Anda di halaman 1dari 12

POTENSI TERAPETIK TEA TREE OIL UNTUK SKABIES

Jackson Thomas,* Christine F. Carson, Greg M. Peterson, Shelley F. Walton, Kate A. Hammer, Mark
Naunton, Rachel C. Davey, Tim Spelman, Pascale Dettwiller, Greg Kyle, Gabrielle M. Cooper, and
Kavya E. Baby

Abstrak. Secara global, 130 juta orang di dunia mengalami skabies di waktu kapanpun. Di negara
berkembang, outbreak di fasilitas pelayanan kesehatan dan kelompok berisiko menyebabkan beban
ekonomi yang signifikan. Sebuah ulasan mendemonstrasikan peningkatan resistensi pada terapi
skabies konvensional dan penurunan efektifitas terapi skabies dalam meredakan reaksi inflamasi di
kulit dan progresifitas pioderma pada kelompok pasien yang memiliki kecenderungan. Tea tree oil
(TTO) mendemonstrasikan efek akarisid yang potensial untuk melawan tungau skabies, termasuk
pada kasus yang tidak berespon terhadap terapi standar. Peningkatan resistensi akarisid mengancam
kemanjuran terapi standar (ivermectin oral dan permetrin topikal) di masa depan. Pembaharuan bahan
kimiawi masih jadi perdebatan. Efek akarisid, antibakteri, antipruritus, anti-inflamasi, dan
penyembuhan luka pada TTO mungkin menjadi jawaban untuk mengurangi beban infeksi skabies dan
komplikasi infeksi bakteri yang mengikuti. Ulasan ini merangkum pengetahuan terkini dari
penggunaan TTO untuk terapi skabies. Kekuatan data TTO, skala yang besar dan randomized
controlled clinical trials terjamin.

INFEKSI SKABIES

Epidemiologi. Skabies adalah penyakit kulit yang menular, disebabkan oleh parasit tungau
acarine Sarcoptes scabiei var. hominis, menginfeksi 300 juta individu per tahun di seluruh dunia,
termasuk semua kelompok usia dan kelas sosial.1-3

Ulasan World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi global skabies


sebanyak 0.2-24%.4 Namun, kondisi ini lebih banyak terjadi di daerah tropis, terutama skabies pada
anak. Di Australia, skabies adalah masalah kesehatan mayor pada komunitas pribumi, dengan
prevalensi 25% pada dewasa dan 30-65% pada anak-anak. 5,6 Lebih banyak terjadi pada anak usia
muda dan menetap pada anak yang lebih tua dan remaja, kemungkinan karena tidak adanya imunitas
dan peningkatan paparan dan pertukaran infeksi antar anak. 9,10

Morbiditas penyakit. Sarcoptes scabiei melepaskan antigen yang difus ke lapisan kulit luar
menyebabkan inflamasi lokal dan reaksi imun yang berlanjut menjadi gatal hebat dan abrasi kulit. 11,12
Rekahan di epidermis adalah pintu masuknya bakteri patogen (biasanya streptococci atau
staphylococci), dimana inhibitor komplemen yang berasal dari tungau skabies membantu
pertumbuhan bakteri.13 Tungau skabies mensekresi beberapa molekul endogen yang menghalangi
sistem imun inang.13,14 Proses ini dipercaya untuk melindungi tungau dari mekanisme pertahanan

1
inang. Studi molekular telah membuktikan bahwa gigitan tungau skabies memproduksi banyak
inhibitor komplemen (mis. scabies mite-infected protease paralogues II dan serpin tungau skabies
seperti SMSB3 dan SMSB4), yang menghalangi berbagai tahap kaskade pertahanan inang dan
mendukung formasi bakteri patogen (mis. Streptococcus aureus dan Streptococcus pyogenes) pada
tubuh pasien dengan risiko koinfeksi bakteri sekunder. 14-16 Lesi superinfektif dapat berkembang
menjadi selulitis atau impetigo dan dapat menjadi abses. Sekuel yang mungkin terjadi pada individu
terinfeksi adalah sepsis dan infeksi invasif non-supuratif lainnya, seperti yang dijelaskan pada Tabel
1.17 Infestasi yang lebih berat atau 'berkrusta' diasosiasikan dengan penurunan sistem imun, misalnya
pada infeksi human immunodeficiency virus.

Di Australia, populasi pribumi ditemukan mengalami septikemia streptokokal (dengan


penyebab tertinggi yaitu penyakit infeksius yang dikarenakan impetigo dan skabies di daerah
pedesaan atau terpencil) dengan tingkat kejadian 5 kali lebih banyak dari pada populasi umum. 18 Hal
ini berkontribusi pada perbedaan 13 tahun perkiraan ekspektasi usia antara populasi pribumi dan
populasi non-pribumi di Australia (data 2012). 19 Hubungan antara skabies dan pioderma telah
teridentifikasi menjadi faktor penyebab demam rematik dan penyakit jantung, sepsis kulit, dan
penyakit ginjal pada komunitas Aborijin dan Torres Strait di Australia. 20

Beban ekonomi dari penyakit. Studi di A.S pada tahun 2004 memperkirakan beban
ekonomi per tahun untuk manajemen skabies mencapai 10.4 juta dolar A.S. 21 Di Australia, perkiraan
biaya untuk manajemen skabies pediatrik dan pioderma per pasien mencapai 10.000 dolar Australia,
yang merupakan biaya minimal dengan asosiasi rawat inap karena tidak ada data lebih lengkap atau
komprehensif untuk perkiraan beban ekonomi per tahun. 6,22,23

Terapi terkini. Terapi topikal untuk skabies meliputi sulfur, benzyl benzoate, alletherin,
thiabendazole, crotamiton, monosulfiram, malathion, lindane, dan permetrin. Terapi oral yang ada
hanya ivermectin. Semua terapi skabies berpotensi membahayakan dan diasosiasikan dengan efek
samping moderat hinga berat (Tabel 1). 2,8,41,45-47 Komplikasi tersering dari terapi topikal skabies adalah
eksim persisten paska-skabies (dermatitis eksematous generalisata) akibat dari bermacam-macam
formula.12 Sulit untuk mengobati pasien dengan eksema sekunder, erosi, atau ulkus menggunakan
skabisid topikal, karena menyebabkan efek samping di kulit maupun sistemik yang serius,
menyebabkan penerimaan terapi yang buruk.48

2
Skabies nodular

Skabies bullous

Gatal dan luka garukan Skabies


Skabies berkrusta

Gangguan tidur
Stigmatisasi atau pengucilan

Infeksi kulit lokal dengan komplikasi

Selulitis, folikulitis

S. Aureus invasif Impetigo S. pyogenes& S. aureus S. pyogenes invasif

Case Fatality Rate 5% per tahun Case Fatality Rate 10% per tahun

Glomerulonefritis Demam rematik

Hematuria Infeksi tenggorokan oleh


Streptokokus grup A
Gagal ginjal kronis
Penyakit jantung rematik

Beban finansial pada komunitas Case Fatality Rate 2-5% per tahun
ekonomi rendah

Figur 1. Komplikasi dari infeksi skabies, modifikasi dari Engelman dkk. 3

Ivermectin (satu-satunya terapi per oral) disalurkan menuju organisme infektan melalui cairan
intraepidermal. Anak-anak, usia lanjut (terutama wanita), individu dengan kulit asteatotik (mis.
mendapat terapi estrogen atau retinoid), dan pasien diabetes yang berisiko tinggi gagal terapi karena
produksi sebum yang rendah.49 Belum ada akarisid skabies yang memiliki aktifitas ovisidal, sehingga
terapi ulang kadang dibutuhkan untuk membunuh tungau yang baru menetas. Masalah ini diperberat
dengan peningkatan resistensi akarisid yang menyebabkan gagalnya terapi.

Resistensi akarisid. Studi in vitro dan in vivo yang dilaksanakan di Australia dan di tempat
lainnya telah meningkatkan kesadaran tentang peningkatan resistensi ivermectin (peneliti Australia
melaporkan seluruhnya resisten) dan permetrin. 1,31,51-55 Studi in vitro pada tahun 1994 melaporkan
mortalitas skabies setelah 1 jam paparan permetrin 5% adalah 100%; namun pada studi 6 tahun

3
kemudian menunjukkan peningkatan toleransi terhadap permetrin sebanyak 3 kali lipat. 1,7,50,56 Studi-
studi yang lebih baru telah mengkonfirmasi bahwa permetrin adalah akarisid dengan kinerja yang
paling pelan secara in vitro di regio Australia Utara. 50 Sebuah ulasan artikel tahun 2013
mencantumkan terdapat tujuh kasus resistensi ivermectin yang menyebabkan kegagalan terapi di
Australia Utara.7 Resistensi ivermectin secara klinis dan in vitro juga telah didokumentasikan pada
pasien dengan skabies berkrusta.7 Data sensitifitas in vitro pada 10 tahun terakhir mengindikasikan
frekuensi survival dari ivermectin telah meningkat 2 kali lipat dari pertama kalinya ia digunakan. 56
Clinical trial di Senegal tahun 2009 melaporkan respon terapetik ivermectin yang buruk pada
manajemen skabies anak. Tingkat kesembuhan ivermectin dengan dosis tunggal (150-200μg/kg)
dilaporkan mencapai 24.6% meski studi tersebut dikritisi dari dosisnya yang bervariasi. Penulis kini
mengindikasikan kemungkinan adanya resistensi ivermectin pada sekelompok pasien dikarenakan
penggunaan ivermectin untuk pengobatan massal onkoserkariasis, penyakit parasitik yang dikenal
pula sebagai river blindness, disebabkan oleh cacing filaria Onchocera volvulus.57 Jika ivermectin
digunakan tunggal, ia tidak efektif untuk melawan skabies berkrusta, sehingga membutuhkan
penggunaan bersama dengan agen topikal, seperti sediaan skabisidal atau keratolitik. Resistensi
akarisid lain seperti lindane dan crotamiton juga telah dilaporkan dari seluruh dunia.1,3,7,46,56,58

Akarisid yang ideal haruslah memiliki efek ovisidal, antibakteri, anti-inflamasi, dan/atau anti-
pruritus, dan seharusnya efektif untuk mencegah relaps (karena menetasnya telur tungau), reaksi
inflamasi kulit (dari antigen tungau), dan progresifitas pioderma. Ia juga memiliki insidensi resistensi
yang rendah dan tidak mendorong terjadinya resistensi agen lain. Efektifitas penggunaan jangka
panjang dari ivermectin dan permetrin untuk terapi skabies masih belum jelas karena mereka tidak
memenuhi semua kriteria tersebut. Masih didebatkan adanya bahan kimiawi terbaru. Meski ada
kemungkinan potensi untuk kontrol imunologis, perkembangan vaksin mungkin masih membutuhkan
beberapa dekade lagi.7 Vaksin dari departemen kesehatan hewan yang tersedia (mis. TickGARD,
GAVAC) hanya untuk tatalaksana kondisi ektoparasit seperti tungau sapi (Boophilus microplus).59
Perkembangan dari vaksin skabies bukanlah tidak mungkin, karena hewan yang sembuh dari infeksi
memiliki imunitas protektif terhadap re-manifestasi tungau. 60-62 Vaksinasi menggunakan ekstrak
tungau debu memberikan proteksi terhadap tungauuntuk hewan yang diimunisasi, namun beberapa
hambatan telah memperlambat perkembangan vaksin skabies. 63 Studi yang lebih dalam diperlukan
untuk mengidentifikasi antigen protektif dan/atau antibodi, dan memberikan pemahaman mendetail
dari patogenesis imun dari skabies berkrusta. 63 Respon imun yang telah ada terhadap antigen tertentu
di daerah endemik (mis. komunitas pribumi Australia) juga perlu pertimbangan khusus. 63,64 Kepatuhan
vaksinasi bisa menjadi faktor pembatasan dari segi komunitas; perkembangan terkini yaitu vaksinasi
kulit tanpa jarum bisa menjadi pilihan untuk memberikan vaksin pada program vaksinasi massal
untuk eradikasi infeksi ini.63,65

4
TABEL 1
Ringkasan terapi klasik untuk manajemen skabies di Australia
Regimen Tingkat kesembuhan
Obat Dosis Kontraindikasi Efek samping Komentar
terapi indikatif
Topikal
Benzyl Larutan 25% Satu atau Wanita hamil dan Rasa perih, gatal, 86% (72/86)24; olesan per Digunakan sejak 1930, komplikasi
benzoate beberapa kali bayi dermatitis hari 3 hari berturut-turut; neurologis jika disalahgunakan, ditarik
aplikasi tingkat kesembuhan pada dari Uni Eropa karena neurotoksik
dalam 24 minggu ke-4
jam
Permetrin Krim 5% Oleskan Bayi <2 bulan Rasa perih ringan, gatal, 96.3% (106/110).26; Digunakan sejak 1980, mahal,
pada malam eritema, geli, rash, diare, permetrin 2.5%, 2 kali peningkatan resistensi tungau skabies,
hari sebelum ekskoriasi persisten, dalam 1 minggu; tingkat kepatuhan buruk program intervensi
25
tidur (8-14 distonia (jarang), kejang kesembuhan pada komunitas
jam) lalu (jarang) minggu ke-4
dicuci/dibila
s
Sulfur 2-10% presipitasi Oleskan - Mual, bau tidak sedap; 96.9% (31/32)27; Telah digunakan dalam beberapa abad,
dalam petroleum selama 24 tidak diberikan sebagai 8-10%, 3 hari berturut- indikasi untuk bayi dan ibu menyusui,
base jam, lalu lini pertama; olesan perlu turut, tingkat murah
bilas dan diulang beberapa kali, kesembuhan pada
oles ulang, dapat menyebabkan minggu ke-4
ulangi iritasi
selama 3 hari

Oral
Ivermectin 200μg/kg per oral - Anak-anak dengan Efek samping transien: 43.1% (28/65)29; dosis Digunakan sejak 1980 (untuk terapi

5
diulang setelah 1- BB<15 kg, berusia gangguan GI, rash tunggal, 150-200 μg/kg; massal onkoserkariasis dan filariasis,
2 minggu <5 tahun; wanita pustular, selulitis, nyeri tingkat kesembuhan pada bukan untuk terapi skabies di Jepang,
hamil atau abdomen, diare, nyeri minggu ke-4 Brazil dan Perancis, indikasi jika gejala
menyusui kepala, muntah, menetap 3 minggu setelah aplikasi
hipotensi, nektrosis benzyl benzoat atau permetrin. Tidak
epidermal toksik, ada bukti ovisidal; perlu terapi ulangan,
mucosal drug eruption, peningkatan mortalitas dilaporkan pada
demam, anoreksia, pasien lanjut usia selamakejadian
pembesaran nodus limfa, outbreak skabies oleh suatu institusi.
eosinofilia, nyeri sendi
dan otot, reaksi mazzoti28

6
Pertimbangan lain adalah pasien dengan skabies berkrusta sering dianggap sumber penularan di dalam
komunitas, sehingga persebaran resistensi akarisid mungkin akan menyebabkan penghentian
penggunaan obat terkini. Jelas perlu studi klinis untuk menilai terapi alternatif yang telah
menunjukkan hasil yang sangat baik pada studi in vitro preeliminer. Tumbuh-tumbuhan untuk
manajemen infeksi kulit telah teridentifikasi dan kesimpulan dari kandidat-kandidat utama disajikan
di Tabel 2.67,68 Topik ini telah banyak diulas dan diperbaharui pada publikasi terkini. 68,69 Dari tumbuh-
tumbuhan ini, tea tree oil (TTO) adalah kandidat yang ideal untuk diteliti.1

Tabel 2
Ringkasan dari bermacam-macam terapi ekstrak tumbuhan digunakan untuk manajemen infeksi kulit
Tumbuhan Klaim farmakologis
Achyranthes aspera (Amaranthaceae) Obat tradisional skabies
Allium cepa (Liliceae) Manajemen penyakit kulit akibat jamur
Aloe vera (Xanthorrhoeceae) Efek antibakteri dan antijamur
Arborvitae (Thuja occidentalis; Cupressaceae) Terapi veruka vulgaris
Beard lichen (Usnea barbata; Parmeliaceae) Efek antibakteri terhadap bakteri gram positif
Cannabis sativa (Cannabaceae) Daun tumbuk untuk manajemen skabies
Celandine (Chelidonium majus; Papaveraceae) Terapi kutil
Coriandrium sativum (minyak ketumbar; Apiaceae) Efek antibakteri; terapi kondisi inflamasi kulit dengan
kolonisasi bakteri
Echinacea purpurea, Echinacea angustifolia (Asteraceae) Obat tradisional untuk kutil per oral
Epigallocatechin gallate (ekstrak teh hijau, Theaceae) Manajemen kutil genital atau perianal
Eucalyptus globulus (Myrtaceae) Manajemen demodikosis wajah
Eucalyptus pauciflora (minyak esensial snow gum, Efek antijamur yang kuat melawan jamur spektrum luas
Myrtaceae) termasuk dermatofit
Euphorbia walliichii, Euphorbia hirta, Euphorbia tirucalli Efek terhadap bakteri gram positif dan jamur
(Euphorbiaceae)
Ficus carica, Ficus racemosa, Ficus benghalensis Manajemen kutil dan skabies
(Moraceae)
Bawang putih (Allium sativum, Amaryllidaceae) Zat aktif (ajoene) memiliki efek antijamur
Hyperforin (Hypericum perforatum [Saint John wart]; Efek antibakteri melawan bakteri gram positif
Clusiaceae)
Obat herbal Jepang (obat Kampo) Antibakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermis, dan Staphylococcus aureus
Lawsonia inermis (Lythraceae) Terapi impetigo
Balsam lemon (Mellisa officinalis; Lamiaceae) Efek antiviral
Leptospermum scoparium (Myrtaceae) Efek antibakteri, antijamur, dan anti-inflamasi
Mangifera indica (Anacardiaceae) Terapi skabies
Melaleuca alternifolia (tea tree oil; Myrtaceae) Efek antibakteri, antijamur, dan antiparasit
Olibanum (Boswelia serrata; Burseraceae) Efek antibakteri melawan bakteri gram positif
Plumbago zeylanica (Plumbaginaceae) Terapi ring worm

7
Podophyllotoxin (Podophyllum peltatum; Barberidaceae) Manajemen kondiloma akuminata (kutil genital)
Rosmarinus officinalis (minyak rosemary; Labiatae) Efek antibakteri melawan bakteri gram positif
Sage (Salvia officinalis; Lamiceae) Efek antibakteri melawan bakteri gram positif
Sarcococca (Caesalpiniceae) Terapi skabies dan tinea pedis
Ginseng siberia (Eleutherococcus senticosus; Araliaceae) Obat tradisional untuk kutil per oral
Melaleuca alternifolia (Myrtaceae) Efek melawan infeksi kulit bakteri, viral, jamur, dan
protozoa
Thyme vulgaris (Lamiaceae) Terapi infeksi pada kulit

TEA TREE OIL

Tea tree oil (TTO) telah digunakan di Australia dan seluruh dunia hingga lebih dari 90
tahun.70,71 Populasi pribumi telah lebih dulu menggunakan tanaman ini, Melaleuca alternifolia, serta
turunannya. TTO telah dibuktikan efektif (in vitro) sebagai bakterisid (0.002-2% termasuk MRSA
[methicillin-resistant S. aureus]), fungisid (0.004-0.25%), dan sebagai agen anti-inflamasi
(≤0.125%).70,71 Ia telah menurunkan kolonisasi MRSA dan termasuk dalam terapi manajemen infeksi
bakteri, jamur, maupun viral pada kulit. Ia juga dipakai sebagai agen antipruritus topikal. 70-72 Manfaat
terapetik TTO ialah mengandung formulasi untuk berbagai kondisi kulit yang telah diteliti di beberapa
penelitian Randomized Controlled Trials (RCT), yang mendemonstrasikan keamanan dan efikasi pada
populasi umum (studi disajikan di Tabel 3). 70,71 Kadar komponen TTO dilisensikan di bawah standar
International Organization for Standardization (ISO 4730), dimana mengurangi potensi dari variasi
komponen, sering merupakan masalah pada produk obat-obatan dari tanaman. 70,71

Efek antibakteri. Potensi efek antibakteri TTO telah menjadi sorotan, karena tingginya
keberhasilan penggunaannya sebagai agen antibakteri topikal. 70,71 Rentang konsentrasi inhibitori
minimal (minimal inhibitory concentration [MIC]) sekitar 0.06-0.5% untuk bakteri gram positif dan
gram negatif, kecuali Pseudomonas aeruginosa, yang memiliki MIC sekitar 2-8%. TTO juga efektif
melawan bakteri yang resisten antimikroba dan strain bakteri yang rentan, seperti MRSA dan
methicillin-susceptible S. aureus.

Efek anti-inflamasi. Terpinen-4-ol pada konsentrasi yang ekuivalen dengan 0.125%, dapat
menginhibisi sekresi beberapa mediator inflamasi, seperti tumor necrosis alpha, interleukin-1β, dan
prostaglandin E2, serta produksi superoksida, sehingga terjadi penurunan respon inflamasi. 70 TTO juga
terbukti mengurangi reaksi hipersensitivitas pada kulit termasuk respon terhadap gigitan serangga,
sengatan tawon, urtikaria, dan hipersensitivitas akibat metal. 76 Hal ini terutama dikarenakan
kemampuan TTO mengendalikan vasodilatasi dan ekstravasasi plasma yang berhubungan dengan
inflamasi dinduksi histamin.77

8
Aplikasi skabisid topikal benzyl benzoate biasanya berhubungan dengan sensasi perih, dan
pada anak, ia harus diencerken untuk mengurangi rasa perihnya. Dilusi tersebut akan mengurangi
potensi dan efikasinya. Dengan inkorporasi TTO 5% pada produk komersil (Ascabiol®, 25% benzyl
benzoate) telah terbukti meningkatkan tolerabilitas produk, dikarenakan efek anti-inflamasi
kandungan TTO.50,78

Efek antipruritus. TTO telah terbukti bermanfaat untuk mengurangi rasa gatal pada
penelitian manusia dan hewan. 72,79-81. Namun, RCT skala besar untuk mendalami efikasi antipruritus
dari formulasi mengandung TTO belum dilakukan. Terdapat sejumlah bukti tidak cukup kuat yang
membandingkan formulasi TTO dengan formulasi lain pada manajemen penatalaksanaan kondisi
gatal pada kulit.

TABEL 3
RCT tentang TTO dalam perihal dermatologi

Peneliti, tahun, asal, desain Populasi Hasil


Enshaieh dkk., 2007, Iran, RCT N = 60, 15-25 tahun dengan akne Terapi grup (5% gel TTO) 5.8 kali
wajah ringan hingga sedang lebih efektif daripada plasebo
(p>0.05)
Carson dkk., 2001, AUS, RCT N = 16, 18-70 tahun dengan Terapi grup (6% gel TTO), median
riwayat herpes labialis rekuren waktu reepitelisasinya 9 hari vs 12
hari dengan plasebo (p> 0.5)
Satchell dkk., 2002, AUS, RCT N = 126, ≥14 tahun dengan Sampo 5% TTO menunjukkan 41%
ketombe ringan hingga sedang perbaikan pada skor keparahan
dibanding 11% pada grup plasebo
Sediaan TTO (10% krim, 5% sabun
Dryden dkk., 2004, AUS, RCT N = 236, dewasa dengan kolonisasi mandi) lebih efektif daripada
MRSA klorheksidin atau silver sulfadiazin
dalam memperbaiki lesi kulit
Tingkat kesembuhan mikologis
Tong dkk., 2007, AUS, RCT N = 121, dewasa dengan diagnosis 64% dalam 50% grup TTO
klinis tinea pedis dibanding 31% dalam grup plasebo
Pedikulosid mengandung 10%
Barker dkk., 2010, AU, RCT N = 123, anak-anak 4-12 tahun TTO dan 1% minyak lavender
dengan kutu rambut hidup menunjukkan efektifitas 97.6%
(bebas kutu) daripada 25% pada
produk komersil yang mengandung
pyrethrin (1.65 mg/g) dan
piperonyl butoxide (16.5 mg/g)
Grup TTO 5% tidak menunjukkan

9
Blackwood dkk., 2013, Irlandia, N = 445 dewasa dirawat di ICU adanya perbedaan (p > 0.5)
RCT daripada perawatan standar
(Johnson's Baby Softwash) dalam
mencegah kolonisasi MRSA

DATA PRE-ELIMINER/STUDI PILOT

Efek insektisidal, akarisidal, dan pembasmidari TTO. TTO terbukti memiliki efek
insektisidal, akarisidal dan pembasmi berbagai hama medis dan hama hewan dibanding dengan
sediaan komersial pada in vitro maupun in vivo, termasuk lalat putih, 82 kutu rambut (Pediculus
humanus var. capitis),73 dan kutu domba.83

Efek akarisidal. TTO juga memiliki potensi yang baik sebagai akarisid pada berbagai studi
in vitro dan in vivo. Tungau debu (Dermatophagoides pternyssinus) menunjukkan 100% mortalitas
secara in vitro setelah paparan formulasi TTO 10%. 84 Tungau wajah (Demodex folliculorum) mampu
hidup hanya selama 3.7 menit setelah terapi in vitro dengan 100% TTO, dan 14.8 menit setelah 50%
TTO, dibandingkan tidak ada mortalitas setelah 150 menit diberi povidon iodin 10% atau pilocarpin
4%.85,86. Infestasi tungau babi (S. scabiei var. suis) berhasil disembuhkan pada 98.5% kasus dalam 4
minggu setelah terapi pada percobaan in vivo menggunakan dua aplikasi TTO 1% per minggu secara
terpisah.87 Efek skabisid in vitro TTO terhadap tungau skabies pada manusia, S. scabiei,
mendemosntrasikan hasil yang sangat baik dibandingkan dengan terapi standar (150 menit dengan
invermectin 100μg/g; 120 menit dengan permetrin 5%, dibanding dengan 60 menit survival time
dengan 5% TTO).1,78 TTO 5% juga digunakan secara ad hoc di RS Royal Darwin (Darwin, Teritori
Utara, Australia), dengan kombinasi benzoyl peroksida dan ivermectin oral (200 μg/kg) untuk
manajemen skabies berkrusta dengan komplikasi (2-3 kali per minggu selama 1-4 minggu, tergantung
dari keparahan penyakit)88 dan pada pasien yang sebelumnya tidak berespon terhadap terapi
ivermectin per oral.1

Keamanan, tolerabilitas, dan stabilitas. Aplikasi topikal dari TTO diasosiasikan dengan
rendahnya insidensi efek samping, reaksi iritasi dan reaksi alergi terhadap minyaknya. Reaksi iritasi
bisa dihindari dengan menggunakan produk yang kadar minyak yang lebih rendah. Meski ambang
dari reaksi iritasi belum ditentukan, tampaknya jarang terjadi reaksi iritasi terhadap kadar TTO kurang
dari 20%. Ketika minyak diformulasi dalam sediaan yang sesuai (krim/balsam/gel) dimana
mengandung kadar 25% atau kurang dan diaplikasikan per hari selama 21 hari beturut-turut (N = 311,
dewasa), hasilnya tidak menimbulkan iritasi kulit. 89 Reaksi alergi dapat terjadi bahkan pada kadar
yang rendah dan bisa dikonfirmasi menggunakan patch test. Insidensi patch test positif pada pasien
yang berobat pada spesialis kulit sebanyak 0.03%. 90 Pada studi lain, dilakukan patch test dengan TTO
10% pada 217 pasien di klinik dermatologi, tidak ditemukan reaksi iritasi. 91

10
Toksisitas TTO pada anak-anak belum dievaluasi secara mendalam. RCT terkini meneliti
penggunaan TTO (75%) untuk manajemen infeksi virus molluscum contagiosum pada anak-anak
(rata-rata usia 6.3 + 5.1 tahun, terapi selama 30 hari). 92 TTO terbukti dapat ditoleransi dengan baik
pada penelitian kohort terapi. Studi lain menunjukkan potensi iritasi TTO dikarenakan oksidasi
minyak yang menyebabkan peningkatan kadar peroksida dan 1,2,4-trihidroksi metan. 93 1,2,4-
trihidroksi metan adalah produk degradasi dari TTO dan dikenal sebagai skin sensitizer.94 TTO dijual
dalam botol gelas berwarna oranye tua dengan tutup polypropylene yang aman dari anak-anak,
direkomendasikan untuk disimpan pada suhu 22˚C dan jauh dari sinar dan paparan panas langsung.
Pada kondisi penggunaan biasa, TTO tidak mengalami degradasi bermakna hingga 12 bulan. 89,93

Komposisi kimiawi dari TTO telah banyak diteliti dan dirumuskan dengan baik. TTO terdiri
dari cyclic monoterpenes, yang terdiri dari 50% teroksigenasi dan 50% lainnya adalah hidrokarbon. 95
Standar internasional ISO 4730 untuk Melaleuca, terpinene-4-ol (TTO) mengandung 3 komponen
mayor: terpinen-4-ol, γ-terpinene, dan α-terpinene, meliputi 70% dari keseluruhan minyak, dan ρ-
cymene, terpinolene, α-terpineol, dan α-pinene meliputi 15% dari keseluruhan minyak. 95,96 Karena
sifatnya yang mudah berubah-ubah, 90% dari TTO mudah menguap dari permukaan kulit, sehingga
daya penetrasi ke lapisan kulit yang lebih dalam rendah dan tidak mudah masuk ke aliran darah. 97
Pada kondisi terkendali, penetrasi TTO melalui kulit terbatas, hanya terpinene-4-ol dan α-terpineol
yang dapat menembus lapisan epidermis (3.6-8.0% dan 3.6-8.4% dari jumlah yang diaplikasikan,
lebih dari periode 25 jam setelah aplikasi TTO 100% 97) yang cukup untuk memberi efek antimikroba,
anti-inflamasi, dan akarisidal.70,99 Namun, ketika formulasi TTO 20% (dalam etanol) yang diuji, hanya
terpinene-4-ol (<0.05% dari formulasi yang diaplikasikan) yang mampu berpenetrasi ke seluruh
lapisan epidermis.97

Resistensi terhadap TTO. Sejak pemakaiannya pada tahun 1920-an, belum ada laporan terkait
resistensi TTO. Telah dipercaya bahwa beberapa komponen aktif TTO dapat mengurangipotensi
terjadinya resistensi secara spontan, karena banyak mutasi yang terjadi bersamaan akan dibutuhkan
untuk melawan semua kerja dari komponen.70 TTO diketahui memiliki efek terhadap beberapa fungsi
membran sel (mirip dengan biosid membran-aktif), sehingga beberapa target bisa beradaptasi untuk
melawan efek minyak tersebut.70

DISKUSI

Skabies terdaftar sebagai penyakit tropis yang terabaikan oleh WHO pada tahun 2013. 100
Pencegahan dan penurunan morbiditas terkait infestasi skabies adalah prioritas kesehatan publik
nasional pada beberapa negara. WHO telah membuat aliansi internasional mengenai penelitian untuk
mengontrol skabies. Di negara berkembang, outbreak terjadi pada institusi kesehatan dan komunitas

11
yang rentan menyebabkan beban ekonomi signifikan. 17 Pada tahun 2010, diperkirakan bahwa efek
langsung infestasi skabies pada kulit menyebabkan kebih dari 1.5 juta individu hidup dengan
disabilitas, dan efek tidak langsung berupa komplikasi ginjal dan kelainan fungsi kardiovaskular
ditemukan jauh lebih berat. Efek antibakteri bersama dengan efek penyembuhan luka, 101,102 dari TTO
dapat mencegah progresi penyakit menjadi pioderma, sepsis sekunder, dan komplikasi bakteri
supuratif maupun non-supuratif terkait infestasi skabies, terutama pada anak.Selain itu, efek anti-
inflamasi dan antipruritus TTO dapat mengurangi reaksi imunitas inflamasi yang muncul sebagai
respon terhadap antigen tungau.
Penelitian preklinis telah mendemonstrasikan efek skabisidal TTO yang sangat baik
dibandingkan dengan agen skabisid yang sering dipakai, seperti krim permetrin 5% dan ivermectin.
Sehingga, dapat diasumsikan bahwa formulasi mengandung TTO (≥5%) dapat digunakan sebagai
manajemen infestasi skabies pada manusia dan cenderung tidak menyebabkan efek samping lokal
maupun sistemik. Pendekatan ini dapat megacu pada perkembangan pilihan terapi topikal untuk
manajemen terapetik dari infestasi ektoparasit pada manusia dan hewan ("one health approach").
Formulasi TTO pada penggunaan topikal dapat menambahkan manfaat cost-effective, mudah
digunakan, dan dapat diimplemetasikan pada komunitas terpencil seperti pengobatan tradisional
untuk manajemen jangka panjang skabies dan pioderma pada anak.
Meskipun terdapat fakta bahwa TTO memiliki mekanisme kerja melawan gigitan tungau
skabies, terbukti memiliki efek antimikroba dan anti-inflamasi, efek antipruritus, dan bukti pre-
eliminer klinis yang menjanjikan untuk keamanan dan efektifitas, dan sepertinya penelitian dan
pengembangannya sebagai terapi skabies tidak bisa dikomersialkan. Hal ini dikarenakan hak
intelektual terkait efek ini sudah berada di public domain dan TTO tidak dapat meraih novelty untuk
nama paten.Meski nama paten bukan satu-satunya mekanisme yang digunakan untuk melindungi hak
intelektual, akan tetapi terdapat landasan kuat untuk proses pengembangan obat komersil. 103 Tanpa
nama paten atau sejenisnya yang digunakan untuk melindungi hak intelektual terkait pengembangan
dan penggunaan TTO untuk skabies, terdapat sedikit insentif komersil untuk siapapun yangberani
menghadapi risiko dan biaya terkait pengembangan produk, uji keamanan dan
efikasi.103bagaimanapun, evaluasi dari terapi yang berpotensi bermanfaat, biaya minimal,dan tanpa
nama paten bisa terus menjadi terapi yang tidak dianggap. Ironisnya, beban dari penyakit skabies
tersebar pada populasi tingkat ekonomi rendah, 104suatu kelompok yang sangat terbantu dengan
ketersediaan terapi tanpa nama paten seperti TTO.

12

Anda mungkin juga menyukai