Anda di halaman 1dari 1

Konservasi Tarsius

Sejak tahun 1931, tarsius sudah dilindungi berdasarkan Peraturan


Perlindungan Binatang Liar No. 266 tahun 1931, diperkuat dengan undang-
undang No. 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 serta Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/ 1991 yang dikeluarkan tanggal 10
juni 1991. Tarsius juga termasuk Appendiks II dalam Convention on International
Trade in Endangered Species (CITES) pada tahun 2003 dan termasuk kategori
vulnerable dalam Red List yang dikeluarkan oleh International Union for
Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2013.

Oleh karena itu, ada beberapa tindakan yang kini sudah dilakukan
pemerintah Indonesia untuk melindungi tarsius. Tindakan yang telah dilakukan
pemerintah Indonesia dilihat adanya kawasan Taman Nasional Lore Lindu di
sekitar Desa Kamarora sebab kawasan tersebut merupakan salah satu habitat
tarsius. Kawasan Taman Nasional Lore Lindu diharapkan dapat membantu
perencana dalam mengelola kelangsungan satwa endemik tersebut.

Primata terkecil di dunia ini juga bisa di jumpai di kawasan konservasi


seluas 8.718 hektar meliputi empat tempat, yakni TWA Batuputih seluas 615
hektar, Cagar Alam Tangkoko-Batuangus seluas 3.196 hektar termasuk kawasan
Gunung Tangkoko-Batuangus dan sekitarnya, CA Duasudara seluas 4.299 hektar
termasuk Gunung Duasudara dan sekitarnya, dan TWA Batuangus seluas 635
hektar. Keempatnya berada dibawah pengelolaan Departemen Kehutanan, melalui
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.

Sumber : Krisnatalia, E., Wardah, dan Ihsan, M. 2013. Karakteristik Fisik Habitat
Tarsius (Tarsius Dentatus) di Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. WARTA
RIMBA 1 (1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai