Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH MEKANIKA BATUAN LANJUT I

TINJAUAN SISTEM KLASIFIKASI DAN KARAKTERISASI


MASSA BATUAN
Ulasan dari Buku Evaluation of rock mass strength criteria
Karya Catrin Edelbro

Disusun oleh :

DANU MIRZA REZKY 212190012


CALVIN MAHARZA 212190016
LISTIYAWATI NUGRAHA 212190013
NURUL FITRIAH RAHMAH 212190019
RETY WINONAZADA 212190015

PROGRAM MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN


KONSENTERASI GEOMEKANIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Tulisan Makalah ini merupakan ulasan dari bab 2 mengenai sistem
klasifikasi dan karakterissi massa batuan, pada buku Evaluation of rock strength
criteria karya Catrin Edelbro. Didalam Makalah ini, akan dijelaskan mengenai
perbedaan antara klasifikasi dan karakterisasi massa batuan serta sistem apa saja
yang digunakan dalam menentukan klasifikasi massa batuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini, sehingga menjadi lebih baik. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Yogyakarta, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

BAB II TINJAUAN SISTEM KLASIFIKASI DAN KARAKTERISASI


MASSA BATUAN ............................................................................................. 1
2.1. Umum ..................................................................................................... 1
2.2. Pemilihan sistem karakterisasi untuk pendalaman lebih lanjut ............... 2
2.3. Rock Quality Designation (RQD) ........................................................... 10
2.4. Rock Mass Rating (RMR) ....................................................................... 13
2.5. Kualitas massa batuan sistem (Q) ........................................................... 15
2.6. Mining Rock Mass Rating (MRMR) ..................................................... 18
2.7. Kekuatan Massa Batuan (RMS) ............................................................. 19
2.8. Indeks Kekuatan berdasarkan Orientasi Geologi (GSI) .......................... 19
2.9. Nomor Massa Batuan (N) dan Tingkat Kondisi Batuan (RCR).............. 20
2.10. Rock Mass index (RMi) .......................................................................... 21

KESIMPULAN ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Prosedur untuk pengukuran dan perhitungan penunjukan


kualitas batuan (RQD) ................................................................ 11
Gambar 2.2. Rock Mass Rating ....................................................................... 14
Gambar 2.3. Parameter yang diterapkan dalam RMi ....................................... 23

iii
DAFTAR TABEL

Gambar 2.1. Sistem klasifikasi/karakterisasi batuan utama ............................. 3


Gambar 2.2. Parameter yang termasuk dalam sistem klasifikasi yang
berbeda menghasilkan nilai numerik .......................................... 8
Gambar 2.3. Parameter yang termasuk dalam 7 sistem yang paling menarik . 9
Gambar 2.4. Korelasi antara RQD dan kualitas massa batuan ........................ 12
Gambar 2.5. Kelas massa batuan dan kelas massa batuan ditentukan dari
total peringkat ............................................................................. 15
Gambar 2.6. Klasifikasi massa batuan berdasarkan nilai Q ............................. 17
Gambar 2.7. Jenis dari rangkaian kekar ........................................................... 20
Gambar 2.8. Kekuatan massa batuan sebagai fungsi dari RMS-value ............ 20

iv
BAB II

TINJAUAN SISTEM KLASIFIKASI DAN KARAKTERISASI

MASSA BATUAN

2.1 Umum
Dalam ruang lingkup mekanika batuan, ada dua istilah yang ''
menggambarkan '' sifat-sifat massa batuan yaitu klasifikasi dan karakterisasi.
Dalam praktiknya tidak terlalu banyak perbedaan antara proses klasifikasi dan
karakterisasi massa batuan. Deskripsi berikut ini didasarkan pada Palmstrom
(1995), karakterisasi massa batuan menggambarkan batuan dengan penekanan
pada warna, bentuk, berat, sifat dll. Klasifikasi massa batuan adalah ketika
menyusun dan menggabungkan karakteristik yang berbeda dari massa batuan ke
dalam kelompok atau kelas mengikuti sistem atau prinsip tertentu. Ini adalah
istilah deskriptif yang merupakan perbedaan utama antara karakterisasi dan
klasifikasi. Sistem klasifikasi atau karakterisasi massa batuan banyak digunakan
pada tahap awal proyek ketika sedikit atau tidak ada informasi terperinci yang
tersedia. Ada sejumlah besar sistem klasifikasi massa batuan yang dikembangkan
untuk tujuan umum tetapi ada juga untuk aplikasi tertentu. Sistem klasifikasi
mempertimbangkan faktor-faktor yang diyakini mempengaruhi stabilitas.
Kerenanya parameter tersebut sering dikaitkan dengan diskontinuitas seperti joint
sets, joint distance, roughness, perubahan filling of joints dan kondisi air tanah,
dan terkadang juga kekuatan batuan utuh dan stress magniutude. Klasifikasi massa
batuan adalah metode tidak langsung dan tidak mengukur sifat mekanik seperti
modulus deformasi secara langsung. Hasilnya adalah perkiraan stabilitas yang
diukur dalam istilah subjektif seperti misalnya buruk, dapat diterima, baik atau
sangat baik. Nilai yang diperoleh oleh beberapa sistem klasifikasi digunakan
untuk memperkirakan atau menghitung kekuatan massa batuan menggunakan
kriteria kegagalan. Ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan rock support
yang diperlukan. Referensi paling awal yang digunakan untuk sistem klasifikasi
massa batuan untuk teknik.Teori beban batuan yang diterbitkan pada tahun 1946
oleh Terzaghi adalah satu-satunya elemen pendukung dalam sistemnya adalah
lengkungan baja, yang saat ini agak ketinggalan zaman. Teori rock load adalah

1
sistem deskriptif dan tidak sampai 1964, ketika Deere memperkenalkan Rock
Quality Designation (RQD), bentuk numerik pertama dari suatu sistem
diperkenalkan. RQD adalah indeks untuk menilai kualitas batu kuantitatif dengan
memperkirakan persentase pemulihan inti. Rock Structure Rating (RSR) yang
diperkenalkan pada tahun 1972, merupakan pendahulu dari sistem klasifikasi yang
paling umum digunakan saat ini. Nilai RSR adalah nilai numerik dalam interval 0
hingga 100 dan merupakan jumlah nilai numerik yang ditentukan dengan tiga
parameter. Kemudian pengertian RSR sebagian besar sistem dikembangkan dalam
bentuk numerik, dimana beberapa parameter tertentu dinilai secara numerik.
Jumlah atau produk dari peringkat parameter-parameter ini mewakili kualitas
massa batuan.Dua sistem klasifikasi massa batuan yang paling umum digunakan
saat ini adalah CSIR klasifikasi geomekanik(RMR, Bieniawski 1974) dan indeks-
NGI(Qsistem-, Barton et al 1974). Sistem klasifikasi ini keduanya termasuk RQD.
Selain RMR-, RQD, RSR- dan Qsistem-, ada banyak lainnya, lihat Tabel 2.1.
Untuk informasi lebih rinci tentang sebagian besar sistem ini, lihat Edelbro (2003)

2.2 Pemilihan sistem karakterisasi untuk pendalaman lebih lanjut


Sistem yang disajikan dalam tesis ini memenuhi kondisi berikut (i)
memberikan nilai numerik (memiliki bentuk numerik), (ii) menyajikan hasil yang
dapat digunakan untuk menentukan / memperkirakan kekuatan, (iii) ) telah
digunakan setelah publikasi pertama, dan (iv) berlaku untuk massa batuan keras.
Parameter yang termasuk dalam sistem klasifikasi yang menghasilkan nilai
numerik disajikan pada Tabel 2.2. Parameter yang paling umum digunakan adalah
kekuatan batuan utuh, joint strength, join distance dan groundwater condition.
Sering disarankan (RQD, RMR- dan Q-system) hanya diskontinuitas alami, yang
mana dari geologi atau geomorfologi, harus diperhitungkan ketika menggunakan
klasifikasi massa batuan atau sistem karakterisasi.
Namun, seringkali sulit atau tidak mungkin untuk menilai apakah suatu
diskontinuitas adalah alami atau buatan, setelah kegiatan seperti pengeboran,
peledakan dan penggalian.

2
Tabel 2.1 Sistem klasifikasi/karakterisasi batuan utama (dimodifikasi dari Palmström, 1995).

Countr
Name of Author and
y of Applications Form and Type *) Remarks
Classification First version
origin
Rock Load Theory Terzaghi, 1946 USA Tunnels with steel Descriptive F Behaviour F, Unsuitable for modern
supports Functional T tunnelling
Stand up time Lauffer, 1958 Austria Tunnelling Descriptive F, Conservative
General T
NATM Rabcewicz, Austria Tunnelling in Descriptive F Behaviouristic Utilized in squeezing
1964/65 and 1975 incompetent F, Tunnelling concept ground
(overstressed) ground conditions
RQD Deere et al., 1966 USA Core logging, Numerical F, General T Sensitive to orientation
tunnelling effects
A recommended Coates and For input in rock Descriptive F, General T
rock classification Patching, 1968 mechanics
for rock mechanical
purposes

3
The Unified Deere et al., 1969 USA Based on particles Descriptive F, General T
classification of soils and blocks for
and rocks communication
i) RSR concept Wickham et al., USA Tunnels with Numerical F, Functional T Not useful with steel
1972 steel support fibre
shotcrete
RMR-system Bieniawski, 1974 South Tunnels, mines, Numerical F, Unpublished
(CSIR) Africa foundations etc. Functional T base case records
Q-system Barton et al, 1974 Norway Tunnels, large Numerical F,
chambers Functional T
Mining RMR Laubscher, 1975 Mining Numerical F In Laubscher et
Functional T al., 1976

4
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Name of Author and First Country of Applications Form and Type *) Remarks
Classification version origin
The typological Matula and For use in Descriptive F,
classification Holzer, 1978 communication General T
ii) The Unified Williamson, 1980 USA For use in Descriptive F, In Williamson,
Rock Classification communicatio General T 1984
System (URCS) n
Basic geotechnical ISRM, 1981 - For general use Descriptive F,
description (BGD) General T
Rock mass strength Stille et al., 1982 Sweden Numerical F, Modified RMR
(RMS) Functional T
Modified basic Cummings et al., mining Numerical F,
RMR 1982 Functional T
(MBR)
Simplified rock Brook and Mines and tunnels Numerical F, Functional Modified RMR
mass rating Dharmaratn, 1985 T and MRMR
Slope mass rating Romana, 1985 Spain Slopes Numerical F,

5
Functional T
Ramamurthy/ Arora Ramamurthy and India For intact and Numerical F, Modified Deere
Arora, 1993 jointed rocks Functional T and Miller
approach
Geological Hoek et al., 1995 - Mines, tunnels Numerical F,
Strength Functional T
Index – GSI
Rock mass Number Goel et al., 1995 India Numerical F, Stress-free Q-
– Functional T system
N
Rock mass index – Arild Palmström, Norway Rock engineering, Numerical F,
RMi 1995 communication, Functional T
characterisation

6
*)Definition of the following expressions (Palmstrom, 1995):
Descriptive F = Descriptive Form: the input to the system is mainly based on descriptions
Numerical F = Numerical Form: the input parameters are given numerical ratings according to their character
Behaviouristic F = Behaviouristic Form: the input is based on the behaviour of the rock mass in a tunnel General T
= General Type: the system is worked out to serve as a general characterisation
Functional T = Functional Type: the system is structured for a special application (for example for rock support)
i) RSR was a forerunner to the RMR-system, though they both gives numerical ratings to the input parameters and
summarizes them to a total value connected to the suggested support.
ii) The Unified Rock Classification System (URCS) is associated to Casagrandes classification system for soils in 1948.

7
Tabel 2.2. Parameter yang termasuk dalam sistem klasifikasi yang berbeda menghasilkan nilai numerik.

Parameters RQ RSR RMR Q MRMR RMS MBR SRMR SMR *RAC GSI N RMi
D
Block size - - - - - - X - - - - - X
Block building joint - - - - - - X - - - - - X
orientation
Number of joint sets - - - X - X - - - - - X X
Joint length - - - - - - - - - - - - X
Joint spacing X X X X X X X X X X X X X
Joint strength - X X X X X X X X X X X X
Rock type - X - - - - - - - - - - -
State of stress - - - X X - X - - - - -
Ground-water condition - X X X X X X X X - - X -

Strength of - - X X X X X X X X X X X
the intact rock
Blast damage - - - - X - X X - - X - -

* RAC - Ramamurthy dan Arora Clasifikasi

8
Tabel 2.3. Parameter yang termasuk dalam 7 sistem yang paling menarik.

Parameters RMR RMS Q MRMR GSI N (RCR) RMi


Uniaxial compressive strength X X X X X X X
Block building joint orientations. - - - - - - X
Number of joint sets - X X - - X X
Joint length - - - - - - X
Joint spacing X X X X X X X
Joint strength X X X X X X X
Construction size - - - - - X -
Rock type - - - - - - -
State of stress - - X X - - -
Groundwater condition X X X X - X -
Blast damage - - - X - - -

9
Semua sistem disajikan pada Tabel 2.2 belum dikembangkan untuk
menentukan kekuatan massa batuan dan karena ruang lingkup tesis ini adalah
penggalian bawah tanah, beberapa sistem dapat dikecualikan. Berdasarkan
batasan-batasan ini, tujuh sistem klasifikasi dan sistem karakterisasi akan
dipelajari lebih lanjut dalam laporan ini, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Sistem RMR adalah dasar untuk sistem RMS, MRMR dan RCR. Versi
GSI yang berbeda dapat digunakan; dapat didasarkan pada sistem Q dan RMR,
atau pada tabel dari versi terbaru dari kriteria kegagalan Hoek-Brown (misalnya
Hoek, 2002). Sistem N didasarkan pada sistem Q- dan RMR. Dalam beberapa hal,
RMi terkait dengan sistem Q karena jR dan jA mirip dengan Jr dan Ja dalam
sistem Q.
Sistem Ramamurthy dan Arora klasifikasi (RAC) sesuai dengan batasan
yang tercantum dalam bab ini, tetapi bagaimanapun tidak dikaji lebih lanjut.
Sistem RAC klasifikasi hanya didasarkan pada kekuatan tekan uniaksial dan rasio
modulus (ini berarti kekuatan tekan uniaksial diperhitungkan dua kali) dan agak
sulit digunakan.
Kelas klasifikasi untuk rasio kekuatan dan modulus yaitu sama untuk
batuan utuh dan massa batuan. Seperti yang diamati oleh Roshoff et al. (2002),
nilai-nilai kekuatan massa batuan yang ditentukan oleh RAC sangat tinggi dan
hampir sama besarnya dengan kekuatan tekan uniaksial dari batuan utuh.
RQD tidak akan digunakan dalam tesis ini sebagai sistem tunggal, tetapi
harus disajikan, karena banyak dari sistem klasifikasi yang dijelaskan dalam tesis
ini termasuk RQD sebagai parameter.

2.3 Rock Quality Designation (RQD)


Pada tahun 1964, D.U Deere memperkenalkan indeks untuk menilai
kualitas batuan secara kuantitatif, yang disebut rock quality design (RQD). RQD
adalah persentase pemulihan inti yang secara tidak langsung berdasarkan nilai dari
rekahan dan jumlah pelunakan dalam massa batuan yang diamati dari inti (core)
pemboran. Hanya potongan-potongan utuh dengan panjang lebih dari 100 mm (>
10 cm) yang kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan total panjang inti sekali
run (Deere, 1968)

10
Σ𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖>10𝑐𝑚
𝑅𝑄𝐷 = × 100% 
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑖 
Metode ini digunakan sebagai kuantitas standar dalam logging inti bor dan
keuntungannya adalah caranya yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan
banyak biaya untuk menilai kualitas batuan yang memiliki bidang diskontinuitas,
seperti sangat lapuk, lunak, rekahan, sesar dan kekar, yang dihitung sebagai
pelengkap massa batuan (Deere D.U. dan Deere D.W, 1988).
Prosedur untuk mengukur RQD langsung diilustrasikan pada Gambar 2.1.
Prosedur yang direkomendasikan untuk mengukur panjang inti adalah
mengukurnya sepanjang garis tengah inti. Retakan inti yang disebabkan oleh
proses pengeboran harus disambung bersama dan dihitung sebagai satu bagian.

Gambar 2.1 Prosedur untuk pengukuran dan perhitungan penunjukan


kualitas batuan (RQD) (Deere et al., 1988)

11
Hubungan antara nilai numerik RQD dan kualitas massa batuan seperti yang
diusulkan oleh Deere (1968) dimuat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Korelasi antara RQD dan kualitas massa batuan (Deere, 1968).
RQD (%) Kualitas Batu
<25 Sangat Buruk
25-50 Buruk
50-75 Cukup
75-90 Baik
90-100 Sangat Baik

Ketika tidak ada inti yang tersedia, seseorang dapat memperkirakan RQD
dari, misalnya, jarak kekar (Brady et al., 1985) . Pada tahun 1976, Priest dan
Hudson menemukan bahwa perkiraan RQD dapat diperoleh dari jarak kekar (λ
[joint/meter]) pengukuran dilakukan pada singkapan batuan di permukaan dengan
menggunakan rumus (Priest et al., 1976)
RQD = 100e-0,1λ (0,1λ + 1). (2)
Untuk λ = 6-16 persamaan yang disederhanakan dapat digunakan (Priest et al.,
1976)
RQD = -3,68λ + 110.4 (3)
Palmström (1982) mengemukakan hubungan antara Jv dan RQD dalam massa
batuan di sepanjang terowongan sebagai
RQD = 115-3,3 Jv , (4)

dimana Jv dikenal sebagai jumlah sambungan volumetrik dan merupakan jumlah


dari jumlah sambungan per satuan panjang untuk semua kesatuan bidang lemah.
Untuk Jv < 4,5 memiliki nilai RQD = 100.

RQD bukan skala tergantung dan bukan merupakan ukuran yang baik
dari kualitas massa batuan dalam kasus massa batuan dengan jarak kekar
mendekati 100 mm. Jika jarak antara sambungan kontinu adalah 105 mm

12
(panjang inti), nilai RQD akan menjadi 100%. Jika jarak antara sambungan
kontinu adalah 95 mm, nilai RQD akan menjadi 0%. Untuk terowongan
berukuran besar, nilai RQD dipertanyakan. Seperti yang disebutkan oleh
Douglas et al. (1999), tidak mungkin bahwa semua cacat yang ditemukan di
lubang bor akan signifikan terhadap stabilitas massa batuan.

2.4 Rock Mass Rating (RMR)


Pada tahun 1973 Bieniawski memperkenalkan Klasifikasi Geomekanika
bernama Rock Mass Rating (RMR), di Dewan Penelitian Ilmiah dan Industri
Afrika Selatan (CSIR). Versi terbaru RMR adalah dari tahun 1979, di mana
Bieniawski menerbitkan panduan untuk memilih penguat batu. Dalam versi itu,
Bieniawski menyarankan bahwa pengguna bisa interpolasi nilai RMR diantara
kelas yang berbeda dan tidak hanya menggunakan nilai diskrit.
Sistem klasifikasi RMR menggunakan enam parameter, yaitu :

i. Kuat tekan uniaksial batuan utuh (UCS)


ii. RQD
iii. Jarak bidang diskontinu
iv. Kondisi bidang diskontinu
v. Kondisi air tanah; dan
vi. Orientasi kekar.

Nilai akhir RMR dikelompokkan ke dalam lima kelas massa batuan (lihat
Tabel 2.5). Sistem RMR sangat mudah digunakan, dan parameter klasifikasi
mudah diperoleh dari data lubang bor atau pemetaan bawah tanah.. Sebagian
besar aplikasi RMR telah di bidang tunneling tetapi juga dalam analisis stabilitas
pondasi lereng, terowongan dan berbagai jenis bukaan pertambangan.

13
Parameter Selang pembobotan

PLI (Mpa) > 10 4-10 2-4 1-2 Gunakan nilai UCS


Kuat tekan
1 batuan utuh
UCS (Mpa) > 250 100-250 50-100 25-50 5-25 1-5 <1

Bobot 15 12 7 4 2 1 0

RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 < 25


2
Bobot 20 17 13 8 3

Jarak Kekar >2m 0,6-2 m 0,2-0,6 m 0,06-0,2 m < 0,06 m


3
Bobot 20 15 10 8 5
permukaan permukaan
permukaan permukaan
sangat slickensided
agak kasar, agak kasar
kasar, tak atau gouge
pemisahan pemisahan gouge lunak >5 mm atau
Kondisi kekar menerus, tak <5 mm,
4 <1 mm, <1 mm, pemisahan >5 mm, menerus
terpisah, pemisahan 1-
dinding agak dinding
dinding tak 5 mm,
lapuk sangat lapuk
lapuk menerus
Bobot 30 25 20 10 0

Aliran per 10 m panjang singkapan


5 kosong < 10 10-25 25-125 > 125
(Lt/men)

Tekanan
Air Tanah air/tegangan 0 < 0,1 0,1-0,2 0,2-0,5 >0,5
utama major
6
Kondisi umum Kering Lembap Basah Menetes Mengalir

Bobot 15 10 7 4 0

Gambar 2.2 Rock Mass Rating (Bieniawski, 1979)

14
Tabel 2.5 Kelas massa batuan dan kelas massa batuan ditentukan dari total
peringkat
Parameter/properti
Rock Mass Rating (Rock class)
es of rock mass
Ratings 100-81 80-61 60-41 40-21 < 20
Classification of Very Good Good Fair Poor Very
rock mass Poor
10 years for 6 months 1 week 10 hours 30 minutes
Average stand-up
15 m span for 8 m for 5 m for 2.5 m for 1 m
time
span span span span
>400 kPa 300- 200- 100-200 < 100 k
Cohesion of the
400 300 kPa Pa
rock mass
kPa kPa
Friction angle of the > 45° 35° - 25° - 15° - 25° < 15°
rock mass 45° 35°

2.5 Kualitas massa batuan sistem (Q)

Barton dkk, Memperkenalkan Indeks Kualitas tunneling batu ( Q-sistem)


pada tahun 1974. Metode klasifikasi dan rekomendasi dukungan terkait
didasarkan pada analisis 212 catatan kasus. Sistem ini disebut Kualitas Massa
Batu atau Indeks Kualitas Tunneling, (Q-sistem) tetapi dapat juga, seperti yang
dikembangkan di Norwegian Geotechnical Institute (NGI), disebut NGI
klasifikasi. Basis data untuk mengembangkan Q sistem-sebagian besar disediakan
oleh Cecil pada tahun 1970 (lebih dari 90 kasus), yang menggambarkan berbagai
proyek pembangunan terowongan di Swedia dan Norwegia. 180 dari 212 catatan
kasus didukung dengan penyanggaan penggalian, yang berarti bahwa 32 kasus
tidak didukung dengan penyanggaan secara permanen. Kasus-kasus yang diteliti
berkisar dari terowongan selebar 1,2 m yang tidak didukung dengan penyanggaan
hingga gua-gua tambang selebar 100 m yang tidak didukung dengan
penyanggaan. Kedalaman galian berkisar antara 5 hingga 2500 m di mana
kedalaman paling umum adalah antara 50 dan 250 m. Pembaruan Q-system telah
terjadi pada beberapa kesempatan. Parameter asli dari Q-system belum berubah,

15
tetapi peringkat untuk faktor pengurangan tegangan (SRF) telah diubah oleh
Grimstad dan Barton (1993), ketika 1050 catatan kasus baru dimasukkan. Pada
tahun 2002, beberapa baru Q korelasi -nilai yang disajikan oleh Barton, yang juga
termasuk catatan kaki baru untuk Jw, Ja dan SRF.
Parameter geoteknik mendasar adalah, menurut Barton (1988), ukuran
blok, kekuatan geser minimum antar blok, dan tegangan aktif. Parameter
geoteknik fundamental ini diwakili oleh rasio berikut (Barton, 2002):

- Ukuran blok relatif = RQD / Jn.

- Kekuatan gesekan relatif (dari yang paling set


kekar yang menguntungkan atau diisi
diskontinuitas) = Jr / Ja.

- Stres aktif = Jw /SRF.


Kualitas massa batuan didefinisikan sebagai (Barton et al., 1974):

dimana

RQD = Deere’s Rock Quality Designation (Deere et al., 1968),


Jn = joint set number,
Jr = joint roughness number (of least favourable discontinuity or
joint set),
Ja = joint alteration number (of least favourable discontinuity or
joint set),
Jw = joint water and pressure reduction factor, and
SRF = stress reduction factor-rating for faulting, strength/stress ratios in hard

Nilai kekuatan geser antar-blok minimum harus dikumpulkan untuk set


sambungan kritis, yaitu set sambungan yang paling tidak menguntungkan untuk
stabilitas blok batuan utama. Deskripsi lebih rinci dari keenam parameter dan
peringkat numeriknya diberikan dalam Lampiran 1: 2.

16
Penggunaan Qsistem-secara khusus direkomendasikan untuk terowongan
dan gua dengan atap melengkung. Massa batuan telah diklasifikasikan ke dalam
sembilan kategori berdasarkan nilai Q, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Qsistem dikatakan mencakup seluruh spektrum kualitas massa batuan dari tanah
yang terjepit hingga batuan yang besar. Kisaran nilai Q bervariasi antara 0,001
dan 1000. Untuk 212 catatan kasus pertama (Barton, 1988) kelompok terbesar
memiliki tepat tiga set sambungan, angka kekasaran sambungan adalah 1,0 - 1,5 -
2,0, jumlah perubahan sambungan adalah 1,0, pengurangan air bersama adalah
penggalian kering atau masalah aliran kecil dan stres sedang. Jumlah kasus
terbesar (76) masuk dalam kategori pusat sangat buruk, buruk, adil dan baik.
Masalah pembengkakan atau pembengkakan hanya ditemukan di sembilan dari
catatan kasus.

Tabel 2.6 Klasifikasi massa batuan berdasarkan nilai Q (Barton et al., 1974)

Q Kelompok Klasifikasi

10-40 1 Baik

40-100 Sangat Baik

100-400 Sangat Baik

400-1000 Sangat Bagus sekali

0,10-1,0 2 Sangat Buruk

1,0- 4.0 Buruk

4.0-10.0 Cukup

0.001-0.01 3 Sangat Buruk

0.01-0.1 Sangat Buruk

17
Korelasi nilai Q yang baru dinyatakan pada tahun 2002 oleh Barton,
terutama difokuskan pada penerapan QSistem-dalam karakterisasi lokasi dan
desain terowongan. Sistem Q(sejak 2002) juga dapat digunakan untuk
memperkirakan kekuatan tekan uniaksial dari massa batuan menggunakan

dimana ρ adalah densitas batuan dalam t/m3. Nilai Qc didefinisikan oleh

dimana Qc adalah nilai-dinormalisasi Q yang, menggunakan 100 MPa sebagai


norma untuk hard rock.

2.6 Mining Rock Mass Rating (MRMR)

Peringkat Massa Batu Penambangan (MRMR) dikembangkan untuk


aplikasi penambangan oleh Laubscher pada tahun 1975 (1977, 1984, 2000), dan
dimodifikasi oleh Laubscher dan Taylor (1976). Laubscher bekerja dengan
penambangan asbes chrysolite di Afrika, dalam lima lingkungan geologis yang
berbeda. Sistem MRMR-memperhitungkan parameter yang sama dengan nilai
dasar RMR, lihat Lampiran 1: 3. MRMR ditentukan oleh peringkat kekuatan
batuan utuh, RQD, jarak kekar, dan kondisi kekar, yang dijelaskan dalam
Lampiran 1: 3. Kisaran MRMR terletak, sebagai RMR sistem, antara nol dan 100-
nilai yang dinyatakan untuk mencakup semua variasi massa batuan berkekar dari
sangat buruk hingga sangat baik. Sistem peringkat dibagi menjadi lima kelas dan
sepuluh sub-kelas.

Laubscher (1984) menyajikan hubungan antara MRMR dan kekuatan massa


batuan in situ

Versi MRMR dari 1984 juga mencakup penyesuaian untuk orientasi sambungan,
efek peledakan dan pelapukan, untuk memperkirakan kekuatan massa batuan

18
desain (DRMS), lihat detail lebih lanjut dalam Lampiran 1: 3. Mirip dengan
RMR-system, serangkaian rekomendasi dukungan disarankan untuk nilaifinal dan
yang disesuaikan MRMR.

Versi termodifikasi terbaru MRMR adalah dari tahun 2000 (Laubscher et


al., 2000). Modifikasi pada tahun 2000 adalah perubahan peringkat untuk dua
(pelapukan dan orientasi bersama) dari tiga faktor penyesuaian yang ada dan
penambahan dua faktor penyesuaian baru (air / es dan tekanan akibat
penambangan). Sistem ini juga direvisi untuk menyesuaikan sambungan yang
disemen. Karena versi ini berisi beberapa informasi yang tidak jelas dalam bentuk
kesalahan dalam persamaan dan data yang hilang dalam sebuah tabel, versi dari
1984 digunakan dalam tesis ini.

2.7. Kekuatan Massa Batuan (RMS)


Klassifikasi kekuatan massa batuan oleh Stille dkk (1982) adalah modifikasi
dari sistem RMR atau tingkatan dari massa batuan. Setiap kombinasi dari 3 jenis
rangkaian dari kekar dan 2 jenis rangkaian kekar diklasifikasikan seperti pada
Tabel 2.7.

Jumlah dari RMRbasic dan tingkatan reduksi pada masing-masing rangkaian


kekar diadopsi oleh RMS sebagai RMS- value untuk massa batuan. RMS-value
dari kekuatan massa batuan dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Sistem RMS telah dikembangkan pada penggunaan di 8 kasus yang


berbeda, disusun oleh Stille di tahun 1982, dimana kekuatan massa batuan telah
dihitung atau diestimasi dari pengamatan lapangangan yang berbeda-beda.

2.8. Indeks Kekuatan berdasarkan Orientasi Geologi (GSI)

Hoek dkk (1995) telah memperkenalkan GSI, pelengkap untuk kriteria


umum runtuhan batu mereka, dan sebagai cara untuk memperkirakan parameter s,
α, dan mb dalam suatu kriteria, lihat pada bab 3.5. GSI memperkirakan penurunan
kekuatan massa batuan untuk kondisi geologi yang berbeda-beda.

Tujuan dari sistem GSI ini adalah untuk menentukan sifat-sifat massa
batuan yang tidak terganggu. Untuk massa batuan yang terganggu, pertimbangan

19
harus dilakukan untuk nilai GSI yang lebih rendah yang diperoleh dari lokasi
tersebut.

Tabel 2.7. jenis dari rangkaian kekar (Stille dkk , 1982).

1 or 2 joint sets
One
Strengh in More than 2
Type of joint prominent Remaining
joint joint sets
joint conditions
direction
continuous -15 -15 0 -15
Not
-5 -5 0 -10
continuous

Tabel 2.8. Kekuatan massa batuan sebagai fungsi dari RMS-value.

RMS-value 100-81 80-61 60-41 41-20 < 20


σm, MPa 30 12 5 2.5 0.5
ϕ 55º 45º 35º 25º 15º
Parameters in the Mohr-
c
Coulomb failure criteria 4.7 2.5 1.3 0.8 0.2
(MPa)

2.9 Nomor Massa Batuan (N) dan Tingkat Kondisi Batuan (RCR)

Nomor massa batuan, (N) dan tingkat kondisi batuan, (RCR) adalah versi
modifikasi dari sistem Q dan sistem RMR. Sistem ini diusulkan pada 1995 oleh
Goel dkk. Sistem N adalah sistem tegangan bebas Q, seperti yang terlihat oleh
definisinya

N = [RQD / J n ] [J r / J a ] [J w ] . (10)

Saat menggunakan N-sistem versi 1974, juga harus menggunakan Q-sistem. Satu-
satunya perbedaan antara versi 2002 dan versi 1974 adalah tambahan pada Ja,

RCR = RMRdasar – peringkat untuk σc (11)

Sistem RCR dan N digunakan untuk menemukan hubungan antara sistem


Q dan sistem RMR. Sistem Q dan Sistem RMR akan setara jika orientasi kekar
dan kekuatan batuan utuh diabaikan dalam sistem RMR dan faktor pengurangan

20
stress diabaikan dalam sistem Q (Goel, 1995). Korelasi diperoleh dengan
memasukkan data dari 63 kasus dan menghasilkan persamaan

RCR = 8 ln N + 30. (12)

Kekuatan massa batuan dapat ditentukan dengan rumus (Singh et al., 1999)

5,5 .𝜌.𝑁1/3
𝜎𝑐𝑚 = (13)
𝐵0,1

di mana B adalah rentang terowongan atau diameter dalam meter.

2.10 Rock Mass index (RMi)

Indeks Massa Batuan (RMi) telah dikembangkan untuk mengkarakterisasi


kekuatan massa batuan untuk keperluan konstruksi (Palmstrom, 1996). Parameter
input yang dipilih berdasarkan pada penelitian dan pendapat sebelumnya di
bidang sistem klasifikasi / karakterisasi massa batuan dan tentu saja pengalaman
Palmström kekarri dalam bidang tersebut. Fokus utama pada pengembangan RMi
adalah pada efek kerusakan pada massa batuan yang mengurangi kekuatan batuan
utuh tersebut. RMi hanya mewakili sifat yang melekat dari massa batuan. Tekanan
batuan in situ atau tekanan air tidak termasuk dalam indeks Massa batuan. Dengan
demikian orientasi beban atau tegangan, elemen structural dan permeabilitas, serta
dampak dari aktivitas manusia tidak termasuk. Bentuk block tidak termasuk dalam
RMi. Alasan utama ini adalah untuk mempertahankan struktur yang sederhana
dari RMi. Parameter input dalam karakterisasi kekuatan umum dari massa batuan
adalah sebagai berikut : (Palmstrom, 1995)

- ukuran block yang digambarkan oleh sambungan - diukur sebagai


volume block;
- kekuatan block - diukur sebagai kuat tekan uniaksial;
- kekuatan geser dari permukaan block - diukur sebagai sudut gesekan;
- ukuran dan pemutusan sambungan - diukur sebagai panjang dan
kontinuitas.

Data dan tes yang digunakan dalam RMi berasal dari (i) tes laboratorium
triaksial pada andesit Panguna (Hoek dkk., 1980), (ii) uji laboratorium tekanan

21
dalam skala besar pada batu granit dari Stripa, (iii) uji pilar tambang in situ dari
batu pasir di tambang Laisvall, (iv) data kekuatan yang ditemukan dari analisis
yang kembali dari tambang Langsele, dan (v) uji testriaksial laboratorium skala
besar pada sekis lanau-lempung di Jerman.

Prinsip RMI adalah mengukur kekuatan batuan yang berkurang karena


adanya kekar dan dinyatakan sebagai

RMI = σc ⋅ JP , (14)

dimana JP adalah parameter kekar, yang merupakan faktor reduksi yang mewakili
ukuran block dan kondisi face sebagaimana diwakili oleh sifat gesekan dan ukuran
kekar. Nilai JP bervariasi mulai dari hampir 0 untuk batu pecah sampai 1 untuk
batu utuh. Nilainya ditemukan dengan menggabungkan ukuran block dan kondisi
kekar. Gambaran umum dari parameter yang diterapkan dalam RMi dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Faktor kondisi kekar jC mewakili sifat gesekan antar-blok dan dinyatakan


sebagai

𝑗𝑅 𝑗𝑠 .𝑗𝑤
jC = jL ( ) = jL ( ) (15)
𝑗𝐴 𝑗𝐴

dimana jL adalah size factor yang mewakili pengaruh ukuran dan pemutusan
kekar. Faktor ukuran kekar (jL) dipilih karena kekar yang lebih besar dan
memiliki dampak yang jauh lebih kuat pada perilaku massa batuan daripada kekar
yang lebih kecil (Palmström, 1995).

Gambar 2.3 Parameter yang diterapkan dalam RMi (dari Palmström, 1995).

22
Faktor kekasaran (jR) mewakili ketidakrataan permukaan kekar yang terdiri dari:

- smoothness (js) permukaan kekar, dan


- wafiness (jw) atau kerataan permukaan kekar

Faktor alterasi (jA) mengekspresikan karakteristik kekar (Palmstrom, 1995


berdasarkan Barton, 1974) yaitu :

- kekuatan dinding batuan, atau


- ketebalan dan kekuatan pengisian yang mungkin.

Faktor jR dan jA mirip dengan Jr dan Ja dalam Q sistem. JP diberikan sebagai


berikut :

JP = 0,2 √𝑗𝐶 𝑉𝑏𝐷 (16)

dimana volume blok (Vb) dalam satuan m3, dan D = 0,37jC-0,2 adalah nilai
konstan.

23
KESIMPULAN

Klasifikasi dan karakterisasi mrupakan dua istilah yang berbeda pada masa
batuan. Karakterisasi lebih menggambarkan massa batuan dalam keadaan fisik,
sementara klasifikasi merupakan penggabungan karakterisasi dari massa batuan
ke kelompok dalam prinsip tertentu. Dalam menetukan klasifiasi batuan ada
beberapa sistem yang digunakan. Rock Quality Designation (RQD), merupakan
bentuk numerik pertama yang dipublikasikan. RQD adalah indeks untuk menilai
kualitas batuan secara kuantitatif dengan memperkirakan persentase pemulihan
inti. Ada juga Rock Structure Rating (RSR) yang merupakan sistem terdahulu dari
sistem klasifikasi yang paling umum yang digunakan saat ini. Nilai RSR adalah
nilai numerik dalam interval 0 hingga 100 dan merupakan jumlah nilai numerik
yang ditentukan dengan tiga parameter. Selain RQD dan RSR, ada sistem lain
yang dapat digunakan seperti Rock Load Theory, Stand up time, NATM, Q-
System dan RMR.

24
DAFTAR PUSTAKA

Edelbro, Catrin., 2004. Evaluation of Rock Mass Strength Criteria. Departement


of Civil and Environmental Engineering, Division of Rock
Mechanics, Lulea University of Technology.

25

Anda mungkin juga menyukai