Sifat Mekanik Batuan Utuh Dan Batuan Terkekarkan
Sifat Mekanik Batuan Utuh Dan Batuan Terkekarkan
Ulasan salah satu bab dari Buku Numerical Methods in Rock Mechanics
Karya G.N Pande, G. Beer dan J.R. Williams
Disusun oleh :
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Tulisan Makalah ini merupakan ulasan dari bab 3 mengenai sifat mekanik
batuan utuh dan batuan kekar serta perilaku dan permodelan numeriknya, pada buku
Numerical Methods in Rock Mechanics karya G.N. Pande, G. Beer dan J.R.
Williams. Didalam Makalah ini, akan dijelaskan mengenai perilaku batuan utuh dan
batuan kekar, beserta sifat mekanik dan kriteria keruntuhannya. Dan juga ada ulasan
lebih lanjut tentang permodelan numerik dari masing-masing kriteria
keruntuhannya, sehingga dapat dijadikan parameter untuk menentukan kekuatan
batuan dan bisa dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan tentang perlakukan
terhadap batuan tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini, sehingga menjadi lebih baik. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan sudut pembesaran terukur dengan yang diprediksi oleh
Persamaan (3.32) .................................................................................. 20
iv
1.1. Pendahuluan
Kekuatan dan perubahan bentuk dari batuan dan (batuan kekar) telah menjadi
topik dari berbagai macam penelitian. Penelitian tersebut juga didukung oleh
berbagai macam literatur dari mekanika batuan, seperti Jeager dan Cock (1976),
Goodman (1980), Hoek dan Brown (1980), Farmer (1983), Bradly dan Brown
(1985), dan lain-lain.
Tujuan bab ini adalah untuk memperkenalkan kepada pembaca konsep umum
tentang sifat mekanik batuan sejauh yang berkaitan dengan penerapan metode
numerik. Pertama kita akan mencirikan perilaku khas batuan utuh diikuti oleh
Model matematis berdasarkan teori elasto-plastisitas dan elasto-viscoplasitisitas.
Urutan yang sama juga akan di terapkan di (batuan kekar). Model matematis dari
batuan utuh dan (batuan kekar) adalah “pondasi awal” untuk ketentuan akhir dari
hubungan (tegangan dan regangan) pada massa batuan kekar.
1
regangan uniaxial (σ,𝜖) yang diperoleh dari pengujian sampel bentuk silinder.
Tanda panah menunjukkan jalur muatan yang diterima dan muatan yang
dilepaskan. Dari tes ini dimungkinkan untuk memperoleh nilai perkiraan modulus
elastisitas batuan utuh (Ei). jika kurva tegangan-regangan tersebut non linear (tipe
II). bisa diambil nilai modulus elastis tangensial pada tegangan = setengah tegangan
ketika runtuh (fcu) yang ditunjukkan di gambar. Diasumsikan bahwa (Ei) di dalam
tegangan sama seperti saat kompresi.
Untuk model elastisitas isotropik linier agar sesuai dengan deskripsi batuan,
satu parameter lagi yang diperlukan, yaitu poisson ratio (μi). Nilai Ini dapat
diperoleh jika pengukuran regangan radial pada sampel silinder juga dilakukan.
Secara teoritis, jika model elastisitas isotropik linear berlaku, maka sampel harus
berubah bentuk secara seragam, jika tidak, nilai rata-rata regangan radial harus
(diadopsi) untuk membandingkan poisson ratio, dan Perlu dicatat bahwa μi terletak
antara 0 dan 0,5.
2
modulus geser dan tidak tergantung pada Ei dan μi dalam arah paralel dan tegak
lurus.
Nilai dari 𝐸𝑖𝑛 and 𝐸𝑖𝑠 biasanya kurang dari 2. Ada berbagai hambatan dalam
menentukan nilai yang dapat dipercaya dari 𝐸𝑖𝑛 and 𝐸𝑖𝑠 . Anisotropi sifat elastis
mempengaruhi distribusi tegangan di sekitar lubang bawah tanah, Ini juga
mempengaruhi desain langkah-langkah penguatan seperti Rock bolt (baut batuan).
3
1.4. Model umum untuk batuan utuh
Untuk deskripsi lengkap tentang perilaku batuan dalam kerangka teori
plastisitas, kita perlu menentukan teori yang dibahas dalam Bagian 2.2.5.yaitu : (a)
stress—strain relations sebelum failure (b) failure function, (c) flow rule. . Jika
model pengerasan regangan akan diadopsi, keluruhan function dan hardening
functions juga harus ditentukan. Selain itu strain-softening function harus
ditentukan jika post failure behaviour dimodelkan.
Gambar 1.2
Kurva tegangan-regangan untuk batuan keras dan batuan lunak
Nilai Plastic runtuhan batuan utuh tidak berpengaruh jika (dalam) penggalian
permukaan, terowongan dan rongga yang terletak di kedalaman dangkal. Karena di
sini, batuan kekar (rock joint) memiliki kekuatan yang jauh lebih rendah, hasil ini
yang menghambat keruntuhan dari batuan utuh. . Namun, di tambang yang dalam,
tekanan tinggi dikombinasikan dengan keberadaan set kekar yang relatif lebih
sedikit, dapat menyebabkan keruntuhan pada batuan utuh.
Sebelum kita membahas bentuk spesifik dari berbagai fungsi runtuhan yang
dapat digunakan dalam metode numerik untuk permasalahan yang ada dalam
rekayasa batuan. Terlebih dahulu penting untuk membedakan antara total dan
tegangan efektif.
Batuan adalah material berpori dan dalam banyak situasi jenuh dengan air.
Pada batuan jenuh, tegangan total yang diterapkan pada batuan sebagian didukung
oleh tegangan intergranular yang dikenal sebagai tegangan efektif dan sebagian
4
oleh tekanan sekitar pada pori-pori yang dikenal sebagai tekanan air pori. Ini adalah
tegangan efektif yang menentukan keluruhaning, failure dan dilatancy batuan.
tegangan efektif dinyatakan dalam
𝜎 = 𝜎 ′ + 𝑚𝑢 (1.1)
Dimana:
𝜎 𝑇 = (𝜎′𝑥 , 𝜎′𝑦 , 𝜎′𝑧 , 𝜏′𝑥𝑦, 𝜏′𝑦𝑧 , 𝜏′𝑧𝑥 ) adalah vector dari effective stress
𝑚𝜏 = [1,1,1,0,0,0]
dan u adalah tekanan air pori (kuantitas skalar).
Kriteria kompresi positif telah digunakan dalam penulisan persamaan (1.1)
dan akan digunakan di seluruh buku. Berikut ini, semua hukum konstitutif ditulis
dalam bentuk tekanan efektif (σ ').
5
Persamaan (1.2) dapat ditulis dalam bentuk fungsi keruntuhan (F) sebagai berikut :
Persamaan (1.3) masih dirasa kurang sesuai untuk metode numerik karena
lebih dahulu harus mencari tahu orientasi bidang keruntuhan. Untuk mendapatkan
bentuk yang lebih sesuai, kami melihat hubungan antara tekanan utama pada
keruntuhan. Dari geometri lingkaran Mohr, dapat ditunjukkan (lihat sebagian besar
buku tentang mekanika tanah, mis. Scott (1980)) bahwa persamaan (1.3) dapat
ditulis sebagai :
Gambar 1.3
Lingkaran Mohr untuk tegangan pada pengujian triaxial
6
𝜎𝑥 +𝜎𝑦 +𝜎𝑧
𝜎𝑚 = (1.5)
3
1 2 2
𝜎′2 = [(𝜎𝑥 − 𝜎𝑦 ) + (𝜎𝑦 − 𝜎𝑧 ) + (𝜎𝑧 − 𝜎𝑥 )2 − 6(𝜏 2 𝑥𝑦 + 𝜏 2 𝑦𝑧 + 𝜏 2 𝑧𝑥 )] (1.6)
2
1 3√𝐽
𝜃= 𝑠𝑖𝑛−1 (2𝜎′33 ) (1.7)
3
di mana J3 adalah invarian ketiga dari tekanan deviatorik yang dapatkan dari :
𝜎𝑥 − 𝜎𝑚 𝜏𝑥𝑦 𝜏𝑥𝑧
| 𝜎𝑦 − 𝜎𝑚 𝜏𝑦𝑧 |
𝜎𝑧 − 𝜎𝑚
𝑠𝑖𝑛𝜃 sin ∅0
𝐹 = 𝜎 ′ (cos 𝜃 + ) − 𝜎𝑚 sin ∅0 − 𝐶0 cos ∅0 = 0 (1.8)
√3
dan
𝑓𝑐𝑡 √𝛼𝑧
𝐶0 = = 𝑓𝑐𝑢 (1.10)
2√𝛼𝑧 2
7
dimana:
𝑓𝑐𝑡
𝛼𝑧 =
𝑓𝑐𝑢
Dimana:
1 − 𝛼𝑧
𝑎= −
𝛼𝑧
1 + 𝛼𝑧
𝑏=
𝛼𝑧
Gambar 1.4
Hubungan antara C0, ∅0 , and fcu, 𝛼𝑧
8
Dalam tes ini sepotong batu utuh dihancurkan antara dua pelat standar. Tes ini
adalah versi dari uji kekuatan tarik Brasil (Goodman. 1980), Menggunakan
prosedur standar yang ditetapkan oleh ISRM, nilai kekuatan yang terkait dengan
sampel batuan utuh yang memiliki diameter 50 mm (Is (50)) dapat/ telah dihitung.
fct dan fcu telah dikorelasikan dengan (Is (50)) untuk batuan isotropik dan
dibuktikan dengan persamaan berikut :
𝑓𝑐𝑡 = 1.25 𝐼𝑠 (50) , 𝑓𝑐𝑢 = 1.25 𝐼𝑠 (50) (1.13)
Sunstitusi persamaan ini dengan persamaan (1.11) atau (1.12) , yang hasilnya
1
𝐹 = −𝜎𝑚 + 𝜎 ′ (1.12 𝑐𝑜𝑠 𝜃 − sin 𝜃) − 1.33𝐼𝑠 (50) = 0 (1.14)
√3
di mana m dan s adalah konstanta dan tergantung pada sifat-sifat batuan serta
tingkat fragmentasi. Persamaan (1.17) dapat ditulis sebagai kriteria keruntuhan
dalam bentuk berikut :
9
1
𝐹 = 𝜎1 − 𝜎3 − (𝑚𝑓𝑐𝑢 𝜎3 + 𝑠𝑓 2 𝑐𝑢 )2 = 0 (1.18)
Beberapa poin tidak ada nilainya jika tidak mengacu pada kriteria ini:
a) Keruntuhan, seperti halnya kriteria Mohr-Coulomb, tidak tergantung pada
tekanan prinsip perantara
b) Selubung dari runtuhan yang melengkung, tidak seperti Mohr-Coulomb yang
merupakan garis lurus. Gambar 1.5 menunjukkan plot kriteria Hoek-Brown
untuk fcu = 100 Mpa. s = 0,004 dan m = 1,7
c) Berdasarkan Kriterianya, yaitu berkaitan dengan massa batuan karena
memperhitungkan data kualitas massa batuan.
Dalam hal invariant stress, persamaan (1.18) dapat ditulis sebagai berikut :
sin 𝜃
𝐹 = 4𝜎′2 cos 𝜃 + 𝑚𝜎′𝑓𝑐𝑢 (cos 𝜃 + √3
− 𝑚𝜎𝑚 𝑓𝑐𝑢 − 𝑠𝑓 2 𝑐𝑢 = 0) (1.19)
Gambar 1.5
Hubungan antara 𝜎1 dan 𝜎3 representasi dari kriteria keruntuhan Hoek-Brown
10
1.4.5 Flow rule (Teori aliran)
Untuk menggambarkan perilaku batuan utuh. kita perlu mendefinisikan teori
aliran (flow rule). Dengan tidak adanya informasi terperinci dan juga karena fakta
bahwa batuan utuh mungkin tidak pernah luruh. perlakuan yang tepat tentang teori
aliran adalah tidak mungkin mempengaruhi hasil akhir dari analisis numerik. Dalam
hal ini, secara universal diasumsikan bahwa teori aliran adalah 'terkait', yaitu Q. F.
11
1.5 Perubahan dan Kekuatan dari batuan kekar
Perilaku massa batuan terkekarkan didominasi oleh perilaku batuan kekar itu
sendiri. Sejumlah studi eksperimental telah dilakukan untuk memahami perilaku
kekar baik alami maupun (artifial) buatan. (Artificial Joint) / kekar buatan telah
dipelajari terutama karena mereka memiliki keunggulan dalam reproduktifitasnya.
Penelitian tentang studi eksperimental ini telah dilakukan oleh Patton (1966).
Goodman (1970), Barton dan Choubey (1977), Ladanyi dan Archambault (1970),
Bandis et al. (1981), Sun er al. (1985) dan Yoshinaka dan Yamabe (1986). Karena
besarnya biaya dan waktu yang terlibat dalam penelitian ini/ studi eksperimental,
ditambah dengan tuntutan teknik pengukuran yang sangat akurat, sejumlah peneliti
baru-baru ini berupaya mempelajari perilaku sambungan dengan model analitik.
Swan (1983. 1985) dan Sun (1985) telah menggunakan konsep yang
didefinisikan secara matematis. ukuran dan kerapatan digunakan untuk
memprediksi (perubahan) deformabilitas dan kekuatan dari batuan kekar dan
membandingkannya dengan nilai yang terukur pada beberapa kekar yang tampak.
Gerrard (1985) menyajikan studi yang sangat komprehensif tentang formulasi
untuk sifat mekanik dari batuan kekar.
Aspek lain dari penelitian ini adalah model fenomenologis yang diusulkan
oleh berbagai peneliti untuk menggambarkan deformabilitas dan kekuatan batuan
kekar. Lebih banyak penelitian yang berkaitan dengan kekuatan daripada
deformabilitas. Dalam paragraf berikut, kita akan membahas beberapa model
perilaku batuan kekar.
Kekar dalam massa batuan dapat sangat bervariasi dalam keadaan fisik dan
perilaku mekanisnya. Mereka bisa segar atau lapuk, cocok atau tidak cocok. diisi
atau tidak diisi dengan bahan gouge. Perilaku mekanis dari kekar yang diisi diatur
oleh sifat-sifat bahan gouge pengisian, jika ketebalan kekar lebih dari dua kali tinggi
rata-rata kekasaran. Ini dikarenakan keruntuhan terjadi melalui bahan pengisi dan
karakteristik dari kekar yang memainkan peran yang tidak signifikan.
12
1.5.1 Nonlinear elastic model of rock joints (model nonelastik dari batuan
kekar)
Jika tegangan normal (σn) diterapkan pada batuan kekar, itu akan
menyebabkan penutupannya dengan jumlah tertentu, katakanlah 𝛿𝑛 . Gambar 1.6
(a) menunjukkan hubungan khas antara σn dan 𝛿𝑛 .
Gambar 1.6
Hubungan perpindahan tegangan relative (a) σn vs 𝛿𝑛 (b) τ vs 𝛿𝑛
∆𝜎𝑛
𝐾𝑛 = (1.20)
∆𝛿𝑛
13
di mana α dan β adalah konstanta yang mendefinisikan bentuk kurva hiperbolik
antara 𝜎𝑛 dan 𝛿𝑛 . Dengan Persamaan yang berbeda (1.21) kita memperoleh hasil
lain untuk Kn, seperti :
𝑑𝜎𝑛 𝛼
𝐾𝑛 = = (𝛿 2
(1.22)
𝑑𝛿𝑛 𝑛𝑐 −𝛿𝑛 )
(𝜎𝑛 −𝛽)2
𝐾𝑛 = (1.23)
𝛼
Tercatat bahwa persamaan (1.23) hanya berlaku untuk tegangan normal saja.
Biasanya diasumsikan bahwa kekar tidak menawarkan ketahanan yang dapat
diandalkan terhadap tegangan normal yang menyiratkan Kn=0 if 𝜎𝑛 , adalah tarikan.
Jika tegangan geser (τ) diterapkan pada kekar, akan ada perpindahan geser
relatif (𝛿𝑠 ) pada kekar. Gambar 3.6 (b) menunjukkan hubungan tipikal antara τ dan
𝛿𝑠 . Dan Sekarang mungkin untuk mendefinisikan 'kekakuan geser tangensial' (Ks)
persis dengan cara yang sama seperti yang dilakukan untuk kasus tegangan normal.
Jadi :
∆𝜏
𝐾𝑠 = (1.24)
∆𝛿𝑠
14
oleh Patton (1966), Ladanyi dan Archambault (1970), Barton dan Choubey (1977).
Setiap hubungan kekuatan puncak dapat diperlakukan sebagai kriteria keruntuhan
sedangkan teori aliran (flow rule) dapat ditafsirkan dari hubungan dilatasi. Gerrard
(1986) secara detail meneliti banyak dari kekuatan yang diusulkan dan model
dilation dari batuan kekar dan memperhatikan kendala fisik yang sesuai yang harus
diterapkan pada kekar yang masih baru.
Di sini, kita akan bahasan pada beberapa hubungan kekuatan dan hubungan
(flow) 'aliran' yang biasa digunakan dengan mengingat bahwa beberapa di antaranya
mungkin hasilnya tidak sesuai berdasarkan pertimbangan teoritis.
dimana |𝜎𝑠 | adalah nilai absolut dari tegangan geser pada bidang kekar. 𝜎𝑛 adalah
tegangan normal pada bidang, ∅ dan c adalah 'sudut gesek' dan 'kohesi'. masing-
masing, untuk kekar.
Jika (flow rule) teori aliran yang terkait dimasukkan, laju regangan normal
plastis (∈𝑝𝑛 ) dan regangan geser (𝛾 𝑝 ) dijelaskan oleh persamaan (2.9).
𝜗𝐹 − tan ∅
∈𝑝 𝜗𝜎
{ 𝑛𝑝 } = 𝜆′ { 𝜗𝐹𝑛 } = 𝜆′ { } (1.26)
𝛾
𝜗𝜎𝑠 1
Oleh karena itu, dilatant (perhatikan tanda negatif pada sisi kanan persamaan
(1.27), yaitu kenaikan perpindahan geser (∆𝛿𝑠 ) sepanjang kekar disertai dengan
kenaikan perpindahan normal (∆𝛿𝑛 ) diberikan oleh persamaan berikut:
Tingkat (dilation) konstan dan terus berlanjut. Perilaku ini sangat tidak realistis.
15
(Dilatancy) dari batu kekar sangat kompleks. Kecenderungan rata-rata dan
ketinggian dari kekasaran memainkan peran dominan dalam menentukan tingkat
dilation dan (dilation) maksimum yang dapat terjadi pada bidang kekar. (Gambar
1.7) menunjukkan model sederhana yang diusulkan oleh Patton (1966). Dua tipe
perilaku yang berbeda dapat diidentifikasi dari model ini:
(a) Pada tegangan normal rendah. ada kecenderungan untuk merespon kekasaran
yang mengarah ke dilation (pembesaran) dari kekar. Didalam bidang. Karena
bertepatan dengan kecenderungan asperities. tidak ada (dilation)/
(pembesaran).
(b) Pada tegangan normal yang tinggi, kerusakan pada dasar akan menghambat
kecenderungan untuk dilation (pembesaran).
Roberts dan Einstein (1978) menyajikan model yang sangat komprehensif
untuk diskontinuitas batuan. Dari berbagai penelitian telah ditetapkan bahwa flow
rule/ teori aliran untuk batuan kekar harus tidak berhubungan. Merujuk pada
persamaan (2.8), fungsi potensial plastis dapat ditulis dengan memperkenalkan
sudut dilatancy variabel (ψ). Jadi
𝑄 = |𝜎𝑠 | − 𝜎𝑛 tan 𝜓 = 0 (1.29)
𝐹 = (−𝜎𝑛 ) = 0 (1.30)
16
Diambil nilai yang valid untuk 𝜎𝑛 < 0.
Gambar 1.7
Konsep mekanika dari dilatancy di batuan kekar pada tegangan normal rendah
Teori terkait flow harus digunakan dalam kasus ini karena jika tidak maka
tidak akan mungkin untuk melonggarkan (mengurangi) tegangan di sepanjang
batuan kekar. Dikarenakan juga pengetahuan kita tentang kekar yang mengalami
aksi gabungan dari tegangan dan geser sangat terbatas. karena itu, sangat sulit untuk
melakukan penyelidikan eksperimental dalam tegangan tersebut. Secara
konseptual. kelihatannya suatu kekar akan mampu menahan kuat geser saat di
bawah tegangan normal tarik karena kekasaran akan 'saling bertautan'. Namun,
ketika bukaan kekar sama dengan atau lebih besar dari tinggi rata-rata kekasaran,
penguncian harus berhenti dan kekar tidak akan mampu menahan tegangan geser
maupun tegangan Tarik sehingga akan menyebabkan failure (runtuh).
Gambar 1.8 menunjukkan kriteria Mohr-Coulomb dalam 𝜎𝑠 , 𝜎𝑛 . Fungsi
potensial plastis di berbagai zona juga ditampilkan pada gambar. Dengan asumsi
kekar mengalami perilaku pseudo-viscoplastic. strategi untuk kemungkinan jalur
relaksasi tegangan dari beberapa poin khas juga ditunjukkan digambar.
Model Mohr-Coulomb memiliki kelemahan utama. Yaitu c dan ø pada
persamaan (1.25) tidak benar-benar konstan. Mereka bergantung pada 𝜎𝑛 . Nilai 𝜎𝑛 ,
pada batuan kekar dapat bervariasi berdasarkan beberapa urutan besarnya dalam
struktur yang akan dianalisis. Oleh karena itu, memilih satu nilai / nilai tunggal
yang sesuai dari c dan ø untuk satu set kekar menjadi sulit,bahkan tidak mungkin.
17
Gambar 1.8
Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb dengan tegangan cut-off
Dimana
18
tidak cocok dengan nilai yang diamati secara eksperimental. Pande dan Xiong
(1982) mengusulkan fungsi potensial plastis berikut untuk mencocokkan hasil
percobaan Barton dan Chaubey.
Gambar 1.9
Kriteria Keruntuhan Barton dan Choubey untuk batuan kekar (untuk ∅𝑠 =25o)
Dimana
𝐽𝐶𝑆
𝐾1 = (1 − tan 𝜆1 tan ∅2 ) and 𝜆1 = 𝐽𝑅𝐶 𝑙𝑜𝑔 10 ( 𝜎 )
𝑛
19
percobaan uji kekar diperlukan untuk dapat merumuskan hukum penurunan
regangan yang tepat.
Tabel 1.1. Perbandingan sudut pembesaran terukur dengan yang diprediksi oleh
persamaan (1.32)
Gambar 1.10
Perilaku pasca puncak dari batuan kekar (a) τ vs 𝛿𝑠 , (Menurut Bandis et al, 1981)
(b) hubungan ideal antara τ dan 𝛿𝑠
20
Untuk model Barton dan Chaubey, tampaknya masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa JRC bervariasi dari nilai puncak ke nol sebagai regangan
geser plastik menumpuk di kekar. Pada kondisi residual. kekuatan dirumuskan
sebagai berikut:
𝛿𝑠 = 𝜎𝑛 tan ∅𝑟 (1.33)
1.7 Rangkuman
Dari bab ini dibahas mengenai sifat mekanik pada batuan utuh dan batuan
kekar, baik itu dari perilaku fisik dan permodelan numeriknya berdasarkan teori
elasto-plastisitas dan elasto-viscoplasitisitas. dari bab kita mempelajari juga
perubahan yang terjadi pada batuan utuh, yang dibahas lebih lanjut pada kriteria
keruntuhan pada batuan utuh, yang diwakili oleh Kriteria Mohr-Coulomb dan
Kriteria Hoek dan Brown beserta fungsi matematis yang ada didalamnya, sehingga
nantinya diperoleh kekuatan batuan. Perbedaan mendasar dari kriteria Mohr-
Coulomb dan Hoek-Brown bisa dilihat dari tipikal kurvanya. Untuk kriteria Mohr-
Coulomb dia linear, sedangkan Hoek-Brown non-linear. Untuk parameter dari
Kriteria Mohr-Coulomb terdapat 2 parameter : yaitu kohesi dan sudut geser dalam,
sedangkan pada Kriteria Hoek dan Brown parameter yang digunakan ialah m,s,dan
21
a. nilai m,s dan a merupakan konstanta nilainya telah diketahui. Dalam
perkembangannya, Hoek-Brown melakukan modifikasi pada metode yang ia buat
sebelumnya. Dan hasilnya ialah dengan diperkenalkannya metode Generalised
Hoek Brown, dengan penambahan Geological strength index yang mana nilai GSI
ini bisa langsung diterapkan pada kriteria Hoek-Brown, sehingga metode yang baru
dari hoek-brown ini mempermudah engineer dalam mengestimasi nilai kekuatan
batuan tanpa harus menunggu hasil laboratoium. Mohr-Coulomb bisa digunakan
untuk tanah dan batuan, sedangkan Hoek-Brown untuk batuan saja. Untuk
pemilihan metode yang akan digunakan di lapangan baik Mohr-Coulomb atau
Hoek-Brown tergantung dari masing-masing engineer sesuai dengan pertimbangan
yang menyangkut kondisi lapangan, ketersediaan waktu, ketersediaan data, dan
juga alat bantu yang dipakai dan pemahaman engineer yang bertugas.
REFERENSI
Bazant, Z., and Oh, B. H. (1983). Crack band theory for fracture of conerete and
geomaterials. A.S.C.E. Eng. Mech. Dn.. 109(3), 849-65
Dafalias, Y. F.. and Popov. E. P. (1975). 'A model of nonlinear hardening materials
for complex loading. Acta Mechanica, 21, 173-92.
Goodman, R. E. (1970). The deformability of joints.' ASTM Spec. Tech. Publ. 477.
22
Goodman, R. E. (1980). Introduction to Rock Mechanics, New York: J.Wiley &
Sons.
Goodman, R. E., Taylor, R.. and Brekke, T. L. (1968). "A model for the mechanics
of jointed rocks' l. A.S.C.E. Geotech. Dn., 94SM(3). 637-59
Gerrard, C.(1985). 'Formulations for the mechanical properties of rock joins Proc.
Intl. Symp. Fundamentals of Rock Joints, Centek Press, Lulea. 405-22.
Gerrard, C.(1986). 'Shear failure of rock joints: appropriate constraints for empirical
relations. Intl. JI. Rock Mech. Min. Sci, 23(20), (6), 421-29.
Griffith, A. A. (1921). The phenomenon of rupture and flow in solids. Phil. Trans.
Roy. Soc. Loridon A221, 163-98.
Murrel. S. (1963). *A criterion for brittle fracture of rocks and concrete under
triaxial stressS and the effect of pore pressure on the criterion. Proc. 5th Rock Mech.
Symp.. Pergamon Press.
Patton. F. D. (1966). Multiple modes of shear failure in rock. Proc. Ist Cong. SRM
(Lisbon), 1, 509-13.
Pande. G. N., and Xiong, W. (1982). "An improved multilaminate model of join ted
rock masses. Numerical Models in Geomech. (eds R. Dungar, G. N. Pande and J.
A. Studer). A. A. Balkema, Rotterdam, 218-26
23
Pande. G. N. (1985). A constitutive model of rock joints.' Proc. Intl. Symp.
Fundamentals of Rock Joints (ed. O. Stephansson). Centek Publ., Lulea. Sweden.
Sun. Z. (1985). Asperity model for closure and shear. Proc. Intl. Symp.
Fundamenials of Rock Joinis, Centek Press. Lulea, 173-83.
Su. Z. Gerrard, C. M.. and Stephansson (1985). Rock joint compliance tests for
compression and shear loads. Intl. Jl. Rock Mech. Min. Sci., 22(4), 197-213.
Yoshinaka. R.. and Yambe, T. (1986). Joint stiffness and the deformation behavior
of discontinuous rock. Intl. JI. Rock Mech. Min. Sci.. 23(1). 19-28.
24