Anda di halaman 1dari 14

Rencana dibacakan : 13-12-2017

Pukul : 09.00 WIB

BOOK READING

Kesehatan Global dalam Dermatologi


Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Edisi VIII, Bab 3, halaman 15-21

Pembimbing: dr. Donna Partogi, SpKK


Penyaji: dr. Arridha Hutami Putri

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

0
Bagian 3: Kesehatan Global dalam Dermatologi
Rodrick J Hay

Kata “global” menjelaskan sesuatu yang secara luas bukan merupakan konsep yang
sulit untuk dimengerti, sedangkan kata “sehat” seringkali disalahgunakan pada asumsi
yang secara sederhana berarti bebas dari penyakit. Namun, sehat dan penyakit bukan
sekedar contoh berlawanan, maksud dari kata tersebut oleh Organisasi Kesehatan
Dunia/World Health Organization (WHO), bertujuan untuk mempromosikan
kesehatan. Definisi sehat oleh WHO yang secara luas digunakan sebagai deskriptor
definitif kesehatan mengatakan bahwa sehat adalah kesejahteraan secara keseluruhan
dari fisik, mental dan sosial dan tidak sekedar tidak memiliki penyakit atau
kelemahan. Maka, kesehatan global berarti misi luas untuk mempromosikan
kesejahteraan penuh.

KETERGANTUNGAN ANTARA KESEHATAN DAN GLOBAL

Dasar rasional untuk ide ini adalah sesederhana tidak adanya negara atau daerah
dimana seluruh pulau dalam keadaan sehat; yang mempengaruhi satu Negara
mungkin seiring waktu mempengaruhi yang lain juga. Contoh yang paling jelas dari
konsep ini dari sejarah dahulu meliputi penyebaran infeksi. Saat ini terdapat usaha
mencapai tujuan untuk mengikuti penyebaran HIV atau flu burung. Keduanya
menjadi resiko global bagi kesehatan, dimana alasan distribusi mereka saat ini dilacak
secara regular dan akurat. Penyebaran dari penyakit ini telah muncul dan akan
berlanjut muncul melalui kombinasi baik faktor sosial dan ekonomi dan pergerakan
populasi dan individu. Namun secara historis, penyakit menular yang telah menyebar
secara cepat untuk menyebabkan kekacauan maksimum seringkali disebabkan dari
gerakan yang cenderung minor, dan seringkali tidak dikenali, episodik daripada
pergerakan secara luas dari individu. Sebagai contoh, akibat terjadinya outbreak plak
pes lokal pada jaman eropa pertengahan saat Genoese garrison terkepung dalam
Caffa, di Crimea, diterbangkan oleh kapal yang membawa host tikus dengan penyakit
tersebut tidak terlihat. Epidemik selanjutnya, diakibatkan oleh Yersinia pestis, dikenal
sebagai Kematian Hitam / Black Death, mengurangi populasi Eropa hingga
sepertiganya dalam kurun waktu 2 tahun. Sebagai tambahan mortalitas dan gangguan
lainnya, hal ini berakibat pada perubahan sosial dan ekonomi besar yang memperlama
epidemik tersebut. Memprediksi dan melacak perjalanan internasional dari infeksi
kini merupakan elemen penting dari keselamatan global.

Namun, masalah kesehatan dan penyakit global tidak hanya sebatas infeksi, meskipun
kecenderungan penyebaran lebih ditampilkan dalam kelompok ini; kondisi
noninfeksius kronis juga mendunia. Peningkatan yang besar dalam prevalensi diabetes
mellitus tipe 2 dalam populasi orang tua, misalnya. Kesehatan global dipengaruhi
faktor-faktor lain meliputi akibat dari perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan
pada populasi. Hal ini mencerminkan bahwa populasi manusia tidak lagi terisolasi

1
secara sosial dibandingkan secara geografis, namun bermanifestasi pada pengukuran
ketergantungan dimana yang terjadi di Kazakhstan bisa dicerminkan di kota New
York. Dalam kasus diabetes, penyebab perubahan dalam status kesehatan bersifat
berbeda; diseminasi internasional dan adopsi tingkah laku diet Negara barat,
setidaknya sebagian, bertanggung jawab akan hal ini. Kejadian penentu kesehatan
seperti diet, gaya hidup atau pemanasan global merupakan seluruh contoh faktor
resiko noninfeksi yang bisa saja mempengaruhi kesehatan global. Resiko persebaran
internasional pada kesehatan mungkin mengikuti rute yang berbeda dan seringkali
bersamaan.

Di banyak bagian Eropa dan Amerika Serikat, berkurangnya tuberkulosis merupakan


penanda perbaikan ekonomi pada abad ke duapuluh, pengurangan umum dalam
insidensi penyakit, diikuti mortalitas, yang sebelumnya didahului dengan banyak
tahun dalam perkembangan tatalaksana spesifik baru seperti streptomisin dan
pengenalan imunisasi BCG. Perbaikan kesehatan mecerminkan perubahan sosial yang
besar yang dibuat pada era ini, seperti penyediaan persediaan air dan drainase yang
terkendali dan terjangkau, perencanaan penghangatan, perumahan dan nutrisi yang
lebih baik. Sementara peningkatan kemakmuran dan reformasi sosial yang mengikuti
yang mempengaruhi industri negara barat pada abad 19 akhir dan awal abad 20
memiliki pengaruh besar, umumnya baik, dalam promosi kesehatan yang lebih baik,
dalam istilah internasional manfaatnya cenderung terbatas dan diluar jangkauan
global; area luas dari dunia ini tidak mendapat manfaat dari perubahan ini. Dalam
laporan terkini oleh Michael Marmot, pengaruh berkelanjutan dari kondisi sosial dan
ekonomi baik pada kesehatan nasional dan global didemonstrasikan secara jelas dan
status kemiskinan sosial dan ekonomi berkaitan dengan indikator kesehatan yang
buruk seperti mortalitas maternal dan bayi. Michael Marmot mengambil contoh
Swedia sebagai Negara yang telah mengadopsi kebijakan dimana pembuatan kondisi
sosial yang sesuai akan memastikan kesehatan Negara. Kebanyakan dari insiasi
kesehatan ini berkonsentrasi pada inisiatif sosial seperti perbaikan partisipasi,
keamanan ekonomi, dan pekerjaan yang sehat. Kebijakan tipe ini telah didukung baik
Negara kaya maupun miskin. Sebagai contoh, inisiatif Mexico, Programa de
Educacion, Salud y Alimentacion (Progresa), yang menyediakan insentif finansial
bagi keluarga untuk mengadopsi pengukuran yang akan memastikan perbaikan sosial
yang mengarah pada kesehatan yang lebih baik—sebagai contoh yang baik.
Sementara hal ini tampak berlebihan, kesehatan yang buruk seringkali merupakan
indikator penyakit sosial dan sebaliknya; keduanya terdapat ketergantungan.
Kesehatan bisa membuat sebuah pengaruh bermakna baik pada ekonomi mikro
maupun makro; sebaliknya keadaan ekonomi memiliki pengaruh langsung pada
kesehatan. Laporan WHO pada ekonomi makro dan kesehatan memberikan
pandangan bahwa investasi baik dari waktu dan uang pada perbaikan kesehatan
memiliki banyak manfaat melalui pengurangan mortalitas dan peningkatan karyawan
yang sehat, pengukuran yang akan menyebabkan perbaikan baik ekonomi keluarga
maupun nasional. Dengan memastikan kesehatan yang baik dari populasi Negara
mereka akan memperbaiki performa ekonomi dan kondisi sosial, yang mana, timbal

2
baliknya akan memperbaiki status kesehatan rakyatnya. Maka, kesehatan yang baik
merupakan sisi penting dari perkembangan sosial dan ekonomi, sama pentingnya
seperti kesehatan yang buruk merupakan indikator dari performa yang buruk dalam
ranah keduanya. Maka, kesehatan global menjadi sebuah aspirasi sosial penting dalam
dunia dimana kolaborasi dan ketergantungan internasional dan juga peningkatan
industri global perlahan-lahan tergantikan, atau saat tingkat apapun menambahkan
dimensi yang lain pada keadaan Negara.

PROYEK BEBAN GLOBAL DARI PENYAKIT

Dalam langkah untuk menentukan dampak dari kesehatan global, sebuah konsorsium
dari badan internasional seperti Bank Dunia / the World Bank pada tahun 1990
menugaskan sebuah laporan pada beban global dari penyakit / global burden of
disease (GBD); sebuah proyek yang kini telah tiada, melalui beberapa pengulangan
meliputi organisasi lain, termasuk WHO dan sebuah grup universitas-universitas
internasional. Dalam pengerjaan hal ini, terdapat dua tujuan penting: (1) untuk
menyediakan informasi terkini pada insidensi keadaan penyakit dalam seluruh bagian
dunia dan (2) untuk menilai akibatnya pada mortalitas dan disabilitas. Dalam
menjalankan pekerjaan ini, ketergantungan antara kesehatan dan kesejahteraan sosial
dan ekonomi dikenali secara jelas. Survei luas dari penyakit global ini harus
menggambarkan ketersediaan penelitian yang bisa menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Perkembangan berikutnya dari GBD, ditujukan pada kesehatan dalam
Negara berkembang, adalah Proyek Prioritas Pengendalian Penyakit/ Disease Control
Priorities Project (DCPP), sebuah laporan internasional berfokus pada pengukuran
berkelanjutan dari eliminasi atau pengendalian penyakit. Tahap penelitian GBD
terakhir tidak lengkap pada waktu penulisan. Namun, tahap tersebut membedakan dari
penelitian yang mana didalamnya kebanyakan pekerjaan mengumpulkan data
merupakan pekerjaan kelompok khusus, termasuk salah satunya adalah dermatologi.
Targetnya adalah untuk menyediakan data yang melingkupi penyakit-penyakit dan
faktor resiko (seperti konsumsi alkohol atau polusi atmosfer) dalam daerah yang
didesain WHO dan dimana hal ini hilang, untuk menyediakan penambahan data
menggunakan definisi model matematika. Tujuan dari penelitian ini untuk
mentargetkan insidensi penyakit pada dua titik waktu (1) 1990 dan (2) 2005.
Penelitian ini juga menyediakan pengukuran mortalitas dan juga disabilitas. Metode
yang digunakan untuk menilai apakah yang terkini lebih baik dari yang sebelumnya
dalam panel biasa tersebut (misalnya, pasien) akan ditanya untuk memberikan bobot
yang menentukan disabilitas yang menyertai keadaan penyakit.

KESEHATAN GLOBAL DAN KULIT

Didalam perspektif internasional ini, terdapat kemiripan hubungan antara kesehatan


global, dermatologi, dan persebaran penyakit kulit. Dermatologi merupakan subyek
pada faktor yang sama yang meregulasi persebaran penyakit lain dan menentukan
pengendalian; faktor infeksi, sosial, dan ekonomi, keseluruhannya merupakan hal

3
yang penting dalam penentuan prevalensi dan dampak dari penyakit kulit. Infeksi
kulit sangat umum terjadi diseluruh masyarakat; tinea pedis (kaki atlet/ athlete’s foot),
onikomikosis, skabies dan pioderma anak-anak, kutil viral, dan kekambuhan virus
herpes manusia/human herpes virus I (HHV1) merupakan seluruh contoh dari infeksi
kulit harian yang menjangkit banyak orang. Terdapat pula contoh yang bisa
ditampilkan bahwa persebaran ini dipicu oleh kontak manusia dan, dimana terdapat
fasilitas untuk hal ini muncul, seperti misalnya, didalam kolam renang dalam kasus
infeksi human papilloma virus kaki dan tinea pedis, terdapat insidensi penyakit yang
lebih tinggi. Begitupula dengan pergerakan sejumlah individu melalui perjalanan,
migrasi, atau peperangan yang meningkatkan peluang dari penyebaran infeksi ini
secara global. Seperti misalnya, difusi infeksi dunia dikarenakan Trichophyton
rubrum dinyatakan mengikuti pemindahan populasi dan perpindahan tentara pada
perang tahun 1941-1918 dan 1939-1945. Yang paling terkini, penyebaran
Staphylococcus aureus membawa gen berbahaya Panton-Valentin leukocidin (PVL)
menyebabkan furunkulosis yang telah dilacak, pada beberapa kasus, pada perjalanan
internasional. Disamping hal ini, di beberapa bagian dunia masih terdapat keunikan
dan infeksi kulit local secara geografis, secara besar munculnya dikarenakan letaknya
di area yang terpencil. Infeksi anggota gerak bawah pada anak-anak dan dewasa muda
terlihat pada daerah terpencil pada Negara berkembang dimana terdapat curah hujan
yang tinggi, yaitu ulkus tropis (Gbr. 3-1), merupakan sebuah contoh kondisi yang
cenderung masih terisolasi, infeksi jamur pada kulit, tinea imbrikata, merupakan
contoh lebih lanjut. Namun, meski dimana terdapat kecenderungan terisolasi,
perubahan seiring waktu seperti migrasi bisa menyebabkan persebaran epidemik dari
penyakit endemis sebelumnya. Tinea kapitis telah menjalani transformasi bermakna
pada dunia hemisfer barat dalam 50 tahun terakhir. Hal ini menampilkan pengenalan
pada regimen tatalaksana yang efektif dengan inisial griseofulvin dan diikuti
pengurangan tingkat infeksi diikuti dengan persebaran lanjutan dari salah satu jamur
dermatofita, Trichophyton tonsurans, yang awalnya berasal dari daerah penyakit
endemis di Mexico, dimana hal ini masih menjadi infeksi stabil dengan insidensi
sedang, untuk mencapai proporsi endemik pada anak-anak dalam daerah pedalaman
kota, awalnya di Amerika Serikat, namun selanjutnya di Kanada, Eropa, Hindia Barat
dan Amerika Latin. Persebarannya tampak mengikuti sebuah peningkatan yang
dicurigai infeksi pada anak dengan tipe rambut Karibia Afrika; dalam tahun akhir-
akhir ini penyakit ini juga mulai menyebar ke daerah Afrika.

4
Dalam cara yang serupa, penyakit kulit noninfeksius, sama dengan penyakit lainnya,
juga dipengaruhi oleh perubahan sosial dan ekonomi internasional dalam dimensinya.
Riwayat kompleks dari reaksi medis pada pembuatan paparan matahari yang
terbentuk awalnya oleh pengenalan promosi kesehatan, dan kemudian pembatasan
kesehatan, efek matahari dan sinar ultraviolet (UV). Perhatian terkini dari paparan
berlebihan baik pada matahari alami atau paparan UV, misalnya, pada salon dengan
alat pemapar UV, atau sebagai bagian dari terapi UV, merupakan tahapan penting
dalam sebuah latihan yang dimulai sebagai percobaan murni pada promosi kesehatan.
Pada zaman Yunani kuno, misalnya, paparan matahari yang dipromosikan atau
helioterapi bermanfaat untuk sejumlah masalah medis. Sementara secara besar ditolak
pada bagian terbaik dari dua millennium revolusi dalam ide medis pada abad
Sembilan belas yang menyebabkan paparan matahari diadopsi sebagai sebuah praktek
pemberian-kesehatan dengan penemuan Vitamin D dan mendapat hadiah Nobel pada
Finsen untuk terapi cahaya. Paparan matahari sebagai sumber kesehatan diadopsi
secara luas dan menjadi mode yang besar akan kesadaran kesehatan, disampaikan
dalam lingkungan spa seperti klinik William Kellogg’s Battle Creek. Namun,
kebiasaan, mungkin dipenuhi oleh dikenalinya paparan tersebut pada cahaya alami
yang dalam beberapa sisi memberi kesehatan, yang kemudian berakibat secara pasti
pada satu konsekuensi, warna kulit sawo matang. Hal ini tidaklah pasti jika kulit sawo
matang (tanned) karena matahari dikenali sebagai mode bisa disandingkan dengan
Coco Chanel, yang dikatakan telah terpapar sinar matahari secara berlebihan selama
liburan di Cap Antibes, Prancis. Efek yang disebabkan pada warna kulitnya kemudian
diadopsi sebagai mode dan ras kulit putih dimanapun mereka tinggal. Kemudian hal
ini menjadi tren global dalam mode. Pengenalan paparan sinar matahari juga
menyebabkan peningkatan insidensi kanker kulit yang diikuti secara lambat namun
mungkin dengan kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan yang diperhatikan

5
dengan hubungan antara merokok dan kanker paru-paru. Proteksi melawan paparan
sinar matahri menjadi fokus global mayor pada pencegahan pengukuran pengobatan
kesehatan masyarakat, dari edukasi masyarakat hingga resiko yang meliputi deteksi
dini kanker kulit melanoma dan nonmelanoma. Organisasi dermatologis telah
bereaksi dengan kecepatan yang mengagumkan dalam pengenalan resiko paparan UV.
Hal ini telah dicapai melalui seminar, artikel majalah, kampanye kesehatan
masyarakat, dan perkemahan latihan. Pengenalan program edukasional di sekolah
menjadi bagian penyambutan tambahan.

Mode yang berlawanan, seperti pencerahan kulit, pada wanita dengan kulit berwarna
telah menjadi mode yang sama besarnya dengan penggunaan produk pemutih kulit
yang diadopsi dari budaya-budaya yang berbeda diseluruh dunia. Agen yang umum
digunakan meliputi hidrokuinon- atau krim mengandung steroid- dengan resiko hasil
terdapatnya perkembangan penyakit kulit seperti ochronosis dan lebih banyak
masalah medis umum, termasuk bayi berat lahir rendah pada wanita hamil yang
menggunakan kortikosteroid topikal untuk mendapatkan pencerahan kulit. Seperti
dengan infeksi, terdapat pula contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh kebiasaan
sosial atau kondisi ekonomi yang masih menjadi masalah lokal secara geografis.
Erythema ab igne dari lengan merupakan hal yang tidak dikenali pada sebagian besar
bagian dunia namun berhubungan dengan pemasakan tortilla (enfermedad de las
tortirellas)—maka hal ini hanya terlihat dimana tortilla merupakan diet pokok;
fibrosis submukosa oral muncul dimana kacang Betel dikunyah merupakan contoh
lainnya. Namun, beberapa kondisi kulit noninfektif lain muncul dalam komunitas
terisolasi untuk beragam alasan, kecenderungan genetik, seperti dermatitis aktinik
pada komunitas Amerika di Amerika utara dan selatan (Gbr. 3-2). Hal ini bukan satu-
satunya contoh dari hubungan antara penyakit kulit noninfektif sebagai sebuah
perhatian internasional dan faktor sosial dan ekonomi. Satu dari kampanye kesehatan
masyarakat awal yang melintasi batasan nasional berakar dari pengenalan pekerja
industri yang terpapar minyak selama operasi perputaran skala luas lebih cenderung
terjangkit kanker kulit dan menelan arsenik saat kerja atau sebagai obat yang memiliki

6
potensi berbahaya melalui perkembangan kanker kulit. Akhir-akhir ini, banyak minat
internasional berfokus pada perubahan muka dermatitis atopik dan meskipun bukti
menggambarkan bahwa hal ini adalah kondisi berkaitan dengan masyarakat yang
menikmati perbaikan status sosioekonomik, penyelidikan dari resiko yang bisa
dimodifikasi dimana resolusi mungkin, memberikan manfaat pada anak-anak dengan
kondisi ini kini menjadi subyek dari inisiatif global (penelitian ISAAC).

Maka, penyakit kulit merupakan subjek terhadap pengaruh yang berbeda namun
global, dibandingkan dengan penyakit lainnya dan dalam pencapaian kesehatan kulit
terdapat kebutuhan untuk mempromosikan kerjasama internasional yang besar.
Tujuan ini dikenali tidak hanya untuk membagi pengalaman mengajar, namun juga
karena beban penyakit kulit menyebar secara tidak merata diseluruh dunia dan
kebanyakan Negara miskin menghadapi masalah yang paling besar. Disini, infeksi
dengan pengendalian yang buruk memainkan peranan penting dalam menentukan
pola penyakit.

PENYAKIT KULIT DI LINGKUNGAN SUMBER DAYA ALAM YANG


BURUK

Di negara miskin, penyakit kulit biasanya menempati peringkat tiga teratas penyakit
paling umum dijumpai di fasilitas medis baris depan, misalnya, pokok pertama
panggilan untuk pasien yang mencari pengobatan. Dimana di negara maju masalah
yang dihadapi ahli dermatologi dan praktisi kesehatan primer adalah penyakit kulit
noninfeksius, hal yang berlawanan benar terjadi pada negara berkembang dimana
infeksi mendominasi tampilan pola. Dimana infeksi muncul di negara industri,
masyarakat umum memiliki akses yang luas pada pengobatan melalui apotek atau
dokter layanan primer dan juga spesialis. Akses pada pengobatan terbatas berdasarkan
sejumlah faktor, baik dari pekerja layanan kesehatan yang kurang terlatih hingga
kebutuhan perjalanan yang perlu mempertimbangkan jarak untuk mendapatkan
pertolongan. Sama seperti di negara miskin, akses yang tersedia dengan uang tunai
lebih terbatas, dengan sebagian besar rumah tangga bergantung secara ekonomi pada
penanaman kebutuhan pangan sendiri atau membuat rumah dari material sendiri.
Uang tunai diperlukan untuk beberapa hal seperti sandang dan pangan tambahan.
Tatalaksana bahkan dari kondisi paling sederhana seperti skabies atau pioderma
menampilkan keperluan berkompetisi yang paling sederhana pada pendapatan tunai
rumah tangga yang tersedia; tatalaksana yang buruk atau tidak efektif merupakan
sebuah penghabisan sumber daya yang akan digunakan untuk pangan. Jumlah pasti
kecil namun akibat mereka besar.

7
Gambar 3-3. Pengeluaran dari pengobatan yang tidak efektif untuk penyakit kulit di dua
komunitas serupa, Mexico. Sc=Skabies; Py=Pioderma; Hp=Hipopigmentasi; AF=Perkiraan
pengeluaran dari makanan tambahan pada periode yang sama

Beban penyakit kulit seringkali tidak dikenali di tingkat nasional atau internasional
sebagaimana hal ini dipertimbangkan sejumlah kecil pada tabel perserikatan global
dari penyakit dan dibandingkan dengan penyakit yang membawa mortalitas signifikan
seperti HIV, pneumonia komunitas dan tuberkulosis, penyakit kulit memiliki
mortalitas yang relatif rendah. Namun, sebagai masalah kulit yang umumnya
ditemukan diantara tampilan paling umum penyakit dilihat dalam lingkungan layanan
kesehatan di area tropis dan nontropis, di beberapa daerah, dimana penyakit menular
seperti tinea imbrikata atau onchocerciasis adalah penyakit endemis, mereka
merupakan alasan paling umum bagi orang-orang untuk datang mencari pengobatan.
GBD mengestimasi 2001 mengindikasikan bahwa penyakit kulit berkaitan dengan
tingkat mortalitas pada meningitis dan hepatitis B, kelahiran yang terhalang, dan
penyakit jantung rematik di negara yang sama. Tingkat disabilitas yang
diperhitungkan sebagai tahun hidup yang disesuaikan pada diabilitas/ disability
adjusted life years (DALY) dalam laporan yang sama menampilkan estimasi total
sejumlah 896.000 DALY yang terekam pada daerah tersebut di tahun yang sama; hal
ini dibandingkan dengan yang memiliki gout, penyakit endokrin, gangguan panit dan
kecelakaan terkait perang. Sementara, seperti dijelaskan sebelumnya, gambaran-
gambaran ini kini dinilai ulang, hal ini menggambarkan bahwa beban penyakit
dikarenakan penyakit terkait kulit dalam jumlah yang tinggi. Banyak penelitian

8
internasional yang berfokus pada akibat penyakit pada individu dengan penilaian
disabilitas. Mereka yang tertarik dalam penyakit kulit seringkali menggunakan
pengukuran berfokus pasien dengan skala kualitas hidup/ Quality of Life (QOL)
scales. Sementara yang mungkin kurang objektif yang dilakukan, dengan konsentrasi
pada akibat penyakit pada nilai dan performa personal, menyediakan—berdasarkan
banyak minat dalam akibat penyakit—pengukuran yang lebih realistis dari bagaimana
pasien cenderung menggunakan layanan kesehatan. Penilaian akibat dari penyakit
kulit pada kualitas hidup dalam perbandingan dengan penyakit nondermatologis
kronik lain bersifat sulit. Namun penurunan kualitas hidup pada pasien dengan
penyakit kulit umum, jerawat, serupa dengan yang dialami pasien dengan penyakit
kronis seperti asma, diabetes dan artritis; keseluruhannya menampilkan defisit yang
dapat dibandingkan dalam tujuan pengukuran kualitas hidup. Penyakit kulit terkait
HIV, yang merupakan sebuah beban penyakit kulit penting, khususnya di Afrika sub-
sahara, menyebabkan pengurangan kualitas hidup dibandingkan dengan masalah kulit
terkait non HIV, meskipun penggunaan terapi antiretrovirus memproduksi perbaikan
signifikan.

MASALAH PRAKTIS DALAM LAYANAN KULIT

Disamping perbandingan yang tidak setara dari tingkat mortalitas dengan penyakit
lain, terdapat sejumlah alasan penting dan relevan mengapa dibutuhkan massa untuk
percobaan efektif atau kebijakan pengendalian untuk kondisi kulit. Pertama, penyakit
yang paling umum dan pasien yang ditampilkan dalam jumlah sangat besar di area
layanan primer. Dalam beberapa kasus lebih dari 60% populasi memiliki setidaknya
satu penyakit kulit. Meskipun jumlah signifikan tidak pernah mencari pengobatan
untuk alasan yang beragam, termasuk kurangnya kesadaran bahwa tatalaksana
tersedia, beban kerja yang dihasilkan oleh pasien dengan masalah kulit di tingkat
layanan primer bisa saja besar. Hal ini merupakan sebuah masalah di seluruh negara
namun khususnya dalam negara dengan produk domestik kasar terendah. Anak-anak
dan orang tua, khusunya, mendapatkan dampak, menambahkan beban penyakit dalam
kelompok yang sudah rentan. Kedua, morbiditas bisa menyebabkan disabilitas
melalui gerakan pengrusakan atau restriksi. Seperti misalnya, efek elephantiasis
sekunder hingga filariasis limfatik berlangsung bertahun-tahun setelah eliminasi
parasit filariar. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, dana ekonomi relatif pada
penatalaksanaan bahkan komplain kulit ringan dalam keluarga dalam daerah miskin
menurunkan kapasitas keluarga untuk berkontribusi pada ekonomi lokal mereka
sebagaimana dana sekali pakai mereka diganti untuk pengobatan yang buruk daripada
kebutuhan lain. Kulit seringkali menjadi tempat dimana perubahan sejumlah penyakit
kulit tropis lain ada. Lepra, onchocerciasis, cacing guinea, HIV/AIDS, tuberkulosis,
frambusia, dan ulkus Buruli sebagai contohnya. Kekurangan kemampuan dasar dalam
pengenalan dan manajemen penyakit yang tampil dengan abnormalitas kulit
mengurangi kapasitas pengamatan dari penyakit penting ini. Sejujurnya, penyakit
kulit dalam daerah tropis merupakan sebuah masalah yang terabaikan yang harus
ditambahkan kedalam daftar penyakit tropis yang terabaikan.

9
Secara global, satu dari masalah terkini yang ditandai dalam jumlah penelitian adalah
manajemen penyakit kulit dalam lingkungan layanan primer. Dalam negara
berkembang, tingkat kegagalan tatalaksana tinggi hingga lebih dari 70% merupakan
hal yang umum dalam pos kesehatan baris depan. Sama benarnya dalam lingkungan
negara industri dimana pengenalan beberapa masalah kulit yang kurang di tingkat
layanan primer adalah sebuah faktor yang membatasi tatalaksana yang efektif. Situasi
ini tersusun oleh perubahan kurikulum strata 1 dimana di banyak negara konten fakta
dan akademik, seperti pengetahuan dari penyakit kulit dan mata telah dikurangi
sehingga membuat siswa untuk memadukan kemampuan berorientasi pasien seperti
komunikasi; jarak dalam pembelajaran untuk mereka yang tidak bermaksud untuk
mengikuti karir dalam mata pelajaran, seperti dermatologi, namun mereka memiliki
beberapa tanggung jawab dalam menangani masalah kulit, belum merasa puas. Satu
jalan lebih maju dalam mengalirkan kapasitas untuk mengatasi penyakit umum,
seperti penyakit kulit, telah diprioritaskan pilihan tatalaksananya. Sebagai contoh,
dalam negara berkembang sejumlah kecil penyakit kulit umum, seringnya infeksi,
bertanggung jawab pada mayoritas beban penyakit. Maka, implementasi tatalaksana
efektif mentargetkan kondisi ini menjamin dapatan signifikan pada kesehatan
personal maupun masyarakat. Dua contoh utama adalah skabies dan pioderma. Dalam
negara industri yang menggabungkan usaha untuk mencegah atau mendiagnosis
kanker kulit di tahap awal telah membentu elemen kunci pada strategi kesehatan
masyarakat.

MENGIDENTIFIKASI RESIKO

Dalam masyarakat barat terdapat beberapa penelitian yang diakui dalam


mengestimasi prevalensi atau resiko penyakit, sebuah pengenalan yang dibutuhkan
pada intervensi kesehatan. Namun, sebuah penelitian di Lambeth, London Selatan
pada tahun 1976 menggunakan kuesioner berdasarkan jangkau berpusat-populasi,
dibalik pemeriksaan acak, mengungkapkan sejumlah 52% prevalensi penyakit kulit
dimana lebih dari setengah kasus dihakimi oleh investigator untuk diberikan
tatalaksana. Penelitian NHANES di Amerika Serikat memproduksi gambar yang
sangat mirip. Penelitian lebih terkini dari beban penyakit kulit di Amerika Serikat dan
Britania Raya mengkonfirmasi investigasi yang lebih dulu ini. Penelitian dari negara-
negara berkembang secara umum dilakukan melalui survei berdasarkan-komunitas
yang sistematis yang dilakukan oleh dengan pemeriksaan klinis, Gambar yang
dipublikasi untuk prevalensi penyakit kulit di negara berkebang berkisar antara 20%
hingga 80%. Dari penelitian ini, menjadi jelas bahwa populasi yang berbeda memiliki
tingkat kesadaran penyakit yang berbeda. Seperti misalnya, sebuah penelitian di
Ethiopia antara 47% dan 53% anggota dua komunitas yang mirip mengklaim
memiliki penyakit kulit. Namun, saat mereka diperiksa, 67% dari yang menyangkal
memiliki masalah kulit ditemukan memiliki kondisi kulit yang bisa disembuhkan;
meyoritasnya adalah infeksi. Tinea kapitis, yang sama umumnya dalam populasi yang
sama mungkin diabaikan karena hal ini merupakan pengetahuan umum yang
mengikuti haluan benigna dan asimptomatis di banyak pasien, meskipun dalam

10
komunitas tersebut, dimana bentuk klinis dari tinea kapitis, favus, muncul, populasi
lokal mengenali bahwa tipe infeksi ini berkaitan dengan perlukaan kulit kepala
permanen dan kini dalam tatalaksana.

Faktor resiko utama yang berkaitan dengan penyakit kulit dalam negara berkembang
kebanyakan karena sosioekonomik, hal paling penting dari ini tampaknya adalah
rumah tangga yang padat yang diestimasikan dengan orang per ruangan dalam
akomodasi kehidupan. Seperti misalnya, Tanzania, Gibbs menemukan bahwa 27%
pasien memiliki penyakit kulit yang dapat diobati dalam survei dua komunitas desa;
sekali lagi infeksi merupakan penyakit yang paling umum ditemukan. Kepadatan
merupakan faktor resiko mayor dalam survei yang terakhir. Yang juga tampak
mempengaruhi prevalensi keseluruhan dan pola kondisi kulit adalah keberadaan
sejumlah penyakit menular umum, khususnya skabies dan pioderma, di area tertentu.
Kondisi panas dan iklim yang lembab mungkin memiliki peran pada infeksi kulit
tertentu seperti pioderma, karena itu, mempengaruhi distribusi penyakit.

PENYAKIT KULIT—POLA PADA TINGKAT KOMUNITAS DAN INISIATIF


INTERNASIONAL

Menggunakan gambaran Bank Dunia (Indikator Perkembangan Dunia/World


Development Indicators 2002) untuk populasi berpendapatan rendah di tahun 2000,
estimasi jumlah individu yang terinfeksi dengan pyoderma dan skabies berdasarkan
gambaran prevalensi tertinggi dari survei komunitas dalam negara berkembang adalah
400 dan 600 juta, hal itu berdasarkan pada gambar prevalensi terendah sejumlah 40
dan 50 juta. Untuk tinea kapitis, estimasi jumlah berdasarkan kasus pada estimasi
prevalensi tertinggi untuk Afrika Sub-Sahara sendiri sejumlah 78 juta.

Data keseluruhan ini menggambarkan bahwa perbaikan signifikan bisa dibuat dalam
penurunan beban penyakit kulit dengan berfokus pada kelompok kecil pada kondisi
khususnya infeksi, yang tediri dari mayoritas kasus komunitas. Hal ini mungkin
dicapai dengan program kendali komunitas. Misalnya skabies dan kanker kulit yang
telah disebutkan. Terdapat sejumlah badan yang berbeda yang memahami kebutuhan
prioritas dan telah dimulai, awalnya secara individual namun meningkat dalam
kolaborasi, untuk mencoba memperbaiki situasi ini.

Fokus utama dari usaha ini telah diidentifikasi dari kebutuham penyakit kulit dalam
negara miskin, metode paling sederhana dari berurusan dengan mayoritas dan
perkembangan program untuk menangani hal ini. Pada banyak kasus, elemen penting
yang dibutuhkan untuk menyampaikan sebuah program efektif adalah sebagai berikut:
a. Data pada penyakit kulit dan sumber daya terkini yang bisa disalurkan untuk
menangani masalah ini.
b. Edukasi orang-orang yang berperan dalam perbaikan kesehatan kulit.
c. Bukti dari efikasi tiap proyek.

11
Data Pada Penyakit Kulit

Data pada epidemiologi global dari penyakit kulit tidak adekuat, tidak hanya karena
estimasi terkini dari kesehatan global yang merupakan subyek pada variasi luas.
Dalam penyakit kulit, masalah mayor dan berulang hanya sedikit penelitian yang
terdokumentasi prevalensi dan insidensi penyakitnya pada tingkat populasi.
Alasannya tidak sulit untuk diidentifikasi. Pertama, karena penyakit kulit tidak
berkaitan dengan mortalitas signifikan, indikator internasional pertama dari aktivitas
penyakit, tingkat kematian, tidak memicu permintaan pemerintah atau bahkan tingkat
regional untuk survey epidemiologi komprehensif. Kedua, dan berhubungan dengan
poin pertama, disabilitas yang berhubungan dengan penyakit kulit sering dipikirkan
sejumlah sedikit—alasan lain mengapa terdapat sedikit seruan pusat untuk investigasi
lebih jauh. Terdapat pula alasan praktis mengapa penelitian dari alam ini sejumlah
sedikit hingga saat ini. Karena diagnosis perubahan pada kulit bergantung pada
penilaian visual, yang akurasinya secara luas berdasarkan pengalaman, hal ini menjadi
sangat sulit untuk diajarkan kepada mereka yang tanpa pengalaman relevan untuk
menilai label diagnostik. Hal ini akhir-akhir ini cenderung menjalani telah digunakan
untuk menyederhanakan dan memvalidasi kriteria diagnostik untuk digunakan dalam
penelitian populasi besar dan yang berasal dari penelitian internasional alergi kini
menyediakan gambaran global dari prevalensi dermatitis atopik. Namun, hal ini
adalah satu contoh dan terdapat beberapa inisiatif serupa dalam area lain dermatologi,
seperti misalnya, klasifikasi perubahan kulit dalam filariasis limfatik. Luaran akhir
adalah bahwa penyakit kulit masih menjadi subyek dimana penelitian epidemiologi
bergantung pada diagnosis observer terlatih, biasanya ahli dermatologi. Penelitian
luas dari penyakit global harus ditarik pada ketersediaan beberapa surveinya yang bisa
menyediakan informasi yang dibutuhkan. Kebanyakan dari ini adalah buah yang
cenderung sejumlah kecil dari ahli dermatologi yang mengambil tugas investigasi
akibat penyakit kulit dan pengukuran perkembangan untuk penilaian prevalensi
penyakit dan kualitas hidup. Namun, masih terdapat contoh dimana penyakit yang
tampil di kulit telah menarik banyak perhatian global. Framboesia, misalnya, adalah
salah satu dari contoh pertama dari sebuah penyakit infeksi yang ditargetkan WHO
untuk eliminasi melalui terapi penisilin masal. Dalam beberapa tahun pertama,
Kampanye memberikan keuntungan besar dengan penurunan yang besar dalam
sejumlah kasus. Sebagaimana dengan penyakit lain kurang sumber daya dan
gangguan mayor, seperti konflik manusia, telah memastikan bahwa masih terdapat
kantung fimbroesia yang harus dibawa dibawah pengendalian. Pengenalan resiko
kanker kulit menstimulasi insiasi regional dan nasional di area seperti Australia;
namun masih terdapat catatan kumpulan data kanker kulit nonmelanoma.

Edukasi Dan Pelatihan

Lebih banyak usaha pada edukasi untuk meningkatkan pengetahuan penyakit kulit
dan manajemennya dan contoh dari inistiaf yang ditetapkan oleh departemen dan
persatuan dermatologi nasional dan internasional penting untuk dikenali. Hal ini

12
berkisar dari program nasional pencegahan kanker kulit hingga situs internet yang
mempromosikan kesadaran masyarakat. Hal ini seringkali termasuk pelatihan untuk
tenaga professional kesehatan lain, seperti apoteker, yang mungkin menjumpai
penyakit kulit. Dalam negara berkembang, Yayasan Internasional Dermatologi/
International Foundation of Dermatology telah menetapkan sejumlah program. Yang
pertama diantarnya adalah Pusat Pelatihan Dermatologi Regional/ Regional
Dermatology Training Centre (RDTC) di Moshi, Tanzania dibangun sebagai
kolaborasi antara Yayasan Internasional Dermatologi; Kementerian Kesehatan dan
Yayasan Amal merupakan sebuah contoh inisiatif pelatihan yang mempengaruhi
banyak negara. Pusat pelatihan melatih karyawan klinis dengan tanggung jawab
regional pada penyakit kulit, infeksi menular seksual, dan lepra, dan akhir-akhir ini
telah menetapkan program pelatihan residensi dermatologi internasional untuk Afrika
Sub-Sahar. Program lain dari pelatihan atau asistensi dibuat di Mexico, Mali,
Ethiopia, Haiti, Fiji, Kambodia diantara contoh-contoh lain kolaborasi Internasiona
untuk memperbaikin kesehatan kulit di negara miskin.

Seberapa Efektif Inisiatif Ini?

Inisiatif ini kurang berhasil dalam penentuan bukti yang kampanye telah kerjakan.
Terdapat beberapa data dari program perlindungan kulit bahwa insidensi dari
melanoma tingkat lanjut membaik seiring pengukuran skrining dini. Namun,
mengukur akibat dari edukasi pada insidensi penyakit merupakan hal sulit, namun hal
ini jelas dibutuhkan dengan harapan membenarkan pengeluaran waktu dan
pembiayaan.

KESIMPULAN

Kesimpulannya, insidensi global penyakit yang mempengaruhi kulit sangat luas;


disabilitas terkait hal ini kurang, namun signifikan. Menangani beban ini masih
menjadi tanggung jawab mereka yang dilatih khusus dalam bidang ini. Secara
meningkat, ahli dermatologi dan perawat dermatologi telah memindahkan perhatian
mereka untuk mengadopsi pengukuran yang memberi manfaat kelompok individu
luas dibandingkan pasien yang duduk pada lain sisi meja konsultasi. Untuk
melakukan hal ini artinya mengatur hubungan dan perserikatan baik nasional maupun
internasional. Baik mengembangkan atau mendampingi skema kesehatan publik lokal
maupun global untuk mengendalikan, mengeliminasi, atau memperbaiki masalah kulit
melalui edukasi dan inisiatif komunitas adalah realistis merupakan hal untuk
diperdebatkan. Yang pasti adalah bahwa intervensi perbaikan kesehatan dari mereka
yang dengan masalah kulit dalam komunitas memperbaiki baik kesehatan
masyarakatnya maupun gambaran profesinya.

13

Anda mungkin juga menyukai