Anda di halaman 1dari 22

LINGKUNGAN DAN MASALAHNYA

(PENEGAKAN HUKUM DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN)

DIAJUKAN GUNA MEMENUHI TUGAS KELOMPOK MATAKULIAH


PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU : ADELINA YURISTIA, M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK : 4

BAHAUDDIN 0309183132

INDAH SYAHFITRI BR BANGUN 0309182074

IRMA YANTHI HASIBUAN 0309182064

KHAIRUL ANWAR 0309183150

NURANI SIAGIAN 0309181016

RETNO DWI BELLA NIRWANA 0309182070

SITI NUR LAILA 0309183134

SRI LISWATI 0309182078

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Pembelajaran Berbasis Lingkungan yang dibimbing oleh Adelina Yuristia,
M.Pd.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaiqum Warahmatullahi Wabaratuh.

Medan, 22 Oktober 2019

Penulis

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Makalah......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Penegakan Hukum.................................................................................................3

1. Pengertian Penegakan Hukum................................................................................3

2. Masalah Penegakan Hukum Dalam Hal Lingkungan.............................................4

3. Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan .........7

B. Kebijakan Pembangunan........................................................................................8

1. Pengertian Kebijakan Pembangunan......................................................................8

2. Masalah Kebijakan Pembanguna............................................................................9

BAB III SOLUSI.....................................................................................................12

A. Penegakan Hukum...............................................................................................12

B. Kebijakan Pembangunan......................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penegakan hukum dapat berpotensi menjadi salah satu sumber munculnya


permasalah lingkungan. Seperti pemberian izin usaha, izin mendirikan bangunan, dan
izin eksploitasi sumber daya alam di suatu lokasi, tak jarang diberikan oleh
pemerintah tanpa studi AMDAL( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) lebih
dahulu, terutama di era otonomi saat ini. Penindakan terhadap pelaku illegal Loging
belum berjalan efektif karena terkendala oleh banyak hal. Komitmen peraturan
pemerintah terhadap permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan masalah
lingkungan akan sangat berperan bagi muncul tidaknya permasalahan lingkungan.

Di lingkungan, semua kebutuhan hidup manusia telah tersedia sehingga ada


upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mengeksploitasi lingkungannya demi
hajat hidupnya, karenanya, merupakan hal yang sangat wajar bila interaksi manusia
dengan lingkungannya yang akan berlangsung berkelindah dan terus-menerus.
Dengan adanya interaksi ini, maka dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan juga
akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Sikap dan perilaku manusia akan
menentukan baik buruknya kondisi suatu lingkungan. Sebaliknya, bagaimana
manusia memperlakukan lingkungan dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas
kehidupan manusia itu sendiri.

Pada kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah akan turut


mewarnai bentuk kondisi lingkungan. Paradigma pembangunan yang berorientasi
pembangunan ekonomi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi cenderung
mengabaikan kondisi lingkungan, baik lingkungan alam maupun social budaya.

B. Rumusan Masalah

1. Penegakan Hukum

1
a) Apa yang dimaksud dengan penegakan hukum?
b) Bagaimana masalah penegakan hukum dalam hal lingkungan?
c) Bagaimana peraturan pemerintah tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup?

2. Kebijakan Pembangunan

a) Apa yang dimaksud kebijakan pembangunan ?


b) Bagaimana masalah kebijakan pembangunan dalam hal lingkungan?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian penegakan hukum.


2) Untuk mengetahui penyebab permasalahan penegakan hukum.
3) Untuk mengetahui bagaimana peraturan pemerintah tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
4) Untuk mengetahui pengertian kebijakan pembangunan.
5) Untuk mengetahui penyebab permasalahan kebijakan pembangunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENEGAKAN HUKUM

1. Pengertian Penegakan Hukum

Definisi penegakan hukum menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)


memiliki arti yang sangat luas meliputi segi prepentif dan represif, cocok dengan
kondisi Indonesia yang unsur pemerintahannya turut aktif dalam meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Penegakan hukum menurut :

a) Satjipto Rahardjo : merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-


keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum yang
dimaksudkan di sini yaitu yang merupakan pipikiran-pikiran badan
pembentuk undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan
hukum itu. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam
peraturan hukum, turut menetukan bagaimana penegakan hukum itu
dijalankan. Dengan demikian pada gilirannya, proses penegakan hukum itu
memuncak pada pelaksanaannya oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri.
Dari keadaan ini, dengan nada ekstrim dapat dikatakan bahwa keberhasilan
ataupun kegagalan para penegakan hukum dalam melaksanakan tugasnya
sebetulnya sudah dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan itu
dibuat. Sementara itu Satjipto Rahardjo, membedakan berbagai unsur yang
berpengaruh dalam proses penegakan hukum berdasarkan derajat
kedekatannya pada proses, yakni yang agak jauh dan yang agak dekat.
Berdasrkan kedekatan tersebut, maka Satjipto Rahardjo membedakan 3 unsur
utama yang telibat dalam proses penegakan hukum yaitu :
1) Unsur pembuatan undang-undang (lembaga legislatif).
2) Unsur penegakan hukum (polisi, jaksa, dan hakim).
3) Unsur lingkungan yang meliputi (pribadi warga Negara dan sosial.

3
b) Soerjono Soekanto : dipengaruhi oleh 5 faktor tentang penegakan hukum
yaitu:
1) Faktor hukum atau perturan perundang-undangan.
2) Faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat
dalam proses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan
dengan masalah mentalitas.
3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum.
4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan social dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan;berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan
hukum yang merefleksikan dalam perilaku masyarakat.
5) Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Penegakan hukum dapat berpotensi menjadi salah satu sumber munculnya


permasalah lingkungan. Seperti pemberian izin usaha, izin mendirikan bangunan, dan
izin eksploitasi sumber daya alam di suatu lokasi, tak jarang diberikan oleh
pemerintah tanpa studi AMDAL( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) lebih
dahulu, terutama di era otonomi saat ini. Penindakan terhadap pelaku illegal Loging
belum berjalan efektif karena terkendala oleh banyak hal. Komitmen peraturan
pemerintah terhadap permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan masalah
lingkungan akan sangat berperan bagi muncul tidaknya permasalahan lingkungan.

2. Masalah Penegakan Hukum Dalam Hal Lingkungan

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya


alam, berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam lain termasuk ke dalam
sumberdaya alam yang terganti maupun yang tak terganti. Namun demikian harus
disadari bahwa sumberdaya alam mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu
keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya
alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Banyaknya
penebangan kayu pada kawasan hutan produksi yang tidak sesuai atau tidak diketahui

4
mempunyai izin, Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik
dan kebijakan. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat
ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya,
sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan itu sendiri.
Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan
aktivitas manusia sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa udara dan air.
Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan
sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak
ditentukan oleh aktivitas manusia.

Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang


diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air,
pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari
aktivitas manusia, pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Salah satu
kegiatan manusia yang sangat merusak lingkungan adalah penebangan hutan secara
liar. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang- undang No 41 tahun 1999 tentang kehutanan
(selanjutnya disebut Undang-undang Kehutanan), hutan adalah suatu kesatuan
ekosistem yang terdiri dari hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang
di dominasi oleh pepohonan, memberikan manfaat yang sangat besar bagi manusia.
Baik manfaat yang diberikan secara lansung, seperti menghasilkan kayu, rotan dan
madu yang memilki nilai ekonomi tinggi, maupun manfaat yang diberikan secara
tidak lansung seperti menyerap air, mencegah banjir dan mencegah terjadinya polusi.
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan yang kerap tejadi dalam
masalah penegakan hukum berwawasan lingkungan masih sering terjadi dan banyak
contoh kasus-kasus permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan.

a) Masalah Pemberian Izin Usaha Terkaitan dengan Lingkungan

Salah satu aturan tersebut adalah aturan tentang izin usaha pemanfaatan hasil
hutan kayu pada hutan produksi seluruh jenis perizinan merupakan kewenangan yang
telah diserahkan kepada daerah sehubungan dengan adanya otonomi daerah. Hal ini

5
dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri no 24 tahun 2006 tentang
perizinan pasal 1 angka 8 yang menyatakan bahwa : “Izin adalah dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah dan peraturan
lainnya yang merupakan bukti legalitas yang menyatakan syah atau diperbolehkannya
seseorang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan tertentu baik dalam bentuk
izin ataupun tanda daftar perusahaan”. Begitu juga tentang perizinan dibidang
kehutanan. Sebagaimana terdapat dalam penjelasan pasal 14 ayat 2 Undang- Undang
No. 32 tahun 2004 disebutkan yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan yang
secara nyata ada” dalam ketentuan ini sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi
yang dimiliki antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan
dan pariwisata.

b) Masalah Illegal Loging

Pada abad ke 21 merupakan abad dimana umat manusia mengalami evolusi


dan kemajuan yang cukup signifikan di berbagai aspek. Dalam beberapa hal yang
dahulunya belum dapat teratasi, kini telah dapat ditangani dengan berbagai macam
modern yang mutakhir. Namun sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa dampak
yang ditimbulkan. Salah satunya dalam hal pemanfaatan sumber daya alam,
khususnya hutan. Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Pemanfaatan dan
pengelolaan sector kehutanan adalah salah satu bagian yang esensial dalam
pengelolaan lingkungan hidup dimana telah menjadi sorotan bukan hanya nasional,
akan tetapi telah menjadi wacana global. Tak dapat dipungkiri, eksistensi hutan
sangatlah esensial dan memiliki berbagai manfaat baik secara langsung (Tangible)
atupun secara tidak lansung (Intangible). Secara langsung hutan memainkan perannya
sebagai tempat penyedian kayu, habitat bagi berbagai flora dan fauna, dan sebagai
lokasi beberapa hasil tambang. Ilegal logging meliputi serangkain pelanggaran
peraturan yang mengakibatkan eksploitasi sumber daya hutan yang berlebihan.

6
Pelanggaran ini terjadi disemua lini tahapan produksi kayu, misalnya pada tahapan
penebangan, tahapan pengangkutan kayu, tahapan pemprosesan, dan tahap
pemasaran, serta meliputi cara-cara yang korup untuk mendapatkan akses ke hutan
dan pelanggaran keuangan seperti penghindaran pajak.

3. Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Ruang lingkup hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan


Republik Indonesia yang ber-Wawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan,
hak berdaulat, dan yuridiksinya. Hal ini berarti bahwa Pemerintah berkewajiban
untuk mengelola lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup di ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia. Oleh karena itu, maka
pemerintah mempunyai fungsi sebagai pemegang kendali dalam kegiatan-kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Pemerintah adalah sebagai perangkat untuk
membuat aturan yang berbentuk pranata yang fokusnya adalah pengelolaan secara
lestari dan berkelanjutan.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pengelolaan lingkungan hidup
termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan
kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan
dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan
lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumber
daya manusia dan kemitraan lingkungan. Dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 beserta perubahannya sebagai landasan
konstitusional mewajibkan agar sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-

7
besarnya kemakmuran rakyat, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Seiring dengan kebutuhan pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mengatasi banyak masalah, akan tetapi pengalaman
menunjukkan bahwa pembangunan dapat dan telah menimbulkan berbagai dampak
negatif.

Konsep pembangunan yang tidak berkelanjutan dan tidak berwawasan


lingkungan bukan hanya akan memperparah masalah-masalah lingkungan dan sosial
yang ada namun juga akan memicu timbulnya masalah-masalah lingkungan yang
baru, antara lain masalah kerusakan hutan dan lahan, kerusakan pesisir dan laut,
pencemaran air, tanah dan udara, permasalahan lingkungan perkotaan dan
kemasyarakatan. Permasalahan kebijakan pengelolaan lingkungan, pemerintah
menerbitkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 yang disempurnakan melalui
penerbitan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terbitnya Undangundang Nomor 32 Tahun 2009
tersebut tampaknya memang ditujukan untuk lebih memperkuat aspek perencanaan
dan penegakan hukum lingkungan hidup, yang mana terlihat dari struktur undang-
undang yang lebih dominan dalam mengatur aspek perencanaan dan penegakan
hukum. Kasus pencemaran dan perusakan lingkungan ini adalah sangat berbahaya
bagi kesejahteraan umat manusia.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

1. Pengertian Kebijakan Pembangunan

Secara etimologi, pembangunan berarti bangun, bangun berarti sadar siuman,


bergerak, bangkit, dan berdiri. Dalam arti bentuk (ilmu bangun), bangun berarti
bangun persegi panjang sedangkan dalam arti kata kerja, bangun adalah membuat,
mendirikan atau membina. Apabila dilihat dari segi etimologi, konsep pembangunan
meliputi (anatomik bentuk) fisiologi (kehidupan), behavioral (perilaku). Sementara

8
menurut pendapat beberapa ahli terkait pengertian pembangunan, adalah sebagai
berikut:

1. Pontoh dan Kustiwan mendefinisikan mengenai pembangunan adalah suatu


proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana; sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.
2. Kartz mengartikan pembangunan sebagai perubahan yang lebih luas dari
masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai kepada
keadaan yang lebih bernilai.
Berdasarkan berbagai definisi pembangunan yang bervariasi di atas, maka kita
bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa. Pembangunan adalah kegiatan atau usaha
secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu masyarakat
menuju kondisi yang lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan fisik-nonfisik,
material-spiritual, meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat. Kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah akan turut mewarnai bentuk
kondisi lingkungan. Paradigma pembanguna yang berorientasi pembangunan
ekonomi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi cenderung mengabikan kondisi
lingkungan, baik lingkungan alam maupun social budaya.
2. Masalah Kebijakan Pembangunan
a) Tekanan Penduduk
Tekanan penduduk merupakan masalah pembangunan yang utama dan sukar
diatasi, para ahli menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara berkembang
harus segera diatasi untuk dapat mempercepat laju perkembangan ekonomi, yaitu
dengan program menekan laju pertambahan penduduk. Pada umumnya di Negara
yang sedang berkembang, pertambahan penduduk sangat tinggi  dan besar jumlahnya.
Jumlah penduduk yang besar  dapat menimbulkan: Jumlah pengangguran tinggi;
Jumlah tenaga kerja bertambah; Perpindahan penduduk dari desa ke kota;
Pengangguran dikota besar bertambah; Tingkat kemiskinan meningkat. Namun
usaha menekan laju pertambahan penduduk menghadapai beberapa kendala, seperti
ekonomi, sosial budaya, keagamaan, politik. Masalah tersebut yang menghambat

9
usaha menekan pertambahan penduduk dalam waktu yang singkat. Beberapa alasan
yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat
strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah yaitu :
Pertama, kependudukan, dalam hal ini adalah penduduk merupakan pusat
dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan.  Penduduk
adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka
penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak
pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk
yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan
dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat
berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan
tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk
dalam arti yang luas.
Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi
dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang
besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan
pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika
diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai
beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam
jangka yang panjang. Karena  dampaknya baru terasa dalam jangka waktu yang
panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan.
Sebagai contoh,beberpa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa
ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun
kedepan atau satu genarasi. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi
sumberdaya manusia Indonesia pada generasi mendatang. Demikian pula, hasil
program keluarga berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru
dapat dinikmati dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak
diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama
artinya dengan “menyengsarakan” generasi berikutnya.

10
b) Kemiskinan
Kemiskinan sering kali menjadi masalah yang tidak pernaha terselesaikan
dalam setiap tahapan pembangunan ekonomi Negara berkembang. Hal tersebut
diakibatkan adanya siklus yang terjadi secara berulang dan sulit terselesaikan,
yangsering diistilahkan dengan lingkaran kemiskinan yang merupakan serangkaian
kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
keadaan dimana suatu Negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak
kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan. Mengapa kemiskinan menjadi salah
satu masalah dalam pembangunan ekonomi ?. Hal ini dikarenakan pembangunan
ekonomi yang tujuan salah satunya adalah untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat atau mensejahterakan masyarakat, apabila semangkin banyaknya
kemiskinan di suatu Negara maka tujuan dari pembanguna ekonomi tersebut tidak
terpenuhi atau tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka dari itu
banyaknya angka kemiskinan pada suatu Negara sangat berpengaruh terhadap
jalannya pembangunan ekonomi.

BAB III

11
SOLUSI

A. PENEGAKAN HUKUM

Hukum Lingkungan Modern menetapkan ketentuan dan norma-norma guna


mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari
kerusakan dan kemerosotan mutunya, demi untuk menjamin kelestariannya agar
dapat digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. Hukum
Lingkungan Klasik atau use oriented law menetapkan norma-norma dengan tujuan
terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumbersumber daya
lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil
semaksimal dan dalam jangka waktu yang sesingkat singkatnya. Dikemukakan pula
bahwa terdapat adanya pendapat keliru yang menyatakan bahwa penegakan hukum
hanyalah melalui proses di pengadilan. Disamping itu seolah-olah penegakan hukum
adalah semata-mata tanggung jawab penegakan dari aparat penegakan hukum.
Padahal sesunguhnya, penegakan hukum adalah kewajiban dari seluruh anggota
masyarakat, sehingga untuk itu pemahaman tentang hak dan kewajiban menjadi
syarat mutlak. Dengan adanya masalah pemanfaatan lingkungan yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan maka akan berdampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu solusi dari permasalahan tersebut ialah :

1) Sanksi Administratif
Sanksi administratif merupakan tindakan hukum yang pertama diberikan
terhadap pelaku yang melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan,
Sanksi administratif mempunyai fungsi instrumental, yaitu pencegahan dan
penanggulangan perbuatan terlarang dan terutama ditujukan terhadap
perlindungan kepentingan yang dijaga oleh 7 ketentuan hukum yang dilanggar
tersebut. Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara preventif dan
represif. Penegakan hukum preventif berarti pengawasan aktif dilakukan
terhadap kepatuhan atas peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut
peristiwa konkrit yang menimbulkan dugaan bahwa peraturan hukum telah

12
dilanggar. Upaya ini dapat dilakukan dengan pemantauan dan penggunaan
kewenangan yang bersifat pengawasan.
2) Sanksi Perdata
Sanksi Perdata merupakan tindakan hukum yang kedua yang diberikan
terhadap pelaku yang melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan.
Berdasarkan pasal 84 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan
bahwa terhadap penyelesaian sengketa lingkungan hidup untuk menggugat
ganti kerugian dan atau biaya pemulihan lingkungan hidup yaitu :
a. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan.
b. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan.

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan menurut Pasal 85


dan Pasal 86 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa penyelesaian sengketa
lingkungan hidup diluar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian dan/mengenai tindakan tertentu guna
menjamin tidak terjadinya atau terulangnya dampak negative terhadap lingkungan
hidup. Hal ini dilakukan secara sukarela oleh pihak yang berkepentingan, yaitu pihak
yang dirugikan dan yang mengakibatkan kerugian, instansi pemerintah yang terkait
serta dapat pula melibatkan pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan hidup. Penyelesaian melalui cara ini dilakukan dengan cara mediasi
lingkungan, akibat hukum mediasi lingkungan yang oleh para pihak biasanya
dituangkan dalam bentuk persetujuan mediasi tertulis yang dianggap berkekuatan
hukum sebagai kontrak yang tunduk pada ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Namun harus diingat bahwa mediasi lingkungan tidak menjangkau
penyelesaian aspek pidananya. Yang diselesaikan hanyalah menyangkut aspek
perdatanya saja, dengan demikian meskipun kesepakatan terlaksana hal ini tidak
menjadi halangan untuk melakukan tuntutan pidana.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

13
Hakekatnya, pelaksanaan pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ibarat suatu sistem, maka keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Secara umum, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan mutu hidup rakyat
dan memenuhi kebutuhan dasar (human needs) rakyat yang lebih baik. Dalam upaya
memperbaiki mutu hidup rakyat, sebagaimana tujuan dari pembangunan, maka
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih
tinggi seharusnya dipelihara dari kerusakan. Pemeliharaan lingkungan hidup
diupayakan dalam rangka menghindari terjadinya kepunahan kehidupan. Dengan kata
lain, apabila terjadi kerusakan, kemerosotan yang parah pada ekosistem tempat hidup
manusia, maka kedepannya kehidupan manusia akan mengalami kesulitan yang
banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak
terjadi. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam pelaksanaan pembangunan di
Indonesia diharapkan dapat berkelanjutan. Meski, dalam kenyataannya,
pembangunan di Indonesia tak jarang masih lalai dalam memperhatikan kelestarian
lingkungan. Oleh karena itu, mengingat pentingnya pembangunan berkelanjutan,
maka diperlukan upaya-upaya yang diharapkan dapat menjadi pembuka jalan dalam
mendukung dan melestarikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan di Indonesia. Maka solusi dari adanya permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yaitu :

Indonesia termasuk salah satu negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya


sangat tinggi. Hal ini bisa memberikan dampak negatif bagi suatu negara bila tidak
diatasi dengan benar. Berikut ini beberapa cara mengatasi pertumbuhan penduduk
yang tinggi:

A. Tekanan Penduduk

1. Menggalakkan Program Transmigrasi

Indonesia termasuk salah satu negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya


sangat tinggi. Hal ini bisa memberikan dampak negatif bagi suatu negara bila tidak
diatasi dengan benar. Salah satu program mengatasi kepadatan penduduk tanpa

14
menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan menggalakan program transmigrasi.
Transmigrasi merupakan program penduduk dari wilayah yang banyak atau padat
penduduknya ke wilayah yang masih jarang penduduknya. Transmigrasi ini akan
mendorong terjadinya pemerataan. Jika penduduknya sudah merata maka hal ini akan
mendorong terjadinya pemerataan pembangunan. Program transmigrasi akan
mengurangi kepadatan penduduk di daerah yang padat dan akan dialihkan ke
wilayah-wilayah Indonesia yang penduduknya belum terlalu padat. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwasannya wilayah di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
paling banyak, bahkan menjadi yang paling padat adalah di Pulau Jawa. Bahkan
Pulau Jawa juga dikenal sebagai salah satu pulau terpadat di dunia. Selama ini
pemerintah Indonesia sudah melakukan program transmigrasi besar- besaran.

2. Pemerataan Lapangan Kerja


Tidak dipungkiri bahwa kebanyakan alasan mengapa orang-orang suka
berpindah tempat kerja yang banyak dikemukakan adalah karena urusan pekerjaan.
Memang benar, lapangan jumlah  kerja saat ini masih timpang dimana hanya di
daerah-daerah yang ramai seperti kota besar saja yang banyak. Selain itu lapangan
kerja ini juga biasanya ditemukan di daerah-daerah yang sudah banyak penduduknya,
karena hal ini berarti tenaga kerja tidak langka sehingga produsen bisa menekan gaji
pegawai. Nah, di Indonesia sendiri, coba kita tengok kira-kira di Pulau Jawa dengan
Pulau Sulawesi jumlah lowongan kerja banyak dimana? Pasti semua akan setuju
menjawab di Jawa. Hal ini karena tenaga kerja di Jawa lebih banyak dan lebih
berkualitas. yang demikian, idealnya pemerintah mulai melakukan program
pemerataan lapangan kerja. Misalnya pabrik-pabrik sekarang dibangun di luar Pulau
Jawa saja, pembukaan perkebunan atau lahan pertanian baru untuk diolah supaya
orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan bisa lebih produktif dalam mengolah
lahan. Untuk merealisasikan hal ini sebenarnya pemerintah Indonesia sudah
melakukannya. Salah satu bukti bisa dilihat bahwa lowongan-lowongan kerja di
instansi pemerintah rata-rata saat ini ditempatkan di wilayah luar Pulau Jawa. Hal ini

15
akan sangat mempengaruhi kepadatan penduduk, karena banyak yang akan pindah ke
luar Pulau Jawa untuk bekerja.

3. Menekan Pertumbuhan Penduduk Dengan Program Keluarga


Berencana
Salah satu cara yang cukup efektif sebagai solusi untuk mengatasi kepadatan
penduduk adalah dengan mencanangkan program keluarga berencana atau KB.
Keluarga Berencana merupakan program pemerintah bagi rakyat Indonesia untuk
membatasi jumlah anak, dimana dalam satu keluarga cukup memiliki 2 orang anak
saja. Dalam program KB, ibu-ibu rumah tangga diberikan cara-cara khusus agar tidak
hamil. Cara-cara yang dilakukan ini misalnya dengan mengonsumsi obat tertentu,
pemakaian alat kontrasepsi, suntik atau jarum, dan lain sebagainya. Program
Keluarga Berencana ini berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga
jumlah penduduk di Indonesia tidak terlalu meledak. Untuk sosialisasi program
Keluarga Berencana sudah dilakukan secara maksimal dan bisa didapatkan hingga
tingkat puskesmas. Program Keluarga Berencana telah dilakukan oleh sebagian
warga Indonesia, namun masih ada pula sebagian dari warga negara Indonesia yang
tidak mau menerapkan KB karena sebagian menganggap bahwa keluarga berencana
haram.

4. Membuat Undang-Undang Yang Menetapkan Usia Minimal Menika


Beberapa tahun belakangan sebuah kasus yang marak terjadi di Indonesia
adalah tentang kerusakan moral anak- anak remaja. Banyak anak-anak di usia sekolah
yang hamil di luar nikah kemudian mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Hal ini
tidak hanya terjadi pada satu dua orang saja, namun hampir di setiap negara
mengalami kasus seperti ini. Tidak hanya berdampak pada masa depan para pelajar
saja, namun dalam jangka panjang hal ini juga akan berdampak pada jumlah
penduduk yang ada di Indonesia.
5. Meningkatkan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Bagi Masyarakat
Masih dalam koridor pendidikan untuk memerangi kepadatan penduduk di
Indonesia. Selain meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan, salah satu cara

16
yang bisa ditempuh pemerintah adalah dengan menetapkan program wajib pendidikan
dasar atau wajib belajar. Bila zaman dahulu wajib belajar ditetapkan 6 tahun atau
setara pendidikan dasar, maka lama-kelamaan naik menjadi wajib belajar 9 tahun atau
setingkat pendidikan menengah pertama, bahkan yang paling baru lagi wajib belajar
sudah mencapai 12 tahun, yakni setingkat SMA. Ketika sudah mencapai usia ini
maka lulus sekolah telah memiliki usia yang cukup matang. Apabila ditambah
beberapa tahun untuk bekerja, maka seseorang sudah siap menikah sehingga memiliki
keturunan tidak di usia yang sangat muda.

6. Mempermudah Serta Meningkatkan Pelayanan Dalam Bidang


Pendidikan

Pendidikan  juga sangat berperan dalam kaitannya pengendalian pertumbuhan


penduduk. Hal ini terutama untuk para remaja yang ingin menikah di usia muda. Pada
zaman dahulu kita akan menemukan banyak remaja yang baru saja lulus dari sekolah
tingkat SMP, kemudian tidak melanjutkan pendidikan SMA dan langsung menikah.
Hal ini sangat tidak baik karena menikah di usia yang sangat muda. Maka dari itulah
pemerintah mencoba untuk mengatasi hal ini, salah satunya dengan meningkatkan
pelayanan dalam bidang pendidikan sehingga banyak siswa-siswi yang tertarik untuk
melanjutkan pendidikan. Dengan fokus dan ada keinginan untuk meneruskan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maka keinginan untuk menikah di usia yang
sangat muda bisa ditunda. Ketika fokus ke pendidikan dan adanya keinginan
melanjutkan pendidikan hingga ke pendidikan tinggi, maka setelah lulus maka
seseorang memiliki usia yang sudah matang dan dewasa. Pada usia tersebut maka
seseorang telah matang untuk melakukan pernikahan. Hal ini perlu digalakkan karena
memberikan dampak yang positif bagi pemerintah dalam mengatasi tekanan
penduduk. Jika banyak anak- anak usia sekolah banyak yang memiliki bayi, maka apa
yang terjadi dengan pertumbuha pasti akan meledak. Tidak hanya terjadi pada hamil
diluar nikah, namun terkadang masih kita temukan di beberapa daerah di Indonesia
orang tua sengaja menikahkan anaknya di usia muda, terlebih anak- anak
perempuannya.

17
B. Kemiskinan

1. Membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk mengurangi jumlah


pengangguran, sebagai salah satu faktor penyebab kemiskinan di Indonesia.

2. Menghapuskan tindakan korupsi yang membuat berbagai layanan untuk


masyarakat terhambat sehingga membuat masyarakat tidak bisa menerima haknya
sebagai warna negara. Akibatnya, kemiskinan di Indonesia semakin berkembang.

3. Menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok agar masyarakat memiliki kemampuan


atau memiliki daya beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4. Menyediakan beasiswa bagi siswa miskin pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, hingga perguruan tinggi. Juga menjadi salah satu
solusi mengatasi kemiskinan di Indonesia.

5. Memberikan pelayanan rujukan bagi keluarga miskin secara gratis, tanpa biaya apa
pun. Cara mengatasi kemiskinan di Indonesia di bidang kesehatan ini berupa adanya
kartu jamkesmas.

6. Mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk masyarakat tidak mampu agar
memiliki bekal dalam terjun ke dunia kerja. Cara mengatasi kemiskinan di Indoensia
ini sangat ampuh diberdayakan di seluruh pelosok Indonesia.

7. Memberikan subsidi atau bantuan kepada masyarakat tidak mampu, seperti


Bantuan Langsung Tunai (BLT), subsidi BBM, pengobatan gratis, dan sebagainya.
Namun, dalam pemberian bantuan ini sebaiknya memperhatikan kondisi masyarakat
dan diberikan secara bijak. Jangan sampai cara mengatasi kemiskinan di Indonesia ini
malah akan membuat masyarakat menjadi malas bekerja. Dan menggantungkan diri
pada bantuan pemerintah tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan Dalam System Kebijaksanaan


Pembangunan Lingkungan Hidup. Bandung: PT Refika Aditama.
Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
Marpaung, Leden. 1997. Tindakan Pidana Lingkungan Hidup dan Masalah
Persepsinya. Jakarta: Sinar Grafika.

19

Anda mungkin juga menyukai