NIM : 121710045 PRODI : PPKn KELAS : B PAGI SEMESTER : 6 (ENAM) MAKUL : HUKUM ADAT DOSEN :YULIANANINGSIH, MH, M.Pd
A. Pengertian Hukum Adat Menurut Masyarakat Daerah
Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis yang telah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu dan masih diyakini dan ditaati sampai sekarang guna untuk mengatur kehidupan bermasyarakat di daerah tersebut tempat mereka tinggal.
B. Pengertian Hukum Adat Menurut Para Sarjana
1. Menurut Prof. DR.Soepomo,SH dalam bukunya “beberapa catatan mengenai hukum adat” menyatakan bahwa hukum adat itu sebagai hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan-peraturan legislatif, meliputi peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib, tetapi tetap ditaati dan didukung oleh masyarakat berdasarkan atas keyakinannya bahwasanya peraturan- peraturan tersebut memiliki kekuatan hukum. 2. Menurut DR.Sukanto dalam bukunya “Meninjau hukum adat Indonesia” menyatakan bahwa hukum adat sebagai kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan berifat paksaan, mempunyai sanksi, jadi mempunyai akibat hukum. 3. Prof.MM.Djojodigoeno, SH dalam bukunya “asas-asas hukum adat” menyatakan bahwa hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber pada peraturan-perturan. 4. Mr.J.H.P.Bellefroid dalam bukunya “Inleiding tot de Rechtsweten schpin in Nederland” menyatakan bahwa hukum adat sebagai peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, tetap dihormati dan ditaati oleh rakyat dengan bahwa peraturan-peraturan tersebut berlaku sebagai hukum. 5. Prof.Mr.C.Van Vollenhoven dalam bukunya “Het Adatrecht van nederlandsch Indie Jilid 1” menyatakan bahwa hukum adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu dan alat-alat kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya dn diadakan sendiri oleh kekuasaan Belanda dahulu. 6. Mr.B.Ter Haar Bzn dalam pidato dies natalis tahun 1930 yang berjudul “Peradilan Landraad” berdasarkan hukum tidak tertulis” menyatakan bahwa hukum adat lahir dari dan dipelihara oleh keputusan-keputusan, keputusan para warga masyarakat hukum terutama keputusan berwibawa dari kepala-kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum, atau dalam hal bertentangan dengan kepentingan keputusan para hakim yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan itu karena kewenangan atau kurang pengertian, tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, melainkan senafas, seirama dengan kesadaran tersebut, diterima/diakui atau setidak-tidaknya ditolernsikan olehnya. 7. Menurut Prof.Dr,Hazairin dalam pidato Inaugurasinya yang berjudul “Kesusilaan dan Hukum” tahun 1952 menyatakan bahwa hukum adat adalah endapan (resapan) kesusilaan dalam masyarakat yaitu bahwa keidah-kaidah adat itu berupa kaidah-kaidah kesusilaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam masyarakat itu. 8. Roelof van Dijk dalam bukunya “Pengantar Hukum adat di Indonesia” menyatakan bahwa hukum adat itu adalah istilah untuk menunjukkan hukum yang tidak dikodifikasikan dikalangan orang Indonesia asli dan kalangan orang timur asing (cina, arab, dan lainnya). 9. Hasil seminar hukum adat tahun1975 di Yogyakarta menytakan bahwa hukum adat adalah hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam perundang-undangan yang di sana sini mengandung unsur agama.
C. Pengertian Hukum Adat Menurut Yang Lainnya
Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan- peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan. Istilah “Hukum Adat” dikemukakan pertama kalinya oleh Prof.Dr. Cristian Snouck Hurgronye dalam bukunya yang berjudul “De Acheers” (orang-orang Aceh), yang kemudian diikuti oleh Prof.Mr.Cornelis van Vollen Hoven dalam bukunya yang berjudul “Het Adat Recht van Nederland Indie”. Dengan adanya istilah ini, maka Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir tahun 1929 meulai menggunakan secara resmi dalam peraturan perundangundangan Belanda. Istilah hukum adat sebenarnya tidak dikenal didalam masyarakat, dan masyarakat hanya mengenal kata “adat” atau kebiasaan. Adat Recht yang diterjemahkan menjadi Hukum Adat dapatkah dialihkan menjadi Hukum Kebiasaan.