Disusun Oleh :
Nama : Heppy Kinasih
NIM :1831600943
A. Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi Inspektorat Jenderal dalam konteks ini menjadi lebih tinggi
dengan adanya tambahan tugas yang dipercayakan kepada Inspektorat Jenderal
dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain reviu Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKAK/L), evaluasi SAKIP Eselon I, reviu LAKIP
Kementerian, pemantauan tingkat kepatuhan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil
Negara (LHKASN), penilaian Reformasi Birokrasi, dan mendorong terwujudnya
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).
1
Terdapatnya oknum pejabat pendidikan yang tergelincir dalam tindak pidana korupsi
juga menjadi fenomena yang menjadi perhatian Inspektorat Jenderal. Kasus korupsi
yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) menjadi isu
penting dewasa ini. Terlibatnya oknum pejabat pendidikan dalam tindak pidana
korupsi merupakan aib besar yang mereduksi marwah Kemendikbud, karena
semestinya pendidikan merupakan benteng terakhir tempat bertanya publik tentang
nilai-nilai integritas dan kemuliaan diri. Inspektorat Jenderal ditantang untuk
berkontribusi dalam mengangkat marwah Kemendikbud kembali menjadi
Kementerian yang mulia.
Dihadapkan pada tantangan yang ada dan harapan agar Inspektorat Jenderal dapat
lebih meningkat kapabilitasnya menjadi organisasi audit internal modern, maka perlu
disusun perencanaan strategis yang merancang perubahan di masa depan.
Terpilihnya kembali Ir. Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia kedelapan pada
tahun 2019 dengan program Nawa Cita yang salah satu butirnya (butir kedua)
adalah “Penguatan efektivitas reformasi birokrasi dan tata kelola” menjadi rujukan
utama bagi Inspektorat Jenderal dalam menyusun rencana strategisnya.
2
2) Rencana Strategis sebagai arahan dalam pemantapan dan peningkatan
pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kemendikbud.
3) Adanya pergeseran paradigma (paradigm shift) dalam pendekatan proses
penyusunan rencana strategis dari yang bersifat top down mengarah kepada
pendekatan bottom up.
3
C. Ruang Lingkup
2. Analisis lingkungan
4
luas spektrumnya, maka visi perlu diterjemahkan ke dalam misi. Selanjutnya misi
dijabarkan ke dalam sasaran dan tujuan. Target spesifik per tahun dirumuskan
paling akhir dalam penyusunan tujuan organisasi.
5. Desain Program
Program dan kegiatan disusun paling akhir dalam tahapan penyusunan Renstra
karena perumusannya harus disesuaikan dengan tujuan organisasi. Program
dan kegiatan harus relevan dengan strategi pencapaian tujuan organisasi.
Program dan kegiatan harus dapat ditelusuri dan mempunyai keterjalinan
benang merah yang jelas dengan tujuan-tujuan organisasi yang akan dicapai.
5
D. Metodologi
Analisa Kekuatan
Lingkungan dan
Internal Kelemahan
Visi Misi
Strategi
Faktor-faktor Sasaran
Kunci Program
Keberhasilan
Tujuan
Monev
Analisa Peluang
Lingkungan dan
Eksternal Ancaman
6
BAB II
PROFIL DAN CAPAIAN INSPEKTORAT JENDERAL
A. Sejarah Singkat
Cikal bakal berdirinya institusi pengawasan pendidikan dimulai pada tahun 1949
saat terbentuknya jawatan inspeksi di pusat dan daerah yang bertugas membina
dan mengawasi teknis pendidikan dan kebudayaan. Pada tahun 1957 dibentuk
jawatan Inspeksi Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat di kabupaten dan
kecamatan, sedangkan di tingkat pusat dan provinsi dibentuk jawatan Inspeksi
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Kejuruan, Pendidikan
Jasmani, dan Kebudayaan.
Pada tahun 1966 jawatan Inspeksi Pusat berubah bentuk menjadi Direktorat dan di
provinsi dibentuk Kantor Daerah. Selanjutnya pada tahun 1968 dibentuk Bagian
Pengawasan dan Pemeriksaan yang kemudian ditingkatkan menjadi Biro
Pengawasan dan Pemeriksaan Administrasi (BPPA) di bawah Sekretariat Jenderal
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
7
Model) yang menjelaskan level 2 sebagai posisi di mana Inspektorat Jenderal
Kemendikbud belum dapat berperan dalam menyelesaikan masalah strategis,
memberi penjaminan atas efektivitas dan efisiensi, serta sistem peringatan dini
pencegahan korupsi.
C. Kewenangan
8
D. Struktur Organisasi
Inspektur Jenderal
Sekretariat
Inspektorat III
Inspektorat II
Inspektorat I
Ditjen
Ditjen Inspektorat
Ditjen PAUD, Kebudayaan,
Dikdasmen Investigasi
Setjen, dan Ditjen Guru dan
dan BPP
Itjen TK, dan
Bahasa
Balitbang
9
membawahi para auditor dan didukung urusan administrasinya oleh seorang
Kasubbag Tata Usaha.
E. Proses Bisnis
Audit yang dilakukan Inspektorat Jenderal adalah audit operasional yang bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana aspek 3 E (Ekonomis, Efektif, dan Efisien) dipenuhi
oleh auditan. Audit operasional juga dikenal dengan istilah audit kepatuhan
(Compliance Audit) karena menggunakan kriteria referensi regulasi peraturan
perundang-undangan sebagai rujukannya.
Di samping audit operasional dan audit kinerja, Inspektorat Jenderal juga melakukan
audit dengan tujuan tertentu dan audit investigasi. Inspektorat Jenderal merespon
pengaduan masyarakat secara hati-hati dan cermat dengan terlebih dahulu
melakukan penelaahan. Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa pengaduan
tersebut mempunyai substansi yang penting dan didukung dengan bukti awal yang
memadai, maka dilakukan pengumpulan fakta (Fact Finding). Selanjutnya bila
10
memang pengaduan tersebut benar-benar terungkap secara jelas dari bukti-bukti
yang terkumpul, maka dilakukan audit investigasi.
Selain melakukan bisnis utamanya, Inspektorat Jenderal juga memiliki bisnis lainnya
seperti evaluasi SAKIP/LAKIP, reviu Laporan Keuangan menuju opini Wajar Tanpa
Pengecualian, pendampingan/supervisi pengadaan barang/jasa, bimbingan teknis
penyusunan manajemen risiko, konsultasi Wilayah Bebas dari Korupsi, dan lain-lain.
Inspektorat Jenderal juga memiliki mitra pada tiap satuan kerja Kemendikbud yaitu
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerjanya. Keberadaan SPI akan membantu
Inspektorat Jenderal dalam mengidentifikasi titik-titik rawan pada implementasi
program satuan kerja. Inspektorat Jenderal secara berkala dan berkesinambungan
terus melakukan pembinaan teknis terhadap SPI untuk meningkatkan kompetensi
dan lebih memberdayakan peranannya.
Saat ini Inspektorat Jenderal mempunyai Sumber Daya Manusia sebanyak 420
orang yang terdiri dari 247 auditor yang diantaranya masih berstatus magang
sebanyak 30 orang. Tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal diemban oleh para
auditor yang terdiri dari 9 orang Pengendali Mutu, 101 orang Pengendali Teknis, 60
orang Ketua Tim, dan 78 orang anggota.
Di samping auditor, Inspektorat Jenderal juga didukung oleh 173 orang tenaga
kesekretariatan yang bertugas memberi bantuan manajemen organisasi dan
administrasi.
11
Sarjana Pendidikan, 3,5% Sarjana Teknik, 2,5% Sarjana Komputer dan 5,75%
Sarjana bidang lain.
Pada awalnya kantor Inspektorat Jenderal terletak di bilangan jalan Kramat Raya
terpisah dari komplek Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan. Kantor
Inspektorat Jenderal kemudian bergabung dengan komplek Depdikbud sejak tahun
1975 menempati gedung B bersama-sama dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan hingga tahun 1984 dan selanjutnya Inspektorat Jenderal menempati
gedung B secara mandiri yang memungkinkan posisinya untuk menjadi lebih
independen dan objektif.
Sarana prasarana gedung dan fasilitas pendukung operasional baik untuk auditor
maupun staf sekretariat saat ini sudah sangat memadai. Inspektorat Jenderal juga
telah memiliki perangkat program hubungan masyarakat (Public Relation) yang solid
antara lain laman (website), radio Itjen, majalah Forum Pengawasan, dan booklet
profil Itjen. Namun demikian Inspektorat Jenderal belum mampu mendayagunakan
Sistem Informasi Manajemen yang sudah ada secara optimal demi mendukung
operasional pengawasan auditor.
12
H. Capaian-capaian Inspektorat Jenderal
Capaian-capaian yang berhasil diraih pada kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
13
11. Tercapainya tingkat kepatuhan pelaporan LHKPN di lingkungan Kemendikbud
hingga mencapai 97% dari jumlah wajib lapor
16. Terbangunnya aplikasi Whistle Blower System yang dipandu oleh Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban
14
BAB III ANALISIS
LINGKUNGAN
Analisis lingkungan internal menguraikan kondisi yang ada dalam sumber daya
organisasi Inspektorat Jenderal. Tujuan dari analisis lingkungan internal adalah
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai berikut:
1. Kekuatan
15
l. Gedung Inspektorat Jenderal telah representatif dan diperlengkapi fasilitas
pendukung yang memadai antara lain poliklinik, perpustakaan, studio radio,
dan ruang sidang
m. Inspektorat Jenderal telah memiliki media komunikasi berskala nasional dan
internasional yang dapat diakses secara mudah
2. Kelemahan
16
1. Peluang
17
2. Ancaman
a. Masih ada sedikit satuan kerja yang belum membentuk Satuan Pengawasan
Intern
b. Satuan Pengawasan Intern yang sudah ada belum memiliki kapabilitas dan
independensi yang memadai
c. Kepuasan publik atas kinerja Kemendikbud rendah
d. Ketidakpuasan publik atas tindak lanjut pengaduan yang masih rendah
disebabkan keterbatasan sumber daya Inspektorat Jenderal
e. Kantor Akuntan Publik menunjukkan kinerja sebagai pembanding kinerja
Inspektorat Jenderal
f. Banyaknya tindak lanjut hasil pengawasan yang belum terselesaikan
menimbulkan potensi ketidakpercayaan BPK-RI dan BPK atas kinerja
Inspektorat Jenderal
g. Belum terumuskannya mekanisme kerjasama antara Kemendikbud dengan
aparat penegak hukum dalam penanganan masalah dugaan tindak pidana
18
6. Didukung sarana prasarana yang memadai
7. Berperan aktif dalam pencegahan korupsi
8. Berperan aktif dalam penguatan reformasi birokrasi
9. Menegakkan kode etik profesi auditor
19
BAB IV
VISI, MISI, DAN TUJUAN INSPEKTORAT JENDERAL
Usaha mencapai visi 2025 tersebut dibagi menjadi empat tema pembangunan
pendidikan nasional. Tahun 2015-2019 merupakan tema pembangunan ketiga,
dengan fokus pada penguatan layanan pendidikan, maka visi 2019 atau jangka
menengah adalah “Terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk
membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif”.
20
5 Teknik Parsial Meningkatkan teknik audit secara lebih
komprehensif dan berbasis risiko
21
Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2024
Visi Itjen Kemendikbud tersebut merupakan rumusan keadaan yang hendak dicapai
dan memberikan gambaran konsistensi kinerja Itjen selama 5 tahun (2020-2024)
serta gambaran menyeluruh mengenai peran dan fungsi Itjen dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu bahwa visi tersebut (1) dapat
memberikan arah pandangan ke depan terkait dengan kinerja dan peranan Itjen, (2)
dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin diwujudkan,
(3) ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah dipahami, (4) dirumuskan secara
singkat, padat dan mudah diingat, (5) dapat dilaksanakan secara konsisten dalam
pencapaian, dan (6) selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang
mungkin terjadi sehingga visi tersebut mempunyai sifat fleksibel.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujuidkan visi. Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024
adalah:
22
1. Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat;
Selaras dengan Misi Kemendikbud 2020-2024 tersebut, untuk mencapai Visi Itjen
Kemendikbud 2024, pernyataan Misi Itjen Kemendikbud 2020-2024 adalah sebagai
berikut.
23
Secara singkat, rumusan Misi Inspektorat Jenderal Kemendikbud 2020-2024 adalah:
Adapun tata nilai Kemendikbud yang menjadi rujukan tata nilai Itjen terdiri dari 7
(tujuh) butir yaitu integritas, kreatif dan inovatif, inisiatif, pembelajar, meritokrasi,
terlibat aktif, dan tanpa pamrih. Merujuk pada Tata Nilai Kemendikbud tersebut,
maka Tata Nilai Itjen Kemendikbud yang sejalan dengan Visi dan Misi Itjen juga
terdiri dari 7 (tujuh) butir, yakni: Kompeten, Keunggulan, Bertanggungjawab,
Profesional, Disiplin, Kemitraan, dan Keikhlasan.
24
Tata Nilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 4.3: Tata Nilai Kemendikbud dan Tata Nilai Inspektorat Jendral Kemendikbud
Dari tata nilai tersebut dipilih yang sesuai dengan fokus pengawasan pendidikan
2020-2024 dan dirangkum dalam satu kalimat motto Itjen Kemendikbud yang
merujuk pada motto Kemendikbud yaitu:
25
C. Tujuan Program Itjen Kemendikbud
Untuk menghasilkan visi dan misi Itjen Kemendikbud dirumuskan tujuan dan
sasaran program tahun 2020-2024 yang lebih jelas menggambarkan ukuran-ukuran
terlaksananya misi dan tercapainya visi. Tujuan program Itjen Kemendikbud 2020-
2024 dirumuskan berdasarkan pengawasan terhadap 4 aspek pengelolaan
pendidikan yakni (1) tugas dan fungsi/kinerja, (2) keuangan, (3) sarana/prasarana,
dan (4) sumber daya manusia. Tujuan dan sasaran program disusun berdasarkan
hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam rangka
mewujudkan visi dan misi. Pernyataan tujuan dilengkapi dengan sasaran program
sebagai ukuran kinerja. Sasaran program dilengkapi dengan target kinerja sehingga
menjadi ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi.
26
Kebudayaan yang keenam (T6) yaitu “peningkatan sistem tata kelola yang
transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik.” Penekanan terbesar atas
pencapaian tujuan ini adalah menjadi tanggung jawab dari Inspektorat Jenderal
Kemendikbud.
Kriteria penentuan tujuan tersebut adalah (1) sejalan dengan visi dan misi Itjen
2020-2024, (2) dapat menunjukkan suatu kondisi yang hendak dicapai, (3) dapat
dicapai dengan kemampuan Itjen saat ini, dan (4) dapat mengarahkan perumusan
sasaran strategis, strategi dan kebijakan, serta program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi Itjen.
27
Tabel 4.2: Sasaran Program Itjen
No Kondisi
INDIKATOR 2020 2021 2022 2023 2024
2019
KINERJA
28
E. Program Itjen Kemendikbud
Kondisi
No INDIKATOR KINERJA 2020 2021 2022 2023 2024
2019
29
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur dijabarkan ke dalam
5 jenis kegiatan pada level esselon II sebagai berikut:
30
BAB V
STRATEGI-STRATEGI INSPEKTORAT JENDERAL
A. Strategi Pengawasan
Tata kelola yang baik dapat dianalogikan sebagai benteng pertahanan yang
mempunyai tiga lapis penjagaan. Tiap lapisan harus dijaga dengan sebaik-baiknya
hingga tidak ada kemungkinan untuk disusupi oleh perbuatan menyimpang.
Apabila lapisan terluar dapat dirusak oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,
maka lapisan kedua akan melindungi, demikian selanjutnya.
The Institute of Internal Audit (IIA) merumuskan strategi 3 Lini Pertahanan yang
terdiri dari Satuan Pengawasan Intern, Inspektorat Jenderal, dan BPK-RI. Berikut
adalah uraian singkat dari strategi ini.
Lapisan pertama dari pertahanan organisasi adalah tata kelola yang baik.
Kemendikbud harus dikelola dengan manajemen yang efektif dan efisien.
Perencanaan kinerja dirancang secara tepat agar dapat diukur pencapaiannya
secara akurat. Implementasi program dipantau secara reguler sehingga bisa
diketahui kemajuan (progress) yang dapat dicapai. Pertanggungjawaban atas
implementasi program harus lengkap dan disimpan dengan klasifikasi yang
jelas agar mudah ditemukan bila diperlukan untuk pengawasan.
31
b. Inspektorat Jenderal
c. BPK-RI
Opini atas laporan keuangan merupakan salah satu indikator kinerja utama dari
Kementerian/Lembaga yang menjadi tolok ukur keberhasilan. Opini Wajar
Tanpa Pengecualian menjadi keinginan dari pimpinan Kementerian/Lembaga
karena opini tersebut adalah penilaian terbaik, sedangkan opini Disclaimer
sangat dihindari karena merupakan penilaian yang buruk.
32
2. Strategi Audit Kinerja
Audit kinerja adalah audit yang berfokus pada kegiatan utama (core business) unit
utama untuk mengetahui akuntabilitas kinerja, proses bisnis, output yang
dihasilkan, dan sejauh mana kemanfaatan (outcome dan benefit) yang dirasakan
para pemangku kepentingan (stakeholder). Aspek kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan juga akan dilihat dalam audit kinerja.
33
B. Strategi Pengembangan Organisasi
a. Legitimate
b. Integrity
c. Harmony
d. Proseperity
34
e. Sustainability
35
lingkungan pengendalian, analisis resiko, kegiatan pengendalian, komunikasi,dan
pemantauan.
Gambar 1d: 5 Komponen Pengendalian Intern
MONITORING
(ongoing)
}
RISK ASSESSMENT
INFRASTRUCTURE
CONTROL ACTIVITIES
INFORMATION AND
COMMUNICATION
CONTROL ENVIRONMENT
(foundation)
1. Manajemen Risiko
Salah satu strategi tata kelola di negara maju adalah penerapan manajemen
risiko. Unit utama harus mengidentifikasi seluruh risiko yang ada dalam program
dan kegiatan serta memetakannya ke dalam kategori risiko rendah, sedang, dan
tinggi. Unit Utama harus mengendalikan risiko-risiko tersebut dan melakukan
mitigasi apabila risiko tersebut pada akhirnya benar-benar terjadi dan tidak bisa
dihindari lagi.
36
Tugas Inspektorat Jenderal adalah menjamin bahwa pengendalian atas risiko
pada tiap unit utama benar-benar dapat dijalankan. Di samping itu manajemen
risiko unit utama dapat digunakan oleh Inspektorat Jenderal sebagai bahan dalam
menyusun program kerja auditnya. Itjen akan memfokuskan auditnya kepada
kegiatan berisiko tinggi.
SAKIP merupakan alat bantu untuk menerapkan manajemen kinerja yang terukur
dan mudah ditelusuri per jenjang eselon. SAKIP adalah proses berjenjang dari
perencanaan, penetapan, pengukuran, pelaporan, dan evaluasi kinerja.
Pertanggungjawaban kinerja dapat diukur sejak Eselon I dari Indikator Kinerja
Utamanya diturunkan secara bertahap hingga ke Eselon IV yang kemudian
dijabarkan menjadi kinerja individual pegawai.
Inspektorat Jenderal akan menjalin kerjasama yang solid dengan berbagai instansi
pemerintah meliputi sesama aparat pengawasan, aparat penegak hukum,
Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian, dan lembaga swadaya
masyarakat. Kerjasama di bidang pengawasan sangat dibutuhkan dalam rangka
memperluas cakupan wilayah yang dapat diawasi.
39
BAB VI
DESAIN PROGRAM INSPEKTORAT JENDERAL
1. Satuan Kerja dan Satuan Pendidikan menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi
7. Penyelesaian tindak lanjut selesai pada exit meeting hasil pengawasan baik
internal maupun eksternal
B. Kegiatan Utama
1. Kegiatan Pengawasan
a. Audit Kinerja
d. Audit Investigasi
e. Pengumpulan Fakta
40
g. Pengawasan Dini
h. Reviu RKA-K/L
e. Seminar
C. Kegiatan Pendukung
4. Kegiatan Umum
41
BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI RENCANA STRATEGIS
42