Anda di halaman 1dari 14

Nama : Tania Yasmon

NIM : 17234017
Sesi Perkuliahan : 09.41-12.20 WIB.
Mata Kuliah : Penulisan Karya Ilmiah
Materi : Tata Tulis Karya Ilmiah yang Meliputi: Penomoran,
Penulisan Huruf dan Kata, Penulisan Angka, Penulisan
Bahan Ilustrasi, Penulisan Tabel.

TATA TULIS KARYA ILMIAH


Secara terminologi, konsep karya tulis ilmiah itu menginduk pada
pengertian karya ilmiah secara umum. Yang membedakan hanyalah, kalau karya
tulis ilmiah itu disampaikan melalui media atau sarana tertulis atau tulisan,
sementara karya ilmiah yang lainnya ada yang cara penyampaiannya tidak atau
bukan melalui tulisan, melainkan secara lisan (oral). Karya ilmiah itu sendiri yang
dalam bahasa Inggrisnya diistilahkan sebagai scientific paper, dapat dimaknai
sebagai sebentuk laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan [ CITATION Kas19 \l 1033 ].
A. Penomoran
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti halamanhalaman
awal, halaman judul bab, halaman teks utama, dan lain sebagainya, adalah
sebagai berikut:
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan, abstrak, riwayat hidup, kata pengantar, daftar isi, daftar table,
daftar gambar, dan daftar lampiran) diberi nomor halaman dengan angka
romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan ditempatkan di tengah bagian
bawah. Halaman jduul tidak diberi nomor, tetapi tetap dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada Daftar Pustaka diberi
nomor halaman dengan angka latin (1, 2, 3, dan seterusnya). Nomor halaman
pada bagian awal bab ditempatkan dibagian tengah bawah dan pada bagian
selanjutnya atau subbab nomor halamannya ditempatkan pada bagian kanan
atas
Penelitian disajikan dalam lampiran yang disajikan menurut
kelompoknya tanpa diberi nomor halaman. Contoh :
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Peta Desa Mahak Baru [ CITATION Mus11 \l 1033 ].

B. Penulisan Huruf dan Kata


Huruf
a. Jenis Huruf
1. Huruf abjad : abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas huruf-huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg,
Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu,
Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
2. Huruf vocal : a, e, i, o, u.
3. Huruf konsonan : b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
4. Huruf diftong : ai, au, ai.
5. Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.
b. Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital dipakai sebagai berikut :
1. Huruf pertama kata pada awal kalimat.
2. Huruf pertama petikan langsung.
3. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci,
termasuk kata ganti.
4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang.
7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
9. Huruf pertama nama geografi.
10.Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata
hubung.
11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
12. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.
13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai
sapaan.
15. Huruf pertama kata ganti Anda.
c. Penulisan Huruf Bercetak Miring
1. Menuliskan nama buku, majalah, koran.
2. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan
aslinya.
3. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan
[ CITATION Sof07 \l 1033 ].
Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri) Contoh:
Siswa itu rajin.
b. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Contoh: bergetar
tulisan
penerapan
memperhatikan
2. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Contoh: bertumpang tindih
mengambil alih
3. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh:
menggarisbawahi pertanggungjawaban
4. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur, maha, mono, multi,
pra, pasca, semi ,dsb.) Contoh: amoral, antar negara, caturwarga,
mahasiswa,
multiguna, prasejarah, pascasarjana, semifinal.
Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang didahului oleh huruf
kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung. Contoh: non-
Indonesia
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: buku-buku
gerak-gerik
d. Gabungan Kata
1. Gabungan kata / kata majemuk ditulis terpisah
Contoh: orang tua
rumahsakit
2. Gabungan kata yang mungkin menimbulkan makna ganda, diberi tanda
hubung. Contoh: anak-istri ( anak dan istri)
buku -sejarah baru (buku sejarah yang baru)
buku sejarah- baru (sejarahnya baru)
3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kesatuan ditulis
serangkai Contoh: halalbihalal, manakala, barangkali, olahraga,
kacamata, darmasiswa,apabila,padahal,matahari,
dukacita , manasuka, kilometer,bilamana , daripada,
peribahasa, segitiga, sukacita, saputangan.
e. Kata Ganti
Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya atau mendahuluinya., kecuali pada Mu dan Nya yang
mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda
hubung (-).
Contoh: Nasihat orang tua harus kauperhatikan
Anakku, anakmu, dan anaknya sudah menjadi anggota
perkumpulan itu.
O, Tuhan kepada-Mulah hamba meminta pertolongan.
f. Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan seperti kepada dan
daripada.
Contoh : Di mana ada gula, di situ ada semut.
Pencuri itu keluar dari pintu belakang.
Mahasiswa itu akan berangkat ke luar negeri.
g. Kata Sandang
Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut Besar”.
h. Partikel
1. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Pergilah sekarang!
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang sudah
dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun, bagaimanapun,
kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah. Contoh:
Harga BBM naik per April.
Mereka masuk satu per satu.
Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.

i. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau pangkat diikuti
tanda titik. Contoh: Suman Hs..
Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administrtion)
Bpk. (Bapak)
Sdr. (saudara)
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap
kata ditulis dengan huruf kapitan dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR GBHN KTP PT.
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll. hlm. sda. Yth.
4. Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak
diikuti tanda titik. Contoh: Cu , cm, kg, Rp.
5. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI LAN IKIP SIM
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani.
7. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil. Contoh: pemilu, rapim, tilang [ CITATION Sof07 \l
1033 ].
C. Penulisan Angka
Penulisan angka dan bilangan dalam tulisan ilmiah biasanya
menggunakan satuan dasar yang dianut secara universal yaitu Satuan Sistem
lntemasional (biasa disingkat SI dari Systeme International 'd'Unites). Berikut
ini akan diterangkan secara ringkas pedoman umum dalam penulisan angka
dan bilangan yang diambil dari beberapa literatur termasuk dari Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Angka adalah suatu simbol yang dapat dikombinasikan untuk
menyatakan suatu bilangan. Ada 10 angka Arab, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9. Untuk keperluan penomoran halaman bagian depan tulisan biasanya
digunakan angka romawi dengan huruf kecil. Bilangan adalah pemyataan
dalam bentuk numerik atau kata-kata dari suatu penghitungan, pencacahan,
atau pengukuran; sebagai contoh: 547,2; 6 juta; 1.54 x 106. Bilangan dapat
dibentuk dalam angka Romawi dengan mengkombinasikan 7 huruf yang nilai-
nilainya diperlihatkan dalam Tabel 1 berikut:

Dalam tulisan ilmiah, penulisan bilangan dengan angka-angka Arab


Jebih disukai dibandingkan dengan uraian kata bilamana bilangan itu
dikaitkan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau diukur, contohnya : 5 buku,
10 rumah. Contoh lain yang juga mengikuti aturan ini adalah : 3 hipotesis, 7
sampel, 328 asam amino dan lain-lain.
Secara umum, angka dalam laras bahasa teks digunakan untuk:
1. menyatakan lambang bilangan atau nomor (10 untuk bilangan sepuluh)
2. menyatakan jumlah yang mendahului satuan ukuran (24 g, 19m, 13 jam,
100
ha, 27 °C)
3. menyatakan nilai uang, tanggal, waktu, halaman, penunjukan urutan yang
diawali ke-, persentase (Rp25,50; 1 Januari; pukul 07.15; halaman 123;
abad ke-21; 25%).
4. menunjukkan jumlah yang berkaitan dengan manipulasi matematika seperti
rasio (perbandingan) dan faktor perkalian, (12 dikalikan 5, suatu faktor 2, 5
: 1, 1000 kali ( atau "1 000 x")).
5. menunjukkan satuan pada bilangan kisaran, (5-10 em, 35-42 °C) 6.
menomori karangan dan bagiannya (Bab III, Pasal2, halaman 51).
Tanda desimal dalam bilangan dapat dinyatakan dengan koma atau
titik. Jika dalam tulisan menggunakan titik sebagai tanda desimal, sebaiknya
memberi catatan penjelas pada awal ditemukan tanda desimal. Catatan
penjelas dapat dilakukan dengan memberikan catatan kaki pada bilangan ini.
Penulisan bilangan dengan tanda desimal mengikuti aturan sebagai berikut :
1. Bilangan dengan angka panjang dapat ditulis dalam tiga-tiga kelompok
dan antara kelompok diberi tanda pisah desimal, misalnya :
2,3 untuk dua koma tiga.
2.500.000 untuk dua juta lima ratus ribu.
Dalam penulisan teks yang mempunyai deret angka dengan desimal
maka antara angka desimal dipisahkan dengan titik koma, misalnya:
Hasil padi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berturut-turut ialah
4,3; 4,0; dan 4,7 ton per hektar.
2. Jangan mengawali bilangan desimal dengan tanda koma, tetapi selalu
diawali dengan angka, misalnya :
0,35 atau 0.35 bukan ,35 atau .35
0,2573 x 104 bukan ,2573 x 104
Cara penulisan berikut biasanya lebih disukai: 2,573 X 103.

3. Dalam daftar atau tabel yang bilangannya hanya terdiri atas angka (tanpa
desimal) dapat dituliskan dalam kelompok-kelompok tiga angka yang
dipisahkan oleh spasi tanpa menggunakan tanda koma ataupun tanda titik,
misalnya:
1 234 567 (bukan 1 ,234,567).
Aturan penulisan lambang bilangan dilakukan sebagai berikut :
1. Bilangan utuh
12 duabelas
26 dua puluh enam
235 dua ratus tiga puluh lima
2. Bilangan pecahan
1/4 seperempat
10% sepuluh persen
2/3 dua pertiga
3,6 tiga enam persepuluh
3. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut:
bab IV
abad XXI
bab ke-4
abad ke-21
bab keempat
abad kedua puluh satu
4. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara sebagai
berikut:
tahun 30-an
5. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam rincian dan pemaparan, misalnya :
Pak Amat menyeberangi sungai itu sampai lima kali sehari.
Di antara 30 orang yang hadir dalam pemilihan, 15 suara menyatakan
setuju, 10 suara tidak setuju dan 5 suara blangko.
6. Lambang bilangan di awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, tidak terdapat lagi di awal kalimat, misalnya:
Lima puluh lima orang tewas dalam banjir kemarin. Bukan : 55 orang
tewas dalam banjir kemarin. (Sebaiknya ditulis "Dalam banjir
kemarin 55 orang tewas").
7. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca, misalnya :
Masyarakat yang kena musibah banjir tersebut telah menerima sumbangan
sebesar 25 juta rupiah.
8. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat, misalnya :
Bersama ini kami kirimkan uang sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu
rupiah).
Bersama ini kami kirimkan uang 30.000,00 (tiga puluh ribu) rupiah
[ CITATION TIM01 \l 1033 ].
D. Penulisan Bahan Ilustrasi/ Gambar
Gambar (termasuk bagan, grafik, foto, dan peta) diberi nomor dengan angka
Sistem penomoran gambar sama dengan sistem penomoran tabel. Dalam judul
tabel dan gambar, tanda titik (.) tidak dipakai di belakang angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka.
Karya ilmiah seringkali membutuhkan gambar, yang meliputi grafik, bagan,
foto, peta, dan sebagainya, untuk menampilkan data atau informasi. Berikut
adalah tata cara menampilkan gambar dalam karya ilmiah.
1. Penyajian gambar harus bersifat self-contained, sehingga pembaca tidak perlu
membuka teks untuk memahami gambar tersebut. Karena itu, penyajian
gambar perlu dilengkapi dengan penjelasan yang memadai. Aspek kerapian
juga harus diperhatikan dalam penyajian gambar.
2. Bagan, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan dalam
penomoran).
3.Nomor gambar diikuti dengan judul gambar, dalam hal ini sebaiknya
menggunakan pengaturan caption pada perangkat lunak untuk menghindari
judul terpisah dari gambar. Nomor dan judul gambar diletakkan di bagian
bawah gambar dan ditulis mulai dari tepi kiri tepat di bawah gambar.
4. Gambar tidak boleh dipenggal.
5. Keterangan gambar ditulis pada tempat-tempat yang kosong di dalam gambar,
tetapi tidak disarankan untuk ditampilkan pada halaman lain.
6. Bila gambar ditampilkan melebar sepanjang tinggi kertas (landscape), maka
bagian atas gambar harus diletakan di sebelah kiri kertas.
7. Ukuran gambar (panjang dan lebar) diusahakan dalam ukuran wajar (jangan
terlalu besar atau kecil).
8. Skala pada grafik harus dibuat agar mudah dipakai untuk mengadakan
interpolasi atau ekstrapolasi.
9. Letak gambar diatur dengan simetris [ CITATION Fak16 \l 1033 ]

E. Penulisan Tabel
Tabel diberi nomor urut dengan angka Arab. Sistem penomoran tabel adalah
rangkap dua yaitu nomor bab diikuti tanda titik kemudian nomor tabel, contoh:
Tabel 2.5, Tabel 3.8,Tabel 4.3, dan sebagainya (contoh penomoran tabel dapat
dilihat pada Lampiran 11). Dalam judul tabel dan gambar, tanda titik (.) tidak
dipakai di belakang angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari
satu angka.

Dalam penelitian, tabel dapat membantu peneliti untuk menyajikan data atau
informasi yang berbentuk matriks. Pengaturan penulisan tabel adalah sebagai
berikut.
1. Tabel harus mampu mengomunikasikan maknanya sendiri sehingga pembaca
dapat memahami tabel tersebut langsung tanpa perlu membaca teksnya (self-
contained). Karena itu penyajian tabel harus dibuat secara jelas dan disajikan
dengan rapi.

2. Dalam kemunculannya di dalam naskah, tabel biasanya diletakkan setelah teks


paragraf dimana tabel tersebut disebutkan. Akan tetapi, hal ini dapat membuat
tatanan yang kurang rapi seperti memungkinkan adanya ruang kosong dalam
halaman tersebut atau bisa jadi tabel berpindah ke halaman selanjutnya. Oleh
karena itu, pada pengeditan tahap yang terakhir tabel dapat diletakkan: (1) tidak
harus tepat setelah paragraf di mana tabel tersebut disebutkan, dapat jauh
setelahnya asalkan masih dalam satu halaman; (2) sebelum paragraf yang
menyebutkan tabel tersebut, asalkan masih dalam satu halaman.

3. Tabel-tabel kecil juga dapat dikelompokkan dalam satu halaman dan masing-
masing tabel mempunyai nomor dan judul masing-masing.

4. Setiap tabel harus mempunyai nomor dan judul. Nomor dan judul tabel ditulis
dari tepi kiri dan diletakkan di atas tabel. Judul tabel tidak diakhiri dengan tanda
titik. Judul tabel tidak ditebalkan.

5. Jika tabel terlalu besar dan lebar, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk
mengatasi masalah tersebut.

a. Mengubah orientasi kertas menjadi memanjang (landscape). Jika langkah ini


diambil, bagian atas tabel harus diletakkan di sebelah kiri atas dan dilengkapi
dengan nomor dan judul.

b. Membuat tabel bersebelahan, jika sebuah tabel panjangnya lebih dari satu
halaman tetapi lebarnya hanya setengah halaman, maka tabel tersebut dapat
dijadikan dua dan ditempatkan bersebelahan dalam satu halaman. Pisahkan dua
tabel tersebut dengan garis vertikal di tengah halaman. Kedua tabel tetap
mempunyai kepala tabel.
c. Membuat tabel menjadi beberapa halaman yang berkelanjutan. Jika langkah ini
diambil, maka di setiap halaman harus tetap dituliskan kepala tabelnya.

d. Memecah isi tabel menjadi beberapa tabel yang lebih kecil sehingga ukurannya
muat untuk ditampilkan dalam satu halaman.

e. Membuat dan mencetak tabel dalam ukuran aslinya (tanpa harus diperkecil atau
dipisah), dilipat sesuai dengan ukuran halaman lain kemudian ditempatkan di
dalam lampiran.

6. Kolom–kolom diberi nama (di dalam kepala tabel) dan juga dipastikan agar
pemisahan antara satu kolom dengan yang lain cukup tegas.

7. Tabel ditempatkan simetris di tengah.

8. Output dari perangkat lunak komputer (misal SPSS) tidak boleh di copy dan
paste menjadi tabel. Output tersebut diketik ulang untuk menjadi tabel. Nama
variabel singkatan diganti menjadi nama yang lebih mudah dibaca. Misal,
variabel OwnCon yang tertulis di program, ditulis ulang menjadi Konsentrasi
Kepemilikan, agar lebih mudah dibaca dan dipahami.

9. Penulisan tabel dapat menjadi lebih mudah jika menggunakan pengaturan table
dalam perangkat lunak (seperti Microsoft Word) [ CITATION Fak16 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Ilmiah, T. P. (2001). Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Bogor:


Institut Pertaian Bogor.
Mada, F. E. (2016). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis dan Disertasi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada .
Mustadi, A. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sofyan, A. N., Karlien, E., Wahya, Judaatmadja, K., & Permadi, R. Y. (2007).
Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: BPDU-
Universitas Widyatama.

Anda mungkin juga menyukai