LEUKEMIA
LEUKEMIA
LEUKEMIA
MAKALAH
Memenuhi tugas mata kuliah
Patologi
Yang dibimbing oleh Ibu Rizki Mustika Reswari SST, MPH
Oleh:
- Dewi Muflihah (1501470011)
- Kulsum Febri Dwi S (1501470012)
- Dwi Andika Mulya S (1501470013)
- Noor Rochmat H (1501470014)
- Normalita Dwi P S (1501470016)
- Yusi Idah Safitri (1501470017)
- Alifah F Izzah (1501470018)
- Anggun Nilam Cahya (1501470019)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“LEUKEMIA” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk
mengetahui segala sesuatu tentang penyakit Leukemia.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rizki Mustika Reswari SST, MPH selaku dosen mata kuliah Patologi yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah pembahasan ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap laporan
penelitian ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin
dalam makalah pembahasan ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu
penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah pembahasan ini dapat memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................
2
1.3. Tujuan Pembahasan...........................................................................................
2
1.4. Manfaat Pembahasan.........................................................................................
2
1.4.1. Bagi Mahasiswa.........................................................................................
2
1.4.2. Bagi Dosen................................................................................................
2
1.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
3
2.1. Definisi...............................................................................................................
3
2.2. Klasifikasi..........................................................................................................
4
2.3. Etiologi...............................................................................................................
6
2.4. Patogenesis.........................................................................................................
9
2.5. Patofisiologi.......................................................................................................
10
BAB III PENUTUP.................................................................................................
12
3.1. Kesimpulan........................................................................................................
12
3.2. Saran..................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai
“darah putih”, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
proliferasi sel induk hematopoetik yang secara maligna melakukan transformasi,
yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal
(Greer dkk, 1999 dalam Price, 2006).
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik
pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga menimbulkan
gejala klinis. Keganasan hematologik ini akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Anonim, 2012).
Leukemia adalah golongan penyakit yang ditandai dengan penimbunan sel
darah putih abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang, hitung sel darah putih sirkulasi meninggi dan
menginfiltrasi organ lain. Dengan demikian gambaran umum leukemia mencakup
sel darah putih abnormal dalam darah tepi, hitung sel darah putih total meninggi,
bukti kegagalan sumsum tulang misalnya: anemia, netropenia atau
trombositopenia dan keterlibatan organ lain misalnya: Hati, limpa, limfonodi,
meningen, otak, kulit dan testis. (Bruner, 2002)
Leukemia digolongkan ke dalam kelompok akut dan kronis berdasarkan
derajat maturasi sel-sel ganas di dalam sumsum tulang. Leukemia akut ditandai
adanya gangguan maturasi yang mengakibatkan meningkatnya sel-sel muda dan
terjadi kegagalan diferensiasi sel-sel darah. Keadaan ini menyebabkan penyakit
tampak sangat berat dan menyebabkan kematian dalam beberapa bulan tanpa
pengobatan. Sebaliknya pada leukemia kronik terjadi peningkatan sel matur yang
tidak terkendali, sehingga penyakit tampak relatif lebih ringan. Leukemia kronik
pada stadium akhir dapat menjadi progresif seperti leukemia akut.
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan
sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya
leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006). Leukimia merupakan penyakit akibat
proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005). Leukimia
adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dalam sumsum
tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum normal. (Baughman, 2000, hal :
336). Leukimia merupakan proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah. (Suriadi, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukimia adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya
jumlah leukosit yang berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal.
2.2. Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel
dan tipe sel asal yaitu:
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4 – 6 tahun.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
Leukemia Limfositik Akut lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden Leukemia Limfositik Akut akan mencapai
pucaknya pada umur 3 – 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan
hidup 2 - 3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan
sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Mieolistik Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hemopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Leukemia Mielositik
Akut merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Leukemia Mielositik Akut atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA)
lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, Leukemia Mieolistik Akut fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B
(jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfositik kecil yang berumur
panjang.
Leukemia Limfositik Kronik cenderung dikenal sebagai kelainan ringan
yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan
2 : 1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Ganulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik (LGK/ LMK)
Leukemia Granulositik Kronik/ Leukemia Mielositik Kronik adalah
gangguan mieloproliteratif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid
(seri granulosit) yang relatif matang.
Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan
(40 – 50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90 – 95% penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik.
Sebagaian besar penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia
Mielositik Kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase
krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas / promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah
yang amat kurang.
2.3. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik Akut terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik Kronik banyak
ditemukan antara umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik Kronik merupakan
kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi
pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di
antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles
County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre
melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik
(60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA +
USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia
(23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung
penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar
identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif
leukemia berisiko untuk menderita Leukemia Limfositik Akut (OR=3,75 ;
CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di
Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan
Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia
Granulositik Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan.
Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi
mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang
tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup
setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi Leukemia Mielositik
Akut dan Leukemia Granulositik Kronik sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia
timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga
dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000
rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian
besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada
orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko
terkena leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-
4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar
benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita
leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan
risiko Leukemia Mielositik Akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan
desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian Leukemia Mielositik Akut (OR=3,81; CI=1,37-
10,48) artinya orang yang menderita Leukemia Mielositik Akut kemungkinan
3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak
menderita Leukemia Mielositik Akut. Penelitian di Los Angles (2002),
menunjukkan adanya hubungan antara Leukemia Mielositik Akut dengan
kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa
perokok berat dapat meningkatkan risiko Leukemia Mielositik Akut. Faktor risiko
terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi,
banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di
antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang
yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR
= 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35
kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.
2.4. Patogenesis
2.5.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan
dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal.
Yang dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia
Akut dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia
Mielositik Akut (LMA). Leukemia Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia
Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan
risiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host
yaitu umur, jenis kelamin, ras dan faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar
radioaktif, zat kimia, merokok dan lingkungan.
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Pada tiap
stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang
belum diketahui penyebabnya. Bila terjadi, maturasi dapat terganggu sehingga
jumlah sel muda meningkat dan menekan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang
dimaksud dengan penyakit Leukemia dapat mengerti bahwa penyakit ini cukup
berbahaya dan mematikan. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
apabila menemui orang dengan gejala yang telah dijabarkan.
DAFTAR PUSTAKA