masuk Islam setelah penaklukan sama
dengan yang masuk Islam sebelum penaklukan? Tentu tidak! "Tidak
sanla di antara halian orang yang mendermakan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya
dibanding orang-orang yang menderm.ahan (hartanya) dan berperang
sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka
(balasan) kebaihan." (QS. Al-Hadid: 10)
Kata Nabi s.a.w.,
uit:'St '.-:;-;lJr
J r_;._ gitr ,blt th Jr:;'riu
\),. ,?_ ts)r(.
s. .: ,
g, tls ui tl'i ,*'rf f;ts
.rol,. o
q:;
./
tr"::,
tz
tjJll ;* ,f-* dc'_)
426 I
I
Fikih Akhtak
Beban utang memang sangat berat dirasakan oleh seseorang.
Utang bisa membuat orang berdusta dan mengingkarinya. Kata
Rasulullah s.a.w.,
' . to i,
s,o.lrt9 uil ;i<rL:L is. Bt'.JL')t o\
"Orang itu jika sudahterlilit utang akanberdusta dalambicara
dan ntengingkarinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tekanan-tekanan dari pemilik uang bisa memaksa orang yang
punya utang lari dari rumah dan meninggal masalah dalam keluar-
ganya. Karena utang, orang dibuat tidak bisa tidur, gelisah di tempat
tidur, enggan naik ke tempat tidur dan enggan mencumbui istrinya.
Keluarga yang berutang akan membuat rumahnya penuh dengan
tangisan bingung dan gelisah karena tagihan si pemilik uang. Orang
yang berutang juga kesulitan mendapatkan sesuap nasi atau apa saja
yang bisa mengganjal perutnya.
Karena itu, jadilah orang yang murah hati kepada mereka yang
terbebani utang. Ringankan kesulitan mereka dan tangguhkan utang
mereka sampai mereka dimudahkan oleh Allah untuk bisa membayar.
Banyak sekali nash-nash al-Qur'an maupun Sunnah yang memerin-
tahkan sikap seperti itu. Dalam ash-Shahthdiriwayatkan dari Aisyah,
"(Suatu ketika) Rasulullah mendengar suara dua orang bertengkar
ribut sekali di depan pintu rumah. Ketika salah satu dari mereka minta
untuk diringankan beban utangnya dan minta keringanan dalam hal
yang lain, yang satu lagi menjawab ketus,'Demi Allah, tidak akan aku
lakukan.' Tiba-tiba Rasulullah keluar (dari rumah) dan berkata,'Mana
orang yang bersumpah dengan nama Allah untuk tidak melakukan
kebaikan?'Orang itu menjawab,'(Ini,) aku Rasulullah. Kalau begitu,
biarkan ia memilih apa yang ia kehendaki (aku mempermudahnya)'."
Muslim meriwayatkan dari Abi Yusr, sahabat Rasulullah s.a.w.,
Kata Rasulullah, "Barangsiapa mendngguhkan (waktu pembayaran
utang) orang yang kesulitan atau merelakannya, maka Allah akan
memasukhdnnya dalam perlindungan-Nya."
Fikih Akhlak I on
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Hudzaifah,
Rasulullah berkata, "Paramalaikat pernah menemui ruh salah seorang
sebelum kalian. Para malaikat itu bertanya,'Apakah engkau pernah
melakukan sedikit kebaikan?' Ruh itu menjawab,'Tidak.' Para malaikat
itu bertanya lagi, '(Coba,) ingat-ingat!' Kata ruh itu, 'Aku memang
pernah meminjamkan uang kepada orang-orang. Kemudian aku
menyuruh anak buahku untuk menangguhkan utang orang yang
kesulitan dan memberikan keringanan kepada orang yang mampu
membayar .' Kata Allah (kepada para malaikat),'Ringankanlah dia!'."
u'ntdf/,+1 ,f #iX
oSemua
dosa orang yang (rnd.ti) syahid ahan diampuni, kecuali
utang." (HR. Muslim)
Ingat baik-baik ketika sekujur tubuh jenazah dihadapkan kepada
Nabi, Nabi langsung bertanya, "Apakah ia punya utang?" Orang-orang
menjawab, "Ya.' Nabi bertanya lagi, "Apakah ia meninggalkan
pembayaran utang itu?" Mereka menjawab, "Tidak." Kata Nabi,
"Pergilah dan shalatkan sahabat kalian itu." (HR. Bukhari)
Ingat, Nabi pernah menjelaskan tentang (hakikat) orang yang
bangrut,
LV 'Fi u, L,qt
1r; 6V it
$; 11t5 aa Jt1
o
;*
'.
r.-t it*'$';t$
I tr-,.
, o .'o
AiL; .y tS:
" ,il*'u,
' ' 'u ' '/ '
428 L;^ Akhrak
)ste'r/'iy*p€.V
'Yakni orang yang pada hari Kiamat helak datang sebagai
orang yang telah makan harta ordngini, kernudian orang yang
telah dimakan hafianya itu rnengambil dari kebaikannya dan
mengambil lagi dari hebaikannya. Jika hebaikannya telah
habis maka keburukan ordng yang telah diarnbil hartanya
ditimpakan kepadanya, dan kemudian ia dilemparkan ke
nerdka." (HR. Muslim)
Ingat juga firman Allah, "Dan janganlah kalian saling menzakan
harta kalian dengan cara yang batil dan (janganlah) kalian mernbawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kalian dapat memakan
sebagian harta orang lain dengan cara dosa (dengan memanipulasi
hukum), padahal kalian mengetahuil" (QS. Al-Baqarah: 188)
Ketahuilah, bahwa hak-hak orang mukmin yang ada padamu,
cepat atau lambat, akan diambil. Kata Nabi,
,6;Jlt;*^tr , rt;Lir
'Kelah d.i hari Kiamat, sernu(r non onon aier*UoUno, Orrob,
pemiliknya, sampaipun kambing yang bertanduk akan
dibalaskan atas kembing yo,ng tanduknya dipatahkannya." (EfR.
Muslim)
Ingatlah bawa menunda pembayaran utang, sedangAnda sudah
mampu membayarnya, adalah tindak kezaliman yang akan
mengucilkan Anda dan menjadi bahan gunjingan di belakang Anda.
Kata Nabi,
i;G'A''JA
-/
"Penundaan (pembayaran utang) ordng yang kaya adalah
kezaliman." (HR. Bukhari dan Muslim)
Fikih Akhtak I OD
Karenanya, jangan biarkan setan membisiki Anda dan merayu
untuk menunda pembayaran utang itu. Sebab, bisa saja, saat Anda
mati, tidak ada anak maupun ahli waris Anda yang mampu melunasi
utang Anda. Jangan biarkan setan membujuk Anda untuk berpikir,
"Toh, yang punya uang adalah orang kaya dan aku tidak berdosa jika
harus makan hartanya." Hati-hati, ini adalah bisikan setan!
Jangan pernah mengambil harta orang lain dengan maksud
untuk merusaknya. Orang yang melakukan itu akan dihancurkan oleh
Allah!
Mohonlah pertolongan kepada Allah, berusahalah untuk
membayar utang dan, sekali lagi, mintalah bantuan-Nya. Orang yang
meminjam uang orang lain dan berniat untuk mengembalikannya, pasti
Allah akan membantunya untuk mengembalikan uang tersebut.
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata,
432 I
I
Fikih Akhlak
halian kerjakan." (QS. Ali Imran: 156) Jika orang meyakini hal-hal
seperti ini, meyakini bahwa segala permasalahan itu telah ditentukan
dan meyakini permasalahan rezki sebagaimana dinyatakan oleh Allah,
"Dan apa saja yang halian dermahan, pasti Allah menggantinya dan
Dialah Pemberi rezhi yang sebaik-baiknya", maka ia akan dengan rela
menyediakan makan bagi orang-orang miskin, akan menjamu semua
tamunya dan akan membantu semua orangyang membutuhkan. Pada
saat itu, ia akan berperilaku luhur yang akan dihormati oleh Pencip-
tanya dan sesama.
Fikih Akhlak I o$
Semua tertidur sampai sorot cahaya matahari membangunkan mereka.
Rasulullah yang pertama kali terbangun. Rasulullah tergagap dan
memanggil Bilal, "Hei Bilal!" KataBilal, "Sumpah, aku juga mengalami
apa yang engkau alami, wahai Rasulullah." Rasulullah menyeru,
"Rapikan (kendaraan kalian)!" Mereka langsung merapikan kendaraan
mereka sedikit ke pinggir. Setelah itu, Rasulullah berwudhu dan
menyuruh Bilal untuk menyerukan qamat. Rasulullah menunaikan
shalat Shubuh berjamaah. Seusai shalat, Rasulullah mengatakan,
"Barangsiapa lupa shalat, maka ia harus menunaikannya ketika ingat,
karena AIlah pernah mengatakan,'Dirikanlah shalat untuh
mengingat-Ku.'."
4v L,n,n Akhrak
ia punya bagian yang telah ditekdirkan untuhnya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Seseorang menjanjikan sesuatu kepada orang lain. Ketika waktu
yang sudah dijanjikan datang, tiba-tiba orang itu tidak bisa menepati
janjinya karena ada halangan yang tidak ia kehendaki. Ia (orang yang
berjanji) minta maaf karena tidak bisa menepati janjinya. Jika orang
yang dijanjikan itu percaya pada takdir, pasti ia akan menerima alasan
itu dan bisa mengerti bahwa ketidaktepatan janji itu adalah sesuatu
yang telah Allah tetapkan. Dengan demikian, ia tidak akan menghardik
dan mengumpat saudaranya, bahkan bisa menerima dengan lapang
dada.
Jika saja orang yakin bahwa keturunan itu sudah ditakdirkan,
dan bahwa subur atau mandul itu dari Allah, "Kepunyaan Allah lah
kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yo,ng Dia kehendaki,
Dia memberikan anah-anak perempudn hepada orang yang Dia
kehendahi dan mernberihan anak-anah lelaki kepada orang yang Dia
kehendahi, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-lahi dan
perenxpuan (kepada orang yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan
mandul orang yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Mahakuasd." (QS. Asy-Syffra: 49-50), maka ia tidak
akan iri pada orang lain atas karunia Allah yang diberikan kepadanya
dan menerima apa yang telah Allah berikan. Dia tidak akan iri melihat
anak orang dan tidak pula sombong jika diberi keturunan laki-laki
maupun perempuan.
Demikian seharusnya seseorang bersikap dalam kondisi apapun.
Keimanan kepada takdir (qadar) akan memberikan dampak yang
sangat positif terhadap sikap seseorang kepada sesama. Orang yang
diberi karunia adalah orang yang oleh Allah diberikan karunia-Nya
dan orang yang diberi petunjuk adalah orang yang oleh Allah diberikan
petunjuk-Nya.
438 I
I
Fikih Akhtak
C{'L;-"oi';i;
;;i
'Barangsiapa ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan
urnurnya, maka ia harus menjalin tali persaudaraan."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas secara
marfL', "Abu Sufyan menyampaikan kepada Ibnu Abbas bahwa
Heraklius menyuruh seseorang untuk bertanya kepadanya, 'Apa yang
ia (Muhammad) suruh?'Abu Sufyan menjawab,'Dia menyuruh shalat,
memberi sedekah, bisa membawa diri, dan menjalin tali persaudaraan'."
Rasulullah juga pernah meminta kepada Khadijah,
'ri- ?J-_jt J.
...,o /.
"'.-"'.ll lc-
Lnr'.>t; C*) ,l,Y)
r2- .e.*-Jl
J.
. 1".
,
uft t1 dJtj w 4b ULil** t-.-.-->
lt
-L.
$r;<ir
'
|p, .-!t JA ,tit:.. t:rJ.l ,'lfr
-'6tJt
v. l.
4r; ,*1. *s';iz\t
r lz . :" ,
,$rtr) i-,i:jr
"selimuti onu. S"ti*'uti ahu.' Set',"lah itu, beliau menceritakan
perihal wahyu (yang diturunhan kepadanya). Katanya, "Aku
takut kepada diriku sendiri." "Jangan takut," kata Khadijah,
"Sungguh, Allah tidak ahan pernah menyahitimu, harena
engkau selalu menjalin tali persaudaraan, membantu orang
yang kesulitan, memberi orang yang tidak punya, menjamu
tamu dan membantu orang yang tertekan harena membela
hebenaran." (IIR. Bukhari dan Muslim)
Dalam ash-Shahtbain dfuiwayatkan dari Hakim ibn Hizam,
-/ t i, ,6 , ;l
,4bet,l k ''r/o
c.-t*il l:_t'\ llrl *t J;, (
/,
i6 til',4 t13 )
"'. ?,
rtt v6 ,JJr
49J..a
,,
49tF r 4-a
,/
"n l. I ot
ti c;i 6 Jv aje.Jl ,p 6ti it'Jy", i
,v .;l+-t_
, 6, | .!z ,'o, t, o ,
un L'n,n Akhrak
Menjalin Persaudaraan dengan Orang yang Memutus-
kannya
Diriwayatkan dalam ShahtbBukhari dari Abu Hurairah secara
marftt', "Ada orang pernah berkata kepada Nabi, 'Wahai Rasulullah,
aku bersilaturahmi kepada kerabat, tapi mereka justru memutuskan
silaturahmiku itu; aku perlakukan mereka dengan baik, tapi mereka
justru memperlakukanku buruk; aku bersabar terhadap perilaku
mereka, tapi mereka justru tidak peduli.' Kata Nabi, 'Jika benar apa
yang kau katakan, maka engkau telah menyuapi mereka dengan debu
yang panas. Dan jika engkau tetap bersikap seperti itu, pertolongan
dari Allah akan selalu bersamamu'."
"Allah ti.dah melarang kalian untuh berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang ti.dah memerangi halian karena agama dan
tidak (pula) mengusir halian dari kampung halaman kalian. Sesung-
guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlahu adil. Sesung-guhnya
Allah hanya melarang kalian menjadikan orang-orang yang mernerangi
halinn harena agdn'La, mengusir kalian dari kampung halaman kalinn
dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian sebagai pemimpin.
Dan barangsinpa menjadikan mereka sebagai peminpin, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Mumtahanah:8-9)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar,
"Pada masa Rasulullah, ibuku yang masih musyrik datang menje-
ngukku. Kemudian aku minta pendapat Rasulullah (tentang hal itu),
'Ibuku datang menjengukku dan ia sayang kepadaku, apakah aku
harus menjalin hubungan dengan ibuku?'Rasulullah menjawab dengan
tegas, "Ya, jalin (hubunganmu dengan) ibumu!"
"Dan jika
keduanya memahsamu untuh mempersekutuhan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentdng itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik." (QS. Lukman: 15)
Riwayat Bukhari dan Muslim dari Amru ibn Ash, "Aku pernah
mendengar Nabi terang-terangan mengatakan,'Keluarga bapakku
tidak bisa menolongku. Yang bisa menolongku hanyalah Allah dan
orang-orang mukmin yang saleh'."
Fikih Akhlak I *,
Riwayat lain dari jalur Anbasah agak berbeda, "Aku pernah
mendengar Nabi mengatakan, 'Tapi mereka adalah keluarga, yang
akan aku jalin hubungannya'."
Dalam ash-Shahtfualn disebutkan bahwa Umar pernah mema-
kaikan saudaranya yang masih musyrik-yang di Mekah-perhiasan
yang pernah Rasulullah berikan kepada Umar.
Namun jika hubungan denga orang kafir itu berdampak negatif,
maka hubungan itu harus dihentikan sampai hal yang negatif itu bisa
dihindari sejauh-jauhnya. Jika hubungan persaudaraan itu akan
menyebabkan hasil yang negatif, misalnya ketika pergi menemui
kerabat-kerabat, Anda harus berduaan saja dengan seorang wanita
yang bukan mahram Anda, maka untuk menghindarkan kemungkinan
berduaan itu, hubungan itu boleh tidak dilestarikan. Atau, hubungan
itu bisa diwujudkan dalam bentuk lain, misalnya, saling memberikan
hadiah, berhubungan di telepon, bersurat-suratan, atau sekadar
menyampaikan salam saja.
Apa yang akan didapatkan oleh orang yang memutuskan
hubungan persaudaraan? Apakah mereka akan mendapat pahala dari
Allah? Apakah mereka akan mendapat pujian dari masyarakat? Tentu
tidak! orang seperti itu hanya akan mendapat hukuman dari Allah
karena memutusa jalinan persaudaraan. Dia akan mendapatkan laknat
akibat perbuatannya. Tidakkah orang seperti itu takut dengan ancaman
Allah yang akan membuatnya bisu, tuli dan buta? Orang seperti ini
akan mendapat perlakuan sinis masyarakat sekitarnya agar ia
menyadari.
Lebih dari itu, memutuskan hubungan persaudaraan adalah dosa
besar. Kepada mereka yang dilalaikan oleh kekayaan, dibutakan oleh
kenikmatan duniawi, menjadi kurang ajar dan suka memutuskan
hubungan persaudaraan, berikut kami kutipkan nash-nash peringatan
yang berisi ancaman dan penjelasan tentang besarnya kejahatan dalam
pemutusan hubungan persaudaraan.
"Maka apakah jika kalian berkuasa, kalian akan rnembuat
herusahan di muka bumi dan rnemutuskan hubungan persaudaraaa?
Mereka itulah ora.ng-ordng yang dilaknati Attah dan ditutikan-Nya
42 I
I
Fikih Akhtak
telinga mereha dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS.
Muhammad:22-23)
"Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarhan
dengan teguh dan memutushan hubungan yang Allah perintahkan
supaya dijalin dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang
itulah yang m.enlperoleh kutukan dan bagi mereka ternpat kediaman
yang buruk (Jahanam)." (QS. Ar-Ra'd: 25)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah secara
marffi', Nabi s.a.w. berkata, "Ketika Allah sudah menciptakan seluruh
ciptaan-Nya, Persaudaraan berkata, 'Ini adalah tempat orang yang
berlindung kepada-Mu dari memutus hubungan persaudaraan.' Allah
menj awab, Ya.' dan Allah bertanya kepadanya (Persaudaraan),'Tidak-
kah engkau rela jika Aku sambungkan orang yang menjalinmu dan
memutuskan orang yang memutuskanmu?' Persaudaraan menjawab,
'Benar, Tuhanku.' Kata Allah,'Itu untukmu.' (Kemudian Nabi menga-
takan,) bacalah sesukamu, 'Maka apakah jika engkau berkuasa,
engkau ahan membuat herusakan di muka bumi dan memutushan
hubungan persaudaraan?'"
Dalam ash-Shabibaini dari Jubair ibn Math'am, Rasulullah
berkata,
ibi'^%r
L-g Er y
"Orang yang memutuskan hubungan persaudaraan tidah akan
masuk sltrga."
Orang tidak boleh sewenang-wenang terhadap kerabatnya. Ia
harus menjalin hubungan persaudaraan dengan orang yang telah
memutuskannya, dan memberi kepada orang yang enggan memberi.
Lakukanlah kebaikan yang dulu tidak pernah Anda lakukan terhadap
saudara Anda.
Pujian dalam, "Dan orang-orang yang menjalin apa yang Allah
perintahkan untuk dijalin", tidak hanya diarahkan kepada orang-
orang yang menjalin tali persaudaraan. Karena ayat ini, walau yang
Fikih Akhtak I *t
dimaksud adalah menjalin persaudaraan dengan kerabat, tapi menurut
pendapat kebanyak ulama juga mencakup menjalin hubungan kepada
siapa saja yang Allah perintahkan. Maka menjalin persaudaraan atas
dasar keimanan, termasuk dalam ayat ini.
Allah menyatakan, " Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara." (QS. Al-Hujur6t: 10)
Dan Nabi s.a.w. mengungkapkan,
,yir ;i'#t
"Orang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya." (HR.
Bukhari)
Ini artinya, kita harus menjalin tali persaudaraan atas dasar
keimanan, seperti tali persaudaraan atas dasar kekerabatan.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan halian yang
telah menciptakan halian dari jiwa yang satu, dan dari padanya Allah
menciptahan pasangannya. Dari heduanya Allah mengembangbiahkan
laki-laki dan perempuan yang banyak." (QS. An-Nis6': 1)
"Hai manusia, sesungguhnya Karni menciptakan kalian dari
seorang lahi-lahi dan seorang perenxpuan " (QS. Al-Ilujur6t: 13)
Maksud dari semua ini adalah agar setiap manusia saling
menyayangi, berjiwa sosial dan saling memberi agar ikatan-ikatan di
antara mereka menjadi semakin kuat dengan cinta dan kedekatan.
4u L,n,n Akhtak
SALING MENGHIBI.IR DAN TURUT
MERASAKAN DUKA SESAMA
Fikih Akhtak I *t
Salah satu bentuk hiburan itu adalah menjenguk orang yang
sakit, mengantarkan jenazah, melayat, membantu orang yang tidak
mampu, membebaskan utang orang yang kesulitan, turut ambil bagian
dalam memecahkan permasalahan bersama, menyingkirkan kesulitan
yang mungkin akan terjadi dan lain sebagainya.
/. !1 zl
, .o7, o of o
Jl+ &t
o1 ,/-
Gi:l ;iT
\
/ o.z
:.;( ,\tfi',J
iJ'-t'z
z/,
!',$ /3il JE
/.,
M I ritin Akhrak
Dalam Shahth Muslint. diriwayatkan dari Abu Umamah, kata
Rasulullah,
? ;s; Jtj'J F
i. l'., o I o 1, . ' lo,
/
,6
lo
Fikih Akhtak I *,
Sejumlah Hadis yang Menganjurkan Kita untuk
Menghibur Sesama
Dalam ash-ShahtLalz diriwayatkan dari Abu Hurairah secara
marfO', Rasulullah bersabda,
/ /lA zzC /
?rist
.itt aitl:Jl
ff*V t //
a;r}Jr v, )\{ ;|tt:) lva
"Makanan untuh dua orang cukup untuh tiga orang; mahanan
untuh tiga orang cuhup untuh empat orang."
Muslimjuga meriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah secara marfA',
Kata Nabi, "Makanan satu orang cukup untuh dua orang; makanan
untuh dua orang cuhup untuk empat orang; dan makanan untuk empat
orang cuhup untuk delapan orang."
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abdurrahman ibn Abi
Bakr, "Para penghuni Shuffah adalah orang-orang yang kekurangan,
dan suatu kali Nabi pernah berkata,'Barangsiapa, punya makanan
untuh dua orang, maka panggillah orang ketiga; barangsiapa punya
makanan untuh empat orang, maka panggillah orang kelima atau
keenant...."'
Dalam Shahth-nya, Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-
Khudri secara marft', "Ketiha hami sedang dalam sebuah perjalanan
bersama Nabi, seseorang datang dengan hendaraannya. Orang itu
tengak-tengoh ke hiri dan ke kanan. Kata Nabi,'Barangsiapa punya
kelebihan beban di kendaraannya, hendahlah memberihannya hepada
orang yang tidak punya sesuatu yang ia bawa di kendaraannya.
Barang siap a p unya kelebihan perbehalan, hendaklah memberikanny a
kepada orang yang tidak punya perbekalan.' Kemudian beliau
menyebuthan tingkatan-tinghatan harta yang belum pernah ia
sebutkan sampai ahhirnya harni berpendapat bahwa tah seorangpun
dari hami yang punya kelebihan."
Di jaman kita ini, masih adakah orang yang melakukan semua
ini? Adakah seorang yang saleh dan punya sejumlah mobil yang
berkenan masuk ke pagar rumah seorang muslim dan memberikan
M8 I
I
Fikih Akhlak
_l
cl c.( 16,
o
q ill
)z
utSl t'" +T
' \J'
4.t-iJ Jl oJ(J
.-,
o.
-.-c
,r, g, ,of ot
4;e
eb- Sl .*
,.
"Barangsiapa ingin diselamatkan oleh Allah dari hesulitan
hari Kiamat, maha hendahnya ia meringanhan orang yang
kesulitan membayar utang atau sekalian membebaskannya."
(HR. Muslim)
Kata Nabi lagi, "Barangsiapa memberi tangguh kepada orang
yang hesulitan atau membebaskan tanggungan utangnya, maka Altah
akan melindunginya di bawah perlindungan-Nya." (HR. Muslim)
Rasulullah juga pernah menyuruh orang-orang yang memberi
utang kepada Jabir untuk membebaskan sebagian dari keseluruhan
beban utangnya.
Bukhari meriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah, "Setelah
bapaknya mati syahid pada perang Uhud, banyak orang yang menagih
Fikih Akhtak I *,
utang kepada Jabir. Kata Jabir, 'Kemudian aku menemui Rasulullah
dan menjelaskan masalahku kepadanya.' Rasulullah pun membantu
memohon kepada para pemberi utang itu untuk mau dibayar dengan
buah-buahan hasil kebunku, agar utang bapakku terbayar. Tapi
mereka tidak mau menerima ...."58
Abu Qatadah juga pernah menanggung utang orang yang telah
meninggal. Bukhari meriwayatkan dari Salamah ibn Akwa', "Kami
sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba sejumlah orang dengan
membawa jenazah meminta Rasulullah, 'Shalatkan jenazah ini!'
Rasulullah bertanya, 'Apakah ia punya utang?' Mereka menjawab,
'Tidak.' Rasulullah bertanya lagi,'Apakah ia meninggalkan sesuatu?'
Mereka menjawab, 'Tidak juga.' Maka Rasulullah menshalatkannya.
Setelah itu, sejumlah orang lagi membawa jenazah yang lain dan
meminta, 'Wahai Rasulullah, shalatkanlah jenazah ini.' Rasulullah
bertanya, 'Apakah ia punya utang?'Ada yang bilang, 'Ya.'Rasulullah
bertanya lagi, 'Apakah ia meninggalkan sesuatu?'Mereka menjawab,
'Tiga dinar.' Rasulullah pun menshalatkannya. Kemudian sejumlah
orang lagi datang dengan membawa jenazah yang lain dan meminta,
'Shalatkanlah jenazah ini.' Rasulullah bertanya, 'Apakah ia mening-
galkan sesuatu?' Orang-orang itu menjawab, 'Tidak.' Rasulullah
bertanya lagi, Apakah ia punya utang?'Orang-orang itu menjawab,
'Tiga dinar.' Rasulullah menyuruh mereka,'Shalatkanlah saudaramu
ini.'Abu Qatadah mengatakan,'Wahai Rasulullah, shalatkan ia dan
aku yang akan melunasi utangnya.' Dan Rasulullah pun mensha-
latkannya."
Hiburlah orang yang sedang mengalami kerugian harta. Orang
yang mengalami kondisi seperti ini, jika ia meminta-minta, maka
diperbolehkan. Muslim meriwayatkan dari Qabishah ibn Mukhariq al-
Hilali, "Aku dibebani utang (karena pernah menyelesaikan perkara
orang lain yang beban keuangannya aku yang menanggung). Kemu-
dian aku menemui Rasulullah untuk bertanya perihal tersebut. Kata
Rasulullah, 'Berusahalah, sampai ada sedekah datang kepada kami,
dan kami akan memerintahkan agar sedekah itu diberikan kepadamu.'
Kemudian Nabi berkata,'Wahai Qabishah, meminta-minta itu diboleh-
o I c z )-zrz zz o o , o
tr,t'tiltv;Jffq
*Orang-orang Ansh", ,OrrrO teman pribad.iku tempat
menyembunyikan dan menjaga rahasiahu. Jumlah umat
manusia semakin banyak dan jumlah mereka semakin berku-
rang. Terimalah kebaikan mereha dan lupakanlah keburukan
mereka.'
Fikih Akhrak I Ot
Dalam riwayat Bukhari yang lain dari Anas: "Abu Bakar dan
Abbas berjalan melewati sekumpulan orang-orang Anshar yang sedang
duduk dan menangis. Abu Bakar bertanya,'Mengapa kalian menangis?'
Orang-orang Anshar itu menjawab, 'Kami teringat saat duduk bersama
Nabi.'KemudianAbu Bakar menemui Nabi dan menceritakan apayang
dilakukan orang-orang Anshar itu. Segera Nabi keluar dari kamarnya
dengan kepala yang masih dibebat dengan sal musim dingin' Nabi naik
ke atas mimbar untukterakhirkalinya, memuji dan menyanjungAllah,
kemudian berkata, 'Aku wasiatkan kepada kalian orang-orang Anshar;
mereka adalah teman pribadiku tempat menyembunyikan dan menjaga
rahasiaku. Mereka telah melaksanakan apa yang menjadi kewajiban
mereka, dan menyisakan apa yang menjadi hak mereka. Karenanya,
terimalah kebaikan mereka dan lupakan keburukan mereka''"
Rasulullah s.a.w. pernah mengatakan, "Orang-ora.ng Anshar
tidak pernah marah kepada seorang yang beriman hepada Allah dan
hari Akhir."
Katanya lagi, "Salah satu tanda heimanan adalah rnencintai
orang-orang Anshar, dan salah satu tanda hemunafikan adalah n'Lern'
benci mereka."
454 I
I
Fikih Akhlak
Bukhari meriwayatkan dari Abu Darda, "Aku sedang duduk
bersama Nabi. Ketika Abu Bakar datang dengan menjinjing ujung
bajunya sampai lututnya kelihatan, Kata Nabi, 'Mengapa sahabat
kalian tampak gelisah?'Abu Bakar mengucapkan salam dan berkata,
'Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnu Khaththab pernah terjadi
masalah dan aku membuatnya marah. Kemudian aku menyesalinya
dan meminta maaf kepadanya. Tapi ia menolak permohonanku.
Akhirnya aku menemuimu. Kata beliau, "Allah telah mengampunimu,
wahai Abu Bakar (tiga kali)." Kemudian Umar menyesali sikapnya dan
mendatangi rumah Abu Bakar, dan bertanya,'Apa ada Abu Bakar?'
Dijawab, 'Tidak ada.' Mendengar jawaban itu, Umar segera pergi
menemui Nabi. Raut muka Nabi langsung berubah, sampai akhirnya
Abu Bakar menenangkannya dengan bersimpuh seraya berkata,
'Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berbuat sewenang-wenang (dua
kali).'Kata Nabi, 'Ketika Allah mengutusku kepada kalian, kalian
bilang, 'Engkau berdusta!'Hanya Abu Bakar yang berkata, 'Benar.'
Ia menghiburku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan
meninggalkan sahabatku ini?'Setelah peristiwa itu, Abu Bakar tidak
pernah disakiti oleh seorang pun."
Khadijah juga selalu menghibur hati Rasulullah dan beliau selalu
mengenang kebaikannya. Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari
Aisyah, "Wah;ru pertama yang diberikan kepada Rasulullah adalah
mimpi nyata. Mimpi itu bagaikan sorot fajar pagi yang kemudian
membuatnya senang menyendiri. Ia sering menyendiri di gua Hira
untuk beribadah beberapa malam. Sebelum meninggalkan istrinya,
beliau mempersiapkan perbekalan selama di gua. Setelah beberapa hari,
beliau pulang kepada istrinya untuk mengambil perbekalan selanjut-
nya, sampai akhirnya datang kebenaran. Ketika itu, beliau sedang
berada di gua Hira, tiba-tiba seorang malaikat datang menemuinya
dan berkata,'Bacalah!'Jawab Rasulullah, 'Aku tidak bisa membaca.'
Beliau berkata,'Malaikat itu meraihku dan mendekapku erat sampai
aku lemas. Setelah itu, ia melepaskan tubuhku dan berkata, lagi,
'Bacalah!'Jawabku, 'Aku tidak bisa membaca.'Dan kembali ia meraih
tubuhku dan mendekapku erat untuk kedua kalinya sampai aku lemas.
Fikih Akhlak I O$
Setelah itu ia melepaskan tubuhku dan berkata lagi, 'Bacalah!
Jawabku, 'Aku tidak bisa membaca.' Malaikat itu kembali meraih
tubuhku dan mendekapku erat untuk ketiga kalinya, kemudian
melepaskanku dan membacakan untukku, 'Bacalah dengan (menye-
but) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah.'
Kemudian Rasulullah pulang dengan membaca bacaan itu dengan hati
berdebar, dan langsung menemui Khadijah binti Khuwailid, istrinya.
Dengan suara bergetar beliau memintanya,'Selimuti tubuhku, selimuti
tubuhku!' Dan keluarganya pun menyelimuti tubuhnya rapat-rapat
sampai ketakutannya mereda. Setelah itu, beliau berbicara kepada
Khadijah dan menceritakan apa yang terjadi. 'Aku khawatir akan
diriku.' Khadijah menenangkan,'Jangan takut. Sungguh, Allah tidak
akan menyakitimu, karena engkau selalu menjalin persaudaraan,
membantu kesulitan orang lain, memberi orang yang tidak punya,
menjamu tamu dan membantu semua orang yang tertekan karena
membela kebenaran.' Segera Khadijah membawanya menemui
Waraqah ibn Naufal ibn Asad ibn Abdul Uzza-sepupu Khadijah-
yang memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyah. Sepupu Khadijah
ini menguasai aksara Ibrani dan menuliskan Injil dengan bahasa Ibrani
sesuasi dengan kehendak Allah. Ia seorang yang sudah lanjut usia,
dan bahkan penglihatannya berkurang. Kata Khadijah kepadanya,
'Wahai sepupuku, dengarkan pengalaman ponakanmu (tentu bukan
dalam arti yang sebenarnya) ini.'Tanya Waraqah,'Wahai ponakanku,
apa yang terjadi padamu?' Rasulullah pun menceritakan apa yang
dialaminya. Waraqah memotong,'Sosok ini adalah'kepercayaan' Allah
yang juga Ia turunkan menemui Musa. Andai saja aku masih muda,
andai saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.'Rasulullah
memotong, 'Apakah mereka akan mengusirku?'Jawab Waraqah, Ya.
Setiap orang yang menerima seperti itu, pasti akan dimusuhi. Andai
saja pada saat itu aku masih mengalaminya, aku akan menolongmu
sekuat tenaga.'Dan ketika Waraqah belum bisa berbuat apa-apa, ia
keburu meninggal, dan turunnya wahyu tertunda."
I
458 I Fikih Akhtak
ditinggalkan di negaranya. Itu semua sebagai hak yang harus diberikan
kepadanya dan sebagai perlakuan baik sebagaimana yang diperintah-
kan.
Jika orang asing yang singgah ini sengaja meninggalkan kelu-
arganya untuk menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah,
maka harus dimuliakan dan dibuat senang. Jangan disikapi masa
bodoh dan dihardik. "Dan janganlah enghau mengusir orang-orang
yang nxenyeru Tuhannya di pagi dan di petang hari, sedang mereka
menghendahi keridhaan-Nya. Engkau tidak memihul tanggung jawab
sedihit pun atas perbuatan mereka dan merekd pun tidak memihul
tanggung jawab sedihit pun atas perbuatanmu, yang menyebabkan
engkau (berhah) rnengusir mereha, sehingga enghau termasuk orang-
orang yang zalim." (QS. AI-An'6m: E2)
Nabi Nuh a.s. berkata "Dan aku tidak meigusir orang-orang yang
beriman.' (QS. Asy-Syu'ar6': ll4)
@ | ritir, Akhtak.
Isya dan ngobrol-ngobrol sesudah shalat lsya. "Hai orang-orang yang
beriman, hend,aklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kalian
milihi, dan orang-orang yang belum baligh di antara kalian, meminta
izin kepada halian tiga kali (dalam satu hari), yaitu sebelum
sembahyang Subuh, ketika kalian menanggalkan pakaian (luar)mu
di tengah hari dan sesud.ah sembayang Isya. (Itulah) tiga aurat bagi
kalian. Tidak ada dosa atas kalian dan tidak (pula) atas rnereka selain
dari (tiga waktu) itu." (QS. An-NOr: 58)
Kesibukan orang memang tidak sama, dan ini perlu pemahaman
tentang waktu kapan seseorang bekerja, istirahat, santai dan punya
waktu untuk menerima tamu tanpa harus mengganggunya dan
membuatnya lupa akan kewajibannya kepada Allah. Pembahasan tema
ini akan diuraikan dalam bab Minta Izin. Orang yag minta izin, harus
meminta izin sebanyak tiga kali. Jika diizinkan, maka boleh masuk;
jika tidak diizinkan, maka ia harus pulang. "Jika salah seorang dari
kalian minta izin sebanyak tiga kali dan tidak diizinkan, maka ia harus
pulang."
"Dan jika dikatakan kepada kalian,'Kembali (saja)lah', maka
hendaklah kalian kernbali. Itu lebih bersih bagi halian dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian herjahan.'(QS. An-Nffr: 28)
bt
,
ai 4/. , t t/
a--i', . l-e
Ul,.-(.
,./
l.t o
€';'*. "bt Pu
ti
,sti3t'rf
4A I
I
Fikih Akhlak
Menghormati Tuan Rumah
Jika Anda sedang bertamu ke rumah seseorang, kemudian tiba
waktu shalat, maka tuan rumah lebih berhak untuk menjadi imam.
Dalilnya, riwayat Muslim dalarn Shahifu-nya dari Abi Mas'ud al-
Anshari, Rasulullah bersabda, "Yang harus menjadi imam adalah
seorang yang paling baik bacaan al-Qur'annya. Jika secara bacaan
sebanding, maka yang paling mengerti Sunnah. Jika pengetahuan
tentang Sunnah sebanding juga, rnaka yang paling awal rnelakukan
hijrah. Jiha tak ada yang paling awal hijrah, maka yang paling awal
memeluk Islam. Dan seseorang tidak boleh menjadi imarn di wilayah
hekuasaan orang lain, dan tidak pula duduk di tempat tidurnya
hecuali atas izinnya."
Fikih Akhtak I *,
depan pintu kediaman Aisyah. Ketika memperkirakan orang-orang itu
sudah pulang, Rasulullah kembali bersamaku (ke kediamanZainab).
Tapi orang-orang itu masih di sana. Dan turunlah ayat tentang hijab.
Kemudian Rasulullah memasang hijab antara aku dan dirinya."
!,'J;:, t;_'J,]
Fti" G'J7 I -a o ,
l*r-f .:b dr^
6tL Jti
^Uti?c,
"Barangsiapa menjenguk orang sakit, maha ia akan selalu
berada dalam kebun surga.' Orang-orang bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa yang dimahsud dengan kebun surga itu?"
Rasulullah menjawab, " B uah-b uahnya." (IIR. Muslim)
Dalam ash-Shahtbain diriwayatkan dari Barra ibn Azib,
"Rasulullah pernah memerintahkan tujuh hal dan melarang tujuh hal
kepada kami. Beliau memerintahkan kami untuk (1) mengantarkan
jenazah (hingga ke kuburnya), (2) menjenguk orang yang sakit, (3)
memenuhi undangan, (4) menolong orang yang teraniaya, (5) bersum-
pah dengan baik, (6) menjawab salam dan (7) mendoakan orang yang
bersin. Beliau juga melarang kami (1) menggunakan mangkuk dari
perak, (2) cincin dari emas, (3) kain sutra, (4) kain sutra yang mahal,
(5) kain yang ada unsur sutranya dan (6) kain sutra yang tebal."
Nabi s.a.w. menjelaskan bahwa menjengukrorang sakit adalah
kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim.
Disebutkan dalam ash-Shahtbain dafi Abu Hurairah,
,r; .o r?. l,
W
o/
i:rv,, d.--Jl & rt,..^tr F
.6 , .
.Jr\ rfur, i/
'o' tc t ..r.. ,i
*6t4-Lr3ir1t:t i.cp l.Qt LeUl'Ju''Jr -bJJl
I
46 L,n,n Akhtak
mengunjungiAbu Bakar dan Bilalyang sakit ketika Rasulullah sampai
di Amdinah. (HR. Bukhari)
Ketika menjenguk orang sakit dianjurkan menasehati, mendoa-
kan dan mengarahkannya kepada sesuatu yang bermanfaat. Muslim
meriwayatkan dalam Shahth-nya, dari Anas: "Rasulullah pernah
menjenguk seseorang yang sudah terkulai lemas seperti anak ayam.
Kemudian Rasulullah bertanya,'Apakah engkau pernah berdoa untuk
atau meminta sesuatu kepada-Nya?' Orang itu menjawab, 'Ya. Aku
pernah berdoa, Ya Allah, jika Engkau akan menyiksaku di akhirat,
maka majukan siksa itu ketika aku masih di dunia.'Kata Rasulullah,
'Mahasuci Allah, engkau tidak akan mampu! Mengapa tidak membaca,
C g,#
,c,
ql-e 6.rGr,7s, er# rJfur
)$
['Ya Allah, beri kami kebaikan di dunia dan
akhirat dan lindungi
kami dari azab neraka.'l? Kemudian ia berdoa dengan doa tersebut,
dan Allah menyembuhkannya."
Fikih Akhtak I *
ila hamb a hamb aKu b e rtany a k ep ada m u t e nta ng Aku,
" D a n ap ab -
T $ ok 'o$
*.'Ji p -r":t Ft Li,.iA t)
M8 I
I
Fikih Akhtak
Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, Rasulullah menjenguk
seseorang (yang sakit), seraya berkata, "Tidak apa-apa. (Sakit)
itu akan
membersihkan, insya Allah." Orang itu berkata, "Tidak, ini adalah
demam yang menjangkiti seorang lanjut usia sampai mengan-
tarkannya ke kuburan." Kata Nabi, 'Kalau demikian, itulah yang
terbaik."
Disebutkan dalam a s h -S hahtfuain d,aiAisyah, Rasulullah s. a.w.
berkata,
tc c t,rol A loz
4;. La^a)
.-J-
I -> al dlJ I ).r'J
a aa
Fikih Akhtak I *,
Lr u3'Pt ek';t'iwt(i{ist';1 61
LFt 4i
"Jika Allah mencintai sekelompok orang, maka Dia ahan
menguji mereha. Bagi yang bersabar, ahan mendapathan pahala
h,esabarannya, dan Barangsiapa berang, maka ia a,han mend.a_
patkan balasan keberangannya itu." (HR. Ahmad)
Sedangkan menurut riwayat Bukhari dari Anas ibn Malik, ,,Aku
pernah mendengar Nabi mengatakan, 'Allah pernah berkata,,Bila Ahu
menguji harruba'Ku dengan (menghilangkan) hedua matanya, d,an d.ia
bersabar, maha Aku akan mengganti keduanya dengan surga'.',
Ingatkan orang yang sakit itu bahwa kondisi orang mukmin di
dunia berada di sekitar garis sabar dan s5rukur. Demikian dinyatakan
oleh para ulama bahwa separuh iman adalah sabar dan separuhnya
yang lain adalah syukur. "sesungguhnya pada yang demikian itu terd.a-
pat tanda-tand.a (kehuasaan)-Nya bagi setiap orang yang banyak bersa-
bar dan banyak bersyukur." (QS. Asy-Syffr6: BB) Artinya, seorang
mukmin adalah orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur:
bersabar atas bencana, sakit, dan tekanan mental dan banyak bersyu-
kur karena nikmat. Begitulah seorang mukmin seharusnya, seperti yang
telah ditegaskan oleh Rasulullah,
Fikih Akhtak I oT
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah."
(QS. Al-Anbiy6': 83-84)
Allah mencerita tentang Ayub sebagai "peringatan bagi semua
yang menyembah Allah." Dan Anda kemudian berkewajiban
mengingatkan umat manusia akan cerita itu dan hadis Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Abu Ya'Ia dari Anas ibn Malik, Rasulullah
bersabda, "Ayub adalah nabi Allah yang diuji selama delapan belas
tahun. Orang dekat maupun saudarajauhnya menghindarinya, kecuali
dua orang teman dekatnya yang selalu menemuinya pagi dan sore
hari. Kata salah satu dari kedua orang itu kepada temannya, 'Tahukah
engkau bahwa sebenarnya Ayub telah melakukan satu dosa yang tidak
pernah dilakukan oleh seorangpun.' Temannya menimpali,'Apa itu?'
Katanya, 'Sejak delapan belas tahun Allah tidak menyayanginya, dan
Allah membuktikannya.'Ketika kedua orang itu pergi menemui Ayub,
salah satunya keceplosan membocorkan yang pernah dikatakan salah
satu temannya itu kepada Ayub. Kata Ayub,'Aku tidak tahu apa yang
ia katakan. Hanya saja Allah tahu bahwa aku pernah menyuruh dua
orang yang sedang bertengkar sampai akhirnya keduanya mengingat
Allah. Setelah itu aku pulang ke rumah dan memaafkan keduanya
karena aku tidak mau mereka mengingat selain kebaikan Allah. Suatu
hari Ayub pergi hendak buang air besar. Setelah selesai, istrinya
menuntunnya hingga ke rumah. Ketika suatu hari istrinya dibuat tidak
bisa membantunya dan diwahyukan kepada Ayub'Hantamkan hakimu.
Inilah air yang sejuh untuk mandi dan untuh minum.'(QS. ShAd: a2)
Istrinya menyuruhnya untuk menunggu, dan benar Ayub pun masih
menunggunya. Ketika istrinya itu menemuinya dan menghadap ke
arahnya, tiba-tiba Allah telah menghilangkan semua ujian itu dan
badan Ayub kembali bagus seperti seperti semula. Dengan ketakju-
bannya, si istri mengucapkan setengah tidak percaya, 'Semoga Allah
memberkahimu, benarkah aku melihat nabi Allah yang selalu diuji?
Sungguh, aku tidak pernah melihat orang yang sepertimu ketika sehat.'
Jawab Ayub, 'Ini aku.'
Diceritakan pula bahwa Ayub punya dua tumpukan, satu
tumpukan gandum dan satu tumpukan jewawut. Kemudian Allah
472 I
I
Fikih Akhlak
mengirimkan dua awan. Ketika salah satu dari kedua awan tersebut
telah berada di atas tumpukan gandum, awan itu memuntahkan
butiran emas sampai meluap, dan awan lainnya yang di atas jewawut
memuntahkan dedaunan sampai meluap pula."
Dalam ash-Shahtbain dfuiwayatkan dari Aisyah, "Aku tidak
pernah melihat seorangpun yang lebih berat penderitannya selain
Rasulullah."
Jika Anda menjenguk orang sakit, maka ingatkan kepadanya
akan penderitaan orang lain agar ia semakin bisa menahan penderi-
taannya itu. Ketika Anda masuk rumah sakit karena kakimu patah,
mungkin Anda mengerang kesakitan dan mengira bahwa di dunia ini
hanya Anda yang merasakan sakit yang seperti itu. Tapi, beberapa
saat kemudian, Anda melihat ada orang lain yang menderita sakit lebih
parah dari yang Anda derita.
Mungkin beberapa saat lagi ada orang lain yang kedua kakinya
patah, dan sesaat kemudian ada orang lain lagi yang kedua kaki dan
tangan patah. Setelah itu, masuk lagi seorang yang kepalanya pecah,
lehernya patah, dan salah satu atau kedua matanya buta. Mungkin
saat itu Anda akan menertawakan diri Anda sendiri, dan melihat bahwa
Anda masih diberi yang lebih baik, yang tentunya kenikmatan yang
harus Anda syukuri.
Fikih Akhlak I OT
MENGHIBUR ORANG YANG DITINGGAL MATI
;;-t*.t: 4!
/// Vt y.tyl*;#;:i ,'? u Y
474 |
I
Fikih Akhtak
1.,
o
/
--.l q.q .l oz
I -.->
c.'*ft
t t .
d irt
.ot?at1,,
,4stt
k, tr+ ';'&|yertt
-/ o -l o/
476 I
I
Fikih Akhtak
dibenarkan. Dari Ibnu Mas'ud r.a., dia berkata, "Rasulullah s.a.w.
berkata,
.o/ . tr?.,.--
6-f+ VrJ qy--St &S ,)JJr.Jl
,to,..11o.
P i
,C
u,.
. ,(
:. 'r#
iJ,"t.ljt
'Bukan termasuh golongan kami orang-orang yang nTenantpdr-
nanxpar pipi, merobeh-robek baju dan teriah-teriah dengan
jeritan jahiliah'." (HR. Bukhari)
Rasulullah s.a.w. berkata,
q-f,t?fS
/. o d I /
U:p u,yt?ta,d6]r
,r-- l,
Fikih Akhtak I OT
beliau, orang-orang menjadi gaduh. Kemudian beliau berkata,'Jangan
mendoakan diri kalian, kecuali dengan kebaikan. Sesungguhnya
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.' Selanjutnya beliau
berdoa,'Ya Allah, ampunilah Abu Salmah dan angkatlah derajatnya
ke dalam orang-orang yang terbimbing. Gantikankanlah dia dengan
orang-orang yang tersisa. Ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan
semesta alam. Luaskanlah kuburan baginya dan terangilah'." (HR.
Muslim)
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda,
Fikih Akhtak I OD
MENYENANGI(AN PARA JANDA DAN ANAK
YATIM
$k 4:*Jl -! Jr tsret
-o
-t/ t,
.
(.>
c
,6tfAt JJ f.t
)t \f
"Bagaihan orang yang berpuasa di siang hari dan shalat d,i
malam hari." (HR. Bukhari)
Orang yang lemah tidak diperkenankan untuk menjadi penang-
gung jawab akan harta. Rasulullah berwasiat kepada AbtDzar,'"Wahai
Abu Dzar, aku melihatmu sebagai orang yang lernah. Aku mencintai
untukmu apd yang ahu cintai untuk aku. Jangan engkau rnenjad,i
pernimpin dua orang dan jangan engkau menjadi penanggung jawab
harta anah yatim." (HR. Muslim)
Banyak nash-nash yang secara tegas melarang bebrbuat zalim
dan menyakiti anak yatim. Allah berfirman, "Adapun anak yatim, maka
jangan engkau membentaknya." (qS. Adh-Dh'hA: g)
*Tidak, bahhan kalian
tidak memuliakan anak yatirn. Kalian
tidak memberi makan orang miskin. Kalian mernakan harta dengan
serakah. Kalian sangat mencintai harta." (QS. Al-Fqin L7-2O)
Karakter khusus orang yang mendustakan agama adalah orang
yang menzalimi anak yatim dan menindas mereka. Allah berfirman,
:96' :2F,otiloL5t
" H i ndarilah t uj u hp e urkan., p ara sa hab at
rkara y ang me ng hanc
bertanya, "Apa saja, wahai Rasulullah?', Beliau menjawab,
"Syirik kepada Allah, sihir, membunuh, memakan riba, mema-
h,an harta anak yatim, lari dari pertempuran, dan rnenuduh
berzina u.tanita mukminah yang baik.'
hr ,rr ofi*;:t \
"Tidak apa-apa, (sakit itu akan) membersihkan (dosa-dosamu),
insyaallah."
4u L,n,n Akhtak
TENTANG MINTA IZIN
Fikih Akhtak I Ow
Jika orang yang meminta izin adalah orang yang suaranya sudah
terkenal, maka mengucapkan kata'saya' tidak dilarang.
Jangan Menguping!
Rasululllah s.a.w. bersabda,
urv'tfL;rk t7ct. o1
d e: l;p d+-t- JL'&tu "'
. lqti\ erit y.!l e'".)'^L
"... barangsiapa rnenguping pembicarad,n sekelompok orang
yang rnereka tidak suka didengar, rnaka akan d,ituangkan
cairan panas ke telinganya pada hari Kiama, ... " (HR. Bukhari.
Lihat juga Abdu ibn Hamid,, al-Muntokhab)
Jika Anda diundang untuk datang ke rumah seseorang, kemudian
Anda datang bersama beberapa teman Anda, maka Anda harus
meminta izin kepada orang yang mengundang berkenaan dengan
teman-teman Anda. Bisa jadi dia mengundang Anda untuk membica-
4n I
I
Fikih Akhtak
Dalam al-Adab al-Mufrad Bukhari meriwayatkan dari Muslim
ibn Nazhir, dia berkata, "seseorang bertanya kepada Khudzaifah,
'Apakah aku harus minta izin terhadap ibuku?'Maka Khudzaifah
berkata, 'Jika engkau tidak meminta izin kepadanya, engkau akan
melihat apa yang tidak ia sukai (untuk dilihat)'."
MEMULIAI(AN TAMU
o ,u lt.t
OK tt') osV
|i " f-rt rQ\ lrr u
4i os
i# f\t
t.
I cl
r'-
U," dt5
o .,
L-f J {"b d6 !r, q'i
c I st o o o
"c-:"bl
c to ., o/.1 o,
/
)i t;-.,|.c*lc ,*IJl
,a
f
/
lt: "UUa
a
Fikih Akhlak I o%
Watak manusia cenderung tidak menyukai orang yang tidak
memuliakannya dan tidak berbuat baik kepadanya. Musa dan Khidir
pernah masuk ke sebuah kampung yang penduduknya tidak mau
memberi makanan kepada mereka. Di kampung itu mereka mene-
mukan sebuah dinding yang hampir roboh. Kemudian Khidir mene-
gakkan dinding itu tanpa upah dari penduduk kampung. Oleh karena
itu Musa berkata kepadanya ,"Jiha engkau mau, engkau bisa menuntut
upah dari kerja itu." (QS. Al-Kahfiz77) Ini adalah balasan bagi orang
yang bakhil yang tidak mau berbuat baik kepada orang lain.
Mengapa Khidir menegakkan dinding di kampung itu, sedang
penduduknya tidak mau memberi makanan kepada mereka berdua?
Khidir membangun dinding itu agar mereka, orang-orang bakhil itu,
tidak mengetahui ada harta yang merupakan milik anak yatim di
bawah dinding itu. Jika mereka mengetahui, pasti mereka akan meng-
habiskan harta itu. Khidir berkata, "Adapun dinding itu, maha ia mitik
dua anak yatirn di kota itu. Dan di bawah dinding itu ada harta
simpanan m.ilik mereka (dua anak yatim), dan ayah rnereka ad,alah
orang saleh. Maka Tuhanmu rnenghendahi mereha sampai dewasa dan
rnereka mengeluarkan harta sirnpanan mereka, sebagai rahntat dari
Tuhanmu. Jadi, aku rnelahukan itu (meneggakkan dinding) bukan
atas dasar hemauanhu sendiri." (QS. Al-Kahfi: 82)
I
I
'.t ?. o /
J-l+ ,-tt i e r?; a*ar'db:tt t?. J7,ib *-l
.' ' .'
^)L;'i
(:-/ Vs ir; ,'-r;;
"Barangsiapa singgah pada suatu kaurn d,an d.ia tid,ak mend,a-
patkan hahnya sebagai seorang tanl.u, maka ia boleh rnengambil
jamuan sesuai hadarnya. Dalarn kondisi seperti ini d,ia tid,ak
berdosa." (HR.Ahmad)
Dalam menerima tamu, manusia terbagi menjadi dua gorongan:
Pertama, golongan manusia yang senang menerima tamu dan nampak
kegembiraan di wajah dan ucapannya dalam melayani mereka. Kebai-
kan ini tumbuh dari rasa cinta yang ada di hati. Mereka ini sangat
menyadari bahwa segala kebaikan yang ada padanya adalah datang
dari Allah. Mereka yakin betul akan hadis Rasulullah,
jr{j )ui
) lz /
Jt y 1?'
:*
# ,;4 L;
*f nal'?-urii;;fufu. *f n;l'uJ.Lt
vktU
"setiap pagi hari, d,ua rnalaikat d.atang hepada poro no*Oo.
Malaikat yang satu berkata, ,ya Allah, berilah pengganti
kepada orang yang berderma'. Dan malaihat yarry lainberkata,
Ya Allah, berilah kehancuran kepada orang yang bakhil'." (E/F..
Bukhsri danAhmad)
o lo t o z o li e .o,., o t.o-., ,, . o ti
f.F-tll &ry't#tt"drd
'YaAllah, berilah keberkahan kepada mereka dalam rezki yang
Engh,au berihan kepada mereka. Arnpunilah rnereka dan
sayangilah nLereka."
496 I
I
Fikih Akhtak
Namun, perlu diingat bahwa Allah berfirman, *Hendaknya orang
yang kaya mendermakan dari kehayaanya. Dan orang yang rezkinya
telah ditentukan, maka berdermalah dengan apa yang telah Allah
berikan hepadanya. Allah tidah memaksahan seseorang, kecuali sesuai
dengan apa yang telah Ia berikan hepadanya. Altah akan menjad,ikan
kemudahan setelah hesulitan., (eS. Ath-Thal6q: 7) Oleh karena itu,
orang yang miksin tidak perlu memaksakan diri dalam memuliakan
tamu. Lakukanlah apa yang bisa ia lakukan, karena Allah tidak memak-
sakan manusia untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Jadi, muliakanlah tamu dengan apayangmudah. Suguhkanlah
tamu dengan apa yang ada. Memuliakan tanpa berrebihan dan mem-
beri tanpa kemubaziran. Dan iringilah setiap kebaikan dengan keinda-
han akhlak dan keceriaan di wajah Anda. Terakhir, ucapkanlah kata-
kata perpisahan yang baik kepada tamu Anda. Ucapkanlah kata-kata
yang berpengaruh secara positif bagi mereka dan menyenangkan hati
mereka.
i,tvi
4z
4cJ.,a
Aza
tJ;':))b !i:J.;:l:
"Sesungguhnya tamumu memiliki hak atas engkaz." (Hadis
Sahih)
Dan hadis dari Uqbah ibn Amir, dia berkata, "Kami berkata
kepada Nabi s.a.w.,'Engkau mengutus kami kepada kaum yang tidak
menyuguhkan kami. Bagaimana pendapat engkau?' Kemudian beliau
berkata kepada kami,'Jika kalian singgah dalam satu kaum, kemudian
mereka melakukan apa yang layak bagi tamu, maka terimalah. Jika
mereka tidak melakukan itu, maka ambillah hak tamu dari mereka."
(IIR. Bukhari) Dan hadis-hadis lainnya.
498 I
I
Fikih Akhtak
Kepada orang yang bertamu, hendaknya Anda tidak mempersulit
saudara Anda yang Anda kunjungi. Anda punya hak pada saudara
Anda. Hari ini Anda menjadi tamu, dan bisa jadi besok Anda menjadi
penerima tamu. Jangan Anda meresahkan hati saudaramu, bahkan
senangkanlah hatinya. Makanlah apa yang dekat denganmu.
Jangan Anda mengeluarkan kata-kata yang membuatnya menja_
di sedih. Hiburlah tuan rumah dengan kata-katamu yang santun. Jadi-
kanlah kehadiranmu sebagai kebaikan bagi tuan rumah. Lebih baik
lagi jika Anda datang dengan membawa hadiah untuk tuan rumah.
Rasulullah pernah bersabda,
$.r;rslV
"Saling memberi hadiahlah kalian, rnaka kalian akan saling
mencintai." (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.)
Jika tuan rumah menyediakan makanan, maka makanlah. Jika
Anda tidak memakannya, bisa jadi akan membuat perasaan tuan
rumah menjadi tidak nyaman. Makan di daram rumah saudaramu
adalah tanda adanya cinta di antara kalian.
Jangan Anda menjadi seorang thufailt. Apakah Anda tahu apa
yang dimaksud dengan thufailt? Thufaiti adarah bukan tamu. Dia
dalah orang yang datang tanpa diundang yang masuk ke dalam suatu
kaum tanpa izin. Dia adalah orang yang sengaja mencari waktu makan
untuk bertamu ke rumah orang, hingga tuan rumah menjadi tidak
nyaman dengan kehadirannya. Allah berfirman, "wahai orang-orang
yang beriman, jangan kalian masuk ke rumah-rumah Nabi, kecuali
jiha kalian diizinkan untuk makan tanpa menunggu-nunggu wahtu
masaknya. Tapi jika halian diundang, maha masuklah. Dan selesai
mahan, keluarlah dan jangan kalian asyik ngobrol.,, (eS. Al-Ahz6b:
5i|)
Bolehkah bertanya kepada tuan rumah berkenaan dengan
makanan yang dihidangkan? Hadis-hadis yang bercerita tentang hal
ini kebanyakan lemah. contohnya adalah hadis yang diriwayatkan
Fikih Akhtak I O,
oleh Ahmad melalui jalur Muslim ibn Khalid az-Zanji, dari Suma, dari
Abi Shaleh, dari Abu Hurairah, di berkata, "Rasulullah s.a.w. berkata,
5m I
I
Fikih Akhtak
haram, maka Anda boleh bertanya tentang makanan yang dihi-
dangkan kepada Anda. Tentunya, Anda bertanya dengan santun dan
cerdas. Wallahu'alam.
Bolehkah seorang tamu mengusulkan makanan yang ia sukai
kepada tuan rumah? Ada seseorang yang diundang oleh orang lain
untuk makan. Orang yang diundang tidak suka makan ikan, umpa-
manya, dan tuan rumah tidak tahu akan hal itu. Kemudian tuan
rumah menyediakan hidangan ikan. Orang yang diundang tahu akan
itu. Apakah ia boleh mengabarkan kepada tuan rumah tentang
makanan yang ia suka, agar tidak dihidangkan makanan yang tidak
mungkin ia makan?
Sebagaimana kita ketahui, seorang tuan rumah, jika menghi-
dangkan makanan kepada tamunya dan tamunya tidak menyantap
hidangan itu, maka ia pasti akan kecewa. Oleh karena itu, jika tidak
akan menyebabkan kekecewaan tuan rumah, seorang tamu boleh
memberitahukan tentang makanan yang ia sukai. Ini sama sekali tidak
dilarang selama seorang tamu tidak memberatkan tuan rumah dengan
permintaannya. Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada seorang
Anshar yang akan menyembelih hewan ternak untuk Rasulullah dan
sahabat lainnya, "Jangan menyembelih hewan perahan." (HR.
Muslim)
Rasulullah berpesan seperti itu agar susu hewan perahan tetap
bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini Rasulullah tidak memberatkan orang
yang akan menyediakan hidangan untuk mereka. Jadi, jika seseorang
menginginkan makanan tertentu dari tuan rumah, maka katakanlah
sesuatu yang tidak merepotkan tuan rumah. Wallahu a'lam.
'i:,iiirrlciG Ft Je f;^ItJ?
"Orang muslim tidak boleh melanggar orang muslirn: darahnya,
hartanya dan kehormatannya..." (HR. Muslim)
Tetang kehormatan, kami telah membicarakannya dalam bab
ghtbah. Jangan kalian memenuhi rongga dan perut kalian dengan
daging mayit. Yaitu daging orang-orang beriman. Allah berfirman,
"Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah
seseorang dari kalian senang memakan daging rnayit saudaranya?
Tentu kalian tidah suka.'(eS. N-Hujur6tz I'Z)
Jangan Anda merusak kehormatan orang lain dengan menyebut-
kan sesuatu yang tidak baik tentang dirinya di hadapan orang lain.
Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-ordng yang senang menyebar-
kan isu negatif di tengah-tengah orang-orang berirnan, bagi mereka
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui
dan kalian tidah mengetahui." (QS. An-Nffr: 1g)
Tentang harta, jangan mencarinya dengan cara yang tidak benar
secara syariat. Allah berfirman, "Jangan kalian mengambil harta
dengan carcl yang batil; kalian mengajukan hasus harta kepad.a para
hakim agar kalian'rnendapatkan sebagian harta orang lain dengan
542 I
I
Fikih Akhtak
cara berdosa, dan kalian dengan sadar melakukan i/2.,, (eS. Al-
Baqarah: 188)
Allah berfirman, "Pencuri lahi-lahi dan pencuri perempuan, maka
potonglah tangan mereha sebagai balasannya. Itutah siksa dari Ailah.
Allah Mahaperkasa dan Mahabijahsana." (QS. Al-M6'idah: B8)
Mangambil harta dari seseorang harus dengan kerelaan hati
orang tersebut.
Selain itu, memakan harta dengan cara yang tidak benar akan
menjadi penghalang bagi diterimanya doa Anda. Bagaimana mungkin
Anda mengangkat tangan Anda yang kotor, meminta kepada Tuhan-
mu yang Mahasuci?! Allah berfirman, "Allah hanya menerima d,ari
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Md'idah: 27)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. berkata,
U trts
,prt 1i.,5 G. Jt,, e,qnt +/ti,}f
n JGi t;,:r: e, jyt3,v
* 'ir",L :fu,
Tt ; €*t, t; :6 ,4 tlt tr;r ult te*)
6_,tAt JLi*"X*i',*i j;t Jb-.,y';r
'.
i,tt tt .1,,, stzt tDo- zz i,z- tt.? .. l .. I
ltf 4l ltf at.t"-t1 7lt> &J qs t, ?l
'e::s
it -il" Ju fta\ Gija/2
l
yang beriman, makanlah dari rezki yang baik-baik yang telah
Kami berikan kepada kalian.' (QS. Al-Baqarah: l7Z) Kemudian
beliau bercerita tentang seorang laki-laki yang melakukan
perjalanan jauh. Tubuhnya lusuh berdebu dan dia mengangkat
hedua tangannya ke arahlangit, berdoa,Wahai Tuhaku, wahai
Tuhanku!' Sedangkan makanannya haram, rninumannya
haram dan pakaiannya haram. Jiha demikian, bagaimana
mungkin doanya akan dihabulkan?!" (HR. Muslim)
Dari Abi Said al-Khudri r.a., Rasululllah s.a.w. bersabda,
,'*)'6;
"Barangsiapa menipu karni, maka bukan termasuk golongan
hami." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan,
dr/-,
z o1, O . , o .
€,-*u,-f U
*Barangsiapa
menipu, rnaka bukan golonganku." (HR. Muslim)
Tentang darah, maka jangan sekali-kali Anda menyentuhnya,
kecuali dengan alasan yang benar. Allah mengancam keras orang yang
berani melukai orang lain, apalagi sampai membunuh.
t.
5u I ritit Akhtak
LARANGAN MENTEROR ORANG.ORANG
BERIMAN
+V ,lLt 6-; ok
,
"f"
"Jiha dua orang muslim bertempur dengan pedangnya, maka
yang nt,embunuh dan yang terbunuh sanxcl-sanla masuh
fr
I
. c'
s/tl-l
I
L) -a.)
o. z
frk q,J-, l-f*} l)
,? fgiu;i*r:ir ?a
"Mencaci orang muslim adalah hefasikan dan membunuhnya
adalah hehufuran." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar r.a.: Rasulullah s.a.w. juga menegaskan dengan
senada,
tltYl(' 4r)..r
/a a
o
a
,o
lg+-^9
a
t
q. q$t'Jti J
(,(;
Fikih Akhtak I *