Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan darurat untuk

membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi

darah tanpa menggunakan alat bantu. Bantuan hidup dasar biasanya diberikan

oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas

kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat, sebab

penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat bahkan kematian pada korban

kecelakaan (PUSBANKES 188 DIY, 2014). Bantuan Hidup Dasar (BHD)

ditujukan untuk memberikan perawatan darurat bagi para korban, sebelum

pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan

lainnya (Sudiatmoko, A dalam Annas, D.S, 2016).

Kecelakaan-kecelakaan terjadi setiap waktu dan bagi beberapa kelompok-

kelompok usia merupakan penyebab kematian tunggal besar. Di Eropa, misalnya,

di daerah perindustrian dan di distrik-distrik atau wilayah-wilayah dengan

mekanisme pertanian banyak kematian anak-anak disebabkan oleh kecelakaan

dari pada disebabkan penyakit lain. Kecelakaan lalu lintas untuk golongan usia

muda, yang mengemudikan kendaraan dengan cepat, sedangkan usia tua

disebabkan karena aktivitas motorik yang menurun. Kecelakaan di dalam rumah

umumnya dapat juga menyebabkan luka-luka atau bahkan mengakibatkan seperti

dikarenakan: gas, listrik dan korek api (Sudiatmoko, A dalam Annas, D.S, 2016).
Angka fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas secara global ternyata masih

sangat mengkhawatirkan. Menurut data yang dirilis oleh World Health

Organization ( WHO) beberapa waktu lalu, per tahun sekitar 1,35 juta orang

meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. angka korban fatalitasnya dianggap

meningkat sebanyak 100.000 dalam kurun waktu tiga tahun. WHO juga

memaparkan bila fatalitas kecelakaan tertinggi banyak terjadi di negara dengan

tingkat pendapatan rendah, jumlahnya kejadian tiga kali lebih tinggi. Dari laporan

keselamatan jalan di 2018, WHO juga mendapatkan fakta kecelakaan lalu lintas

menjadi mesin pembunuh bagi rentang usia mulai dari 5 sampai 29 tahun

(Kompas, 2018).

Di United Kingdom satu survey kematian dalam 24 jam menemukan

bahwa 83% kematian terjadi langsung dan 3% yang terjadi setelah itu. Cedera

thoraks menyebabkan kerusakan yang penderitanya tidak mungkin bertahan

hidup. Hanya 7% yang meninggal dalam 4 jam dan 17% yang meninggal setelah 4

jam. Disisi lain kejadian pingsan pun dapat berakibat buruk jika tidak mendapat

pertolongan pertama dengan cepat dan tepat. Seperti halnya bantuan hidup dasar

pada korban pingsan harus ditanganani dengan cepat dan tepat (Annas, 2016).

Survey yang dilakukan di 182 negara itu, Indonesia menempati urutan

kelima dalam peringkat dengan korban tewas terbanyak akibat kecelakaan lalu

lintas. Negara Negara lain dengan jumlah korban tewas lalu lintas adalah cina

india, Nigeria, dan brazil. Korps lalu lintas mabes Polri mencatat pada 2013,

terjadi 101.037 kecelakaan lalu lintas. Ini berarti, setiap jam terjadi kasus

kecelakaan lalu lintas (Buamona, Kumaat & Malara, 2017).


Kondisi kegawardaruratan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sudah

menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Walaupun

begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada

daerah yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka kondisi tersebut peran serta

masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan

menjadi sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011). Pengetahuan dan sikap dari

manusianya sendiri yang akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam

melakukan pertolongan (Annas, 2016).

Pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) merupakan sebuah pengetahuan

dan keterampilan karena jika hanya mengetahui teorinya saja tanpa melakukan

latihan atau praktek, maka mental tidak terlatih ketika benar-benar menghadapi

kejadian sebenarnya. Pengetahuan P3K setiap siswa mendapat pembelajaran dan

pelatihan di setiap sekolahnya. Terutama siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler

PMR. Untuk itu siswa semestinya mempunyai pengetahuan tentang BHD, namun

pentingnya BHD tidak disertai dalam penerapannya, karena selama ini

pengetahuan BHD hanya didapat dari buku-buku dan penyuluhan kesehatan

(Annas, 2016).

Dari Hasil penelitian Annas, (2016) dari 75% responden memiliki

pengetahuan kategori baik, 20% pengetahuan kategori cukup, 5% pengetahuan

kategori kurang. 50% responden memiliki kesiapan menolong baik, 35% kategori

cukup, 15% kategori kurang. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa pvalue =

0,001(<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan

pengetahuan bantuan hidup dasar dengan kesiapan menolong.


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA NEGERI 2

Jeneponto didapati bahwa dari 40 siswa anggota PMR hanya 20 orang yang

sudah pernah mendapatkan pengetahuan P3K saat penyuluhan dari PMI

Kabupaten Jeneponto tentang pertolongan pertama sehingga beberapa siswa

masih kurang mengetahui tentang pertolongan pertama atau bantuan hidup dasar.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) dengan

kesiapan menolong siswa anggota PMR di SMA NEGERI 2 Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimana hubungan antara pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) dengan

kesiapan menolong siswa anggota PMR di SMA NEGERI 2 Jeneponto”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah hubungan pengetahuan bantuan hidup dasar

(BHD) dengan kesiapan menolong siswa anggota PMR PMR di SMA

NEGERI 2 Jeneponto

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD)

untuk korban kecelakaan lalu lintas sebelum dan sesudah pemberian

materi pada siswa anggota PMR di SMA NEGERI 2 Jeneponto

b. Untuk mengetahui gambaran kesiapan menolong siswa anggota PMR di

SMA NEGERI 2 Jeneponto saat akan melakukan pertolongan.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

dijadikan dasar untuk memberikan edukasi dan motivasi terkait pengetahuan

bantuan hidup dasar dalam meningkatkan kesiapan memberikan pertolongan

pertama pada korban kecelakaan.

2. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesiapan menolong siswa anggota PMR dalam memberikan pertolongan

pertama pada kecelakaan dan meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler PMR di

sekolah.

3. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

kegawatdaruratan terkait pengetahuam pertolongan pertama pada kecelakaan

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal Ode
    Jurnal Ode
    Dokumen1 halaman
    Jurnal Ode
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Wa OdW Dytha (1701164)
    Wa OdW Dytha (1701164)
    Dokumen4 halaman
    Wa OdW Dytha (1701164)
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen2 halaman
    Biostatistik
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Farmakognosi
    Farmakognosi
    Dokumen17 halaman
    Farmakognosi
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • BAB I Ani
    BAB I Ani
    Dokumen2 halaman
    BAB I Ani
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Ewb Genkrim
    Ewb Genkrim
    Dokumen3 halaman
    Ewb Genkrim
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Translate Tekos
    Translate Tekos
    Dokumen11 halaman
    Translate Tekos
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Perbaikan 1
    Perbaikan 1
    Dokumen20 halaman
    Perbaikan 1
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Anfis Lina
    Anfis Lina
    Dokumen38 halaman
    Anfis Lina
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen44 halaman
    Bab I
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat
  • Wa OdW Dytha (1701164)
    Wa OdW Dytha (1701164)
    Dokumen4 halaman
    Wa OdW Dytha (1701164)
    Muhammad Agung
    Belum ada peringkat