Anda di halaman 1dari 42

Draft RENSTRA 10-12 Februari 2014

RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT


JENDERAL KEMENDIKBUD
PERIODE 2020-2024

Tugas : Manajemen Strategi


Dosen : Dr. Heni Iswati, SE, MM

Disusun Oleh :
Nama : Heppy Kinasih
NIM :1831600943

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA
2020 0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu Kementerian yang


memiliki anggaran terbesar di antara Kementerian/Lembaga lainnya. Amanat yang
diemban Kemendikbud untuk mencerdaskan anak bangsa merupakan tugas yang
sangat suci dan mulia serta bersifat strategis karena memakan waktu yang cukup
panjang. Hal ini membuat sorotan dan kritisi publik terhadap kinerja Kemendikbud
menjadi begitu besar terlebih dengan melimpahnya informasi yang bisa diakses
secara luas.

Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)


merupakan institusi yang menjadi tumpuan harapan publik untuk mengawasi kinerja
Kemendikbud. Harapan besar publik ini harus dijawab Inspektorat Jenderal dengan
menunjukkan kinerja pengawasan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan
mutu pengawasannya, Inspektorat Jenderal menerapkan audit berbasis risiko dalam
pelaksanaan auditnya. Di sisi lain, Inspektorat Jenderal juga membantu auditan
dalam menyusun manajemen risiko agar meningkatkan tata kelolanya.

Tantangan yang dihadapi Inspektorat Jenderal dalam konteks ini menjadi lebih tinggi
dengan adanya tambahan tugas yang dipercayakan kepada Inspektorat Jenderal
dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain reviu Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAK/L), evaluasi SAKIP Eselon I, reviu LAKIP
Kementerian, pemantauan tingkat kepatuhan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil
Negara (LHKASN), penilaian Reformasi Birokrasi, dan mendorong terwujudnya
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).

1
Terdapatnya oknum pejabat pendidikan yang tergelincir dalam tindak pidana korupsi
juga menjadi fenomena yang menjadi perhatian Inspektorat Jenderal. Kasus korupsi
yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) menjadi isu
penting dewasa ini. Terlibatnya oknum pejabat pendidikan dalam tindak pidana
korupsi merupakan aib besar yang mereduksi marwah Kemendikbud, karena
semestinya pendidikan merupakan benteng terakhir tempat bertanya publik tentang
nilai-nilai integritas dan kemuliaan diri. Inspektorat Jenderal ditantang untuk
berkontribusi dalam mengangkat marwah Kemendikbud kembali menjadi
Kementerian yang mulia.

Dihadapkan pada tantangan yang ada dan harapan agar Inspektorat Jenderal dapat
lebih meningkat kapabilitasnya menjadi organisasi audit internal modern, maka perlu
disusun perencanaan strategis yang merancang perubahan di masa depan.
Terpilihnya kembali Ir. Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia kedelapan pada
tahun 2019 dengan program Nawa Cita yang salah satu butirnya (butir kedua)
adalah “Penguatan efektivitas reformasi birokrasi dan tata kelola” menjadi rujukan
utama bagi Inspektorat Jenderal dalam menyusun rencana strategisnya.

Rencana strategis merupakan kerangka pembangunan jangka menengah yang


mempunyai beberapa karakteristik yaitu (1) disusun melalui pendekatan strategis,
(2) digunakan untuk mengendalikan masa depan, (3) sebagai alat pemilihan
alternatif keputusan, (4) sebagai bahan untuk pengambilan keputusan terpadu, dan
(5) merupakan prosedur formal untuk menghasilkan keputusan. Penyusunan
Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 2020-2024 diupayakan selaras dengan tiga kerangka pemikiran berikut ini:
1) Terintegrasi dengan Penyusunan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2020-2024 dengan acuan UU No 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga 2020-2024.

2
2) Rencana Strategis sebagai arahan dalam pemantapan dan peningkatan
pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kemendikbud.
3) Adanya pergeseran paradigma (paradigm shift) dalam pendekatan proses
penyusunan rencana strategis dari yang bersifat top down mengarah kepada
pendekatan bottom up.

Kapasitas organisasi Inspektorat Jenderal yang lebih baik diharapkan dapat


menjamin keterkawalan agenda-agenda pembangunan pendidikan dan kebudayaan
nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Kemendikbud periode
2020-2024. Oleh karena itu rencana strategis Kemendikbud harus sinkron dan
selaras dengan rencana strategis Inspektorat Jenderal. Dengan mempertimbangkan
hal-hal tersebut, maka Inspektorat Jenderal menyusun Rencana Strategis periode
2020-2024.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Renstra adalah sebagai perencanaan jangka menengah


dengan periode lima tahunan yaitu 2020-2024. Tujuan penyusunan Renstra secara
spesifik adalah untuk:
1. mengetahui kapasitas organisasi Inspektorat Jenderal dalam hal kekuatan dan
kelemahan serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi
permasalahan/kendala;
2. merumuskan tujuan-tujuan organisasi Inspektorat Jenderal baik jangka panjang
maupun jangka pendek meliputi Visi, Misi, sasaran, dan target;
3. memberikan arah kepada organisasi Inspektorat Jenderal dalam kurun waktu
lima tahun ke depan dalam bentuk titik capaian utama (milestone);
4. merumuskan strategi-strategi yang menunjang pencapaian tujuan organisasi;
5. sebagai panduan dalam menyusun program dan anggaran tahunan dalam
rencana operasional (Renop) Inspektorat Jenderal.

3
C. Ruang Lingkup

Muatan substansi Renstra Inspektorat Jenderal dirancang untuk menjawab tiga


pertanyaan berikut yaitu: 1) di mana posisi organisasi saat ini? (where are we
now?); 2) kemana organisasi akan diarahkan? (where do we want to go?); dan 3)
bagaimana cara organisasi mencapai tujuannya? (how to get there?). Oleh karena
itu ruang lingkup Renstra terdiri dari:

1. Profil singkat organisasi Inspektorat Jenderal

Profil Inspektorat Jenderal merupakan penilaian awal (pre assessment) terhadap


data dan informasi faktual organisasi sebagai dasar pijakan awal dalam
melakukan analisis lingkungan. Profil menguraikan kondisi sumber daya
(resources) yang dimiliki dan dikelola Inspektorat Jenderal untuk menjalankan
operasional sehari-hari demi mencapai tujuan organisasi.

2. Analisis lingkungan

Inspektorat Jenderal melakukan analisis terhadap lingkungannya yang


mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis ini diperlukan untuk
menentukan isu-isu strategis yang merupakan hal-hal yang apabila tidak dapat
diantisipasi oleh Inspektorat Jenderal secara tepat maka akan dapat menjadi
kendala dan hambatan dalam mengimplementasikan program dan kegiatannya.
Di samping isu-isu strategis, analisis lingkungan juga diharapkan dapat
menentukan faktor-faktor kunci keberhasilan organisasi (Key Success Factors).

3. Perumusan Tujuan Organisasi

Tujuan-tujuan organisasi Inspektorat Jenderal dirumuskan secara cermat dari


yang berskala makro hingga yang paling spesifik. Perumusan tujuan organisasi
diawali dengan gambaran mimpi besar tentang institusi Inspektorat Jenderal di
masa depan yang dikenal dengan istilah visi. Karena sangat makro dan terlalu

4
luas spektrumnya, maka visi perlu diterjemahkan ke dalam misi. Selanjutnya misi
dijabarkan ke dalam sasaran dan tujuan. Target spesifik per tahun dirumuskan
paling akhir dalam penyusunan tujuan organisasi.

4. Perumusan Strategi Organisasi

Inspektorat Jenderal merumuskan strategi-strategi yang bersifat organisatoris,


ketatalaksanaan, dan modal sumber daya manusia (Human Capital). Strategi ini
merupakan metode dan taktik yang tepat agar mampu mengakselerasi
pencapaian tujuan Inspektorat Jenderal. Strategi ini juga mempertimbangkan
untuk mengadopsi praktek terbaik audit internal berstandar internasional yang
pernah berhasil diterapkan di negara maju.

5. Desain Program

Program dan kegiatan disusun paling akhir dalam tahapan penyusunan Renstra
karena perumusannya harus disesuaikan dengan tujuan organisasi. Program
dan kegiatan harus relevan dengan strategi pencapaian tujuan organisasi.
Program dan kegiatan harus dapat ditelusuri dan mempunyai keterjalinan
benang merah yang jelas dengan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai.

6. Pemantauan dan Evaluasi

Ketercapaian indikator dan kemajuan implementasi Rencana Strategis harus


dipantau secara berkala agar dapat diketahui capaian dan permasalahan yang
terjadi. Apabila terdapat masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program Rencana Strategis, maka harus segera dicarikan solusi untuk
mengatasinya.

5
D. Metodologi

Adapun metodologi penyusunan Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024


berdasarkan alur sebagai berikut.

Analisa Kekuatan
Lingkungan dan
Internal Kelemahan
Visi Misi
Strategi

Faktor-faktor Sasaran
Kunci Program
Keberhasilan
Tujuan

Monev
Analisa Peluang
Lingkungan dan
Eksternal Ancaman

Gambar 1.1: Metodologi Penyusunan Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024

6
BAB II
PROFIL DAN CAPAIAN INSPEKTORAT JENDERAL

A. Sejarah Singkat

Cikal bakal berdirinya institusi pengawasan pendidikan dimulai pada tahun 1949
saat terbentuknya jawatan inspeksi di pusat dan daerah yang bertugas membina
dan mengawasi teknis pendidikan dan kebudayaan. Pada tahun 1957 dibentuk
jawatan Inspeksi Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat di kabupaten dan
kecamatan, sedangkan di tingkat pusat dan provinsi dibentuk jawatan Inspeksi
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Kejuruan, Pendidikan
Jasmani, dan Kebudayaan.

Pada tahun 1966 jawatan Inspeksi Pusat berubah bentuk menjadi Direktorat dan di
provinsi dibentuk Kantor Daerah. Selanjutnya pada tahun 1968 dibentuk Bagian
Pengawasan dan Pemeriksaan yang kemudian ditingkatkan menjadi Biro
Pengawasan dan Pemeriksaan Administrasi (BPPA) di bawah Sekretariat Jenderal
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nama lembaga Inspektorat Jenderal dikukuhkan berdasarkan Keputusan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37/1969 tanggal 27 Mei 1969. Sejak tanggal
tersebut dimulailah kiprah institusi Inspektorat Jenderal dalam melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan program-program Kemendikbud. Dengan
demikian apabila ditinjau dari fakta sejarah sesungguhnya Inspektorat Jenderal
secara organisatoris sudah cukup berusia matang yaitu 46 tahun.

Namun demikian kematangan usia organisasi belum menjamin tingkat kehandalan


Inspektorat Jenderal sebagai institusi audit internal modern. Hal ini terbukti dengan
hasil pengukuran tingkat kapabilitas pengawasan intern Inspektorat Jenderal
Kemendikbud berada pada level 2 (infrastruktur) dari skala 5. Pengukuran ini
berdasarkan pendekatan Model Kapabilitas Audit Internal (Internal Audit Capability

7
Model) yang menjelaskan level 2 sebagai posisi di mana Inspektorat Jenderal
Kemendikbud belum dapat berperan dalam menyelesaikan masalah strategis,
memberi penjaminan atas efektivitas dan efisiensi, serta sistem peringatan dini
pencegahan korupsi.

B. Tugas dan Fungsi

Inspektorat Jenderal Kemdikbud adalah Aparat Pengawasan Internal Pemerintah


(APIP) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas Inspektorat
Jenderal adalah melakukan pengawasan internal di lingkungan Kemendikbud,
sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan;
2. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
3. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

C. Kewenangan

Berdasarkan Piagam Audit Internal, Inspektorat Jenderal memiliki kewenangan


untuk mengakses seluruh informasi, sistem informasi, catatan, dokumentasi, aset,
dan personil pada satuan kerja di lingkungan Kemendikbud yang diperlukan
sehubungan dengan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi audit intern,
serta kewenangan lainnya.

8
D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Inspektorat Jenderal adalah kewilayahan (regionalisasi). Tiap


Inspektorat akan membawahi beberapa provinsi sebagai wilayah kerjanya. Namun
demikian tiap Inspektur akan bertindak selaku Koordinator Bidang Substansi
Pengawasan yang mengkoordinasikan penentuan tujuan audit tentatif dan
instrumen audit yang digunakan. Pembidangan substansi pengawasan dari tiap
Inspektur adalah sebagai berikut:

Inspektur Jenderal

Sekretariat

Inspektorat III
Inspektorat II
Inspektorat I
Ditjen
Ditjen Inspektorat
Ditjen PAUD, Kebudayaan,
Dikdasmen Investigasi
Setjen, dan Ditjen Guru dan
dan BPP
Itjen TK, dan
Bahasa
Balitbang

Gambar 2.1: Struktur Organisasi Itjen Kemendikbud

Organisasi Inspektorat Jenderal adalah unit Esselon I di bawah pimpinan seorang


Inspektur Jenderal yang dibantu oleh 5 orang pejabat Esselon II terdiri dari seorang
Sekretaris, tiga Inspektur Wilayah yang menjadi koordinator bidang, dan seorang
Inspektur Investigasi. Sekretaris membawahi 4 orang Kepala Bagian meliputi Kabag
Perencanaan dan Penganggaran, Kabag Hukum dan Kepegawaian, Kabag
Pengolahan Laporan Pengawasan, dan Kabag Umum. Masing-masing Kepala
Bagian dibantu oleh 2 orang Kasubbag beserta jajaran stafnya. Para Inspektur

9
membawahi para auditor dan didukung urusan administrasinya oleh seorang
Kasubbag Tata Usaha.

E. Proses Bisnis

Inspektorat Jenderal adalah organisasi pengawasan. Paradigma baru pengawasan


saat ini tidak lagi bersifat Watch Dog tetapi sudah ke arah konsultasi manajemen,
penjaminan mutu, dan katalisator. Bisnis utama (Core Business) Inspektorat
Jenderal adalah jasa audit dan pelanggan utamanya adalah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, sedangkan pelanggan lainnya adalah para pimpinan Unit Utama dan
satuan kerja yang menjadi auditan Inspektorat Jenderal.

Audit yang dilakukan Inspektorat Jenderal adalah audit operasional yang bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana aspek 3 E (Ekonomis, Efektif, dan Efisien) dipenuhi
oleh auditan. Audit operasional juga dikenal dengan istilah audit kepatuhan
(Compliance Audit) karena menggunakan kriteria referensi regulasi peraturan
perundang-undangan sebagai rujukannya.

Inspektorat Jenderal juga melakukan audit kinerja (Performance Audit) yang


berfokus pada kegiatan pelayanan publik yang disediakan oleh auditan. Audit kinerja
akan memprioritaskan layanan utama (Core Service) dari unit utama Kemendikbud.
Ketercapaian indikator kinerja dari tiap program utama akan dianalisis tidak hanya
sebatas output yang dihasilkan tetapi juga manfaat (outcome) yang dirasakan oleh
para pemangku kepentingan (stakeholder).

Di samping audit operasional dan audit kinerja, Inspektorat Jenderal juga melakukan
audit dengan tujuan tertentu dan audit investigasi. Inspektorat Jenderal merespon
pengaduan masyarakat secara hati-hati dan cermat dengan terlebih dahulu
melakukan penelaahan. Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa pengaduan
tersebut mempunyai substansi yang penting dan didukung dengan bukti awal yang
memadai, maka dilakukan pengumpulan fakta (Fact Finding). Selanjutnya bila

10
memang pengaduan tersebut benar-benar terungkap secara jelas dari bukti-bukti
yang terkumpul, maka dilakukan audit investigasi.

Selain melakukan bisnis utamanya, Inspektorat Jenderal juga memiliki bisnis lainnya
seperti evaluasi SAKIP/LAKIP, reviu Laporan Keuangan menuju opini Wajar Tanpa
Pengecualian, pendampingan/supervisi pengadaan barang/jasa, bimbingan teknis
penyusunan manajemen risiko, konsultasi Wilayah Bebas dari Korupsi, dan lain-lain.

Inspektorat Jenderal juga memiliki mitra pada tiap satuan kerja Kemendikbud yaitu
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerjanya. Keberadaan SPI akan membantu
Inspektorat Jenderal dalam mengidentifikasi titik-titik rawan pada implementasi
program satuan kerja. Inspektorat Jenderal secara berkala dan berkesinambungan
terus melakukan pembinaan teknis terhadap SPI untuk meningkatkan kompetensi
dan lebih memberdayakan peranannya.

F. Sumber Daya Manusia

Saat ini Inspektorat Jenderal mempunyai Sumber Daya Manusia sebanyak 420
orang yang terdiri dari 247 auditor yang diantaranya masih berstatus magang
sebanyak 30 orang. Tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal diemban oleh para
auditor yang terdiri dari 9 orang Pengendali Mutu, 101 orang Pengendali Teknis, 60
orang Ketua Tim, dan 78 orang anggota.

Di samping auditor, Inspektorat Jenderal juga didukung oleh 173 orang tenaga
kesekretariatan yang bertugas memberi bantuan manajemen organisasi dan
administrasi.

Kualifikasi pendidikan SDM Inspektorat Jenderal meliputi 44 orang berpendidikan


SMA, 166 orang berpendidikan S1, 112 orang berpendidikan S2, dan 4 orang
berpendidikan S3. Bidang ilmu dari kesarjanaan SDM Inspektorat Jenderal adalah
14,76% Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi, 6,90% Sarjana Hukum, 10,71%

11
Sarjana Pendidikan, 3,5% Sarjana Teknik, 2,5% Sarjana Komputer dan 5,75%
Sarjana bidang lain.

Inspektorat Jenderal berkomitmen kuat untuk meningkatkan kompetensi


pegawainya melalui penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang
relevan. Inspektorat Jenderal menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk
memperoleh narasumber yang kompeten dalam Diklat tersebut antara lain Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Komisi Pemberantasan
Korupsi.

G. Sumber Daya Pendukung

Pada awalnya kantor Inspektorat Jenderal terletak di bilangan jalan Kramat Raya
terpisah dari komplek Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan. Kantor
Inspektorat Jenderal kemudian bergabung dengan komplek Depdikbud sejak tahun
1975 menempati gedung B bersama-sama dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan hingga tahun 1984 dan selanjutnya Inspektorat Jenderal menempati
gedung B secara mandiri yang memungkinkan posisinya untuk menjadi lebih
independen dan objektif.

Sarana prasarana gedung dan fasilitas pendukung operasional baik untuk auditor
maupun staf sekretariat saat ini sudah sangat memadai. Inspektorat Jenderal juga
telah memiliki perangkat program hubungan masyarakat (Public Relation) yang solid
antara lain laman (website), radio Itjen, majalah Forum Pengawasan, dan booklet
profil Itjen. Namun demikian Inspektorat Jenderal belum mampu mendayagunakan
Sistem Informasi Manajemen yang sudah ada secara optimal demi mendukung
operasional pengawasan auditor.

12
H. Capaian-capaian Inspektorat Jenderal

Capaian-capaian yang berhasil diraih pada kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut:

1. Terbentuknya unit-unit Satuan Pengawasan Intern di seluruh unit utama


Kemendikbud dan Unit Pelaksana Teknis tertentu

2. Terbinanya unit Satuan Pengawasan Intern melalui program pelatihan dan


workshop yang dikoordinir Inspektorat Jenderal

3. Tercapainya opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan


Kemendikbud Tahun 2018 dan 2019

4. Tersertifikasikannya 10 orang auditor sebagai auditor kecurangan (Certified


Fraud Auditor)

5. Tersertifikasikannya 5 orang auditor sebagai auditor internal berkualifikasi


(Quality Internal Auditor)

6. Terselenggaranya Workshop Tunas Integritas sebanyak 6 angkatan dan telah


menghasilkan alumni sebanyak 90 orang termasuk 10 orang pejabat eselon I
yang merupakan motor utama penggerak perubahan.

7. Terbitnya peraturan Menteri tentang Program Pengendalian Gratifikasi di


lingkungan Kemendikbud

8. Terbitnya Peraturan Menteri tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat di


lingkungan Kemendikbud

9. Terbentuknya Unit Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kemendikbud dan


telah menerima penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai UPG
terbaik pada tahun 2018 dan 2019

10. Terbitnya buku saku tentang Mengenal Gratifikasi di lingkungan Kemendikbud

13
11. Tercapainya tingkat kepatuhan pelaporan LHKPN di lingkungan Kemendikbud
hingga mencapai 97% dari jumlah wajib lapor

12. Tersusunnya peta risiko dari seluruh unit utama Kemendikbud

13. Tersusunnya profil kecurangan (Fraud) yang sering terjadi di lingkungan


Kemendikbud

14. Terjalinnya kerja sama pengawasan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi,


Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, dan Transparency
International Indonesia

15. Terjalinnya Koordinasi dan Supervisi Pengawasan Dana Pendidikan Transfer


Daerah lintas Kementerian/Lembaga

16. Terbangunnya aplikasi Whistle Blower System yang dipandu oleh Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban

14
BAB III ANALISIS
LINGKUNGAN

A. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal menguraikan kondisi yang ada dalam sumber daya
organisasi Inspektorat Jenderal. Tujuan dari analisis lingkungan internal adalah
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai berikut:

1. Kekuatan

a. Itjen telah memiliki legitimasi kewenangan sebagaimana tercantum dalam


piagam audit internal (Internal Audit Charter)
b. Itjen menunjukkan komitmen kepemimpinan yang kuat
c. Inspektorat Jenderal berperan aktif dalam pencegahan korupsi
d. Inspektorat Jenderal berperan aktif dalam penguatan reformasi birokrasi
e. Organisasi Inspektorat Jenderal menerapkan pola regional (kewilayahan)
dengan menetapkan tiap Inspektur sebagai koordinator bidang pendidikan
tertentu sehingga koordinasi menjadi lebih efektif
f. Auditor Inspektorat Jenderal telah berupaya menerapkan audit berdasarkan
pada praktek terbaik berstandar internasional seperti Audit Berbasis Risiko
g. Beberapa auditor telah memiliki sertifikasi keahlian bertaraf internasional
h. Inspektorat Jenderal telah memiliki kode etik auditor dan kode etik pegawai
i. Inspektorat Jenderal telah berhasil berkoordinasi dengan Satuan
Pengawasan Intern satuan kerja sebagai pemantau penguatan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah
j. Inspektorat Jenderal telah menjalin kerjasama dengan beberapa instansi
dalam bidang pengawasan
k. Sarana prasarana pendukung tugas audit Itjen memadai

15
l. Gedung Inspektorat Jenderal telah representatif dan diperlengkapi fasilitas
pendukung yang memadai antara lain poliklinik, perpustakaan, studio radio,
dan ruang sidang
m. Inspektorat Jenderal telah memiliki media komunikasi berskala nasional dan
internasional yang dapat diakses secara mudah

2. Kelemahan

a. Sistem evaluasi Dewan Kode Etik belum berjalan


b. Sebagian auditor belum memahami audit berbasis risiko
c. Lemahnya koordinasi antar Inspektorat
d. Kuantitas auditor kurang memenuhi kebutuhan ideal
e. Komposisi jenjang jabatan fungsional auditor belum ideal
f. Kompetensi auditor masih beragam
g. Sistem Informasi belum terintegrasi
h. Padatnya intensitas jadwal audit berpotensi mengurangi tingkat kesehatan
auditor dan mengganggu keharmonisan rumah tangga
i. Auditor kurang memiliki waktu untuk melakukan kajian akademik dan
pengembangan lainnya
j. Perpustakaan Itjen belum dimanfaatkan secara optimal untuk tempat
berdiskusi dan menelaah persoalan audit.

B. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal menguraikan faktor-faktor di luar organisasi


Inspektorat Jenderal yang tidak bisa dikendalikan dengan mudah. Tujuan dari
analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengidentifikasi peluang yang bisa
dimanfaatkan dan ancaman bagi organisasi sebagai berikut:

16
1. Peluang

a. Tingginya ekspektasi publik dan media massa nasional agar Inspektorat


Jenderal dapat menjalankan mandatnya secara optimal dalam mengawasi
kinerja Kementerian
b. Besarnya permintaan satuan kerja kepada Itjen untuk pengembangan SPI
c. Banyaknya permintaan satuan kerja kepada Itjen untuk konsultasi dan
pendampingan tentang berbagai masalah pengawasan pendidikan dan
kebudayaan
d. Besarnya kepercayaan publik untuk mengadukan masalahnya kepada
Inspektorat Jenderal Kemendikbud
e. Besarnya kepercayaan Sekretariat Jenderal dan Unit Utama terhadap
Inspektorat Jenderal dalam berkontribusi mensukseskan program reformasi
birokrasi
f. Banyaknya tambahan mandat baru kepada Inspektorat Jenderal seperti reviu
RKA-KL, pemantauan laporan harta kekayaan, dan penelitian keabsahan
ijazah
g. Banyaknya lembaga nasional dan internasional yang ingin menjalin
kerjasama dengan Inspektorat Jenderal Kemendikbud
h. Tingginya ekspektasi Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap Inspektorat
Jenderal yang sejak 4 tahun terakhir sangat aktif dalam upaya pencegahan
korupsi dan penegakan integritas
i. Terbatasnya pemahaman substansi pendidikan dari APIP lain, BPK-RI dan
APH
j. Terjalinnya kerjasama yang erat dengan BPK-RI dan BPKP dalam hal
pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
k. Keterlibatan Itjen Kemdikbud dalam Asosiasi Auditor Internal Instansi
Pemerintah Indonesia (AAIIPI)

17
2. Ancaman

a. Masih ada sedikit satuan kerja yang belum membentuk Satuan Pengawasan
Intern
b. Satuan Pengawasan Intern yang sudah ada belum memiliki kapabilitas dan
independensi yang memadai
c. Kepuasan publik atas kinerja Kemendikbud rendah
d. Ketidakpuasan publik atas tindak lanjut pengaduan yang masih rendah
disebabkan keterbatasan sumber daya Inspektorat Jenderal
e. Kantor Akuntan Publik menunjukkan kinerja sebagai pembanding kinerja
Inspektorat Jenderal
f. Banyaknya tindak lanjut hasil pengawasan yang belum terselesaikan
menimbulkan potensi ketidakpercayaan BPK-RI dan BPK atas kinerja
Inspektorat Jenderal
g. Belum terumuskannya mekanisme kerjasama antara Kemendikbud dengan
aparat penegak hukum dalam penanganan masalah dugaan tindak pidana

C. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan

Setelah melaksanakan analisis lingkungan internal dan eksternal, maka Inspektorat


Jenderal dapat merumuskan faktor-faktor penting yang diperkirakan dapat sangat
menentukan keberhasilan organisasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
Inspektorat Jenderal akan dapat berhasil dalam menjalankan mandatnya sebagai
Auditor Internal Kemendikbud apabila memiliki hal-hal sebagai berikut:

1. Memiliki legitimasi yang kuat


2. Memiliki program pengawasan yang akurat
3. Menerapkan praktek audit terbaik berstandar internasional
4. SDM yang kompeten di bidangnya
5. Telah menjalin kerjasama dengan Kementerian dan lembaga negara

18
6. Didukung sarana prasarana yang memadai
7. Berperan aktif dalam pencegahan korupsi
8. Berperan aktif dalam penguatan reformasi birokrasi
9. Menegakkan kode etik profesi auditor

19
BAB IV
VISI, MISI, DAN TUJUAN INSPEKTORAT JENDERAL

A. Visi Inspektorat Jenderal 2020

Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan


dengan visi pendidikan nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
pembangunan jangka panjang mempunyai visi 2025 untuk “Menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)”. Yang dimaksud
dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif yaitu
cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas
kinestetis.

Usaha mencapai visi 2025 tersebut dibagi menjadi empat tema pembangunan
pendidikan nasional. Tahun 2015-2019 merupakan tema pembangunan ketiga,
dengan fokus pada penguatan layanan pendidikan, maka visi 2019 atau jangka
menengah adalah “Terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk
membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif”.

Visi Inspektorat Jenderal sejalan dengan Visi Kemendikbud dipengaruhi oleh


paradigma baru pengawasan pendidikan yang bergeser ke arah layanan
pengawasan pendidikan sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Tabel 4.1: Paradigma Baru Pengawasan Pendidikan Nasional

No Komponen Paradigma Lama Paradigma Baru

1 Fokus Lembaga Mempertajam audit atas fungsi layanan


pendidikan dan kebudayaan
2 Orientasi Mencari kesalahan Mengembangkan pemecahan masalah dan
menghargai pencapaian
3 Output Jumlah temuan Meningkatkan pembinaan/perbaikan/
rekomendasi
4 Pendekatan Wewenang/ Memperkuat kemitraan/sinergi
birokrasi

20
5 Teknik Parsial Meningkatkan teknik audit secara lebih
komprehensif dan berbasis risiko

6 Sifat Penggalan/ Mempertajam konteks audit yang lebih holistik


terkotak-kotak

7 Pelaksanaan Sendiri-sendiri Kerjasama tim


(Individual)
8 Waktu Pasca Kegiatan Memperluas cakupan audit sejak perencanaan
hingga pertanggungjawaban

9 Fungsi Korektor Katalisator yang mempercepat upaya


pencapaian tujuan kegiatan

10 Aksi Penindakan Memperbanyak upaya pencegahan

11 Kompetensi Pengalaman Mengembangkan pengetahuan dan keahlian


audit

12 Target Kuantitas Memperkuat penjaminan mutu

Dalam mewujudkan cita-cita layanan pengawasan pendidikan dan kebudayaan yang


selaras dengan paradigma baru tersebut, Inspektorat Jenderal Kemendikbud
sebagai salah satu bagian dalam tubuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
memiliki peran penting dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024. Dengan demikian,
pernyataan Visi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2020-2024 adalah sebagai berikut.

21
Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2024

Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan


yang Berkarakter dengan berlandaskan Gotong Royong

Visi Inspektorat Jenderal Kemendikbud 2024

Terwujudnya Pengawasan Internal yang Berkualitas terhadap Insan


dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan

Gambar 4.1: Visi Kemendikbud dan Visi Inspektorat Jenderal 2020-2024

Visi Itjen Kemendikbud tersebut merupakan rumusan keadaan yang hendak dicapai
dan memberikan gambaran konsistensi kinerja Itjen selama 5 tahun (2020-2024)
serta gambaran menyeluruh mengenai peran dan fungsi Itjen dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu bahwa visi tersebut (1) dapat
memberikan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja dan peranan Itjen, (2)
dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin diwujudkan,
(3) ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah dipahami, (4) dirumuskan secara
singkat, padat dan mudah diingat, (5) dapat dilaksanakan secara konsisten dalam
pencapaian, dan (6) selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang
mungkin terjadi sehingga visi tersebut mempunyai sifat fleksibel.

B. Misi Inspektorat Jenderal

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujuidkan visi. Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024
adalah:

22
1. Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat;

2. Mewujudkan Akses yang Meluas dan Merata;

3. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu;

4. Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa; dan

5. Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan


Pelibatan Publik.

Dengan singkat, Misi Kemendikbud dikemas dalam ”Misi 5K” yaitu:

• Kekuatan pelaku pendidikan dan kebudayaan


• keterjangkauan layanan pendidikan dan kebudayaan
• kualitas pembelajaran
• kelestarian budaya dan bahasa
• kemantapan tata kelola, reformasi birokrasi, dan pelibatan publik

Selaras dengan Misi Kemendikbud 2020-2024 tersebut, untuk mencapai Visi Itjen
Kemendikbud 2024, pernyataan Misi Itjen Kemendikbud 2020-2024 adalah sebagai
berikut.

1. Menguatkan integritas dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan


bagi pengawas dan pengelola layanan pendidikan dan kebudayaan;
2. Mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkungan Kemendikbud;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan berbasis risiko;
4. Mewujudkan pengawasan internal yang berbudaya dalam setiap unit layanan
pendidikan dan kebudayaan;
5. Melaksanakan tata kelola yang handal dalam layanan pengawasan pendidikan
dan kebudayaan;

23
Secara singkat, rumusan Misi Inspektorat Jenderal Kemendikbud 2020-2024 adalah:

• integritas pengawasan pendidikan dan kebudayaan


• kebebasan wilayah Kemendikbud dari perilaku korupsi
• kualitas pengawasan pendidikan dan kebudayaan
• profesionalitas pengawasan pendidikan dan kebudayaan
• kemantapan tata kelola pengawasan pendidikan dan kebudayaan

Gambar 4.2: Misi Itjen Kemendikbud 2020-2024

Misi Itjen Kemendikbud 2020-2024 tersebut merupakan rumusan mengenai upaya


yang dilaksanakan untuk mewujudkan Visi Itjen dengan kriteria (1) sejalan dengan
upaya pencapaian visi, (2) menggambarkan penjabaran rencana pengawasan
pendidikan dan kebudayaan jangka menengah serta tugas-tugas yang diemban
Itjen, (3) menggambarkan tindakan yang disesuaikan dengan tugas pokok dan
fungsi Itjen dalam hal pengawasan pendidikan dan kebudayaan, serta (5) dapat
menjembatani penjabaran visi ke dalam tujuan.

Berdasarkan kriteria yang melandasi perumusan misi tersebut, Itjen menyadari


bahwa visi dan misi dapat terwujud apabila didukung dengan penerapan tata nilai
yang sesuai dan mendukung usaha-usaha pelaksanaan misi dan pencapaian visi.
Tata nilai merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh SDM
Itjen dalam usaha mewujudkan layanan pengawasan pendidikan.

Adapun tata nilai Kemendikbud yang menjadi rujukan tata nilai Itjen terdiri dari 7
(tujuh) butir yaitu integritas, kreatif dan inovatif, inisiatif, pembelajar, meritokrasi,
terlibat aktif, dan tanpa pamrih. Merujuk pada Tata Nilai Kemendikbud tersebut,
maka Tata Nilai Itjen Kemendikbud yang sejalan dengan Visi dan Misi Itjen juga
terdiri dari 7 (tujuh) butir, yakni: Kompeten, Keunggulan, Bertanggungjawab,
Profesional, Disiplin, Kemitraan, dan Keikhlasan.

24
Tata Nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Integritas, Kreatif dan Inovatif, Inisiatif, Pembelajar, Meritokrasi, Terlibat


Aktif, dan Tanpa Pamrih

Tata Nilai Inspektorat Jenderal Kemendikbud


Kompeten, Keunggulan, Bertanggungjawab, Profesional, Disiplin,
Kemitraan, dan Keikhlasan

Gambar 4.3: Tata Nilai Kemendikbud dan Tata Nilai Inspektorat Jendral Kemendikbud

Dari tata nilai tersebut dipilih yang sesuai dengan fokus pengawasan pendidikan
2020-2024 dan dirangkum dalam satu kalimat motto Itjen Kemendikbud yang
merujuk pada motto Kemendikbud yaitu:

Motto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

”Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Gerakan


Pencerdasan dan Pembentukan Generasi Berjiwa
Pancasila”

Motto Inspektorat Jenderal Kemendikbud

”Mengawasi Layanan Pendidikan dan Kebudayaan


dengan menggerakkan berbagai pihak demi
terbentuknya generasi berintegritas”

Gambar 4.4: Motto Kemendikbud Motto dan Itjen Kemendikbud

25
C. Tujuan Program Itjen Kemendikbud

Untuk menghasilkan visi dan misi Itjen Kemendikbud dirumuskan tujuan dan
sasaran program tahun 2020-2024 yang lebih jelas menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi. Tujuan program Itjen Kemendikbud 2020-
2024 dirumuskan berdasarkan pengawasan terhadap 4 aspek pengelolaan
pendidikan yakni (1) tugas dan fungsi/kinerja, (2) keuangan, (3) sarana/prasarana,
dan (4) sumber daya manusia. Tujuan dan sasaran program disusun berdasarkan
hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam rangka
mewujudkan visi dan misi. Pernyataan tujuan dilengkapi dengan sasaran program
sebagai ukuran kinerja. Sasaran program dilengkapi dengan target kinerja sehingga
menjadi ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi.

Tujuan program pengawasan Itjen kemendikbud 2020-2024 mengacu pada Tujuan


Strategis Kemendikbud. Dalam Renstra Kemendikbud 2020-2024, Tujuan Strategis
Kemendikbud adalah:
1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur
Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan
2. Pemberdayaan Pelaku Budaya dalam Melestarikan Kebudayaan
3. Peningkatan Akses PAUD, Dikdas, Dikmen, Dikmas, dan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
4. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada
Pembentukan Karakter
5. Peningkatan Jati Diri Bangsa melalui Pelestarian dan Diplomasi Kebudayaan serta
Pemakaian Bahasa sebagai Pengantar Pendidikan
6. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan
Melibatkan Publik

Hubungan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Inspektorat


Jenderal Kemendikbud terletak pada tujuan strategis Kementerian Pendidikan dan

26
Kebudayaan yang keenam (T6) yaitu “peningkatan sistem tata kelola yang
transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik.” Penekanan terbesar atas
pencapaian tujuan ini adalah menjadi tanggung jawab dari Inspektorat Jenderal
Kemendikbud.

Berdasarkan Tujuan Strategis Kemendikbud tersebut, Itjen Kemendikbud didukung


dengan Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemendikbud.
Rumusan tujuan program Itjen Kemendikbud 2020-2024 adalah sebagai berikut:

“Menguatnya sistem pengendalian manajemen dan sistem pengawasan


internal Kemendikbud”

Kriteria penentuan tujuan tersebut adalah (1) sejalan dengan visi dan misi Itjen
2020-2024, (2) dapat menunjukkan suatu kondisi yang hendak dicapai, (3) dapat
dicapai dengan kemampuan Itjen saat ini, dan (4) dapat mengarahkan perumusan
sasaran strategis, strategi dan kebijakan, serta program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi Itjen.

D. Sasaran Program Itjen Kemendikbud

Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan program pengawasan pendidikan


diperlukan sejumlah sasaran program yang menggambarkan kondisi yang harus
dicapai pada tahun 2024. Itjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menetapkan Strategi dalam Pencapaian Tujuan “Menguatnya sistem pengendalian
manajemen dan sistem pengawasan internal Kemendikbud”. Sasaran program untuk
tujuan program tersebut adalah sebagai berikut.

27
Tabel 4.2: Sasaran Program Itjen

No Sasaran Program Indikator Kinerja

1 Dipertahankannya opini Laporan Laporan Keuangan Kemendikbud


Keuangan Kemendikbud WTP mendapat opini WTP

2 Meningkatnya akuntabilitas kinerja Skor LAKIP minimal sebesar 80


Kemendikbud

3 Kemendikbud WBK Jumlah satker Kemendikbud yang


melaksanakan indikator WBK

Target Kinerja Sasaran Program adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3: Target kinerja Sasaran Itjen

No Kondisi
INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024
2019
KINERJA

1 Laporan Keuangan WTP WTP WTP WTP WTP WTP


Kemendikbud
mendapat opini Wajar
Tanpa Pengecualian

2 Skor LAKIP minimal 72 80 80 80 80 80


80

3 Jumlah satker 3% 3% 11% 18% 25% 32%


Kemendikbud yang
melaksanakan
indikator WBK

Kriteria penentuan sasaran program tersebut adalah (1) merupakan ukuran


pencapaian tujuan, (2) mencerminkan berfungsinya outcomes dari semua program,
(3) dirumuskan dengan jelas dan terukur, dan (4) dilengkapi dengan target kinerja.
Adapun dalam menentukan target kinerja sasaran strategis adalah specific,
measurable, achievable, relevant, dan timebond (SMART).

28
E. Program Itjen Kemendikbud

Kemendikbud merumuskan 8 program sesuai dengan jumlah unit utama yang


bertanggungjawab melaksanakannya. Inspektorat Jenderal diberi amanah untuk
melaksanakan Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
Kemendikbud. Selanjutnya pelaksanaan program dijabarkan ke dalam Sasaran
Program dan Indikator Kinerja Program. IKP hanya dinyatakan sebagai ukuran atau
angka target pada tahun tertentu.

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur bertujuan untuk


meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kinerja Kemendikbud. Perincian Tujuan
Program dan Indikator Kinerja Program dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4: Target Tujuan Program dan Indikator Kinerja Program

No Tujuan Program Indikator Kinerja Program


1 Menguatnya sistem Tercapainya opini BPK terhadap Laporan Keuangan
pengendalian manajemen (LK) Kemendikbud WTP
dan sistem pengawasan
internal Kemendikbud Tercapainya skor LAKIP Kemendikbud menjadi Baik

Satker Kemendikbud WBK

Target Kinerja Tujuan Program adalah sebagai berikut:


Tabel 4.5: Target Kinerja Tujuan Program Kemendikbud

Kondisi
No INDIKATOR KINERJA 2020 2021 2022 2023 2024
2019

1 Tercapainya opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP


terhadap Laporan Keuangan
(LK) Kemendikbud WTP

2 Tercapainya skor LAKIP 72 80 80 80 80 80


Kemendikbud menjadi Baik

3 Satker Kemendikbud WBK 3% 3% 11% 18% 25% 32%

29
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur dijabarkan ke dalam
5 jenis kegiatan pada level esselon II sebagai berikut:

Tabel 4.6: Kegiatan Itjen Kemendikbud

No Nama Kegiatan Eselon II

1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Sekretariat Itjen


Lainnya bidang Pengawasan

2 Penguatan Pengawasan Inspektorat I Inspektorat I

3 Penguatan Pengawasan Inspektorat II Inspektorat II

4 Penguatan Pengawasan Inspektorat III Inspektorat III

5 Penguatan Pengawasan Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi

30
BAB V
STRATEGI-STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL

A. Strategi Pengawasan

1. Strategi 3 Lini Pertahanan

Tata kelola yang baik dapat dianalogikan sebagai benteng pertahanan yang
mempunyai tiga lapis penjagaan. Tiap lapisan harus dijaga dengan sebaik-baiknya
hingga tidak ada kemungkinan untuk disusupi oleh perbuatan menyimpang.
Apabila lapisan terluar dapat dirusak oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,
maka lapisan kedua akan melindungi, demikian selanjutnya.

The Institute of Internal Audit (IIA) merumuskan strategi 3 Lini Pertahanan yang
terdiri dari Satuan Pengawasan Intern, Inspektorat Jenderal, dan BPK-RI. Berikut
adalah uraian singkat dari strategi ini.

a. Satuan Pengawasan Intern

Lapisan pertama dari pertahanan organisasi adalah tata kelola yang baik.
Kemendikbud harus dikelola dengan manajemen yang efektif dan efisien.
Perencanaan kinerja dirancang secara tepat agar dapat diukur pencapaiannya
secara akurat. Implementasi program dipantau secara reguler sehingga bisa
diketahui kemajuan (progress) yang dapat dicapai. Pertanggungjawaban atas
implementasi program harus lengkap dan disimpan dengan klasifikasi yang
jelas agar mudah ditemukan bila diperlukan untuk pengawasan.

Pimpinan satuan kerja akan didampingi secara intensif oleh Satuan


Pengawasan Intern. SPI mengawasi kinerja satuan kerja dan memberikan
masukan untuk peningkatan mutu kepada pimpinan satker. Implementasi
program dan anggaran satuan kerja akan diawasi oleh SPI agar berjalan secara
akuntabel. SPI akan mengidentifikasi area-area yang kritis dan perlu didalami
lebih lanjut oleh Inspektorat Jenderal dalam rangka perbaikan tata kelola.

31
b. Inspektorat Jenderal

Lapisan kedua pertahanan organisasi Kemendikbud adalah Inspektorat


Jenderal. Sebagai penjamin mutu dan konsultan manajemen, Inspektorat
Jenderal akan melakukan pembinaan dan pendampingan kepada satuan kerja.
Inspektorat Jenderal akan berkoordinasi dengan Satuan Pengawasan Intern
untuk melakukan pembenahan dan perbaikan tata kelola satuan kerja.
Inspektorat Jenderal tidak hanya berfokus untuk mencari kesalahan auditan
tetapi juga memberi apresiasi terhadap pencapaian yang diperoleh.

Inspektorat Jenderal menugaskan auditor sebagai penjembatan (Liaison Officer)


yang bertugas memantau kinerja auditan secara berkala dan mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi auditan dalam melaksanakan programnya. Tim LO
akan melaporkan hasil pemantauannya kepada Inspektur Jenderal untuk
dievaluasi dan menentukan strategi perbaikan yang dapat dilakukan. Secara
khusus tim LO akan memantau perkembangan tindak lanjut hasil pengawasan
Inspektorat Jenderal, BPKP, dan BPK-RI.

c. BPK-RI

Setelah Satuan Pengawasan Intern dan Inspektorat Jenderal melakukan


pembenahan dan perbaikan tata kelola, Badan Pemeriksa Keuangan sebagai
aparat pengawasan eksternal pemerintah akan melaksanakan audit keuangan.
BPK melakukan audit untuk menegakkan akuntabilitas pertanggungjawaban
keuangan negara. Dari hasil audit ini akan dikeluarkan opini penilaian kewajaran
penyajian informasi dalam laporan keuangan.

Opini atas laporan keuangan merupakan salah satu indikator kinerja utama dari
Kementerian/Lembaga yang menjadi tolok ukur keberhasilan. Opini Wajar
Tanpa Pengecualian menjadi keinginan dari pimpinan Kementerian/Lembaga
karena opini tersebut adalah penilaian terbaik, sedangkan opini Disclaimer
sangat dihindari karena merupakan penilaian yang buruk.

32
2. Strategi Audit Kinerja

Inspektorat Jenderal sejak tahun 2009 terus melakukan upaya pendampingan


terhadap penyusunan laporan keuangan. Upaya ini berhasil sejak tahun 2012 di
mana Kemendikbud memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian atas laporan
keuangannya yang pada tahun 2011 masih mendapatkan opini Disclaimer.
Akhirnya pada tahun 2018 dan 2019 Kemendikbud berhasil mendapatkan opini
terbaik yaitu Wajar Tanpa Pengecualian. Dengan capaian ini, maka Inspektorat
Jenderal saat ini akan memprioritaskan untuk melakukan audit kinerja.

Audit kinerja adalah audit yang berfokus pada kegiatan utama (core business) unit
utama untuk mengetahui akuntabilitas kinerja, proses bisnis, output yang
dihasilkan, dan sejauh mana kemanfaatan (outcome dan benefit) yang dirasakan
para pemangku kepentingan (stakeholder). Aspek kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan juga akan dilihat dalam audit kinerja.

3. Strategi Audit Berbasis Risiko

Inspektorat Jenderal menerapkan prinsip audit berbasis kinerja dalam


pelaksanaan auditnya. Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan audit buril (Desk Audit) secara
seksama agar dapat menentukan risiko kegiatan auditan. Penentuan tujuan audit
(Tentative Audit Objective) dalam program kerja audit dilakukan dengan
memprioritaskan kegiatan auditan yang berisiko tinggi.

Pelaksanaan audit berbasis risiko sangat tergantung pula pada tingkat


kematangan manajemen risiko dari auditan. Semakin tinggi tingkat kematangan
manajemen risiko auditan, maka audit yang dilakukan Inspektorat Jenderal akan
lebih mudah dan tidak terlalu mendalam. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
kematangan manajemen risiko auditan, maka Inspektorat Jenderal akan lebih
mendalam intensitas auditnya.

33
B. Strategi Pengembangan Organisasi

1. Strategi Manajemen Operasional

Manajemen operasional sehari-hari organisasi Inspektorat Jenderal dilaksanakan


dengan menerapkan lima prinsip sebagai berikut:

a. Legitimate

Inspektorat Jenderal harus memperoleh legitimasi terhadap pengawasan yang


dilakukannya. Saat ini Inspektorat Jenderal sudah memiliki Piagam Audit
(Internal Audit Charter) yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan mengatur secara jelas tugas, peran, dan kewenangan.

b. Integrity

Seluruh aparatur Inspektorat Jenderal harus memiliki integritas yang tinggi.


Kepatuhan terhadap Permendikbud No 16 tahun 2012 tentang Kode Etik
Pegawai Kemendikbud harus dilaksanakan secara konsisten. Kampanye anti
gratifikasi harus dilakukan oleh aparatur Inspektorat Jenderal sekaligus
menjadi teladan.

c. Harmony

Kegiatan Inspektorat Jenderal dijadwalkan secara harmonis baik yang bersifat


kepengawasan maupun penunjang. Kerjasama tim antara auditor maupun staf
sekretariat dijalin secara sinergis. Koordinasi selalu dilakukan secara berkala
dengan komunikasi yang intensif.

d. Proseperity

Pegawai Inspektorat Jenderal akan dijamin kesejahteraannya dengan


kompensasi yang sepadan dengan kinerjanya. Kegiatan dijadwalkan secara
proporsional agar dapat memberi peluang yang adil bagi seluruh pegawai
untuk memperoleh kesejahteraan dan pengalaman.

34
e. Sustainability

Kegiatan Inspektorat Jenderal harus berjalan secara berkesinambungan.


Keberlanjutan program yang telah selesai harus diikuti dengan program baru
yang selaras namun ditingkatkan kualitasnya. Pengembangan terus menerus
dilakukan demi terwujudnya peningkatan kapasitas organisasi.

2. Model Kapabilitas Organisasi Audit Internal

The Institute of Internal Auditor menetapkan model IACM (Internal Audit


Capability Model) yang mengklasifikasikan standar kapabilitas organisasi audit
internal secara internasional ke dalam 5 tingkatan dari yang paling rendah yaitu
Initial, Infrastructure, Integrated, Managed, dan Optimizing. Menurut hasil evaluasi
yang pernah dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) pada tahun 2015, Inspektorat Jenderal Kemendikbud masih berada pada
level 2 yaitu Infrastucture. Oleh karena itu untuk meningkatkan kapabilitas
organisasi, maka Inspektorat Jenderal akan melakukan upaya untuk mencapai
level 3 yaitu Integrated.

Model IACM menggunakan 6 indikator pengukuran kapabilitas organisasi audit


internal yang terdiri dari: (1) Pelayanan dan Peran Audit Internal; (2) Manajemen
SDM; (3) Penerapan Praktek Internasional; (4) Manajemen Kinerja dan
Akuntabilitas; (5) Hubungan Organisasi dan Budaya; dan (6) Struktur Tata Kelola.
Keenam indikator tersebut harus ditingkatkan kualitasnya hingga Inspektorat
Jenderal Kemendikbud lebih memiliki kapabilitas untuk menjalankan peran
sebagai penjamin mutu dan konsultan.

3. Penguatan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Inspektorat Jenderal memantau efektivitas implementasi SPIP di lingkungan


Kemendikbud. Itjen juga memberikan bimbingan teknis untuk meningkatkan mutu
SPIP di tiap unit utama. Itjen bekerjasama dengan Satuan Pengawasan Intern
pada satuan-satuan kerja melakukan penguatan pada kelima unsur SPIP yaitu

35
lingkungan pengendalian, analisis resiko, kegiatan pengendalian, komunikasi,dan
pemantauan.
Gambar 1d: 5 Komponen Pengendalian Intern

MONITORING
(ongoing)

}
RISK ASSESSMENT

INFRASTRUCTURE
CONTROL ACTIVITIES

INFORMATION AND
COMMUNICATION

CONTROL ENVIRONMENT
(foundation)

Sumber: Larry F. Konrath (1999)

Gambar 5.1: Unsur-unsur pengendalian

Inspektorat Jenderal mendorong Satuan Pengawasan Intern untuk melakukan


banyak pembinaan kepada satuan kerja antara lain pemantauan penyelesaian
tindak lanjut hasil pengawasan, pengendalian gratifikasi, whistle blower system,
manajemen risiko, dan lain-lain. Dengan pemantauan SPIP dan pembinaan
berkala, diharapkan organisasi Kemendikbud dapat berkembang menjadi lebih
baik.

C. Strategi Peningkatan Mutu Tata Kelola

1. Manajemen Risiko

Salah satu strategi tata kelola di negara maju adalah penerapan manajemen
risiko. Unit utama harus mengidentifikasi seluruh risiko yang ada dalam program
dan kegiatan serta memetakannya ke dalam kategori risiko rendah, sedang, dan
tinggi. Unit Utama harus mengendalikan risiko-risiko tersebut dan melakukan
mitigasi apabila risiko tersebut pada akhirnya benar-benar terjadi dan tidak bisa
dihindari lagi.
36
Tugas Inspektorat Jenderal adalah menjamin bahwa pengendalian atas risiko
pada tiap unit utama benar-benar dapat dijalankan. Di samping itu manajemen
risiko unit utama dapat digunakan oleh Inspektorat Jenderal sebagai bahan dalam
menyusun program kerja auditnya. Itjen akan memfokuskan auditnya kepada
kegiatan berisiko tinggi.

2. Penguatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

SAKIP merupakan alat bantu untuk menerapkan manajemen kinerja yang terukur
dan mudah ditelusuri per jenjang eselon. SAKIP adalah proses berjenjang dari
perencanaan, penetapan, pengukuran, pelaporan, dan evaluasi kinerja.
Pertanggungjawaban kinerja dapat diukur sejak Eselon I dari Indikator Kinerja
Utamanya diturunkan secara bertahap hingga ke Eselon IV yang kemudian
dijabarkan menjadi kinerja individual pegawai.

Inspektorat Jenderal mengawal keterlaksanaan SAKIP melalui kegiatan evaluasi.


Hasil evaluasi per unit utama akan dikompilasi menjadi nilai evaluasi SAKIP
Kemendikbud yang kemudian disampaikan kepada Kemen-PAN dan RB. Hasil
evaluasi SAKIP juga menjadi indikator keberhasilan tata kelola Kementerian di
samping opini Laporan Keuangan.

3. Penguatan Reformasi Birokrasi

Inspektorat Jenderal melakukan penguatan reformasi birokrasi di lingkungan


Kemendikbud. Itjen akan memantau implementasi 8 area perubahan yaitu
manajemen perubahan, penguatan organisasi, penguatan regulasi, penguatan
tatalaksana, penguatan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan,
penguatan akuntabilitas, dan penguatan layanan publik.

Penguatan reformasi birokrasi dilakukan setiap tahun sekali untuk mengetahui


area mana yang sudah mengalami peningkatan dan area mana yang masih perlu
pembenahan. Hasil penilaian reformasi birokrasi akan disampaikan kepada
Kementerian PAN dan RB sebagai bahan untuk penyusunan profil RB tingkat
nasional.
38
4. Peningkatan Sarana Prasarana Pengawasan

Inspektorat Jenderal akan meningkatkan sarana prasarana pengawasan menjadi


lebih modern dan canggih sesuai perkembangan teknologi terkini. Auditor Itjen
diharapkan lebih profesional dan independen dengan perlengkapan kerja yang
memadai.

D. Strategi Pengembangan Kompetensi

Inspektorat Jenderal berkomitmen tinggi untuk selalu meningkatkan kompetensi


pegawainya secara berkesinambungan. Kemajuan organisasi sangat ditentukan oleh
kompetensi SDM-nya. Pegawai Itjen akan ditingkatkan kompetensinya melalui
berbagai program pelatihan, workshop, bimbingan teknis, pendampingan, dan lain-
lain.

E. Strategi Peningkatan Kerjasama Pengawasan

Inspektorat Jenderal akan menjalin kerjasama yang solid dengan berbagai instansi
pemerintah meliputi sesama aparat pengawasan, aparat penegak hukum,
Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian, dan lembaga swadaya
masyarakat. Kerjasama di bidang pengawasan sangat dibutuhkan dalam rangka
memperluas cakupan wilayah yang dapat diawasi.

39
BAB VI
DESAIN PROGRAM INSPEKTORAT JENDERAL

A. Rancangan Kegiatan Strategis

1. Satuan Kerja dan Satuan Pendidikan menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi

2. Fasilitasi nilai-nilai integritas terhadap satuan pendidikan

3. Terbentuknya Komite Integritas Kemendikbud

4. Tersertifikasikannya auditor berstandar profesional

5. Meningkatnya kapasitas kelembagaan organisasi Inspektorat Jenderal sampai


dengan level 3 merujuk standar IACM

6. Kualitas Laporan Keuangan terus meningkat (WTP)

7. Penyelesaian tindak lanjut selesai pada exit meeting hasil pengawasan baik
internal maupun eksternal

B. Kegiatan Utama

Kegiatan utama Inspektorat Jenderal Kemendikbud merupakan kegiatan


pengawasan dan non kepengawasan yang terdiri dari:

1. Kegiatan Pengawasan

a. Audit Kinerja

b. Audit Program Strategis

c. Audit Tujuan Tertentu

d. Audit Investigasi

e. Pengumpulan Fakta

f. Audit Buril (Desk Audit)

40
g. Pengawasan Dini

h. Reviu RKA-K/L

i. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

j. Reviu Laporan Keuangan

k. Penyusunan Laporan Pengawasan Inspektorat

l. Penyusunan Kompilasi Laporan Pengawasan Bidang Substansi

2. Kegiatan Non Kepengawasan

a. Rapat Koordinasi Pengawasan

b. Rapat Kerja Inspektorat

c. Pelatihan Kantor Sendiri

d. Diskusi Round Table

e. Seminar

C. Kegiatan Pendukung

1. Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran

2. Kegiatan Hukum, Tatalaksana, dan Kepegawaian

3. Kegiatan Pengolahan Laporan Pengawasan

4. Kegiatan Umum

41
BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS

Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kemendikbud 2020-2024 yang ditetapkan ini


dapat terlaksana secara konsisten dan terukur melalui perencanaan program kerja
tahunan dan dievaluasi pada tiap akhir tahun untuk direviu dan dikaji keberhasilan dan
kendala yang dihadapi guna merumuskan kebijakan untuk tahun berikutnya. Renstra
yang merupakan pembangunan pengawasan pendidikan jangka menengah ini juga
diharapkan tetap dapat berkesinambungan dan berkelanjutan selaras dengan Renstra
Kemendikbud 2020-2024.

Keberhasilan implementasi Renstra Itjen Kemendikbud 2020-2024 ini bergantung pada


komitmen segenap pemangku kepentingan dalam mendukung pelaksanaan
pengawasan pendidikan nasional dan lebih khusus terletak pada kehendak dan
kesungguhan seluruh jajaran di lingkungan Itjen Kemendikbud untuk mewujudkan visi
dan misi yang secara bersama telah dirumuskan dan ditetapkan berlandaskan amanah
yang diemban oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

42

Anda mungkin juga menyukai