TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah Kewarganegaraan dengan baik tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya,
sahabatnya dan para pengikutnya.
Sekilas tentang isi dari makalah ini yaitu membahas tentang Hak Asasi Manusia dan
Negara Hukum (Rule of Law). Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan kami bisa mengaplikasikannya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
dalam pembuatan makalah ini. Dan saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Tanpa kalian, mungkin makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya.
Selain itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak yang harus
diperbaiki, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
menegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas negara hukum (the rule of law).
Pakar ilmu sosial,Franz-Magnis Suseno (1990), melihat bahwa perlindungan HAM
adalah salah satu elemendari the rule of law, selain hukum yang adil. Kita bisa melacak
akar prinsip the rule of lawdari putusan-putusan pengadilan internasional seperti
Pengadilan Hak Azasi Manusia(HAM) Eropa dan Komite HAM Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), untuk mengetahuipembahasan antara the rule of law dan Hak Asasi
Manusia. Pembukaan UUD 1945 menyatakan terbentuknya Negara adalah untuk
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
Dinyatakan bahwa untuk itu, UUD 1945 harus mengandung ketentuan yang
“mewajibkan Pemerintah dan penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.” UUD
1945 selanjutnya menegaskan bahwa “Negara Indones
ia berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat)
.
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak yang (seharusnya) diakui secara
universalsebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat
kelahiran manusia itu sebagai manusia. Dikatakan ‘universal’ karena hak-hak ini
dinyatakan sebagai bagiandari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli apapun
warna kulitnya, jeniskelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan pula agama atau
kepercayaan spiritualitasnya. Sementara itu dikatakan ‘melekat’ atau ‘inheren’ karena
hak -hak itu dimilikisesiapapun yang manusia berkat kodrat kelahirannya sebagai
manusia dan bukan karena pemberian oleh suatu organisasi kekuasaan manapun. Karena
dikatakan ‘melekat’ itu pulalah maka pada dasarnya hak-hak ini tidak sesaatpun boleh
dirampas atau dicabut. Dariuraian pendahuluan di atas, penulis melihat penting dan
menariknya wawasan tentang HAMdan rule of law. Oleh sebab itu, penulis berusaha
menjabarkan pembahasannya dalam bentuk makalah ini untuk menambah wawasan kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM ?
3. Apa saja HAM di Indonesia ?
4. Apa saja pelanggaran HAM dan peradilannya?
5. Apa saja lembaga HAM ?
HAM dapat meliputi Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu,
hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya. Hak – hak
asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
(dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik. Hak asasi
untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan ( rights of
legal equality). Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights).
Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.
Dan hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,
penggeledahan, dan peradilan.
Istilah pengadilan HAM untuk pertama kalinya disebutkan secara formil dalam
Bab IX tentang pengadilan Hak Asasi Manusia pasal 104 ayat (1), (2), (3) UU No. 39
tahun 1999 tentang HAM. UU ini menyatakan bahwa pengadilan HAM dibentuk
untuk mengadili HAM yang berat seperti, pembunuhan masal (genocide),
pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitary/extra
judicial killing), penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau
diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination) yang sesuai
dengan ketentuan pasal 6 dan pasal 7 “Rome statue of the international criminal
court”.
Hukum acara yang digunakan dalam Pengadilan HAM dalam hal tidak ditentukan
lain dalam UU. 26/2000 adalah hukum acara atas perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara pidana (Pasal 10).
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
https://www.romadecade.org/pengertian-ham/#!
https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-ham/
https://cerdika.com/lembaga-perlindungan-ham/
https://suarapapua.com/2017/07/26/pengadilan-ham-di-indonesia/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/210000069/pelanggaran-ham--pengertian-
dan-jenis?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_hak_asasi_manusia_di_Indonesia
https://rennymagdawiharnani.wordpress.com/sih/ham/peradilan-ham/
https://www.kompasiana.com/aunurrohim/552aa5f26ea834a97d552d03/ham-di-indonesia
https://www.kompasiana.com/aunurrohim/552aa5f26ea834a97d552d03/ham-di-indonesia