RESUME
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kuliah dan Praktik Lapangan dengan dosen
pengampu Ibu Dr. Murni Sapta Sari, M.Si
2. Keterampilan Kolaborasi
a. Definisi Keterampilan Kolaborasi
Kolaborasi adalah kegiatan belajar merencanakan dan bekerja bersama,
mempertimbangkan beragam perspektif, dan berpartisipasi dalam suatu wacana dengan
berkontribusi, mendengarkan, dan mendukung orang lain. Kolaborasi dibangun di atas
keterampilan komunikasi yang efektif dengan menempatkannya dalam lingkungan
interpersonal. Maka keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan yang mencakup
keterampilan aktif mendengarkan, merespon dengan hormat, mengekspresikan gagasan
dengan jelas melalui berbagai cara berkomunikasi, dan menggunakan keterampilan ini
untuk mencapai suatu tujuan (Greenstein, 2012). Pemecahan masalah dengan kolaborasi
memiliki keunggulan dibandingkan pemecahan masalah secara individu karena
memungkinkan untuk: pembagian kerja yang efektif; penggabungan informasi dari
berbagai sumber pengetahuan, perspektif, dan pengalaman; serta meningkatkan
kreativitas dan kualitas solusi yang dimotivasi oleh ide-ide anggota kelompok lain (Child
& Shaw, 2016).
Greensteins (2012) memaparkan enam aspek kolaboratif yang penting pada abad
21, yakni: (1) keseimbangan dalam mendengarkan dan berbicara serta memimpin dan
mengikuti peminmpin dalam suatu kelompokmenunjukkan fleksibilitas, kompromi, dan
empati; (2) mempertimbangkan, memprioritaskan, dan memajukan kepentingan dan
kebutuhan kelompok yang lebih besar; (3) menilai, mengakui dan menggunakan
kontribusi serta kekuatan antar anggota kelompok; (4) bekerja bersama untuk
menciptakan ide dan produk baru; (5) berpartisipasi aktif, berkontribusi, dan memikul
tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan; (6) bekerja dengan
penuh rasa hormat kepada orang lain untuk membuat keputusan yang mencakup
pandangan banyak individu.
3. Literasi Digital
a. Definisi Literasi Digital
Literasi digital dikemukakan pertama kali oleh Paul Gilster (1997) sebagai
kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.
Bawden (2001) memperluas pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada
literasi komputer dan literasi informasi. Hague (2010) juga mengemukakan bahwa
literasi digital merupakan kemampuan untuk membuat dan berbagi dalam mode dan
bentuk yang berbeda; untuk membuat, berkolaborasi, dan berkomunikasi lebih efektif,
serta untuk memahami bagaimana dan kapan menggunakan teknologi digital yang baik
untuk mendukung proses tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik literasi digital tidak hanya mengacu pada keterampilan operasi dan
menggunakan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi teknologi
(perangkat keras dan perangkat lunak), tetapi juga untuk proses “membaca” dan “memahami”
sajian isi perangkat teknologi serta proses“menciptakan” dan “menulis” menjadi sebuah
pengetahuan baru. Literasi digital sebagai bagian dari kecakapan penggunaan alat kerja,
menurut Greenstein (2012) dan Griffin, dkk. (2012) memiliki indikator sebagai berikut:
Mengakses informasi dari berbagai sumber serta memilih informasi secara efektif dan
efisien
Mencari, menyeleksi, dan mengumpulkan informasi untuk berbagai tujuan
Membedakan informasi apa yang diperlukan untuk tujuan khusus.
b. Indikator Assesmen Literasi Visual
Menguasi keterampilan dalam digital siswa harus memiliki beberapas keterampilan
sebagai berikut. (1) mengidentifikasi isu utama dan menyederhanakan pencarian melalui
berbagai pertanyaan esensial; (2) memposisikan informasi melalui penggunaan strategi
kualitas tinggi;(3) mengevaluasi dan memverifikasi informasi; (4) mensintesis informasi;
(5) berbagi dan mengkomunikasikan informasi; (6) penggunaan etika. Pengukuran
keterampilan literasi digital dapat dinilai melalui penilaian diri sendiri mengacu pada
rubrik penilaian literasi digital (Greenstein, 2012).
Self assessment yang dapat digunakan guru dalam menilai keterampilan literasi digital
disajikan pada Tabel.
Tabel Indikator dan Rubrik Keterampilan Literasi Digital
Skill/
Teladan Cakap/Ahli Dasar Pemula
Knowledge
Memilih Saya sangat menguasai Saya cukup memahami Saya dapat mengambil Dengan bantuan guru,
cara mencari sumber sumber yang tidak tepat sdikit sumber yang saya bias menemukan
informasi dan maupun dan biasanya saya tepat, namun terkadang sumber yang bagus
memilih informasi yang memilih sumber yang kesulitan menemukan
paling tepat sesuai dengan yang saya sumber yang sesuai
inginkan dengan topik
Evaluasi Saya sangat ahli dalam Saya biasanya dapat Saya lebih menyukai Saya terkecoh dengan
memverifikasi pengarang memastikan pengarang website yang terlihat website dan butuh
dan sumber yang dan memasitikan menarik bantuan untuk memilih
berkualitan dan valid informasi konsisten sumber yang paling
bagus
Menimbang Saya memahami Saya memahami bahwa Secara umum saya bias Saya berfikir semua
sumber, pengaruh penggunaan mungkin sumber memahami informasi, website menyediakan
pesan dan sumber informasi dan informasi tidak valid dan namun terkadang saya info yang terbaik
efek mengerti efek dapat mempengaruhi kesulitan menentukan
penggunaannya keputusan sumber yang tidak
layak
Sumber: Greenstein (2012).
2. Literasi Visual
a. Definisi Literasi Visual
Istilah visual literacy pada dasarnya telah lama dimunculkan oleh John Debes pada
tahun 1969. Pemahaman dan definisinya terus berkembang. secara mendasar, pemahaman
visual literacy ini mengacu pada kemampuan untuk menginterpretasi, mengaitkan dan
memaknai informasi yang disampaikan dalam bentuk visual atau gambar (Avgerinou &
Ericson, dalam Palmer & Matthews, 2015:1). Menurut Greenstein (2012) literasi visual
adalah kemampuan menginteprtasi, menganalisis dan mengevaluasi pesan visual yang
meliputi gambar, komik, symbol-simbol, maps, diagram grafik, tabel dan charts, dll.
Kemajuan digital saat ini mengalami peningkatan dengan sangat cepat, maka
dalam proses pembelajaran, sangat penting untuk selalu memberdayakan serta
meningkatkan literasi visual pelajar. Nurannisa (2017) mengungkapkan beberapa manfaat
dilaksanakannya pembelajaran dengan visual guna memberdayakan dan meningkatkan
literasi visual pelajar, diantaranya adalah memahami konsep dengan lebih mudah dan
meningkatkan ingatan; memudahkan pembelajar mempelajari sebuah abstraksi, dll.
b. Indikator dan Assesmen Literasi Visual
Penilaian literasi visual dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Contoh
ketika seorang pelajar ditugaskan untuk menggambar tentang apa yang telah dipelajari,
maka rubrik pedoman penskorannya dapat meliputi kriteria organisasi, pelabelan,
penggunaan warna, dll. Karena setiap mata pelajaran atau penugasan tertentu memiliki
kriteria dan hasil tersendiri yang diinginkan. Contoh lainnya adalah ketika pelajar
ditugaskan membaca sebuah peta konsep, maka indikator atau kriteria penialaiannya bisa
meliputi pengetahuan, hubungan satu dengan yang lain, interpretasi, dan kemampuan
menganalisis (Greenstein, 2012).
3. Literasi Teknologi
a. Definisi Literasi Teknologi
Keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam menghadapi tantangan abad ke-21
salah satunya adalah keterampilan literasi teknologi (Greenstein, 2012). Literasi teknologi
adalah kemampuan individu untuk dapat bekerja secara mandiri atau dengan orang lain
orang, secara responsif, menggunakan alat teknologi secara tepat dan efektif untuk
mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, membuat dan menyampaikan
informasi (Judson, 2010). Teknologi merupakan bagian integral dari kehidupan yang tidak
dapat dipisahkan, jadi keterampilan literasi teknologi sangat penting sebagai bagian dari
kecakapan hidup yang harus dimiliki (Jones, et al., 2011). Keterampilan literasi teknologi
melibatkan beberapa aspek, seperti pengetahuan dasar komputasi teknologi, merancang
dengan memanfaatkan alat-alat teknologi, memilih dan menggunakan teknologi dan hasil
yang tepat produk berbasis teknologi (Greenstein, 2012).
Child, S & Shaw, S. 2016. Collaboration in the 21st century: Implications for assessment.
Research Matters: A Cambridge Assessment publication (a single article).
Greenstein, L. 2012. Assesing 21 Century Skills: to Guided to Evaluating Mastery and
Autenthic Learning. USA: Corwin.
Jones, M. C., Windsor, J. C., & Visinescu, L. 2011. Information technology literacy revisited:
An exploratory assessment. ACM Inroads, 2(2), 59–66.
Judson, E. 2010. Improving technology literacy: does it open doors to traditional content?
Educational Technology Research and Development, 58(3), 271–284
National Education Association. 2010. Preparing 21st century students for a global society:
An educators guide to the “Four Cs”. Retrieved September 16, 2018, from National
Education Association.
Nurannisa, S. 2017. Menghadapi Generasi Visual; Literasi Visual Untuk
Menstimulasi Kemampuan Berpikir Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 1(2a). 48-59
Pacific Policy Research Center. 2010. 21st Century Skills for Students and Teachers.
Honolulu: Kamehameha Schools, Research & Evaluation Division.
Palmer, M.S. & Tatiana M. 2015. Learning to See the Infinite: Measuring Viual Literacy
Skills in a 1st year Seminar Course. Journal of the Scholarship of Teaching and
Learning. 15(1). 1-9
Partnership for 21st Century Learning. 2015. P21 Framework Definition.
Zubaidah, S. 2016. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan Melalui
Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Isu-
isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21”, tanggal 10 Desember 2016 di Program
Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang-Kalimantan Barat