Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA TERHADAP

SOSIAL EKONOMI SERTA DAMPAKNYA PADA KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT
Bab 1

Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur adalah salah satu indikator untuk mengetahui sejauh


mana majunya perekonomian suatu negara. Menurut Kodoatie (2005), infrastruktur
merupakan sistem yang dapat mendukung sistem sosial dan ekonomi yang secara
sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan, yang mana sistem ini dapat digunakan
sebagai dasar dalam mengambil kebijakan.

Dengan adanya insfrastruktur jalan bebas hambatan atau jalan tol maka
mendukung suatu negara dalam memudahkan aktivitas dari berbagai aspek. Jalan Tol
Trans Sumatra adalah jaringan jalan tol sepanjang 2.818 km di Indonesia yang
direncanakan menghubungkan kota-kota di pulau Sumatra, dari Lampung hingga Aceh.
Panjang ruas tol di Indonesia baru 688 Km atau 20 persen dari rencana 6.000 Km
jaringan tol se - nusantara. Hal ini jauh tertinggal dari negara-negara Asia yang
berekonomi maju. Pembangunan jalan tol trans-Jawa sepanjang 652 kilometer dari
Cikampek, Jawa Barat, sampai Surabaya, Jawa Timur, dianggap kunci
perkembangan ekonomi di Pulau Jawa, khususnya sektor industri. Pada saat ini
proyek yang terealisasi di Pulau Sumatera yaitu 241,388 Km dan yang sedang dalam
tahap konstruksi yaitu 200,421 Km sedangkan di Pulau Jawa panjang jalan tol yang sudah
dibangun 1.167 Km dari Jakarta sampai Banyuwangi, Jawa Timur. Berdasarkan data
tersebut, dapat ditinjau bahwa pembangunan yang belum merata di wilayah Indonesia.

Dalam upaya meratakan pembangunan infrastruktur di Indonesia, pemerintah


memutuskan untuk memulai upaya pembangunan jalan tol trans Sumatera yang dibangun
di atas 13 ruas jaringan tol, yakni Aceh (sepanjang 345 km), Aceh-Sumatera Utara (110
km), Sumatera Utara (424,62 km), Sumatera Utara-Riau (175 km), Kepulauan Riau (25
km), Riau (306,48 km), Jambi-Riau (190 km), Riau-Sumatera Barat (240 km), Sumatera
Barat-Bengkulu (95,80 km), Sumatera Selatan-Jambi (191 km), Sumatera Selatan (325,5
km), Sumatera Selatan-Lampung (111,9 km), Lampung (330,14 km). Dengan anggaran
proyek yang berstatus tahap konstruksi dan mulai beroperasi menurut perhitungan kppip
pada tahun 2019 sebesar 206,4 triliun rupiah untuk lokasi sumatera utara, sumatera barat,
riau, sumatera selatan dan lampung. Saat ini di pulau Sumatera seperti Aceh, Kepulauan
Riau dan Jambi dalam tahap sosialisasi dan tahap uji kelayakan. Dimana proyek tersebut
akan ditargetkan rampung pada tahun 2024.

LATAR BELAKANG

Dalam teorinya, infrastruktur sangat menunjang pertumbuhan sosial dan ekonomi


suatu daerah. Namun apabila pembangunan tersebut tidak memperhatikan aspek-aspek
kehidupan masyarakat seperti pelaku usaha kecil (UMKM) yang ada di daerah tersebut,
maka dikhawatirkan munculnya ketimpangan sosial disaat proyek infrastruktur tersebut
sudah dioperasikan sebagaimana mestinya.

Sementara Pengamat Kebijakan Publik Faisal Baasir mengatakan, melihat


kondisi saat ini, potensi industri jalan tol masih menjanjikan untuk lebih dikembangkan,
sesuai dengan perkembangan tingkat perekonomian bangsa Indonesia saat ini. Sedangkan
Analis Ekonomi UI Avilliani mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur melalui
industri jalan tol akan berdampak pada pembangunan ekonomi. Oleh karena itu
menurutnya sebelum satu daerah berkeinginan membangun jalan tol maka yang paling
penting adalah aktivitas ekonomi di daerah tersebut harus ditingkatkan agar bisa
memberikan kontribusi terhadap proyek jalan tol tersebut agar tidak rugi.
BELAJAR DARI KEBERADAAN JALAN TOL TRANS JAWA

Jalan tol trans jawa memang menjadi salah satu faktor keberhasilan Pulau Jawa
dalam memacu ekonominya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia sepanjang 2019 sebesar 5,02% secara spasial masih didominasi oleh
dua pulau penyumbang ekonomi terbesar, yakni Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau Jawa
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 59% atau
mengalami pertumbuhan sebesar 5,52% di 2019. Untuk Pulau Jawa, terbesarnya adalah
DKI Jakarta, sumbangannya sendiri sudah 29,94%, Jawa Timur dan Jawa Barat. Oleh
karena itu, Pulau Jawa berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Perkembangan moda transportasi darat yang diikuti pembangunan
jalan tol mulai dari pemerintahan presiden Soeharto hingga presiden Jokowi
telah memberikan pengaruh besar dalam distribusi bahan baku dan produk
industri. Selain itu dengan adanya jalan tol menciptakan pusat – pusat ekonomi
baru yang terdapat di Rest Area serta disekitar bangunan jalan tol tersebut.
Disamping itu juga, terdapat masalah baru yaitu berkurangnya lahan pertanian
akibat dijadikan lahan kontruksi jalan tol dan pembangunan perumahan di area
pinggir tol, berkurangnya resapan air tanah sehingga menyulitkan warga untuk
mendapatkan air bersih ketika musim kemarau dan membatasi akses
masyarakat dalam melakukan kegiatan sosial sehingga diperlukan sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan masyarakat.

Bab II
Dampak Jalan Tol Trans Sumatera untuk Indonesia

Menurut Mubyarto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) berpendapat


tinjauan Sosial Ekonomi penduduk meliputi aspek social, aspek social budaya, dan aspek
Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa
dan peluang kerja berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa.
Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila
pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan
pengembangan usaha – usahanya.
Adanya pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera mengakibatkan perubahan sosial
ekonomi yang dialami masyarakat sekitar proyek tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2018 didapatkan data pertumbuhan setiap provinsi antara lain :
1. Aceh dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 4,36 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 9,6 % dan yang terendah 3,04 %.
2. Sumatera Utara dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 5,16 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 6,03 % dan yang terendah 4,35 %.
3. Sumatera Barat dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 5,42 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 6,09 % dan yang terendah 4,92 %.
4. Riau dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 2,96 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 5,39 % dan yang terendah -1,62 %
yang diakibatkan oleh kontraksi ekonomi.
5. Jambi dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 5,09 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 5,89 % dan yang terendah 3,13 %.
6. Sumatera Selatan dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 5,197 %
dimana pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 8,65 % dan yang terendah
3,23 %.
7. Bengkulu dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 4,996 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 4,48 % dan yang terendah 4,8 %.
8. Lampung dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 5,25 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 6,21 % dan yang terendah 3,78 %.
9. Bangka Belitung dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 4,63 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 5,36 % dan yang terendah 3,41 %.
10. Kepulauan Riau dengan pertumbuhan ekonomi rata – ratanya sebesar 2,29 % dimana
pertumbuhan paling tinggi di daerah tersebut yaitu 5,02 % dan yang terendah -8,21 %
yang diakibatkan oleh kontraksi ekonomi.

TABEL 1. DAFTAR PERTUMBUHAN EKONOMI DI PULAU SUMATERA


Rata –
No Nama Provinsi Pertumbuhan tertinggi Pertumbuhan terendah
rata
1 Aceh 4,36 % 9,6 % 3,04 %
2 Sumatera Utara 5,16 % 6,03 % 4,35 %
3 Sumatera Barat 5 42 % 6,09 % 4,92 %
4 Riau 2,96 % 5,39 % -1.62%
5 Jambi 5,09 % 5,89 % 3,13 %
6 Sumatera Selatan 5, 197 % 8,65 % 3,23 %
7 Bengkulu 4, 996 % 4,48 % 4,8 %
8 Lampung 5,25 % 6,21 % 3,78 %
9 Bangka Belitung 4,63 % 5,36 % 3,41 %
10 Kepulauan Riau 2,29 % 5,02 % -8.21%

Berdasarkan data – data tersebut didapatkan rata – rata pertumbuhan ekonomi di


Pulau Sumatera sebesar 4, 54 % pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2019
sebesar 4,57 %.
Berdasarkan Target pertumbuhan ekonomi indonesia RPJMN 2020-2024
menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,4% (target rendah)
hingga 6,0 % (target tinggi).

Anda mungkin juga menyukai