Anda di halaman 1dari 15

MANAGEMENT PATIENT SAFETY

DISUSUN OLEH:
1. FITRIYAH FEBRIANI I. (14.401.17.037)
2. FRANSISKO REDI (14.401.17.038)
3. GALUH FITRI ANANDA (14.401.17.039)
4. HELMI ASYRAF A. (14.401.17.040)
5. IMELDA AROFAH (14.401.17.041)
6. IRA LUVITA SARI (14.401.17.042)
7. IRA PRAMESTI (14.401.17.043)
8. KHUSNUL KHOLIDA (14.401.17.044)
9. KHUSNUL KHOTIMAH (14.401.17.045)
10. KUKOH AGENG FITRIANI (14.401.17.046)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Management Patient Safety ini.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk ini kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi sususan maupun tata bahasa. Oleh Karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Management Patient Safety ini
dapat menambah wawasan para pembaca dan oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 17 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. Langkah-Langkah Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit Kabupaten, Puskesmas.2
B. Standar Keselamatan Pasien........................................................................................4
C. Kriteria Monitoring dan Evaluasi “Patient Safety”..................................................9
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien telah diakui di banyak Negara, dengan kesadaran global
dipupuk oleh Aliansi Dunia untuk Keselamatan Pasien dari WHO (Emanuel, 2008).
Namun tetap ada tantangan yang signifikan untuk menerapkan kebijakan dan praktik
keelamatan pasien. Salah satu persyaratan mendasar untuk mengadopsi pendekatan
baru adalah artikulasi yang jelas tentang premis dan manifestasinya. Komponen
keselamatan pasien telah diungkapkan oleh banyak ahli, dan model telah
dipresentasikan. Namun, satu persepsi tunggal yang dapat membantu adopsi
menyeluruh terhadap perawatan kesehatan pasien di seluruh dunia belum tersedia.
Modul ini bertujuan untuk menawarkan itu. Setelah memperkenalkan poin penting
dalam sejarah perkembangan keselamatan pasien, kami menawarkan sebuah definisi,
deskripsi, dan akhinya model keselamatan pasien.
Seiring sejarah intelektual keselamatan pasien berkembang, semakin penting
untuk menentukan keselamatan pasien. Apakah keselamatan pasien adalah cara untuk
melakukan sesuatu yaitu filosopi (dengan kerangka penjelas, prinsip etika, dan
metode) dan disiplin (dengan keahlian). (Tutiani & dkk, 2017, p. 1).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami tentang konsep
management patient safety.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu untuk memahami dan mampu mengimplementasikan
langkah-langkah pelaksanaan pada rumah sakit provinsi, rumah sakit
kabupaten, dan puskesmas.
b. Mahasiswa mampu untuk memahami dan mampu mengimplementasikan
standar keselamatan pasien.
c. Mahasiswa mampu untuk memahami criteria monitoring dan evaluasi “Patient
Safety”.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Langkah-Langkah Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit Kabupaten, Puskesmas


1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit Provinsi
Keselamatan pasien di rumah sakit provinsi menurut WHO yaitu
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirik (look alike, sound alike,
medication names)
b. Pastikan identitas pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial
2. Langkah-Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit
Kabupaten
a. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit
di wilayahnya
b. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien di rumah sakit
c. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien di rumah
sakit
3. Langkah-Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety di Puskesmas
a. Kesehatan ibu dan anak
Tujuan menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbidity)
kalangan ibu. Kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
selama kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui. Meningkatkan
derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan pencegahan sedini
mungkin berbagai penyakit menular yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

2
b. Keluarga berencana (KB)
Tujuannya untuk jangka panjang menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan kesehatan ibu sehingga akan berkembang Normal Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
c. PPM (Pemberantasan Penyakit Menular)
Tujuannya untuk menemukan kasus penyakit menular sedikit mungkin, dan
mengurangi berbagai risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan
terjadinya penyebaran suatu penyakit menular
d. Upaya peningkatan gizi
Tujuannya meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan
status gizi kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi
(ibu hamil dan balita), pemberian makanan tambahan (PMT) baik yang
bersifat penyuluhan maupun pemulihan
e. Usaha kesehatan lingkungan
Tujuannya menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada
lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor
risiko timbulnya penyakit di masyarakat
f. Pengobatan
Tujuannya member pengobatan dan perawatan di puskesmas (khusus untuk
puskesmas perawatan)
g. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Tujuannya meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan, melalui
upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah
perilaku gaya hidup menjadi perilaku sehat
h. Laboratorium
Tujuannya memeriksa sediaan (speciment) darah, sputum, feces, urin untuk
membantu menegakkan diagnose penyakit. Kegiatan laboratorium merupakan
kegiatan penunjang program lain seperti KIA, KB dan PPM
i. UKS
Tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan anak dan lingkungan
sekolah
j. UKJ (Usaha Kesehatan Jiwa)
Tujuannya untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
3
k. UKG (Usaha Kesehatan Gigi)
Tujuannya untuk menghilangkan atau mengurangi gangguan kesehatan gigi
dan mempertinggi kesadaran kelompok-kelompok masyarakat tentang
pentingnya pemeliharaan gigi.
B. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organization, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi perumahsakitan di Indonesia (Health Organization, 2002).
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Standar I. Hak Pasien
a. Standar: pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (Indonesia, 2017, p. 1).
b. Kriteria:
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara
jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
2. Standar II. Mendidik Pasien dan Keluarga
a. Standar:

4
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
b. Kriteria
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena
itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
3. Standar III. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan
a. Standar:
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan
b. Kriteria:
1) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
2) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik
dan lancer.
3) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatann komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
4) Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.
5
4. Standar IV. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja untuk
Melakukan Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien
a. Standar:
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
b. Kriteria:
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara
lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko,
utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua
Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi.
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.
5. Standar V. Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
a. Standar:
1) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintregasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan.

6
3) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam
meingkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
b. Kriteria:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)
sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintregasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan
“Kejadian Sentinel” pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar
disiplin.

7
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
criteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.

6. Standar VI. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien


a. Standar:
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
b. Kriteria:
1) Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
2) Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan member pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
3) Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (team work) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
7. Standar VII. Komunikasi Merupakan Kunci bagi Staf untuk Mencapai
Keselamatan Pasien
a. Standar:
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesign proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
b. Kriteria:
8
1) Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

C. Kriteria Monitoring dan Evaluasi “Patient Safety”


1. Definisi monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan
indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan atau
program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan
program atau kegiatan itu selanjutnya. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan
membandingkan realisasi masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan
standar (Yumiari, 2007). Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari
konsekuensi yang dikehendaki da tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah
dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai.
2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang
implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari pelaksanaan
program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang
terjadi sehingga informasi ini berguna bagi pengambil keputusan untuk
melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien.
3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
a. Di Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja
di rumah sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
b. Di Provinsi
Dinas Kesehatan Provinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah
kerjanya.
c. Di Pusat
9
1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di semua rumah
sakit.
2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahun sekali.

4. Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan monitoring di tingkat manajemen lokal dilakukan secara intensif
setiap minggu, sedangkan untuk tingkat manajemen pusat dilakukan dalam setiap
pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien, mengharuskan rumah
sakit, puskesmas, UKS, UKG, dan lain-lain untuk berusaha mengurangi medical
error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan sistem Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan
yang ada.
B. Saran
Diharapkan setelah mengetahui isi dari buku ini, sebagai tenaga kesehatan
khususnya perawat mampu untuk menerapkan hal-hal yang telah ditetapkan yaitu
Management Patient Safety untuk menghindari Kejadian Tidak Diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Health Organization, J. C. (2002). Hospital Patient Safety. Illinois USA: The Joint
Commision.
Indonesia, P. M. (2017). Keselamatan Pasien. Indoneisa: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Komalawati, V. (2010). Communitu & Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
Tutiani, & dkk. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai