Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Alat dan Bahan


1.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserator, blender (Philips), gelas
kimia (pyrex), neraca analitik (metler Toledo JI 150-5), mortar, stemper, autoklaf, rotary
evaporator (eyela), viscometer (Brookfield DV -1+), gelas ukur (pyrex), PH universal, dry
sterilisator (corona ZTP), cawan petri, ose steril, tabung reaksi (pyrex), hand mixer.
1.1.2 Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain ekstrak etanol biji kopi (Coffea
sp) dan jahe (Zingiber officinale), etanol70 %, staphylococcus epidermidis ATCC 6538, asam
askorbat, gliserin isopropil alkohol, menthol, propilen glikol, karbopol 940, NaOH, tween 80,
aqua demineralisata.
1.2 Pembuatan Ekstrak etanol biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale)
biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale) dicuci, serbuk simplisia dibuat dari
simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan. Serbuk
kering diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70 % dengan pergantian
pelarut 3 x 24 jam, sesekali diaduk. Filtrat disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator
dan penguapan di waterbath hingga diperoleh ektrak kental (Departemen kesehatan RI,
2008;agoes, 2009).
1.3 Determinasi Tanaman
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Labolatorium Taksonomi Jurusan
Biologi, FMIPA Universitas Padjajaran, Jatinangor.

1.4 Skrining Fitokimia


1.4.1 Flavonoid
Sejumlah kecil serbuk simplisia dimasukan dalam tabung reaksi dicampur dengan
serbuk Mg dan HCl 2N, campuran dikocok. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna
kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alcohol (Fransworth, 1996).
1.4.2 Tanin dan Polifenol
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipisahkan dalam tangas
air,kemudian disaring,filtrate dibagi dua, bagian satu filtrate ditambah FeCl3 positif jika
terbentuk warna biru hitam dan bagian kedua ditambah gelatin 1 % positif bila terbentuk
endapan putih (Fransworth, 1996).
1.4.3 Alkaloid
5 ml infusa rimpang jahe ditambahkan dengan 5 ml HCl 1% lau diaduk, setelah itu
disaring. Filtrat dari hasil penyaringan tersebut diambil 1 ml ditambahkan dengan dragendrof.
Warna biru kehitaman menunjukkan adanya alkaloid (Riaz et al., 2015).
1.4.4 Saponin
Sebanyak 5 ml infusa rimpang jahe ditambahkan dengan 5 ml akuades, lalu dikocok
atau diaduk. Adanya buih menunjukkan adanya saponin (Riaz et al., 2015).
1.4.5 Steroid
Sejumlah 2 ml anhidrida asetat ditambahkan dengan 0,5 g infusa rimpang jahe, lalu
ditambahkan dengan 2 ml asam sulfit, lalu dikocok. Adanya warna ungu atau biru hijau
menunjukkan adanya steroid (Riaz et al., 2015).
1.4.6 Triterpenoid
Sebanyak 2 ml kloroform ditambahkan dengan 1 ml infusa rimpang jahe lalu
ditambahkan dengan 3 ml H2SO4(p). Lapisan dipermukaan atau antarmuka berwarna coklat
kemerahan menunjukkan adanya terpenoid (Riaz et al., 2015).

1.5 Uji Aktivitas Antibakteri biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale)
terhadap bakteri staphylococcus epidermidis
1.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada uji aktivitas anti bakteri harus dalam keadaan
steril, tujuan dilakukan sterilisasi supaya mikroorganime mati pada alat yang akan digunakan
dan tidak menggangu hasil penelitian. Alat disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu
160-180 o C dan bahan yang digunakan disterilkan dengan menggunakan autoklaf (Safitri dan
sinta 2010).
1.5.2 Pembuatan Media Agar Mucller Hinton Agar (MHA)
Sebanyak 38 gram media dimasukan dalam 1 liter aquades, dipanaskan sampai
mendidih. Lalu dimasukan kedalam Erlenmeyer untuk disterilkan dalam autoklaf tunggu
hingga agak dingin suhu sekitar 40o C-45o C (Safitri dan sinta, 2010)
1.5.3 Pembuatan Suspensi Bakteri
Dibuat larutan standar Mc.Farland dalam tabung reaksi yang sudah di sterilkan,
dengan mencampur 0,5 mL larutan BaCl2 1 % dan 9,5 mL H 2SO 1%. Pipet campuran tadi 5
mL dan tambahkan NaCl 0,9% sebanyak 5 mL. Kemudian dalam tabung reaksi lainnya
diisikan dengan NaCl 0,9% masukan strain koloni bakteri staphylococcus epidermidis
menggunakan ose, samakan kekeruhannya dengan standar Mc.Farland (Pollack,et al ., 2016)

1.5.4 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber
officinale)
Sebanyak kurang lebih 20 mL media MHA steril di tuang kedalam cawan petri secara
aseptis, masukan sebanyak 0,2 ml suspensi bakteri. Cawan digerakan memutar supaya
tercampur merata, biarkan hingga memadat. Buat sebanyak 4 lubang tiap cawan petri.
Masukan ekstrak etanol biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale) pada masing-
masing lubang dengan konsentrasi 0 hingga 100%, pada suhu 37 o C selama 18-24 jam. Amati
aktivitas antibakterinya dilihat dari daerah hambat berupa daerah zona bening diukur dengan
menggunakan jangka sorong (Rahman,2016).
1.5.5 Uji KHM (Konsentrasi Hambat Minimum)
Setelah diketahui bahwa Ekstrak biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale)
memiliki aktivitas anti bakteri, dilakukan penetapan konsentrasi hambat minimum dari
ekstrak tersebut untuk mengetahui kadar terendah dari ekstrak yang dapat memberikan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji dengan metode sumuran. Dan dapat dijadikan
sebagai dasar dalam pembuatan foot sanitizer Ekstrak biji kopi (Coffea sp) dan jahe
(Zingiber officinale).
1.6 Formulasi Foot Sanitizer
Tabel 3.1 Formula foot sanitizer (Raditya,2018)

Konsentrasi (% b/v)
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Bahan
Ektrak jahe 100 65 50 35 -
Ektrak biji kopi - 35 50 65 100
Asam askorbat 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Gliserin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Isopropil alcohol 25 25 25 25 25
Menthol 1 1 1 1 1
Propilenglikol 5 5 5 5 5
Karbopol 940 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
NaOH 0,024 0,024 0,024 0,024 0,024
Tween 80 4,3 4,3 4,3 4,3 4,3
Aqua Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
demineralisata

Foot sanitizer dibuat dengan cara pertama, karbopol 940 didispersikan di dalam
sejumlah air dengan homogenizer kecepatan 1200 rpm.Pada wadah terpisah, NaOH
dilarutkan dengan air. Pada tahap berikutnya, campuran karbopol 940 dengan air yang
sebelumnya sudah terbentuk dicampurkan dengan NaOH. Selanjutnya,kedalam larutan ini,
ditambahkan propilenglikol sambil diaduk hingga homogen. Kemudian, ditambahkan asam
askorbat (Campuran A).

Pada wadah terpisah Ekstrak biji kopi (Coffea sp) dan jahe (Zingiber officinale)
dilarutkan secukupnya kedalam isopropil alcohol. Setelah larut ditambahkan menthol dan
dihomogenisai hingga homogen. Kemudian tambahkan gliserin dan homogenkan hingga
bercampur (Campuran B).

Campuran B ditambahkan kedalam campuran A keduanya dihomogenkan hingga


benar-benar bercampur. Selanjutnya ditambahkan solubilizing agent,yaitu Tween 80.

1.7 Evaluasi Sediaan Foot Sanitizer


1.7.1 Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan bertujuan untuk mengetahui bentuk, bau, dan warna dari
sediaan yang dibuat. Jika terjadi perubahan terhadap bentuk fisik (bentuk, bau, warna) pada
sediaan Spray foot sanitizer dapat menyebabkan berkurangnya penampilan dan penerimaan
konsumen.
1.7.2 Uji pH
Uji pH bertujuan untuk menyesuaikan pH sediaan dengan pH kulit, sehingga saat
digunakan kulit tidak mengalami iritasi. pH kulit menurut Voigt (1994) yaitu 4-6,5. Hasil ini
sejalan dengan penelitian dari Fitriansyah dkk,2016;Rahmaniar dkk.,2015, Iswandana dan
Sihombing, 2017.
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Mula-mula elektroda dikalibrasi dengan
dapar standar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda dicelupkan kedalam sediaan. Nilai pH
yang muncul dilayar dicatat.
1.7.3 Pengukuran Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan menggunakan alat viscometer Brookfield bertujuan
untuk mengetahui tingkat kekentalan suatu sediaan. Viskometer Brookfield ini nilai
viskositasnya didapatkan dengan mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle) yang
dicelupkan kedalam fluida. Viskometer Brookfield memungkinkan untuk mengukur
viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Untuk mengukur viskositas fluida
dalam Viskometer Brookfield, bahan harus diam dalam wadah sementara itu poros bergerak
sambil direndam dalam fluida (Atkins,1994). Pengukuran viskositas dilakukan pada minggu
ke-0 dan ke-8.
1.7.4 Uji Penentuan Diameter Zona Hambat Bakteri
Metode didasarkan pada difusi cakram, terhadap bakteri uji staphylococcus
epidermidis. Pertama-tama, disiapkan biakan mikroba yang berumur 24 jam. Kemudian,
diambil 1 ose bakteri kemudian dimasukkan ke dalam pengencer (NaCl 0,9%) dan kemudian
dihomogenkan.
Setelah itu, diambil 0,2 ml suspensi mikroba, masing-masing ditambahkan ke dalam
petri. Kemudian, ditambahkan 20-25 ml media agar Mucller Hinton Agar (MHA)
dihomogenkan, kemudian dibiarkan memadat. Setelah itu, dimasukkan sampel sebanyak 20
µL ke dalam cakram, dan dibiarkan hingga jenuh. Cakram yang akan dipakai diletakkan di
atas permukaan media agar MHA . Keseluruhan sistem uji kemudian didiamkan selama 1
jam, dan dibiarkan larutan uji menyerap. Sediaan tersebut diinkubasi pada suhu 35 ºC selama
24 jam. Zona hambat bakteri yang terbentuk kemudian diamati dan diukur (Sabrina et al.,
2011).
1.7.5 Uji Stabilitas Pada Suhu Rendah
Sampel foot sanitizer disimpan pada suhu rendah ( 4 ± 2 o C) selama 8
minggu,kemudian dilakukan pengamatan organoleptis ( perubahan warna, baud an sineresis0,
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.
1.7.6 Uji Stabilitas Pada Suhu Ruang
Sampel foot sanitizer disimpan pada suhu kamar ( 28 ± 2 oC) selama 8
minggu,kemudian dilakukan pengamatan organoleptis ( perubahan warna, baud an sineresis0,
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.
1.7.7 Uji Stabilitas Pada Suhu Tinggi
Sampel foot sanitizer disimpan pada suhu tinggi ( 40 ± 2 o C) selama 8
minggu,kemudian dilakukan pengamatan organoleptis ( perubahan warna, baud an sineresis0,
pengukuran pH, dengan pengamatan setiap 2 minggu sekali.

1.7.8 Uji Hedonik ( kesukaan )


Uji hedonik ( uji kesukaan) merupakan pernyataan kesan tentang baik atau buruknya
mutu suatu produk. Uji ini dilakukan apabila uji didesain untuk memilihsatu produk diantara
produk lain secara langsung. Uji ini dapat dilaksanakan pada pengembangan produk atau
pembanding produk dengan produk pesaing. Uji kesukaan meminta penelis untuk harus
memilih satu pilihan diantara yang lain.Maka itu produk yang tidak dipilih dapat
menunjukan bahwa produk tersebut disukai ataupun tidak disukai (Setyaningsih ,dkk. 2010 ).
Uji hedonik paling sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau produk
pengembangan secara organoleptik. Jika uji pembedaan banyak digunakan dalam program
pengembangan hasil-hasil baru atau hasil mentah mak uji hedonic banyak digynakan untuk
menilai hasil akhir produksi.

Tabel 3.2
Skala Hedonik dengan enam skala Numerik

Skala Hedonik Skala numerik


Sangat suka
suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
( Rahayu, Wp .1998)

1.8 Pengolahan data


Analisis statistik uji dilakukan dengan menggunakan rancangan acak Kelompok (RAk)
untuk setiap ujinya.
1.9 Kerangka Penelitian

Studi literatur

Pengumpulan bahan dan


dilakukannya determinasi

Proses pengolahan bahan


menjadi simplisia

Skrining Fitokimia Ekstraksi dengan cara


maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%

Filtrat dilakukan pemekatan


oleh alat evaporator dan
dilakukan skrining fitokimia
kembali

Proses penyiapan
bakteri dan
pembuatan media

Pengujian dan
pengolahan data

Anda mungkin juga menyukai